PERBEDAAN PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING (STAD) DENGAN MODEL KONVENSIONAL TERHADAP HASIL PEMBELAJARAN PENCAK SILAT SENI TEPAK TILU PADA SISWA KELAS V(LIMA) DI SD INTERAKTIF ABDUSSALAM KAB. BANDUNG BARAT.
PERBEDAAN PENGARUH MODEL COOPERATIVE (STAD) DENGAN MODEL KONVENSIONAL TERHADAP HASIL PEMBELAJARAN PENCAK SILAT
SENI TEPAK TILU PADA SISWA KELAS VI (ENAM) DI SD INTERAKTIF ABDUSSALAM
KAB. BANDUNG BARAT (METODE EKSPERIMEN)
SKRIPSI
diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Oleh
Muhammad Bardiansyah 0704665
JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014
(2)
PERBEDAAN PENGARUH MODEL COOPERATIVE (STAD) DENGAN MODEL KONVENSIONAL TERHADAP HASIL PEMBELAJARAN PENCAK SILAT
SENI TEPAK TILU PADA SISWA KELAS VI (ENAM) DI SD INTERAKTIF ABDUSSALAM KAB. BANDUNG BARAT
Oleh
Muhammad Bardiansyah
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
© Asaretkha Adjane 2012 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2012
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
PERBEDAAN PENGARUH MODEL COOPERATIVE (STAD) DENGAN MODEL KONVENSIONAL TERHADAP HASIL PEMBELAJARAN PENCAK SILAT SENI
TEPAK TILU PADA SISWA KELAS VI (ENAM) DI SD INTERAKTIF ABDUSSALAM KAB. BANDUNG BARAT
disusun oleh: Muhammad Bardiansyah
Menyetujui,
Mengetahui,
Mengetahui,
Pembimbing I
Dr. Tite Juliantine, M.Pd NIP.196807071992032001
Pembimbing II
Drs. Sucipto M.Kes NIP.19610612 198703 1 002
Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Drs. Mudjihartono, M.Pd NIP. 1965081719990011001
(4)
ABSTRAK
Muhammad Bardiansyah. NIM. 0704665. Skripsi: Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD Interaktif Abdussalam Kab. Bandung Barat. Skripsi ini dibimbing oleh Pembimbing I Dr.Hj. Tite Juliantine, M.Pd dan Pembimbing II Drs.Sucipto, M.Kes. Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Universitas Pendidikan Indonesia. Tahun 2014.
Tujuan penelitinan ini adalah untuk mengetahui perbandingan pengaruh antara model cooperative learning (STAD) dengan pembelajaran konvensional terhadap peningkatan keterampilan pencak silat seni tepak tilu siswa pada pembelajaran pencak silat seni tepak tilu di SD Interaktif Abdussalam Kab.Bandung Barat. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 23 siswa di SDS Abdussalam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan mengunakan Pre-Post Test Design, dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes prestasi yang didalamnya terdapat penilaian wiraga (urutan gerak dan ketepatan jurus), wirahma (kesesuaian dengan musik, kemantapan dan ketegasan jurus), wirasa (penghayatan dan ekspresi) dari perguruan pencak silat panglipur dan PPSI (persatuan pencak silat seluruh Indonesia) untuk mengetahui pengaruh model cooperative learning (STAD) dan model Konvensional terhadap peningkatan keterampilan pencak silar seni tepak tilu. Untuk analisis data menggunakan SPSS versi 20. Hasil yang didapat menunjukan bahwa adanya peningkatan terhadap peningkatan keterampilan pencak silat seni tepak tilu baik dari model cooperative learning (STAD) dan model konvensional, namun peningkatan keterampilan dari model konvensional lebih tinggi dibandingkan dengan model cooperative learning. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajran yang mengunakan model konvensional mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam peningkatan keterampilan pencak silat seni tepak tilu dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan model coopereative learning (STAD). Pengunaan model cooperative learning (STAD) dan model konvensional dapat digunkanan dalam pembelajaran pencak silat seni tepak tilu, karena dapat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar.
Kata kunci : Pembelajaran Pencak Silat, Model cooperative learning, Model konvensional, peningkatan keterampilan pencak silat seni tepak tilu.
(5)
Muhammad Bardiansyah, 2014
Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Penelitian
Pada zaman sekarang ini banyak masyarakat yang kurang mengakui dan mengetahui budaya atau kebiasaannya sendiri. Banyak sekali masyarakat yang sudah melupakan budaya tradisional atau budaya yang dimiliki oleh bangsa ini sendiri. Sehingga mereka sering menganggapnya biasa atau kuno, padahal kebiasaan dan budaya harusnya lebih sering digunakan. Contohnya banyak yang kurang menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, kesenian daerah yang banyak dijadikan khas oleh Negara lain, dan bela diri khas Indonesia yaitu pencak silat yang kurang diminati oleh masyarakat kita. Masyarakat banyak yang tertarik oleh bela diri dari luar yaitu karate, taekwondo, whu shu, kung fu, dll.
Oleh karena itu, peneliti ingin mengembangkan pencak silat di daerah khususnya di sekolah yang diajar oleh peneliti. Karena peneliti pun telah mengajar pencak silat di sekolah, yang di dalam pembelajarannya terdapat materi pencak silat seni tepak tilu. Dalam proses belajar mengajarnya peneliti mengalami kendala dalam pengajaran materi pencak silat seni tepak tilu, yaitu kurangnya kepercayaan diri siswa pada saat melakukan pencak silat seni tepak tilu. Dalam pengamatan peneliti terhadap pembelajaran pencak silat pencak silat seni tepak tilu di lingkungan sekolah dasar, banyak siswa-siswi yang mengalami kesulitan untuk memahami dan mengetahui terhadap gerak pencak silat seni tepak tilu dengan baik dan benar. Mereka hanya melakukan gerakan sesuai kehendak dan kemauan mereka sendiri. Dalam melakukan gerakan Pencak silat seni tepak tilu tersebut tidak terlihat adanya keindahan gerakan yang dilakukan oleh siswa-siswi tersebut. Dengan adanya pembelajaran pencak silat disekolah, peneliti berharap agar ke depannya banyak anak-anak atau siswa-siswi yang lebih mengenal dan tertarik terhadap bela diri khas Indonesia yaitu pencak silat.
Pencak silat sendiri sebagai bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia berkembang sejalan dengan sejarah masyarakat Indonesia. Dengan aneka ragam situasi geografis dan etnologis serta perkembangan zaman yang dialami oleh
(6)
bangsa Indonesia, pencak silat dibentuk oleh situasi dan kondisinya. Kini pencak silat kita kenal dengan wujud dan corak yang beraneka ragam, namun mempunyai aspek-aspek yang sama.
Pencak silat merupakan unsur-unsur kepribadian bangsa Indonesia yang dimiliki dari hasil budi daya yang turun-temurun. Pada masa penjajahan Belanda, pencak silat tidak diberikan tempat untuk berkembang, tetapi masih banyak para pemuda yang mempelajari dan mendalami melalui guru-guru pencak silat, atau secara turun-temurun di lingkungan keluarga. Jiwa dan semangat kebangkitan nasional semenjak Budi Utomo didirikan mencari unsur-unsur warisan budaya yang dapat dikembangkan sebagai identitas nasional. Melalui Panitia Persiapan Persatuan Pencak Silat Indonesia (PPPSI) maka pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta terbentuklah IPSI yang diketuai oleh Mr. Wongsonegoro. Program utama disamping mempersatukan aliran-aliran dan kalangan pencak silat di seluruh Indonesia, IPSI mengajukan program kepada pemerintah untuk memasukan pelajaran pencak silat di sekolah-sekolah.
Dewasa ini istilah pencak silat mengandung unsur-unsur olahraga, seni, bela diri dan kebatinan. Definisi pencak silat selengkapnya yang pernah dibuat PB. IPSI bersama BAKIN tahun 1975 adalah sebagai berikut :
Pencak Silat adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk membela/mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan integritasnya (manunggalnya) terhadap lingkungan hidup/alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup guna meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam http://silat-padjajaran.web.id/?p=22 [minggu tanggal 9 januari 2012] menyebutkan bahwa:
Pada seminar pencak silat di Tugu, Bogor tahun 1973, pemerintah bersama para pembina olahraga dan pencak silat telah membahas dan menyimpulkan masalah program-program pencak silat:
1. Penetapan istilah yang dipergunakan untuk pencak silat
2. Pemasukan pencak silat sebagai kurikulum pada lembaga-lembaga pendidikan.
3. Metode pengajaran pencak silat di sekolah.
(7)
3
Muhammad Bardiansyah, 2014
Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional 5. Pembinaan organisasi guru-guru pencak silat dan kegiatan pencak
silat di lingkungan sekolah.
6. Menanamkan dan menggalang kegemaran serta memassalkan pencak silat di kalangan pelajar/mahasiswa.
Ciri khusus pada pencak silat adalah bagian kesenian yang di daerah-daerah tertentu terdapat tabuh iringan musik yang khas. Pada jalur kesenian ini terdapat kaidah-kaidah gerak dan irama yang merupakan suatu pendalaman khusus (skill). Pencak silat sebagai seni harus menuruti ketentuan-ketentuan, keselarasan, keseimbangan, keserasian antara wirama, wirasa dan wiraga.
Di beberapa daerah di Indonesia pencak silat ditampilkan hampir semata-mata sebagai seni tari yang sama sekali tidak mirip sebagai olahraga maupun bela diri. Misalnya tari serampang dua belas di Sumatera Utara, tari randai di Sumatera Barat dan tari ketuk tilu di Jawa Barat. Para penari tersebut dapat memperagakan tari itu sebagai gerak bela diri yang efektif dan efisien untuk menjamin keamanan pribadi. Selain itu, terdapat pencak silat seni tepak tilu dan tepak tilu. Jurus ini sering dilakukan dan diajarkan dalam pembelajaran pencak silat di sekolah. Jurus ini pun dilakukan secara masal dan sering ditampilkan pada acara-acara penting seperti ulang tahun hari jadi kota.
Pendidikan pencak silat mengalami perubahan yang cukup nyata, hal ini terbukti dengan adanya pembelajaran pencak silat yang telah masuk ke sekolah-sekolah. Meskipun dewasa ini pencak silat telah menjadi salah satu bagian dari kurikulum sekolah baik ditawarkan sebagai ekstrakurikuler maupun sebagai keterampilan wajib (mulok) di beberapa sekolah dasar, namun banyak tantangan yang harus dihadapi oleh pengajar pencak silat itu sendiri. Salah satu contoh kasus yaitu, sulitnya menanamkan rasa peduli generasi muda terhadap seni kebudayaan asli bangsa Indonesia yakni pencak silat, hal ini dapat terlihat dari gejala umum yang tampak di sekolah pada saat pencak silat ini dikenalkan, kegiatan tersebut tidak benar-benar melibatkan semua siswa, dan hanya segelintir orang yang mau terlibat dan itu pun tampak terpaksa.
Hal tersebut menjadi suatu tantangan bagi pengajar pencak silat untuk dapat terus berinovasi dalam hal proses pembelajaran pencak silat, agar
(8)
pembelajaran pencak silat ini dapat menarik, menantang dan modern tanpa menghilangkan nilai-nilai traditional yang terkandung dalam pencak silat itu sendiri.
Berbicara mengenai pembelajaran, pembelajaran merupakan suatu kegiatan pemberian pengalaman ajar atau pemberian informasi yang positif yang diberikan oleh pengajar kepada peserta didik untuk dijadikan bekal hidup para peserta didik dimasa yang akan datang. untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas harus dikemas semenarik mungkin agar peserta didik merasa terkesan, tertarik untuk mengikuti pembelajaran yang diberikan oleh guru. Pada proses pembelajaran pendidikan jasmani, masih banyak guru yang menggunakan penerapan metode pembelajaran yang kurang tepat. Sedangkan penerapan metode yang tepat merupakan salah satu faktor penunjang terhadap hasil pembelajaran siswa. Selain metode guru pun bisa menerapkan berbagai model, sebab dengan adanya metode, juga model akan membantu guru untuk penyelenggaraaan proses belajar mengajar (PBM). Banyak model pembelajaranyang dapat diterapkan dalam pembelajaran, model-model tersebut adalah model-model konvensional, cooperative, inquiry, peer teaching, dll. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba menerapkan 2 model yaitu model cooperative learning (STAD), dan model konvensional yang dilihat pengaruhnya dalam pembelajaran pembelajaran pencak silat.
Cooperative Learning dengan menggunakan metode Student Team-Achievement Division (STAD) atau Pembagian Pencapaian Tim Siswa.
Model pembelajaran Cooperative Learning (MPCL) beranjak dari dasar pemikiran ”getting better together”, yang menekankan pada pemberian kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif kepada siswa untuk memperoleh, dan mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan- keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupannya dimasyarakat. Melalui MPCL, siswa bukan hanya belajar dan menerima apa yang disajikan oleh guru dalam PBM, melainkan bisa juga belajar dari yang lainnya, dan sekaligus mempunyai kesempatan untuk memberi pelajaran kepada siswa yang lain.
(9)
5
Muhammad Bardiansyah, 2014
Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional
“Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai
tujuan bersama”.
Menurut Sthal (dalam Juliantine, et al) menyatakan bahwa ” proses pembelajaran dengan MPCL ini mampu merangsang dan menggugah potensi siswa secara optimal dalam suasana belajar pada kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 2 sampai 6 orang siswa”.
Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran konstektual. Sistem pengajaran Cooperative learning dapat didefinisikan sebagai system kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok Johnson & Johnson (dalam Juliantine, etal, 2011:53) yaitu “Saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok”. Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan model pembelajaran kooperatif, yaitu:
1) pengelompokkan.; 2) semangat gotong royong; 3) penataan ruang belajar.
Ada tiga metode yang dapat diadaptasi untuk semua tingkatan kelas, yaitu:
a) Student Team-Achievement Division (STAD) atau Pembagian Pencapaian Siswa. Dalam STAD para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri dari empat orang dengan tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar etnik yang berbeda.
b) Team-Games-Tournament (TGT) Turnamen Game Tim. TGT memiliki banyak kesamaan dengan STAD. Teman dalam kelompok akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk bermain dalam game dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, tetapi sewaktu siswa sedang bermain dalam game temannya tidak boleh membantu, tetapi memastikan telah terjadi tanggung jawab individual.
(10)
kelompok yang sama yaitu empat orang, dengan latar belakang yang berbed kelompok yang sama yaitu empat orang, dengan latar belakang yang berbeda dari sudah berkurangnya peminat masyarakat terhadap budaya sendiri salah satunya pencak silat, metode yang kurang tepat digunakan dalam pembelajaran dan sebagainya. Hal ini merupakan suatu tantangan bagi guru pendidikan jasmani untuk melakukan inovasi- inovasi dalam hal proses pembelajaran pencak silat.
Sedangkan mengenai model konvensional Menurut Djamarah (1996:35) “model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran tradisional, karena sejak dulu model ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran”. Dalam pembelajaran, sejarah pembelajaran konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan.
Tabel 1.1
kekurangan dan kelebihan model cooperative learning dan konvensional. Model Cooperative Learning Model Konvensional
kelebihan Kekurangan Kelebihan kekurangan
memacu siswa agar saling mendorong dan membantu
satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru. Siswa mempunyai semnagat gotong-royong. Apabila siswa melakukan kesalahan pada saat proses pembelajaran tidak seluruhnya bisa teramati. Sering terjadi perdebatan-perdebatan kecil pada siswa. siswa mudah dikondidikan untuk belajar.
siswa mudah arahkan sehingga guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah Membuat siswa menjadi pasif. Mengandung unsur paksaan kepada siswa.
(11)
7
Muhammad Bardiansyah, 2014
Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional Guru tidak terlalu dominan Ada tempat bertanya selain pada guru. Memberikan siswa kesempatan untuk mengajarkan ilmu yang diberikan guru kepada siswa lain yang belum bisa, Siswa menjadi lebih paham karena selain siswa mendapatkan Guru menjadi tidak mudah mengkondisika n siswa. Karena siswa mengobrol/ bermain-main. Bisa menjadi kesalahan kelompok. Bisa terjadi salah informasi pada siswa saat pembelajaran berlangsung. Bisa terjadi salah informasi, dan terjadi perdebatan. besar. Guru mudah melakukan. Siswa hanya melihat, mendengar, dan meniru guru.
dari sisi siswa menegenai keunggulan model konvensional. Siswa menjadi lebih terarah, fokus, efektif dan efisien dengan pembelajaran yang diberikan oleh pengajar, karna semua aktivitas siswa dikontrol langsung oleh guru. Menghemat waktu pembelajaran, karena semua siswa diarahkan Bila guru terlalu lama mengajarkan dengan model ini akan menjadi membosankan. Siswa menjadi tidak kreatif. Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan
menjadi rugi dan anak didik
yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya. Pengalaman siswa tergantung pada pengalaman sang guru.
(12)
ilmu dari guru, siswa
juga dapat kesempatan mengajarkan
materi kepada siswa
yang lain.
oleh guru.
Berdasarkan penjelasan dari uraian, dan tabel diatas mengenai kelebihan dan kekurangan model cooperative learning (STAD), dan model konvensional, oleh karena itu peneliti beranggapan bahwa model konvensional mempunyai pengaruh lebih besar dibanding model cooveratif learning (STAD) dalam pembelajaran pencak silat seni tepak tilu, karena model pembelajaran konvensional mempunyai keunggulan siswa dapat terkondisikan dengan baik, terarah, fokus, efektif dan efisien dalam pembelajaran pencak silat seni tepak tilu, maka peneliti merasa tertarik untuk mengetahui bagaimanakah ”Perbedaan Pengaruh Model Cooperative (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas VI (enam) Di SD Interaktif Abdussalam Kab. Bandung Barat”.
B.Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah, maka peneliti mencoba menjabarkan kembali permasalahan yang timbul sehingga peneliti betul-betul merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut. Dengan ini peneliti merumuskan masalah penelitian ini ke dalam beberapa pertanyaan berikut:
1. Seberapa besar pengaruh model cooperative learning (STAD) terhadap peningkatan hasil belajar pencak silat seni tepak tilu siswa pada
(13)
9
Muhammad Bardiansyah, 2014
Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional pembelajaran pencak silat di SD Interaktif Abdussalam Kab. Bandung Barat?
2. Seberapa besar pengaruh pembelajaran konvensional terhadap peningkatan hasil belajar pencak silat seni tepak tilu siswa pada pembelajaran pencak silat di SD Interaktif Abdussalam Kab. Bandung Barat?
3. perbandingan pengaruh antara model cooperative learning (STAD) dengan pembelajaran konvensional terhadap peningkatan hasil belajar pencak silat seni tepak tilu siswa pada pembelajaran pencak silat di SD Interaktif Abdussalam Kabupaten Bandung Barat?
C.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan sesuatu hal yang ingin dicapai oleh peneliti setelah penelitian ini selesai. Suharsimi Arikunto (1993:49) mengemukakan tujuan penelitian: ”Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukan adanya sesuatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai”. Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini antara lain:
1. Untuk mengetahui pengaruh model cooperative learning (STAD) terhadap peningkatan keterampilan pencak silat seni tepak tilu siswa pada pembelajaran pencak silat di SD Interaktif Abdussalam Kab. Bandung Barat?
2. Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran konvensional terhadap peningkatan keterampilan pencak silat seni tepak tilu siswa pada pembelajaran pencak silat di SD Interaktif Abdussalam Kab. Bandung Barat?
3. Untuk mengetahui perbandingan pengaruh antara model cooperative learning (STAD) dengan pembelajaran konvensional terhadap peningkatan keterampilan pencak silat seni tepak tilu siswa pada pembelajaran pencak silat seni tepak tilu di SD Interaktif Abdussalam Kab. Bandung Barat?
(14)
Jika tujuan penelitian ini tercapai, manfaat yang dapat dirasakan dari penelitian ini adalah sebagi berikut.
1. Secara Teoritis, penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pikiran dan bahan pengajaran dalam penyampaian materi pembelajaran pencak silat pada siswa-siswi di SD SIAS Kab. Bandung Barat.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dan bahan masukan bagi guru pendidikan jasmani/guru mulok untuk menyampaikan materi pembelajaran pencak silat pareredan sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa akan lebih baik.
E.Pembatasan Penelitian
Agar penelitian ini memperoleh sasaran yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka perlu adanya pembatasan masalah tentang pembatasan masalah ini, sebagaimana yang dikemukakan oleh Surakhmad (1987:35) sebagai berikut: “Pembatasan ini diperlukan bukan saja untuk memudahkan atau menyederhanakan masalah bagi peneliti, tetapi juga dapat menetapkan lebih dahulu segala sesuatu yang diperlukan untuk pemecahannya, tenaga, kekuatan, ongkos dan lain-lain yang timbul dari rencana tertentu”.
Berpedoman dari latar belakang diatas, serta untuk menghindari timbulnya penafsiran yang terlalu luas dan untuk memperoleh gambaran yang jelas, maka batasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Variabel penelitian
a. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi suatu objek. Dalam peelitian ini model pembelajaran cooperative learning (STAD) dan model konvensional sebagai variabel bebas.
b. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh suatu perlakuan. Dalam hasil ini hasil pembelajaran pencak silat seni tepak tilu sebagai variabel terikat.
(15)
11
Muhammad Bardiansyah, 2014
Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional a. Pupulasi dalam penelitian ini adalah siswa SD Abdussalam (SIAS)
kelas VI(enam) sebanyak 23 orang terdiri dari 14 laki-laki dan 9 perempuan.
b. Sampel dalam penelitian ini dilaksanakan pada siswa putra dan putri kelas VI SD Sias Kab. Bandung Barat sebanyak 23 orang (sample jenuh), dikarnakan jumlah sample kurang dari 30 orang, atau penelitian yang diinginan membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.
c. Lokasi yang menjadi tempat penelitian adalah di SD Abdussalam Kab. Bandung Barat.
F.Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Berdasarkan anggapan dasar di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Model cooperative learning (STAD) memberi pengaruh yang signifikan dalam penigkatan keterampilan pencak silat seni tepak tilu dalam pembelajaran pencak silat di SD Interaktif Abdussalam Kab. Bandung Barat.
2. Pembelajaran konvensional memberi pengaruh yang signifikan dalam peningkatan keterampilan pencak silat seni tepak tilu dalam pembelajaran pencak silat di SD Interaktif Abdussalam Kab. Bandung Barat.
3. Model konvensional memberikan pengaruh yang lebih signifikan dibandingkan dengan metode konvensional terhadap pembelajaran pencak silat seni tepak tilu di SD Interaktif Abdussalam Kab. Bandung Barat.
G.Definisi Istilah
Untuk lebih jelas dan mengarahkan pembahasan dalam penelitian ini dan agar tidak menimbulkan penafsiran yang salah terhadap judul penelitian, maka
(16)
penulis menganggap perlu mendefinisikan istilah-istilah yang ada pada judul proposal penelitian ini, adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh adalah daya yang ada atau ditimbulkan dari sesuatu (orang, benda dan sebagainya) yang berkuasa atau yang berkekuatan.
2. Model ccoperative learning adalah adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. (http://Cooperative learning -teknik jigsaw ahmad sudrajat tentang pendidikan_files). Student Team-Achievment Division (STAD) atau Pembagian Pencapaian Siswa. Dalam STAD para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri dari empat orang den gan tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar etnik yang berbeda. Gagasan utama STAD adalah untuk memotivasi
3. siswa agar dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru.
4. Metode pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran”. Dalam pembelajaran, sejarah pembelajaran konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan. (Djamarah, 1996:35)
5. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
6. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. (Dimiyanti dan Mujiono, 1999).
7. Pecak silat adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk membela dan mempertahankan eksistensi dan integritasnya terhadap lingkungan sekitarnya untuk pencapaian keselarasan hidup guna meningkatkan iman
(17)
13
Muhammad Bardiansyah, 2014
Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional
dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. (PB IPSI dan BAKIN 1975; dalam Saleh1991:19).
8. Tepak tilu adalah motif-motif kendang tempo lambat dan merupakan salah satu teknik seni ibing pencak silat.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, T.M. (2007). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rienika Cipta
Farida, Ai. (2012). Pengaruh Model Cooperative Learning Terhadap Hasil Pembelajaran Pencak Silat Seni Paleredan di SMA IT As-Syifa Boarding School Subang. Bandung: FPOK UPI.
Gerlact dan Ely (1971:3) dalam kutipan Arsyad (2002) Media Pembelajaran : Jakarta PT Raja Garfindo Perasada.
Junaedi, Edi. (2010). Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Model Student Achievement Divisions (STAD) Terhadap Hasil Pembelajaran Siswa/Warga Belajar pada Mata Pelajaran Matematika (Studi Kuasi Eksperimen pada Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.
Mahendra, Agus. (2007). Teori Belajar Mengajar Motorik. FPOK UPI. Bandung.. Internet google: www.http://silat-padjadjaran.web.id/?p=22
Hidayat, Yusup. (2008). Psikologi Olahraga. FPOK UPI. Bandung.
Saputra, Yudha. dkk. (2007). Filsafat Penjas, Kesehatan, dan Rekreasi. FPOK UPI: Bandung.
Sharan, dan sholomo. (2009). Handbook of Cooperative Learning Inovasi Pengajaran dan Pembelajaran untuk Memacu Keberhasilan Siswa di
(18)
Kelas. Yogyakarata: IMPERIUM.
Subroto, Toto. dkk. (2008). Teori Bermain. FPOK UPI. Bandung.
Suherman, Adang dan Sartono, Hadi. (2008). Pedagogi Olahraga. Bandung. FPOK UPI.
Kasmahidayat, Yuliawan. (2008). Ibing Pencak Sebagai Materi Pembelajaran. Bandung: CV. Bintang WarliArtika.
IPSI. (2007). Peraturan Pertandingan Pencak Silat Hasil MUNAS XII IPSI. Jakarta: Ikatan Pencak Silat Indonesia.
Yudistira, Febryan Sita. (2011). Perbandingan Antara Metode Bagian Dengan Metode Keseluruhan Terhadap Penguasaan Gerak Jurus Paleredan Pada Pembelajaran Pencak Silat Di Sdn Utama Mandiri 1 Cimahi. Bandung: FPOK UPI.
(19)
15
Muhammad Bardiansyah, 2014
Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional
Sumber
–
sumber dari internet
:http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2179456-pengertian-hasil-belajar-menurut-ahli/#ixzz1aFxBhJoF
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2179456-pengertian-hasil-belajar- menurut-ahli/
http://duniabaca.com/pengertian-belajar-dan-hasil-belajar.html
http://sunartombs.wordpress.com/2009/01/05/pengertian-prestasi-belajar/
http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/
www.silatindonesia.com
http://silatindonesia.com/2011/02/ibing-penca-dan-beladiri-pencak-silat/
http://wahanabudayaindonesia.com/index.php?option=com_content&vie
w=article&id=382%3Aketuktilu&catid=161%3Apertunjukantradisional&
Itemid=64&lang=en
http://silat.blogsome.com/2006/03/23/
(20)
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Sebagai penunjang untuk mempermudah penulis dalam mengambil langkah langkah dalam penelitian, penulis menggunakan suatu metode. Metode adalah langkah-langkah yang diambil untuk mempermudah penelitian. Setiap penelitian terlebih dahulu harus menentukan metode apa yang akan digunakan dalam penelitian tersebut, hal ini perlu dilakukan karena metode merupakan cara yang akan menentukan berhasil atau tidaknya tujuan yang akan dicapai. Hal ini diperkuat oleh pendapat ahli yaitu Surakhmad (1998:131) menjelaskan tentang metode, yaitu :
Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa, dengan mempergunakan teknik dan alat-alat tertentu. Cara utama itu dipergunakan setelah penyelidik memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta dari situasi penyelidikan.
Sementara itu, Sudjana (2005:52) mengungkapkan bahwa “metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi”. Karena kegiatan tersebut dilakukan setiap melaksanakan penelitian, maka beberapa ahli menyebutnya sebagai tradisi penelitian (research traditions).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode penelitian berkaitan dengan prosedur, alat, serta desain penelitian yang digunakan, sehingga dihasilkan penelitian yang benar-benar ilmiah atas permasalahan-permasalahan penelitian.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode ini digunakan atas dasar pertimbangan bahwa sifat penelitian
(21)
51
Muhammad Bardiansyah, 2014
Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD eksperimental yaitu mencobakan sesuatu untuk mengetahui pengaruh atau akibat\dari suatu perlakuan atau treatment. Di samping itu penulis ingin mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang diselidiki atau diamati. Mengenai metode eksperimen ini Arikunto (2002:4) berpendapat bahwa : Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab-akibat (hubungan klausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminir atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yg bisa mengganggu.
Untuk penelitian ada dua variabel yang harus menjadi perhatian peneliti. Hal ini seperti dijelaskan Sudjana (1989:19) adalah sebagai berikut:
Dalam eksperimen ada dua variabel yang menjadi perhatian utama yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas sengaja dimanipulasi oleh peneliti, sedangkan variabel yang diamati atau diukur sebagai variabel akibat dari manipulasi dari variabel bebas disebut variabel terikat.
Untuk melihat keberhasilan dari variabel bebas perlu adanya kelompok kontrol sebagai pembanding. Dalam hal ini Faisal (1982:80) menjelaskan sebagai berikut:
Suatu eksperimen mengandung upaya membandingkan mengenai akibat suatu treatmen tertentu dengan treatmen lainnya yang berbeda, atau dengan tanpa treatmen. Biasanya disebut suatu kelompok eksperimen dan suatu kelompok kontrol. Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tadi, sedapat mungkin sama atau mendekati sama ciri-cirinya.
Mengacu pada uraian tersebut, maka dalam penelitian ini terdapat variabel-variabel yang terlibat, yakni:
1. Pembelajaran pencak silat dengan model cooperative learning 2. Pembelajaran pencak silat dengan model konvensional 3. Hasil pembelajaran pencak silat seni tepak tilu
Pembelajaran pencak silat dengan menggunakan model cooperative learning merupakan kelompok eksperimen, sedangkan pembelajaran pencak silat konvensional sebagai variabel kontrol. Pembelajaran pencak silat dengan menggunakan model cooperative learning dan pembelajaran pencak silat dengan
(22)
52
model konvensional merupakan variabel bebas, sedangkan penampilan pencak silat seni tepak tilu sebagai variabel terikat atau variabel akibat.
B. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian merupakan sumber data yang sangat penting bagi terlaksananya suatu penelitian. Tanpa adanya populasi, penelitian tidak mungkin dapat dilaksanakan. Populasi dapat diartikan sebagai, “… sekelompok subjek, baik manusia maupun gejala nilai tes benda-benda atau peristiwa”, Surakhmad (1982:73). Kemudian tentang hal yang sama, Asyari (1983:69) menjelaskan,
“Populasi adalah keseluruhan objek penelitian, mungkin berupa manusia, gejala, benda-benda, pola sikap, tingkah laku dan sebagainya yang menjadi objek
penelitian”.
Sedangkan pengertian sampel menurut Surakhmad (1993:3) yaitu:
“Sampel adalah penarikan sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh
populasi”. Lebih lanjut lagi Sugiyono berpendapat :
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang
diambil dari populasi itu”.
Berdasarkan penjelasan kedua kutipan diatas, maka penulis simpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan jumlah dari sumber data yang dijadikan penelitian, sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang dapat mewakili seluruh populasi.
Untuk penelitian ini, karena objek yang diteliti siswa SD Abdussalam yang jumlahnya kurang 30, yaitu 23 orang. Maka semua siswa dijadikan sample. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Arikunto (1992:107) berikut :
Untuk sekedar ancer-ancer maka jika subjeknya kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 20- 25% atau lebih tergantung setidak-tidaknya dari kemampuan peneliti dari segi waktu, tenaga, dan data.
(23)
53
Muhammad Bardiansyah, 2014
Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD
Berdasarkan pada pejelasan tersebut, maka jumlah sampel dalam penelitian ini ditetapkan sebanyak 23 siswa. Teknik pengambilan sampelnya adalah sampling jenuh.
Teknik pengambilan random sampling ini dilakukan dikarenakan jumlah populasi yang relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rancangan tentang cara, proses, dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan dengan mudah dan sesuai dengan tujuan penelitian. Mengenai desain penelitian, Nasution (2004:40) menyatakan
bahwa, ”Desain penelitian merupakan suatu rencana tentang cara mengumpulkan
dan menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian”. Penggunaan desain
penelitian ini disesuaikan dengan aspek penelitian serta pokok masalah yang ingin diungkapkan. Desain penelitian ini berfungsi untuk memberikan jalan dan arah dari proses penelitian. Gambar arah dan kegiatan penelitian akan tercantum dalam desain penelitian, sehingga hal ini akan membantu peneliti dalam upaya memecahkan masalah penelitian yang telah dirumuskan.
Desain penelitian yang digunakan adalah Pre-Post tes Design (Sugiono, 2010:76). Mekanisme penelitian Pre-Post tes Design digambarkan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel. 3.1
Pre - Post tes Design
Kelompok Pre test Perlakuan Post test
R1 O1 X1 O1o
R2 O2 X2 O2o
Keterangan :
R1 : Kelompok model pembelajaran cooperative learning
(24)
54
O1 : Pre -test yang dilaksanakan pada model cooperative learning
O2 :Pre-test yang dilaksanakan pada kelompok model pembelajaran
konvensional.
X1 :Perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan model
coopereative learning
X2 :Perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan model
konvensional
O1 : Post test yang dilaksanakan pada kelompok model cooperative learning
O2 : Post test yang dilaksanakan pada kelompok model konvensional
D. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini diperlukan adanya data dan juga alat ukur untuk mengetahui kekurangan-kekurangan atau kemajuan-kemajuan yang telah dicapai. Mengenai hal ini Arikunto (2007:100) menjelaskan bahwa “Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan
data”. Dalam pengumpulan data, instrument atau alat pengumpulan data yang digunakan harus sesuai dengan data yang akan kita cari. Nurhasan (1999:2)
mengemukakan bahwa: “Dalam proses pengukuran membutuhkan alat ukur”.
Dengan alat ukur ini akan mendapatkan data yang merupakan hasil pengukuran. Oleh karena itu, diperlukan suatu instrument penelitian untuk dapat memperoleh suatu data.
Setiap penelitian sudah tentu menggunakan instrument atau alat untuk mengumpulkan data. Lebih lanjut lagi Arikunto (2006:160) mengemukakan
bahwa: “Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti leih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah
diolah”.
Adapun instrumen yang digunakan penulis untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah tes prestasi. Menurut Arikunto (2006:151), “Tes prestasi atau achievement test yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang
(25)
55
Muhammad Bardiansyah, 2014
Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD prestasi diberikan sesudah orang yang dimaksud mempelajari hal-hal sesuai dengan yang akan diteskan.
Agar penelitian menjadi lebih konkrit, maka perlu ada data. Data tersebut diperoleh pada akhir eksperimen sebagai data akhir setelah kelompok tersebut diberi suatu treatment atau perlakuan. Tujuannya agar dapat mengetahui pengaruh hasil perlakuan yang merupakan tujuan akhir dari eksperimen. Dalam pengumpulan data untuk mengetahui kemampuan setelah diberikan perlakuan dilakukan tes yaitu menampilkan pencak silat jurus seni Tepak Tilu yang diambil dari Perguruan Panglipur dengan item tesnya yaitu wiraga (ketepatan gerak, urutan gerakan), wirama (kesesuaian gerak dengan musik), wirasa (kemantapan, ekspresi).
E. Tahap Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian, penulis merencanakan beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
a. Menyusun jadwal pemberian treatment
Pemberian perlakuan ini dilakukan dengan cara memberikan pembelajaran jurus seni tepak tilu. Waktu untuk pemberian perlakuan selama penelitian adalah 1 bulan yaitu bulan Agustus. Waktu pembelajaran dalam setiap minggu 2 kali pertemuan. Lama waktu penelitian selama 2 jam pelajaran yang setiap jam pelajaran adalah 45 menit. Lama penelitian model Cooperative Learning dan model Konvensional adalah 8 kali pertemuan, diluar pertemuan pre-test dan post-test, karena perubahan hasil belajar dapat dilihat setelah 8 kali pertemuan seperti ujian tengah semester di sekolah.
Adapun jadwal pemberian treatment yang akan diterapkan yaitu: Tabel 3.2
(26)
56
Pertemuan
ke Waktu Perlakuan Materi
1 Kamis, 5 September 2013 Coopereative learning
1. Pengenalan gerakan pencak silat seni tepak tilu perkelompok sesuai kelompok yang telah ditentukan, yaitu :
a. Langkah kaki kanan,dan kaki kiri, pasang.
b. Besot.
c. Sogok ayun 4 kali.
d. Besot
e. Giles kiri, maju kaki kanan, giles kanan
2. Pemantapan jurus/materi.
Konvensional
1. Pengenalan gerakan pencak silat seni tepak tilu, yaitu :
a. Langkah kaki kanan,dan kaki kiri, pasang. b. Besot.
c. Sogok ayun 4 kali.
Besot
d. Giles kiri, maju kaki kanan, giles kanan
2. Pemantapan jurus/materi.
2 Jum‟at, 6 September 2013 Coopereative learning
1. Pengulanagan semua rangkaian gerakan pertemuan pertama perkelompok. 2. Pengenalan jurus /materi baru,
perkelompok sesuai kelompok yang ditentukan, yaitu:
a. Siku bandul
b. Kembali adeg-adeg tunggal.
c. Gunting(kaki dibuka sejajar)
3. Pemantapan jurus/materi.
Konvensional
1. Pengulanagan semua rangkaian gerakan pertemuan pertama.
2. Pengenalan jurus /materi baru yaitu:
a. Siku bandul
b. Kembali adeg-adeg tunggal. c. Gunting(kaki dibuka sejajar) d. Pemantapan jurus/materi.
3 Kamis, 13 September 2013 Coopereative learning
1. Pengulangan semua rangakaian gerakan pada pertemuan sebelumnya perkelompok. 2. Pengenalan jurus/materi baru perkelompok,
yaitu:
a. Kelid pasang nutup kedepan. b. Besot kiri.
c. Sogok kanan ayun 6 kali. 3. Pemantapan jurus/materi.
Konvensional
1. Pengulangan semua rangakaian gerakan pada pertemuan sebelumnya.
2. Pengenalan jurus/materi baru, yaitu: a. Kelid pasang nutup kedepan. b. Besot kiri.
c. Sogok kanan ayun 6 kali. 3. Pemantapan jurus/materi.
(27)
57
Muhammad Bardiansyah, 2014
Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD
4
Jum „at, 14 September
2013
Coopereative learning
1. Pengulangan semua rangakaian gerakan pada pertemuan sebelumnya perkelompok.
2. Pengenalan jurus baru perkelompok, yaitu :
a. Besot.
b. Peupeuh depan,kaki gesoh kiri. c. Tendang kanan, peupeuh kanan,
giles sikut depan, bandul 3. Pementapan jurus/materi.
Konvensional
1. Pengulangan semua rangakaian gerakan pada pertemuan sebelumnya.
2. Pengenalan jurus baru yaitu : a. Besot.
b. Peupeuh depan,kaki gesoh kiri. c. Tendang kanan, peupeuh kanan,
giles sikut depan, bandul 3. Pementapan jurus/materi.
5 Kamis, 20 September 2013 Coopereative learning
1. Pengulangan semua rangakaian gerakan pada pertemuan sebelumnya
perkelompok.
2. Pengenalan jurus baru perkelompok, yaitu:
a. Kepeung malik belakang
b. Tonjok maju
c. Kepeug malik tonjok kedepan ditempat.
3. Pemantapan jurus/materi.
Konvensional
1. Pengulangan semua rangakaian gerakan pada pertemuan sebelumnya.
2. Pengenalan jurus baru, yaitu:
a. Kepeung malik belakang
b. Tonjok maju
c. Kepeug malik tonjok kedepan ditempat.
3. Pemantapan jurus/materi.
6 Jum‟at, 21 September 2013 Coopereative learning
1. Pengulangan semua rangakaian gerakan pada pertemuan sebelumnya
perkelompok.
2. Pengenalan jurus baru perkelompok, yaitu:
a. Giles, tarik, tendang kedepan kaki kiri.
b. Seseug langkah kedepan 4 kali.
c. Peupeuh, giles, sikut, bandul.
3. Pemantapan jurus/materi
Konvensional
1. Pengulangan semua rangakaian gerakan pada pertemuan sebelumnya.
2. Pengenalan jurus baru, yaitu:
a. Giles, tarik, tendang kedepan kaki kiri.
(28)
58
b. Seseug langkah kedepan 4 kali. c. Peupeuh, giles, sikut, bandul.
3. Pemantapan jurus/materi
7 Kamis, 27 September 2013 Coopereative learning
1. Pengulangan semua rangakaian gerakan pada pertemuan sebelumnya
perkelompok.
2. Pengenalan jurus baru perkelompok, yaitu:
a. Kepeug tonjok belakang maju.
b. Kepeug tonjok depan ditempat.
c. giles tendang, mincid 4 kali ditempat.(tarik kaki kiri). 3. Pemantapan jurus/materi.
Konvensional
1. Pengulangan semua rangakaian gerakan pada pertemuan sebelumnya.
2. Pengenalan jurus baru, yaitu:
a. Kepeug tonjok belakang maju. b. Kepeug tonjok depan ditempat. c. giles tendang, mincid 4kali
ditempat.(tarik kaki kiri). 3. Pemantapan jurus/materi.
8 Jum‟at, 28 September 2013 Coopereative learning
1. Pengulangan semua rangakaian gerakan pada pertemuan sebelumnya
perkelompok.
2. Pengenalan jurus/materi baru perkelompok, yaitu :
a. Giles kiri, sogok kanan, gedig kanan.(gerakan cilakong). b. Gibas kanan, sogok kiri, gedig
kiri.(gerakan cikalong).
c. Gibas kiri, peupeuh kanan , gibas gantung, peupeuh belakang, gites, sikut, bandul, besot, tamplok gebrag depan.
3. Pemantapan jurus /materi.
Konvensional
1. Pengulangan semua rangakaian gerakan pada pertemuan sebelumnya.
2. Pengenalan jurus/materi baru, yaitu :
a. Giles kiri, sogok kanan, gedig kanan.(gerakan cilakong). b. Gibas kanan, sogok kiri, gedig
kiri.(gerakan cikalong).
c. Gibas kiri, peupeuh kanan , gibas gantung, peupeuh belakang, gites, sikut, bandul, besot, tamplok gebrag depan. 3. Pemantapan jurus /materi.
(29)
59
Muhammad Bardiansyah, 2014
Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD
2. Tahap pemberian treatment
Pemberian treatment dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.
3. Tahap tes penampilan pencak silat seni tepak tilu
Tes penampilan pencak silat dilakukan pada saat pertemuan terakhir, setelah pemberian treatment selesai dan dinilai oleh wait juri / pelatih pencak silat tingkat nasional dan tingkat Provinsi Jawa Barat. Adapun aspek penilaian yang menjadi unsur peniliaian pada penampilan pencak silat jurus seni pareredan diantaranya yaitu wiraga, wirahma dan wirasa.
Tabel 3.3 Aspek penilaian
Sub variael terikat
Indikator Keterangan
Wiraga
Urutan
gerakan Melakukan gerakan setiap jurus sesuai urutan. Ketepatan
jurus
Melakukan gerakan yang tepat sesuai ketentuan gerak.
Wirahma
Kemantapan dan ketegasan
gerak jurus
Melakukan gerak dengan baik, indah dan bertenaga.
Kesesuaian dengan
music
Melakukan gerakan sesuai dengan musik pengiring.
wirasa
Penghayatan dan ekspresi
Melakukan setiap gerakan dengan penghayatan dan penjiwaan.
Adapun tata cara pelaksanaan tes pencak silat seni pareredan tersebut yaitu siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menampilkan gerak jurus seni tepak tilu.
a. Tujuan
Menilai hasil pembelajaran pencak silat dengan beberapa aspek penilaian, melalui tes yang sama yaitu tes jurus seni tepak tilu.
b. Alat/perlengkapan
(30)
60
c. Pelaksanaan tes
Siswa dengan pakaian pencak silat maupun olahraga melakukan seluruh rangkaian gerakan jurus seni tepak tilu
d. Penilaian
Penilaian dilakukan dengan cara mengamati penampilan siswa, kemudian tester mencatat hasil pengamatannya di lembar penilaian. Adapun lembar penilaian yang digunakan terlampir.
e. Tester
Tester pada tes akhir penelitian ini dilakukan oleh para wasit juri/pelatih pencak silat tingkat Nasional dan tingkat Jawa Barat. Hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas hasil penilaian penelitian ini.
F. Prosedur Pengolahan Data dan Analisis Data
Setelah proses pengetesan berakhir, maka langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data untuk diolah dan dianalisis agar dapat memberikan informasi yang bermakna sesuai dengan tujuan penelitian. Pengumpulan, pengolahan dan penganalisisan data dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tentang perbandingan pengaruh pembelajaran pencak silat yang menggunakan model pembelajaran cooperative learning dengan pembelajaran pencak silat yang mengunakan model konvensional terhadap penampilan pencak silat seni tepak tilu di SD Abdussalam Kab. Bandung Barat.
Setelah seluruh data hasil penelitian terkumpul maka selanjutnya akan diolah menggunakan statistika inferensial. Teknik pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan software, seperti SPSS versi 20. Langkah-langkah yang dilakukan oleh penulis dalam mengolah data tersebut diantaranya :
1. Menghitung skor pre test dan post test kelas eksperimen dan kelas kontrol pada sampel penelitian.
2. Menghitung gain atau selisih dari pre test dan post test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3. Menguji normalitas data dengan uji Kolmogorov Smirnov. Kriteria pengujiannya sebagai berikut:
(31)
61
Muhammad Bardiansyah, 2014
Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD
a. Jika nilai signifikasi (sig) > α 0,05 , maka data berdistribusi normal b. Jika nilai signifikasi (sig) < α 0,05, maka data berdistribusi tidak normal 4. Uji homogenitas dari masing-masing pada tiap kelompok dengan
menggunakan uji Lavene. Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut: a. Jika nilai signifikasi (sig) > α 0,05, maka data tersebut homogen b. Jika nilai signifikasi (sig) < α 0,05, maka data tersebut homogen
5. Apabila data yang dicari berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan pengolahan hasil penelitian untuk menguji hipotesis dengan uji-t. Kriteria pengujiannya sebagai berikut:
a. Jika nilai signifikansi (sig) > 0,05 maka H0 diterima.
(32)
62
Lampiran Jurus Seni Pencak Silat Tepak Tilu
No GERAKAN DESKRIPSI Gambar
1 Langkah kaki kanan, kiri, pasang
1. Langkah kaki kanan mengibaratkan niat dengan ruas panjang hanya 1/4 langlah.
2.Langkah kiri menyusul untuk membentuk kuda-kuda tengah dengan mantap dan kuat.
(33)
63
Muhammad Bardiansyah, 2014
Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD
3.Pasang nutup dengan posisi tangan kanan melengkup kedepan disusul dengan tangan kiri melengkup juga sampai batas sikut tangan kanan.
2 Besot 1.Gerakan menyulur tangan kanan dengan tangan kiri bertujuan menusuk kearah ulu hati dan leher.
3 Sogok ayun 4 kali 1.Gerakan seser berfungsi sebagai kuncian / seni tradisi.
(34)
(35)
65
Muhammad Bardiansyah, 2014
Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD
4 Besot 1.Membeuka awalan
selanjutnya
5 Giles kiri, maju kaki kanan, giles kanan
1.Mengunci gerakan pukulan lawan
(36)
66
2. Mematikan lawan yang sudah dikunci dengan melempar atau menjatuhkan.
6 Siku bandul 1. Gerakan menangkis serangan tangan lawan dengan menggenggam pergelangan tangan lalu lanjut mematikan lawan.
2. Gerakan cepat dan tiba-tiba(cikalong) untuk meyerang.
(37)
67
Muhammad Bardiansyah, 2014
Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD 7 Kembali adeg-adeg
tunggal
1. Kembali siap sedia menerima serangan lawan selanjutnya.
8 Gunting(kaki dibuka sejajar)
1. Menangkis serangan lawan kearah kaki / bawah.
(38)
68
9 Kelid pasang nutup kedepan
1. Kembali siap sedia untuk meyerang dengan membuat pertahanan terlebih dahulu.
10 Besot kiri 1. Membuka opensif
(39)
69
Muhammad Bardiansyah, 2014
Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD 11 Sogok kanan ayun 6 kali 1. Gerakan seser
berfungsi sebagai kuncian / cikalong / pun sebagai keindahan.
12 Besot 1. Membuka
(opensif) serangan.
(40)
70
13 Peupeuh depan, kaki gesoh kiri
14 Tendang kanan, peupeuh kanan, giles sikut depan, bandul
1. Serangan arah uluh hati/kemaluan.
(41)
71
Muhammad Bardiansyah, 2014
Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD
2. Serangan arah muka.
3. Menangkis dan mengunci serangan lawan.
(42)
72
4. Mematikan lawan.
5. Gerakan cepat pada lawan yang datang mendadak.
(43)
73
Muhammad Bardiansyah, 2014
Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD 15 Kepeung malik belakang Ada dua opsi
1. Hanya menangkis gerakan /serangan 2. Atau menangkis
dan mematahkan tangan.
16 Tonjok maju 1. Sereangan
pukulan kedepan arah ulu hati.
(44)
74
17 Kepeug malik tonjok kedepan ditempat.
1. Grakan tangkisan belakang secara cepat.
2.
3. Dilanjutkan pukulan arah ulu hati dengan kuotabertenaga.
18 Giles, tarik, tendang kedepan kaki kiri.
1. Mengunci serangan lawan.
(45)
75
Muhammad Bardiansyah, 2014
Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD
.
2. Memblock serangan lawan,tendang kaki kiri.
19 Seseug langkah kedepan 4 kali.
1. Menunggu serangan lawan dengan 4 langkah kedepan(sebagai keindahan gerakan juga).
(46)
76
20
Peupeuh, giles, sikut, bandul.
(47)
77
Muhammad Bardiansyah, 2014
Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD
2.Mengunci serangan lawan.
(48)
78
4.Kembali melakukan serangan pada lawan dengan tiba-tiba dan bertenaga.
(49)
79
Muhammad Bardiansyah, 2014
Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD Interaktif Abdussalam Kab. Bandung Barat
(50)
(51)
81
Muhammad Bardiansyah, 2014
Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD
21 Kepeug
tonjok belakang maju.
Ada dua opsi
1. Hanya
menangkis gerakan /serangan. 2. Atau
menangkis dan
mematahkan tangan.
3. Sereangan pukulan kedepan arah ulu hati.
22 Kepeug
tonjok depan ditempat.
1. Grakan tangkisan belakang secara cepat.
(52)
82
2. Dilanjutkan pukulan arah ulu hati dengan kuat dan
bertenaga.
23 giles mincid 4 kali ditempat. (tarik kaki kiri)
1. Mengunci
serangan lawan.
(53)
83
Muhammad Bardiansyah, 2014
Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD
2. Memblock
serangan lawan.
(54)
84
24 Giles kiri, sogok kanan, gedig
kanan.(gerak an cilakong)
1. Menangkis pukulan dari lawan.
2. Menusuk
kearah ulu hati.
(55)
85
Muhammad Bardiansyah, 2014
Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD
3. Menangkis dan mengunci pukulan lawan lalu mematahkan nya.
(56)
86
25 Gibas kanan, sogok kiri, gedig kiri. (gerakan cikalong)
1. Menangkis pukulan dari lawan.
2. Menusuk
kearah ulu hati.
3. Menangkis dan mengunci pukulan lawan lalu mematahkan nya.
(57)
87
Muhammad Bardiansyah, 2014
Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD 26 Gibas kiri,
peupeuh kanan , gibas gantung, , , sikut, bandul, peupeuh belakang besot, tamplok gebrag depan.
1. Menangkis pukulan lawan.
2. Menyerang
(58)
88
3. Gibas gantung.
4. Sikut
(59)
89
Muhammad Bardiansyah, 2014
Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD
6. tangkisan serangan bawah
7. peupeh
belakang
8. Membuka
opensif serangan.
(60)
90
9. Membawa
dan mengunci lawan lalu melempar arah depan.
(61)
91
Muhammad Bardiansyah, 2014
Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD
(62)
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis perkembangan dari aspek model cooperative learning (STAD) dan model konvensional, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Model cooperative learning (STAD) memberikan pengaruh signifikan terhadap hasil pembelajaran pencak silat seni tepak tilu di SD Interaktif Abdusslam Kab. Bandung Barat.
Model konvensional memberikan pengaruh signifikan terhadap hasil pembelajaran pencak silat seni tepak tilu SD Interaktif Abdusslam Kab. Bandung Barat.
“Model konvensional memberikan pengaruh yang lebih signifikan
dibandingkan dengan model cooperative learning (STAD) terhadap hasil pembelajaran pencak silat seni tepak tilu di SD Abdussalam Kabupaten Bandung
Barat”.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Dalam pembelajaran pencak silat materi pencak silat seni tepak tilu di sekolah dasar, sebaiknya menggunakan metode konvensional karena dalam proses belajar mengajarnya siswa menjadi lebih terarah, lebih kondusif dan lebih fokus. Sehingga siswa menjadi lebih mengerti, memahami, dan menguasai terhadap pembelajaran pencak silat seni tepak tilu.
(63)
73
Muhammad Bardiansyah, 2014
Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD
2. Guru pencak silat agar memperhatikan kebenaran jurus dan kemantapan gerakan dalam mengajarkan pencak silat seni tepak tilu kepada siswa. Karena dengan kebenaran gerakan yang baik, maka tingkat penguasaan gerak siswa akan menjadi lebih baik.
3. Pengunaan model cooperative learning dan model konvensional dapat digunkanan dalam pembelajaran pencak silat seni tepak tilu, karena dapat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar.
(64)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, T.M. (2007). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rienika Cipta
Farida, Ai. (2012). Pengaruh Model Cooperative Learning Terhadap Hasil Pembelajaran Pencak Silat Seni Paleredan di SMA IT As-Syifa Boarding School Subang. Bandung: FPOK UPI.
Hidayat, Yusup. (2008). Psikologi Olahraga. FPOK UPI. Bandung. Internet google: www.http://silat-padjadjaran.web.id/?p=22
IPSI. (2007). Peraturan Pertandingan Pencak Silat Hasil MUNAS XII IPSI. Jakarta: Ikatan Pencak Silat Indonesia.
Juliantine, Tite, dkk. (2011). Model-model pembelajaran pendidikan jasmani Bandung: FPOK UPI
Junaedi, Edi. (2010). Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Model Student Achievement Divisions (STAD) Terhadap Hasil Pembelajaran Siswa/Warga Belajar pada Mata Pelajaran Matematika (Studi Kuasi Eksperimen pada Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.
Kasmahidayat, Yuliawan. (2008). Ibing Pencak Sebagai Materi Pembelajaran. Bandung: CV. Bintang WarliArtika.
Mahendra, Agus. (2007). Teori Belajar Mengajar Motorik. FPOK UPI. Bandung. Metzler. M.W, (2000) instructional models for psycal education. Boston : Allyn
and Bacon
Saputra, Yudha. dkk. (2007). Filsafat Penjas, Kesehatan, dan Rekreasi. FPOK UPI: Bandung.
Slameto, (2007). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : Rinekacipta Sharan, dan sholomo. (2009). Handbook of Cooperative Learning Inovasi Pengajaran
dan Pembelajaran untuk Memacu Keberhasilan Siswa di Kelas. Yogyakarata: IMPERIUM.
Slavin, Robert. E.(2005). Cooperative Learning. London :Nusa Media. Subroto, Toto. dkk. (2008). Teori Bermain. FPOK UPI. Bandung.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.
(65)
Muhammad Bardiansyah, 2014
Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD Yudistira, Febryan Sita. (2011). Perbandingan Antara Metode Bagian Dengan Metode
Keseluruhan Terhadap Penguasaan Gerak Jurus Paleredan Pada Pembelajaran Pencak Silat Di Sdn Utama Mandiri 1 Cimahi. Bandung: FPOK UPI.
(1)
Muhammad Bardiansyah, 2014
Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD Interaktif Abdussalam Kab. Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9. Membawa dan mengunci lawan lalu melempar arah depan.
(2)
(3)
Muhammad Bardiansyah, 2014
Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD Interaktif Abdussalam Kab. Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis perkembangan dari aspek model cooperative
learning (STAD) dan model konvensional, maka diperoleh beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
Model cooperative learning (STAD) memberikan pengaruh signifikan
terhadap hasil pembelajaran pencak silat seni tepak tilu di SD Interaktif
Abdusslam Kab. Bandung Barat.
Model konvensional memberikan pengaruh signifikan terhadap hasil
pembelajaran pencak silat seni tepak tilu SD Interaktif Abdusslam Kab. Bandung
Barat.
“Model konvensional memberikan pengaruh yang lebih signifikan
dibandingkan dengan model cooperative learning (STAD) terhadap hasil
pembelajaran pencak silat seni tepak tilu di SD Abdussalam Kabupaten Bandung
Barat”
.
B.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis mengajukan saran-saran sebagai
berikut:
1.
Dalam pembelajaran pencak silat materi pencak silat seni tepak tilu di
sekolah dasar, sebaiknya menggunakan metode konvensional karena
dalam proses belajar mengajarnya siswa menjadi lebih terarah, lebih
kondusif dan lebih fokus. Sehingga siswa menjadi lebih mengerti,
memahami, dan menguasai terhadap pembelajaran pencak silat seni
tepak tilu.
(4)
73
2.
Guru pencak silat agar memperhatikan kebenaran jurus dan
kemantapan gerakan dalam mengajarkan pencak silat seni tepak tilu
kepada siswa. Karena dengan kebenaran gerakan yang baik, maka
tingkat penguasaan gerak siswa akan menjadi lebih baik.
3.
Pengunaan model cooperative learning dan model konvensional dapat
digunkanan dalam pembelajaran pencak silat seni tepak tilu, karena
dapat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar.
(5)
Muhammad Bardiansyah, 2014
Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD Interaktif Abdussalam Kab. Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Arikunto, T.M. (2007). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rienika Cipta
Farida, Ai. (2012). Pengaruh Model Cooperative Learning Terhadap Hasil Pembelajaran Pencak Silat Seni Paleredan di SMA IT As-Syifa Boarding School Subang. Bandung: FPOK UPI.
Hidayat, Yusup. (2008). Psikologi Olahraga. FPOK UPI. Bandung. Internet google: www.http://silat-padjadjaran.web.id/?p=22
IPSI. (2007). Peraturan Pertandingan Pencak Silat Hasil MUNAS XII IPSI. Jakarta: Ikatan Pencak Silat Indonesia.
Juliantine, Tite, dkk. (2011). Model-model pembelajaran pendidikan jasmani Bandung: FPOK UPI
Junaedi, Edi. (2010). Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Model Student Achievement Divisions (STAD) Terhadap Hasil Pembelajaran Siswa/Warga Belajar pada Mata Pelajaran Matematika (Studi Kuasi Eksperimen pada Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.
Kasmahidayat, Yuliawan. (2008). Ibing Pencak Sebagai Materi Pembelajaran. Bandung: CV. Bintang WarliArtika.
Mahendra, Agus. (2007). Teori Belajar Mengajar Motorik. FPOK UPI. Bandung. Metzler. M.W, (2000) instructional models for psycal education. Boston : Allyn
and Bacon
Saputra, Yudha. dkk. (2007). Filsafat Penjas, Kesehatan, dan Rekreasi. FPOK UPI: Bandung.
Slameto, (2007). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : Rinekacipta Sharan, dan sholomo. (2009). Handbook of Cooperative Learning Inovasi Pengajaran
dan Pembelajaran untuk Memacu Keberhasilan Siswa di Kelas. Yogyakarata: IMPERIUM.
Slavin, Robert. E.(2005). Cooperative Learning. London :Nusa Media. Subroto, Toto. dkk. (2008). Teori Bermain. FPOK UPI. Bandung.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.
(6)
Yudistira, Febryan Sita. (2011). Perbandingan Antara Metode Bagian Dengan Metode Keseluruhan Terhadap Penguasaan Gerak Jurus Paleredan Pada Pembelajaran Pencak Silat Di Sdn Utama Mandiri 1 Cimahi. Bandung: FPOK UPI.