RECEPTION ANALYSIS MASYARAKAT SURABAYA TENTANG SINETRON GAJAH MADA DI MNCTV.
RECEPTION ANALYSIS MASYARAKAT SURABAYA TENTANG SINETRON
GAJ AH MADA DI MNCTV
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar
Sarjana pada FISIP UPN “Veteran” J awa Timur
oleh :
CHEVY YUWANDA PUTRA UTAMA
NPM. 0943010079
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2014
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
RECEPTION ANALYSIS MASYARAKAT SURABAYA TENTANG SINETRON
GAJ AH MADA DI MNCTV
Oleh :
CHEVY YUWANDA PUTRA UTAMA
NPM. 0943010079
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Pada Tanggal 09 Mei 2014
Pembimbing Utama
Tim Penguji:
1. KETUA
Dr s. Kusnarto, M.Si
Dr. Catur Suratnoaji, M.Si
NPT. 368 049 400 281
NIP. 19580801 198402 1001
2. SEKRETARIS
Dra. Herlina Suksmawati, M.Si
NIP. 1 9641225 199309 2001
3. ANGGOTA
Dr s. Kusnarto, M.Si
NIP. 19580801 198402 1001
Mengetahui,
DEKAN
Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si
NIP. 195507 181983 022001
ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
RECEPTION ANALYSIS MASYARAKAT SURABAYA TENTANG
SINETRON GAJ AH MADA DI MNCTV
Disusun oleh :
CHEVY YUWANDA PUTRA UTAMA
0943010079
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui,
PEMBIMBING
Dr s. Kusnarto, M.Si.
NIP. 19580801 198402 1001
Mengetahui,
DEKAN
Dr s. Ec. Hj. SUPARWATI, M.Si.
NIP. 19550718 198302 2001
iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat dan
rahmatNya sehingga penulis dapat diberikan kesempatan untuk menyelesaikan
skripsi
yang
berjudul
:
RECEPTION
ANALYSIS
MASYARAKAT
SURABAYA TENTANG SINETRON GAJ AH MADA DI MNCTV
Penulis akui bahwa kesulitan selalu ada di setiap proses pembuatan skripsi
ini, tetapi faktor kesulitan itu lebih banyak datang dari diri sendiri. Semua proses
kelancaran pada saat pembuatan skripsi penelitian tidak lepas dari segala bantuan
dari berbagai pihak yang sengaja maupun tak sengaja telah memberikan
sumbangsihnya.
Selama
melakukan penulisan penelitian
ini,
tidak
lupa penulis
menyampaikan rasa terima kasih pada Bapak Drs. Kusnarto, M.Si. sebagai dosen
pembimbing yang telah membantu penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
Adapun penulis sampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Allah SWT. Karena telah melimpahkan segala karuniaNya, sehingga
penulis mendapatkan kemudahan selama proses penulisan skripsi ini.
2. Prof. Dr. Ir. H. Teguh Suedarto, MP. Rektor UPN “Veteran” Jatim.
3. Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.Si. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
UPN “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si. Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi.
iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
5. Dosen-dosen Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan ilmu dan
masukan-masukan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Serta tak lupa penulis memberikan rasa terima kasih secara khusus kepada :
1. Papa, Mama, Pakpoh, Bude, Apin, dan Opang yang telah mendukung dan
membimbing dengan penuh kasih saying serta perhatiannya secara moril
maupun materil. Dan juga atas do’a yang tak henti-hentinya beliau
haturkan untuk penulis. Serta Dobby dan Owy yang selalu menghibur
penulis di saat jenuh.
2. Sang Pacar yang rela memberikan waktu dan tenaga untuk penulis, si
endut Sub’hana Andhi Kurnia yang selalu memberikan saran dan
membangkitkan semangat serta memberikan dukungan kepada penulis
agar mampu menyelesaikan skripsi ini, dikala suka maupun duka dalam
pengerjaan skripsi ini.
3. Tak lupa penulis ucapkan rasa terima kasih secara khusus kepada sahabat :
Angga, Nuke, Panji, Lutfi, Febby, Rama, Tiwi dan lain-lain. Yang selalu
memberi bantuan dan semangat pada penulis. Suwon rek gawe support e!!!
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah
dibutuhkan guna memperbaiki kekurangan yang ada.
Akhir kata semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca,
khususnya untuk teman-teman di Jurusan Ilmu Komunikasi.
Surabaya, 26 Agustus 2013
v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
DAFTAR ISI
HALAMAN J UDUL .......................................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………………. ii
HALAMAN PERSETUJ UAN .......................................................................................
iii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….................
iv
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………… vi
ABSTRAK ……………………………………………………………………………… viii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ………………………………………………..……… 1
1.2 Perumusan Masalah ……………………………………………………..…....... 5
1.3 Tujuan Penelitian ….……………………………………………………..…….. 5
1.4 Kegunaan Penelitian ……………………………………………………..…….. 5
1.4.1 Kegunaan Teoritis ………………………………………………………..... 5
1.4.2 Kegunaan Praktis ………………………………………………………….. 6
1.4.3 Manfaat Penelitian ………………………………………………………… 6
BAB II KAJ IAN PUSTAKA …………………………………………………………..
7
2.1 Penelitian Terdahulu …………………………………………………………….
7
2.2 Landasan Teori ………………………………………………………………….
11
2.2.1 Komunikasi………..…………………………………………………….....
11
2.2.2 Teori Reception Analysis……………………………………………..........
13
2.2.3 Kebudayaan……………………..……………………………………….....
16
2.2.3.1Unsur-unsur Budaya………………………………………….…… 18
vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.4 Kebudayaan Indonesia …………………………………………………….
20
2.2.5 Media Massa ………………………………………………………………. 21
2.2.6 Media Mengubah Budaya Negara yang Berkembang …………………….. 25
2.2.7 Televisi …………………………………………………………………….
29
2.2.8 Sinetron ………………………………………………………………........
32
2.2.9 Masyarakat Surabaya ……………………………………………………...
34
2.2.10 Kerangka Berpikir ………………………………………………………..
35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……………………………………….......... 38
3.1 Metode Penelitian …………….…………………………………………………. 38
3.2 Definisi Operasional Konsep ……………………………………………………
39
3.3 Lokasi Penelitian ………………………………………………………………... 42
3.4 Informan dan Penelitian …………………………….…………………………... 42
3.5 Teknik Pengumpulan Data ………………………………………….…………... 43
3.6 Teknik Analisis Data ……………………………………………………………. 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………………... 46
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian …………………………………………….... 46
4.1.1 Sinetron Gajah Mada ……………………………………………………….. 46
4.2 Identitas Informan ………………………………………………………………... 48
4.3 Analisis Data ……………………………………………………………………... 50
4.4 Pembahasan ………………………………………………………………………. 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………………………. 64
5.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………. 64
5.2 Saran ……………………………………………………………………………. 65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
ABSTRAK
CHEVY
YUWANDA
PUTRA
UTAMA,
RECEPTION
ANALYSIS
MASYARAKAT SURABAYA TENTANG SINETRON GAJ AH MADA DI
MNCTV
Penelitian ini didasarkan pada ketidaksesuaian cerita yang ditampilkan di
sinetron Gajah Mada. Hal tersebut menjadikan peneliti ingin mengetahui
bagaimana penerimaan masyarakat Surabaya terhadap sinetron Gajah Mada.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan teori reception analysis oleh
Ingunn Hagen dan Janet Wasko. Teori ini mengacu pada penelitian yang berfokus
pada makna, produksi, dan pengalaman audiens dalam berinteraksi dengan media.
Metode yang digunakan untuk mengetahui permasalahan yang ada dengan
menggunakan penelitian deskriptif kualitatif karena berusaha memahami
penerimaan masyarakat Surabaya tentang sinetron Gajah Mada.
Hasil dari penelitian ini, menurut peneliti adalah informan satu, dua, dan
tiga menerima dari sisi hiburan sekaligus menolak isi dari sinetron ini dari sisi
menyiarkan informasi dan mendidik. Sedangkan informan empat murni menolak
isi dari sinetron ini dari sisi hiburan.
viii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
ABSTRACT
CHEVY
YUWANDA
PUTRA
UTAMA,
SURABAYA
SOCIETY’S
RECEPTION ANALYSIS ABOUT GAJ AH MADA TELEVISION SHOW
ON MNCTV
This research is based on unrelevant story which is showed at Gajah Mada
television show. That makes the researcher want to know how is the acceptance of
Surabaya society on Gajah Mada television show.
On this research, the researcher is using the reception analysis theory by
Ingunn Hagen and Janet Wasko. This theory depends on research which focused
on meaning, production and audience’s experience on interacting with the media.
The method which is used to find out the problem using descriptive
qualitative research because it tries to understand the acceptance of Surabaya
society about Gajah Mada television show.
The result of this research, the researcher thinks that the first, second and
the third informant accepting the entertainment side and rejects the content of this
show from the broadcasting information and educational side. And the fourth
informant purely rejecting the content of this show on the entertainment side.
ix
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Media massa televisi merupakan suatu sarana yang sangat efektif
dalam mempengaruhi pola pikir manusia. Manusia memperoleh tambahan
pengetahuan, informasi terkini dari belahan bumi lainnya dengan cepat, serta
inspirasi salah satunya adalah akibat dari peranan televisi. Televisi sebagai
suatu media massa mempunyai peranan yang penting dalam memudahkan
masyarakat untuk mendapat informasi yang dibutuhkan.
Media massa adallah alat yang biasanya digunakan dalam
penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan
menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio,
dan televisi ( Cangara, 2004 : 134 ). Hingga detik ini media massa masih
menjadi penentu atau pencetus sebuah opini publik yang ada di masyarakat.
Media mampu menjangkau masyarakat luas (khalayak) untuk menikmati
sajian pesan/berita atau program yang di tampilkan.
Televisi
sesuai
dengan
fungsinya
untuk
mempengaruhi
pemirsanya, diharapkan mampu memberikan pencerahan dan inspirasi baru
bagi semua khalayaknya.
1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2
Dalam 10 sampai 15 tahun terakhir, perubahan besar telah terjadi
di bidang penelitian audiens Penelitian kualitatif telah menjadi lebih sah,
banyak disebabkan karena diterimanya reception analisis. ( Ingunn Hagen &
Janet Wasko )
Label “Reception Analysis” diambil dari teori penerimaan atau
estetika penerimaan, teori sastra cabang jerman yang berfokus pada peran
pembaca dalam proses membaca. Bagi banyak orang, studi budaya dan
analisis penerimaan kurang lebih sama. Kita melihat kajian budaya dan
analisis penerimaan sebagai kategori yang agak tumpang tindih. Namun,
beberapa perbedaan dapat (dan harus) dilakukan. ( Ingunn Hagen & Janet
Wasko )
Kontribusi studi budaya yang paling penting untuk penelitian
audiens adalah yang disebut model encoding/decoding yang dikembangkan
oleh Hall, berdasarkan sistem makna politik Parkin. ( Ingunn Hagen & Janet
Wasko )
Kebudayaan adalah hasil karya manusia dalam usahanya
mempertahankan hidup, mengembangkan keturunan dan meningkatkan taraf
kesejahteraan dengan segala keterbatasan kelengkapan jasmaninya serta
sumber-sumber alam yang ada disekitarnya. Kebudayaan boleh dikatakan
sebagai perwujudan tanggapan manusia terhadap tantangan-tantangan yang
dihadapi dalam proses penyesuaian diri mereka dengan lingkungan.
Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial
yang digunakannya untuk memahami dan menginterpretasi lingkungan dan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3
pengalamannya, serta menjadi kerangka landasan bagi mewujudkan dan
mendorong
terwujudnya
kelakuan.
(http://kuliah.dinus.ac.id/edi-
nur/mbbi/bab3.html)
Salah satu standar untuk mengukur khalayak media adalah
menggunakan reception analysis, dimana analisis ini mencoba memberikan
sebuah makna atas pemahaman teks media dengan memahami bagaimana
karakter teks media dibaca oleh khalayak. Reception Analysis disini meliputi
persepsi, pemikiran, preferensi dan interpretasi. Persepsi adalah pengalaman
tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. (Jalaluddin, 2004:51).
Pemikiran didefinisikan sebagai perbuatan individu dalam menimbangnimbang, menguraikan, menghubung-hubungkan sampai akhirnya mengambil
keputusan. Preferensi yaitu semua ungkapan emosi individu yang menyertai
pemikiran persepsi kita dalam menerima pesan, apakah pemirsa menyukai
program berita tersebut atau tidak. Interpretasi merupakan sebuah istilah untuk
menjelaskan bagaimana kita memahami pengalaman.
Belakangan ini sering kita jumpai di berbagai stasiun televisi yang
menampilkan tayangan sinetron yang menyajikan beragam tema. Dari
beberapa program sinetron yang kini tayang di stasiun televisi nasional
Indonesia, peneliti tertarik untuk menganalisis tayangan yang dipersembahkan
oleh MD Entertainment dan MNC TV yang berjudul Gajah Mada dengan jam
tayang setiap hari, dimulai pukul 19.00 WIB, dan durasi 1-2 jam
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4
Penelitian ini meneliti tentang bagaimana penerimaan masyarakat
Surabaya tentang sinetron Gajah Mada di MNC TV. Sinetron ini menceritakan
tentang kelahiran tokoh sejarah Indonesia yang bernama Gajah Mada. Di
dalam sinetron ini Gajah Mada diceritakan dengan versi Gajah Mada muda.
Diceritakan Gajah Mada mempunyai kekuatan kanuragan yang sakti dan
dengan kekuatan itu dia selalu tampil menjadi pembela kebenaran dan
mengalahkan angkara murka.
Namun cerita yang ditampilkan di televisi dianggap tidak sesuai
atau melenceng dari sejarah. Hal itu juga diungkapkan oleh budayawan yang
juga insan perfilman Indonesia, Renny Masmada. Dalam websitenya, Renny
mengaku gerah melihat sinetron dan film berlatar Majapahit yang ditayangkan
di televisi. Menurutnya, penggarapan cerita Gajah Mada yang ditayangkan di
televisi banyak yang hanya mengobral kisah mistis dari kesaktian pencetus
Sumpah Palapa itu. “Sinetron ini sama sekali tak mencerminkan keseriusan
penggarapan, bahkan terkesan (dan terbukti) sangat dibuat asal-asalan, dan
tidak
punya
tanggung
jawab
kesejarahan,”
tandasnya.
(www.rennymasmada.com)
Dari pembahasan diatas, dapat dikatakan cerita sinetron ini
melenceng dari sejarah aslinya. Seharusnya dengan melibatkan langsung
tokoh-tokoh sejarah, ceritanya pun juga harus sesuai dengan sejarah yang ada.
Karena bila tidak, ini merupakan pembodohan sejarah. Tidak menghargai
sejarah dan budaya bangsa sebagai kekayaan yang harus dijaga dan
dilestarikan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
5
Hal tersebut menjadikan peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian mengenai reception analysis. Penelitian ini dengan judul “Reception
Analysis Masyarakat Surabaya Tentang Sinetron Gajah Mada”. Penelitian ini
diadakan di Surabaya karena dulunya Gajah Mada merupakan Maha Patih dari
kerajaan Majapahit yang terletak di Jawa Timur. Sedangkan Surabaya Ibukota
dari Jawa Timur.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
“Bagaimana Reception Masyarakat Surabaya Tentang Sinetron Gajah Mada”
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
bagaimana Reception Masyarakat Surabaya Tentang Sinetron Gajah Mada.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1
Kegunaan Teoritis
Memberikan referensi bagi Mahasiswa Universitas Pembangunan
Nasional Veteran Jawa Timur khususnya Fisip, program studi Ilmu
Komunikasi.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
6
1.4.2
Kegunaan Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan kepada khalayak media massa dalam melihat kecenderungan
Reception Analysis Masyarakat Surabaya Tentang Sinetron Gajah Mada.
1.4.3
Manfaat Penelitian
1. Secara Akademis hasil penelitian ini dapat memperkaya kajian
ilmu komunikasi yang menjelaskan keberlakuan teori-teori
komunikasi
penelitian
mengenai
dapat
Reception
dijadikan
bahan
Analysis.
bagi
Selain
itu,
peneliti-peneliti
selanjutnya.
2. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan
informasi yang berguna bagi khalayak tentang Reception
Analysis.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB II
Kajian Pustaka
2.1 Penelitian Terdahulu
1. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Desliana Dwita Dosen Ilmu
Komunikasi
Universitas
Putera
Batam.
Dengan
judul
“Resepsi
Masyarakat Terhadap Siaran Televisi Asing”
Dengan kesimpulan sebagai berikut :
Berdasarkan hasil pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan
hasil penelitian ini yaitu :
Konsumsi siaran televisi Singapura dan Malaysia oleh
khalayak di Batam cukup beragam. Individu khalayak dari etnis
melayu dalam penelitian ini memilih mengonsumsi siaran televisi
Malaysia yaitu TV2 dan TV3. Individu khalayak dari etnis tionghoa
dalam penelitian ini memilih mengonsumsi siaran televisi
Singapura yaitu Channel 5, Channel 8, Channel U dan Suria.
Waktu yang digunakan untuk mengonsumsi siaran televisi
Singapura dan Malaysia oleh individu khalayak dalam penelitian
ini sekitar 4-5 jam sehari.
Resepsi khalayak di Batam tentang isi siaran televisi Singapura
dan Malaysia dalam penelitian ini dipengaruhi oleh latar belakang
7
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
8
etnis, budaya, bahasa, hubungan keluarga, motivasi menambah
wawasan, motivasi ingin bekerja ke luar negeri, motivasi belajar
bahasa asing, sulit
mengakses siaran televisi, pendidikan,
kebutuhan akan siaran lokal, pekerjaan, serta pengalaman pribadi.
Posisi individu khalayak di Batam dalam meresepsi isi siaran
televisi Malaysia dalam penelitian ini terdiri dari : a) Individu yang
memaknai sama, menyukai, dan terpengaruh dengan isi siaran
Malaysia berada dalam posisi dominant hegemonic. Orang-orang
yang berada dalam posisi ini adalah yang memiliki kesamaan etnis,
keterikatan hubungan keluarga, dan tidak pernah mengalami
konflik dengan Malaysia. b) Individu yang menyukai namun
memberi makna berbeda terhadap isi siaran Malaysia berada dalam
posisi negotiated. Orang-orang yang berada dalam posisi ini adalah
yang memiliki latar belakang pendidikan di Malaysia dan memiliki
pengetahuan lebih banyak tentang Malaysia. c) Individu yang
memaknai isi siaran Malaysia sebagai tayangan syarat kepentingan,
berada dalam posisi oppositional. Individu yang berada dalam
posisi ini adalah yang memiliki pengalaman buruk dan tidak
mengenakan dengan Malaysia. Posisi individu khalayak di Batam
dalam meresepsi isi siaran televisi Singapura terdiri dari : a)
Individu yang memaknai sama, kagum, dan terpengaruh dengan isi
siaran Singapura berada dalam posisi dominant hegemonic. Orangorang yang berada dalam posisi ini adalah yang memiliki motivasi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
9
belajar dan bekerja ke luar negeri serta tidak pernah mengalami
pengalaman tidak baik dengan Singapura. b) Individu yang
menyukai, namun memberi makna berbeda terhadap isi siaran
Singapura berada dalam posisi negotiated. Orang-orang yang
berada dalam posisi ini adalah yang mencintai siaran lokal namun
membutuhkan siaran Singapura untuk belajar bahasa asing. c)
Individu yang memaknai isi siaran Singapura sebagai tayangan
yang tidak menarik dan tidak berimbang memberitakan tentang
Indonesia, berada dalam posisi oppositional. Orang-orang yang
berada dalam posisi ini adalah individu yang memiliki kesan tidak
baik tentang Singapura dan juga Individu pengelola media.
2. Selanjutnya penelitian yang pernah dilakukan oleh Rayssa Audryn
Firdauzy. Dengan judul “Penerimaan Pembaca Perempuan Terhadap
Peranan Gender Laki-Laki dalam Kolom Hot Papa Pada Rubrik Jawa Pos
For Her”
Dengan kesimpulan sebagai berikut :
Berdasarkan hasil pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan
hasil penelitian ini yaitu :
Kesimpulan yang didapat menunjukkan bahwa terdapat variasi
penerimaan yang disampaikan informan. Informan juga tidak
begitu saja menerima apa yang ada dalam media ( dominant ) akan
tetapi mereka juga bersikap negotiated atau bahkan oppositional
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
10
terhadap teks media tersebut. Perbedaan penerimaan informan
terhadap teks media berkaitan dengan latar belakang masingmasing informan, seperti perbedaan usia, etnis, status pernikahan,
pendidikan dan juga mengenai pandangan mereka yang masih
tradisional atau sudah modern. Selain itu ekspresi dan cara
penyampaian pendapat ketika diskusi berlangsung juga turut
membantu dalam menggambarkan bagaimana penerimaan para
informan terhadap peranan gender laki-laki dalam kolom Hot Papa
pada rubric Jawa Pos For Her.
Penelitian yang peneliti kerjakan sekarang berbeda dengan
penelitian terdahulu.
Penelitian
ini
meneliti tentang
bagaimana
penerimaan masyarakat Surabaya tentang sinetron Gajah Mada yang
mempunyai permasalahan dengan isi dari sinetron tersebut. Peneliti
mengerucutkan objek penelitian menjadi satu yaitu sinetron Gajah Mada.
Sedangkan
pada
penelitian
milik
Desliana
Dwita
objek
pada
penelitiannya tidak dikerucutkan. Informan di dalam penelitian ini
diambil dari masyarakat Surabaya yang melihat sinetron Gajah Mada.
Sedangkan di dalam penelitian milik Rayssa Audryn Firdauzy hanya
mengambil informan perempuan di dalam penelitiannya.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
11
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator
kepada komunikan melalui media tertentu untuk menghasilkan efek
ataupun tujuan dengan mengharapkan feedback atau umpan balik.
(Daryanto. 2010 : halaman v)
Kata “komunikasi” berasal dari bahasa latin, Communis, yang
berarti membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua
orang atau lebih. Akar katanya Communis adalah Communico, yang
artinya berbagi (Stuart, 1983). Dalam hal ini, yang dibagi adalah
pemahaman bersama melalui pertukaran pesan. Komunikasi sebagai kata
kerja (verb) dalam bahasa Inggris, communicate, berarti untuk : a.
bertukar pikiran, perasaan, dan informasi; b. membuat tahu; c. membuat
sama; d. mempunyai sebuah hubungan yang simpatik.
Adapun dalam kata benda (noun), communication, berarti : (a)
pertukaran simbol, pesan-pesan yang sama, dan informasi; (b) proses
pertukaran di antara individu-individu melalui sistem simbol-simbol yang
sama; (c) seni untuk mengekspresikan gagasan-gagasan; dan (d) ilmu
pengetahuan tentang pengiriman informasi (Stuart, 1983).
(Daryanto. 2010 : halaman 3-4)
Tujuan utama komunikasi adalah untuk membangun atau
menciptakan pemahaman atau pengertian bersama. Saling memahami
atau mengerti bukan berarti harus menyetujui, tetapi mungkin dengan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
12
komunikasi terjadi suatu perubahan sikap, pendapat, perilaku ataupun
perubahan secara sosial.
(Daryanto. 2010 : halaman 148)
Jenis komunikasi ada dua, yaitu sebagai berikut.
a) Komunikasi Verbal yaitu komunikasi dengan kata-kata, berupa
ucapan atau tulisan.
b) Komunikasi Nonverbal yaitu komunikasi nonverbal terdiri atas
ekspresi dan tingkah laku atau kebiasaan.
Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan
simbol-simbol verbal. Simbol verbal bahasa merupakan pencapaian
manusia yang paling impresif. Ada aturan-aturan yang ada untuk setiap
bahasa yaitu fonologi, sintaksis, semantic dan pragmatis.
(http://id.m.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_verbal)
Komunikasi nonverbal adalah proses pesan disampaikan tidak
menggunakan
kata-kata.
Contoh
komunikasi
nonverbal
ialah
menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak
mata, penggunaan objek seperti pakaian, potong rambut, dan sebagainya,
simbol-simbol, serta cara berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas
suara, gaya emosi, dan gaya berbicara.
Budaya asal seseorang amat menentukan bagaimana orang tersebut
berkomunikasi secara nonverbal. Perbedaan ini dapat meliputi perbedaan
budaya barat-timur, budaya konteks tinggi dan konteks rendah, bahasa,
dan sebagainya. Contohnya, orang dari budaya Oriental cenderung
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
13
menghindari kontak mata langsung, sedangkan orang Timur Tengah,
India dan Amerika Serikat biasanya menganggap kontak mata penting
untuk menunjukkan keterpercayaan, dan orang yang menghindari kontak
mata dianggap tidak dapat dipercaya.
(http://id.m.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_nonverbal)
2.2.2 Teori Reception Analysis
Teori Reception Analysis mengatakan bahwa teks dan penerima
adalah elemen yang saling melengkapi dalam satu areal penelitian.
Analisis penerimaan menggunakan kombinasi pendekatan humanistic
sebagai teorinya dan ilmu sosial sebagai metodologinya. Pendekatan
humanistic memandang komunikasi massa sebagai proses kultural
produksi dan penyampaian pesan dalam sebuah konteks sosial.
Sedangkan ilmu sosial menjelaskan penggunaan pertanyaan empiris
tertentu sebagai proses interaksi pesan media massa dengan khalayaknya.
Analisis penerimaan dalam pandangan Ingunn Hagen dan Janet
Wasko mengacu pada penelitian yang berfokus pada makna, produksi,
dan pengalaman audiens dalam berinteraksi dengan teks media. Fokus
pada proses decoding, interpretasi, dan “membaca” ini adalah inti dari
beberapa konseptualisasi analisis penerimaan. Menurut Jensen dan
Rosengren, dimana analisis penerimaan mengacu pada “ berbagai bentuk
penelitian audiens empiris kualitatif yang, untuk derajat yang berbeda,
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
14
berusaha untuk mengintegrasikan perspektif ilmu sosial dan humanistic
pada penerimaan” (1990:213).
Didalam teori ini berfokus pada makna, produksi, dan pengalaman
audiens. Yang disebut dengan makna adalah pemahaman-pemahaman
yang berbeda dari khalayak tergantung dari interpretasi masing-masing
individu, lalu produksi dimaksudkan khalayak yang memproduksi makna
dari isi media, sedangkan pengalaman audiens adalah pengalaman
masing-masing audiens/individu tergantung dari kalangan mana orang
tersebut berasal.
Pada umumnya, banyak orang berasumsi bahwa mengonsumsi
media adalah aktivitas pasif. Karena audiens banyak duduk di depan
televisi dan mengonsumsi tanpa benar-benar ‘terjalin’ atau beraktivitas.
Hall berpendapat bahwa konsumsi bukanlah aktivitas pasif. Ini
disebabkan menurutnya konsumsi media membutuhkan generasi
pemahaman. Tanpa pemahaman, tidak akan ada konsumsi. Pemahaman,
sebaliknya tidak dapat digenerasikan secara pasif. Karena tidak ada cara
pasif untuk menerima suatu pesan, kita harus menciptakannya sendiri
(Helen, 2004:62). Khalayak aktif tidak lagi dianggap sebagai jarum
hipodermik yang langsung begitu saja menerima pesan dari media.
Khalayak disini menggunakan field of experience dan frame of reference
mereka. Sehingga ideology dominan dari media tidak lagi sekedar
diterima oleh khalayak aktif.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
15
Istilah decoding encoding (Helen, 2004) digunakan Hall untuk
mengungkapkan bahwa makna dari teks terletak antara si pembuat teks
(encoder dalam hal ini komunikator atau professional media) dengan
pembacanya (decoder atau komunikan, dalam hal ini audiens media).
Walaupun si pembuat teks sudah meng-encode teks dalam cara
tertentu, namun si pembaca akan men-decode-nya dalam cara yang
sedikit berbeda. Ideology dominan secara khusus dikesankan sebagai
preferred readings (bacaan terpilih) dalam teks media, namun bukan
berarti hal ini diadopsi secara otomatis oleh pembaca (McQuail, 2002).
Teori Stuart Hall tersebut, tentang encoding dan decoding,
mendorong terjadinya interpretasi-interpretasi beragam dari teks-teks
media selama proses produksi dan resepsi (penerimaan). Dengan kata
lain, makna tidak pernah pasti (Ida, 2010:148).
Hall menurunkan 3 interpretasi (Ida, 2010) yang digunakan
individu untuk menafsirkan atau memberi respons terhadap persepsinya
mengenai kondisi dalam masyarakat, yaitu dominan/hegemonic code
adalah disini posisi audiens yang menyetujui dan menerima langsung apa
saja yang disajikan oleh televisi, menerima penuh ideology yang dari
program tayangan tanpa ada penolakan atau ketidaksetujuan terhadapnya.
Negotiated Code, penonton yang mencampurkan interpretasinya dengan
pengalaman-pengalaman sosial tertentu mereka. Penonton yang masuk
kategori negosiasi ini bertindak antara adaptif dan oposisi terhadap
interpretasi pesan atau ideology dalam televisi. Oppositional Code adalah
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
16
ketika penonton melawan atau berlawanan dengan representasi yang
ditawarkan dalam tayangan dengan cara yang berbeda dengan
pembacaan yang telah ditawarkan (Hall:138). Tipe ini tidak merasakan
kesenangan pada saat menonton televisi. Ia menolak sajian atau ideology
dominan dari televisi.
Teori Reception Analysis pada dasarnya mencoba menganalisis
sebuah makna dan pemahaman khalayak atas sebuah pesan dari teks
media (cetak, elektronik, internet) dengan memahami berbagai macam
karakter khalayak. Setiap individu yang menerima pesan dari teks media
akan menumbuhkan pemahaman yang berbeda-beda pula tergantung dari
pengalaman setiap individu tersebut, sehingga hasil dari penelitian ini
tidak bisa ditebak.
2.2.3 Kebudayaan
“Budaya” berasal dari kata majemuk budi daya atau kekuatan dari
akal, akal atau budi itu mempunyai unsur-unsur cipta atau pikiran, rasa,
karsa atau kehendak. Hasil dari ketiga unsur itulah yang disebut
kebudayaan. Dengan demikian, kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa,
dan karsa.
Kata “kebudayaan” berasal dari (bahasa Sansekerta) budhayah
yang merupakan bentuk jamak kata “budhi” yang berarti budi atau akal.
Kebudayaan diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan budi
atau akal.”
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
17
Adapun istilah culture yang merupakan istilah bahasa asing yang
sama artinya dengan kebudayaan berasal dari kata latin Colere. Artinya
mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau bertani. Dari asal
arti tersebut, yaitu colere kemudian culture, diartikan sebagai segala daya
dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam (Soekanto,
2006:150).
Orang yang pertama kali merumuskan definisi kebudayaan
menurut Effendhie (1999:2) adalah E.B Taylor (1832-1917), guru besar
Antropologi di Universitas Oxford pada tahun 1883. Pada tahun 1871,
E.B Taylor mendefinisikan kebudayaan sebagai berikut : “Kebudayaan
adalah mencakup ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, adat
istiadat dan kemampuan-kemampuan, serta kebiasaan-kebiasaan lain
yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.”
Sementara itu, beberapa ilmuwan Indonesia juga telah membuat
definisi kebudayaan. Koentjaraningrat, guru besar Antropologi di
Universitas Indonesia mendefinisikan kebudayaan sebagai “keseluruhan
sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara
belajar.”
Berdasarkan uraian diatas, disimpulkan bahwa kebudayaan adalah
semua hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam kehidupan masyarakat
yang diperoleh dengan cara belajar.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
18
2.2.3.1 Unsur-unsur Budaya
Soekanto dalam bukunya yang berjudul “Sosiologi Suatu
Pengantar” (2006:153) mengemukakan bahwa kebudayaan setiap bangsa
atau masyarakat terdiri dari unsur-unsur besar maupun unsur-unsur kecil
yang merupakan bagian dari suatu kebulatan yang bersifat sebagai
kesatuan.
Pada diri manusia terdapat unsur-unsur potensi budaya (Suparto,
1985:54) seperti :
1. Pikiran (Cipta), yaitu kemampuan akal pikiran yang menimbulkan
ilmu pengetahuan. Dengan akal pikirannya manusia selalu mencari,
mencoba menyelidiki, dan kemudian menemukan sesuatu yang baru.
2. Rasa, dengan panca inderanya manusia dapat mengembangkan rasa
estetika (rasa indah), dan ini menimbulkan karya-karya seni atau
kesenian.
3. Kehendak (Karsa), manusia selalu menghendaki akan kesempurnaan
hidup, kemuliaan, dan kesusilaan.
Dengan potensi akal pikir (cipta), rasa, dan karsa itulah manusia
berbudaya. Di samping ketiga unsur tersebut, Melville J. Herskovits juga
mengemukakan unsur-unsur kebudayaan yang lain, yaitu :
1. Alat-alat teknologi;
2. Sistem ekonomi;
3. Keluarga;
4. Kekuasaan politik.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
19
Pakar sosiologi lainnya yang merumuskan unsur-unsur kebudayaan
adalah Bronislaw Malinowski, yang terkenal sebagai salah seorang
pelopor teori fungsional dalam antropologi. Unsur-unsur tersebut antara
lain :
1. Sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara anggota
masyarakat di dalam upaya menguasai alam sekelilingnya;
2. Organisasi ekonomi;
3. Alat-alat dan lembaga atau petugas pendidikan; perlu diingat bahwa
keluarga merupakan lembaga pendidikan yang utama;
4. Organisasi kekuatan.
Masing-masing unsur tersebut digunakan untuk kepentingan ilmiah
dan analisanya diklasifikasikan ke dalam unsur-unsur poko atau unsurunsur besar kebudayaan, yang lazim disebut cultural universal. Istilah ini
menunjukkan bahwa unsur-unsur tersebut bersifat universal, artinya
unsur-unsur tersebut dapat dijumpai pada setiap kebudayaan yang ada di
seluruh dunia.
Adapun tujuh kebudayaan yang dianggap sebagai cultural
universals (Soekanto 2006:154), yaitu :
1. Peralatan dan perkembangan hidup manusia (pakaian, perumahan,
alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transport, dan
sebagainya);
2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian,
peternakan, sistem produksi, sistem distribusi, dan sebagainya);
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
20
3. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem
hukum, sistem perkawinan);
4. Bahasa (lisan maupun tertulis);
5. Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak, dan sebagainya);
6. Sistem pengetahuan;
7. Religi (Sistem kepercayaan).
Cultural universal tersebut di atas dapat dijabarkan lagi ke dalam
unsur-unsur yang lebih kecil. Ralph Linton menyebutnya sebagai
kegiatan kebudayaan atau cultural activity.
2.2.4 Kebudayaan Indonesia
Kebudayaan Indonesia dapat didefinisikan sebagai seluruh
kebudayaan lokal yang telah ada sebelum terbentuknya Negara Indonesia
pada tahun 1945. Seluruh kebudayaan lokal yang berasal dari kebudayaan
beraneka ragam suku di Indonesia merupakan bagian integral dari
kebudayaan Indonesia. (http://tiankids.web.id)
Menurut J.J Hoenigman (http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya),
wujud kebudayaan Indonesia dibedakan menjadi tiga yaitu gagasan,
aktivitas, dan artefak.
1. Gagasan (Wujud Ideal)
Wujud ideal kebudayaan berbentuk ide-ide, gagasan, nilai-nilai,
norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak, tidak
dapat diraba atau disentuh.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
21
2. Aktivitas (Tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola
dari manusia dalam masyarakat itu. Dalam hal ini, hal yang diamati
adalah pola perilaku masyarakat Surabaya terhadap Sinetron Gajah
Mada.
3. Artefak (Karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari
aktivitas, perbuatan, dan karya manusia dalam masyarakat yang
berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan
didokumentasikan.
Ketiga wujud kebudayaan di atas akan digunakan sebagai media
untuk mengetahui efek dari yang ditimbulkan oleh media massa yang
berlebihan dari kalangan remaja kota Surabaya. Kebudayaan Indonesia
dapat dikatakan tenar apabila kebudayaan masih diketahui, dipahami atau
dimengerti, ditaati, dan dihargai (Soekanto 2006:177) oleh masyarakat
kota Surabaya di tengah-tengah arus globalisasi budaya asing.
2.2.5 Media Massa
Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media
massa (media cetak dan elektronik). Sebab awal perkembangannya saja,
komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass
communication (media komunikasi massa). Media massa apa? Media
massa (atau saluran) yang dihasilkan oleh teknologi modern. Hal ini
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
22
perlu ditekankan sebab ada media yang bukan media massa yakni media
tradisional seperti kentongan, angklung, gamelan, dan lain-lain. Jadi,
disini jelas media massa menunjukkan pada hasil produk teknologi
modern sebagai saluran dalam komunikasi massa.
Lalu apa media massa dalam komunikasi massa? Ada banyak versi
juga tentang bentuk ini. Namun, dari sekian banyak definisi bisa
dikatakan media massa bentuknya Antara lain media elektronik (televisi,
radio), media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), buku, dan film. Dalam
perkembangan komunikasi massa yang sudah sangat modern dewasa ini.
Ada satu perkembangan tentang media massa, yakni ditemukannya
internet. Belum ada, untuk tidak mengatakan tidak ada, bentuk media
dari definisi komunikasi massa yang memasukkan internet dalam media
massa. Padahal jika ditinjau dari ciri, fungsi, internet jelas masuk dalam
bentuk komunikasi massa. Dengan demikian, bentuk komunikasi massa
bisa ditambah dengan internet. (Nurudin, 2007:3)
Dengan demikian, media massa adalah alat-alat dalam komunikasi
yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience
yang luas dan heterogen. (Nurudin, 2007:8)
Media massa juga mempunyai fungsi bagi masyarakat. Dalam buku
Media Relations : Sarana Membangun Reputasi Organisasi, dijabarkan
fungsi-fungsi media massa secara universal (Wardhani, 2008:25), yakni
sebagai berikut :
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
23
a. Fungsi Menyiarkan Informasi ( to inform ).
Penyampai informasi yang
berkaitan dengan peristiwa,
gagasan, atau pikiran orang lain, apa yang dilakukan orang lain,
apa yang dikatakan orang lain atau special event. Pesan yang
informative adalah pesan yang bersifat baru (actual) berupa
data, gambar, fakta, opini dan komentar yang memberikan
pemahaman baru/penambahan wawasan terhadap sesuatu.
b. Fungsi Mendidik ( to educate ).
Media Massa mendidik dengan menyampaikan pengetahuan
dalam bentuk tajuk, artikel, laporan khusus, atau cerita yang
memiliki
pesannya
misi pendidikan.
dapat
Berfungsi
menambah
mendidik
pengembangan
apabila
intelektual,
pembentukan watak, penambahan keterampilan/kemahiran bagi
khalayaknya serta mampu memecahkan permasalahan yang
dihadapi masyarakat.
c. Fungsi Menghibur ( to entertain )
yakni memberikan pesan yang bisa menghilangkan ketegangan
pikiran masyarakat dalam bentuk berita, cerita pendek, cerita
bersambung, cerita bergambar, sinetron, drama, musik, tari, dan
lainnya. Berfungsi menghibur apabila khalayak bisa terhibur
atau dapat mengurangi ketegangan, kelelahan dan bisa lebih
santai.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
24
d. Fungsi Mempengaruhi ( to influence )
Fungsi mempengaruhi pendapat, pikiran dan bahkan perilaku
masyarakat inilah yang merupakan hal paling penting dalam
kehidupan masyarakat. Karena itulah, media yang memiliki
kemandirian
(independent)
akan
mampu
bersuara
atau
berpendapat, dan bebas melakukan pengawasan sosial (social
control).
Bagaimanapun peran media massa (khususnya televisi) pada
dasarnya tidak hanya sekedar sarana pelepas ketegangan atau hiburan,
namun isi dan informasi apapun yang ditayangkan mempunyai pengaruh
yang besar dalam kehidupan masyarakat. Sebab, apa yang ditayangkan
oleh berbagai program acara televisi akan mempengaruhi kognnisi
khalayaknya. Realitas subjektif ( Berger, 1966:13 ) atau sebagaimana
yang digambarkan oleh Lippman dengan jargon “the world outside and
the pictures in our head” yang dibentuk oleh media akan menjadi
gambaran realitas publik tentang berbagai peristiwa sosial yang terjadi
disekitarnya. Realitas inilah yang kemudian akan mendorong respons
atau sikap khalayak terhadap berbagai hal tertentu.
Dengan begitu, gambaran atau informasi apapun yang dimunculkan
media kerap kali memunculkan respon atau sikap tertentu pula, terlepas
apakah benar atau salah realitas yang dikonstruksikan media tersebut. Di
sinilah dituntut agar media massa, dalam hal ini televisi, dapat
menyampaikan gambaran reaitas yang berkuaitas dan akurat mendekati
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
25
realitas yang sesungguhnya, di samping masalah moralitas dan tanggung
jawab media terhadap segala sesuatu yang disampaikannya.
2.2.6 Media Mengubah Budaya Negara yang Berkembang
Marshall McLuhan, media-guru dari University of Toronto,
mengatakan bahwa the medium is the mass-age. Media adalah era massa.
Maksudnya adalah bahwa saat ini kita hidup di era yang unik dalam
sejarah peradaban manusia, yaitu era media massa. Terutama lagi, pada
era media elektronik seperti sekarang ini. Media pada hakekatnya telah
benar mempengaruhi cara berpikir, merasakan, dan tingkah laku manusia
itu sendiri. Kita saat ini berada pada era revolusi, yaitu revolusi
masyarakat menjadi massa, oleh karena kehadiran media massa.
McLuhan memetakan sejarah kehidupan manusia kedalam empat
periode : a tribal age (era suku atau purba), literate age (era literal/huruf),
a print age (era cetak), dan electronic age (era elektronik). Menurutnya,
transisi antar periode tadi tidaklah bersifat gradual atau evolusif, akan
tetapi lebih disebabkan oleh penemuan teknologi komunikasi.
The Tribal Age. Menurut McLuhan, pada era purba atau era suku
zaman dahulu, manusia hanya mengandalkan indera pendengaran dalam
berkomunikasi. Komunikasi pada era itu hanya mendasarkan diri pada
narasi, cerita, dongeng tuturan, dan sejenisnya. Jadi, telinga adalah “raja”
ketika itu, “hearing is believing”, dan kemampuan visual manusia belum
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
26
banyak diandalkan dalam komunikasi. Era primitif ini kemudian tergusur
dengan ditemukannya alphabet atau huruf.
The Age of Literacy. Semenjak ditemukannya alphabet atau huruf,
maka cara manusia berkomunikasi banyak berubah. Indera penglihatan
kemudian menjadi dominan di era ini, mengalahkan indera pendengaran.
Manusia berkomunikasi tidak lagi mengandalkan tuturan, tapi lebih
kepada tulisan.
The Print Age. Sejak ditemukannya mesin cetak menjadikan
alphabet semakin menyebarluas ke penjuru dunia. Kekuatan kata-kata
melalui mesin cetak tersebut semakin merajalela. Kehadiran mesin cetak,
dan kemudian media cetak, menjadikan manusia lebih bebas lagi untuk
berkomunikasi.
The Electronic Age. Era ini juga menandai ditemukannya berbagai
macam alat atau teknologi komunikasi. Telegram, telepon, radio, film,
televisi, VCR, fax, computer, dan internet. Manusia kemudian menjadi
hidup di dalam apa yang disebut sebagai “global village”. Media massa
pada era ini mampu membawa manusia untuk bersentuhan dengan
manusia lainnya, kapn saja, dimana saja, seketika itu juga.
Inti
dari
teori
McLuhan
adalah
determinisme
teknologi.
Maksudnya adalah penemuan atau perkembangan teknologi komunikasi
itulah yang sebenarnya mengubah kebudayaan manusia.
Sedangkan Cultural Norms Theory (Norma Budaya) – (DeFleur).
Media massa menyampaikan informasi dengan cara-cara tertentu dapat
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
27
menimbulkan kesan yang oleh khalayak disesuaikan dengan normanorma dan nilai-nilai budayanya.
Pesan media mampu mengubah norma-norma budaya yang telah
berlaku dalam masyarakat. Dalam hal ini ada tiga indicator peran media
terhadap budaya, yakni :
1. Memperkuat norma budaya.
Seperti reality show “Etnic Runway” di salah satu stasiun televisi
terkemuka di Indonesia, yang menyajikan tayangan tentang budaya
Indonesia yang hampir punah oleh perkembangan jaman.
2. Mengubah norma budaya
Seperti serial komedi “Opera Van Java” di salah satu stasiun televisi
terkemuka di Indonesia, yang menyajikan hibura komedi dihiasi
dengan unsur adat Jawa (Sinden, Gendang, Baju Adat, Wayang orang,
dsb) tetapi juga diselipkan unsur kebudayaan Negara lain di setiap
episodenya.
3. Menciptakan norma budaya baru
Banyaknya serial televisi seperti sinetron, serial film televisi, dan
telenovela.
Media
massa
mempengaruhi
budaya-budaya
masyarakatnya
dengan cara, pesan-pesan yang disampaikan media massa memperkuat
budaya yang ada. Ketika suatu budaya telah kehilangan tempat
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
28
apresiasinya, kemudian media massa memberi lahan atau tempat, maka
budaya yang pada awalnya sudah mulai luntur menjadi hidup kembali.
Contoh : Acara pertunjukan Wayang Golek atau Wayang Kulit yang
ditayangkan televisi terbukti telah memberi tempat pada budaya tersebut
untuk diapresiasi oleh masyarakat. Media massa telah menciptakan pola
baru tetapi tidak bertentangan bahkan menyempurnakan budaya lama.
Contoh : acara Ludruk Glamor misalnya memberi nuansa baru terhadap
budaya Ludruk dengan tidak menghilangkan esensi budaya asalnya.
Media massa mengubah budaya lama dengan budaya baru yang
berbeda dengan budaya lama. Contoh : terdapat acara-acara tertentu yang
bukan tak mungkin lambat laun akan menumbuhkan budaya baru.
Menurut Paul Lazarfeld dan Robert K. Merton terdapat empat sumber
utama kekhawatiran masyarakat t
GAJ AH MADA DI MNCTV
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar
Sarjana pada FISIP UPN “Veteran” J awa Timur
oleh :
CHEVY YUWANDA PUTRA UTAMA
NPM. 0943010079
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2014
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
RECEPTION ANALYSIS MASYARAKAT SURABAYA TENTANG SINETRON
GAJ AH MADA DI MNCTV
Oleh :
CHEVY YUWANDA PUTRA UTAMA
NPM. 0943010079
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Pada Tanggal 09 Mei 2014
Pembimbing Utama
Tim Penguji:
1. KETUA
Dr s. Kusnarto, M.Si
Dr. Catur Suratnoaji, M.Si
NPT. 368 049 400 281
NIP. 19580801 198402 1001
2. SEKRETARIS
Dra. Herlina Suksmawati, M.Si
NIP. 1 9641225 199309 2001
3. ANGGOTA
Dr s. Kusnarto, M.Si
NIP. 19580801 198402 1001
Mengetahui,
DEKAN
Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si
NIP. 195507 181983 022001
ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
RECEPTION ANALYSIS MASYARAKAT SURABAYA TENTANG
SINETRON GAJ AH MADA DI MNCTV
Disusun oleh :
CHEVY YUWANDA PUTRA UTAMA
0943010079
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui,
PEMBIMBING
Dr s. Kusnarto, M.Si.
NIP. 19580801 198402 1001
Mengetahui,
DEKAN
Dr s. Ec. Hj. SUPARWATI, M.Si.
NIP. 19550718 198302 2001
iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat dan
rahmatNya sehingga penulis dapat diberikan kesempatan untuk menyelesaikan
skripsi
yang
berjudul
:
RECEPTION
ANALYSIS
MASYARAKAT
SURABAYA TENTANG SINETRON GAJ AH MADA DI MNCTV
Penulis akui bahwa kesulitan selalu ada di setiap proses pembuatan skripsi
ini, tetapi faktor kesulitan itu lebih banyak datang dari diri sendiri. Semua proses
kelancaran pada saat pembuatan skripsi penelitian tidak lepas dari segala bantuan
dari berbagai pihak yang sengaja maupun tak sengaja telah memberikan
sumbangsihnya.
Selama
melakukan penulisan penelitian
ini,
tidak
lupa penulis
menyampaikan rasa terima kasih pada Bapak Drs. Kusnarto, M.Si. sebagai dosen
pembimbing yang telah membantu penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
Adapun penulis sampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Allah SWT. Karena telah melimpahkan segala karuniaNya, sehingga
penulis mendapatkan kemudahan selama proses penulisan skripsi ini.
2. Prof. Dr. Ir. H. Teguh Suedarto, MP. Rektor UPN “Veteran” Jatim.
3. Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.Si. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
UPN “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si. Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi.
iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
5. Dosen-dosen Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan ilmu dan
masukan-masukan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Serta tak lupa penulis memberikan rasa terima kasih secara khusus kepada :
1. Papa, Mama, Pakpoh, Bude, Apin, dan Opang yang telah mendukung dan
membimbing dengan penuh kasih saying serta perhatiannya secara moril
maupun materil. Dan juga atas do’a yang tak henti-hentinya beliau
haturkan untuk penulis. Serta Dobby dan Owy yang selalu menghibur
penulis di saat jenuh.
2. Sang Pacar yang rela memberikan waktu dan tenaga untuk penulis, si
endut Sub’hana Andhi Kurnia yang selalu memberikan saran dan
membangkitkan semangat serta memberikan dukungan kepada penulis
agar mampu menyelesaikan skripsi ini, dikala suka maupun duka dalam
pengerjaan skripsi ini.
3. Tak lupa penulis ucapkan rasa terima kasih secara khusus kepada sahabat :
Angga, Nuke, Panji, Lutfi, Febby, Rama, Tiwi dan lain-lain. Yang selalu
memberi bantuan dan semangat pada penulis. Suwon rek gawe support e!!!
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah
dibutuhkan guna memperbaiki kekurangan yang ada.
Akhir kata semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca,
khususnya untuk teman-teman di Jurusan Ilmu Komunikasi.
Surabaya, 26 Agustus 2013
v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
DAFTAR ISI
HALAMAN J UDUL .......................................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………………. ii
HALAMAN PERSETUJ UAN .......................................................................................
iii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….................
iv
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………… vi
ABSTRAK ……………………………………………………………………………… viii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ………………………………………………..……… 1
1.2 Perumusan Masalah ……………………………………………………..…....... 5
1.3 Tujuan Penelitian ….……………………………………………………..…….. 5
1.4 Kegunaan Penelitian ……………………………………………………..…….. 5
1.4.1 Kegunaan Teoritis ………………………………………………………..... 5
1.4.2 Kegunaan Praktis ………………………………………………………….. 6
1.4.3 Manfaat Penelitian ………………………………………………………… 6
BAB II KAJ IAN PUSTAKA …………………………………………………………..
7
2.1 Penelitian Terdahulu …………………………………………………………….
7
2.2 Landasan Teori ………………………………………………………………….
11
2.2.1 Komunikasi………..…………………………………………………….....
11
2.2.2 Teori Reception Analysis……………………………………………..........
13
2.2.3 Kebudayaan……………………..……………………………………….....
16
2.2.3.1Unsur-unsur Budaya………………………………………….…… 18
vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.4 Kebudayaan Indonesia …………………………………………………….
20
2.2.5 Media Massa ………………………………………………………………. 21
2.2.6 Media Mengubah Budaya Negara yang Berkembang …………………….. 25
2.2.7 Televisi …………………………………………………………………….
29
2.2.8 Sinetron ………………………………………………………………........
32
2.2.9 Masyarakat Surabaya ……………………………………………………...
34
2.2.10 Kerangka Berpikir ………………………………………………………..
35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……………………………………….......... 38
3.1 Metode Penelitian …………….…………………………………………………. 38
3.2 Definisi Operasional Konsep ……………………………………………………
39
3.3 Lokasi Penelitian ………………………………………………………………... 42
3.4 Informan dan Penelitian …………………………….…………………………... 42
3.5 Teknik Pengumpulan Data ………………………………………….…………... 43
3.6 Teknik Analisis Data ……………………………………………………………. 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………………... 46
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian …………………………………………….... 46
4.1.1 Sinetron Gajah Mada ……………………………………………………….. 46
4.2 Identitas Informan ………………………………………………………………... 48
4.3 Analisis Data ……………………………………………………………………... 50
4.4 Pembahasan ………………………………………………………………………. 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………………………. 64
5.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………. 64
5.2 Saran ……………………………………………………………………………. 65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
ABSTRAK
CHEVY
YUWANDA
PUTRA
UTAMA,
RECEPTION
ANALYSIS
MASYARAKAT SURABAYA TENTANG SINETRON GAJ AH MADA DI
MNCTV
Penelitian ini didasarkan pada ketidaksesuaian cerita yang ditampilkan di
sinetron Gajah Mada. Hal tersebut menjadikan peneliti ingin mengetahui
bagaimana penerimaan masyarakat Surabaya terhadap sinetron Gajah Mada.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan teori reception analysis oleh
Ingunn Hagen dan Janet Wasko. Teori ini mengacu pada penelitian yang berfokus
pada makna, produksi, dan pengalaman audiens dalam berinteraksi dengan media.
Metode yang digunakan untuk mengetahui permasalahan yang ada dengan
menggunakan penelitian deskriptif kualitatif karena berusaha memahami
penerimaan masyarakat Surabaya tentang sinetron Gajah Mada.
Hasil dari penelitian ini, menurut peneliti adalah informan satu, dua, dan
tiga menerima dari sisi hiburan sekaligus menolak isi dari sinetron ini dari sisi
menyiarkan informasi dan mendidik. Sedangkan informan empat murni menolak
isi dari sinetron ini dari sisi hiburan.
viii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
ABSTRACT
CHEVY
YUWANDA
PUTRA
UTAMA,
SURABAYA
SOCIETY’S
RECEPTION ANALYSIS ABOUT GAJ AH MADA TELEVISION SHOW
ON MNCTV
This research is based on unrelevant story which is showed at Gajah Mada
television show. That makes the researcher want to know how is the acceptance of
Surabaya society on Gajah Mada television show.
On this research, the researcher is using the reception analysis theory by
Ingunn Hagen and Janet Wasko. This theory depends on research which focused
on meaning, production and audience’s experience on interacting with the media.
The method which is used to find out the problem using descriptive
qualitative research because it tries to understand the acceptance of Surabaya
society about Gajah Mada television show.
The result of this research, the researcher thinks that the first, second and
the third informant accepting the entertainment side and rejects the content of this
show from the broadcasting information and educational side. And the fourth
informant purely rejecting the content of this show on the entertainment side.
ix
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Media massa televisi merupakan suatu sarana yang sangat efektif
dalam mempengaruhi pola pikir manusia. Manusia memperoleh tambahan
pengetahuan, informasi terkini dari belahan bumi lainnya dengan cepat, serta
inspirasi salah satunya adalah akibat dari peranan televisi. Televisi sebagai
suatu media massa mempunyai peranan yang penting dalam memudahkan
masyarakat untuk mendapat informasi yang dibutuhkan.
Media massa adallah alat yang biasanya digunakan dalam
penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan
menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio,
dan televisi ( Cangara, 2004 : 134 ). Hingga detik ini media massa masih
menjadi penentu atau pencetus sebuah opini publik yang ada di masyarakat.
Media mampu menjangkau masyarakat luas (khalayak) untuk menikmati
sajian pesan/berita atau program yang di tampilkan.
Televisi
sesuai
dengan
fungsinya
untuk
mempengaruhi
pemirsanya, diharapkan mampu memberikan pencerahan dan inspirasi baru
bagi semua khalayaknya.
1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2
Dalam 10 sampai 15 tahun terakhir, perubahan besar telah terjadi
di bidang penelitian audiens Penelitian kualitatif telah menjadi lebih sah,
banyak disebabkan karena diterimanya reception analisis. ( Ingunn Hagen &
Janet Wasko )
Label “Reception Analysis” diambil dari teori penerimaan atau
estetika penerimaan, teori sastra cabang jerman yang berfokus pada peran
pembaca dalam proses membaca. Bagi banyak orang, studi budaya dan
analisis penerimaan kurang lebih sama. Kita melihat kajian budaya dan
analisis penerimaan sebagai kategori yang agak tumpang tindih. Namun,
beberapa perbedaan dapat (dan harus) dilakukan. ( Ingunn Hagen & Janet
Wasko )
Kontribusi studi budaya yang paling penting untuk penelitian
audiens adalah yang disebut model encoding/decoding yang dikembangkan
oleh Hall, berdasarkan sistem makna politik Parkin. ( Ingunn Hagen & Janet
Wasko )
Kebudayaan adalah hasil karya manusia dalam usahanya
mempertahankan hidup, mengembangkan keturunan dan meningkatkan taraf
kesejahteraan dengan segala keterbatasan kelengkapan jasmaninya serta
sumber-sumber alam yang ada disekitarnya. Kebudayaan boleh dikatakan
sebagai perwujudan tanggapan manusia terhadap tantangan-tantangan yang
dihadapi dalam proses penyesuaian diri mereka dengan lingkungan.
Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial
yang digunakannya untuk memahami dan menginterpretasi lingkungan dan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3
pengalamannya, serta menjadi kerangka landasan bagi mewujudkan dan
mendorong
terwujudnya
kelakuan.
(http://kuliah.dinus.ac.id/edi-
nur/mbbi/bab3.html)
Salah satu standar untuk mengukur khalayak media adalah
menggunakan reception analysis, dimana analisis ini mencoba memberikan
sebuah makna atas pemahaman teks media dengan memahami bagaimana
karakter teks media dibaca oleh khalayak. Reception Analysis disini meliputi
persepsi, pemikiran, preferensi dan interpretasi. Persepsi adalah pengalaman
tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. (Jalaluddin, 2004:51).
Pemikiran didefinisikan sebagai perbuatan individu dalam menimbangnimbang, menguraikan, menghubung-hubungkan sampai akhirnya mengambil
keputusan. Preferensi yaitu semua ungkapan emosi individu yang menyertai
pemikiran persepsi kita dalam menerima pesan, apakah pemirsa menyukai
program berita tersebut atau tidak. Interpretasi merupakan sebuah istilah untuk
menjelaskan bagaimana kita memahami pengalaman.
Belakangan ini sering kita jumpai di berbagai stasiun televisi yang
menampilkan tayangan sinetron yang menyajikan beragam tema. Dari
beberapa program sinetron yang kini tayang di stasiun televisi nasional
Indonesia, peneliti tertarik untuk menganalisis tayangan yang dipersembahkan
oleh MD Entertainment dan MNC TV yang berjudul Gajah Mada dengan jam
tayang setiap hari, dimulai pukul 19.00 WIB, dan durasi 1-2 jam
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4
Penelitian ini meneliti tentang bagaimana penerimaan masyarakat
Surabaya tentang sinetron Gajah Mada di MNC TV. Sinetron ini menceritakan
tentang kelahiran tokoh sejarah Indonesia yang bernama Gajah Mada. Di
dalam sinetron ini Gajah Mada diceritakan dengan versi Gajah Mada muda.
Diceritakan Gajah Mada mempunyai kekuatan kanuragan yang sakti dan
dengan kekuatan itu dia selalu tampil menjadi pembela kebenaran dan
mengalahkan angkara murka.
Namun cerita yang ditampilkan di televisi dianggap tidak sesuai
atau melenceng dari sejarah. Hal itu juga diungkapkan oleh budayawan yang
juga insan perfilman Indonesia, Renny Masmada. Dalam websitenya, Renny
mengaku gerah melihat sinetron dan film berlatar Majapahit yang ditayangkan
di televisi. Menurutnya, penggarapan cerita Gajah Mada yang ditayangkan di
televisi banyak yang hanya mengobral kisah mistis dari kesaktian pencetus
Sumpah Palapa itu. “Sinetron ini sama sekali tak mencerminkan keseriusan
penggarapan, bahkan terkesan (dan terbukti) sangat dibuat asal-asalan, dan
tidak
punya
tanggung
jawab
kesejarahan,”
tandasnya.
(www.rennymasmada.com)
Dari pembahasan diatas, dapat dikatakan cerita sinetron ini
melenceng dari sejarah aslinya. Seharusnya dengan melibatkan langsung
tokoh-tokoh sejarah, ceritanya pun juga harus sesuai dengan sejarah yang ada.
Karena bila tidak, ini merupakan pembodohan sejarah. Tidak menghargai
sejarah dan budaya bangsa sebagai kekayaan yang harus dijaga dan
dilestarikan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
5
Hal tersebut menjadikan peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian mengenai reception analysis. Penelitian ini dengan judul “Reception
Analysis Masyarakat Surabaya Tentang Sinetron Gajah Mada”. Penelitian ini
diadakan di Surabaya karena dulunya Gajah Mada merupakan Maha Patih dari
kerajaan Majapahit yang terletak di Jawa Timur. Sedangkan Surabaya Ibukota
dari Jawa Timur.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
“Bagaimana Reception Masyarakat Surabaya Tentang Sinetron Gajah Mada”
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
bagaimana Reception Masyarakat Surabaya Tentang Sinetron Gajah Mada.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1
Kegunaan Teoritis
Memberikan referensi bagi Mahasiswa Universitas Pembangunan
Nasional Veteran Jawa Timur khususnya Fisip, program studi Ilmu
Komunikasi.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
6
1.4.2
Kegunaan Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan kepada khalayak media massa dalam melihat kecenderungan
Reception Analysis Masyarakat Surabaya Tentang Sinetron Gajah Mada.
1.4.3
Manfaat Penelitian
1. Secara Akademis hasil penelitian ini dapat memperkaya kajian
ilmu komunikasi yang menjelaskan keberlakuan teori-teori
komunikasi
penelitian
mengenai
dapat
Reception
dijadikan
bahan
Analysis.
bagi
Selain
itu,
peneliti-peneliti
selanjutnya.
2. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan
informasi yang berguna bagi khalayak tentang Reception
Analysis.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB II
Kajian Pustaka
2.1 Penelitian Terdahulu
1. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Desliana Dwita Dosen Ilmu
Komunikasi
Universitas
Putera
Batam.
Dengan
judul
“Resepsi
Masyarakat Terhadap Siaran Televisi Asing”
Dengan kesimpulan sebagai berikut :
Berdasarkan hasil pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan
hasil penelitian ini yaitu :
Konsumsi siaran televisi Singapura dan Malaysia oleh
khalayak di Batam cukup beragam. Individu khalayak dari etnis
melayu dalam penelitian ini memilih mengonsumsi siaran televisi
Malaysia yaitu TV2 dan TV3. Individu khalayak dari etnis tionghoa
dalam penelitian ini memilih mengonsumsi siaran televisi
Singapura yaitu Channel 5, Channel 8, Channel U dan Suria.
Waktu yang digunakan untuk mengonsumsi siaran televisi
Singapura dan Malaysia oleh individu khalayak dalam penelitian
ini sekitar 4-5 jam sehari.
Resepsi khalayak di Batam tentang isi siaran televisi Singapura
dan Malaysia dalam penelitian ini dipengaruhi oleh latar belakang
7
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
8
etnis, budaya, bahasa, hubungan keluarga, motivasi menambah
wawasan, motivasi ingin bekerja ke luar negeri, motivasi belajar
bahasa asing, sulit
mengakses siaran televisi, pendidikan,
kebutuhan akan siaran lokal, pekerjaan, serta pengalaman pribadi.
Posisi individu khalayak di Batam dalam meresepsi isi siaran
televisi Malaysia dalam penelitian ini terdiri dari : a) Individu yang
memaknai sama, menyukai, dan terpengaruh dengan isi siaran
Malaysia berada dalam posisi dominant hegemonic. Orang-orang
yang berada dalam posisi ini adalah yang memiliki kesamaan etnis,
keterikatan hubungan keluarga, dan tidak pernah mengalami
konflik dengan Malaysia. b) Individu yang menyukai namun
memberi makna berbeda terhadap isi siaran Malaysia berada dalam
posisi negotiated. Orang-orang yang berada dalam posisi ini adalah
yang memiliki latar belakang pendidikan di Malaysia dan memiliki
pengetahuan lebih banyak tentang Malaysia. c) Individu yang
memaknai isi siaran Malaysia sebagai tayangan syarat kepentingan,
berada dalam posisi oppositional. Individu yang berada dalam
posisi ini adalah yang memiliki pengalaman buruk dan tidak
mengenakan dengan Malaysia. Posisi individu khalayak di Batam
dalam meresepsi isi siaran televisi Singapura terdiri dari : a)
Individu yang memaknai sama, kagum, dan terpengaruh dengan isi
siaran Singapura berada dalam posisi dominant hegemonic. Orangorang yang berada dalam posisi ini adalah yang memiliki motivasi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
9
belajar dan bekerja ke luar negeri serta tidak pernah mengalami
pengalaman tidak baik dengan Singapura. b) Individu yang
menyukai, namun memberi makna berbeda terhadap isi siaran
Singapura berada dalam posisi negotiated. Orang-orang yang
berada dalam posisi ini adalah yang mencintai siaran lokal namun
membutuhkan siaran Singapura untuk belajar bahasa asing. c)
Individu yang memaknai isi siaran Singapura sebagai tayangan
yang tidak menarik dan tidak berimbang memberitakan tentang
Indonesia, berada dalam posisi oppositional. Orang-orang yang
berada dalam posisi ini adalah individu yang memiliki kesan tidak
baik tentang Singapura dan juga Individu pengelola media.
2. Selanjutnya penelitian yang pernah dilakukan oleh Rayssa Audryn
Firdauzy. Dengan judul “Penerimaan Pembaca Perempuan Terhadap
Peranan Gender Laki-Laki dalam Kolom Hot Papa Pada Rubrik Jawa Pos
For Her”
Dengan kesimpulan sebagai berikut :
Berdasarkan hasil pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan
hasil penelitian ini yaitu :
Kesimpulan yang didapat menunjukkan bahwa terdapat variasi
penerimaan yang disampaikan informan. Informan juga tidak
begitu saja menerima apa yang ada dalam media ( dominant ) akan
tetapi mereka juga bersikap negotiated atau bahkan oppositional
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
10
terhadap teks media tersebut. Perbedaan penerimaan informan
terhadap teks media berkaitan dengan latar belakang masingmasing informan, seperti perbedaan usia, etnis, status pernikahan,
pendidikan dan juga mengenai pandangan mereka yang masih
tradisional atau sudah modern. Selain itu ekspresi dan cara
penyampaian pendapat ketika diskusi berlangsung juga turut
membantu dalam menggambarkan bagaimana penerimaan para
informan terhadap peranan gender laki-laki dalam kolom Hot Papa
pada rubric Jawa Pos For Her.
Penelitian yang peneliti kerjakan sekarang berbeda dengan
penelitian terdahulu.
Penelitian
ini
meneliti tentang
bagaimana
penerimaan masyarakat Surabaya tentang sinetron Gajah Mada yang
mempunyai permasalahan dengan isi dari sinetron tersebut. Peneliti
mengerucutkan objek penelitian menjadi satu yaitu sinetron Gajah Mada.
Sedangkan
pada
penelitian
milik
Desliana
Dwita
objek
pada
penelitiannya tidak dikerucutkan. Informan di dalam penelitian ini
diambil dari masyarakat Surabaya yang melihat sinetron Gajah Mada.
Sedangkan di dalam penelitian milik Rayssa Audryn Firdauzy hanya
mengambil informan perempuan di dalam penelitiannya.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
11
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator
kepada komunikan melalui media tertentu untuk menghasilkan efek
ataupun tujuan dengan mengharapkan feedback atau umpan balik.
(Daryanto. 2010 : halaman v)
Kata “komunikasi” berasal dari bahasa latin, Communis, yang
berarti membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua
orang atau lebih. Akar katanya Communis adalah Communico, yang
artinya berbagi (Stuart, 1983). Dalam hal ini, yang dibagi adalah
pemahaman bersama melalui pertukaran pesan. Komunikasi sebagai kata
kerja (verb) dalam bahasa Inggris, communicate, berarti untuk : a.
bertukar pikiran, perasaan, dan informasi; b. membuat tahu; c. membuat
sama; d. mempunyai sebuah hubungan yang simpatik.
Adapun dalam kata benda (noun), communication, berarti : (a)
pertukaran simbol, pesan-pesan yang sama, dan informasi; (b) proses
pertukaran di antara individu-individu melalui sistem simbol-simbol yang
sama; (c) seni untuk mengekspresikan gagasan-gagasan; dan (d) ilmu
pengetahuan tentang pengiriman informasi (Stuart, 1983).
(Daryanto. 2010 : halaman 3-4)
Tujuan utama komunikasi adalah untuk membangun atau
menciptakan pemahaman atau pengertian bersama. Saling memahami
atau mengerti bukan berarti harus menyetujui, tetapi mungkin dengan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
12
komunikasi terjadi suatu perubahan sikap, pendapat, perilaku ataupun
perubahan secara sosial.
(Daryanto. 2010 : halaman 148)
Jenis komunikasi ada dua, yaitu sebagai berikut.
a) Komunikasi Verbal yaitu komunikasi dengan kata-kata, berupa
ucapan atau tulisan.
b) Komunikasi Nonverbal yaitu komunikasi nonverbal terdiri atas
ekspresi dan tingkah laku atau kebiasaan.
Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan
simbol-simbol verbal. Simbol verbal bahasa merupakan pencapaian
manusia yang paling impresif. Ada aturan-aturan yang ada untuk setiap
bahasa yaitu fonologi, sintaksis, semantic dan pragmatis.
(http://id.m.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_verbal)
Komunikasi nonverbal adalah proses pesan disampaikan tidak
menggunakan
kata-kata.
Contoh
komunikasi
nonverbal
ialah
menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak
mata, penggunaan objek seperti pakaian, potong rambut, dan sebagainya,
simbol-simbol, serta cara berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas
suara, gaya emosi, dan gaya berbicara.
Budaya asal seseorang amat menentukan bagaimana orang tersebut
berkomunikasi secara nonverbal. Perbedaan ini dapat meliputi perbedaan
budaya barat-timur, budaya konteks tinggi dan konteks rendah, bahasa,
dan sebagainya. Contohnya, orang dari budaya Oriental cenderung
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
13
menghindari kontak mata langsung, sedangkan orang Timur Tengah,
India dan Amerika Serikat biasanya menganggap kontak mata penting
untuk menunjukkan keterpercayaan, dan orang yang menghindari kontak
mata dianggap tidak dapat dipercaya.
(http://id.m.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_nonverbal)
2.2.2 Teori Reception Analysis
Teori Reception Analysis mengatakan bahwa teks dan penerima
adalah elemen yang saling melengkapi dalam satu areal penelitian.
Analisis penerimaan menggunakan kombinasi pendekatan humanistic
sebagai teorinya dan ilmu sosial sebagai metodologinya. Pendekatan
humanistic memandang komunikasi massa sebagai proses kultural
produksi dan penyampaian pesan dalam sebuah konteks sosial.
Sedangkan ilmu sosial menjelaskan penggunaan pertanyaan empiris
tertentu sebagai proses interaksi pesan media massa dengan khalayaknya.
Analisis penerimaan dalam pandangan Ingunn Hagen dan Janet
Wasko mengacu pada penelitian yang berfokus pada makna, produksi,
dan pengalaman audiens dalam berinteraksi dengan teks media. Fokus
pada proses decoding, interpretasi, dan “membaca” ini adalah inti dari
beberapa konseptualisasi analisis penerimaan. Menurut Jensen dan
Rosengren, dimana analisis penerimaan mengacu pada “ berbagai bentuk
penelitian audiens empiris kualitatif yang, untuk derajat yang berbeda,
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
14
berusaha untuk mengintegrasikan perspektif ilmu sosial dan humanistic
pada penerimaan” (1990:213).
Didalam teori ini berfokus pada makna, produksi, dan pengalaman
audiens. Yang disebut dengan makna adalah pemahaman-pemahaman
yang berbeda dari khalayak tergantung dari interpretasi masing-masing
individu, lalu produksi dimaksudkan khalayak yang memproduksi makna
dari isi media, sedangkan pengalaman audiens adalah pengalaman
masing-masing audiens/individu tergantung dari kalangan mana orang
tersebut berasal.
Pada umumnya, banyak orang berasumsi bahwa mengonsumsi
media adalah aktivitas pasif. Karena audiens banyak duduk di depan
televisi dan mengonsumsi tanpa benar-benar ‘terjalin’ atau beraktivitas.
Hall berpendapat bahwa konsumsi bukanlah aktivitas pasif. Ini
disebabkan menurutnya konsumsi media membutuhkan generasi
pemahaman. Tanpa pemahaman, tidak akan ada konsumsi. Pemahaman,
sebaliknya tidak dapat digenerasikan secara pasif. Karena tidak ada cara
pasif untuk menerima suatu pesan, kita harus menciptakannya sendiri
(Helen, 2004:62). Khalayak aktif tidak lagi dianggap sebagai jarum
hipodermik yang langsung begitu saja menerima pesan dari media.
Khalayak disini menggunakan field of experience dan frame of reference
mereka. Sehingga ideology dominan dari media tidak lagi sekedar
diterima oleh khalayak aktif.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
15
Istilah decoding encoding (Helen, 2004) digunakan Hall untuk
mengungkapkan bahwa makna dari teks terletak antara si pembuat teks
(encoder dalam hal ini komunikator atau professional media) dengan
pembacanya (decoder atau komunikan, dalam hal ini audiens media).
Walaupun si pembuat teks sudah meng-encode teks dalam cara
tertentu, namun si pembaca akan men-decode-nya dalam cara yang
sedikit berbeda. Ideology dominan secara khusus dikesankan sebagai
preferred readings (bacaan terpilih) dalam teks media, namun bukan
berarti hal ini diadopsi secara otomatis oleh pembaca (McQuail, 2002).
Teori Stuart Hall tersebut, tentang encoding dan decoding,
mendorong terjadinya interpretasi-interpretasi beragam dari teks-teks
media selama proses produksi dan resepsi (penerimaan). Dengan kata
lain, makna tidak pernah pasti (Ida, 2010:148).
Hall menurunkan 3 interpretasi (Ida, 2010) yang digunakan
individu untuk menafsirkan atau memberi respons terhadap persepsinya
mengenai kondisi dalam masyarakat, yaitu dominan/hegemonic code
adalah disini posisi audiens yang menyetujui dan menerima langsung apa
saja yang disajikan oleh televisi, menerima penuh ideology yang dari
program tayangan tanpa ada penolakan atau ketidaksetujuan terhadapnya.
Negotiated Code, penonton yang mencampurkan interpretasinya dengan
pengalaman-pengalaman sosial tertentu mereka. Penonton yang masuk
kategori negosiasi ini bertindak antara adaptif dan oposisi terhadap
interpretasi pesan atau ideology dalam televisi. Oppositional Code adalah
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
16
ketika penonton melawan atau berlawanan dengan representasi yang
ditawarkan dalam tayangan dengan cara yang berbeda dengan
pembacaan yang telah ditawarkan (Hall:138). Tipe ini tidak merasakan
kesenangan pada saat menonton televisi. Ia menolak sajian atau ideology
dominan dari televisi.
Teori Reception Analysis pada dasarnya mencoba menganalisis
sebuah makna dan pemahaman khalayak atas sebuah pesan dari teks
media (cetak, elektronik, internet) dengan memahami berbagai macam
karakter khalayak. Setiap individu yang menerima pesan dari teks media
akan menumbuhkan pemahaman yang berbeda-beda pula tergantung dari
pengalaman setiap individu tersebut, sehingga hasil dari penelitian ini
tidak bisa ditebak.
2.2.3 Kebudayaan
“Budaya” berasal dari kata majemuk budi daya atau kekuatan dari
akal, akal atau budi itu mempunyai unsur-unsur cipta atau pikiran, rasa,
karsa atau kehendak. Hasil dari ketiga unsur itulah yang disebut
kebudayaan. Dengan demikian, kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa,
dan karsa.
Kata “kebudayaan” berasal dari (bahasa Sansekerta) budhayah
yang merupakan bentuk jamak kata “budhi” yang berarti budi atau akal.
Kebudayaan diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan budi
atau akal.”
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
17
Adapun istilah culture yang merupakan istilah bahasa asing yang
sama artinya dengan kebudayaan berasal dari kata latin Colere. Artinya
mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau bertani. Dari asal
arti tersebut, yaitu colere kemudian culture, diartikan sebagai segala daya
dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam (Soekanto,
2006:150).
Orang yang pertama kali merumuskan definisi kebudayaan
menurut Effendhie (1999:2) adalah E.B Taylor (1832-1917), guru besar
Antropologi di Universitas Oxford pada tahun 1883. Pada tahun 1871,
E.B Taylor mendefinisikan kebudayaan sebagai berikut : “Kebudayaan
adalah mencakup ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, adat
istiadat dan kemampuan-kemampuan, serta kebiasaan-kebiasaan lain
yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.”
Sementara itu, beberapa ilmuwan Indonesia juga telah membuat
definisi kebudayaan. Koentjaraningrat, guru besar Antropologi di
Universitas Indonesia mendefinisikan kebudayaan sebagai “keseluruhan
sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara
belajar.”
Berdasarkan uraian diatas, disimpulkan bahwa kebudayaan adalah
semua hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam kehidupan masyarakat
yang diperoleh dengan cara belajar.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
18
2.2.3.1 Unsur-unsur Budaya
Soekanto dalam bukunya yang berjudul “Sosiologi Suatu
Pengantar” (2006:153) mengemukakan bahwa kebudayaan setiap bangsa
atau masyarakat terdiri dari unsur-unsur besar maupun unsur-unsur kecil
yang merupakan bagian dari suatu kebulatan yang bersifat sebagai
kesatuan.
Pada diri manusia terdapat unsur-unsur potensi budaya (Suparto,
1985:54) seperti :
1. Pikiran (Cipta), yaitu kemampuan akal pikiran yang menimbulkan
ilmu pengetahuan. Dengan akal pikirannya manusia selalu mencari,
mencoba menyelidiki, dan kemudian menemukan sesuatu yang baru.
2. Rasa, dengan panca inderanya manusia dapat mengembangkan rasa
estetika (rasa indah), dan ini menimbulkan karya-karya seni atau
kesenian.
3. Kehendak (Karsa), manusia selalu menghendaki akan kesempurnaan
hidup, kemuliaan, dan kesusilaan.
Dengan potensi akal pikir (cipta), rasa, dan karsa itulah manusia
berbudaya. Di samping ketiga unsur tersebut, Melville J. Herskovits juga
mengemukakan unsur-unsur kebudayaan yang lain, yaitu :
1. Alat-alat teknologi;
2. Sistem ekonomi;
3. Keluarga;
4. Kekuasaan politik.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
19
Pakar sosiologi lainnya yang merumuskan unsur-unsur kebudayaan
adalah Bronislaw Malinowski, yang terkenal sebagai salah seorang
pelopor teori fungsional dalam antropologi. Unsur-unsur tersebut antara
lain :
1. Sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara anggota
masyarakat di dalam upaya menguasai alam sekelilingnya;
2. Organisasi ekonomi;
3. Alat-alat dan lembaga atau petugas pendidikan; perlu diingat bahwa
keluarga merupakan lembaga pendidikan yang utama;
4. Organisasi kekuatan.
Masing-masing unsur tersebut digunakan untuk kepentingan ilmiah
dan analisanya diklasifikasikan ke dalam unsur-unsur poko atau unsurunsur besar kebudayaan, yang lazim disebut cultural universal. Istilah ini
menunjukkan bahwa unsur-unsur tersebut bersifat universal, artinya
unsur-unsur tersebut dapat dijumpai pada setiap kebudayaan yang ada di
seluruh dunia.
Adapun tujuh kebudayaan yang dianggap sebagai cultural
universals (Soekanto 2006:154), yaitu :
1. Peralatan dan perkembangan hidup manusia (pakaian, perumahan,
alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transport, dan
sebagainya);
2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian,
peternakan, sistem produksi, sistem distribusi, dan sebagainya);
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
20
3. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem
hukum, sistem perkawinan);
4. Bahasa (lisan maupun tertulis);
5. Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak, dan sebagainya);
6. Sistem pengetahuan;
7. Religi (Sistem kepercayaan).
Cultural universal tersebut di atas dapat dijabarkan lagi ke dalam
unsur-unsur yang lebih kecil. Ralph Linton menyebutnya sebagai
kegiatan kebudayaan atau cultural activity.
2.2.4 Kebudayaan Indonesia
Kebudayaan Indonesia dapat didefinisikan sebagai seluruh
kebudayaan lokal yang telah ada sebelum terbentuknya Negara Indonesia
pada tahun 1945. Seluruh kebudayaan lokal yang berasal dari kebudayaan
beraneka ragam suku di Indonesia merupakan bagian integral dari
kebudayaan Indonesia. (http://tiankids.web.id)
Menurut J.J Hoenigman (http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya),
wujud kebudayaan Indonesia dibedakan menjadi tiga yaitu gagasan,
aktivitas, dan artefak.
1. Gagasan (Wujud Ideal)
Wujud ideal kebudayaan berbentuk ide-ide, gagasan, nilai-nilai,
norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak, tidak
dapat diraba atau disentuh.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
21
2. Aktivitas (Tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola
dari manusia dalam masyarakat itu. Dalam hal ini, hal yang diamati
adalah pola perilaku masyarakat Surabaya terhadap Sinetron Gajah
Mada.
3. Artefak (Karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari
aktivitas, perbuatan, dan karya manusia dalam masyarakat yang
berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan
didokumentasikan.
Ketiga wujud kebudayaan di atas akan digunakan sebagai media
untuk mengetahui efek dari yang ditimbulkan oleh media massa yang
berlebihan dari kalangan remaja kota Surabaya. Kebudayaan Indonesia
dapat dikatakan tenar apabila kebudayaan masih diketahui, dipahami atau
dimengerti, ditaati, dan dihargai (Soekanto 2006:177) oleh masyarakat
kota Surabaya di tengah-tengah arus globalisasi budaya asing.
2.2.5 Media Massa
Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media
massa (media cetak dan elektronik). Sebab awal perkembangannya saja,
komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass
communication (media komunikasi massa). Media massa apa? Media
massa (atau saluran) yang dihasilkan oleh teknologi modern. Hal ini
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
22
perlu ditekankan sebab ada media yang bukan media massa yakni media
tradisional seperti kentongan, angklung, gamelan, dan lain-lain. Jadi,
disini jelas media massa menunjukkan pada hasil produk teknologi
modern sebagai saluran dalam komunikasi massa.
Lalu apa media massa dalam komunikasi massa? Ada banyak versi
juga tentang bentuk ini. Namun, dari sekian banyak definisi bisa
dikatakan media massa bentuknya Antara lain media elektronik (televisi,
radio), media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), buku, dan film. Dalam
perkembangan komunikasi massa yang sudah sangat modern dewasa ini.
Ada satu perkembangan tentang media massa, yakni ditemukannya
internet. Belum ada, untuk tidak mengatakan tidak ada, bentuk media
dari definisi komunikasi massa yang memasukkan internet dalam media
massa. Padahal jika ditinjau dari ciri, fungsi, internet jelas masuk dalam
bentuk komunikasi massa. Dengan demikian, bentuk komunikasi massa
bisa ditambah dengan internet. (Nurudin, 2007:3)
Dengan demikian, media massa adalah alat-alat dalam komunikasi
yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience
yang luas dan heterogen. (Nurudin, 2007:8)
Media massa juga mempunyai fungsi bagi masyarakat. Dalam buku
Media Relations : Sarana Membangun Reputasi Organisasi, dijabarkan
fungsi-fungsi media massa secara universal (Wardhani, 2008:25), yakni
sebagai berikut :
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
23
a. Fungsi Menyiarkan Informasi ( to inform ).
Penyampai informasi yang
berkaitan dengan peristiwa,
gagasan, atau pikiran orang lain, apa yang dilakukan orang lain,
apa yang dikatakan orang lain atau special event. Pesan yang
informative adalah pesan yang bersifat baru (actual) berupa
data, gambar, fakta, opini dan komentar yang memberikan
pemahaman baru/penambahan wawasan terhadap sesuatu.
b. Fungsi Mendidik ( to educate ).
Media Massa mendidik dengan menyampaikan pengetahuan
dalam bentuk tajuk, artikel, laporan khusus, atau cerita yang
memiliki
pesannya
misi pendidikan.
dapat
Berfungsi
menambah
mendidik
pengembangan
apabila
intelektual,
pembentukan watak, penambahan keterampilan/kemahiran bagi
khalayaknya serta mampu memecahkan permasalahan yang
dihadapi masyarakat.
c. Fungsi Menghibur ( to entertain )
yakni memberikan pesan yang bisa menghilangkan ketegangan
pikiran masyarakat dalam bentuk berita, cerita pendek, cerita
bersambung, cerita bergambar, sinetron, drama, musik, tari, dan
lainnya. Berfungsi menghibur apabila khalayak bisa terhibur
atau dapat mengurangi ketegangan, kelelahan dan bisa lebih
santai.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
24
d. Fungsi Mempengaruhi ( to influence )
Fungsi mempengaruhi pendapat, pikiran dan bahkan perilaku
masyarakat inilah yang merupakan hal paling penting dalam
kehidupan masyarakat. Karena itulah, media yang memiliki
kemandirian
(independent)
akan
mampu
bersuara
atau
berpendapat, dan bebas melakukan pengawasan sosial (social
control).
Bagaimanapun peran media massa (khususnya televisi) pada
dasarnya tidak hanya sekedar sarana pelepas ketegangan atau hiburan,
namun isi dan informasi apapun yang ditayangkan mempunyai pengaruh
yang besar dalam kehidupan masyarakat. Sebab, apa yang ditayangkan
oleh berbagai program acara televisi akan mempengaruhi kognnisi
khalayaknya. Realitas subjektif ( Berger, 1966:13 ) atau sebagaimana
yang digambarkan oleh Lippman dengan jargon “the world outside and
the pictures in our head” yang dibentuk oleh media akan menjadi
gambaran realitas publik tentang berbagai peristiwa sosial yang terjadi
disekitarnya. Realitas inilah yang kemudian akan mendorong respons
atau sikap khalayak terhadap berbagai hal tertentu.
Dengan begitu, gambaran atau informasi apapun yang dimunculkan
media kerap kali memunculkan respon atau sikap tertentu pula, terlepas
apakah benar atau salah realitas yang dikonstruksikan media tersebut. Di
sinilah dituntut agar media massa, dalam hal ini televisi, dapat
menyampaikan gambaran reaitas yang berkuaitas dan akurat mendekati
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
25
realitas yang sesungguhnya, di samping masalah moralitas dan tanggung
jawab media terhadap segala sesuatu yang disampaikannya.
2.2.6 Media Mengubah Budaya Negara yang Berkembang
Marshall McLuhan, media-guru dari University of Toronto,
mengatakan bahwa the medium is the mass-age. Media adalah era massa.
Maksudnya adalah bahwa saat ini kita hidup di era yang unik dalam
sejarah peradaban manusia, yaitu era media massa. Terutama lagi, pada
era media elektronik seperti sekarang ini. Media pada hakekatnya telah
benar mempengaruhi cara berpikir, merasakan, dan tingkah laku manusia
itu sendiri. Kita saat ini berada pada era revolusi, yaitu revolusi
masyarakat menjadi massa, oleh karena kehadiran media massa.
McLuhan memetakan sejarah kehidupan manusia kedalam empat
periode : a tribal age (era suku atau purba), literate age (era literal/huruf),
a print age (era cetak), dan electronic age (era elektronik). Menurutnya,
transisi antar periode tadi tidaklah bersifat gradual atau evolusif, akan
tetapi lebih disebabkan oleh penemuan teknologi komunikasi.
The Tribal Age. Menurut McLuhan, pada era purba atau era suku
zaman dahulu, manusia hanya mengandalkan indera pendengaran dalam
berkomunikasi. Komunikasi pada era itu hanya mendasarkan diri pada
narasi, cerita, dongeng tuturan, dan sejenisnya. Jadi, telinga adalah “raja”
ketika itu, “hearing is believing”, dan kemampuan visual manusia belum
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
26
banyak diandalkan dalam komunikasi. Era primitif ini kemudian tergusur
dengan ditemukannya alphabet atau huruf.
The Age of Literacy. Semenjak ditemukannya alphabet atau huruf,
maka cara manusia berkomunikasi banyak berubah. Indera penglihatan
kemudian menjadi dominan di era ini, mengalahkan indera pendengaran.
Manusia berkomunikasi tidak lagi mengandalkan tuturan, tapi lebih
kepada tulisan.
The Print Age. Sejak ditemukannya mesin cetak menjadikan
alphabet semakin menyebarluas ke penjuru dunia. Kekuatan kata-kata
melalui mesin cetak tersebut semakin merajalela. Kehadiran mesin cetak,
dan kemudian media cetak, menjadikan manusia lebih bebas lagi untuk
berkomunikasi.
The Electronic Age. Era ini juga menandai ditemukannya berbagai
macam alat atau teknologi komunikasi. Telegram, telepon, radio, film,
televisi, VCR, fax, computer, dan internet. Manusia kemudian menjadi
hidup di dalam apa yang disebut sebagai “global village”. Media massa
pada era ini mampu membawa manusia untuk bersentuhan dengan
manusia lainnya, kapn saja, dimana saja, seketika itu juga.
Inti
dari
teori
McLuhan
adalah
determinisme
teknologi.
Maksudnya adalah penemuan atau perkembangan teknologi komunikasi
itulah yang sebenarnya mengubah kebudayaan manusia.
Sedangkan Cultural Norms Theory (Norma Budaya) – (DeFleur).
Media massa menyampaikan informasi dengan cara-cara tertentu dapat
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
27
menimbulkan kesan yang oleh khalayak disesuaikan dengan normanorma dan nilai-nilai budayanya.
Pesan media mampu mengubah norma-norma budaya yang telah
berlaku dalam masyarakat. Dalam hal ini ada tiga indicator peran media
terhadap budaya, yakni :
1. Memperkuat norma budaya.
Seperti reality show “Etnic Runway” di salah satu stasiun televisi
terkemuka di Indonesia, yang menyajikan tayangan tentang budaya
Indonesia yang hampir punah oleh perkembangan jaman.
2. Mengubah norma budaya
Seperti serial komedi “Opera Van Java” di salah satu stasiun televisi
terkemuka di Indonesia, yang menyajikan hibura komedi dihiasi
dengan unsur adat Jawa (Sinden, Gendang, Baju Adat, Wayang orang,
dsb) tetapi juga diselipkan unsur kebudayaan Negara lain di setiap
episodenya.
3. Menciptakan norma budaya baru
Banyaknya serial televisi seperti sinetron, serial film televisi, dan
telenovela.
Media
massa
mempengaruhi
budaya-budaya
masyarakatnya
dengan cara, pesan-pesan yang disampaikan media massa memperkuat
budaya yang ada. Ketika suatu budaya telah kehilangan tempat
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
28
apresiasinya, kemudian media massa memberi lahan atau tempat, maka
budaya yang pada awalnya sudah mulai luntur menjadi hidup kembali.
Contoh : Acara pertunjukan Wayang Golek atau Wayang Kulit yang
ditayangkan televisi terbukti telah memberi tempat pada budaya tersebut
untuk diapresiasi oleh masyarakat. Media massa telah menciptakan pola
baru tetapi tidak bertentangan bahkan menyempurnakan budaya lama.
Contoh : acara Ludruk Glamor misalnya memberi nuansa baru terhadap
budaya Ludruk dengan tidak menghilangkan esensi budaya asalnya.
Media massa mengubah budaya lama dengan budaya baru yang
berbeda dengan budaya lama. Contoh : terdapat acara-acara tertentu yang
bukan tak mungkin lambat laun akan menumbuhkan budaya baru.
Menurut Paul Lazarfeld dan Robert K. Merton terdapat empat sumber
utama kekhawatiran masyarakat t