Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik stad dan teknik jigsaw: kuasi eksperimen di SMP attaqwa 06 Bekasi

(1)

PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI ANTARA SISWA

YANG DIAJARKAN MELALUI PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TEKNIK STAD DAN TEKNIK JIGSAW

(Kuasi eksperimen di SMP Attaqwa 06 Bekasi)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

OLEH AHMAD FAUZI

106016100570

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H / 2011 M


(2)

(3)

(4)

ABSTRACT

Ahmad Fauzi, The Differences of Biology Achievement between Students who Learned Using STAD Technique and Jigsaw Technique (Quasi Experiment in SMP Attaqwa 06 Bekasi). S1 Thesis, Biology Education Program, Science Education Department , Faculty of Tarbiyah and Teachers Training of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

The purpose of this research is to know the differences of biology achievement between students who learned using cooperative learning STAD technique and jigsaw technique. This research is done in SMP Attaqwa 06 Bekasi. This research used quasi experiment method with two group, pretest posttest design. Sample were taken using technique of purposive sampling. The amount of research sample is 35 students for the STAD experiment class and 34 students for the jigsaw experiment class. The data taken using instrument of learning achievement test in form multiple choice which have been tested its validity and its reliability. The hypotesis in this research is there is difference in students achievement of biology by cooperative learning between STAD technique and jigsaw technique. The data analysis used t-test, from the result of data calculation the differenciation of mean between the two group obtained the value of N-gain are equal to 2,08, while t-table at the level of significance 5% with degree of freedom (dk) = 70 that is equal to 2,00. So it can be said that by t-test > t-table it means the alternative hypothesis (Ha) is accepted and zero hypothesis (Ho) refused. It shows that there is difference in students achievement of biology by cooperative learning between STAD technique and jigsaw technique.

Key word: Cooperative Learning Model. STAD technique. Jigsaw technique. Student Learning Achievement.


(5)

ABSTRAK

Ahmad Fauzi, Perbedaan Hasil Belajar Biologi antara Siswa yang Diajarkan melalui Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD dan Teknik Jigsaw (Kuasi Eksperimen di SMP Attaqwa 06 Bekasi). Skripsi, Program Studi Biologi, Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik STAD dan teknik jigsaw. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Attaqwa 06 Bekasi. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi experiment) dengan desain Two group, Pretest posttest design. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Sampel penelitian berjumlah 35 siswa untuk kelas eksperimen STAD dan 34 siswa untuk kelas eksperimen jigsaw. Pengambilan data menggunakan instrumen tes hasil belajar berbentuk pilihan ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan hasil belajar biologi siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik STAD dan teknik jigsaw. Analisis data menggunakan uji-t, data hasil perhitungan perbedaan rata-rata N-gain kedua kelompok tersebut diperoleh nilai thitung sebesar 2,08, sedangkan ttabel pada taraf

signifikan 5% dengan derajat kebebasan (dk) = 70 yaitu sebesar 2,00, maka dapat dikatakan bahwa thitung > ttabel berarti hipotesis alternatif (Ha) diterima dan

hipotesis nol (Ho) ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar biologi siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik STAD dan teknik jigsaw.

Kata kunci : Model Cooperative Learning. Teknik STAD. Teknik jigsaw. Hasil Belajar siswa


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah swt yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan Strata Satu (S1) pada program studi pendidikan biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Pembimbing I dan Ketua Jurusan

Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Meiry Fadilah Noor, M.Si., Pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan dan motivasi yang sangat membangun bagi penulis.

4. Kedua orang tua tercinta, Bapak Abdul Wahid dan Ibu Nentih, serta Nenek dan Kakek tercinta, Nenek Royanih dan Kakek Kaman, yang selama ini telah mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, dengan penuh perjuangan dan doa yang tidak pernah henti-hentinya untuk penulis.

5. Bapak Drs. Hasanuddin., Kepala sekolah SMP Attaqwa 06 Bekasi, yang telah memberikan izin penelitian.

6. Bapak Kamil, A.Md., Guru bidang studi Biologi kelas VIII SMP Attaqwa

06 Bekasi yang telah membimbing dalam penelitian.

7. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Pendidikan IPA yang telah memberikan saran serta semangat kepada penulis.

8. Teman-teman Jurusan Pendidikan IPA Biologi angkatan 2006 yang selalu


(7)

Awal, Ayu, Uwi, Rossi, Indah, Yolanda, Eka dan semua yang sering membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Teman-teman seperjuangan di Asrama tercinta, Sofyan, Wahyu,

Fahruddin, Fahmi, Kholiq, Roffi, terimakasih selalu bersedia menjadi tempat berbagi dan tak pernah bosan memberikan semangat dan doa. Akhirnya, tiada untaian kata yang terindah dan berharga kecuali

ucapan alhamdulillahirobbil’alamiin atas rahmat dan ridho-Nya. Penulis

berharap semoga segala kebaikan dan keikhlasannya mendapat pahala dari Allah swt. Jazakumullah Khoerun Katsiron, Amin.

Jakarta, Februari 2011


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I . PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah... 7

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II . DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS ... 9

A. Deskripsi Teoritis ... 9

1. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) ... 9

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 9

b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ...11

c. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif ...13

2. Teknik Student Team Achievement Division (STAD) ...14

a. Pengertian Teknik Student Team Achievement Division (STAD) ...14

c.Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD ...16


(9)

a. Pengertian Teknik Jigsaw ...18

b.Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw ...19

4. Hasil Belajar ...23

a. Pengertian Hasil Belajar ...23

b. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ...26

B. Penelitian Relevan ...28

C. Kerangka Pikir ...30

D. Perumusan Hipotesis ...32

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN...33

A. Tempat dan Waktu Penelitian ...33

B. Metode dan Desain Penelitian ...33

C. Populasi dan Sampel ...34

D. Variabel Penelitian...35

E. Teknik Pengumpulan Data ...35

F. Instrumen Penelitian ...35

G. Kalibrasi Instrumen ...37

1. Uji Validitas ...37

2. Uji Reliabilitas ...38

3. Uji Tingkat Kesukaran ...38

H. Teknik Analisis Data ...39

1. Uji Prasyarat Analisis Data ...39

a. Uji Kenormalan Distribusi Frekuensi ...39

b. Uji Homogenitas Varians ...39

2. N-gain...40

3. Uji Hipotesis ...40


(10)

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...42

A.Hasil Penelitian ...42

1. Deskripsi Hasil Data Eksperimen STAD ...42

a. Hasil Data Pretest Kelas Eksperimen STAD ...42

b. Hasil Data Posttest Kelas Eksperimen STAD ...43

c. Hasil Data N-gain Kelas Eksperimen STAD ...44

2. Deskripsi Hasil Data Eksperimen Jigsaw ...45

a. Hasil Data Posttest Kelas Eksperimen Jigsaw ...46

b. Hasil Data N-gain Kelas Eksperimen Jigsaw ...47

B. Teknik Analisis Data...48

1. Uji Normalitas ...49

a. Hasil Uji Normalitas Pretest...49

b. Hasil Uji Normalitas Posttest ...49

2. Uji Homogenitas ...50

a. Hasil Uji Homogenitas Pretest ...50

b. Hasil Uji Homogenitas Posttest ...51

C. Pengujian Hipotesis ...52

D. Pembahasan Hasil Belajar ...53

E. Keterbatasan Penelitian ...60

BAB V. PENUTUP...61

A. Kesimpulan ...61

B. Saran ...61


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Kriteria pemberian skor peningkatan individu ...17

2.2. Perolehan skor dan penghargaan tim teknik STAD ...18

2.3. Skor perkembangan Jigsaw ...21

2.4. Tingkat penghargaan kelompok Jigsaw ...21

2.5. Perbandingan Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD dan Teknik Jigsaw ...22

3.1. Desain penelitian ...34

3.2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ...36

4.1. Distribusi Frekuensi Skor Pretest Siswa Kelas Eksperimen STAD ...43

4.2. Distribusi Frekuensi Skor Posttest Siswa Kelas Eksperimen STAD ...44

4.3. Kategorisasi N-gain Kelas Eksperimen STAD ...45

4.4. Distribusi Frekuensi Skor Pretest Siswa Kelas Eksperimen Jigsaw ...46

4.5. Distribusi Frekuensi Skor Posttest Siswa Kelas Eksperimen Jigsaw ...47

4.6. Kategorisasi N-gain Kelas Eksperimen jigsaw ...48

4.7. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Pretest Uji Liliefors ...49

4.8. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Posttest Uji Liliefors ...50

4.9. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Pretest. ...51

4.10. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Posttest ...52

4.11. Hasil pengujian Hipotesis Nilai N-gain dengan “t test” Kelompok Eksperimen STAD dan Jigsaw ...53


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Pelaksanaan Teknik Jigsaw...21 2.2. Kerangka Pikir...32


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas STAD ...66

2. Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas STAD...75

3. Lembar Jawaban LKS Kelas STAD...85

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Jigsaw ...88

5. Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Jigsaw ...98

6. Lembar Jawaban LKS Kelas STAD...15

7. Soal dan jawaban Kuis Individu Kelas STAD dan Jigsaw ...19

8. Instrumen Penelitian ...15

9. Perhitungan validitas soal ...14

10. Perhitungan Uji Reliabilitas ...16

11. Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal ...17

12. Perhitungan Daya Pembeda Soal ...18

13. Rekapitulasi Daftar Validitas soal, Tingkat Kesukaran Soal, dan Daya Pembeda Soal ...10

14. Instrumen Tes Hasil Uji Soal ...12

15. Kunci Jawaban Instrumen Tes Hasil Uji Soal ...16

16. Lembar Observasi ...17

17. Lembar Skor dan Rekapitulasi Kuis STAD dan Jigsaw ...13

18. Daftar heterogenitas siswa kelas STAD dan Jigsaw ...15

19. Hasil Lembar Skor Kuis STAD dan Jigsaw ...11

20. Nilai LKS Kelompok Eksperimen STAD dan Jigsaw ...13

21. Persentase Hasil Observasi Siswa Kelas Eksperimen STAD dan Jigsaw ...14

22. Persiapan Uji Normalitas dan Homogenitas Data ...16

23. Uji Normalitas Data...12

24. Uji Homogenitas Data ...16


(14)

26. Nilai Normal Gain (N-Gain) Kelas Eksperimen Jigsaw ...10 27. Persiapan Uji Hipotesis (Uji t ...12 28. Pengujian Hipotesis ...14


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan aktivitas manusia yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pernyataan tersebut menjadi ungkapan bahwa manusia tidak dapat lepas dari proses belajar itu sendiri sampai kapanpun dan dimanapun manusia itu berada dan belajar juga menjadi kebutuhan yang terus meningkat sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

Perkembangan ilmu pengetahuan alam (IPA) telah melaju dengan pesatnya karena selalu berkaitan erat dengan perkembangan teknologi yang

memberikan wahana yang memungkinkan perkembangan tersebut.

Perkembangan yang pesat telah menggugah para pendidik untuk dapat merancang dan melaksanakan pendidikan yang lebih terarah pada penguasaan konsep IPA, yang dapat menunjang kegiatan sehari-hari dalam masyarakat. Oleh karena itu, untuk dapat menyesuaikan perkembangan tersebut menuntut kreativitas dan kualitas sumber daya manusia harus ditingkatkan melalui jalur pendidikan. Untuk meningkatkan kualitas peserta didik melalui pembelajaran IPA, guru diharapkan tidak hanya memahami produk IPA, tetapi hendaknya juga memahami hakikat proses pembelajaran IPA yang mencakup tiga ranah kemampuan, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Oleh karena itu, pengalaman belajar IPA harus memberikan pertumbuhan dan perkembangan siswa pada setiap aspek kemampuan tersebut.

Proses pembelajaran yang baik tidak lepas dari kerjasama antara guru dan murid. Guru yang baik adalah guru yang mampu menguasai materi yang akan disampaikan dan selanjutnya dapat menyajikannya dengan baik di dalam kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Slavin seperti dikutip oleh Ruhadi,

menyatakan bahwa “guru yang efektif tidak hanya menguasai bahan ajar yang

mereka ajarkan, tetapi mereka juga dapat mengkomunikasikan pengetahuan mereka kepada siswa. Oleh karena itu, kunci kewibawaan dan keberhasilan


(16)

guru tergantung dari penguasaan materi dan kemampuannya menyajikan materi tersebut”.1

Kemampuan guru dalam menyampaikan materi kepada siswa tidak terlepas dari strategi yang dipilih guru. Dalam memilih strategi pembelajaran diperlukan beberapa pertimbangan antara lain keadaan siswa, keadaan sekolah, lingkungan belajar yang dapat menunjang kemajuan IPTEK dan kemajuan kehidupan sosial di masyarakat, serta tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yaitu untuk meningkatkan hasil belajar yang optimal bagi siswa. Dengan demikian, secara umum strategi pembelajaran menduduki posisi yang penting dalam proses pembelajaran di kelas dan merupakan keterampilan yang harus dimiliki setiap guru. Karena strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan atau rangkaian kegiatan termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan dari berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan pembelajaran.2

Siswa di SMP Attaqwa 06 Bekasi dapat dikategorikan heterogen, maksudnya adalah heterogen dalam hal jenis kelamin, tingkat sosial dan ekonomi, prestasi atau kemampuan akademik, dan suku. Selain itu, kondisi siswa di sekolah tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar IPA dalam materi biologi di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM < 6,5). Begitu pula hasil wawancara dengn guru mata pelajaran IPA, dari hasil wawancara tersebut didapat bahwa nilai rata-rata ujian siswa pada pelajaran biologi masih rendah atau di bawah kriteria ketuntasan minimal.3 Rendahnya nilai tersebut diduga di pengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya sarana dan prasarana sekolah yang belum lengkap maupun minat dan motivasi dalam belajar IPA yang menjadi faktor rendahnya nilai siswa di SMP Attaqwa 06 Bekasi tersebut. Rendahnya minat dan motivasi siswa SMP Attaqwa 06 Bekasi dalam belajar ini terlihat dari lesunya siswa pada jam pelajaran biologi dan tidak

1 Ruhadi. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Salah Satu Alternatif dalam Mengajarkan SAINS IPA yang menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi. (Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, September 2008, Volume 6, Nomor 1), hal. 43

2 Pengawas Sekolah Pendidikan Menengah. Kompetensi Supervisi Akademik 03 -B5. Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya. Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional 2008.hal. 3

3 Wawancara dengan guru bidang studi IPA pada tanggal 11 November 2010, (Tempat : SMP Attaqwa 06 Bekasi) , Pukul 14.00


(17)

bersemangat bahkan selalu mengambil kesempatan untuk tidur pada jam pelajaran.

Penurunan motivasi belajar ini juga kemungkinan disebabkan adanya dominasi pengajaran dengan metode ceramah yang diterapkan oleh sebagian besar guru di SMP Attaqwa 06 Bekasi tersebut. Alasan masih mendominasi metode tersebut dalam pengajarannya karena metode ceramah dianggap paling praktis yang dapat dilaksanakan. Padahal pembelajaran seperti ini akan melahirkan pembelajaran yang pasif dan tidak demokratis, karena peran inti dipegang guru dan bahkan guru seringkali berlaku otoriter. Dengan demikian, kegiatan belajar serta tujuan pembelajaran tidak terwujud.

Agar kegiatan belajar dan tujuan pembelajaran dapat terwujud maka diperlukan metode yang menarik dalam proses pembelajaran. Metode belajar harus membuat siswa aktif dalam proses pembelajarannya, karena keaktifan siswa dapat mempengaruhi hasil belajar. Selain itu, metode belajar harus dapat memfasilitasi siswa untuk berhasil mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Karena metode belajar melibatkan siswa dalam proses pembelajaran yang bersifat menantang dan sekaligus menyenangkan. Dengan demikian, metode belajar dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan beban psikologis siswa, sehingga akan mengefektifkan sekaligus mengefisienkan aktivitas belajar mengajar di kelas.

Pembelajaran yang efektif dan efisien membutuhkan kerja sama yang kompak antara guru dan siswa. Dalam proses pembelajarannya harus terjadi interaksi yang intensif antar berbagai komponen sistem pembelajaran (guru, siswa, materi pembelajaran, dan lingkungan) situasi ini dapat dilakukan dengan mengembangkan dan mengaplikasikan pembelajaran. Kriteria model belajar tersebut merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning).4

Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) digunakan dalam pembelajaran di kelas dengan menciptakan situasi atau kondisi bagi kelompok

4 Effandi Zakaria dan Zanaton Iksan, Promoting Cooperative Learning in Science and Mathematics Education: A Malaysian Perspective, Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, (Malaysia: Universitas Kebangsaan, Selangor, 2007, 3(1), 35-39)


(18)

untuk mencapai tujuan masing-masing anggota atau kelompok itu sendiri. Pembelajaran kooperatif membawa maksud belajar bersama-sama dalam satu kumpulan kecil atau kelompok yang mempunyai tujuan yang sama.5 Yaitu untuk meningkatkan partisipasi siswa dan memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama dalam kelompoknya yang

mempunyai latar belakang yang berbeda. 6 Sehingga diharapkan dari

penerapan pembelajaran kooperatif tersebut, tidak hanya dapat meningkatkan kerja sama dan tanggung jawab siswa yang baik dalam kelompok, tetapi juga akan dapat memacu penguasaan siswa terhadap materi ajar, sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar siswa dalam kelompok tersebut.7

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan pembelajaran kelompok biasa. Pembelajaran kooperatif tidak hanya menekankan kemampuan akademik, tetapi juga kemampuan sosial. Pada pembelajaran kooperatif tersebut unsur kerjasama yang menjadi karakteristik pembelajaran tersebut. Unsur-unsur tersebut adalah adanya saling ketergantungan antar kelompok. Setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugas kelompoknya. Pembelajaran kooperatif juga memberikan kesempatan yang luas bagi anggota kelompok untuk saling memberikan informasi dan saling membelajarkan, serta pembelajaran tersebut memicu siswa berlatih berperan aktif dan komunikatif.

Pembelajaran kooperatif memiliki banyak teknik, dua di antaranya adalah teknik student team achievement division (STAD) dan teknik jigsaw. Dalam pembelajaran kooperatif baik teknik STAD maupun teknik jigsaw, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa yang tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan etnis yang berbeda. Pada pembelajaran teknik STAD dicirikan oleh suatu struktur tugas, tujuan dan penghargaan kooperatif. Teknik STAD adalah salah satu teknik pembelajaran kooperatif yang memiliki keistimewaan dengan teknik pembelajaran yang lain, yaitu anggota

5 Armstrong, Scot, Student Teams Achievement Divisions (STAD) in a twelfth grade classroom: Effect on student achievement and attitude, Journal of Social Studies Research: Student Teams Achievement Divisions, (University of Southern Mississippi, 2008)

6Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), h. 42

7

Yurni Suasti, Upaya Peningkatan Kreativitas Siswa SMU Pembangunan UNP Melalui Modifikasi Cooperative learning Model Jigsaw, (Jurnal Pembelajaran, No.04, Desember 2003), hal. 326


(19)

kelompok diberi tugas, adanya interaksi langsung antar siswa, siswa

dirangsang untuk belajar, guru membantu siswa mengembangkan

keterampilan seseorang dalam kelompok kecil, dan guru berinteraksi dengan siswa bila diperlukan.

Gagasan utama dari teknik student team achievement division (STAD)

adalah untuk memotivasi siswa agar dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru. Jika para siswa ingin kelompoknya mendapatkan penghargaan tim, mereka harus membantu teman satu timnya untuk bisa melakukan yang terbaik, dan

menunjukkan bahwa belajar itu penting, berharga, dan menyenangkan.8

Metode STAD sangat cocok diberikan untuk siswa SMP karena mereka memiliki karakteritik tersendiri. Siswa tersebut senang berkelompok dengan teman sebaya dan memiliki kebersamaan yang tinggi. Terkait dengan proses pembelajaran, siswa SMP sudah mulai berpikir kritis dalam memahami suatu materi pelajaran. Selain itu, pembelajaran kooperatif teknik STAD dapat membantu siswa untuk memahami konsep-konsep biologi yang sulit serta menumbuhkan kemampuan kerja sama, berpikir kritis, dan mengembangkan sikap sosial siswa. Pembelajaran kooperatif tersebut memiliki dampak yang positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya, karena siswa yang rendah hasil belajarnya dapat meningkatkan motivasi, hasil belajar dan penyimpanan materi pelajaran yang lebih lama.9 Melalui teknik STAD ini diharapkan hasil belajar siswa pada konsep pelajaran biologi dapat mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) di sekolah SMP Attaqwa 06 tersebut.

Sedangkan dalam teknik jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang

8 Robert E. Slavin, Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktek, (Terjemahan dari Nurulita: Nusa Media, 2009),

Cet IV. hal. 12.

9 Heri Midiastutik, Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Persamaan Eksponen dan Logaritma Melalui Metode STAD siswa SMA Negeri 1 Krian Kabupaten Sidoarjo. Vidya, Volume 14 Nomor 1, 2006, hal. 38


(20)

ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami konsep tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan konsepnya itu untuk

kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.10

Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan konsep yang sama bertemu untuk diskusi ke dalam kelompok yang disebut tim ahli, dalam tim ahli para anggota saling membantu satu sama lain tentang konsep yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli. Tujuannya adalah untuk mendorong siswa agar lebih aktif, serta meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Karena teknik jigsaw dapat menuntut siswa untuk lebih aktif meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap kelompoknya itu, dan siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Melalui teknik jigsaw ini diharapkan hasil belajar siswa pada konsep pelajaran biologi dapat mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) di SMP Attaqwa 06 Bekasi tersebut. Dengan demikian, semua siswa dituntut untuk berpartisipasi dan berperan aktif dalam proses pembelajaran kelompok di kelas.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti berinisiatif untuk

mengambil judul “Perbedaan Hasil Belajar Biologi Siswa yang Diajarkan

Melalui Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD dengan Teknik Jigsaw”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti dapat mengidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Perilaku pasif siswa mempersulit proses penyerapan materi pelajaran.

10 Novi Emildadiany, Cooperative Learning-Teknik Jigsaw, http://makalahkumakalahmu.


(21)

2. Strategi pembelajaran yang diterapkan guru kurang efektif pada siswa khususnya pelajaran biologi.

3. Pemilihan model pembelajaran kurang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

4. Metode pembelajaran guru bersifat monoton.

5. Hasil belajar biologi siswa rendah di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM < 6,5).

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian, mengingat permasalahan yang telah diidentifikasi di atas ternyata memiliki permasalahan yang cukup luas dan kompleks, oleh karena itu masalah dibatasi pada:

1. Penelitian dilakukan di SMP Attaqwa 06 Bekasi.

2. Penelitian dilakukan pada siswa kelas VIII semester I pada konsep sistem pencernaan.

3. Penelitian dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar biologi siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik STAD dengan teknik jigsaw.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah terdapat perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik STAD dengan teknik jigsaw.

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui perbedaan hasil belajar biologi siswa antara yang menggunakan teknik STAD dengan teknik jigsaw.

2. Mengetahui hasil belajar biologi siswa yang lebih baik dengan menggunakan pembelajaran teknik STAD atau dengan teknik jigsaw.


(22)

3. Mengetahui perbedaan hasil belajar biologi siswa sebelum dan sesudah penelitian pada masing-masing kelas.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh manfaat yang baik kepada semua pihak yang terkait langsung dengan dunia pendidikan, terutama bagi: 1. Guru-guru biologi, dapat menerapkan berbagai variasi metode mengajar

dan meningkatkan peranan siswa dalam belajar. Serta sebagai wahana peningkatan profesional keguruan, baik bagi guru maupun bagi peneliti sendiri sebagai calon pendidik.

2. Siswa, sebagai motivasi dalam belajar yang memberikan suasana baru karena model pembelajaran ini dapat melibatkan partisipasi peserta didik secara aktif dan bertanggung jawab tanpa kehilangan esensi belajar yang sedang berlangsung.

3. Peneliti, adanya penelitian ini diharapkan akan memotivasi para peneliti lain untuk mengkaji lebih dalam mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini.

4. Bagi dunia pendidikan secara umum, dapat memberikan informasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran yang tepat, dan memberikan model alternatif pembelajaran sehingga dapat meningkatkan strategi pengajaran dalam penyampaian materi.


(23)

BAB II

DESKRIPSI TEORETIS,

KERANGKA PIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretis

1. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Istilah pembelajaran kooperatif berasal dari bahasa Inggris

yaitu “Cooperative Learning”. Dalam sebuah kamus Inggris-Indonesia, Cooperative berarti kerjasama dan Learning berarti pengetahuan atau pelajaran.11 Karena berhubungan dengan proses

belajar mengajar, maka istilah Cooperative Learning tersebut

diartikan dengan pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang

menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam kelompok untuk membantu sesama anggota kelompok dalam struktur kerja sama yang teratur, yang terdiri atas dua atau lebih siswa untuk memecahklan masalah. Keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Jadi, belajar kooperatif maksudnya belajar secara bersama-sama dalam

kelompok untuk mencapai tujuan tertentu.12

Prinsip pada pembelajaran kooperatif (cooperative learning) melihatkan penugasan siswa pada tugas-tugas yang dibentuk secara berkelompok (dimana anggota-anggota pada kelompok membantu

11 Ruhadi, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Salah Satu Alternatif dalam Mengajarkan SAINS IPA yang menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, September 2008, Volume 6, Nomor 1), h. 44

12 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Surabaya: Prestasi Pustaka, 2007), hal. 42


(24)

satu dengan yang lain untuk melengkapi tugas-tugas individu).13 Selain itu, suasana positif yang timbul dari model pembelajaran kooperatif dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencintai pelajaran dan sekolah. Dalam kegiatan-kegiatan yang menyenangkan ini, siswa merasa lebih terdorong untuk belajar dan berpikir.14

Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang di dalamnya terdapat unsur yang saling terkait, unsur-unsur tersebut yaitu:

1) Saling ketergantungan positif

Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksudkan dengan saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan dapat dicapai

melalui; saling ketergantungan mencapai tujuan, saling

ketergantungan menyelesaikan tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber, dan saling ketergantungan peran.

2) Interaksi tatap Muka

Interaksi tatap muka yang akan memaksa siswa saling tatap muka dalam kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan oleh guru, interaksi semacam itu sangat penting karena siswa merasa lebih mudah belajar dengan sesamanya.

3) Keterampilan untuk menjalin hubungan sosial

Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan santun terhadap teman, mengkritik ide (bukan mengkritik teman), berani mempertahankan pikiran yang logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalankan

13 Marjoko, Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Melalui Model Cooperative Learning teknik Student Team Achievement Division (STAD) di SMP Negeri 3 Cilacap, (Widyatama Vol. 5, No. 1, Maret 2008), h. 65


(25)

hubungan pribadi tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan.

4) Pertanggung jawaban secara individual dan kelompok

Setiap kelompok bertanggung jawab untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran. Setiap anggota dalam tim diharuskan memberikan kontribusi untuk kelompoknya dan memberikan bantuan dorongan bagi siswa lain untuk menguasai bahan ajar.15

b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Menurut Eggen dan Kauchak dalam Trianto bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi

untuk mencapai tujuan bersama. 16 Selain itu pembelajaran

kooperatif juga disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya, sehingga pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa

menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. 17

Menurut Vygotsky dalam Heri Midiastutik menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif terhadap

15

Tonih Feronika, Buku Ajar Strategi Pembelajaran Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah: Jakarta, 2008, hal. 60

16 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Surabaya: Prestasi Pustaka,

2007), hal. 42

17 Effandi Zakaria dan Zanaton Iksan, Promoting Cooperative Learning in Science and Mathematics Education: A Malaysian Perspective, Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, (Malaysia: Universitas Kebangsaan, Selangor, 2007, 3(1), 35-39))


(26)

siswa yang rendah hasil belajaranya, karena siswa yang rendah hasil belajarnya dapat meningkatkan motivasi, hasil belajar dan 1) Prestasi akademik (Academic Achievement)

Meskipun pembelajaran kooperatif mencakup bermacam-macam objek-objek sosial, namun juga bertujuan memperbaiki prestasi siswa pada tugas-tugas akademik yang penting. Selanjutnya pembelajaran kooperatif dapat bermanfaat baik bagi siswa yang berprestasi tinggi maupun rendah yang bekerja bersama-sama dalam tugas-tugas akademik. Hal ini dapat terjadi karena siswa yang prestasinya tinggi harus membantu yang rendah, sehingga siswa yang berprestasi tinggi akan selalu berpikir untuk menjelaskan pada temannya yang berprestasi rendah. Oleh karena itu akan terjadi hubungan sosial diantaranya.

2) Penerimaan Perbedaan (Achievement of Diversity)

Maksudnya adalah penerimaan terhadap orang yang berbeda baik ras, kebudayaan, kelas sosial, maupun kemampuan. Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan pada siswa dengan bermacam-macam latar belakang dan keadaan untuk mengerjakan tugas bersama-sama.

3) Pengembangan Keterampilan Sosial (Social Skill Development) Tujuannya adalah untuk mengajar keterampilan kerjasama siswa dalam lingkungan sosial dan lingkungan yang banyak perbedaan budaya.

c. Karakteristik pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dengan model pembelajaran lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajarannya yang lebih menekankan pada proses kerjasama dalam kelompok, atau dalam mencapai tujuan pembelajaran peserta didik secara teratur bekerja


(27)

sama dengan teman kelasnya. Berdasarkan karakteristiknya, pembelajaran kooperatif memiliki karakteristik sebagai berikut:18

1) Pembelajaran secara tim

Pembelajaran kooperatif dilakukan secara tim, sesama anggota tim saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Atau dengan kata lain keberhasilan pembelajaran bukan ditentukan oleh individu akan tetapi oleh tim. Anggota dalam tim bersifat heterogen yang memiliki kemampuan akademik, jenis kelamin, dan latar belakang yang berbeda. Hal ini dimaksudkan agar setiap anggota kelompok dapat saling memberikan pengalaman, saling memberi dan menerima,

sehingga diharapkan setiap anggota kelompok dapat

memberikan kontribusi terhadap keberhasilan kelompok. 2) Pembelajaran dengan manajemen kooperatif

Manajemen memiliki empat pilar fungsi manajemen, yaitu: fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi kontrol. Fungsi perencanaan memiliki makna bahwa pembelajaran dilakukan secara terencana baik tujuannya, cara mencapainya dan lain-lain. Fungsi perencanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, melalui langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan dan disepakati bersama. Fungsi organisasi dimaksudkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pekerjaan bersama antar setiap anggota dalam kelompok, oleh karenanya perlu diatur mekanisme tugas dan tanggung jawab setiap anggota. Fungsi kontrol sangat penting dalam pembelajaran ini, karenanya harus ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun nontes.

18

Junaedi, dkk. 2008. Strategi pembelajaran edisi pertama. Learning Assistance Program For Islamic Schools Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Surabaya: LAPIS-PGMI


(28)

3) Kemauan untuk bekerja sama

Kerja sama dalam kelompok tidak akan efektif manakala setiap aggota tidak memiliki kemauan untuk bekerja sama atau secara terpaksa, karena dalam tim bukan hanya ada pengaturan tugas dan tanggung jawab setiap anggota tim, melainkan juga harus ditanamkan dan ditumbuhkan kebersamaan dalam kelompok yang bisa diwujudkan dalam bentuk saling membantu, saling mengingatkan dan sebagainya.

2. Teknik Student Team Achievement Division (STAD)

a. Pengertian Teknik Student Team Achievement Division (STAD)

STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif.19 Menurut Slavin, (1994) seperti yang dikutip Marjoko, STAD dinyatakan sebagai berikut:

Teams are composed of four or five students who represent a cross-section of the class in terms of academic performance, sex, and race or ethnicity. The major function of the team is to make sure that all team member are learning, and, more specifically, to prepare its member to do well on the quizzes. After the teacher presents the material, the team meets to study worksheets or other material. Most often, the study involves students discussing problems together, comparing answers, and correcting any misconceptions if teammates make mistake.”20

Maksudnya Tim disusun atas 4-5 siswa yang merupakan representasi kelas yang variatif dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau etnis. Fungsi utama tim ini adalah untuk meyakinkan bahwa anggota-anggota tim belajar dan secara khusus untuk mempersiapkan anggotanya untuk mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menjelaskan materi, tim bertemu untuk mempelajari lembar kerja atau

19 Robert E. Slavin, Cooperative Learning -Teori, Riset dan Pendekatan, (Terjemahan dari Nurulita, Bandung:

Nusa Media ,2008), hal. 143

20

Marjoko, Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Melalui Model Cooperative Learning teknik Student Team Achievement Division (STAD) di SMP Negeri 3 Cilacap, (Widyatama Vol. 5, No. 1, Maret 2008), h. 65


(29)

materi yang lain. Siswa mendiskusikan masalah bersama, membandingkan jawaban dan memeriksa miskonsepsi jika tim membuat kesalahan.

Pada pembelajaran kooperatif teknik STAD siswa belajar dan membentuk sendiri pengetahuannya berdasarkan pengalaman dan kerjasama setiap siswa dalam kelompoknya untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan kepada mereka, pada pembelajaran ini siswa dilatih untuk bekerjasama dan saling membantu memberikan pengetahuannya terhadap tugas mereka sedangkan guru pada metode pembelajaran ini berfungsi sebagai fasilitator yang mengatur dan mengawasi jalannya proses belajar.

b. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD

STAD terdiri dari lima komponen utama yaitu: presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim.Lima komponen utama dalam pembelajaran kooperatif akan dijelaskan sebagai berikut:21

1) Presentasi kelas

Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit STAD. Dengan cara ini, para siswa akan meyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama proses pengajaran berlangsung, karena dengan demikian akan membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka.


(30)

2) Tim

Tim terdiri dari kelompok yang dibuat secara heterogen, baik dalam hal prestasi akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan LKS atau materi lainnya. Tim ini memberikan dukungan kelompok bagi kinerja akademik penting dalam pembelajaran, dan itu

adalah untuk memberikan perhatian dan respect yang mutual yang

penting untuk akibat yang dihasilkan seperti hubungan antar kelompok, rasa harga diri, dan penerimaan terhadap siswa.

3) Kuis

Setelah siswa berlatih dalam kelompok, siswa diberi tes individu atau kuis. Pada tahap ini siswa tidak diperkenankan untuk saling memberi tahu atau bekerja sama dengan yang lain. Setiap siswa diharapkan berusaha untuk bertanggung jawab secara individual untuk menjawab soal tes dan memberikan hasil yang terbaik sebagai konstribusinya kepada kelompok.

3) Skor kemajuan individual

Pemberian skor kemajuan individual bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi setiap siswa agar dapat menunjukkan gambaran kinerja pencapaian tujuan dari hasil kerja maksimal setiap individu yang disumbangkan untuk kelompoknya. Pengelolaan hasil kinerja kelompok adalah skor awal, skor tes, skor peningkatan individu dan skor kelompok. Jika ada peningkatan didapat dari kaitan skor awal dan skor tes. Jika ada peningkatan atau penurunan maka akan diberi poin tersendiri, dan skor untuk kelompok dikumpulkan dari peningkatan seluruh anggota kelompok, dicatat dan dijumlahkan maka itu akan menjadi skor kelompok. Contoh pemberian skor dapat dilihat pada tabel 2.1.


(31)

Tabel 2. 1

Kriteria pemberian skor peningkatan individu22

No Skor tes Skor peningkatan

1 Lebih dari 10 poin di bawah

nilai awal

5

2 Antara 10 sampai 1 di bawah

nilai awal

10

3 Skor awal hingga 10 poin di

atasnya

20 4 Lebih dari 20 poin di atas

skor awal

30

4) Rekognisi tim

Pengakuan kelompok adalah pemberian predikat kepada masing-masing kelompok. Predikat ini diperoleh dari skor kemajuan kelompok yang diperoleh dengan melihat skor kemajuan kelompok yang diperoleh dengan mengumpulkan kemajuan masing-masing anggota

kelompok. Berdasarkan kemajuan kelompok tersebut, guru

memberikan hadiah (award) berupa predikat kepada kelompok yang

memenuhi kriteria tertentu. Untuk menentukan tingkat penghargaan yang diberikan untuk prestasi kelompok. Dapat dilihat pada tabel 2. 2

Tabel 2. 2

Perolehan skor dan penghargaan tim teknik STAD23

No Perolehan skor Predikat

1 15 - 19 Good team

2 20 - 24 Great team

3 25 - 30 Super team

22 Robert E. Slavin, Cooperative learning ,(terjemahan): teori, riset dan pendekatan, (Bandung: Nusa Media

,2008), hal 159

23 Yatim, Riyanto, 2009. Paradigma baru pembelajaran: Sebagai referensi bagi pendidik dalam implementasi pembelajaran yang efektif dan berkualitas. Jakarta: Kencana. Hal. 27


(32)

3. Teknik Jigsaw

a. Pengertian Teknik Jigsaw

Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins.

Menurut Arends, (1997) seperti yang dikutip oleh Novi Emildadiany, menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif teknik jigsaw adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi

tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya”24

Sedangkan menurut Silberman dalam Sirih dan Muhammad, menyatakan bahwa teknik jigsaw merupakan sebuah teknik yang dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan pertukaran dari kelompok ke kelompok dengan suatu perbedaan penting setiap peserta didik mengerjakan sesuatu. Setiap peserta didik mempelajari sesuatu yang dikombinasikan dengan materi yang telah dipelajari oleh peserta didik lain, kemudian dibuat suatu kumpulan pengetahuan. Dalam setting jigsaw learning ini dijelaskan bahwa setiap peserta didik adalah pengajar. Strategi ini memberikan kesempatan pada setiap peserta didik untuk bertindak sebagai seorang pengajar terhadap peserta didik

lainnya.”25

Dalam teknik ini, guru memperhatikan latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan latar belakang ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak

24 Novi Emildadiany, Cooperative learning teknik jigsaw, diakses dari http: //makalahku makalahmu.

Wordpress.com/2008/09/15/cooperative learning, Jumat, 22 Januari 2010.

25 Sirih, H.M. dan Muhammad Ali. Penerapan model pembelajaran tipe jigsaw dengan tongkat estafet untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar di SMP Negeri 2 Kendari. Jurnal MIPMIPA, Vol. 6, No.1, Pebruari 2007:19-29, hal:23


(33)

kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan

keterampilan berkomunikasi.26

b. Langkah – langkah Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw

Pembelajaran kooperatif teknik jigsaw adalah salah satu teknik pembelajaan kooperatif yang mendorong siswa aktif, bertanggung jawab dan saling membantu dalam menguasai materi untuk mencapai prestasi yang maksimal. Dalam belajar model kooperatif teknik jigsaw ini terdapat tahap-tahap dalam penyelenggaraannya antara lain:27

1) Tahap pertama, siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil. Pembentukan kelompok-kelompok siswa tersebut dapat dilakukan oleh guru berdasarkan pertimbangan keheterogenannya. Jumlah tiap kelompok yang tepat adalah sekitar 4-6 orang dengan kondisi siswa yang heterogen baik dari segi kemampuan maupun karakteristik lainnya.

2) Tahap kedua, setelah siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok disesuaikan dengan banyaknya materi yang akan didiskusikan, maka di dalam jigsaw ini setiap anggota kelompok ditugaskan untuk mempelajari materi tertentu. Kemudian siswa-siswa atau perwakilan dari kelompoknya masing-masing bertemu dengan anggota-anggota kelompok dari kelompok lain yang mempelajari materi yang sama yang disebut dengan kelompok ahli.

3) Tahap ketiga, setelah masing-masing perwakilan tersebut dapat

menguasai materi yang ditugaskan, kemudian masing-masing perwakilan tersebut kembali ke kelompok asalnya. Selanjutnya masing-masing anggota tersebut saling menjelaskan pada teman satu kelompoknya sehingga teman satu kelompoknya dapat memahami materi yang ditugaskan guru.

26 Anita Lie, Cooperative Learning, (Jakarta: PT. Gramedia, 2008), hal. 69

27 Tonih Feronika, 2008. Buku ajar strategi pembelajaran kimia. Fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan UIN


(34)

4) Tahap keempat, siswa diberikan tes/kuis oleh guru, hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah siswa sudah memahami suatu materi dengan metode pembelajaran kooperatif jigsaw tersebut.

5) Setelah kuis selesai, maka dilakukan perhitungan skor

perkembangan individu dan skor kelompok. Skor individu dalam setiap kelompok memberikan sumbangan pada skor kelompok berdasarkan rentang skor yang diperoleh pada kuis sebelumnya dengan skor terakhir. Stahl memberikan petunjuk perhitungan skor kelompok pada tabel 2. 3 dan tabel 2. 4 berikut ini.

Tabel 2. 3

Skor Perkembangan Jigsaw

Skor kuis individu Skor perkembangan Lebih dari 10 poin dibawah skor

awal

0 Antara 10 poin dibawah skor awal

sampai skor awal

10

1 sampai 10 poin diatas skor awal 20

Lebih dari 10 poin diatas skor awal 30

Nilai sempurna 40

Tabel 2. 4

Tingkat penghargaan kelompok Jigsaw

Rata-rata penghargaan kelompok Penghargaan

15 poin Good team

20 poin Great team

25 poin Super team

.


(35)

Berikut ini gambar pelaksanaan teknik jigsaw.28

Gambar 2. 1. Pelaksanaan Teknik Jigsaw

Perbedaan antara model pembelajaran kooperatif teknik STAD dan jigsaw terdapat pada tabel 2. 5 berikut ini.

Tabel 2. 5

Perbandingan Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD dan Teknik jigsaw29

Aspek Teknik STAD Teknik Jigsaw

Tujuan sosial Kerja kelompok dan kerja sama

Kerja kelompok dan tanggung hawab

Struktur tim Tim–tim belajar heterogen beranggota 4–5 orang

Tim–tim belajar heterogen beranggota 4–5 orang, dan

menggunakan tim asal dan tim ahli

Pemilihan topik pelajaran

Guru Guru

28 Novi Emildadiany, Cooperative learning teknik jigsaw, diakses dari http: //makalahku makalahmu.

Wordpress.com/2008/09/15/cooperative learning, Jumat, 22 Januari 2010.

29

Sugiyanto, Model – model pembelajaran inovatif, (Yuma pressindo: Surakarta, 2010) & $ @ & $ @ & $ @

& & & $ $ $ @ @ @

& $ @ & $ @ & $ @ & $ @

& $ @ & $ @

Keterangan:

A = Kelompok yang dibentuk secara heterogen B = Kelompok asal


(36)

Aspek Teknik STAD Teknik Jigsaw Tugas Utama Siswa

menggunakan worksheet berupa LKS dan saling membantu dalam menguasai materi dalam belajar, sedangkan pada saat kuis individu, setiap siswa dilarang untuk bekerja sama dengan kelompok maupun dengan yang lain

Siswa menyelidiki berbagai materi dikelompok ahli, membantu anggota-anggota di kelompok asal untuk mempelajari berbagai materi, baik di LKS maupun pada saat kuis individu

4. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjuk sesuatu yang dicapai seseorang setelah melakukan suatu usaha. Bila dikaitkan dengan belajar berarti hasil menunjuk sesuatu yang dicapai oleh seseorang yang belajar dalam selang waktu tertentu.

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang paling fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil dan gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat tergantung pada proses belajar yang dialami peserta didik, baik ketika ia berada di sekolah maupun di

lingkungan rumah atau keluarga sendiri.30 Sedangkan menurut Howard

L. Kingsley seperti yang dikutip oleh Wasty Soemanto, definisi belajar adalah sebagai berikut: 31

“Learning is the process by which behavior (in the broader

sense) is originated or changed through practice or training”

30 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: dengan pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Edisi revisi,

2004) hal. 89


(37)

Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam artian luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktik atau latihan.

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.

Benjamin S. Bloom membagi tujuan pengajaran yang menjadi acuan pada hasil belajar menjadi tiga bagian, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan psikomotorik.32 Ranah kognitif yaitu hasil belajar berdasarkan pemahaman konsep. Ranah afektif yaitu hasil belajar berdasarkan sikap dan ranah psikomotorik yaitu hasil belajar berdasarkan keterampilan/skill.

Kemampuan-kemampuan yang termasuk ranah kognitif oleh Bloom dan kawan-kawan dikategorikan lebih rinci secara hierarkis ke

dalam enam jenjang kemampuan, yakni hafalan (ingatan) (C1),

pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan

evaluasi (C6).33

1) Hafalan (C1)

Jenjang hafalan (ingatan) meliputi kemampuan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang telah dipelajarinya.

2) Pemahaman (C2)

Jenjang pemahaman meliputi kemampuan menangkap arti dari informasi yang diterima, misalnya dapat menafsirkan bagan, diagram, atau grafik, menerjemahkan suatu pernyataan verbal ke

dalam rumusan matematis atau sebaliknya, meramalkan

32 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hal. 117

33Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, dan Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi,


(38)

berdasarkan kecenderungan tertentu (ekstrapolasi dan interpolasi), serta mengungkapkan suatu konsep atau prinsip dengan kata-kata sendiri.

3) Penerapan (C3)

Yang termasuk jenjang penerapan adalah kemampuan menerapkan prinsip, aturan, metode yang dipelajarinya pada situasi baru atau pada situasi konkrit.

4) Analisis (C4)

Jenjang analisis meliputi kemampuan menguraikan suatu informasi yang dihadapi menjadi komponen-komponennya sehingga struktur informasi serta hubungan antar komponen informasi tersebut menjadi jelas.

5) Sintesis (C5)

Yang termasuk jenjang sintesis ialah kemampuan untuk mengintegrasikan bagian-bagian yang terpisah-pisah menjadi suatu keseluruhan yang terpadu. Termasuk ke dalamnya merencanakan eksperimen, menyusun karangan (laporan praktikum, artikel, rangkuman), menyusun cara baru untuk mengklasifikasikan obyek-obyek, peristiwa, dan informasi lainnya.

6) Evaluasi (C6)

Kemampuan pada jenjang evaluasi adalah kemampuan untuk mempertimbangkan nilai suatu pernyataan, uraian, pekerjan berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu:34 1) Faktor dari luar

Faktor dari luar terdiri dari dua bagian penting, yakni:

34 Abu Ahmadi, SBM (Strategi Belajar Mengajar – untuk fakultas Tarbiyah Komponen MKDK ), (Bandung: Pustaka Setia, 2005),h. 105


(39)

a. Faktor environmental input (lingkungan)

Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil belajar. Lingkungan ini berupa lingkungan fisik/alam dan lingkungan sosial.

Lingkungan fisik/alami termasuk di dalamnya adalah seperti keadaan suhu, kepengepan udara, dan sebagainya. Belajar pada keadaan udara yang segar, akan lebih baik hasilnya dari pada belajar dalam keadaan udara yang panas dan pengap. Di Indonesia misalnya, orang cenderung berpendapat bahwa belajar pada pagi hari lebih baik hasilnya dari pada belajar pada siang atau sore hari.

Lingkungan sosial, baik yang berwujud manusia maupun hal-hal lainnya, juga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Seseorang yang sedang belajar memecahkan soal yang rumit dan membutuhkan konsentrasi tinggi, akan terganggu, bila ada orang lain yang mondar-mandir di dekatnya, keluar masuk kamarnya, atau bercakap-cakap yang cukup keras di dekatnya. Lingkungan yang lain, seperti suara mesin pabrik, hiruk pikuk lalu lintas, gemuruhnya pasar, dan sebagainya juga berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Karena itulah disarankan agar lingkungan sekolah didirikan di tempat yang jauh dari keramaian pabrik, lalu lintas dan pasar.

b. Faktor-faktor instrumental

Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancangkan sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai

sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah

direncanakan. Misalnya : Gedung perlengkapan belajar, alat-alat praktikum, Perpustakaan, Kurikulum, Bahan/Program yang harus dipelajari, dan pedoman-pedoman belajar lainnya.

2) Faktor dari dalam

Faktor dari dalam adalah kondisi individu atau anak yang belajar itu sendiri. Faktor individu dapat dibagi menjadi dua bagian:35


(40)

a.Kondisi fisiologi anak

Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan capai, tidak dalam keadaan cacat, dan sebagainya, akan sangat membantu dalam proses dan hasil belajar. b. Kondisi psikologis

Di bawah ini akan diuraikan beberapa faktor psikologis yang dianggap utama dalam mempengaruhi proses dan hasil belajar, diantaranya:

1) Minat

Minat sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Kalau seseorang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu, ia tidak dapat diharapkan akan berhasil dengan baik dalam mempelajari hal tersebut. Sebaliknya, kalau seseorang mempelajari sesuatu dengan minat, maka hasil yang diharapkan akan lebih baik.

2) Kecerdasan

Telah menjadi pengertian yang relatif umum bahwa kecerdasan memegang peranan besar dalam menentukan berhasil tidaknya seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti sesuatu program pendidikan. Orang yang lebih cerdas pada umumnya akan lebih mampu belajar dari pada orang yang kurang cerdas. Kecerdasan seseorang biasanya dapat diukur dengan menggunakan alat tertentu. Hasil dari pengukuran kecerdasan biasanya dinyatakan dengan angka perbandingan kecerdasan yang terkenal dengan sebutan Intelligence Quotient (IQ).

3) Bakat

Selain kecerdasan, bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Hampir tidak ada orang yang membantah, bahwa belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat akan memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu.


(41)

4) Motivasi

Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi. Motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Oleh karena itu, meningkatkan motivasi belajar anak didik memegang peranan penting untuk mencapai hasil belajar yang optimal.

5). Kemampuan-kemampuan kognitif

Tujuan belajar itu meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, namun tidak dapat diingkari bahwa sampai sekarang pengukuran kognitif masih diutamakan untuk menentukan keberhasilan belajar seseorang.

B. Hasil Penelitian Relevan

H. M. Sirih dan Muhammad Ali dalam jurnalnya yang berjudul

”Penerapan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw dengan Tongkat Estafet

untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa dalam Proses Belajar Mengajar di

SMP Negeri 2 Kendari ” memberikan kesimpulan sebagai berikut: hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan menggunakan tongkat estafet dapat meningkatkan aktivitas dan tanggung jawab siswa. Kegiatan kelompok dalam berbagi pengetahuan pada kelompok ahli dan kelompok asal, dan dapat mengefektifkan penggunaan waktu dan pola pergerakan siswa serta alur informasi baik dalam kelompok asal maupun kelompok ahli. Keberhasilan penerapan model pembelajaran ini sangat dipengaruhi oleh bimbingan guru dalam mengatur diskusi kelompok dan alur tongkat estafet yang

berisi informasi dalam kelompok ahli dan kelompok asal. 36

Suprapto Mukti Nugroho dalam jurnalnya yang berjudul ” Remedial Teaching dengan Teknik Jigsaw Sebagai Pendukung Kurikulum 2004” mendapatkan hasil penelitian bahwa implementasi (penerapan) remedial

36 H. M. Sirih dan Muhammad Ali. Penerapan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw dengan Tongkat Estafet untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa dalam Proses Belajar Mengajar di SMP Negeri 2 Kendari. Jurnal MIPMIPA, volume 6, No. 1, Pebruari 2007, hal. 18


(42)

teaching dengan teknik jigsaw ini cukup efektif untuk membantu meningkatkan ketuntasan belajar siswa sehingga pada akhirnya akan meningkatkan prestasi belajar siswa.37

Mohammad Jamhari dalam jurnalnya yang berjudul ” Pengaruh

pemberian tugas rumah dikombinasikan dengan pembelajaran model

jigsaw terhadap hasil belajar IPA Biologi siswa SMPTN 21 Palu”,

mendapatkan kesimpulan bahwa pada hasil analisis data menunjukkan thitung > ttabel , maka Ho: ditolak dan Ha : diterima. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pemberian tugas rumah terhadap hasil belajar biologi. Indeks determinasi (R²) sebesar 0,818, artinya bahwa sumbangan pengaruh variabel X terhadap variabel Y sebesar 81,8 %. Sedangkan sisanya 18, 2 % dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberian tugas rumah dikombinasikan dengan pendekatan jigsaw memberikan sumbangan yang berarti terhadap hasil belajar IPA biologi.38

Marjoko dalam jurnalnya yang berjudul ” Peningkatan kualitas

pembelajaran IPS melalui model Cooperative learning teknik student team achievement division (STAD) di SMP Negeri 3 Cilacap” didapat kesimpulan bahwa siswa menunjukkan lebih aktif dalam proses

pembelajarannya, dengan bertanya, mengemukakan ide/pendapat,

berdiskusi, mencari sumber materi, bekerja secara kelompok/individu,

mempresentasikan hasil belajarnya dan mengumpulkan hasil

kerja/laporannya kepada guru.39

Heri Midiastutik dalam jurnalnya yang berjudul ” Meningkatkan

kualitas pembelajaran matematika pokok bahasan persamaan eksponen dan logaritma melalui metode STAD siswa SMA Negeri 1 Krian

Kabupaten Sidoarjo”, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kualitas

37 Suprapto Mukti Nugroho, Remedial Teaching dengan Teknik Jigsaw Sebagai Pendukung Kurikulum 2004. Jurnal Widya Tama. Volume 2, No. 3, September 2005, hal. 49

38 Jamhari, Mohammad. Pengaruh pemberian tugas rumah dikombinasikan dengan pembelajaran model jigsaw terhadap hasil belajar IPA Biologi siswa SMPTN 21 Palu.. Jurnal Media Eksakta, Volume 2, Juli 2006, hal. 128

39

Marjoko, Peningkatan kualitas pembelajaran IPS melalui model Cooperative learning teknik student team achievement division (STAD) di SMP Negeri 3 Cilacap. Jurnal Widyatama, Vol. 5, No.1, Maret 2008, hal. 63


(43)

pembelajaran menjadi meningkat setelah menerapkan metode STAD.40 Hal ini senada dengan hasil penelitian Efi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul skripsinya perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajar melalui pendekatan cooperative learning teknik jigsaw dengan teknik STAD (sebuah eksperimen di MTS Al-Marwah Teluk Naga Tangerang). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara hasil belajar biologi siswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dan teknik STAD, dengan nilai rata-rata N-gain kelas VIII-E yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw yaitu 3,14 dan nilai rata-rata (mean) gain kelas VIII-C yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran kooperatif teknik STAD yaitu 2,68 maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar kelas yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw lebih baik dibandingkan dengan kelas yang

diajarkan dengan pendekatan pembelajaran kooperatif teknik STAD.41

C. Kerangka Pikir

Pelajaran biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami alam semesta secara sistematis, dalam pembelajaran biologi siswa tidak hanya diharapkan mampu menguasai fakta-fakta, konsep-konsep maupun prinsip-prinsip saja melainkan merupakan suatu proses penemuan, sehingga dalam mengembangkan pembelajaran biologi di kelas hendaknya ada keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran untuk menemukan sendiri pengetahuan melalui interaksinya dalam lingkungan. Sehingga untuk hal itu dalam proses pembelajaran seorang guru harus dapat mengembangkan berbagai kemampuan siswa, seperti dengan menerapkan proses belajar bersama dengan teman sebaya dan guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing. Dengan menerapkan

40 Heri Midiastutik , Meningkatkan kualitas pembelajaran matematika pokok bahasan persamaan eksponen dan

logaritma melalui metode STAD siswa SMA Negeri 1 Krian Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Vidya, volume 14 nomor 1, Januari 2006, hal. 36

41 Efi, perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajar melalui pendekatan cooperative learning teknik jigsaw dengan teknik STAD (sebuah eksperimen di MTS Al-Marwah Teluk Naga Tangerang),(Jakarta: skripsi UIN, 2007)


(44)

pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) dalam proses pembelajaran di kelas, siswa diberi kesempatan bersama dengan teman-teman sekelompoknya untuk saling belajar secara berkelanjutan, mereka dibiasakan saling bekerjasama dalam proses belajar.

Pada pembelajaran kooperatif dengan teknik STAD siswa diberi kesempatan untuk menemukan ide pokok pada suatu materi pelajaran kemudian dibahas bersama secara berkelompok. Sedangkan peran guru pada teknik ini adalah sebagai fasilitator, memberi penguatan dan bimbingan pada siswa dalam berdiskusi, sehingga siswa tidak hanya berpikir sendiri dan mempertanggung jawabkannya, tetapi juga berbagi dalam pengetahuannya. Sedangkan pada teknik jigsaw siswa diberikan kesempatan bukan hanya sekedar belajar tetapi juga saling mengajarkan satu sama lain sehingga diharapkan siswa tidak hanya berpikir sendiri dan mempertanggung jawabkannya, namun juga dapat saling berbagi dalam proses transfer ilmu pengetahuan. Dengan demikian, diduga bahwa antara hasil pembelajaran kooperatif dengan teknik STAD dan dengan menggunakan teknik jigsaw memiliki perbedaan pengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa. Diharapkan Hasil belajar biologi siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif teknik STAD, karena pada teknik jigsaw siswa harus bertanggung jawab terhadap penguasaan konsep yang telah diberikan, agar dapat menjelaskan dan mengajarkan dengan baik dengan teman satu anggota asalnya yang lain. Maka dari penjelasan tersebut dapat dibuat bagan sebagai berikut:


(45)

Gambar 2. Kerangka Pikir D. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka pikir, maka hipotesis penelitian yang diajukan dirumuskan sebagai berikut: Hasil belajar biologi siswa yang diajarkan melalui model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw lebih baik dibandingkan hasil belajar biologi siswa yang diajarkan melalui model pembelajaran kooperatif teknik STAD.

Pembelajaran

Cooperative Learning

Teknik Jigsaw

Tes hasil balajar

Hasil belajar Biologi siswa Penghargaan

kelompok

Pertanggungjawaban individu dalam

kelompok asal dan ahli

Kesempatan yang sama untuk berhasil

Hasil Belajar Biologi Siswa dengan Teknik Jigsaw lebih tinggi dibandingkan Hasil Belajar Biologi Siswa dengan

teknik STAD Teknik

Student Team

Achievement Division (STAD)

Proses belajar


(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di SMP Attaqwa 06 Bekasi pada semester ganjil tahun pel ajaran 2010/2011.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi experiment). Pemilihan metode penelitian ini dikarenakan kelas yang dijadikan objek penelitian tidak memungkinkan pengontrolan secara ketat. Jadi, penelitian harus dilakukan secara kondisional dengan tetap memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi validitas hasil penelitian.

Desain penelitian ini adalah membandingkan dua kelompok hasil belajar biologi antara yang menggunakan model cooperative learning teknik student team achievement division (STAD) dan model cooperative learning teknik jigsaw. Oleh karena itu, penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian kausal komparatif. 42 Sebelum diberikan perlakuan, pada kedua kelompok

dilakukan pretest untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dasar siswa

pada konsep sistem pencernaan pada manusia. Kemudian keduanya diberikan perlakuan yang berbeda, yaitu kelompok yang satu diterapkan model cooperative learning teknik STAD, sedangkan kelompok yang lain diterapkan model cooperative learning teknik jigsaw. Setelah diberikan perlakuan, pada

kedua kelompok dilakukan posttest untuk mengetahui sejauh mana

pengetahuan siswa terhadap konsep sistem pencernaan pada manusia. Desain

penelitiannya menggunakan Two Group, Pretest posttest design,43 yang

digambarkan pada Tabel 3.1 berikut ini.

42 M. Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, (Bandund: Pustaka Setia,2009), hal. 92 43 Ibid, hal. 99


(47)

Tabel 3.1. Desain penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

KE STAD O1 X1 O2

KE Jigsaw O1 X2 O2

Keterangan:

KE STAD : Kelompok eksperimen teknik STAD KE Jigsaw : Kelompok eksperimen teknik jigsaw X1 : Perlakuan dengan perlakuan teknik STAD X2 : Perlakuan dengan perlakuan teknik Jigsaw O1 : Pemberian pretest

O2 : Pemberian posttest

Pada tabel 6 tersebut, X1 adalah perlakuan (treatment) berupa penerapan

model cooperative learning teknik student team achievement division

(STAD), sedangkan X2 adalah perlakuan (treatment) berupa penerapan model cooperative learning teknik jigsaw.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan. Populasi terbagi dua, yaitu populasi target dan populasi terjangkau. Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Attaqwa 06 Bekasi. Sedangkan populasi terjangkau adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Attaqwa 06 Bekasi.

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. 44 Sampel penelitian adalah sebagian anggota populasi target yang diambil dengan

menggunakan teknik sampel purposive sampling. 45 Pemilihan sampel

didasarkan atas karakteristik sampel yaitu dengan melihat nilai ujian atau hasil belajar biologi sebelumnya yaitu kelas VIII 1 SMP Attaqwa 06 Bekasi sebagai kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II yaitu kelas VIII II SMP Attaqwa 06 Bekasi.

44 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 131


(1)

diberikan dan bertanggung jawab terhadap pembagian tugas yang diberikan. Sesuai dengan dengan hasil penelitian Saila Mahdina Basya yang menyatakan bahwa pembelajaran cooperative learning teknik jigsaw dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa dan memberikan dampak positif bagi hasil belajar siswa.78 Begitu pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suprapto Mukti Nugroho yang menyatakan bahwa pembelajaran cooperative learning teknik jigsaw ini cukup efektif untuk membantu meningkatkan ketuntasan belajar siswa sehingga pada akhirnya akan meningkatkan prestasi belajar siswa.79 Sirih dan Muhammad Ali dalam penelitiannya juga memberikan kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dengan menggunakan tongkat estafet dapat meningkatkan aktivitas dan tanggung jawab siswa bekerja kelompok dalam berbagi pengetahuan pada kelompok ahli dan kelompok asal serta dapat mengefektifkan penggunaan waktu dan pola pergerakan siswa serta alur informasi baik dalam kelompok asal maupun kelompok ahli.80

Berdasarkan hasil belajar biologi menyatakan bahwa nilai rata-rata siswa pada kelas jigsaw lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelas STAD. Pada kelas jigsaw nilai rata-rata sebesar 72,94.81 Pada kelas STAD nilai rata-ratanya sebesar 67.82 Berdasarkan perolehan kategori N-gain pada kelas STAD yang merupakan kategori rendah 0, kategori sedang 33 dan tinggi 2 (tabel 4.3). Sedangkan perolehan N-gain pada kelompok jigsaw merupakan kategori rendah 0, kategori sedang 28 dan tinggi 6 (tabel 4.6). Hal ini menunjukkan bahwa pada kelas jigsaw siswa cenderung mendapat nilai yang lebih tinggi dari pada kelas STAD.

Berdasarkan perhitungan pengujian hipotesis menunjukkan “t” test didapatkan thitung = 2,08 dengan dk (derajat kebebasan) sebesar 67 (35 + 34 –

78 Saila Mahdina Basya , Perbandingan hasil belajar kimia siswa antara yang menggunakan pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw dan pembelajaran konvensional (studi kasus di Ponpes Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan),

(Jakarta: skripsi UIN, 2007).

79 Suprapto Mukti. Nugroho, Remedial Teaching dengan Teknik Jigsaw Sebagai Pendukung Kurikulum 2004. Jurnal Widya Tama. Volume 2, No. 3, September 2005, hal. 49

80 H.M. Sirih dan Muhammad Ali, Penerapan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw dengan Tongkat Estafet untuk

Meningkatkan Aktivitas Siswa dalam Proses Belajar Mengajar di SMP Negeri 2 Kendari, (Jurnal MIPMIPA, Vol. 6, No. 1, Pebruari 2007), hal. 20

81

Lampiran 22,h. 180 82 Lampiran 22, h. 172


(2)

2) tidak ada pada tabel sehingga menggunakan dk yang mendekati yaitu 70 maka diperoleh ttabel pada taraf signifikansi 0,05 sebesar 2,00. Jika

dibandingkan thitung dengan ttabel maka thitung > ttabel . Hal ini menunjukkan

bahwa terdapat Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat perbedaan hasil belajar biologi siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik STAD dengan teknik jigsaw. Hal ini senada dengan hasil penelitian Efi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul skripsinya perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajar melalui pendekatan cooperative learning teknik jigsaw dengan teknik STAD (sebuah eksperimen di MTS Al-Marwah Teluk Naga Tangerang). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara hasil belajar biologi siswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dan teknik STAD, dengan nilai rata-rata N-gain kelas VIII-E yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw yaitu 3,14 dan nilai rata-rata (mean) gain kelas VIII-C yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran kooperatif teknik STAD yaitu 2,68 maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar kelas yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw lebih baik dibandingkan dengan kelas yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran kooperatif teknik STAD.83

E. Keterbatasan Penelitian

Penulis menyadari penelitian ini belum sempurna. Karena penelitian ini masih mempunyai beberapa keterbatasan salah satunya adalah penelitian ini hanya ditujukan untuk mata pelajaran biologi pada konsep sistem pencernaan pada manusia, sehingga belum bisa digeneralisasikan pada konsep yang lain.

83 Efi, perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajar melalui pendekatan cooperative learning teknik jigsaw dengan teknik STAD (sebuah eksperimen di MTS Al-Marwah Teluk Naga Tangerang),(Jakarta: skripsi UIN, 2007)


(3)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Hasil belajar biologi antara siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik STAD dan teknik jigsaw pada konsep sistem pencernaan pada manusia berbeda.

2. Model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw lebih baik dibandingkan dengan teknik STAD

3. Terdapat perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik STAD dan teknik jigsaw pada sebelum dan sesudah penelitian berlangsung akibat dari kedua perlakuan.

B. Saran

Saran-saran agar proses pembelajaran dengan model pembelajaran cooperative learning teknik STAD dan jigsaw dapat berhasil dengan baik, yakni:

1. Manajemen waktu yang baik dalam penerapan setiap metode, yang akan memberikan dampak yang positif pula terhadap hasil belajar yang ingin dicapai.

2. Penelitian dengan model pembelajaran cooperative learning teknik STAD dan jigsaw masih perlu ditindak lanjuti dengan penelitian yang lebih komprehensif, baik dari segi variabel penelaahannya maupun pilihan setting persekolahannya.

3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) teknik STAD dan teknik jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa pada konsep lain.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu , SBM (Strategi Belajar Mengajar – untuk fakultas Tarbiyah Komponen MKDK ), (Bandung: Pustaka Setia, 2005)

Arikunto, Suharsimi , Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005

_________________, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI), (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), Cet ke-XIII

Efi, perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajar melalui pendekatan cooperative learning teknik jigsaw dengan teknik STAD (sebuah eksperimen di MTS Al-Marwah Teluk Naga Tangerang),(Jakarta: skripsi UIN, 2007) Emildadiany, Novi, Cooperative learning – teknik jigsaw, diakses dari http:

//makalahku makalahmu. Wordpress.com/2008/09/15/cooperative learning, Jumat, 22 Januari 2010.

Feronika, Tonih, Buku ajar strategi pembelajaran kimia (Fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan UIN Syarif hidayatullah Jakarta, 2008)

Hake, Richard R. Analyzing change (Gain scores, Department of physics, Indiana University, http:www. List.asu.edu/cgi_bin/wa? = ind 9903 & L = aera_ d&p=6885>)

Jamhari, Mohammad. Pengaruh pemberian tugas rumah dikombinasikan dengan pembelajaran model jigsaw terhadap hasil belajar IPA Biologi siswa SMPTN 21 Palu.. Jurnal Media Eksakta, Volume 2, Juli 2006

Junaedi, dkk. 2008. Strategi pembelajaran edisi pertama. Learning Assistance Program For Islamic Schools Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Surabaya: LAPIS-PGMI.

Lie, Anita . Cooperative Learning (Jakarta: PT. Gramedia, 2008)

Mahdina Basya, Saila , Perbandingan hasil belajar kimia siswa antara yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan pembelajaran konvensional (studi kasus di Ponpes Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan), (Jakarta: skripsi UIN, 2007).

Margono, S, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007) Marjoko, Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Melalui Model Cooperative

Learning teknik Student Team Achievement Division (STAD) di SMP Negeri 3 Cilacap, (Widyatama Vol. 5, No. 1, Maret 2008)


(5)

Midiastutik, Heri , Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Persamaan Eksponen dan Logaritma Melalui Metode STAD siswa SMA Negeri 1 Krian Kabupaten Sidoarjo. Vidya, Volume 14 Nomor 1, 2006

Nugroho , Suprapto Mukti, Remedial Teaching dengan teknik jigsaw sebagai pendukung kurikulum 2004.(jurnal widyatama, vol 2 No 3, September 2005) Pengawas Sekolah Pendidikan Menengah. Kompetensi Supervisi Akademik 03-B5. Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya. Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional 2008.

Purwanto, Ngalim , Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008)

Riyanto, yatim, 2009. Paradigma baru pembelajaran: Sebagai referensi bagi pendidik dalam implementasi pembelajaran yang efektif dan berkualitas. Jakarta: Kencana. Hal. 27

Ruhadi. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Salah Satu Alternatif dalam Mengajarkan SAINS IPA yang menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi. (Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, September 2008, Volume 6, Nomor 1)

Scot Armstrong,, Student Teams Achievement Divisions (STAD) in a twelfth grade classroom: Effect on student achievement and attitude, Journal of Social Studies Research: Student Teams Achievement Divisions, (University of Southern Mississippi, 2008)

Sirih, H.M. dan Muhammad Ali. Penerapan model pembelajaran tipe jigsaw dengan tongkat estafet untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar di SMP Negeri 2 Kendari. Jurnal MIPMIPA, Vol. 6, No.1, Pebruari 2007:19-29, hal:23

Slavin, Robert E ,Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktek, (Bandung: Nusa Media, 2009), Cet IV.

Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta : Rineka cipta, 2006)

Sofyan, Ahmad dan Tonih Feronika, M.Pd dan Burhanudin Milama, M.Pd, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006)

Suasti, Yurni . Upaya Peningkatan Kreativitas Siswa SMU Pembangunan UNP Melalui Modifikasi Cooperative learning Model Jigsaw, (Jurnal Pembelajaran, No.04, Desember 2003)


(6)

Subana, M dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, (Bandund: Pustaka Setia,2009)

Sudijono, Anas .Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), edisi ke-21

Sudjana, Metoda Statistik, ed. Ke-6. (Bandung: Tarsito, 1996)

Sugiyanto, Model – model pembelajaran inovatif, (Yuma pressindo: Surakarta, 2010)

Syah,, Muhibbin , Psikologi Pendidikan: dengan pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Edisi revisi, 2004)

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Surabaya: Prestasi Pustaka, 2007)

Zakaria, Effandi dan Zanaton Iksan, Promoting Cooperative Learning in Science and Mathematics Education: A Malaysian Perspective, Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, (Malaysia: Universitas Kebangsaan, Selangor, 2007, 3(1), 35-39))


Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajarkan melalui pendekatan kooperatif teknik: student team achievement divisions (STAD) dan teknik Group Investigation (GI)

0 36 221

Perbandingan antara model pembelajaran cooperative learning tipe stad dengan pembelajaran konvensional dalam rangka meningkatkan hasil belajar PAI (eksperimen kelas XI SMA Negeri 3 Tangerang)

2 14 159

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan teknik think pair squre

0 4 174

perbedaan hasil belajar biologi siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik jigsay dengan teknik two stay two stray (kuasi eksperimen di MTs PUI Bogor)

0 5 185

Pengaruh Teknik Gnt Pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Smp Kelas Vii Pada Konsep Organisasi Kehidupan

1 21 280

Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan TGT (Penelitian Kuasi EKsperimen di SMAN 1 Bekasi))

0 42 0

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Peningkatan hasil belajar PKN siswa kelas IV MI Attaqwa Bekasi Utara melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)

0 5 152

PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN TIPE STAD PADA POKOK BAHASAN EKOSISTEM DI KELAS

0 2 15

PERBEDAAN HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF ANTARA METODE JIGSAW PERBEDAAN HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF ANTARA METODE JIGSAW DENGAN METODE STAD DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI (Studi Eksperi

0 2 15