BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Hubungan Pemanfaatan Koleksi Perpustakaan Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Politeknik MBP Medan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemanfaatan Koleksi Perpustakaan

  Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan sumber informasi untuk kegiatan belajar. Koleksi yang baik adalah koleksi yang dapat dimanfaatkan oleh penggunanya, tanpa adanya pemanfaatan dari pengguna maka suatu koleksi tidak bernilai guna. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Depdiknas Balai Pustaka (2005, 711) dinyatakan bahwa “Pemanfaatan berasal dari kata dasar manfaat artinya guna, faedah. Kemudian mendapatkan imbuhan pemanfaatan dapat diartikan sebagai suatu cara atau proses dalam memanfaatkan suatu benda atau objek.

  Sedangkan menurut Clark yang dikutip oleh Kusumah (2009, 1) ada lima aspek pemanfaatan yaitu: media sebagai teknologi mesin; media sebagai tutor; media sebagai pengubah perilaku; media sebagai pemotivasi belajar; media sebagai alat berpikir dan memecahkan masalah. pengertian diatas dapat diketahui bahwa pemanfaatan koleksi perpustakaan adalah suatu proses yang dilakukan oleh pengguna dalam memanfaatkan informasi yang ada pada koleksi perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan informasinya. Pemanfaatan perpustakaan dapat menunjang keberhasilan kegiatan pembelajaran untuk mencapai prestasi belajar yang

  Menurut Handoko dalam Handayani (2007, 28) dari segi pengguna, pemanfaatan koleksi perpustakaan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

1. Faktor internal yang meliputi: a.

  Kebutuhan, yang dimaksud kebutuhan disini adalah kebutuhan akan informasi atau kebutuhan akan perpustakaan sebagai sumber belajar.

  b.

  Motif, merupakan sesuatu yang melingkupi semua penggerak, alasan atau dorongan yang menyebabkan ia berbuat sesuatu.

  c.

  Minat, adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu.

2. Faktor eksternal yang meliputi: a.

  Kelengkapan koleksi, yaitu banyaknya koleksi yang dimanfaatkan informasinya oleh mahasiswa.

  b.

  Keterampilan pustakawan dalam melayani pengguna, yaitu keterampilan pustakawan dalam melayani mahasiswa dapat dilihat

melalui kecepatan mereka dalam memberikan layanan.

  c.

  Keterbatasan fasilitas dalam pencarian kembali ini yang menjadi fasilitas pencarian informasi adalah sarana akses koleksi perpustakaan.

  Perpustakaan tanpa pemanfaatan koleksi, maka perpustakaan hanya suatu gedung. Dengan demikian, perpustakaan perlu memberdayakan koleksi agar dapat dimanfaatkan oleh pengguna perpustakaan. Untuk membatasi pengertian pemanfaatan di ruang baca, Lancaster (1993, 77) membentuk pertanyaan yaitu:

  a.

   If a book is removed from the shelves casually glanced at and immediately returned, has it been “used?” b.

   If it is removed, some portion of it read at the shelves, and the put back, has it been used? one side, has it been used? c.

   If it carried to table, along with others, glanced at and pushed to one side, has it been used?

  Pendapat di atas dapat di artikan sebagai berikut: 1.

  Jika koleksi di ambil dari rak dan diembalikan lagi, apakah koleksi itu sudah dimanfaatkan?

  2. Jika koleksi diambildari rak dan sebagian dibaca, apakah koleksi itu sudah dimanfaatkan?

  Pemanfaatan perpustakaan pada dasarnya dapat dilakukan dengan

beberapa cara, yaitu: (out-library use) dapat berlangsung di luar perpustakaan dan

(in-library use) di dalam perpustakaan, misalnya peminjaman koleksi melalui

layanan sirkulasi, membaca koleksi di ruang baca perpustakaan dan memfotokopi

koleksi perpustakaan. Pemaanfataan koleksi dapat juga diketahui melalui statistik

  sirkulasi (data koleksi yang digunakan diruang baca dan koleksi yang dipinjam) yang berpusat pada penggunaan (use studies) atau pada pengguna (user studies). pendapat diatas dapat diketahui bahwa pemanfaatan koleksi perpustakaan dilakukan didalam perpustakaan dengan membacanya atau di luar perpustakaan dengan meminjam untuk dibawa pulang.

   Cara memanfaatkan koleksi perpustakaan

  Pengguna perpustakaan dapat memanfaatkan koleksi perpustakaan dengan beberapa cara yaitu membaca koleksi di perpustakaan, meminjam koleksi perpustakaan dan memfotokopi koleksi perpustakaan.

  1. Membaca koleksi di perpustakaan

  Membaca adalah kegiatan yang dilakukan oleh pembaca untuk

memperoleh pesan atau informasi yang dapat menambah wawasan. Jenis bacaan

tiap pengguna di perpustakaan tidak sama, yang sama adalah kegiatannya yaitu

membaca dan mempelajarinya dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang

dibutuhkan oleh si pengguna.

  Menurut Salim (2002, 114) “Makna membaca adalah melihat isi sesuatu yang tertulis dengan teliti serta memahaminya (dengan melisankan atau dalam

  “Membaca bermakna melihat, serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melinsankan dalam membaca dalam hati)”.

  Menurut Sinaga (2004, 95) “ Membaca merupakan salah satu upaya yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Dengan membaca berarti menerjemahkan, menginterpretasikan tanda-tanda atau lambang-lambang bahasa yang dipahami oleh pembaca”.

  Setiap orang yang melakukan kegiatan membaca dapat mengambil manfaat dari bacaannya dan mengaplikasiannya. Dengan membaca pengguna juga memperoleh keterampilan - keterampilan. Menurut Olivien (2006, 2) ada empat keterampilan yang diperoleh dengan membaca yaitu :

   Keterampilan menyimak atau listening 2.

  Keterampilan berbicara atau speaking 3. Keterampilan membaca atau reading 4.

   Keterampilan menulis atau witing

  Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetikan membaca itu melihat, menyimpulkan serta memahami apa yang dibaca dengan teliti dan melisankannya dalam hati. Dalam kaitan pemanfaatan koleksi dengan membaca di perpustakaan, maka perpustakaan menyediakan ruangan yang dapat digunakan pengguna untuk membaca dan belajar.

  2. Meminjam koleksi perpustakaan

  

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kontemporer (2002, 165) makna

dari meminjam adalah, “memakai barang (dalam hal ini buku) orang lain untuk

waktu tertentu”. Peminjaman koleksi perpustakaan memiliki batasan waktu yang

diatur oleh perpustakaan. Kegiatan peminjaman koleksi perpustakaan dilakukan

  

untuk dibawa pulang memiliki pengecualian pada koleksi referensi yang

pemakaiannya hanya dapat di dalam perpustakaan.

  Menurut Sulistyo-Basuki dalam Darmono (2001, 143) bagian layanan sirkulasi mempunyai tugas melayani pengunjung dalam hal sebagai berikut :

  1. Mengawasi keluarnya setiap bahan pustaka dari ruang perpustakaan 2.

  Pendaftaran anggota perpustakaan 3. Peminjaman dan pengenbalian bahan pustaka 4. Memberikan sanksi bagi anggota yang terlambat mengembalikan pinjaman

  5. Memberikan peringatan bagi anggota yang belum mengembalikan pinjamn

  6. Menentukan penggantian buku yang dihilangkan anggota 7.

  Membuat statistik sirkulasi 8. Penataan koleksi di rak

library use ) dapat diketahui dari statistik sirkulasi. Dari statistik sirkulasi

  diidentifikasikasi koleksi yang sedikit digunakan dan koleksi yang banyak atau sering digunakan pengguna perpustakaan. Menurut Truswell yang dikutip oleh

  Lancaster (1993, 67) bahwa: Has used described an ingenious procedure for estimating what proportion of the collection account for a specified proportion of the use. The “last circulation date” (LCD) method requires that one collect only two dates: the date on which a book is borrowed ina current circulation period and the date on which it was las previously borrowed.

  Pengertian di atas dapat di artikan bahwa telah dilakukan pengujian secara masuk akal untuk memperkirakan ukuran apa yang digunakan untuk menberikan laporan dengan koleksi yang digunakan. Metode tanggal sirkulasi terakhir (LCD) mengharuskan bahwa satu koleksi hanya dapat dipinjam dua hari. Tanggal dimana suatu buku dipinjam di periode sirkulasi sekarang dan tanggal dimana pinjaman berakhir.

  Pendapat di atas menjelaskan bahwa, Trueswell melakukan pengujian

  

Circulation Date ), metode tersebut dapat digunakan untuk menemukan koleksi

  inti dan koleksi yang sedikit digunakan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa koleksi perpustakaan dapat dipinjam untuk dibawa pulang dengan jangka waktu yang telah ditentukan. Peminjaman koleksi perpustakaan, memiliki pengecualian pada koleksi referensi, koleksi referensi tidak dapat dipinjam untuk dibawa pulang, pemakaiannya hanya boleh di dalam perpustakaan.

3. Menfotokopi koleksi Perpustakaan

  Tidak hanya membaca dan meminjam koleksi perpustakaan, koleksi dapat juga dimanfaatkan dengan menfotokopi koleksi. Menurut Salim (2002, 425) “Makna menfotokopi adalah membuat salinan barang cetakan atau barang tulisan Bahasa Indonesia (2005, 876) dinyatakan bahwa, “Menfotokopi bermakna membuat reproduksi dengan mesin fotokopi”.

  Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa menfotokopi adalah proses memperbanyak atau reproduksi koleksi perpustakaan dengan menggunakan mesin fotokopi. Bedanya dengan mencatat hanya terletak pada cara memperbanyaknya

2.2 Koleksi Perpustakaan

  Koleksi perpustakaan merupakan koleksi yang dimiliki oleh setiap perpustakaan untuk digunakan oleh pengguna yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Menurut Undang-undang No. 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan pada Pasal 1 ayat 2 dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan “Koleksi perpustakaan adalah semua informasi dalam bentuk karya tulis, karya pendidikan, yang dihimpun, diolah, dan dilayankan”. Koleksi perpustakaan tidak berdayaguna tanpa adanya pengguna maupun pengolah/penghimpun/pelayan.

  Sedangkan dalam buku Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman (2004, 66) dinyatakan bahwa : “Koleksi adalah sejumlah pustaka tentang suatu perkara tertentu, atau jenis tertentu yang dikumpulkan oleh seseorang atau suatu perpustakaan”. Yulia (1993, 3) mengemukakan bahwa: Koleksi perpustakaan merupakan kumpulan bahan perpustakaan yang dimiliki suatu perpustakaan yang dilayankan kepada pengguna. Ada beberapa jenis koleksi bahan pustaka yang tercakup dalam koleksi dan telah dikelompokkan menurut jenisnya diantaranya adalah karya cetak, karya non cetak, karya dalam bentuk elektronik. adalah semua jenis bahan pustaka dalam bentuk karya cetak maupun karya rekam yang dikumpulkan, diolah dan dilayankan kepada penggunanya.

2.2.1 Fungsi Koleksi Perpustakaan

  Koleksi perpustakaan sebagai sarana penyebar informasi tentu saja . memiliki beberapa fungsi yang sama halnya dengan perpustakaan Menurut Sjahrial-Pamuntjak (2000, 5) bahwa koleksi perguruan tinggi berfungsi, “Untuk melayani keperluan para mahasiswa dari tingkat persiapan sampai kepada mahasiswa yang sedang menghadapi ujian sarjana dan menyusun skripsi, para staf dalam persiapan bahan perkuliahan serta peneliti yang tergabung dalam perguruan tinggi bersangkutan”.

  (2002, 3) fungsi koleksi perpustakaan adalah

  Sedangkan menurut Siregar

  1. Fungsi pendidikan, yaitu menunjang program pendidikan dan pengajaran bagi masyarakat umum, kelompok, lembaga yang membutuhkan.

  2. Fungsi penelitian, yaitu menunjang penelitian yang dilakukan oleh masyarakat/pengguna.

  3. Fungsi referensi, yaitu menjadi bahan referensi bagi masyarakat/pengguna perpustakaan.

  4. Fungsi umum, dimana perpustakaan menjadi pusat informasi bagi masyarakat, fungsi ini berhubungan dengan pengabdian kepada masyarakat dan pelestarian bahan pustaka serta hasil budaya manusia lainnya.

  Sedangkan dalam buku Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman (2004, 30) dinyatakan bahwa fungsi koleksi adalah sebagai berikut: 1.

  Fungsi pendidikan Untuk Menunjang program pendidikan dan pengajaran, perpustakaan mengadakan bahan pustaka yang sesuai atau relevan dengan jenis dan tingkat program yang ada. Fungsi penelitian

  Untuk menunjang program penelitian perguruan tinggi, perpustakaan menyediakan sumber informasi tentang berbagai hasil penelitian dan kemajuan ilmu pengetahuan mutakhir.

  3. Fungsi referensi Fungsi ini melengkapi fungsi yang di atas dengan menyediakan bahan bahan referensi diberbagai bidang dan alat - alat bibliografis yang diperlukan untuk menelusur informasi.

  4. Fungsi umum Perpustakaan perguruan tinggi juga merupakan pusat informasi bagi masyarakat di sekitarnya, fungsi ini berhubungan dengan program pengabdian masyarakat dan pelestarian bahan pustaka serta hasil budaya manusia yang lain.

  Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa fungsi koleksi adalah untuk memenuhi kebutuhan informasi seluruh penggunanya, khususnya bagi perpustakaan perguruan tinggi keberadaan koleksi sangat penting bagi seluruh sivitas akademika, sehingga perpustakaan harus selalu berusaha mengadakan koleksi yang relevan bagi seluruh pengguna perpustakaan.

2.2.2 Jenis Koleksi Perpustakaan

  Koleksi perpustakan tidak terbatas hanya pada buku saja, tetapi juga meliputi segala koleksi tercetak dan elektronik. Kategori bahan perpustakaan menurut Sutarno (2006, 82) adalah: “Koleksi perpustakaan mencakup bahan pustaka tercetak seperti buku, majalah, surat kabar, bahan pustaka terekam, dan elektronik seperti kaset, video, piringan (disk), film, film strp, dan koleksi bentuk tertentu, seperti lukisan, alat peraga, globe, foto, dan lain-lain”.

  Sedangkan menurut Yulia (1993, 3) yang termasuk jenis bahan perpustakaan yang tercakup dalam koleksi perpustakaan adalah :

  1. Karya Cetak Karya cetak adalah suatu hasil pemikiran manusia yang dituangkan a.

  Buku Bahan pustaka yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan yang paling umum terdapat dalam koleksi perpustakaan. Berdasarkan standar dari UNESCO tebal buku paling sedikit 49 halaman.

  b.

  Terbitan berseri Terbitan Berseri merupakan bahan pustaka yang diterbitkan secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Koleksi bahan pustaka berseri meliputi surat kabar, majalah, jurnal, dan laporan yang diterbitkan dalam jangka waktu tertentu, seperti laporan tahunan dan triwulan.

  2. Karya Noncetak / Karya Bukan Buku Karya noncetak atau karya bukan buku adalah hasil memikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk cetak, misalnya rekaman suara, rekaman video,rekaman gambar, dan sbagainya. karya noncetak ini akan menambah jumlah koleksi di perpustakaan dan memungkinkan perpustakaan pelayanan yang lebih pada pemakai.

  a.

  Karya dalam Bentuk Mikro Karya dalam bentuk mikro adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan bahan pustaka yang mengunakan bantuan alat yang disebut microreader.

  b.

  Karya dalam Bentuk Elektronik Karya dalam bentuk elektronik adalah informasi yang dituangkan ke dalam media elektronik, misalnya pita magnetic dan cakram atau disc. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa perpustakaan memiliki berbagai jenis koleksi yang dilayangkan kepada pengguna baik koleksi dalam bentuk tercetak seperti buku dan terbitan berseri, koleksi non cetak seperti rekaman suara, gambar hidup, dan rekaman video, bahan grafika, bahan kartografi, mikrofilm, dan mikrofis. Karya dalam bentuk elektronik seperti pita magnetis, cakram atau disc, dan koleksi lainnya. Semua koleksi tersebut dapat digunakan oleh pengguna untuk memenuhi kebutuhan informasinya.

2.3 Pengguna Perpustakaan

  Pada dasarnya perpustakaan tidak akan ada artinya apabila tidak ada pengunjung yang memanfaatkan atau menggunakan bahan pustaka/koleksinya dinyatakan bahwa, “Pemustaka adalah pengguna perpustakaan yaitu perseorangan, kelompok orang, masyarakat, atau lembaga yang memanfaatkan fasilitas layanan perpustakaan”. Kualitas suatu perpustakaan dapat di ukur dengan tingkat kunjungan pengguna ke perpustakaan dan bagaimana perpustakaan dapat memenuhi kebutuhan informasi penggunanya. Sedangkan menurut Hermawan dan Zen (2006, 13) “Pengertian pengguna secara sederhana adalah orang atau badan yang akan menggunakan perpustakaan”.

  Adapun tipe pengguna menurut Lasa HS (1994, 31) adalah : a.

  Mereka yang membutuhkan informasi, tetapi tidak mengetahui kemana mencarinya.

  b.

  Mereka yang membutuhkan informasi, tetapi tidak mengetahui bagaimana cara memburu, mencari informasi itu.

  c.

  Mereka yang membutuhkan informasi, mengetahui tempat dan mengetahui cara mencarinya. Akan tetapi setelah menemukannya tidak d.

  Mereka yang memerlukan informasi, mengetahui tempat dan mengetahui caranya, namun belum mampu memanfaatkan sumber itu semaksimal mungkin. Pengguna perpustakaan adalah seluruh masyarakat maupun orang-orang yang berkecimpung atau terdaftar sebagai anggota di perpustakaan tersebut yang membutuhkan informasi.

  Karateristik jenis pengguna perpustakaan secara umum menurut Djatin (1996, 8) adalah : 1.

  Mahasiswa Pada umunya sering menggunakan buku dari pada majalah yang memberikan penjelasan mengenai topik-topik tertentu.

  2. Mahasiswa Pasca Sarjana Yang mencari informasi untuk penelitian sesuai dengan bidang-bidang mereka.

  3. Tenaga medis yang bekerja di rumah sakit yang bekeja di rumah sakit yang memiliki kesibukan dengan kegiatan atau klinisnya.

  4. Dosen atau Peneliti Para dosen yang memerlukan informasi untuk keperluan belajar atau mengajar sedangkan peneliti memerlukan informasi untuk mengetahui sejauh mana telah orang untuk digunakan dalam menentukan langkah yang akan di ambil selanjutnya.

  5. Pengamat Mencari informasi mengenai topik-topik yang banyak diminati orang.

  6. Bidang-bidang Khusus Orang yang mencari informasi mengenai penelitian dimasa lalu dengan motivasi atau sasaran belajar seumur hidup.

  7. Masyarakat Umum Untuk menambah pengetahuan dan mencari informasi serta hiburan.

  8. Industri dan Pemasaran Untuk mengetahui perkembangan teknologi industry. Pengguna perpustakaan dapat dikelompokkan menjadi dua sebagimana di kemukakan Hemawan dan Zen (2006, 16) yaitu: a.

  Pengguna Potensial (potential users) Pengguna potensial adalah pengguna yang ditargetkan dan seharusnya perpustakaan perguruan tinggi pengguna potensialnya adalah dosen dan mahasiswa, sedangkan pada perpustakaan umum pengguna potensialnya adalah warga masyarakat yang tinggal di wilayah dimana perpustakaan tersebut berada.

  b.

  Pengguna Aktual (actual users) Pengguna aktual adalah mereka yang telah menggunakan perpustakaan, baik pengguna aktual aktif yaitu pengguna yang secara teratur (reguler) berkunjung dan memanfaatkan perpustakaan, maupun pengguna aktual pasif yaitu pengguna yang menggunakan perpustakaan ketika ada kebutuhan atau mendapat tugas dari guru, dosen ataupun pihak lain. (Hermawan dan Zen, 2006, 16) .

  Senada dengan pendapat di atas, (Hermawan dan Zen, 2006, 17) mengelompokkan pengguna perpustakaan menjadi dua kategori, yaitu: a.

  Pengguna Internal (internal users) Pengguna internal merupakan pengguna potensial atau yang telah menjadi anggota perpustakaan. Misalnya mahasiswa dan siswa merupakan pengguna internal dari perpustakaan universitas atau b.

  Pengguna Eksternal (external users) Pengguna eksternal adalah pengguna perpustakaan yang bukan menjadi target layanan. Misalnya pada sebuah perpustakaan umum, masyarakat dari wilayah lain merupakan pengguna eksternal, begitu juga mahasiswa atau siswa yang mengunjungi perpustakaan lain yang bukan perpustakaan universitas atau sekolahnya.

  Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa karateristik pengguna perpustakaan terdiri dari mahasiswa, para dokter, dosen atau peneliti, pengamat, industri dan pemasaran. Dan pengguna perpustakaan dapat dikelompokkan dengan pengguna potensial, aktual, internal dan eksternal.

2.4 Pelayanan Perpustakaan

  Perpustakaan perguruan tinggi adalah lembaga yang didirikan dengan tujuan untuk melayani mahasiswa dalam memenuhi kebutuhan informasi yang dibutuhkannya. Pada hakikatnya layanan perpustakaan dengan berorientasi kepada pengguna maka layanan perpustakaan diselenggarakan dengan tujuan untuk membantu memenuhi kebutuhan informasi pengguna secara tepat dan akurat, yaitu melalui penyediaan bahan pustaka dan penyediaan sarana penelusurannya. Dari usaha ini diharapkan kepuasan pengguna atas layanan informasi yang diberikan dapat tercapai. Sedangkan dari sisi kepentingan perpustakaan maka tujuan diselenggarakan layanan perpustakaan pada umumnya adalah agar bahan pustaka yang disediakan perpustakaan dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh pemakai. Secara umum dapat dikatakan bahwa fungsi kegiatan layanan perpustakaan adalah sebagai jembatan antara bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan dengan pemakai yang membutuhkannya guna mengoptimalisasikan pemanfaatan bahan pustaka/sumber informasi yang ada.

  Menurut Darmono (2001, 134) “Layanan perpustakaan adalah menawarkan semua bentuk koleksi yang dimiliki perpustakaan kepada pemakai yang datang ke perpustakaan dan meminta informasi yang dibutuhkannya”.

  Sedangkan menurut Sutarno (2006, 90) “Pelayanan perpustakaan merupakan kegiatan yang memberikan layanan yang baik sebagaimana dikehendaki oleh pemakai dalam pemberian informasi”. Melalui pelayanan perpustakaan pengguna dapat memanfaatkan informasi yang dimiliki perpustakaan, baik di dalam maupun di luar perpustakaan.

  Berdasarkan uraian di atas dapat di ketahui bahwa pelayanan perpustakaan merupakan kegiatan yang menawarkan semua koleksi yang dimiliki perpustakaan kepada pengguna baik di dalam maupun di luar perpustakaan.

2.4.1 Sistem Layanan Perpustakaan

  Perpustakaan perlu menentukan sistem layanan yang akan digunakan, agar pengguna dapat memanfaatkan layanan dan koleksi perpustakaan dengan efektif.

  Dengan adanya penentuan sistem ini pengguna dapat mengetahui bagaimana cara memanfaatkan koleksi dan layanan yang dimiliki perpustakaan.

  1. Sistem layanan terbuka (opened access)

  2. Sistem layanan tertutup (closed access) Kedua sistem di atas akan diuraikan pada uraikan berikut :

2.4.1.1 Sistem Layanan Terbuka

  Sistem layanan terbuka merupakan salah satu dari sistem layanan perpustakaan. Menurut Yusuf (1996, 135) “Sistem layanan terbuka adalah sistem yang memberikan kebebasan kepada pengunjung untuk memasuki ruang koleksi dan memilih sendiri koleksi yang dibutuhkannya”.

  Sedangkan sistem layanan terbuka menurut Lasa (1994, 5) adalah “Suatu layanan yang memungkinkan pengguna untuk masuk ke ruang koleksi untuk memilih, mengambil sendiri koleksi yang sesuai”.

  Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa sistem layanan terbuka adalah suatu sistem yang memberikan kebebasan kepada pengguna untuk mencari sendiri informasi yang dibutuhkan.

  Pada dasarnya setiap sistem memiliki keuntungan dan kerugian, begitu juga sistem layanan terbuka dalam pelaksanaanya memiliki beberapa keuntungan dan kerugian. Menurut Darmono (2001, 140) ada beberapa keuntungan dan kerugian dengan menerapkan sistem layanan terbuka, antara lain:

  1. Pemakai dapat melakukan pengambilan sendiri bahan pustaka yang dikehendaki dari jajaran koleksi ;

  2. Pemakai dilatih untuk dapat dipercaya dan diberi tanggung jawab terhadap terpeliharanya koleksi yang dimiliki perpustakaan ;

  3. Pemakai akan merasa lebih puas karena ada kemudahan dalam menemukan bahan pustaka dan alternatif lain jika yang dicari tidak

  4. Dalam sistem ini tenaga perpustakaan yang bertugas untuk mengambil bahan pustaka tidak diperlukan sehingga bisa diberi tanggung jawab di bagian lain.

  Walaupun banyak keuntungan yang diperoleh dari sistem layanan terbuka, namun ada kerugian menerapkan sistem layanan terbuka diperpustakaan antara lain : 1.

  Ada kemungkinan pengaturan buku di rak penempatan (jajaran) menjadi kacau karena ketika mereka melakukan browsing. Buku yang sudah di cabut dari jajaran rak dikembalikan oleh pemakai secara tidak tepat ;

  2. Ada kemungkinan buku yang hilang relatif lebih besar bila dibandingkan dengan sistem yang bersifat tertutup ;

  3. Memerlukan ruangan yang lebih luas untuk jajaran koleksi agar lalu lintas atau mobilitas pemakai lebih leluasa ;

  4. Membutuhkan keamanan yang lebih baik agar kebebasan untuk mengambil sendiri bahan pustaka dari jajaran koleksi tidak menimbulkan berbagai akses seperti peningkatan kehilangan atau perobekan bahan pustaka.

  Sedangkan menurut Lasa (1994, 5) dalam sistem layanan terbuka memiliki keuntungan dan kerugian antara lain yaitu: Keuntungan : 1.

  Kartu-kartu katalog tidak segera rusak, karena sedikit yang menggunakannya. Pada umumnya mereka langsung menuju ke rak buku untuk memilih sendiri.

  2. Menghemat tenaga. Sebab dalam sistem ini petugas tidak perlu mengambilkan. Pustakawan hanya mencatat dan kemudian mengembalikan buku-buku yang telah dibaca di tempat maupun yang dikembalikan hari ini

  3. Judul-judul yang diketahui dan dibaca lebih banyak 4.

  Akan segera diketahui judul buku yang sedang dipinjam, nama dan alamat peminjam

  5. Apabila calon peminjam tidak menemukan buku tertentu yang dicari, maka saat itu dia dapat memilih judul lain yang relevan

  6. Kecil sekali kemungkinan terjadi salah paham antara petugas dan peminjam Kerugian : 1.

  Frekuensi kerusakan lebih besar 2. Memerlukan ruangan yang lebih luas. Sebab letak rak satu dengan yang lain memerlukan jarak yang longgar

  3. Susunan buku menjadi tidak teratur. Oleh karena itu pustakawan harus sering mengadakan reshelving

  4. Pemula yang datang ke perpustakan itu untuk mencari buku sering bingung. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa sistem layanan terbuka merupakan sistem yang memberikan kebebasan kepada pengguna untuk mencari, memilih dan mengambil sendiri koleksi yang sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini meringankan tugas petugas layanan perpustakaan karena tidak dibebani pekerjaan mencari koleksi dari jajaran rak.

  Namun sistem layanan terbuka membutuhkan ruangan yang lebih luas dan keamanan yang lebih baik karena kemungkinan buku hilang relatif lebih juga sebaliknya terdapat kerugian yang disebabkan terjadinya interaksi pengguna dengan koleksi perpustakaan.

2.4.1.2 Sistem Layanan Tertutup

  Selain sistem layanan terbuka, perpustakaan juga dapat menerapkan sistem layanan tertutup di perpustakaan. Sistem layanan tertutup menurut Soeatminah (1991, 131) adalah :

  Sistem layanan tertutup adalah sistem layanan yang tidak memperbolehkan pengunjung perpustakaan masuk ke ruang koleksi, tetapi pengunjung boleh memilih pustaka yang ingin dipimjam melalui katalog perpustakaan dan setelah ditemukan sandi bukunya dapat diminta pada petugas untuk mengambilnya.

  Sedangkan menurut Lasa (1994, 5) “Sistem layanan tertutup adalah suatu layanan yang tidak memungkinkan pengguna untuk memilih dan mengambil sendiri akan koleksi perpustakaan. Koleksi yang ingin dipinjam dapat dipilih melalui daftar/katalog yang tersedia koleksinya akan diambil oleh petugas”.

  Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa sistem layanan tertutup adalah sistem layanan yang tidak memberikan kebebasan kepada pengguna untuk mencari sendiri koleksi yang ada di perpustakaan. Koleksi yang dibutuhkan harus dicari melalui katalog, kemudian pengguna mencatat data buku yang dibutuhkan dan diberikan kepada petugas layanan untuk diambil dari jajaran koleksi.

  Menurut Yusuf (1996, 139) dalam pelaksanakannya sistem layanan tertutup memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan sistem layanan tertutup adalah sebagai berikut: 1.

  Letak buku di rak selalu terpelihara karena pengambilan buku

  3. Tidak memerlukan petugas khusus untuk mengawasi pengunjung perpustakaan ; Selain keuntungan tersebut, sistem layanan tertutup juga memiliki beberapa kerugian, antara lain :

  1. Pengunjung tidak akrab dengan bahan pustaka ; 2.

  Tidak puas memilih koleksi karena hanya lewat kartu katalog ; 3. Kartu katalog lekas rusak karena sering digunakan, berarti menambah tugas untuk selalu memperbaiki kartu katalog ;

  4. Banyak buku yang kurang dikenal oleh pengunjung sehingga tidak pernah dipinjam. Sedangkan menurut Lasa (1994, 4) dalam pelaksanaan sistem layanan tertutup tersebut terdapat keutungan dan kerugian antara lain : Keuntungan: 1.

  Daya tampung koleksi lebih banyak, karena jajaran rak satu dengan yang lain lebih dekat

  2. Susunan buku lebih teratur dan tidak mudah rusak 3.

  Kerusakan dan kehilangan koleksi lebih sedikit bila dibandingkan dengan sistem layanan terbuka

  4. Tidak memerlukan meja baca di ruang koleksi Kerugian : 1.

  Banyak energi yang terserap di bagian sirkulasi ini 2. Terdapat sejumlah koleksi yang tidak pernah keluar.dipinjam 3. Sering menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan misalnya salah pengertian antara petugas dan peminjam

  4. Antrian meminjam maupun mengembalikan buku dibagian ini sering berjubel. Keadaan ini berarti membuang waktu. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa sistem layanan tertutup merupakan sistem yang tidak memperbolehkan pengguna untuk mencari dan mengambil sendiri koleksi yang dibutuhkan dari jajaran koleksi, melainkan harus melalui petugas perpustakaan sehingga kerapian dan kehilangan buku lebih terjamin. Namun layanan tertutup kurang memberikan kepuasan kepada pengguna

2.5 Jenis Layanan

  Perpustakaan berupaya untuk menyediakan berbagai layanan yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Pada umumnya pelayanan yang diselenggarakan perpustakaan perguruan tinggi adalah layanan referensi, layanan sirkulasi, layanan audiovisual, layanan terbitan berseri, layanan deposit.

2.5.1 Layanan Referensi

  Pada dasarnya pelayanan referensi merupakan pemberi bantuan oleh petugas referensi kepada pengguna perpustakaan dalam menelusur, merujuk informasi dalam berbagai subjek. Dengan adanya pelayanan ini memungkinkan pengguna lebih mudah mendapatkan informasi secara optimal dan relevan sesuai referensi sebagai berikut:

  1. Salah satu kegiatan pokok yang dilakukan di perpustakaan yang khusus menyajikan koleksi referensi kepada para pemakai perpustakaan.

  5. Suatu kegiatan layanan untuk membantu para pemakai/pengunjung perpustakaan menemukan informasi dengan cara:

  6. Menerima pertanyaan-pertanyaan dari para pemakai perpustakaan dan kemudian menjawab dengan menggunakan koleksi referensi

  7. Memberikan bimbingan untuk menemukan koleksi referensi yang diperlukan untuk menemukan informasi yang dibutuhkan oleh pemakai

8. Memberikan bimbingan kepada pemakai perpustakaan bagaimana menggunakan setiap bahan pustaka koleksi referensi.

  Ada persamaan dengan apa yang dinyatakan oleh Rahayuningsih (2007, 103) dalam pendapatnya bahwa: Layanan referensi adalah suatu kegiatan untuk membantu pengguna perpustakaan dalam menemukan informasi yaitu dengan cara menjawab pertanyaan dengan menggunakan koleksi referensi, serta

  Keterangan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan referensi merupakan kegiatan pokok yang dilakukan di perpustakaan dengan cara membimbing dan membantu para pengguna dalam menggunakan bahan pustaka koleksi referensi.

  Bimbingan, Memberikan bimbingan untuk menemukan bahan pustaka yang tepat sesuai dengan minat pengguna.

  c.

  Koleksi referensi yang memadai dan disajikan dalam rak terbuka serta mudah dicapai.

  b.

  Petugas perpustakaan yang cakap.

  3. Penunjang, Untuk menunjang tujuan dan fungsi layanan referensi, diperlukan: a.

  Pengarahan/instruksi, Memberikan pengarahan dan bantuan pada pengguna mengenai cara menggunakan perpustakaan maupun koleksi referensi.

  c.

  b.

  Menurut Rahayuningsih (2007, 104) pelayanan referensi mempunyai tujuan, fungsi dan penunjang, pemaparan tersebut diuraikan sebagai berikut:

  Informasi, Memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan atau kebutuhan pengguna perpustakaan akan informasi.

  a.

  Memungkinkan pengguna menggunakan koleksi referensi denganlebih tepat guna.

  c.

  Memungkinkan pengguna menelusur informasi dengan pilihah yang lebih luas.

  b.

  Memungkinkan pengguna menemukan informasi secara cepat dantepat.

  1. Tujuan layanan referensi a.

  Kerja sama antar perpustakaan. Keterangan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan referensi memiliki beberapa tujuan, fungsi dan penunjang dalam tercapainya kegiatan layanan referensi yaitu sebagai pemberi pengarahan dan bantuan menggunakan perpustakaan maupun koleksi referensi. Menurut Sumardji (1992, 28) setiap bahan pustaka koleksi referensi. Berdasarkan macam dan isi informasinya uraian berikut merupakan bentuk dari jenis koleksi referensi, yaitu: Almanak, Buku pegangan, Buku tahunan, Direktori, Ensikloped, Kamus, Sumber biografi, Sumber geografi, Bibliografi, Indeks dan abstrak, Lain-lainnya seperti : terbitan pemerintah pusat, penerbitan pemerintah daerah, karya-karya ilmiah/penelitian, kliping atau guntingan artikel tentang berbagai bidang berita/informasi/pengetahuan tertentu dari surat-surat kabar, brosur-brosur, pamflet, press release, dan lain-lain.

  Dari uraian para ahli di atas dapat dinyatakan banyak ragam terdapat jenis koleksi referensi dan kesemuanya itu hanya sebagai bahan rujukan yang dapat

2.5.1 Layanan Sirkulasi

  Kata sirkulasi berasal dari bahasa inggris “circulation” yang mempunyai arti perputaran, peredaran. Sedangkan dalam ilmu perpustakaan, kata sirkulasi sering dikenal dengan pemanfaatan bahan pustaka. Menurut Bafadal-Ibrahim (2000, 24) “Pelayanan sirkulasi adalah kegiatan kerja yang berupa pemberian bantuan kepada pemakai perpustakaan dalam proses peminjaman dan pengembaliaan bahan pustaka.”

  Menurut Buku Pedoman Umum Pengolahan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi (1999, 34) “Layanan sirkulasi adalah kegiatan peredaran koleksi perpustakaan diluar perpustakaan. ”Menurut Sjahrial-Pamuntjak (2000, 97) “Sirkulasi adalah kegiatan peredaran koleksi perpustakaan, baik untuk dibaca

  Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pelayanan sirkulasi adalah kegiatan yang harus ada di dalam perpustakaan yang berhubungan dengan bagiaan peminjaman dan pengembaliaan bahan pustaka agar dapat dipergunakan oleh pengguna secara maksimal. Agar perpustakaan dapat memainkan peranya dengan baik/berdaya guna maka perpustakaan harus didukung oleh sarana, prasarana serta tenaga kerja pengelolah yang handal. Untuk itu tenaga pengelolah perpustakaan perguruan tinggi perlu dibekali pengetahuan dan keterampilan mengelolah perpustakaan perguruan tinggi khususnya pada bagian pelayanan sirkulasi.

  Berdasarkan Buku Pedoman Perpustakaan Perguruaan Tinggi (2004, 6) para pemakai atau pengguna perpustakaan dengan berbagai macam kegiatan seperti: 1.

  Membuat peraturan mengenai pemakaian/peminjaman koleksi, misalnya yang mengatur : a.

  Siapa saja yang boleh ,memakai fasilitas perpustakaan b. Syarat-syaratnya apa saja c. Hak-haknya apa saja d. Lamanya jangka waktu peminjaman e. Banyaknya koleksi bahan pustaka yang boleh dipinjam keluar oleh setiap orang/anggota perpustakaan.

  f.

  Sanksi-sanksi bila terlambat mengembalikan pinjaman bahan pustaka ataupun bila terjadi pelanggaran terhadap peraturan perpustakaan.

  2. Membuat pengumuman tentang pendaftaran anggota perpustakaan langsung tertulis diperpustakaan.

  3. Melakukan penagihan kepada para anggota perpustakaan yang belum mengembalikan pinjamannya, padahal sudah habis batas waktu peminjamanya dengan cara ditagih langsung ataupun lewat surat tagihan.

  4. Mencatat dengan tertib dan teratur semua pemasukan uang pendaftaran pengembalian koleksi pustaka, untuk kemudian menyetorkannya kepada yang berwenang ataupun pimpinan perpustakan.

5. Melayani permintaan “Surat Bebas Pinjaman Pustaka(SBPP)” kepada para anggota perpuastakan yang memerlukan untuk keperluan studi.

2.5.2.1 Prinsip dan Tujuan Pelayanan Sirkulasi

  Layanan sirkulasi adalah sebagai salah satu layanan pengguna. Prinsip- prinsip utama pelayanan pengguna yang baik tetap dipergunakan sebagai pedoman sebagaimana yang dinyatakan dalam Buku Pedoman Perpustakaan Perguruaan Tinggi (2004, 7) bahwa prinsip-prinsip pelayanan pemakai adalah : a.

  Berorientasi kepada pemakai: Pemilihan sistem, bentuk dan pelayanan pemakai lebih ditekankan atas dasar kebutuhan dan kepentingan pemakai.

  b.

  Bersifat universal: Pelayanan pemakai yang baik adalah yang memandang pemakai keseragaman keadilan dan pemerataan haruslah diperhatikan dalam pelayanan.

  c.

  Menggunakan disiplin: Pelaksanaan pelayanan pemakai dan berfungsi secara maksimal apabila diikuti dengan kedisiplinan baik pada pihak pemakai maupun pada pihak petugas perpustakaan.

  d.

  Cepat, tepat dan mudah: Pelayanan pemakai yang baik adalah dapat dilaksanakan dengan cepat, tepat dan mudah sehingga untuk itu perlu diselenggarakan tertib administrasi yang teratur, terarah, cermat, tetapi tidak membingungkan.

  Adapun tujuan dari pelayanan sirkulasi menurut Sjahrial-Pamuntjak (2000 , 99) antara lain: 1.

  Supaya mereka mampu memanfaatkan koleksi tersebut semaksimal mungkin

  2. Mudah untuk mengetahui siapa yang meminjam koleksi tersebut, dimana alamatnya serta kapan koleksi itu harus kembali. Dengan demikian apabila koleksi itu diperlukan peminat lain maka akan segera dapat diketahui alamat sipeminjam atau dinantikan pada waktu pengembalian.

  4. Diperoleh data kegiatan perpustakaan terutama yang berkaitan dengan pemanfaatan koleksi.

  5. Apabila terjadi pelanggaran segera diketahui. Dengan adanya tujuan pelayanan sirkulasi maka pemakaian koleksi dapat secara efektif, pengawasan terhadap bahan pustaka akan kemudahan dilakukan dan koleksi perpustakaan akan terjaga karena diketahui siapa peminjam koleksi, waktu pengembalian yang jelas dan pelanggaran dapat diketahui dengan segera.

2.5.2.2 Fungsi dan Tugas Pelayanan Sirkulasi

  Untuk dapat melaksanakan kegiatan perpustakaan maka harus disesuaikan fungsi dan masing-masing petugas pelayanan sirkulasi. Fungsi dan tugas pelayanan sirkulasi sangat penting karena dapat membantu pengguna

  Adapun fungsi perpustakan perguruan tinggi menurut Buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (2000, 5) adalah sebagai berikut:

  1. Pusat pelestariaan ilmu pengetahuan

  2. Pusat belajar

  3. Pusat pengajaran

  4. Pusat penelitian

  5. Pusat penyebaran informasi Untuk dapat melaksanakan fungsi tersebut diatas, maka bagian pelayanan sirkulasi melaksanakan tugas sebagai berikut : a.

  Menerima bahan pustaka dari bagian pengelolahan.

  b.

  Menyimpan bahan pustaka menurut susunan yang sesuai dengan peraturan.

  c.

  Menyimpan kartu katalog pada rak/lemari katalog sesuai dengan peraturan.

  d.

  Melakukan pendaftaran peminat/pengguna bahan pustaka.

  e.

  Melayani calon dan anggota perpustakaan.

  f.

  Melayani peminjaman dan penagihan. h.

  Secara berkala meneliti dan menggumpulkan bahan pustaka yang rusak untuk diperbaiki. i.

  Membuat laporan tertulis dan statistik secara berkala. j.

  Menyampaikan laporan kepada kepala perpustakaan. Dengan adanya rincian tugas layanan sirkulasi diatas, diharapkan pustakawan dapat memahami dan melakukan tugasnya dengan baik, sehingga informasi yang dicari pengguna dapat diperoleh dengan cepat.

2.5.1 Layanan Terbitan Berseri

  Menurut buku Pedoman Umum Pengelolaan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi (1999, 40) pelayanan terbitan berseri adalah “Kegiatan melayankan terbitan berseri kepada pengguna perpustakaan misalnya jurnal, surat kabar, majalah, dan terbitan lain yang mempunyai kala terbit tertentu”.

  Dalam pelayanan terbitan berseri, baik surat kabar, tabloid, jurnal ataupun majalah mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

  1. Tata ruang Perpustakaan perlu menentukan ruang untuk koleksi terbitan berseri.

  Ruang tersebut dapat bergabung dengan ruang koleksi buku atau dipisahkan antara ruangan untuk koleksi buku dan terbitan berseri.

  2. Akses pengguna terhadap koleksi Koleksi hendaknya diusahakan agar ditempatkan pada tempat yang strategis dan mudah dijangkau oleh pengguna, misalnya dengan menempatkan koleksi terbitan berseri didekat pintu masuk perpustakaan.

  3. Informasi susunan koleksi Perpustakaan hendaknya membuat informasi tentang susunan koleksi atau berupa petunjuk nomor klasifikasi atau abjad.

  4. Promosi terbitan berseri Informasi yang ada pada terbitan berseri hendaknya dipromosikan agar informasi terkini dapat tersampaikan kepada pengguna dengan cepat.

  Promosi dapat dilakukan dengan display/ pemajangan terbitan berseri, fotokopi daftar isi jurnal atau majalah, atau fotokopi artikel (Rahayuningsih 2007, 122). Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam menempatkan terbitan berseri pada perpustakaan perlu memperhatikan tata ruang dalam penempatannya serta perlu pengolahan dalam penyajian koleksinya agar dapat dimanfaatkan dengan cepat. akses pemakai terhadap koleksi, informasi susunan koleksi, dan mengadakan promosi terhadap koleksi tersebut demi tercapainya tujuan ahir dari perpustakaan itu sendiri.

  Terbitan berseri dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bagian. Pengelompokkan terbitan berseri tergantung pada informasi yang terdapat di dalamnya. Pengelompokkan tersebut antara lain: 1.

  Majalah komersial, 2. Majalah ilmiah, 3. Majalah lokal atau lingkungan sendiri, 4. Advances in…Year’s work in, 5. Surat kabar, 6. Buku tahunan, 7. Seri monograf., 8. Proseding., 9. Transaction dan memoar. (Saleh 1996, 9). diketahui layanan terbitan berseri sangat perlu dimiliki perpustakaan karena terbitan berseri lazimnya memuat informasi yang cepat dan peristiwa yang aktual dan mutahir. Selain hal tersebut frekuensi terbitan berseri umumnya lebih cepat dari pada buku, sehingga pengguna dapat mengetahui jenis dari terbitan berseri yang cocok dan sesuai kebutuhannya.

2.5.2 Layanan Audiovisual

  Sebagai pusat sumber informasi, perpustakaan tidak hanya memiliki pelayananan sirkulasi, referensi dan terbitan berseri akan tetapi, juga menyediakan layanan audiovisual. Koleksi pada layanan ini memerlukan sarana pendukung dalam penyajian informasi yang dikandungnya.

  Adapun tujuan penyelenggaraan layanan audiovisual dalam buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004, 90) adalah :

  1. Menyediakan media khusus untuk tujuan pendidikan, pengajaran, penelitian, dan rekreasi.

  2. Memotivasi pengguna agar lebih banyak memanfaatkan fasilitas perpustakaan.

  3. Meningkatkan kualitas penyampaian informasi dan pesan pendidikan.

  4. Meningkatkan daya ingat pengguna melalui bahan pustaka audiovisual disamping bahan bacaan. Pada layanan audiovisual juga memiliki bahan dan perlengkapan sebagai sarana pendukung dalam sistem operasinya dan memiliki kriteria yang dapat dibedakan atas tiga kelompok:

  Bahan perpustakaan yang melalui perlengkapannya hanya menampilkan citra, misalnya slaid, beningan (transparancy), dan bahan perpustakaan renik.

  2. Bahan perpustakaan yang melalui perlengkapannya hanya mengeluarkan bunyi, misalnya kaset audio, piringan hitam, cakram optik.

  3. Bahan perpustakaan yang melalui perlengkapannya menampilkan citra disertai bunyi, misalnya, kaset/cakram video melalui mesin video, film suara melalui proyektor film. (Buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Perguruan Tinggi 2004, 90).

  Dari pemaparan para ahli di atas memberi makna bahwa layanan audiovisual adalah salah satu pelayanan yang terdapat pada perpustakaan bertujuan sebagai sarana dalam memotivasi pengguna memanfaatkan fasilitas perpustakaan dan meningkatkan kualitas penyampaian informasi pendidikan, pengajaran, penelitian dan rekreasi. Koleksi audio visual harus memiliki sarana pendukung dalam sistem operasinya dan memiliki kriteria dalam menampilkan informasinya.

2.5.3 Layanan Deposit

  Layanan deposit berfungsi menyimpan hasil karya yang diterbitkan suatu daerah. Menurut Hasmaniah (1998, 15) “Deposit yaitu pusat penyimpanan bahan pustaka yang menyangkut suatu daerah baik yang diterbitkan disuatu daerah maupun di tempat lain”. Sedangkan dalam Buku Panduan Koleksi Perpustakaan Daerah (1992, 30) “Koleksi deposit adalah pusat penyimpanan bahan pustaka yang diterbitkan di wilayah propinsi dimana perpustakaan daerah berdominasi : bahan perpustakaaan yang berisi tentang aspek-aspek di wilayah tersebut”.

  Adapun dasar hukum penyelenggaraan layanan deposit adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 1991 Tentang Pelaksanaan Karya Rekam pada Pasal 1 dinyatakan bahwa: “Perpustakaan Daerah adalah perpustakaan yang berkedudukan di ibukota Propinsi yang diberikan tugas untuk menghimpun, menyimpan, melestarikan, dan mendayagunakan semua karya cetak dan karya rekam yang dihasilkan Daerah”. Selanjutnya dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa: 1.

  Setiap penerbit yang berada di wilayah Negara Republik Indonesia yang menghasilkan karya cetak, wajib menyerahkan karya cetaknya sebanyak 2 (dua) buah setiap judulnya kepada Perpustakaan Nasional dan sebuah kepada Perpustakaan Daerah yang bersangkutan.

  2. Setiap warga negara Indonesia yang hasil karyanya diterbitkan di luar negeri, wajib menyerahkan 2 (dua) buah setiap judul kepada Perpustakaan Nasional.

  3. Penyerahan hasil karya cetak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari setelah diterbitkan.

  Salah satu jenis koleksi deposit merupakan hasil serah-simpan yang dilaksanakan sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia No 4 Tahun 1990 Pasal 2 dinyatakan bahwa : 1.

Dokumen yang terkait

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Systemic Lupus Erythematosus (SLE) Menggunakan Metode Certainty Faktor dan Backward Chaining

0 0 15

MOTIVASI INTRINSIK, KECERDASAN GANDA, DAN SIKAP TERHADAP KEMAMPUAN BERBAHASA INDONESIA SISWA KETURUNAN TIONGHOA Yulia Fitra Balai Bahasa Sumatera Utara yulfi-sakinahyahoo.com Abstrak - Motivasi Intrinsik, Kecerdasan Ganda, Dan Sikap Terhadap Kemampuan Ber

0 0 12

BAB II DASAR TEORI - Pengaruh Penambahan Kutub Bantu Pada Motor Arus Searah Penguatan Seri Dan Shunt Untuk Memperkecil Rugi-Rugi

0 0 31

Kata Kunci: Prilaku, Sifat, Mausuf, Sintaksis Bahasa Arab PENDAHULUAN - Prilaku Sifat dan Mausuf dalam Hubungan Sintaksis Bahasa Arab

0 0 16

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Keanekaragaman Makrozoobentos Di Perairan Sungai Asahan Sumatera Utara

0 1 11

Landasan Teori - Analisis Kraniofasial Antropometri pada Penderita Down Syndrome Usia 5-25 Tahun di UPT. SLB-E Negeri Pembina Sumatera Utara

0 0 22

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuh Kembang - Analisis Kraniofasial Antropometri pada Penderita Down Syndrome Usia 5-25 Tahun di UPT. SLB-E Negeri Pembina Sumatera Utara

1 0 18

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT BATAK TOBA DAN BIOGRAFI ROTUA PARDEDE 2.1 Suku Batak Toba - Studi Deskriptif Manghirap Tondi Di Desa Lintong Nihuta Kecamatan Tampahan Dalam Masyarakat Batak Toba Oleh Ibu Rotua Pardede: Kajian Terhadap Tekstual Dan Musikal

0 0 24

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Studi Deskriptif Manghirap Tondi Di Desa Lintong Nihuta Kecamatan Tampahan Dalam Masyarakat Batak Toba Oleh Ibu Rotua Pardede: Kajian Terhadap Tekstual Dan Musikal

0 0 18

Hubungan Pemanfaatan Koleksi Perpustakaan Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Politeknik MBP Medan

0 0 32