PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) SPERMATOPHYTA BERDASARKAN PENDEKATAN SAINTIFIK DI SMA.
SKRIPSI
Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
oleh :
Siti Maryam Hidayati 1000062
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) SPERMATOPHYTA BERDASARKAN PENDEKATAN SAINTIFIK DI SMA
Oleh
Siti Maryam Hidayati
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Siti Maryam Hidayati 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
September 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
BERDASARKAN PENDEKATAN SAINTIFIK DI SMA
Oleh: Siti Maryam H
1000062
DisetujuidanDisahkanoleh : Pembimbing I
Dr. Hj. Sri Anggraeni, MS. NIP. 195801261987032001
Pembimbing II
Eni Nuraeni, M. Pd NIP. 197606052001122001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Biologi
Dr. Riandi, M.Si NIP.196305011988031002
(4)
Siti Maryam Hidayati, 2014
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. PembatasanMasalah ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. ManfaatPenelitian ... 5
F. Definisi Operasional ... 6
BAB II LEMBAR KERJA SISWA SPERMATOPHYTA BERDASARKAN PENDEKATAN SAINTIFIK ... 7
A. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 7
B. Metode Praktikum ... 11
C. Tumbuhan Berbiji (Spermatophyta) ... 13
D. Pendekatan Saintifik ... 16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 23
A. Definisi Operasional ... 23
B. Metode Penelitian ... 23
C. Alur Penelitian ... 23
D. Prosedur Penelitian ... 23
1. Tahap Persiapan ... 23
2. Tahap Pelaksanaan ... 24
(5)
2. Angket Respon Siswa ... 26
3. Lembar Observasi ... 27
4. Rubrik Penilaian LKS ... 27
G. Validasi Instrumen ... 27
H. Teknik Pengumpulan Data ... 27
I. Teknik Pengolahan Data ... 28
1. Lembar Penilaian Guru ... 28
2. Angket Respon Siswa ... 30
3. Lembar Observasi ... 30
4. Rubrik Penilaian LKS ... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33
A. Hasil Penelitian ... 33
1. Karakteristik LKS Spermatophyta yang dikembangkan ... 33
2. Penilaian guru terhadap LKS Spermatophyta yang dikembangkan 34
3. Respon siswa terhadap LKS Spermatophyta yang dikembangkan 42
4. Keterlaksanaan LKS Spermatophyta yang dikembangkan ... 45
5. Keterampilan Saintifik siswa yang menggunakan LKS Spermatophyta dalam pembelajaran ... 47
B. Pembahasan ... 50
1. Karakteristik LKS Spermatophyta yang dikembangkan ... 50
2. Penilaian guru terhadap LKS Spermatophyta yang dikembangkan 51
3. Respon siswa terhadap LKS Spermatophyta yang dikembangkan 63
4. Keterlaksanaan LKS Spermatophyta yang dikembangkan ... 73
5. Keterampilan Saintifik siswa yang menggunakan LKS Spermatophyta dalam pembelajaran ... 76
(6)
Siti Maryam Hidayati, 2014
A. Kesimpulan ... 78
B. Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA ... 80
LAMPIRAN 1 ... 84
LAMPIRAN 2 ... 124
LAMPIRAN 3 ... 155
LAMPIRAN 4 ... 157
(7)
Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia
Abstrak
Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mengembangkan lembar kerja siswa (LKS) Spermatophyta berdasarkan pendekatan Saintifik. Untuk mengidentifikasi efektivitas LKS Spermatophyta dilakukan penilaian guru dan respon siswa terhadap LKS Spermatophyta, keterlaksanaan LKS Spermatophyta, serta keterampilan Saintifik siswa yang menggunakan LKS Spermatophyta dalam pembelajaran. Responden pada penelitian ini adalah delapan guru Biologi SMA/sederajat dari Bandung dan Cimahi serta siswa kelas X salah satu SMA di Bandung. Instrumen penelitian yang digunakan berupa lembar penilaian guru, angket respon siswa, lembar observasi serta rubrik penilaian hasil LKS Spermatophyta. Karakterisrik LKS yang dikembangkan adalah LKS Spermatophyta berdasarkan pendekatan Saintifik yang berkonsentrasi pada guided inquiri dengan mengembangkan keterampilan 5M. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian guru terhadap LKS Spermatophyta yang dikembangkan sangat baik dengan persentase penilaian sebesar 94,72% terdiri dari penilaian terhadap kesesuaian dengan standar isi (100%), kesesuaian urutan konsep dengan konsep Spermatophyta (97,22%), keefektifan kalimat (96,43%), serta tata letak dan perwajahan LKS (85,21%). Respon siswa terhadap LKS Spermatophyta yang dikembangkan tergolong sangat baik (85,18%). Keterlaksanaan LKS Spermatophyta berdasarkan keterlaksanaan kegiatan Saintifik dalam LKS tergolong sangat baik (94,70%) serta keterlaksanaan aspek kegiatan dalam LKS Spermatophyta dilihat dari alokasi waktu tergolong sangat baik (100%). Keterampilan Saintifik siswa yang menggunakan LKS Spermatophyta dalam pembelajaran tergolong sangat baik (88,67%). Berdasarkan hasil penelitian di atas, LKS Spermatophyta yang dikembangkan berdasarkan pendekatan Saintifik tergolong sangat baik. Kata kunci: Pendekatan Saintifik, kualitas LKS, Spermatophyta.
(8)
Siti Maryam Hidayati, 2014
DEVELOPMENT OF
SPERMATOPHYTE’S
WORKSHEET BASED ON SCIENTIFIC APPROACH
IN SENIOR HIGH SCHOOL
Abstract
This descriptive research was an attempt to develop Spermatophyte students’ worksheet (LKS) based on scientific approach. Teachers’ assessment,
students’ responses toward the worksheet, implementation of spermatphyta worksheet on learning activity, and students’ scientific skills that use the worksheet were analyzed to identify the effectivity of Spermatophyte worksheet. Participants of this research were eight Biology teachers of Senior High School from Bandung and Cimahi, and tenth grade students in one of senior high school in Bandung.The research instruments used are
teachers’ evaluation sheet and students’ response questionnaire, observation
sheet and assessment rubric of Spermatophyte worksheet. The characteristic of this developed worksheet was based on scientific approach focused on the guided inquiry by developing 5M skills. The findings reveal that the teachers evaluation towards the worksheet was excellent within the percentage 94,72% which includes the assessment of congruence and standardization (100%), the congruency of concept organization and Spermatophyte concept (97,22%), the sentence effectiveness (96,43%), and the worksheet design
(85,21%). Students’ responses toward the worksheet were considered very good (85,18%). The realization of this worksheet based on the accomplishment of Scientific activities in the worksheet was very good (94,70%) and the realization of activity aspects in the worksheet seen from time allocation were considered very good (100%). The students scientific skills employed in the learning was considered very good (88,67%).Through
this research, Spermatophyte’s worksheet that developed based on scientific
approach were considered very good.
(9)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Proses pendidikan dalam Permendikbud No. 67 tahun 2013merupakan suatu proses yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi kemampuan berfikir rasional dan kecermerlangan akademik dengan memberikan makna terhadap apa yang dilihat, didengar, dibaca, diperlajari dari warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan oleh lensa budayanya sesuai dengan tingkat kematangan psikologis serta kematangan pisik peserta didik (Kemendikbud, 2013). Proses pembelajaran IPA dalam kurikulum 2013 berorientasi pada kemampuan aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial dan alam. Dalam pembelajarannya, siswa dituntut untuk belajar aktif yang terimplikasikan dalam kegiatan secara fisik ataupun mental, tidak hanya mencakup aktivitas hands-on tetapi juga minds-on. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah (Widhy, 2013).
Biologi sebagai salah satu cabang dari IPA mempelajari masalah-masalah biologi di alam sekitar melalui proses dan sikap ilmiah. Sebagai cabang IPA, maka pembelajaran biologi berpatokan pada pembelajaran IPA seperti yang tertuang dalam standar proses kurikulum 2013, yaitu kegiatan pembelajaran IPA dikembangkan dengan pendekatan Saintifik. Dalam Permendikbud No.65 tahun 2013 dikemukakan bahwa untuk memperkuat pendekatan Saintifik, pembelajaran dapat diterapkan berbasis penelitian (inquiri learning)(Kemendikbud, 2013). Menurut Raharjo (2013), dalam kurikulum 2013 proses pembelajaran mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah atau Pendekatan Saintifikyang diyakini sebagai titisan emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan dan pengetahuan peserta didik. Hal ini diperlukan agar siswa melek sains terhadap
(10)
2
Siti Maryam Hidayati, 2014
berbagai persoalan, gejala dan fenomena sains serta aplikasinya dalam teknologi dan masyarakat. Pembelajaran demikian dapat difasilitasi dengan kegiatan dalam bentuk Lembar Kerja Siswa (LKS) (Susilowati, 2013) dalam praktikum.
Praktikum merupakan metode pemberian kesempatan kepada siswa secara perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Dengan metode ini siswa diharapkan sepenuhnya terlibat merencanakan praktikum, melakukan praktikum, menemukan fakta, mengumpulkan data, dan memecahkan masalah yang dihadapinya secara nyata (Djamarah dan Zain 2006). Menururt Rohaeti, et al. (2006) untuk memudahkan siswa melakukan praktikum, maka praktikum perlu dipandu dengan menggunakan lembar kerja siswa yang disingkat dengan LKS. Lembar kerja siswa disebut juga petunjuk untuk hands on science activity.
Hands-on activities represent a strategy of teaching in whichthe students usually work in groups, interact with peers to manipulate various objects, ask questions that focus observations, collect data and attempt to explain natural phenomena. This is actually the essence of science (Satterthwait, 2010).
Kualitas LKS yang baik akan membantu pengembangan keterampilan keterampilan penting, memahami proses-proses penelitian ilmiah dan mengembangakan pemahaman mengenai konsep-konsep (Woodley, 2009). Karakteristik LKS pada umumnya hanya berisi instruksi langsung (cook book), sehingga siswa melakukan praktikum sesuai dengan instruksi yang terdapat dalam LKS tanpa memikirkan alasan pengerjaan tahap demi tahap yang dilakukan. Pada umumnya praktikum dilakukan sesuai dengan langkah-langkah atau penuntun praktikum yang telah disusun guru dan bersifat verifikatif (Winarti dan Irhasyuarna, 2001). Dengan demikian, karakteristik LKS pada umumnya kurang membantu mengembangkan keterampilan dan kemampuan berfikir siswa. Praktikum di sekolah seharusnya dikembangkan lebih pada kegiatan yang berkaitan erat dengan pelaksanaan didaktik pendidikan Biologi yang lebih berkualitas. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan LKS yang dapat melatih siswa bekerja secara ilmiah serta dapat mengembangkan kemampuan berfikir
(11)
siswa sehingga siswa memiliki kesempatan untuk menemukan konsep, membangun pengetahuannya sendiri dan lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Lembar kerja siswa berdasarkan pendekatan Saintifik merupakan salah satu alternatif yang cocok diterapkan untuk melatih siswa bekerja secara ilmiah dan mengembangkan kemampuan berfikir, serta mengembangkan keterampilan proses siswa. Lembar kerja siswa berdasarkan pendektan Saintifik adalah LKS yang didisain dengan menggunakan pendekatan dalam tahap-tahap proses ilmiah. Fretwell dan Scarbourgh (2009) mengemukankan bahwa:
Students will apply the scientific method to a real-world observation, hand out worksheet; the scientific method to develop a single-sentencehypothesis about why the observed phenomenonhas occurred.
Salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa dalam pembelajaran IPA (Biologi) di kelas VII adalah menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan tumbuhan ke dalam divisio berdasarkan pengamatan morfologi dan metagenesis tumbuhan serta mengaitkan peranannya dalam kelangsungan kehidupan di bumi. Spermatophyta merupakan materi yang cukup sulit dimengerti karena cakupannya yang sangat luas, banyak sekali contoh-contoh dari Spermatophyta sehingga untuk mengklasifikasikannya tidaklah mudah. Selain itu, materi Spermatophyta mempunyai ciri-ciri yang sangat beragam sehingga untuk mempelajarinya tidak cukup hanya dengan penjelasan teoritis tanpa didukung adanya model pembelajaran dan media yang tepat (Siswati, et al, 2012).
Berdasarkan analisis terhadap desain LKS Spermatophyta dalam buku panduan siswa kurikulum 2013, desain LKS tersebut memiliki karakteristik LKS yang sama dengan karakteristik LKS pada umumnya.Begitupun keterampilan Saintifik pada LKS Spermatophyta dalam buku kurikulum 2013 tidak sepenuhnya tergambarkan, sehingga kurang melatih kemampuan berfikir dan keterampilan proses siswa. Dalam LKS Spermatophyta kurikulum 2013 terdapat kekurangan dalam keterampilan bertanya, mencoba, menalar dan mengomunikasikan. Keterampilan bertanya tidak terdapat dalam LKS Spermatophyta dalam buku
(12)
4
Siti Maryam Hidayati, 2014
panduan kurikulum 2013. Dalam hal mencoba, siswa hanya mengikuti langkah kegiatan yang ada tanpa memahami tahap demi tahap yang dilakukannya. Begitu pula dengan kegiatan menalar, diperlukan rangkaian pertanyaan atau evaluasi yang tepat untuk mengembangkan kemampuan menalar siswa. Sementara dalam keterampilan mengomunikasikan siswa kurang dilatih utnuk mengubah data hasil pengamatan ke dalam bentuk lain.
Hasil uji efektifitas labolatorium yang dilakukan dengan cara eksekusi langkah kerja pada LKS tanpa melakukan perubahan atau modifikasi baik dari segi bahan maupun alat yang digunakan, menunjukan bahwa hanya sebagian yang dapat di laksanakan dan dapat menunjukan objek atau fenomena yang relevan. Rendahnya efektivitas uji laboratorium menggambarkan desain kegiatan yang tidak dirancang dan dikembangkan secara matang (Supriatno, 2007). Berdasarkan uji coba desain LKS Spermatophyta dalam buku panduan siswa kurikulum 2013, terdapat beberapa kendala diantaranya tidak semua bagian dalam langkah kerja dapat dilaksanakan, data yang diperoleh belum dapat menunjang pemahaman siswa mengenai konsep, serta masih rendahnya keterampilan proses yang didapatkan dalam kegiatan. Dengan demikian, berdasarkan hasil analisis dan uji coba LKS Spermatophyta dalam buku kurikulum 2013 diperlukan adanya pengembangan LKS Spermatophyta berdasarkan pendekatan Saintifik di SMA.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah untuk penelitian ini adalah “Bagaimana pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Spermatophyta berdasarkan pendekatan Saintifik di SMA?”
Adapun pertanyaan penelitian untuk penelitian ini terdiri atas:
1. Bagaimana karakteristik LKS Spermatophyta berdasarkan pendekatan Saintifik yang dikembangkan?
2. Bagaimana penilaian guru terhadap LKS Spermatophyta berdasarkan pendekatan Saintifik yang dikembangkan?
3. Bagaimana respon siswa terhadap LKS Spermatophytaberdasarkan pendekatan Saintifik yang dikembangkan?
(13)
4. Bagaimana keterlaksanaan uji coba terbatas LKS Spermatophyta berdasarkan pendekatan Saintifik yang dikembangkan?
5. Bagaimana keterampilan Saintifik siswa yang menggunakan LKS Spermatophya dalam pembelajaran?
C. Batasan Masalah
Masalah yang dikaji pada penelitian ini perlu dibatasi agar lebih terarah dan memberikan informasi yang lebih jelas mengenai masalah-masalah yang akan diteliti. Adapun penelitian ini dibatasi dalam hal, yaitu:
1. Analisis LKS Spermatophyta hanya dilakukan dalam buku ajar siswa berdasarkan kurikulum 2013.
2. Pengembangan LKS Spermatophyta berdasarkan pendekatan Saintifik ini terkonsentrasipada jenis LKS inkuiri terbimbing(guided inquiri).
3. Pengembangan LKS Spermatophyta ini hanya dilakukan sampai tahap uji coba secara terbatas.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah:
1. Menghasilkan LKS Spermatophyta berdasarkan pendekatan Saintifikdi SMA. 2. Mengetahui penilaian guru terhadap LKS Spermatophyta berdasarkan
pendekatan Saintifik yang dikembangkan.
3. Mengetahui respon siswa terhadap LKS Spermatophyta berdasarkan pendekatan Saintifik yang dikembangkan.
4. Mengetahui keterampilan Saintifik siswa yangmenggunakan LKS Spermatophyta dalam pembelajaran.
(14)
6
Siti Maryam Hidayati, 2014
Penelitian mengenai pengembangan LKS Spermatophyta berdasarkan pendekatan Saintifik ini diharapkan bisa memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi guru SMA, menjadi bahan pertimbangan untuk menggunakan LKS Spermatophyta berdasarkan pendekatan serta sebagai bahan masukan untuk mengembangkan LKS berdasarkan pendekatan Saintifik pada pokok bahasan lainnya pada pembelajaran sains.
2. Bagi siswa SMA, memberikan pengalaman baru dalam pembelajaran menggunakan LKS Spermatophyta berdasarkan pendekatan Saintifik yang dikembangkan serta membangkitkan semangat dan motivasi dalam mempelajari ilmu Biologi.
3. Bagi peneliti dalam bidang sejenis, menjadi salah satu dasar dan masukan dalam penelitian pengembangan mengembangkan LKS berdasarkan pendekatan Saintifik pada pokok bahasan lainnya.
(15)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi penafsiran yang berbeda-beda, maka diperlukan penjelasan istilah menurut sudut pandang peneliti, yaitu:
1. Pengembangan LKS Spermatophyta dalam penelitian ini adalah mengembangkan LKS Spermatophyta baru berdasarkan hasil analisis dan uji coba LKS Spermatophyta yang telah ada sebelumnya dalam buku ajar siswa kurikulkum 2013. LKS Spermatophyta baru yang dikembangkan telah diuji coba secara terbatas sebanyak dua kali dan telah dinilai oleh dosen ahli, guru Biologi SMA serta siswa SMA.
2. Pendekatan Saintifik yang dikembangkan dalam LKS Spermatophyta mengacu pada keterampilan Saintifik 5M (mengobservasi, menanya, mencoba, menalar, mengomunikasikan).
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode penelitian deskriptif tidak memerlukan pengontrolan atau tidak melakukan manipulasi terhadap suatu perlakuan. Penelitian ini mendeskripsikan mengenai pengembangan lembar kerja siswa Spermatophyta berdasarkan pendekatan Saintifik.
C. Alur Penelitian
Dalam penelitian ini, disusun alur penelitian agar penelitian berlangsungsecara terarah, sistematis dan sesuai dengan tujuan. Alur penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan data.
(16)
23
Siti Maryam Hidayati, 2014
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan meliputi analisis LKS Spermatophyta yang ada dalam buku siswa kurikulum 2013 dananalisis pendekatan Saintifik. Setelah itu, melakukanpenyusunan LKS Spermatophyta berdasarkan pendekatan Saintifik, yang dilanjutkan dengan membuat instrumen. Lembar kerja siswa dan instrumen yang telah dibuat kemudian divalidasi terlebih dahulu sebelum digunakan.Lembar kerja siswa dan instrumen hasil validasi mengalami revisi sehingga diperoleh LKS Spermatophyta dan instrumen yang valid.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan meliputi uji coba tahap pertama dan uji coba tahap kedua. Kedua uji coba tersebut dilakukan dalam pembelajaran dengan menggunakan LKS Spermatophyta berdasarkan pendekatan Saintifik yang telah dikembangkan. Hasil uji coba tahap pertama menjadi dasar perbaikan dalam pengembangkan LKS Spermatophyta yang kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji coba tahap kedua. Kemudian selama uji coba berlangsung dilakukan observasi untuk mengetahui keterlaksanaan LKS Spermatophyta berdasarkan pendekatan Saintifik dengan melihat keterlaksanaan kegiatan Saintifik dalam LKS dan keterlaksanaan aspek kegiatan dalam LKSdilihat dari alokasi waktu. Tahap selanjutnya adalah penjaringan penilaian guru dan respon siswa untuk mengetahui kualitas LKS Spermatophyta yang dikembangkan. Penjaringan penilaian guru dilakukan dengan memberikan lembar penilaian terhadap delapan guru Biologi yang berasal dari tujuh SMA di Bandung dan Cimahi. Penjaringan respon siswa dilakukan dengan memberikan angket setelah ujicoba LKS Spermatophyta dilaksanakan.
3. Tahap Penyelesaian
Pada tahap ini meliputi pengolahan data yang didapatkan berupa hasil observasi, penilaian guru, respon siswadan penilaian hasil LKS Spermatophyta yang telah dikerjakan oleh siswa. Selanjutnya mendeskripsikan kualitas LKS, keterlaksanaan LKS sertaketerampilan Saintifik yang telah dicapai siswa dengan menggunakan LKS Spermatophyta berdasarkan pendekatan Saintifik dalam
(17)
pembelajaran. Kemudian dilanjutkan dengan membuat pembahasan dan membuat kesimpulan.
(18)
25
Siti Maryam Hidayati, 2014
Kesimpulan Pengolahan data
Tahap
penyelesaian Pembahasan
Uji coba tahap pertamaLKS Spermatophyta berdasarkan pendekatan Saintifik
Penjaringan penilaian guru
Keterlaksanaan LKS Penjaringan respon siswa
Revisi LKS Spermatophyta berdasarkan pendekatan Saintifik
Uji coba tahap kedua LKS Spermatophyta berdasarkan pendekatan Saintifik
Penjaringan respon siswa
Tahap pelaksanaan
Penyusunan instrumen penelitian (lembar penilaian, angket, lembar observasi dan rubrik) Penyusunan LKS Spermtophyta berdasarkan pendekatan Saintifik
Validasi LKS Spermatophya berdasarkan pendekatan Saintifik oleh pembimbing Uji coba dan rekonstruksi LKS Spermatophya dalam buku kurikulum 2013
Analisis desain LKS Spermatophya dalam buku kurikulum 2013
Tahap persiapan
Ketercapaian keterampilan Saintifik Keterlaksanaan aspek kegiatan dalam LKS dengan alokasi waktu
(19)
E. Responden Penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah guru Biologi dan siswa. Guru Biologi dalam penelitian ini adalah sebagai penilai kualitas LKS Spermatophyta berdasarkan pendekatan Saintifik. Penilaian kualitas LKS dilakukan oleh delapan guru Biologi yang berasal dari 7 SMA di Bandung dan Cimahi. Sementara,siswa dalam penelitian ini adalah sebagai pengguna LKS Spermatophyta yang dikembangkanberdasarkan pendekatan Saintifik. Siswa yang menjadi pengguna LKS Spermatophyta berdasarkan pendekatan Saintifik ini terdiri dari dua kelas. Satu kelas sebagai pengguna LKS Spermatophyta pada uji coba tahap pertama dan satu satu kelas lainnya sebagi pengguna LKS Spermatophyta pada uji coba tahap kedua.
F. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan penelitian ini maka digunakan instrumen sebagai berikut:
1. Lembar Penilaian Guru
Lembar penilaian digunakan untuk menjaring kualitas LKS Spermatophyta yang dikembangkan berdasarkan syarat konstruksi dan syarat teknis. Aspek yang menjadi penilaian meliputi: 1) kesesuaian isi LKS Spmermatophyta dengan standar isi; 2) kesesuaian LKS Spermatophyta dengan konsep Spermatophyta; 3) keefektifan kalimat dalam LKS Spermatophyta; serta 4) tata letak dan perwajahan LKS Spermatophyta.
2. Angket Respon Siswa
Angket dalam penelitian ini digunakan untuk menjaring respon siswa terhadap kualitas LKS Spermatophyta yang dikembangkan berdasarkan syarat didaktik.Angket respon siswa mencakup beberapa aspek diantaranya mengenai kemudahan dalam melakukan kegiatan Saintifik, kemudahan bahan untuk diamati, kemudahan LKS Spermatophyta untuk dikerjakan dan LKS Spermatophyta sebagai media pembelajaran untuk membantu siswa menemukan konsep Spermatophyta.
(20)
27
Siti Maryam Hidayati, 2014
3. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan LKS Spermatophyta berdasarkan pendekatan Saintifikyang dikembangkan. Observasi dalam penelitian ini adalah observasi terhadap kegiatan Saintifik dalam LKS Spermatophyta yang dikembangkan dan observasi terhadap keterlaksanaan aspek kegiatan dalam LKS Spermatophya dilihat dari alokasi waktu yang tersedia selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
4. Rubrik penilaian LKS Spermatophyta
Rubrik penilaian LKS digunakan untuk menilai hasil LKS Spermatophya berdasarkan pendekatan Saintifik yang telah dikerjakan oleh siswa. Berdasarkan penilaian tersebut dapat diketahui keterampilan Saintifik yang telah dicapai oleh siswa yang menggunakan LKSSpermatophyta dalam pembelajaran.
G. Validasi Instrumen
Instrumen penelitian berupa lembar observasi, lembar penilaian guru, angket respon siswa, rubrik analisis dan uji coba LKS Spermatophyta serta rubrik penilaian LKS Spermatophyta yang terlebih dahulu divalidasi oleh dosen pembimbing dan dosen ahli. Dari hasil validasi ditemukan kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan instrumen penelitian sehingga dilakukan revisi dan bimbingan berulang kali sampai instrumen penelitian yang disusun dianggap layak untuk digunakan.
H. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui lembar obsevasi, lembar penilaian guru, angket respon siswa dan rubrik penialain hasil LKS Spermatophyta berdasarkan pendekatan Saintifik. Keseluruhan teknik pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 3.1.
(21)
Tabel 3.1 Teknik Pengumpulan Data
No Pengmpulan data Jenis data Sumber data Keterangan
1 Lembar observasi Observasi keterlaksanaan LKS
Observer Dilakukan selama uji coba LKS 2 Lembar penilaian guru Kualitas LKS Guru Dilakukan setelah
uji coba LKS 3 Angket respon siswa Kulitas LKS Siswa Dilakukan setelah
uji coba LKS 4 Rubrik penilaian LKS
Spermatophyta
Ketercapaian keterampilan
Saintifik
Siswa Dilakukan setelah uji coba LKS
I. Teknik Pengolahan Data 1. Lembar Penilaian Guru
Tahapan pengolahan data yang diperoleh dari lembar penilaian guru adalah sebagai berikut:
a. Memberikan skor
Pemberian skor pada jawaban setiap item dilakukan dengan menggunakan skala Guttman dan skala Likert. Adapun penilaian berdasarkan skala Guttman terdapat pada Tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2Skor Pernyataan pada Lembar Peniaian Guru Berdasarkan Skala Guttman
No Jawaban Item Instrumen Lembar Penilaian Skor
1 Sesuai/Tepat/Terkait/Logis/Ya/Jelas 1
2 Tidak sesuai/ Tidak tepat/Terkait/ Tidak logis/ Tidak / Tidak jelas
0 Penilaian berdasarkan skala Likert terdapat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.3Skor Pernyataan pada Lembar Penilaian Guru Berdasarkan Skala Likert
No Jawaban Item Instrumen Lembar Penilaian Skor
1 Sangat sesuai 4
2 Sesuai 3
3 Tidak sesuai 2
4 Sangat tidak sesuai 1
b. Mengolah skor
Pengolahan skor lembar penilaian guru dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagaiberikut:
(22)
29
Siti Maryam Hidayati, 2014
2) Menjumlahkan skor total keseluruhan komponen yang dianalisis pada setiap indikator.
3) Menentukan skor maksimal.
Skor maksimal=skor tertinggi x jumlah penilai x komponen yang dianalisis 4) Menghitung persentase skor setiap indikator
Persentase indikator= � ℎ � �� � ℎ
� � x 100%
5) Menghitung rata-rata persentase skor aspek penilaian
Rata-rata persentase aspek penilaian=� � � � �
�� �� � x 100%
6) Melakukan interpretasi persentase penilaian guru
Untuk menyatakan penilaian guru terhadap LKS Spermatophyta berdasarkan pendekatan Saintifik, maka digunakan kriteria interpretasi skor yang diadaptasidari Riduwan (2003) seperti terlihat pada Tabel 3.4
Tabel 3.4Kriteria Interpretasi Persentase
Rentang skor (%) Kriteria
0-20 Sangat lemah
21-40 Lemah
41-60 Cukup
61-80 Kuat
81-100 Sangat kuat
Keterangan: kriteria interpretasi persentase disesuaikan dengan penilaian yang dilakukan.
2. Angket Respon Siswa
Tahapan pengolahan data dari angket respon siswa adalah sebagai berikut: a. Memberikan skor
Pernyataan yang digunakan dalam skala Likert untuk mengetahui respon siswa adalah pernyataan positif dan negatif. Cara memberi skor pada angket respon siswa adalah skor 4 untuk pernyataan sangat setuju (SS), skor 3 untuk pernyataan setuju (S), skor 2 untuk pernyataan tidak setuju (TS) dan skor 1 untuk pernyataan sangat tidak setuju (STS).
b. Mengolah skor
Pengolahan skor angket respon siswa dilakukan dengan mengikuti tahapan-tahapan yang dikemukakan oleh Riduwan (2003) sebagai berikut:
(23)
1) Menjumlahkan skor seluruh responden pada setiap item pernyataan yang terdapat dalam angket respon siswa.
2) Menentukan skor maksimum
Skor maksimum=skor tertinggi x jumlah responden 3) Menghitung skor persentase setiap item pernyataan
Persentase setiap item pernyataan= jumlah skor total yang diperoleh
skor maksimal x 100%
4) Menghitung rata-rata persentase respon siswa terhadap LKS Rata-rata persentase respon siswa= Total persentase setiap item
banyak item x 100%
5) Melakukan interpretasi persentase respon siswa
Kriteria interpretasi persentase seperti terlihat pada Tabel 3.4
3. Lembar Observasi
a. Keterlaksanaan kegiatan Saintifik dalam LKS Spermatophyta yang dikembangkan
Tahapan pengolahan data yang diperoleh dari pengisian lembar observasi keterlaksanaan aspek kegiatan dalam LKS Spermatophyta berdasarkan pendekatan Saintifikadalah sebagai berikut:
1) Memberikan skor
Berikut ini adalah pemberian skor untuk setiap kegiatan yang mungkin diakukan oleh siswa.
2 = jika siswa melakukan seluruh komponen LKS (faktor yang dinilai)
1= jika siswa melakukan beberapa bagian komponen LKS (faktor yang dinilai) 0 = Jika siswa tidak melakukan komponen LKS (faktor yang dinilai)
2) Mengolah skor
Pengolahan skor dilakukan dengan mengikuti tahapan-tahapan yang dikemukakan oleh Riduwan (2003) sebagai berikut:
a) Menjumlahkan skor seluruh kelompok pada setiap aspek penilaian b) Menentukan skor maksimal.
(24)
31
Siti Maryam Hidayati, 2014
c) Menghitung persentase keterlaksanaan seluruh kelompok pada setiap aspek penilaian dalam tahapan pendekatan Saintifik.
Persentase setiap aspek penilaian =jumlah skor total yang diperoleh
skor maksimal x 100%
d) Menghitung rata-rata persentase keterlaksanaan LKS Spermatophyta berdasarkan pendekatan Saintifik oleh seluruh kelompok.
Rata-rata persetase keterlaksanaan = total persentase setiap indikator
banyak indikator x 100%
e) Melakukan interpretase persentase keterlaksanaan LKS Spermatophyta
Untuk menyatakan keterlaksanaan LKS Spermatophyta berdasarkan pendekatan Saintifik yang dikembangkan, maka digunakan kriteria interpretasi persentase yang diadaptasi dari Riduwan (2003) seperti terlihat pada Tabel 3.4.
b. Keterlaksanaan aspek kegiatan dalam LKS Spermatophyta dilihat dari alokasi waktu
Tahapan pengolahan data yang diperoleh dari pengisian lembar observasi keterlaksanaan aspek kegiatan dalam LKS Spermatophyta dilihat dari alokasi waktuadalah sebagai berikut:
1) Memberikan skor
Pemberian skor pada keterlaksanaan aspek kegiatan dalam LKS Spermatophyta dilakukan dengan menggunakan skala Guttman(Tabel 3.3).
2) Mengolah skor
Pengolahan skor keterlaksanaan aspek kegiatan dalam LKS Spermatophytadilihat dari alokasi waktu dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagaiberikut:
a) Menjumlahkan skor total keterlaksanaan setiap aspek kegiatan dalamLKS Spermatophyta dilihat dari alokasi waktu.
b) Menentukan skor maksimal
Skor maksimal=skor tertinggi x jumlah penilai x komponen dalam LKS Saintifik.
c) Menghitung persentase skor keterlaksanaan aspek kegiatan dalamLKS Spermatophyta dilihat dari alokasi waktu
(25)
Persentase indikator=jumlah skor total yang diperoleh
skor maksimal x 100%
d) Melakukan interpretasi persentase keterlaksanaan aspek kegiatan dalam LKS Spermatophyta dilihat dari alokasi waktu
Untuk menyatakan keterlaksanaan aspekkegiatan dalam LKS Spermatophyta dilihat dari alokasi waktu, maka digunakan kriteria interpretasi skor yang dikemukakan oleh Riduwan (2003) seperti terlihat pada Tabel 3.4
4. Rubrik penilaian hasil LKS Spermatophyta yang dikerjakan oleh siswa Tahapan pengolahan data yang diperoleh dari hasil LKS Spermatophyta yang dikerjakan oleh adalah sebagai berikut:
a. Memberikan skor
Berikut ini adalah pemberian skor hasil LKS Spermatophyta berdasarkan pendekatan Saintifik yang dikerjakan oleh siswa.
3 = Jika siswa mencapai maksimal keterampilan Saintifiksesuai rubrik
2= Jika siswa kurang maksimal mencapai keterampilan Saintifik sesuai rubrik 1 = Jika siswa tidak maksimal mencapai keterampilan Saintifik sesuai rubrik b. Mengolah skor
Pengolahan skor dilakukan dengan mengikuti tahapan-tahapan yangdikemukakan oleh Riduwan (2003) sebagai berikut:
1) Menjumlahkan skor seluruh siswa pada setiap keterampilan Saintifik 2) Menentukan skor maksimal.
Skor maksimal = skor tertinggi x jumlah siswa
3) Menghitung persentase ketercapaian keterampilan Saintifik seluruh siswa pada setiap tahapan Saintifik.
Persentase ketercapaian keterampilan Saintifik=jumlah skor total yang diperoleh
skor maksimal
x 100%
4) Menghitung rata-rata persentase keterampilan Saintifik yang telah dicapai siswa dengan menggunakan LKS Spermatophyta dalam pembelajaran
Rata-rata ketercapaian keterampilan Saintifik=total persentase setiap indikator
banyak indikator x
(26)
33
Siti Maryam Hidayati, 2014
5) Melakukan interpretase persentase keterampilan Saintifik yang dicapai oleh siswa
Untuk menyatakan keterampilan Saintifikyang dicapai oleh siswa yang menggunakan LKS Spermatophyta berdasarkan pendekatan Saintifik, maka digunakan kriteria interpretasi persentase yang diadaptasi dari Riduwan (2003) seperti terlihat pada Tabel 3.4.
(27)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada penelitian ini, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
LKS Spermatophyta yang dikembangkan berdasarkan pendekatan saintifik ini terkonsentrasi pada guided inquiri dapat dikatakan sangat baik berdasarkan dua kali hasil uji coba secara terbatas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian guru terhadap LKS Spermatophyta yang dikembangkan sangat baik dengan persentase penilaian sebesar 94,72% yang terdiri dari penilaian terhadap kesesuaian dengan standar isi (100%), kesesuaian urutan konsep dengan konsep Spermatophyta (97,22%), keefektifan kalimat (96,43%), serta tata letak dan perwajahan LKS (85,21%). Respon siswa terhadap LKS Spermatophyta yang dikembangkan tergolong kategori sangat baik (85,18%). Keterlaksanaan LKS Spermatophyta berdasarkan keterlaksanaan kegiatan Saintifik dalam LKS tergolong sangat baik (94,70%) serta keterlaksanaan aspek kegiatan dalam LKS Spermatophyta dilihat dari alokasi waktu tergolong sangat baik (100%). Adapun keterampilan Saintifik siswa yang menggunakan LKS Spermatophyta dalam pembelajaran tergolong sangat baik (88,67%).
B. Saran
Adapun saran yang dapat peneliti sampaikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan penilaian guru terhadap tata letak dan perwajahan LKS Spermatophyta, dalam pemilihan gambar yang digunakan dalam LKS perlu adanya pertimbangan yang lebih mendalam dengan memperhatikan aspek kemenarikan dan kebutuhan dalam pembelajaran.
(28)
79
Siti Maryam Hidayati, 2014
2. Berdasarkan penilaian guru, terminologi yang disajikan dalam LKS Spermatophyta sebaiknya ditambahkan contoh gambar pertulangan daun lainnya atau adanya keterangan yang menjelaskan bahwa gambar yang ada dalam terminologi merupakan sebagian dari contoh yang ada. Hal ini agar menjelaskan kepada siswa bahwa masih banyak tipe pertulangan daun lainnya.
3. Perlu pengembangan uji coba lanjutan dalam LKS Spermatophyta berdasarkan pendekatan Saintifik ini agar didapatkan produk yang lebih teruji keefektifannya.
(29)
Daftar Pustaka
Aljohani. (2011). Pengembangan LKS Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Materi Listrik Dinamis.
FPMIPA UNES Semarang: tidak diterbitkan
Anwar, S. (2010). Pengolahan Bahan Ajar. Bandung: Jurusan pendidikan Kimia UPI
Arifin, M. (1994). Pengembangan Program Pengajaran Bidang Bidang Studi Kimia. Surabaya: Airlangga Press.
Canas, A. J dan Novak, J.D. (2009). Why the focus Question? Tersedia: www. Cmap.ilhmc.us/docs/focusquestion.html.
Carin, A.A. (1997). Teaching Modern Science. New Jersey. Prentice-hall.inc
Chin, C. & Osborne, J. (2008). Students‟ questions: A potential Resource for Teaching andLearning Science. Studies in Science Education, 44,1–39
Collins, J.W. (2000). Texas Safety Standard. Texas: Texas Education Agency
Cook, M.(2008). Students‟ Comprehension of Science Depicted in Texbook Illustrations. Electronic Journal of Education. 12 (1), 1-14
Dahar, R.W. (1988). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Djamrah, S. W., dan Zain, A. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Dkeidek, I., Mamlok, R., dan Hofstein. (2010). Effect of Culture on High-School Students‟Question-Asking Ability Resultingfrom an Inquiry-Oriented Chemistry Laboratory. International Journal of Science and Mathematics Education
Fretwell, H dan Scarbourgh, B. (2009). Understanding Climate Change Lesson Plans for The Classroom. Canada: Kristin Fryer
Gillespie, T. J., dan Sprit, L.D. (1973). Creating a School media Program. New York and London. A Xeror Education Company
Hofstein, A dan Lunetta, V. (2003). The Laboratory in Science Education: Foundations for the Twenty-First Century. Wiley Periodical.inc
(30)
81
Siti Maryam Hidayati, 2014
Iryaningtyas. (2013). Biologi untuk SMA/MA Kelas X Berdasarkan Kurikulum 2013. Jakarta: Airlangga
(31)
Johnstone, A.H., and Shuaili, A.A. (2001). “Learning in the Laboratory; Some Thoughts from the Literature”. Journal of U.Chem.Ed. 5, 42-51.
Kementerian pendidikan dan kebudayaan. (2013). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaandan Penjaminan Mutu Pendidikan
Kementrian pendidikan dan kebudayaan. (2013). Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah Kurikulum 2013
Kementrian pendidikan dan kebudayaan. (2013). KerangkaDasar dan Struktur Kurikulum 2013.
Khaerani, F. (2012). Pengembangan LKS Praktikum Berbasis Inkuiri pada Pokok Bahasan Reaksi Kimia. FPMIPA UPI Bandun: tidak diterbitkan
Lagowski, J.J. (2002). The Role of Laboratory in Chemical Education. Tersedia:http://www.utexas.edu/reseacrh
Millar dan Osborne. (1998). Beyond 2000: Science Education for Future. London: King Collage London
Millar, R. (2004). The Role of Practical Work in Teaching and Learning of Science. Washington: University of York
Mohrig, J.R. (2009). On the Successful Use of Inquiri-Driven Experiments in the Organic Chemistry Laboratory. Journal of Chemical Education. 84, (6).
Raharjo, B. (2013). Pengembangan Materi Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik. Workshop peningkatan mutu managemen SSN SM.
Riduwan. (2011). Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta
Rohatei, E., Widjayanti, E., dan padmaningrum, R.T. (2006). Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Mata pelajaran Sains kimia untuk SMP Kelas VII, VIII, dan IX. Makalah pada Kegiatan
Pengambian pada Masyarakat, Yogyakarta.
Rustaman, N. (1996). Pengembangan Keterampilan proses Sains. Bandung: Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Bandung
. (2005). “Perkembangan Penelitian Pembelajaran Berbasis Inkuiri dalam Pendidikan Sains”. Makalah pada Seminar Nasional II
(32)
82
Siti Maryam Hidayati, 2014
Himpunan Ikatan Sarjana dan Pemerhati Pendidikan IPA Indonesia, Bandung.
Rustaman, N., Wulan, A.K. (2007). Seminar Pembelajaran Biologi. Bandung: Universitas terbuka
Sagala, S. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Satterthwait, D.( 2010). Why are „hands-on‟ science activities so effective
forstudent learning?. Volume 56 | Number 2
Siswati, E., Herlina, L., Budiyanto, K. (2012). Model hands on minds on dengan BantuanMedia Asli pada Materi Spermatophyta. Unnes
Journal of Biology
Educationhttp://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujbe
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rhineka Cipta
Subiantoro, A.W. (2009). Pentingnya Praktikum dalam Pembelajaran IPA. [Online].
Tersedia: http://vahonov.files.wordpress.com/2009/07/pentingnya-praktikum-dalam-pembelajaran-IPA.pdf [10 Januari 2014]
Sukmadinata, N.S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sunyono. (2008). “Development of Student Worksheet Base on Environment to Sains Material of Yunior High School in Class VII on Semester I”.Proceeding of The Second International Seminar of Science Education – UPI,Bandung
Supriatin, A., Fatmawati, S., dan Larasati. (2010). Penerapan Metode Eksperimen dalam Pembelajaran Fisika terhadap Keterampilan Komunikasi Siswa pada Pokok Bahasan Gerak Lurus. Seminar Fisika Unpar
Supriatno, B. (2007). Profil Lembar Kegiatan Biologi Siswa Sekolah Menengah. Proceding seminar nasional jurusan pendidikan biologi. Susilowati. (2013). Integrated Science Worksheet Pembelajaran IPA SMP
dalam Kurikulum 2013. Diklat Pengembangan Student Worksheet Integrated Science bagi Guru SMP/MTs di Kabupaten Sleman Susiwi, et al. (2008). “The Skills of High School Students on Data
(33)
Laboratory Activities”. Proceeding of The Second International Seminar of Science Education– UPI,Bandung.
Suyono, et al. (2007). Aplikasi Lembar Kerja Siswa Berpendekatan
Contextual Teaching and Learning dalam Menyongsong Kurikulum
Sains 2004. Jurnal Penelitan Pendidikan Matematika dan Sains. 14, (2), 116-124.
Wardani, F. (2012). Penggunaan Media Gambar untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi. FKIP Untan Pontianak
Widhy, H. (2013). Penataan, Pemeliharaan dan Penggunaan Alat
Laboratorium Ipa. Prodidik IPA FMIPA UNY, [email protected]
Widjajanti, E. (2008). Kualitas Lembar Kerja Siswa. Makalah pada
Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat, Yogyakarta.
Winarti, A. dan Irhasyuarna, Y. (2001). Optimalisasi Peran Labolatorium SebagaiUpaya Menyiapkan Pembelajaran Kimia di SMU dalam menghadapi Abad 21. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 7, (030), 352-356.
Wenning et al. (2004). Levels of Inquiry Hierarchies of Pedagogical Practices and Inquiry Processes. Illinois: Departement of Physics Illinois State University.
Woodley, E. (2009). Practical work in school science-why is it important. School science review (SSR) 91 (339). Tersedia: www.gettingpractical.org.uk/documents/Emmawoodleyarticle.pdf
(1)
2. Berdasarkan penilaian guru, terminologi yang disajikan dalam LKS Spermatophyta sebaiknya ditambahkan contoh gambar pertulangan daun lainnya atau adanya keterangan yang menjelaskan bahwa gambar yang ada dalam terminologi merupakan sebagian dari contoh yang ada. Hal ini agar menjelaskan kepada siswa bahwa masih banyak tipe pertulangan daun lainnya.
3. Perlu pengembangan uji coba lanjutan dalam LKS Spermatophyta berdasarkan pendekatan Saintifik ini agar didapatkan produk yang lebih teruji keefektifannya.
(2)
Daftar Pustaka
Aljohani. (2011). Pengembangan LKS Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Materi Listrik Dinamis.
FPMIPA UNES Semarang: tidak diterbitkan
Anwar, S. (2010). Pengolahan Bahan Ajar. Bandung: Jurusan pendidikan Kimia UPI
Arifin, M. (1994). Pengembangan Program Pengajaran Bidang Bidang Studi Kimia. Surabaya: Airlangga Press.
Canas, A. J dan Novak, J.D. (2009). Why the focus Question? Tersedia:
www. Cmap.ilhmc.us/docs/focusquestion.html.
Carin, A.A. (1997). Teaching Modern Science. New Jersey. Prentice-hall.inc
Chin, C. & Osborne, J. (2008). Students‟ questions: A potential Resource for Teaching andLearning Science. Studies in Science Education, 44,1–39
Collins, J.W. (2000). Texas Safety Standard. Texas: Texas Education Agency
Cook, M.(2008). Students‟ Comprehension of Science Depicted in Texbook Illustrations. Electronic Journal of Education. 12 (1), 1-14
Dahar, R.W. (1988). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Djamrah, S. W., dan Zain, A. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta
Dkeidek, I., Mamlok, R., dan Hofstein. (2010). Effect of Culture on High-School Students‟Question-Asking Ability Resultingfrom an Inquiry-Oriented Chemistry Laboratory. International Journal of Science and Mathematics Education
Fretwell, H dan Scarbourgh, B. (2009). Understanding Climate Change Lesson Plans for The Classroom. Canada: Kristin Fryer
Gillespie, T. J., dan Sprit, L.D. (1973). Creating a School media Program. New York and London. A Xeror Education Company
Hofstein, A dan Lunetta, V. (2003). The Laboratory in Science Education: Foundations for the Twenty-First Century. Wiley Periodical.inc
(3)
Iryaningtyas. (2013). Biologi untuk SMA/MA Kelas X Berdasarkan Kurikulum 2013. Jakarta: Airlangga
(4)
Johnstone, A.H., and Shuaili, A.A. (2001). “Learning in the Laboratory; Some Thoughts from the Literature”. Journal of U.Chem.Ed. 5, 42-51.
Kementerian pendidikan dan kebudayaan. (2013). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaandan Penjaminan Mutu Pendidikan
Kementrian pendidikan dan kebudayaan. (2013). Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah Kurikulum 2013
Kementrian pendidikan dan kebudayaan. (2013). KerangkaDasar dan Struktur Kurikulum 2013.
Khaerani, F. (2012). Pengembangan LKS Praktikum Berbasis Inkuiri pada Pokok Bahasan Reaksi Kimia. FPMIPA UPI Bandun: tidak diterbitkan
Lagowski, J.J. (2002). The Role of Laboratory in Chemical Education. Tersedia:http://www.utexas.edu/reseacrh
Millar dan Osborne. (1998). Beyond 2000: Science Education for Future.
London: King Collage London
Millar, R. (2004). The Role of Practical Work in Teaching and Learning of Science. Washington: University of York
Mohrig, J.R. (2009). On the Successful Use of Inquiri-Driven Experiments in the Organic Chemistry Laboratory. Journal of Chemical Education. 84, (6).
Raharjo, B. (2013). Pengembangan Materi Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik. Workshop peningkatan mutu managemen SSN SM.
Riduwan. (2011). Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta
Rohatei, E., Widjayanti, E., dan padmaningrum, R.T. (2006). Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Mata pelajaran Sains kimia untuk SMP Kelas VII, VIII, dan IX. Makalah pada Kegiatan Pengambian pada Masyarakat, Yogyakarta.
Rustaman, N. (1996). Pengembangan Keterampilan proses Sains. Bandung: Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Bandung
. (2005). “Perkembangan Penelitian Pembelajaran Berbasis
(5)
Himpunan Ikatan Sarjana dan Pemerhati Pendidikan IPA Indonesia, Bandung.
Rustaman, N., Wulan, A.K. (2007). Seminar Pembelajaran Biologi.
Bandung: Universitas terbuka
Sagala, S. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Satterthwait, D.( 2010). Why are „hands-on‟ science activities so effective forstudent learning?. Volume 56 | Number 2
Siswati, E., Herlina, L., Budiyanto, K. (2012). Model hands on minds on
dengan BantuanMedia Asli pada Materi Spermatophyta. Unnes
Journal of Biology
Educationhttp://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujbe
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rhineka Cipta
Subiantoro, A.W. (2009). Pentingnya Praktikum dalam Pembelajaran IPA. [Online].
Tersedia: http://vahonov.files.wordpress.com/2009/07/pentingnya-praktikum-dalam-pembelajaran-IPA.pdf [10 Januari 2014]
Sukmadinata, N.S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sunyono. (2008). “Development of Student Worksheet Base on
Environment to Sains Material of Yunior High School in Class VII
on Semester I”.Proceeding of The Second International Seminar of Science Education – UPI,Bandung
Supriatin, A., Fatmawati, S., dan Larasati. (2010). Penerapan Metode Eksperimen dalam Pembelajaran Fisika terhadap Keterampilan Komunikasi Siswa pada Pokok Bahasan Gerak Lurus. Seminar Fisika Unpar
Supriatno, B. (2007). Profil Lembar Kegiatan Biologi Siswa Sekolah Menengah. Proceding seminar nasional jurusan pendidikan biologi.
Susilowati. (2013). Integrated Science Worksheet Pembelajaran IPA SMP dalam Kurikulum 2013. Diklat Pengembangan Student Worksheet Integrated Science bagi Guru SMP/MTs di Kabupaten Sleman
Susiwi, et al. (2008). “The Skills of High School Students on Data
(6)
Laboratory Activities”. Proceeding of The Second International Seminar of Science Education– UPI,Bandung.
Suyono, et al. (2007). Aplikasi Lembar Kerja Siswa Berpendekatan Contextual Teaching and Learning dalam Menyongsong Kurikulum Sains 2004. Jurnal Penelitan Pendidikan Matematika dan Sains. 14, (2), 116-124.
Wardani, F. (2012). Penggunaan Media Gambar untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi. FKIP Untan Pontianak
Widhy, H. (2013). Penataan, Pemeliharaan dan Penggunaan Alat
Laboratorium Ipa. Prodidik IPA FMIPA UNY,
Widjajanti, E. (2008). Kualitas Lembar Kerja Siswa. Makalah pada Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat, Yogyakarta.
Winarti, A. dan Irhasyuarna, Y. (2001). Optimalisasi Peran Labolatorium SebagaiUpaya Menyiapkan Pembelajaran Kimia di SMU dalam menghadapi Abad 21. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 7, (030), 352-356.
Wenning et al. (2004). Levels of Inquiry Hierarchies of Pedagogical Practices and Inquiry Processes. Illinois: Departement of Physics Illinois State University.
Woodley, E. (2009). Practical work in school science-why is it important. School science review (SSR) 91 (339). Tersedia: