Danang Budi Prasetya 00.Jurnal

(1)

commit to user

1 Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS 2 Pembimbing 1, Drs. Waluyo, M.Pd.

3 Pembimbing 2, Anis Rahmawati, S.T.,M.T

1

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE

STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD), THINK PAIR

SHARE (TPS), DAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)

TERHADAP KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR KELAS X TEKNIK GAMBAR BANGUNAN (TGB) SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN.

Danang Budi Prasetya 1, Waluyo 2, Anis Rahmawati 3

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) perbandingan hasil belajar kelas X TGB antara siswa dengan mendapat metode STAD dan metode TPS. (2) perbandingan hasil belajar kelas X TGB antara siswa dengan mendapat metode STAD dan metode NHT. (3) perbandingan hasil belajar kelas X TGB antara siswa dengan mendapat metode TPS dan metode NHT.(4) perbandingan keaktifan siswa belajar kelas X TGB ditinjau dari penggunaan metode STAD dan metode TPS. (5) perbandingan keaktifan siswa belajar kelas X TGB ditinjau dari penggunaa n metode STAD dan metode NHT. (6) perbandingan keaktifan siswa belajar kelas X TGB ditinjau dari penggunaan metode TPS dan metode NHT.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X Teknik Gambar Bangunan (TGB) di Sekolah Menengah Kejuruan. Sampel yang dipilih adalah kelas X TGB A, X TGB B, X TGB C dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan Quasi Eksperimental Design. Pengambilan sampel dilakukan dengan tes untuk data kemampuan kognitif siswa dan lembar observasi untuk data keaktifan siswa. Analisis data mengunakan uji t dengan taraf signifikansi 0,05.

Hasil penelitian adalah sebagai berikut. P ertama, thitung (2,54) > ttabel(1,6866), siswa

yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif metode STAD lebih baik daripada metode TPS. Kedua, thitung (1,023) > ttabel (1,6866), siswa yang dibelajarkan

dengan model pembelajaran kooperatif metode STAD sama baiknya dengan metode NHT. Ketiga, thitung (1,954) > ttabel(1,6866), siswa yang dibelajarkan dengan model

pembelajaran kooperatif metode NHT lebih baik daripada metode TP S.Keempat, Keaktiafan STAD < Keaktiafan TPS

,

keaktifan model pembelajaran kooperatif metode TPS lebih baik daripada metode STAD. Kelima, Keaktiafan STAD > Keaktiafan NHT

,

hal ini menunjukkan hahwa model pembelajaran kooperatif metode STAD lebih baik daripada metode NHT. Keenam, Keaktifan TPS > Keaktiafan NHT

,

hal ini menunjukkan hahwa model pembelajaran kooperatif metode TPS lebih baik daripada metode NHT.

Kata kunci : student team achievement division (STAD), think pair share (TPS), dan numbered heads together (NHT), keaktifan, hasil belajar


(2)

commit to user

1 Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS 2 Pembimbing 1, Drs. Waluyo, M.Pd.

3 Pembimbing 2, Anis Rahmawati, S.T.,M.T

2

COMPARISON OF COOPERATIVE LEARNING MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD), THINK PAIR SHARE (TPS),

AND NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)TOWARD

PARTICIPATION AND LEARNING OUTCOMES OF ARCHITECTURE ENGINEERING (AE) X GRADE IN VOCATIONAL HIGH SCHOOL.

Danang Budi Prasetya 1, Waluyo 2, Anis Rahmawati 3

ABSTRACT

This study aimed to determine (1) comparison of learning outcomes of AE X grade between students getting STAD and TPS methods. (2) Comparison of learning outcomes of AE X class between students getting STAD and NHT methods. (3) Comparison of learning outcomes of AE X class between students getting TPS and NHT methods. (4) Comparison of students participation in AE X class based on using of STAD and TPS methods. (5) Comparison of students participation in AE X class based on using of STAD and NHT methods. (6) Comparison of students participation in AE X class based on using of TPS and NHT methods.

Populations on this study were all students of Architecture Engineering (AE) X class in vocational high school. The selected samples were AE A X, AE B X, and AE C X classes by using the sampling technique, purposive sampling. This study used an experimental method with Quasi Experimental Design. Sampling was done by using test to acquire data of students' cognitive abilities and observation sheets to get the data of students participation. Analysis data used t test with significa nce level of 0.05.

The results of the study were as follows. First, tarithmetic (2.54) > t table (1.6866), students learned with cooperative learning model STAD method better than TPS method. Second, tarithmetic (1.023) > ttable (1.6866), students learned with cooperative learning methods STAD method was as well as NHT method. Third, tarithmetic (1.954) > ttable (1.6866), students learned with cooperative learning model NHT method was better than TPS method. Fourth, participation of STAD > participat io n of TPS, participation of cooperative learning model STAD method is better than TPS method. Fifth, participation of STAD < participation of NHT, it shown that cooperative learning model STAD method is better than NHT method. Sixth, participation of NHT < participation of TPS, it shown that cooperative learning model TPS method is better than NHT method.

Keywords : student team achievement division (STAD), think pair share (TPS), dan numbered heads together (NHT), participation, Learning Outcomes


(3)

commit to user

1 Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS 2 Pembimbing 1, Drs. Waluyo, M.Pd.

3 Pembimbing 2, Anis Rahmawati, S.T.,M.T

3

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan kebutuhan sekunder manusia yang sangat penting pada zaman sekarang. Manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun dia berada. Pendidikan sangat penting untuk perkembangan zaman, sebab tanpa pendidikan manusia akan kesulita n dalam berproses atau berkembang dan bahkan akan terbelakang di zaman sekarang. Pendidikan harus benar-benar diarahkan untuk memiliki output akhlak dan moral yang baik sebagai modal generasi muda negara ini yang nantinya akan menjadi bagian untuk berperan dalam kemajuan negara ini. Dalam Undang–Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangka n kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangka n potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Kuswama 2013: 1). Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut tentunya harus ada nilai- nilai yang terdapat dalam setiap pembelajaran. Dimana pemiliha n model pembelajaran sangat berpengaruh pada output pembelajaran untuk terwujudnya tujuan dari pendidikan nasional.

Dalam perkembangan

pendidikan saat ini masih terdapat pembelajaran yang menggunaka n metode pembelajaran yang kurang mempertimbangkan motivasi belajar siswa sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa. Siswa merasa kurang mempunyai motivasi belajar pada saat menerima pembelajaran dengan pola belajar yang sama secara terus menerus, serta kurangnya penanaman nilai moral dalam setiap pembelajaran akan berdampak pada hasil belajar dan keaktifan siswa dalam kelas. Model pembelajaran seperti ini tidak dapat digunakan secara terus-menerus dalam jangka waktu yang panjang seperti pada Standar Kompetensi Membuat Gambar Rencana Pondasi. Karena


(4)

commit to user

1 Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS 2 Pembimbing 1, Drs. Waluyo, M.Pd.

3 Pembimbing 2, Anis Rahmawati, S.T.,M.T

4 proses belajar Standar Kompetensi ini

menitik beratkan pada pemberian pengalaman langsung yaitu menggambar untuk mengembangka n kompetensi memahami lingkunga n sekitar.

Standar Kompetensi ini diarahkan untuk dapat membant u peserta didik memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang lingkungan sekitar khususnya pondasi bangunan. Dengan demikia n dibutuhkan metode pembelajaran yang diharapkan mampu menyajikan materi dengan memasukkan nilai-ni la i kehidupan dan membuat siswa senang dan nyaman, sehingga siswa akan belajar dengan keinginannya dan diarahan oleh guru yang akan berakibat dapat tercapainya tujuan pembelajaran tersebut.

Dalam Standar Kompetensi Membuat Gambar Rencana Pondasi merupakan pelajaran berkarakter pelajaran gambar karena kegiatan didalam kelas hamper terbuang untuk menggambar dan sedikit waktu untuk pemberian teori dalam waktu pembelajaran yang cukup lama, sehingga dapat mempengar uhi motivasi belajar siswa yang

berdampak pada hasil belajar dan keaktifan siswa kelas X Teknik Gambar Bangunan (TGB) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Penggunaan model pembelajaran selama ini yaitu Explicit Instruction masih kurang maksimal dalam mencapai tujuan pembelajaran, dimana interaksi antar siswa masih cukup rendah dalam pembelajaran mengakibatkan keberjalanan proses belajar mengajar kurang memotivas i siswa, sehingga siswa cenderung pasif dalam proses belajar mengajar. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap hasil belajar dan keaktifan siswa. Berdasarkan pengamatan terhadap proses pembelajaran di kelas X TGB SMK, diketahui bahwa hasil belajar kelas X pada Standar Kompetensi

Menerapkan Dasar-Dasar

Menggambar Teknik dan Standar Kompetensi Tata Letak Gambar Manual yang dicapai siswa masih cukup rendah. Dari data hasil tes semester satu dapat diketahui bahwa siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 56 % siswa yang memperoleh nila i diatas 75 dan tingkat keaktifan siswa


(5)

commit to user

1 Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS 2 Pembimbing 1, Drs. Waluyo, M.Pd.

3 Pembimbing 2, Anis Rahmawati, S.T.,M.T

5 hanya mencapai 42,94% pada tahun

ajaran 2015/2016.

Permasalahan di atas perlu diperbaiki guna meningka tka n keaktifan dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu guru harus mampu menawarkan model pembelajaran dalam mengajar yang lebih maksima l yang dapat membangkitkan perhatian siswa sehingga siswa dapat menjadi aktif dan termotivasi untuk mendapatkan hasil belajar yang baik, serta harus diimbangi dengan kemampuan guru dalam menguas i model tersebut. Sehingga tujuan dalam pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.

Penelitian ini menerapkan model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang menggunaka n metode kerjasama yang akan meningkatkan motivasi yang jauh lebih besar daripada melalui lingkungan kompetitif individ ua l sehingga strategi pembelajaran ini mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Beberapa metode pembelajaran yang termasuk dalam model pembelajaran

kooperatif diantaranya adalah STAD (Student Teams- Achievement Divisions), TPS (Think P air Share), dan NHT (Numbered Heads Together).

STAD (Student Teams- Achievement Divisions) merupakan pembelajaran mendorong siswa untuk bekerjasama dalam tugas bersama dan mereka harus mengkoordinas ika n usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru secara individ u. TPS (Think P air Share) merupakan pembelajaran alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa yang mana siswa disuruh mengerjakan sendiri, kemudian bekerjasama, dan selanjutnya mengoptima lka n partisipasi siswa dan memberi kesempatan kepada siswa untuk menujukkan pertisipasinya dalam kelompok. NHT (Numbered Heads Together) merupakan struktur pembelajaran yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Kelebihan pembelajaran metode STAD hampir sama dengan metode TPS, serta metode NHT yaitu membuat siswa agar lebih mendalami


(6)

commit to user

1 Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS 2 Pembimbing 1, Drs. Waluyo, M.Pd.

3 Pembimbing 2, Anis Rahmawati, S.T.,M.T

6 materi secara individu dan melatih

kerjasama dengan baik. Dalam penelitian Kholid (2011) menyimpulkan bahwa motode pembelajaran STAD lebih baik dari TPS, Wahyuni (2014) menyimpulka n bahwa metode pembelajaran NHT dan TPS menunjukkan hasil yang sama baiknya, dan Rubiyanto (2014) menyimpulkan bahwa metode NHT lebih baik dari STAD dimana model pembelajaran kooperatif metode STAD, TPS, dan NHT menunjukka n hasil yang baik. Akan tetapi belum ada penelitian yang membandingka n antara ketiga metode tersebut, manakah diantara ketiga metode tersebut yang menunjukkan keaktifan dan hasil belajar yang lebih baik dalam Standar Kompetensi Membuat Gambar Rencana Pondasi. Berdasarkan uraian diatas penelit i tertarik untuk mengadakan penelit ia n dengan judul: “Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif Metode Student Team Achievement Division (STAD), Think P air Share (TPS), Dan Numbered Heads Together (NHT) Terhadap Keaktifan Dan Hasil Belajar Kelas X Teknik Gambar Bangunan Di Sekolah Menengah Kejuruan.”

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil perbandingan model pembelajaran kooperatif metode Student Tea m Achievement Division (STAD), Think Pa ir Sha re (TPS), dan

Numbered Hea ds Together (NHT)

terhadap keaktifan dan hasil belajar kelas x teknik gambar bangunan Sekolah

Menengah Kejuruan pada Standar

Kompetensi Membuat Gambar Rencana Pondasi.

Bern dan Erickson dalam

(Komalasari.2011:62) berpendapat bahwa

pembelajaran kooperatif merupakan

strategi pembelajaran yang mengorganisir

pembelajaran dengan menggunakan

kelompok belajar kecil dimana siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif

dapat didefinisikan sebagai suatu

pendekatan mengajar di mana murid bekerja sama diantara satu sama lain dalam kelompok belajar yang kecil untuk

menyelesaikan tugas individu atau

kelompok yang diberikan oleh guru.

Menurut Nur dalam (Thobroni, M, 2015: 242) berpendapat bahwa STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu, presentasi kelas, kerja tim, kuis, skor perbaikan individ ua l, dan pernghargaan tim.

Think Pa ir Sha re (TPS)


(7)

commit to user

1 Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS 2 Pembimbing 1, Drs. Waluyo, M.Pd.

3 Pembimbing 2, Anis Rahmawati, S.T.,M.T

7

dikembangkan pertama kali oleh Profesor Frank Lyman di University of Maryland pada tahun 1981 dan diadopsi oleh banyak penulis di bidang pembelajaran kooperatif pada tahun-tahun selanjutnya. Strategi ini memperkenalkan gagasan tentang waktu

“tunggu dan berpikir” (wa it or think time) pada elemen interaksi pembelajaran kooperatif yang saat ini menjadi salah satu faktor ampuh dalam meningkatkan respon siswa terhadap pertanyaan (Huda.2014: 206).

Menurut Slavin, metode yang dikembangkan oleh Russ Frank ini cocok untuk memastikan akuntabilitas individu dalam diskusi kelompok. Tujuan dari NHT adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain untuk meningkatkan kerja sama siswa, NHT juga bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan

kelas. Sintak atau tahap-tahap

pelaksanaan NHT pada hakikatnya

hampir sama dengan diskusi kelompok (Huda. 2014: 203).

Pada dasarnya karakteristik

metode pembelajaran STAD, TPS dan

NHT hampir sama. Yakni pembelajaran

kooperatif dimana siswa bekerja dalam

sebuah kelompok kecil untuk

memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah.

METODE

Metode yang digunakan dalam rancangan penelitian ini adalah Quasi Eksperimental Design. Quasi Eksperimental Design merupakan pengembangan dari true experimental design, yang sulit dilaksanaka n. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungs i sepenuhnya untuk mengontro l variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen, karena dalam peneliti ini tidak memungkinkan untuk mengontrol variabel yang relevan. Penelitian ini dilaksanakan dengan cara peneliti melakukan perlakuan terhadap variable bebas dan mengamati perubahan yang terjadi pada perlakuan. Pada penelitian ini siswa kelas X Teknik Gambar Bangunan A adalah siswa yang dikenai metode pembelajaran Student Teams- Achievement Division, kelas X Teknik Gambar Bangunan B adalah siswa yang dikenai metode pembelajaran Think P air Share, dan kelas X Teknik Gambar Bangunan C adalah siswa yang dikenai metode pembelajaran Numbered Heads


(8)

commit to user

1 Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS 2 Pembimbing 1, Drs. Waluyo, M.Pd.

3 Pembimbing 2, Anis Rahmawati, S.T.,M.T

8 Together. Ketiga kelas tersebut diukur

dengan menggunakan alat ukur yang sama, yaitu soal tes hasil belajar.

Teknik pengumpulan data penelitian ini meliputi: observasi dan dokumentasi. Observasi adalah teknik yang dilakukan dengan mengamat i secara langsung keaktifan siswa dalam kegiatan belajar di kelas. Dokumentas i adalah cara pengumpulan data sekolah, nama, hasil belajar siswa dan foto rekaman proses tindakan penelitian. Analisa digunakan untuk mengolah data adalah uji normalitas data menggunakan chi-kuadrat, uji homogenitas menggunakan uji F dan uji keseimbangan menggunakan uji t. Uji persyaratan analisis dilakukan dengan maksud agar kesimpulan yang diambil dapat di pertanggung jawabkan.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Bedasarkan hasil perhitunga n diperoleh hasil thitung < ttabel sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kemampuan awal yang signifikan antara siswa yang mendapat pembelajaran metode Student Teams Achievement Divisions metode Think

P air Share, dan metode Numbered Heads Together atau dapat diartikan bahwa ketiga kelas berangkat dari titik yang sama.

1.Perbandingan Hasil Belajar Model Pembelajaran Kooperatif

Metode Student Team

Achievement Division (STAD),

Think Pair Share (TPS), Dan

Numbered Heads Together (NHT)

Kelas X Teknik Gambar

Bangunan Di Sekolah Menengah Kejuruan.

Dari Gambar diatas, dalam penerapan model pembelajaran kooperatif, (1) Hasil belajar yang lebih baik didapat pada penerapan metode Student Teams Achievement Divisions (STAD) dibandingkan dengan metode TPS (Think P air Share). (2) Hasil

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

STAD TPS NHT

Explicit Intraction Hasil Belajar 82,89

72,30


(9)

commit to user

1 Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS 2 Pembimbing 1, Drs. Waluyo, M.Pd.

3 Pembimbing 2, Anis Rahmawati, S.T.,M.T

9 belajar yang sama baiknya didapat

pada penerapan metode Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan metode NHT (Numbered Heads Together). (3) Hasil belajar yang lebih baik dengan penerapan metode NHT (Numbered Heads Together) dibandingkan dengan metode TPS (Think P air Share)

Sedangkan berdasarkan hasil uji hipotesis diketahui bahwa thitung > ttabel berarti Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga menunjukkan besarnya nila i perbandingan hasil belajar Standar Kompetensi Membuat Gambar Rencana Pondasi kelas X TGB antara siswa yang mendapat model pembelajaran kooperatif metode Student Teams Achievement Divisions dengan metode Think P air Share, metode Student Teams Achievement Divisions dengan metode Numbered Heads Together, dan metode Student Teams Achievement Divisions dengan metode Think P air Share.

thitung (2,54) > ttabel(1,6866), hal ini menunjukkan bahwa metode Student Teams Achievement Divisions dikatakan lebih baik daripada metode Think P air Share, karena dilihat dari hasil rata - rata nilai posttest metode

Student Teams Achievement Divisions (X = 82,89) lebih besar dari pada rata - rata nilai posttest metode Think P air Share (X = 73,20).

t

hitung (1,023) <

t

tabel(1,6866), hal ini menunjukkan hahwa metode Student Teams Achievement Divisions dikatakan sama baik daripada metode Numbered Heads Together. Namun jika dilihat dari hasil rata-rata nilai posttest metode Student Teams Achievement Divisions (X = 82,89) lebih besar dari pada rata - rata nilai posttest metode Numbered Heads Together (X = 79,20).

t

hitung (1,954) >

t

tabel (1,6866), hal ini menunjukkan hahwa metode Numbered Heads Together dikatakan lebih baik daripada metode Think P air Share karena dilihat dari hasil rata — rata nilai posttest metode Numbered Heads Together (X = 79,89) lebih besar dari pada rata - rata nilai posttest metode Think P air Share (X = 73,83). Berdasarkan nilai posttest kelas tersebut maka dapat disimpulka n bahwa metode pembelajaran yang memiliki hasil belajar yang tinggi pertama adalah STAD, kedua yaitu NHT dan yang memiliki hasil belajar yang rendah yaitu TPS. Berdasarkan hasil belajar kelas X TGB A yang


(10)

commit to user

1 Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS 2 Pembimbing 1, Drs. Waluyo, M.Pd.

3 Pembimbing 2, Anis Rahmawati, S.T.,M.T

10 menggunakan metode STAD

menunjukkan hasil belajar yang tinggi jika dibandingkan dengan kelas yang lain. Hal ini terjadi dikarenakan dalam proses pembelajaran kebanyakan siswa benar-benar memahami hasil dari setiap hasil diskusi dalam kelompoknya, sehingga setiap anggota kelompok mempunyai pemahaman yang sama terhadap materi yang didiskusikan. Dalam pembelajaran metode ini siswa yang terdapat dalam satu kelompok berlomba-lo mba memaksimalkan potensi yang dia miliki, karena nantinya nilai individ u setiap kelompok akan menjadi penentu dalam penilaian kelompoknya. Sehingga setiap kelompok akan berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik yang nantinya akan mendapatkan hadiah diakhir pembelajaran.

Hasil belajar kelas X TGB B yang menggunakan metode TPS menunjukkan hasil belajar yang cukup baik walaupun nilai rata-rata kelasnya dibawah nilai KKM dan hasil belajar dengan metode ini tidak lebih baik dengan kelas yang lainnya. Dalam metode ini terdapat beberapa kelemahan diantaranya banyak

kelompok yang membutuhka n bimbingan dan monitoring, lebih sedikit ide yang muncul, serta jika terjadi perselisihan, tidak ada penengah. Hal tersebut mengakibatkan dalam proses pembelajaran kebanyakan siswa kurang memahami hasil dari setiap hasil diskusi dalam kelompoknya, sehingga setiap anggota kelompok mempunyai pemahaman yang berbeda terhadap materi yang didiskusikan.

Sedangkan hasil belajar kelas X

TGB C yang menggunakan metode NHT menunjukkan hasil belajar yang baik walaupun nilai rata-rata kelasnya berada diantara hasil belajar kelas TGB A dan TGB B. Hal tersebut terjadi dalam metode pembelajaran ini, dikarenakan dalam proses pembelajaran rata-rata siswa kurang berani mengemukakan hasil dari setiap hasil diskusi dalam kelompoknya ketika diberi pertanyaan oleh guru, sehingga setiap anggota kelompok mempunyai pemahaman yang berbeda dalam menarik kesimpulan terhadap materi yang didiskusikan, serta waktu yang cukup terbatas untuk mengevaluasi pembelajaran walaupun dalam setiap tahapan motode


(11)

commit to user

1 Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS 2 Pembimbing 1, Drs. Waluyo, M.Pd.

3 Pembimbing 2, Anis Rahmawati, S.T.,M.T

11 pembelajaran ini berjalam maksima l.

Dikarenakan jumlah siswa yang cukup banyak yang tentunya menjadi kendala dalam penerapan metode ini, serta hal tersebut menjadikan kelemahan metode ini yaitu tidak terlalu cocok diterapkan dalam jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan waktu yang lama.

2. Perbandingan Keaktifan Model Pembelajaran Kooperatif Metode

Student Team Achievement

Division (STAD), Think Pair Share

(TPS), Dan Numbered Heads

Together (NHT) Kelas X Teknik

Gambar Bangunan Di Sekolah Menengah Kejuruan.

Keaktifan Berdasarkan hasil observasi diketahui keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar

mengajar disetiap pembelajaran, sehingga menunjukkan bahwa ada perbedaan keaktifan belajar dalam Standar Kompetensi Membuat Gambar Rencana Pondasi kelas X TGB antara siswa yang mendapat model pembelajaran kooperatif metode Student Teams Achievement Divisions dengan metode Think P air Share, metode Student Teams Achievement Divisions dengan metode Numbered Heads Together, dan metode Student Teams Achievement Divisions dengan metode Think P air Share. Keaktifan STAD > Keaktifan TPS

,

hal ini menunjukkan hahwa model pembelajaran kooperatif metode Student Teams Achievement Divisions lebih baik daripada metode Think P air Share terhadap keaktifan siswa pada Standar Kompetensi Membuat Gambar Rencana Pondasi kelas X TGB Sekolah Menengah Kejuruan. Selisih nilai rata-rata keaktifan kelas yang mendapatkan metode pembelajaran Student Teams Achievement Divisions sebesar 83,325, sedangkan metode pembelajaran Think P air Share sebesar 81,145. Dari nilai rata – rata keaktifan belajar Standar Kompetensi Membuat 36.6

36.8 37 37.2 37.4 37.6 37.8 38 38.2 38.4 38.6

STAD TPS NHT

STAD TPS NHT


(12)

commit to user

1 Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS 2 Pembimbing 1, Drs. Waluyo, M.Pd.

3 Pembimbing 2, Anis Rahmawati, S.T.,M.T

12 Gambar Rencana Pondasi tersebut

membuktikan bahwa penggunaa n metode Think P air Share dikatakan lebih baik daripada metode Student Teams Achievement Divisions.

Keaktifan STAD > Keaktifan NHT

,

hal ini menunjukkan hahwa model pembelajaran kooperatif metode Student Teams Achievement Divisions lebih baik daripada metode Numbered Heads Together terhadap keaktifan siswa pada Standar Kompetensi Membuat Gambar Rencana Pondasi kelas X TGB Sekolah Menengah Kejuruan.. Selisih nilai keaktifan rata-rata kelas yang mendapatkan metode pembelajaran Student Teams Achievement Divisions sebesar 83,325, sedangkan metode pembelajaran Numbered Heads Together sebesar 78,31. Dari nilai rata – rata keaktifan hasil belajar Standar Kompetensi Membuat Gambar Rencana Pondasi tersebut membuktikan bahwa penggunaa n metode Student Teams Achievement Divisions dikatakan lebih baik daripada metode Numbered Heads Together.

Keaktifan TPS > Keaktifan NHT

,

hal ini menunjukkan hahwa model

pembelajaran kooperatif metode Think P air Share lebih baik daripada metode Numbered Heads Together terhadap keaktifan siswa pada Standar Kompetensi Membuat Gambar Rencana Pondasi kelas X TGB Sekolah Menengah Kejuruan. Selisih nilai rata-rata keaktifan kelas yang mendapatkan metode pembelajaran Numbered Heads Together sebesar 78,31, sedangkan metode pembelajaran Think P air Share sebesar 81,372. Dari nilai rata – rata keaktifan hasil belajar Standar Kompetensi Membuat Gambar Rencana Pondasi tersebut membuktikan bahwa penggunaa n metode Think P air Share dikatakan lebih baik daripada metode Numbered Heads Together.

Berdasarkan nilai rata-rata setiap aspek observasi keaktifan siswa ketiga kelas tersebut maka dapat disimpulka n bahwa metode pembelajaran yang memiliki tingkat keaktifan yang tinggi pertama adalah STAD, kedua yaitu TPS, dan yang memiliki peningkata n keaktifan yang rendah yaitu NHT dalam aspek indikator keaktifan siswa di dalam kelas pada saat mengik ut i kegiatan belajar mengajar.


(13)

commit to user

1 Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS 2 Pembimbing 1, Drs. Waluyo, M.Pd.

3 Pembimbing 2, Anis Rahmawati, S.T.,M.T

13 adalah salah satu model pembelajaran

kooperatif, sehingga keaktifan siswa sangat dibutuhkan dalam kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di kelas X TGB A selama pembelajaran berlangsung keaktifan siswa sangat terlihat. Partisipasi siswa tersebut antara lain, adanya persiapan siswa dalam proses belajar, keaktifan siswa dalam menyampaikan ide atau pendapat saat diskusi serta keaktifan siswa menyampaikan hasil diskusinya. Pengamatan keaktifan siswa antara lain, partisipasi siswa dalam mendengarkan penjelasan materi pembelajaran, bergabung dengan kelompok, keterlibatan dalam berdiskusi dengan kelompok, serta menyimpulkan hasil pembelajaran. Metode ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat belajar kerjasama.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di kelas X TGB B yang menggunakan metode TPS, selama pembelajaran berlangsung keaktifan siswa sangat terlihat, namun keberhasilan proses belajar masih kurang, karena kebanyakan siswa hanya aktif bertanya dikelas, namun

mereka kurang memahami apa yang mereka sedang pelajari. Setiap kelompok menyampaikan hasil diskusinya, hanya beberapa siswa saja yang sependapat dengan pendapatt kelompoknya da nada juga siswa yang kurang menerima hasil diskusinya. Kebanyakan siswa yang kurang pandai mengandalkan pemahama nnya sendiri, tanpa mempertimbangka n pendapat orang lain. Hal ini terbukti pada saat mengerjakan soal latihan dan soal tes akhir menunjukkan hasil yang kurang baik tidak sejalan dengan keaktifan siswa pada saat pembelajaran.

Sedangkan berdasarkan pengamatan yang dilakukan dikelas X TGB C yang menggunakan metode NHT, persiapan siswa dalam menunjang keerhasilan proses belajar masih kurang, keaktifan serta keterlibatan siswa mengik ut i pembelajaran masih cukup rendah, siswa berdiskusi antar anggota kelompok, namun hanya siswa tertentu yang serius dalam mengerjakan soal latihan dan siswa jarang mengajukan pertanyaan kepada guru. Siswa yang kurang pandai malu bertannya pada saat berdiskusi


(14)

commit to user

1 Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS 2 Pembimbing 1, Drs. Waluyo, M.Pd.

3 Pembimbing 2, Anis Rahmawati, S.T.,M.T

14 berlangsung. Setiap kelompok

menyampaikan hasil diskusinya, hanya siswa tertentu dan yang dipanggil oleh guru yang berani menyampaikan hasil diskusinya. Hal ini menimbulkan kurangnya kemandirian siswa, sehingga kemampuan siswa yang rendah untuk menyelesaikan permasalahan kurang berkembang dengan baik.

Guru berhasil melaksanaka n pembelajaran Standar Kopetensi Gambar Pondasi yang dapat menarik perhatian siswa, sehingga berakibat pada meningkatnya hasil belajarnya. Peneliti juga dapat meningka tka n kinerja dalam melaksanaka n pembelajaran yang efektif dan menarik. Keberhasilan pembelajaran Standar Kopetensi Gambar Pondasi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif metode STAD dapat terlihat sebagai berikut: 1. Siswa terlihat secara antusian dan

bersemangat dalam mengik ut i kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.

2. Siswa merasa mendapat pencerahan dalam pembelajaran, karena selain alur yang jelas, siswa juga memiliki kesempatan untuk

aktif dalam proes belajar mengajar.

3. Siswa lebih percarya diri untuk menjawab pertanyaan guru untuk mewakili dari kelompoknya, karena siswa tersebut secara mandiri dituntut bisa mengerjaka n soal secara mandiri.

Hasil pengamatan dapat diliha t bahwa metode pembelajaran kooperatif metode STAD lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar dan keaktifan belajar siswa pada Standar Kopetensi Gambar Pondasi daripada metode TPS dan NHT.

Partisipasi siswa tersebut antara lain, adanya persiapan siswa dalam proses belajar, keaktifan siswa dalam menyampaikan ide atau pendapat saat diskusi serta keaktifan siswa menyampaikan hasil diskusinya. Pengamatan keaktifan siswa antara lain, partisipasi siswa dalam mendengarkan penjelasan materi pembelajaran, bergabung dengan kelompok, keterlibatan dalam berdiskusi dengan kelompok, serta menyimpulkan hasil pembelajaran. Metode ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat belajar kerjasama.


(15)

commit to user

1 Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS 2 Pembimbing 1, Drs. Waluyo, M.Pd.

3 Pembimbing 2, Anis Rahmawati, S.T.,M.T

15

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelit ia n kuantitatif dengan membandingka n hasil belajar siswa kelas X TGB di Sekolah Menengah Kejuruan. tahun pelajaran 2015/2016 semester genap dengan Standar Kompetensi Membuat Gambar Rencana Pondasi menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil belajar dan keaktifan siswa. Maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Capaian hasil belajar model pembelajaran kooperatif dari yang tertinggi secara berurutan adalah a) Metode STAD; b) Metode NHT; dan c) Metode TPS.

2. Capaian keaktifan siswa model pembelajaran kooperatif dari yang tertinggi secara berurutan adalah a) Metode STAD; b) Metode TPS; dan c) Metode NHT.

SARAN

Berdasarakan hasil penelit ia n, simpulan dan implikasi penelit ia n diatas, maka penelitian ini memberikan beberapa saran, yaitu:

Siswa hendaknya berpartisipas i aktif dan bersungguh–sungguh dalam proses pembelajaran agar lebih mudah untuk mengerti, memahami dan menerapkan ilmu pengetahua nnya dalam kehidupan bermasyarakat.

Guru perlu diadakan pelatiha n tentang penerapan model pembelajaran kooperatif pada guru dikarenakan masih terdapat kendala yang dialami dalam penerapan model pembelajaran ini. sehingga kedepannya pembelajaran kooperatif dapat berjalan maksimal pada Standar Kompetensi Membuat Gambar Rencana Pondasi maupun Standar Kompetensi yang lain.

Mengharapkan kepada kepala sekolah untuk menganjurkan guru-guru untuk mengunakan model pembelajaran kooperatif dan menyenangkan dalam proses pembelajaran karena dapat perpengaruh dengan hasil belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Huda, Miftahul. 2014. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Kusmawan, Dr. Wowo Sunaryo. 2013. Dasar-dasar pendidikan


(16)

commit to user

1 Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS 2 Pembimbing 1, Drs. Waluyo, M.Pd.

3 Pembimbing 2, Anis Rahmawati, S.T.,M.T

16 Vokasi dan kejuruan.

Bandung: Alfabeta

Komalasari, Kokom. 2011. P EMBELAJARAN

KONTEKSTUAL konsep dan aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama

Thobroni, M. 2015. Belajar & P embelajaran. Yogyakarta: AR-RUUZ MEDIA


(1)

commit to user

1 Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS 2 Pembimbing 1, Drs. Waluyo, M.Pd.

3 Pembimbing 2, Anis Rahmawati, S.T.,M.T

11 pembelajaran ini berjalam maksima l.

Dikarenakan jumlah siswa yang cukup banyak yang tentunya menjadi kendala dalam penerapan metode ini, serta hal tersebut menjadikan kelemahan metode ini yaitu tidak terlalu cocok diterapkan dalam jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan waktu yang lama.

2. Perbandingan Keaktifan Model Pembelajaran Kooperatif Metode

Student Team Achievement

Division (STAD), Think Pair Share

(TPS), Dan Numbered Heads Together (NHT) Kelas X Teknik Gambar Bangunan Di Sekolah Menengah Kejuruan.

Keaktifan Berdasarkan hasil observasi diketahui keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar

mengajar disetiap pembelajaran, sehingga menunjukkan bahwa ada perbedaan keaktifan belajar dalam Standar Kompetensi Membuat Gambar Rencana Pondasi kelas X TGB antara siswa yang mendapat model pembelajaran kooperatif metode Student Teams Achievement

Divisions dengan metode Think P air

Share, metode Student Teams

Achievement Divisions dengan metode

Numbered Heads Together, dan metode

Student Teams Achievement Divisions

dengan metode Think P air Share.

Keaktifan STAD > Keaktifan TPS

,

hal ini menunjukkan hahwa model pembelajaran kooperatif metode Student Teams Achievement

Divisions lebih baik daripada metode

Think P air Share terhadap keaktifan

siswa pada Standar Kompetensi Membuat Gambar Rencana Pondasi kelas X TGB Sekolah Menengah Kejuruan. Selisih nilai rata-rata keaktifan

kelas yang mendapatkan metode

pembelajaran Student Teams

Achievement Divisions sebesar

83,325, sedangkan metode

pembelajaran Think P air Share sebesar

81,145. Dari nilai rata – rata keaktifan belajar Standar Kompetensi Membuat 36.6

36.8 37 37.2 37.4 37.6 37.8 38 38.2 38.4 38.6

STAD TPS NHT

STAD TPS NHT


(2)

commit to user

1 Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS 2 Pembimbing 1, Drs. Waluyo, M.Pd.

3 Pembimbing 2, Anis Rahmawati, S.T.,M.T

12 Gambar Rencana Pondasi tersebut

membuktikan bahwa penggunaa n metode Think P air Share dikatakan lebih baik daripada metode Student Teams Achievement Divisions.

Keaktifan STAD > Keaktifan NHT

,

hal ini menunjukkan hahwa model pembelajaran kooperatif metode Student Teams Achievement

Divisions lebih baik daripada metode

Numbered Heads Together terhadap

keaktifan siswa pada Standar Kompetensi Membuat Gambar Rencana Pondasi kelas X TGB Sekolah Menengah Kejuruan.. Selisih nilai keaktifan rata-rata kelas yang

mendapatkan metode pembelajaran

Student Teams Achievement Divisions

sebesar 83,325, sedangkan metode pembelajaran Numbered Heads Together

sebesar 78,31. Dari nilai rata – rata keaktifan hasil belajar Standar Kompetensi Membuat Gambar Rencana Pondasi tersebut membuktikan bahwa penggunaa n metode Student Teams Achievement

Divisions dikatakan lebih baik

daripada metode Numbered Heads Together.

Keaktifan TPS > Keaktifan NHT

,

hal ini menunjukkan hahwa model

pembelajaran kooperatif metode Think

P air Share lebih baik daripada metode

Numbered Heads Together terhadap

keaktifan siswa pada Standar Kompetensi Membuat Gambar Rencana Pondasi kelas X TGB Sekolah Menengah Kejuruan. Selisih nilai rata-rata keaktifan kelas yang

mendapatkan metode pembelajaran

Numbered Heads Together sebesar

78,31, sedangkan metode pembelajaran

Think P air Share sebesar 81,372. Dari

nilai rata – rata keaktifan hasil belajar Standar Kompetensi Membuat Gambar Rencana Pondasi tersebut membuktikan bahwa penggunaa n metode Think P air Share dikatakan lebih baik daripada metode Numbered Heads Together.

Berdasarkan nilai rata-rata setiap aspek observasi keaktifan siswa ketiga kelas tersebut maka dapat disimpulka n bahwa metode pembelajaran yang memiliki tingkat keaktifan yang tinggi pertama adalah STAD, kedua yaitu TPS, dan yang memiliki peningkata n keaktifan yang rendah yaitu NHT dalam aspek indikator keaktifan siswa di dalam kelas pada saat mengik ut i kegiatan belajar mengajar.


(3)

commit to user

1 Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS 2 Pembimbing 1, Drs. Waluyo, M.Pd.

3 Pembimbing 2, Anis Rahmawati, S.T.,M.T

13 adalah salah satu model pembelajaran

kooperatif, sehingga keaktifan siswa sangat dibutuhkan dalam kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di kelas X TGB A selama pembelajaran berlangsung keaktifan siswa sangat terlihat. Partisipasi siswa tersebut antara lain, adanya persiapan siswa dalam proses belajar, keaktifan siswa dalam menyampaikan ide atau pendapat saat diskusi serta keaktifan siswa menyampaikan hasil diskusinya. Pengamatan keaktifan siswa antara lain, partisipasi siswa dalam mendengarkan penjelasan materi pembelajaran, bergabung dengan kelompok, keterlibatan dalam berdiskusi dengan kelompok, serta menyimpulkan hasil pembelajaran. Metode ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat belajar kerjasama.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di kelas X TGB B yang menggunakan metode TPS, selama pembelajaran berlangsung keaktifan siswa sangat terlihat, namun keberhasilan proses belajar masih kurang, karena kebanyakan siswa hanya aktif bertanya dikelas, namun

mereka kurang memahami apa yang mereka sedang pelajari. Setiap kelompok menyampaikan hasil diskusinya, hanya beberapa siswa saja yang sependapat dengan pendapatt kelompoknya da nada juga siswa yang kurang menerima hasil diskusinya. Kebanyakan siswa yang kurang pandai mengandalkan pemahama nnya sendiri, tanpa mempertimbangka n pendapat orang lain. Hal ini terbukti pada saat mengerjakan soal latihan dan soal tes akhir menunjukkan hasil yang kurang baik tidak sejalan dengan keaktifan siswa pada saat pembelajaran.

Sedangkan berdasarkan pengamatan yang dilakukan dikelas X TGB C yang menggunakan metode NHT, persiapan siswa dalam menunjang keerhasilan proses belajar masih kurang, keaktifan serta keterlibatan siswa mengik ut i pembelajaran masih cukup rendah, siswa berdiskusi antar anggota kelompok, namun hanya siswa tertentu yang serius dalam mengerjakan soal latihan dan siswa jarang mengajukan pertanyaan kepada guru. Siswa yang kurang pandai malu bertannya pada saat berdiskusi


(4)

commit to user

1 Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS 2 Pembimbing 1, Drs. Waluyo, M.Pd.

3 Pembimbing 2, Anis Rahmawati, S.T.,M.T

14 berlangsung. Setiap kelompok

menyampaikan hasil diskusinya, hanya siswa tertentu dan yang dipanggil oleh guru yang berani menyampaikan hasil diskusinya. Hal ini menimbulkan kurangnya kemandirian siswa, sehingga kemampuan siswa yang rendah untuk menyelesaikan permasalahan kurang berkembang dengan baik.

Guru berhasil melaksanaka n pembelajaran Standar Kopetensi Gambar Pondasi yang dapat menarik perhatian siswa, sehingga berakibat pada meningkatnya hasil belajarnya. Peneliti juga dapat meningka tka n kinerja dalam melaksanaka n pembelajaran yang efektif dan menarik. Keberhasilan pembelajaran Standar Kopetensi Gambar Pondasi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif metode STAD dapat terlihat sebagai berikut: 1. Siswa terlihat secara antusian dan

bersemangat dalam mengik ut i kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.

2. Siswa merasa mendapat pencerahan dalam pembelajaran, karena selain alur yang jelas, siswa juga memiliki kesempatan untuk

aktif dalam proes belajar mengajar.

3. Siswa lebih percarya diri untuk menjawab pertanyaan guru untuk mewakili dari kelompoknya, karena siswa tersebut secara mandiri dituntut bisa mengerjaka n soal secara mandiri.

Hasil pengamatan dapat diliha t bahwa metode pembelajaran kooperatif metode STAD lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar dan keaktifan belajar siswa pada Standar Kopetensi Gambar Pondasi daripada metode TPS dan NHT.

Partisipasi siswa tersebut antara lain, adanya persiapan siswa dalam proses belajar, keaktifan siswa dalam menyampaikan ide atau pendapat saat diskusi serta keaktifan siswa menyampaikan hasil diskusinya. Pengamatan keaktifan siswa antara lain, partisipasi siswa dalam mendengarkan penjelasan materi pembelajaran, bergabung dengan kelompok, keterlibatan dalam berdiskusi dengan kelompok, serta menyimpulkan hasil pembelajaran. Metode ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat belajar kerjasama.


(5)

commit to user

1 Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS 2 Pembimbing 1, Drs. Waluyo, M.Pd.

3 Pembimbing 2, Anis Rahmawati, S.T.,M.T

15

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelit ia n kuantitatif dengan membandingka n hasil belajar siswa kelas X TGB di Sekolah Menengah Kejuruan. tahun pelajaran 2015/2016 semester genap dengan Standar Kompetensi Membuat Gambar Rencana Pondasi menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil belajar dan keaktifan siswa. Maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Capaian hasil belajar model pembelajaran kooperatif dari yang tertinggi secara berurutan adalah a) Metode STAD; b) Metode NHT; dan c) Metode TPS.

2. Capaian keaktifan siswa model pembelajaran kooperatif dari yang tertinggi secara berurutan adalah a) Metode STAD; b) Metode TPS; dan c) Metode NHT.

SARAN

Berdasarakan hasil penelit ia n, simpulan dan implikasi penelit ia n diatas, maka penelitian ini memberikan beberapa saran, yaitu:

Siswa hendaknya berpartisipas i aktif dan bersungguh–sungguh dalam proses pembelajaran agar lebih mudah untuk mengerti, memahami dan menerapkan ilmu pengetahua nnya dalam kehidupan bermasyarakat.

Guru perlu diadakan pelatiha n tentang penerapan model pembelajaran kooperatif pada guru dikarenakan masih terdapat kendala yang dialami dalam penerapan model pembelajaran ini. sehingga kedepannya pembelajaran kooperatif dapat berjalan maksimal pada Standar Kompetensi Membuat Gambar Rencana Pondasi maupun Standar Kompetensi yang lain.

Mengharapkan kepada kepala sekolah untuk menganjurkan guru-guru untuk mengunakan model pembelajaran kooperatif dan menyenangkan dalam proses pembelajaran karena dapat perpengaruh dengan hasil belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Huda, Miftahul. 2014. Cooperative

Learning. Yogyakarta:

Pustaka Belajar

Kusmawan, Dr. Wowo Sunaryo. 2013.


(6)

commit to user

1 Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS 2 Pembimbing 1, Drs. Waluyo, M.Pd.

3 Pembimbing 2, Anis Rahmawati, S.T.,M.T

16

Vokasi dan kejuruan.

Bandung: Alfabeta

Komalasari, Kokom. 2011.

P EMBELAJARAN

KONTEKSTUAL konsep dan

aplikasi. Bandung: PT Refika

Aditama

Thobroni, M. 2015. Belajar &

P embelajaran. Yogyakarta: