Pengaruh Loan To Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Earning Per Share, Debt To Equity Ratio, Dan Firm Size Terhadap Dividend Payout Ratiopada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Untuk mendukung latar belakang penelitian ini maka harus dijabarkan

  pembahasan teoritis mengenai hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan penelitian secara sistematis. Terlebih dahulu akan dibahas mengenai dividen secara keseluruhan baik itu faktor-faktor yang mempengaruhi, jenis-jenis dividen yang ada serta sistematika pembagian dividen yang dilakukan perusahaan

2.1.1 Dividen

  Dividen merupakan aliran tunai bersih bebas yang didistribusikan perusahaan kepada pemilik saham. Dividen tunai yang diharapkan merupakan variabel pengembalian yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan investor. Dividen tunai adalah sumber aliran kas untuk pemegang saham yang memberikan informasi tentang kinerja perusahaan pada saat ini dan akan datang. Dividen ditentukan dalam rapat umum anggota pemegang saham dan jenis pembayarannya tergantung pada kebijakan pemimpin.

  Kebijakan dividen adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam keputusan pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran dividen menentukan jumlah laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan. Ketika memutuskan berapa banyak uang kas yang harus dibagikan kepada pemegang saham, manajer keuangan harus mengingat bahwa tujuan perusahaan adalah memaksimalkan nilai pemegang saham. Semakin besar laba ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran dividen.

  Adanya asumsi kondisi pasar modal yang sempurna, dimana kepercayaan bahwa perusahaan akan dapat dengan cepat dan murah untuk menerbitkan saham baru kapanpun diperlukan sehingga ketika perusahaan kekurangan dana investasi karena membayarkan dividen maka perusahaan akan mencari dana di pasar modal menimbulkan teori bahwa nilai perusahaan tidak bergantung pada bagaimana pendapatan dibagi antara dividen dan laba ditahan. Teori yang dikenal dengan nama Teori Ketidakrelevanan Dividend (Irrelevance Theory) dikemukakan oleh Modigliani dan Miller (1961).

  Laba ditahan (retained earning) merupakan salah satu dari sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. Sedangkan dividen merupakan aliran kas yang diabayarkan kepada pemegang saham. Setiap perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan tersebut di satu pihak dan juga dapat membayar dividen kepada para pemegang saham di pihak lain, tetapi kedua tujuan tersebut bertentangan. Persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai cash dividend disebut

  

dividend payout ratio . Dengan demikian dapat dikatakan bahwa makin tingginya

dividend payout ratio yang ditetapkan oleh perusahaan berarti makin kecil dana

  yang tersedia untuk ditanamkan kembali di dalam perusahaan yang ini berarti akan menghambat pertumbuhan perusahaan (Riyanto 2001 :266).

  Kebijaksanaan keuangan yang dilakukan manajemen perusahaan seluruhnya merupakan kebijaksanaan untuk memaksimalkan kemakmuran.

  Kebijaksanaan keuangan sebenarnya dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori, dimana ketiga kategori akan saling pengaruh mempengaruhi terhadap nilai perusahaan yaitu pembelanjaan, investasi, dan kebijakan dividen (Gitosudarmo dan Basri, 2002:10). Untuk kepentingan yang saling berkaitan satu dengan yang lain kebijakan dividen harus merupakan kesepakatan pihak manajemen perusahaan dan pemegang saham penerima dividen.

  Jensen (1986) menggambarkan free cash flow sebagai kas yang tersisa setelah seluruh proyek yang menghasilkan net present value positif dilakukan.

  Perusahaan dengan aliran kas bebas berlebih akan memiliki kinerja yang lebih baik karena akan memperoleh keuntungan atas berbagai kesempatan dibanding perusahaan lain. Salah satu alasan mengapa perusahaan mau membayar dividen kas adalah karena manajemen tahu bahwa tidak ada Net Present Value (NPV) positif dari kemungkinan proyek atau investasi di masa yang akan datang. Dalam kondisi seperti ini pemegang saham dapat menginvestasikan kembali dana yang diperoleh dari dividen pada perusahaan lain yang memiliki NPV positif.

  Rasio pembayaran dividen (Dividend Payout Ratio) adalah dividen yang dibayarkan dengan laba bersihnyang didapatkan dan biasaya disajikan dalam bentuk persentase. Semakin tinggi dividend payout ratio akan menguntungkan para investor tetapi dari pihak perusahaan akan memperlemah internal financing karena memperkecil laba ditahan (Gitosudarmo dan Basri 2002:232).

2.1.2 Jenis-Jenis Dividen

  Terdapat beberapa jenis dividen yang dapat dibayarkan kepada para pemegang saham tergantung kepada posisi dan kemampuan perusahaan yang membagikan dividen. Berikut ini adalah jenis-jenis dividen menurut Kieso et al (2005:358) :

  a. Dividen Tunai (Cash Dividend) Merupakan bentuk dividen yang paling wajib digunakan oleh pihak perusahaan. Bagi suatu perusahaan, dividen ini menyebabkan penurunan laba yang dibagi dan nilai kas, kewajiban lancar untuk hutang dividen diakui pada tanggal pengumuman dividen. Kewajiban ini dihapus ketika cek dividen dikirimkan kepada para pemegang saham.

  b. Dividen Harta (Property Dividend) Merupakan dividen yang dibagikan kepada pemegang saham yang dibayarkan dengan kativa selain kas. Seringkali aktiva yang akan didistribusikan adalah sekuritas perusahaan lain yang dimiliki perusahaan. Dengan demikian, perusahaan memindahkan hak kepemilikannya dalam sekuritas tersebut kepada para pemegang saham. Dividen harta biasanya hanya terjadi dalam perseroan yang bersifat tertutup. Dividen harta dinilai dengan nilai terbawa (carrying value), jika nilai pasar yang wajar tidak dapat ditentukan.

  c. Dividen Likuidasi (Liquidating Dividend)

  Suatu pembagian yang merupakan pengembalian modal setoran kepada pemegang saham. Dividen ini merupakan peluang bagi investasi yang dibukukan dengan mengurangi modal setoran.

  d. Dividen Saham (Stock Dividend) Dividen saham merupakan pembagian dividen bukan dalam bentuk uang tunai, namun dengan memberikan dalam bentuk lembar saham. Jadi pembagian stock dividend akan meningkatkan jumlah saham yang dimiliki

  shareholders . Perusahaan sering kali membayar stock dividend sebagai

  pengganti atau pelengkap dividen kas. Dividen saham memungkinkan perusahaan untuk tetap menggunakan aktiva bersih yang dihasilkan dari laba bersih dan bersamaan dengan itu menawarkan saham kepemilikan kepada pemegang saham.

2.1.3 Kebijaksanaan Pembayaran Dividen

  Sebagai bagian dari kebijaksanaan keuangan perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan. Dalam kebijaksanaan pembayaran dividen pada garis besarnya adalah (Gitosudarmo dan Basri, 2002:230) :

  1. Kebijaksanaan Pembayaran Dividen yang Stabil (Stable Dividend Policy) Pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan selalu stabil dalam jumlah yang tetap, stabil yang makin naik dan stabil yang semakin menurun.

  Jadi besarnya dividen yang dibayarkan dalam jumlah yang selalu stabil walaupun terjadi fluktuasi dalam net income. Apabila pada suatu saat kondisi perusahaan mengalami kerugian, pembayaran dividen akan diambilkan dari cadangan stabilisasi dividen. Adapun keuntungan pembayaran yang stabil :

  1. Harga saham pada umumnya naik, maka saham-saham yang diterbitkan oleh perusahaan yang menganut kebijaksanaan pembayaran dividen stabil tingkat kenaikannya akan lebih tajam.

  2. Jika harga saham pada umumnya turun, maka penurunan harga saham yang diterbitkan oleh perusahaan yang menganut kebijaksanaan pembayaran dividen yang stabil tingkat penurunannya lebih lambat.

  3. Lebih mudah diakui oleh Badan Pembina Pasar Modal sebagai go

  public , sehingga penjualan sahamnya akan lebih mudah untuk masuk legal list .

2. Fluctuating Dividend Policy

  Pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan mendasarkan pada tingkat keuntungan pada setiap akhir periode. Apabila tingkat keuntungan tinggi maka besarnya dividen yang dibayarkan relatif tinggi, dan sebaliknya bila tingkat keuntungan rendah maka besarnya dividen yang dibayarkan juga rendah, atau dapat dikatakan besarnya selalu proporsional dengan tingkat keuntungannya.

  3. Kombinasi Stable Dividend Policy dan Fluctuating Dividend Policy

  Pada kebijakan ini besarnya dividen yang dibayarkan sebagian ada yang bersifat stabil atau tetap, tetapi sebagian yang lain bersifat proporsional dengan tinghkat keuntungan yang dicapai. Apabila perusahaan tidak mendapatkan laba para pemegang saham masih mendapatkan dividen tetap dan apabila didapatkan keuntungan dari hasil operasinya didapatkan bagian dari keuntungan. Bagian dividen yang bersifat proporsional besarnya tidak sama dengan dividen yang menggunakan kebijakan fluktuatif.

  2.1.4 Prosedur Pembayaran Dividen

  Dividen biasanya dibagikan setiap triwulan, jika situasi mendukung maka dividen dapat dinaikkan sekali setiap tahun. Prosedur pembagian dividen yang sebenarnya adalah sebagai berikut:

  1. Tanggal Pengumuman. Tanggal pada saat direksi perusahaan mengeluarkan pernyataan berisi pengumuman pembagian dividen.

  2. Tanggal Pencatatan Pemegang Saham. Jika perusahaan mencatat seorang pemegang saham tersebut berhak menerima dividen.

  3. Tanggal ex-dividen. Tanggal pada saat hak dividen periode berjalan tidak lagi menyertai saham tersebut, biasanya jangka waktunya adalah empat hari kerja sebelum pencatatan pemegang saham

  4. Tanggal Pembayaran (ex-dividend date). Tanggal pada saat perusahaan benar-benar mengirimkan cek dividen.

  2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

  Menurut Gitosudarmo dan Basri (2002:230) besar kecilnya dividend payout ratio , dipengaruhi beberapa faktor.

  1. Faktor Likuiditas Semakin tinggi likuiditas akan meningkatkan dividend payout ratio dan semakin rendah likuiditas akan menurunkan dividend payout ratio.

  Ada beberapa rasio yang termasuk dalam rasio likuiditas antara lain

  current ratio, quick ratio, loan to deposit ratio, dan cash ratio. Dalam

  penelitian ini, likuiditas diproksikan dalam loan to deposit ratio. Loan to

  Deposit Ratio merupakan salah satu ukuran dari rasio likuiditas yang

  merupakan rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan oleh bank dengan dana yang diterima oleh bank . Loan to deposit ratio tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.

  2. Kebutuhan Dana Untuk Melunasi Utang Semakin besar dana untuk melunasi utang baik untuk obligasi hipotek dalam tahun tersebut yang diambilkan dari kas maka akan berakibat menurunkan dividend payout ratio.

  3. Tingkat Ekspansi yang Direncanakan Semakin tinggi tingkat ekspansi yang direncanakan oleh perusahaan berakibat mengurangi dividend payout ratio karena laba yang diperoleh diprioritaskan untuk penambahan aktivitas.

  4. Faktor Pengawasan Semakin terbukanya perusahaan atau semakin banyaknya pengawas cenderung akan memperkuat modal sendiri sehingga mengakibatkan kenaikan dividend payout ratio, dan sebaliknya semakin tertutupnya perusahaan akan menurunkan dividend payout ratio.

  5. Ketentuan-ketentuan dari Pemerintah Ketentuan-ketentuan tersebut dimaksud adalah yang berkaitan dengan laba perusahaan maupun pembayaran dividen.

  6. Pajak Kekayaan/Penghasilan dari Pemegang Saham Apabila para pemegang saham adalah ekonomi lemah yang bebas pajak maka dividend payout lebih tinggi dibanding apabila pemegang saham para ekonomi kuat yang kena pajak.

2.1.6 Teori Agensi (Agency Theory)

  Dalam mengimplementasikan tujuan perusahaan yaitu untuk memaksimalkan kekayaan para pemegang saham, masalah keagenan dapat saja terjadi. Masalah keagenan (agency problem) merupakan masalah yang timbul akibat konflik kepentingan antara manajer (agen pemegang saham) dengan pemegang saham karena adanya pemisahan tugas manajemen perusahaan dengan para pemegang saham (Keown at al, 2008:18). Agen adalah orang yang diberi kekuasaan untuk bertindak atas nama yang lain, yang dikenal sebagai prinsipal.

  Dalam mengatur perusahaan, pemegang saham adalah prinsipal, karena mereka adalah pemilik nyata dari perusahaan. Sedangkan dewan direksi, CEO, para eksekutif perusahaan maupun manajer professional dengan kekuasaan pengambilan keputusan adalah agen (perantara) dari pemegang saham.

2.1.6.1 Masalah Agensi (Agency Problem)

  Masalah agensi terjadi karena terdapat perbedaan kepentingan yang bertujuan untuk menguntungkan dirinya masing-masing antara principal (pemegang saham) dan agen (manajer) dapat menimbulkan biaya agensi. Pemegang saham sebagai pemilik yang menginginkan kenaikan atas nilai perusahaan (harga saham) berbeda dengan manajemen yang menjalankan perusahaan dengan motivasi untuk mendapatkan imbalan sebesar-besarnya dari pemilik sehingga tanpa memperhitungkan risiko sepanjang memberikan keuntungan bagi dirinya sehingga mengurangi keuntungan pemilik (pemegang saham).

  Sebuah perusahaan bisa saja dijalankan oleh para manajer professional yang sedikit mempunyai kepemilikan saham dalam perusahaan itu atau tidak sama sekali. Karena adanya pemisahan antara pembuat keputusan dan pemilik perusahaan, para manajer bisa saja membuat keputusan yang sama sekali tidak sesuai dengan tujuan memaksimalkan kekayaan para pemegang saham. Mereka dapat bertindak untuk kepentingan mereka sendiri, dengan penghasilan tambahan dan gaji, tetapi mereka mungkin juga menghindari proyek manapun.

  Miller dan Rock (1985) menyajikan suatu model yaitu manajer mempunyai informasi mengenai perbedaan antara pendapatan yang sebenarnya dengan pendapatan yang diharapkan. Akan tetapi investor tidak mempunyai informasi tersebut. Jika sumber dan penggunaan dana perusahaan sama, investor akan mengambil kesimpulan perbedaan antara pendapatan yang sebenarnya dengan yang diharapkan dengan melihat kebijakan pembiayaan dan pembayaran dividen perusahaan tersebut sehingga lebih mudah untuk menilai kinerja manajemen.

2.1.6.2Hubungan Teori AgensiDengan Kebijakan Dividen

  Model agency cost merupakan model yang saat ini menjadi mainstream untuk menjelaskan fakta pembayaran dividen (Zaenal, 2005:119). Model dari teori agensi berasumsi bahwa pembayaran dividen didorong oleh upaya untuk mengurangi masalah agensi antara manajer yang lebih suka menahan arus kas bebas (free cash flows) dengan pemegang saham yang mengharapkan pembayaran dividen yang akan mempengaruhi kenaikan harga saham.

  Terdapat prediksi model agency cost tentang hubungan antara variabel- variabel pada tingkat perusahaan dan ekspektasi pembayaran dividen oleh Megginson (1997) diringkas sebagai berikut:

  Tabel 2.1

Prediksi Model Agency CostMegginson

  Meningkatnya Variabel Berikut Pengaruh Terhadap Pembayaran Dividen

  a. Variabel Level Perusahaan Tingkat Pertumbuhan Asset Menurun Kesempatan Investasi dengan NPV positif Menurun Intensitas Modal Dalam Proses Produksi Meningkat Free Cash Flows yang Dihasilkan Meningkat Jumlah pemegang saham individual Meningkat Relatif Terkonsentrasinya kepemilikan Menurun Kepemilikan pemegang saham terbesar Menurun

  b. Variabel-variabel makro Biaya transaksi perdagangan sekuritas Meningkat Tingkat pajak individu atas pendapatan dividen Menurun Tingkat pajak individu atas capital gain Meningkat Pentingnya investor institusional Menurun Peran investor institusional Menurun Relatif pentingnya pasar modal dibandingkan bank Meningkat Jumlah informasi perusahaan yang didisclose Menurun Sumber: Zaenal (2005:121)

  Pada penelitian ini, peneliti hendak membuktikan apakah teori keagenan dapat menjelaskan pengaruh hubungan manajemen dengan pemegang saham terhadap kebijakan dividen yang diambil perusahaan dengan menguji pengaruh variabel independen ( Loan To Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Earning

  

Per Share , Debt To Equity Ratio, dan Firm Size) yang dianggap mempengaruhi

  keputusan manajer sebagai agen terhadap variabel dependen yaitu Dividend yang digunakan pemegang saham dalam mengukur kinerja

  Payout Ratio keuangan pada perusahaan perbankan.

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

  Penelitian-penelitian terdahulu yang menjadi perbandingan dan bahan referensi dalam penelitian ini adalah:

  1. Penelitian yang dilakukan oleh Sudarsi (2002) yang menguji hubungan

  

Cash Position , Profitabilitas, Potensi Pertumbuhan, Ukuran Perusahaan,

  dan Debt to Equity Ratio terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan perbankan. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan baik secara parsial maupun simultan antara variabel independen terhadap variabel dependen.

  2. Penelitian yang dilakukan oleh Puspita (2009) yang menguji Cash Ratio, Growth, Firm Size, Profitability (ROA), Debt to Total Asset, dan Debt to Equity Ratio terhadap Dividend Payout Ratio. Hasil penelitian menunjukkan hanya Cash Ratio, Firm Size, dan ROA yang berpengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

  3. Penelitian yang dilakukan oleh Megawati (2011) yang menguji Cash Position, Return On Asset, Debt to Equity Ratio, dan Firm Size terhadap Dividend Payout Ratio. Hasil penelitian menunjukkan cash position, ROA, dan Firm Size yang berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap DPR sedangkan Debt To Equity Ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

  4. Penelitian yang dilakukan oleh Arini (2011) yang menguji Cash Position, Debt to Equity Ratio, ROA, Firm Size, dan Shareholder Dispersion terhadap Dividend Payout Ratio pada industri perbankan dan industri manufaktur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial ,cash position berpengaruh positif dan signifikan terhadap industry manufaktur tetapi tidak pada perusahaan perbankan.

  5. Penelitian yang dilakukan Septi, Suhadak, dan Siti (2014) menguji hubungan antara Current Ratio, Return On Asset, Total Asset Turn Over, dan Debt To Equity Ratio terhadap Dividend Payout Ratio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel-variabel independen tersebut berpengaruh kuat terhadap DPR tetapi secara parsial tidak menunjukkan hubungan signifikan.

  Tinjauan Penelitian terdahulu dapat dilihat dalam Tabel 2.2 berikut:

Tabel 2.2 PENELITIAN TERDAHULU NO. Nama Peneliti / Judul Variabel Hasil Penelitian

  1. Sudarsi (2002) ”Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Industri Perbankan Yang Listed Di Bursa Efek Jakarta.”

  

Dependen :

Dividend Payout Ratio

Independen :

Cash position,

profitabilitas,

potensi

pertumbuhan,

ukuran perusahaan, DER

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik secara simultan maupun secara parsial semua variabel independen tersebut tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap dividend payout ratio

  `2. Fira Puspita (2009) “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividend Payout Ratio (Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2007).”

  

Dependen :

Dividend Payout Ratio

Independen :

Cash Ratio

Growth Firm Size Return on Asset

Debt to Total

Asset

Debt to Equity

Hasil analisis menunjukkan hanya variabel cash ratio, growth, firm size, dan Return On Asset yang mempengaruhi dividend payout ratio secara signifikan.

  3. Megawati (2011) “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Pada Bursa

  

Dependen :

Dividend Payout Ratio

Independen :

Cash position,

ROA, DER, dan Firm Size Cash Position, ROA, dan

  Firm Size berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap DPR, sedangkan DER berpengaruh tidak secara signifikan dan negatif terhadap DPR Efek Indonesia.”

  4. Arini Dependen : secara parsial, CP

(2011) Dividend Payout berpengaruh positif dan

Ratio signifikan terhadap industri

“Analisis Faktor-Faktor Independen : manufaktur tetapi tidak

  Yang Mempengaruhi Cash Position, terhadap industri perbankan,

Dividend Payout Ratio Pada DER, ROA, Firm DER berpengaruh negatif

Industri Perbankan dan Size, dan terhadap industri manufaktur

Industri Manufaktur Yang Shareholder dan tidak berpengaruh

Terdaftar Pada Bursa Efek Dispersion terhadap industri perbankan, Indonesia.” ROA tidak berpengaruh baik terhadap industri manufaktur maupun perbankan Firm Size menunjukkan pengaruh signifikan dan positif terhadap industri manufaktur dan tidak berpengaruh terhadap industri perbankan, dan Shareholder Dispersion tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kedua industri tersebut.

  5. Septi, Suhadak dan Siti Dependen : Secara simultan variabel- (2014) Dividend Payout variabel independen tersebut Ratio berpengaruh kuat terhadap “Pengaruh Rasio-Rasio Independen : dividend payout ratio tetapi

  Keuangan Terhadap Current Ratio secara parsial tidak

Dividend Payout Ratio ROE menunjukkan hubungan

(Studi Pada Perusahaan Total Asset -Turn ynag signifikan terhadap

Yang Listing Di BEI Tahun Over DPR 2009-2011).” DER 2.3.

   Kerangka Konseptual dan Perumusan Hipotesis

  Dividen merupakan aliran tunai bersih bebas yang didistribusikan perusahaan kepada pemilik saham. Dividend Payout Ratio menunjukkan persentase laba yang dibayarkan kepada pemegang saham secara tunai dan juga menentukan jumlah laba yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dividend payout ratio

  (DPR) antara lain : Loan to Deposit Ratio, Capital Adequcy Ratio, Earning Per Share, Debt to Equity Ratio, dan Firm Size.

2.3.1. Kerangka Konseptual

  Berdasarkan penjelasan tersebut, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

KERANGKA PENELITIAN H1

  H2 H3 H4 H5 H6

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian

  Dividend Payout Ratio (Y) Loan to Deposit Ratio (X1)

  Capital Adequacy Ratio (X2) Earning Per Share (X3)

  Debt To Equity Ratio (X4) Firm Size (X5)

2.3.2. Perumusan Hipotesis

2.3.2.1. Pengaruh Loan to Deposit Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio

  Loan to Deposit Ratio merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam menghitung besarnya dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham perusahaan perbankan.Loan to Deposit Ratio adalah rasio yang menunjukkan seberapa besar pemberian kredit (loan) dibiayai dari simpanan perbankan (deposit) cukup untuk menutupi.Loan to Deposit Ratio menurut peraturan pemerintah maksimum adalah 110% (Kasmir, 2012:319).

  Pemberian kredit dilakukan karena bank mengasumsikan adanya net

  

present value atas kredit yang diberikan. Perkembangan pemberian kredit

  yang paling tidak menggembirakan bagi pihak bank adalah apabila kredit yang diberikan ternyata menjadi kredit bermasalah. Implikasi sebagai akibat timbulnya kredit bermasalah dapat berupa hilangnya kesempatan untuk memperoleh income dari kredit yang diberikan sehingga mengurangi perolehan laba (Dendawijaya, 2001:86). Dividen adalah laba yang dibagikan kepada pemegang saham berarti pemberian kredit dari dana simpanan bank dapat berisiko mengurangi rasio pembayaran dividen.

  

2.3.2.2. Pengaruh Capital Adequacy Ratio Terhadap Dividend Payout

Ratio

  Capital Adequacy Ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan

  (Dendawijaya, 2001:122). Salah satu komponen modal bank yaitu modal inti yang terbentuk dari laba setelah pajak adalah faktor yang menentukan pembayaran dividen. Capital Adequacy Ratio merupakan rasio solvabilitas bank yang dapat mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban apabila terjadi likuidasi sehingga Bank Indonesia mewajibkan setiap bank menyediakan modal minimum sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Semakin tinggi rasio ini, berarti perbankan memiliki kemampuan yang besar dalam menutupi aktiva berisiko maka rasio pembayaran dividen akan meningkat.

  2.3.2.3. Pengaruh Earning Per Share Terhadap Dividend Payout Ratio

  Earning Per Share adalah rasio yang menunjukkan berapa kemampuan per lembar saham dalam menghasilkan laba. Semakin tinggi rasio ini akan berpengaruh terhadap kepercayaan investor bahwa manajemen perusahaan dapat mengelola modal perusahaan dalam menghasilkan laba yang maksimal sehingga semakin tinggi rasio ini maka kemampuan perusahaan untuk membayar dividen kepada pemegang saham akan semakin besar. Earning Per Share sangat popular adalah karena adanya anggapan bahwa EPS mengandung informasi yang penting untuk melakukan prediksi mengenai besarnya dividend per share di kemudian hari dan tingkat harga saham di kemudian hari (Tuanakotta, 1985:213).

  2.3.2.4. Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio

  Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio leverage yaitu yang menunjukkan perbandingan jumlah kewajiban (hutang) terhadap jumlah modal (ekuitas) perusahaan. Dengan demikian rasio ini memperlihatkan seberapa besar perusahaan dibiayai oleh hutang. Pada industri perbankan, umumnya memiliki DER yang tinggi, artinya sumber dana yang diperlukan sebagian besar berasal dari pihak luar. Semakin tinggi rasio ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perbankan, berarti kemungkinan persentase pembagian dividen juga semakin kecil.

2.3.1.5. Pengaruh Firm Size Terhadap Dividend Payout Ratio

  Firm Size (Ukuran Perusahaan) mencerminkan bahwa perbankan yang besar dan mapan akan memiliki akses yang lebih mudah ke pasar modal (Sundjaja dan Barlian, 2003:389).Perusahaan yang masih baru ataupun perusahaan yang kecil karena keterbatasan aksesnya ke pasar modal sehinnga kemampuannya untuk mendapatkan modal dan memperoleh pinjaman dari pasar modal juga terbatas. Oleh karena itu maka mereka cenderung untuk menahan labanya guna membiayai operasinya, dan ini berarti dividen yang akan diterima oleh pemegang saham akan semakin kecil. Semakin besar ukuran perusahaan (firm size) maka dividen yang dibagikan juga akan semakin besar, begitu juga sebaliknya.

2.4. Hipotesis Penelitian

  Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah. Karena sifatnya yang masih sementara, maka perlu dibuktikan kebenarannya melalui data empiris yang terkumpul (Sugiyono, 2003:306).

  Berdasarkan kerangka konseptual tersebut maka hipotesisnya adalah sebagai berikut:

  1. Loan to deposit ratio (LDR) berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan perbankan.

  2. Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan perbankan.

  3. Earning Per Share berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan perbankan.

  4. Debt To Equity Ratio berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan perbankan.

  5. Firm Size berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan perbankan.

  6. Loan to deposit ratio,capital adequacy ratio,earning per share, debt to

  equity ratio , dan firm size secara simultan berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio pada perusahaan perbankan.

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Terhadap Penyitaan Aset Yang Tidak Terkait Tindak Pidana Pencucian Uang Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (Studi Kasus Perkara No. 20/PID.SUS/TPK/2013/PN.JKT.PST. Atas Nama Terdakwa Irjen Pol Drs. Djoko Susilo, S.H., M.Si)

0 1 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Perilaku Ibu Terhadap Stimulasi Tumbuh Kembang Neonatus Di Kelurahan Mabar Hilir Pasar IV

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Bank - Pengaruh tingkat kesehatan bank terhadap pertumbuhan laba pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia

0 0 26

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh tingkat kesehatan bank terhadap pertumbuhan laba pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia

1 1 11

Pengaruh tingkat kesehatan bank terhadap pertumbuhan laba pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia

1 2 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR) - Pengaruh Pengungkapan Corporte Social Responsibility, Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dan Nilai Perusahaan sebagai Varia

0 0 43

Pengaruh Pengungkapan Corporte Social Responsibility, Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dan Nilai Perusahaan sebagai Variabel Pemoderasi pada Perusahaan Pertambangan

0 0 13

Pengaruh Audit Report Lag dan Opini Audit terhadap Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan dengan Reputasi KAP sebagai Variabel Moderating

0 0 29

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Teori Kepatuhan (compliance theory) - Pengaruh Audit Report Lag dan Opini Audit terhadap Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan dengan Reputasi KAP sebagai Variabel Moderating

0 0 29

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Pengaruh Audit Report Lag dan Opini Audit terhadap Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan dengan Reputasi KAP sebagai Variabel Moderating

0 1 8