Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Tradisi Dhawuhan Ngembang di Desa Cukil Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang T1 152009013 BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang di dunia yang secara
berkesinambungan melakukan pembangunan di segala bidang. Pembangunan
secara fisik maupun non fisik merupakan usaha manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidup. Maka dari itu perlu memanfaatkan sumber daya alam, baik
yang bersifat biotik, abiotik, maupun sumber daya manusia itu sendiri. Salah satu
pembangunan di bidang non fisik adalah pembangunan di bidang kebudayaan.
E.B. Tylor mengungkapkan kebudayaan adalah keseluruhan yang di
dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
adat istiadat, dan kemampuan lain serta adat kebiasaan yang didapat oleh manusia
sebagai anggota masyarakat. Definisi lain dikemukakan oleh Raph Linton, yang
menyebut,
bahwa
kebudayaan
adalah
konsil
dari
tingkah
laku
yang
dipelajari,didukung dan diteruskan oleh anggota dari masyarakat tertentu. Lowie
mengemukakan definisi dari kebudayaan lebih pendek, yaitu sebagai seluruh
tradisi social (Harsojo, 1964 : 89).
Menurut Koentjaraningrat, “Kebudayaan adalah seluruh system gagasan,
tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan
milik diri manusia dengan belajar” (Koentjaraningrat, 1986 : 180).
Indonesia terdiri dari beberapa provinsi yang memiliki kebudayaan yang
berbeda beda antar daerah dan mempunyai ciri khas masing-masing. Kebudayaan
daerah perlu dijaga dan
dilestarikan karena merupakan kekayaan bangsa
1
Indonesia yang jarang dimiliki oleh bangsa-bangsa lain. Tradisi-tradisi
kebudayaan daerah harus dapat menjadi salah satu sarana terwujudnya
kebudayaan nasional.
Kebudayaan merupakan bagian dari kehidupan dalam sebuah masyarakat
di mana manusia hidup bermasyarakat. Upacara tradisional adalah kegiatan sosial
yang melibatkan seluruh masyarakat, demi tercapainya tujuan bersama. Dalam
upacara tradisional di sebuah masyarakat terdapat aturan-aturan yang wajib
dipatuhi setiap pendukungnya. Aturan-aturan ini tumbuh secara turun-temurun
dari generasi ke generasi. Banyaknya upacara tradisional yang berkembang dan
diselenggarakan oleh masyarakat Jawa, maka penelitian kali ini difokuskan pada
kaitanya dengan hubungan manusia dengan arwah leluhur. Upacara tersebut
dibatasi pada ritualisasi Dhawuhan Ngembang di Desa Cukil, Kecamatan
Tengaran, Kabupaten Semarang.
Upacara Dhawuhan Ngembang dilakukan oleh masyarakat Cukil karena
dua alasan: Yang pertama bila kemarau sudah terlalu lama dan tidak kunjung
hujan maka upacara ini dilaksanakan untuk meminta hujan, dimana upacara
ritualnya sebagai berikut: di atas sebuah batu disirami dengan dawet, penyiraman
ini menyimbolkan batu sebagai bumi dan dawet sebagai hujan, diharapkan segera
turun hujan. Upacara yang kedua bertujuan untuk mengucapkan rasa syukur
karena belum diadakan ritual sudah turun hujan. Dalam setiap upacara Dhawuhan,
setelah juru kunci membacakan doa orang-orang mengambil makan, kemudian
mereka memakan makanan tersebut bersama-sama. Bila acara hampir selesai
makanan yang diambil tadi tidak dimakan semuanya. Namun disisihkan sebagian
2
kemudian dilemparkan kepada orang-orang yang berada di dekat mereka. Semua
orang saling melemparkan makanan. Mereka tidak mempunyai rasa dendam satu
dengan lainya, walaupun muka mereka penuh makanan. Rasa bahagia dan senang,
adalah hal yang timbul setelah mereka melakukan tradisi ini. Makanan yang jatuh
ke tanah ini diambil disimpan di daun pisang. Dan dibawa pulang untuk sebagai
penolak bala.
Keunikan dalam ritual ini adalah, di masa modern masih ada yang
mempertahankan tradisi seperti ini, terlebih lagi hal tersebut diadakan tanpa
adanya panitia hanya sekedar kesepakatan bersama saja. Menurut peneliti ini
adalah sesuatu hal yang unik dan perlu diteliti.
A.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang permasalahan tesebut di atas
maka dapat diperoleh suatu rumusan masalah, sebgai berikut:
1. Apakah yang dimaksud “Tradisi Dhawuhan Ngembang” di Desa
Cukil, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang?
2. Apakah makna yang terkandung dalam “Tradisi Dhawuhan
Ngembang” di Desa Cukil, Kecamatan Tengaran, Kabupaten
Semarang?
B.
Tujuan Penelitian
Dari latar belakang dan perumusan masalah yang telah di
uraikan di atas tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Mendeskripsikan prosesi “Tradisi Dhawuhan Ngembang” di Desa
Cukil, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang.
3
2. Untuk mengetahui makna yang terkandung dalam “Tradisi
Dhawuhan Ngembang” di Desa Cukil, Kecamatan Tengaran,
Kabupaten Semarang.
C.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
a. Hasil penelitian dapat memperkaya materi Sejarah Kebudayaan dan
Sejarah Lokal.
b. Menanamkan perbendaharaan bahan bacaan tentang sejarah,
terutama tradisi yang berkaitan dengan adat istiadat yang dapat
dijadikan salah satu sumber kajian sejarah lokal.
2. Manfaat Praktis
a. Mengenalkan “Tradisi Dhawuhan Ngembang” di Desa Cukil,
Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang supaya menjadi aset
kebudayaan bangsa Indonesia untuk dapat dilestarikan dan
dikembangkan oleh warga masyarakat Tengaran dan Bangsa
Indonesia.
b. Melestarikan budaya “Tradisi Dhawuhan Ngembang” di Desa
Cukil, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang dalam wujud
nilai-nilai, norma-norma, maupun aktivitas masyarakatnya.
4
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang di dunia yang secara
berkesinambungan melakukan pembangunan di segala bidang. Pembangunan
secara fisik maupun non fisik merupakan usaha manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidup. Maka dari itu perlu memanfaatkan sumber daya alam, baik
yang bersifat biotik, abiotik, maupun sumber daya manusia itu sendiri. Salah satu
pembangunan di bidang non fisik adalah pembangunan di bidang kebudayaan.
E.B. Tylor mengungkapkan kebudayaan adalah keseluruhan yang di
dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
adat istiadat, dan kemampuan lain serta adat kebiasaan yang didapat oleh manusia
sebagai anggota masyarakat. Definisi lain dikemukakan oleh Raph Linton, yang
menyebut,
bahwa
kebudayaan
adalah
konsil
dari
tingkah
laku
yang
dipelajari,didukung dan diteruskan oleh anggota dari masyarakat tertentu. Lowie
mengemukakan definisi dari kebudayaan lebih pendek, yaitu sebagai seluruh
tradisi social (Harsojo, 1964 : 89).
Menurut Koentjaraningrat, “Kebudayaan adalah seluruh system gagasan,
tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan
milik diri manusia dengan belajar” (Koentjaraningrat, 1986 : 180).
Indonesia terdiri dari beberapa provinsi yang memiliki kebudayaan yang
berbeda beda antar daerah dan mempunyai ciri khas masing-masing. Kebudayaan
daerah perlu dijaga dan
dilestarikan karena merupakan kekayaan bangsa
1
Indonesia yang jarang dimiliki oleh bangsa-bangsa lain. Tradisi-tradisi
kebudayaan daerah harus dapat menjadi salah satu sarana terwujudnya
kebudayaan nasional.
Kebudayaan merupakan bagian dari kehidupan dalam sebuah masyarakat
di mana manusia hidup bermasyarakat. Upacara tradisional adalah kegiatan sosial
yang melibatkan seluruh masyarakat, demi tercapainya tujuan bersama. Dalam
upacara tradisional di sebuah masyarakat terdapat aturan-aturan yang wajib
dipatuhi setiap pendukungnya. Aturan-aturan ini tumbuh secara turun-temurun
dari generasi ke generasi. Banyaknya upacara tradisional yang berkembang dan
diselenggarakan oleh masyarakat Jawa, maka penelitian kali ini difokuskan pada
kaitanya dengan hubungan manusia dengan arwah leluhur. Upacara tersebut
dibatasi pada ritualisasi Dhawuhan Ngembang di Desa Cukil, Kecamatan
Tengaran, Kabupaten Semarang.
Upacara Dhawuhan Ngembang dilakukan oleh masyarakat Cukil karena
dua alasan: Yang pertama bila kemarau sudah terlalu lama dan tidak kunjung
hujan maka upacara ini dilaksanakan untuk meminta hujan, dimana upacara
ritualnya sebagai berikut: di atas sebuah batu disirami dengan dawet, penyiraman
ini menyimbolkan batu sebagai bumi dan dawet sebagai hujan, diharapkan segera
turun hujan. Upacara yang kedua bertujuan untuk mengucapkan rasa syukur
karena belum diadakan ritual sudah turun hujan. Dalam setiap upacara Dhawuhan,
setelah juru kunci membacakan doa orang-orang mengambil makan, kemudian
mereka memakan makanan tersebut bersama-sama. Bila acara hampir selesai
makanan yang diambil tadi tidak dimakan semuanya. Namun disisihkan sebagian
2
kemudian dilemparkan kepada orang-orang yang berada di dekat mereka. Semua
orang saling melemparkan makanan. Mereka tidak mempunyai rasa dendam satu
dengan lainya, walaupun muka mereka penuh makanan. Rasa bahagia dan senang,
adalah hal yang timbul setelah mereka melakukan tradisi ini. Makanan yang jatuh
ke tanah ini diambil disimpan di daun pisang. Dan dibawa pulang untuk sebagai
penolak bala.
Keunikan dalam ritual ini adalah, di masa modern masih ada yang
mempertahankan tradisi seperti ini, terlebih lagi hal tersebut diadakan tanpa
adanya panitia hanya sekedar kesepakatan bersama saja. Menurut peneliti ini
adalah sesuatu hal yang unik dan perlu diteliti.
A.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang permasalahan tesebut di atas
maka dapat diperoleh suatu rumusan masalah, sebgai berikut:
1. Apakah yang dimaksud “Tradisi Dhawuhan Ngembang” di Desa
Cukil, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang?
2. Apakah makna yang terkandung dalam “Tradisi Dhawuhan
Ngembang” di Desa Cukil, Kecamatan Tengaran, Kabupaten
Semarang?
B.
Tujuan Penelitian
Dari latar belakang dan perumusan masalah yang telah di
uraikan di atas tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Mendeskripsikan prosesi “Tradisi Dhawuhan Ngembang” di Desa
Cukil, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang.
3
2. Untuk mengetahui makna yang terkandung dalam “Tradisi
Dhawuhan Ngembang” di Desa Cukil, Kecamatan Tengaran,
Kabupaten Semarang.
C.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
a. Hasil penelitian dapat memperkaya materi Sejarah Kebudayaan dan
Sejarah Lokal.
b. Menanamkan perbendaharaan bahan bacaan tentang sejarah,
terutama tradisi yang berkaitan dengan adat istiadat yang dapat
dijadikan salah satu sumber kajian sejarah lokal.
2. Manfaat Praktis
a. Mengenalkan “Tradisi Dhawuhan Ngembang” di Desa Cukil,
Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang supaya menjadi aset
kebudayaan bangsa Indonesia untuk dapat dilestarikan dan
dikembangkan oleh warga masyarakat Tengaran dan Bangsa
Indonesia.
b. Melestarikan budaya “Tradisi Dhawuhan Ngembang” di Desa
Cukil, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang dalam wujud
nilai-nilai, norma-norma, maupun aktivitas masyarakatnya.
4