BAB II TINJUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN - Sikap Petani Terhadap Kemitraan Kelompok Tani Bunga Sampang Dengan Perusahaan Dagang Rama Putra

BAB II TINJUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Budidaya Tanaman Kubis, Cabai dan Kentang

  Kubis (Brassica) merupakan salah satu sayuran dataran tinggi yang sangat populer sejak zaman penjajahan Belanda. Karo dan Pangalelngan Bandung merupakan sentra sayuran kubis untuk diekspor, terutama yang dihasilkan di Karo, ke Malaysia dan Singapura. Sampai kini lebih dari 75% penduduk Indonesia masih tinggal di desa-desa, dengan mata pencaharian dari hasil pertanian. Bagi penduduk di daerah pegunungan tertentu, hanya sayuran kubislah yang dapat diandalkan sebagai usahanya, disamping tanaman kentang.

  Pada masa mendatang tanaman kubis ini masih cukup mempunyai pasaran (prospek) yang baik. Pasaran yang mampu menyerap sayuran kubis makin meningkat dengan makin cepatnya perkembangan kota. Hal ini dikarenakan kubis masih merupakan sayuran yang digemari.

  Kubis merupakan sayuran berhawa dingin dan umumnya lebih baik tumbuh pada tanah andosol (vulkanis), tanah latolos, dan aluvial, terutama mengandung bahan organik tinggi struktur remah. Tanaman kubis menghendaki cukup air, akan tetapi tidak menghendaki adanya hujan yang lebat dan turun terus menerus. Pada saat ini luas tanaman kubis rata-rata adalah 80.000 Ha. Jadi masih diperlukan perluasan areal 150.000 Ha menyebar ke sentra sentra produksi di seluruh Indonesia. Kebutuhan dalam negeri meliputi konsumsi segar dan konsumsi segar dan konsumsi untuk olahan. Konsumsi kubis diperkirakan rata penanaman ± 300.000 ha per tahun dengan asumsi hasilnya 25 ton/ha.

  Pada umunya kubis dihasilkan di daerah pegunungan dan dipasarkan ke daerah pegunungan dan dipasarkan ke daerah lain baik di kota kota kecil setempat maupun di kota kota besar yang jaraknya jauh dari daerah penghasilnya. Oleh karena itu adalah tidak mungkin petani sendiri terutama petani kecil melakukan penjualan hasilnya. Penjualan dilakukan kepada perantara, yakni pemborong di pasar setempat yang biasa disebut tengkulak atau kepada pemborong di pasar setempat yang biasa disebut pengumpul dengan harga yang jauh di bawah harga eceran di pasar besar (Sunarjono, 2013).

  Sebagai salah satu jenis tanaman hortikultura, cabai merupakan salah satu komoditi tanaman sayuran buah musiman yang berbentuk perdu. Cabai tergolong sayuran buah multiguna dan multifungsi yang dapat dibudidayakan di lahan dataran rendah ataupun dilahan dataran tinggi. Cabai merupakan komoditi sayuran yang mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi dibanding jenis sayuran lainnya. Di beberapa daerah, orang sudah banyak membudidayakan tanaman komersil. Dalam hal ini, penanaman cabai diusahakan khusus sebagai cabang usaha tani sendiri.

  Tanaman cabai dapat tumbuh subur di berbagai ketinggian tempat, mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi, bergantung pada varietasnya. Tanaman cabai tidak tahan hujan dan sinar matahari yang terik. Inilah penyebab cabai lebih baik ditanam di daerah yang kering dan sejuk dari pegunungan dibanding dataran rendah. Rata rata suhu yang baik adalah 21 -28

  C. Suhu udara yang terlalu tinggi menyebabkan buahnya sedikit. Tanaman cabai tumbuh baik pada musim kemarau cabai yang baik adalah ditanah yang mengandung pasir.

  Indonesia yang menghasilkan sangat banyak cabai dan mengekspor cabai dalam bentuk kering dapat mulai menerapkan sistem hipobarik untuk pengangkutan dan penyimpanan. Meskipun sistem hipobarik relatif mahal, namun bila dibandingkan dengan sistem pendingin biasa tidak akan berbeda jauh, sehingga pengiriman cabai ke negara lain dalam bentuk segar bukanlah hal yang mustahil (Widya,dkk 2013).

  Tanaman kentang (Solanum tuberosum) merupakan tanaman yang berbentuk herba. Batangnya berwarna hijau, kemerah-merahan atau ungu tua, bagian bawah batangnya bisa berkayu. Keadaan batang seperti ini menyebabkan tanaman kentang tidak terlalu kuat dan mudah roboh. Ketinggian tempat yang sesuai untuk tanaman ini berkisar antara 500-3.000 m dpl dan yang terbaik pada ketinggian 1.300 m dpl dengan suhu relatif ± 20

  C. Selain itu daerah yang baik untuk penanaman kentang dengan curah hujan 200-300 mm setiap bulan atau 1.000 mm selama masa pertumbuhan kentang. Tanaman kentang yang berumur 3- 4 bulan biasanya sudah dapat dipanen. Produksi per hektar biasanya berkisar 25- 40 ton (Setiawan,1993).

2.1.2 Kemitraan

  Kemitraan adalah suatu strategi agribisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih manfaat bersama ataupun keuntungan bersama sesuai prinsip saling membutuhkan dan saling mengisi sesuai kesepakatan yang muncul (mutual). Kemitraan yang ingin diwujudkan dengan misi utamanya adalah membantu memecahkan masalah ketimpangan dalam ketimpangan kota dan desa. Kemitraan yang dibangun atas landasan saling membutuhkan, saling menguntungkan dan saling memperkuat dengan fungsi dan tanggung jawab yang sesuai dengan kemampuan dan proporsi yang dimiliki oleh masing masing pihak yang terlibat dalam kemitraan tersebut (Hafsah, 2000).

  Linton (1997) mengatakan bahwa kemitraan bukan sebuah pengaturan resmi berdasar kontrak. Kemitraan adalah sebuah cara melakukan bisnis dimana pemasok dan pelanggan berniaga satu sama lain untuk mencapa tujuan bisnis bersama. Kemitraan menggantikan hubungan pembeli/pemasok tradisional dengan suatu derajat kerjasama dan saling percaya serta memanfaatkan keahlian setiap mitra usaha guna memperbaiki persaingan secara keseluruhan.

  Kemitraan telah diberi sejumlah nama, termasuk strategi kerjasama dengan pelanggan (strategic customer alliance), strategi kerjasama dengan pemasok (strategic supplier alliance) dan pemanfaatan sumber daya kemitraan (partnership sourcing).

  Konsep kemitraan agribisnis (contract farming) sebenarnya sudah semakin jelas, tetapi dalam implementasinya masih terdapat berbagai perbedaan. Penyebab utama perbedaan tersebut adalah keragaman persepsi terhadap para pelaku, baik peaku agribisnis hulu (petani) maupun pelaku agribisnis hilir (investor yang bermitra dengan petani). Berbagai bentuk konsep pemberdayaan masyarakat yang berbasis pada kemitraan ditawarkan oleh pihak investor, baik pemerintah maupun swasta.

  Konsep kemitraan yang banyak dilakukan di Indonesia terdiri dari dua tipe, yaitu tipe dispersal dan tipe sinergis. Tipe dispersal Dalam hal ini tipe dispersal dapat diartikan sebagai pola hubungan antar pelaku usaha yang satu sama lain tidak memiliki ikatan formal yang kuat. Pada kemitraan dispersal, pihak pengusaha lebih kuat dibandingkan produsen. Pihak pengusaha ini sangat berperan dalam berhubungan dengan produsen yang lemah.

  Dengan demikian, pemodal kuat yang umumnya berwawasan luas, lebih berpendidikan dan telah berperan di subsistem hilir menjadi diuntungkan oleh berbagai kelemahan pengusaha kecil sebagai produsen.

2. Tipe sinergis dan saling menguntungkan

  Tipe ini berbasis pada kesadaran saling membutuhkan dan saling mendukung pada masing masing pihak yang bermitra. Sistem kemitraan ini sudah mulai banyak ditemukan di daerah pedalaman (hinterland) kota kota besar dan kota menengah. Sinergi yang dimaksud saling menguntungkan disini diantaranya dalam bentuk petani menyediakan lahan, sarana, dan tenaga kerja, sedangkan pihak pengusaha eksportir menyediakan modal, bimbingan teknis, dan atau penjaminan pasar.

  Tujuan kemitraan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kemitraan adalah meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat, meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan, meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat, meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan ketahanan ekonomi nasional (Hafsah, 2000). memberikan dampak positif bagi keberhasilan pengembangan sistem agribisnis. Dampak positif tersebut (Sumardjo dan Darmono, 2004) adalah : 1.

  Keterpaduan dalam sistem pembinaan yang saling mengisi antara materi pembinaan dengan kebutuhan riil petani, meliputi permodalan sarana, teknologi, bentuk usaha bersama atau koperasi dan pemasaran.

  2. Kejelasan aturan atau kesepakatan, sehingga menumbuhkan kepercayaan dalam hubungan kemitraan bisnis yang ada. Kesepakatan tentang aturan, perubahan harga, dan pembagian hasil harus dibuat secara adil oleh pihak- pihak yang bermitra. Dengan demikian, tujuan, kepentingan dan kesinambungan bisnis dari kedua pihak dapat terlaksana dan saling menguntungkan.

  3. Keterkaitan antar pelaku dalam sistem agribisnis (hulu-hilir) yang mempunyai komitmen terhadap kesinambungan bisnis. Komitmen ini menyangkut mutu dan kuantitas, serta keinginan saling melestarikan hubungan dengan menjalin kerjasama saling menguntungkan secara adil.

4. Terjadinya penyerapan tenaga kerja yang cukup banyak dan berkesinambungan di sektor pertanian.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Sikap

  Sikap adalah determinasi perilaku, karena mereka berkaitan dengan persepsi, kepribadian, dan motivasi. Sebuah sikap merupakan suatu keadaan siap mental yang dipelajari dan diorganisasi menurut pengalaman dan menyebabkan timbulnya pengaruh khusus atau reaksi seseorang terhadap orang-orang, objek- sikap menimbulkan implikasi-implikasi tertentu bagi seseorang (Winardi, 2004).

  Sikap adalah gambaran perilaku kepribadian seseorang yang terlahir melalui gerakan fisik dan tanggapan pikiran terhadap suatu keadaan atau suatu objek. Sikap ini harus dibaca dengan hati hati, sebab gambaran yang terwujud tersebut dapat direkayasa sedemikian rupa yang ada pada gilirannya akan membutakan kita dari keadaan yang sesungguhnya (Suit dan Almasdi, 2006).

  Mengukur sikap seseorang adalah mencoba untuk menempatkan posisinya pada suatu kontinum efektif. Kontinum afektif dapat berkisar antara “sangat positif” hingga ke “sangat negatif” terhadap suatu objek sikap tertentu (Mueller, 1992).

  Mengukur sikap seseorang adalah mencoba untuk menempatkan posisinya pada suatu sikap yang berkelanjutan dalam kurun waktu tertentu berkisar dari sangat positif hingga ke sangat negatif terhadap suatu objek sikap. Dalam teknik perskalaan likert pengukuran ini dilakukan dengan mencatat penguatan respon dan untuk pernyataan kepercayaan positif dan negatif tentang objek sikap (Daniel, 1992).

  Menurut Ahmadi (1999), disamping pembagian sikap atas sosial dan individual, sikap dapat pula dibedakan sebagai berikut.

  1) Sikap Positif, sikap positif yaitu sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan, menerima, mengakui, menyetujui, serta melaksanakan norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada.

  Sikap Negatif, sikap negatif yaitu sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada. Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan seseorang. Pernyataan sikap adalah serangkaian kalimat yang mengatakan suatu objek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal yang positif mengenai objek sikap yaitu kalimatnya bersikap mendukung atau memihak pada objek sikap. Pernyataan ini disebut keadaan yang menguntungkan (favourable). Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisi hal yang negatif mengenai objek sifat yang bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap objek sikap. Pernyataan ini yang disebut dengan suatu keadaan yang tidak menguntungkan (unfavourable). Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favourable dan unfavourable dalam jumlah yang seimbang. Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak semua negatif yang seolah olah isi skala memihak atau tidak mendukung sama sekali objek sikap (Azwar, 2007).

2.2.2 Skala Likert

  Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku manusia adalah masalah pengungkapan (assessment) atau pengukuran (measurement) sikap. Pengungkapan sikap dengan menggunakan skala sangat populer di kalangan para ahli psikologi sosial dan para peneliti. Hal ini dikarenakan selain praktis, skala sikap yang dirancang dengan baik pada umumnya memiliki rehabilitas yang memuaskan. Skala sikap berwujud kumpulan pernyataan pernyataan sikap yang ditulis, disusun, dan dianalisis sedemikian rupa kemudian dapat diinterpretasikan (Azwar,2007).

  Menurut Suryabrata (2002), skala likert tergolong skala untuk orang, pada rancangan dasarnya untuk mengukur sikap. Berkenan dengan pengukuran sikap, maka ada dua hal yang selalu harus diingat mengenai sikap yaitu sebagai berikut: 1.

  Sikap selalu mempunyai objek, objek sikap yaitu sesuatu yang menjadi sasaran sikap.

  2. Sikap itu digambarkan dalam suatu kontinum dari negatif, lewat daerah netral ke positif.

  Skala likert ini berhubungan dengan pernyataan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu, misalnya setuju-tidak setuju, senang-tidak senang, dan baik- tidak baik. Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi subvariabel kemudian dijabarkan lagi menjadi indikator- indikator yang terukur ini dapat dijadikan titk tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab responden (Kuncoro dan Ridwan, 2007).

  Menurut Azwar (2007), metode rating yang dijumlahkan popular dengan nama penskalaan Model Likert, merupakan metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Prosedur penskalaan model likert didasari oleh dua asumsi dapat disepakati sebagai berikut :

  1. Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai pernyataan yang favorable atau pernyataan yang unfavorable.

  Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh responden yang mempunyai sikap negatif. Untuk melakukan penskalaan dengan metode ini, sejumlah pernyataan telah ditulis berdasarkan kaidah penulisan pernyataan dan didasarkan pada rancangan skala yang ditetapkan. Responden akan diminta untuk menyatakan kesetujuan atau ketidaksetujuannya terhadap isi pernyataan dalam lima macam kategori jawaban, yaitu “sangat tidak setuju” (STS), “tidak setuju” (TS), “tidak dapat menentukan” atau “ragu ragu” (R), “setuju” (S) dan “sangat setuju” (SS).

  Salah satu skor standar yang biasanya digunakan dalam skala model likert adalah skor T, yaitu : T = 50 + X- x

  ̄ S

  Keterangan : T = skor standar X = skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T x

  ̄ = mean skor kelompok S = deviasi standar kelompok (Azwar, 2007)

2.3 Penelitian Terdahulu

  Penelitian terdahulu mengenai sikap petani terhadap kemitraan yang menjadi rujukan adalah penelitian yang dilakukan oleh: Latifah (2010) dengan judul skripsi Sikap Petani Tembakau Terhadap

  Program Kemitraan PT. Gudang Garam di Kecamatan Sugihwaras Kabupaten sikap yang ada di Kecamatan Sugihwaras menurut penelitian ini dapat diketahui sebagai berikut: a. Pengalaman pribadi petani, pengaruh orang lain yang dianggap penting, dan pendidikan formal petani tembakau tergolong dalam kategori sedang,

  b. Pendidikan non formal petani tembakau tergolong dalam kategori rendah. (2) Sikap petani tembakau terhadap tujuan kemitraan, pemberian modal, pemberian saprodi (benih, pestisida, pupuk, dan teknologi atau peralatan usahatani), pemasaran hasil, penetapan harga serta manfaat kemitraan dalam program kemitraan PT. Gudang Garam tergolong dalam kategori baik. (3) Hubungan antara faktor pembentuk sikap dengan sikap petani tembakau terhadap program kemitraan PT. Gudang Garam adalah: a. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengalaman pribadi, pendidikan formal dan pendidikan non formal dengan sikap petani tembakau terhadap program kemitraan PT. Gudang Garam, dengan arah positif pada tingkat kepercayaan 99%, b. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh orang lain yang dianggap penting dengan sikap petani tembakau terhadap program kemitraan PT. Gudang Garam, dengan arah positif pada tingkat kepercayaan 95%.

  Putuningrat (2012) dalam skripsi berjudul Kemitraan antara Petani Tebu Rakyat dengan PG Djombang Baru di Kabupaten Jombang menyimpulkan bahwa (1) Masalah-masalah dalam budidaya tebu yang dihadapi oleh petani mitra di Kabupaten Jombang adalah sebagai berikut: persiapan lahan tebu disebabkan kurangnya tenaga kerja diawal pengolahan lahan, proses penanaman tebu disebabkan karena adanya bibit yang digunakan merupakan varietas yang kurang unggul, proses pemanenan yaitu dikarenakan keterlambatan pengangkutan, pembinaan yang diinginkan dalam kemitraan yang dibuat oleh PG. Djombang Baru, antara lain: syarat kemitraan (hak dan kewajiban), penetapan peserta mitra, kegiatan pembinaan, evaluasi. (3) Petani menilai yang menjadi prioritas utama dalam tingkat kepentingan kemitraan adalah atribut ketepatan waktu memberikan biaya garap, dan respon terhadap segala keluhan. Sedangkan tingkat kepuasan yang dirasakan oleh petani mitra lebih pada atribut kontinuitas suplai komoditas dari petani ke perusahaan dan pengakutan hasil panen.

  Zenitaliani (2014) dengan judul skripsi Sikap Petani Tebu Terhadap Kemitraan dengan PG Rendeng di Kabupaten Kudus menyimpulkan bahwa (1) rata-rata sikap petani sangat mendukung terhadap kemitraan dengan PG Rendeng di Kabupaten Kudus. (2) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap petani terhadap kemitraan dengan PG Rendeng di Kabupaten Kudus adalah luas lahan garapan, pengalaman bermitra, motivasi, dan peran petugas lapangan PG Rendeng, a. semakin luas lahan garapan petani, maka sikap petani semakin mendukung terhadap kemitraan, b. semakin lama pengalaman bermitra petani, maka dukungan sikap petani terhadap kemitraan semakin menurun, c. semakin tinggi tingkat motivasi yang dimiliki oleh petani, maka semakin mendukung sikap petani tebu terhadap kemitraan, d. semakin tinggi peran petugas lapangan bagi petani, maka semakin mendukung sikap petani tebu terhadap kemitraan. (3) faktor-faktor yang tidak mempengaruhi sikap petani tebu terhadap kemitraan dengan PG Rendeng di Kabupaten Kudus adalah umur, tingkat pendidikan, dan peran kelembagaan APTRI. (4) tingkat kemitraan antara petani tebu dengan PG Rendeng di Kabupaten Kudus dalam usaha tani tebu tergolong tinggi. (5) sikap petani tebu Semakin mendukung sikap petani terhadap kemitraan, maka semakin kuat tingkat kemitraan yang terjalin antara petani tebu dengan PG Rendeng.

2.4 Kerangka Pemkiran

  Kelompok tani Bunga Sampang merupakan salah satu kelompok tani yang berada di Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun. Sementara PD Rama Putra adalah perusahaan eksportir yang melakukan ekspor tanaman ke berbagai negara seperti ke Taiwan, Singapura dan Malaysia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana sikap petani terhadap program kemitraan yang sudah dijalin antara kelompok tani Bunga Sampang dengan perusahaan eksportir PD Rama Putra dengan menggunakan model likert serta untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi dalam kemitraan tersebut.

  Petani memiliki sikap yang positif atau sikap negatif terhadap kemitraan yang telah terjalin dapat diukur dari penilaian antara kemitraan kelompok tani Bunga Sampang dan PD Rama Putra. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dibuat kerangka pemikiran penelitian dalam skema berikut: Kelompok Tani Bunga Kemitraan PD Rama Putra Sampang Model Likert

  Sikap Petani Positif Negatif

  Keterangan : : Menyatakan Hubungan : Menyatakan Mitra : Menyatakan dievaluasi dengan

  Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Sikap Petani Terhadap Kemitraan Kelompok Tani Bunga Sampang dengan Perusahaan Eksportir PD Rama Putra

2.5 Hipotesis Penelitian 1.

  Sikap petani terhadap kemitraan kelompok tani Bunga Sampang dengan perusahaan eksportir PD Rama Putra adalah positif.

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Pati Jagung - Penggunaan Pati Jagung Gelatinasi Sebagai Bahan Pengikat Pada Formulasi Tablet Allopurinol

0 0 15

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Benalu Kakao (Dendropthoe pentandra (L.) Miq.) - Uji Skrining Fitokimia, Aktivitas Antioksidan Dan Antibakteri Ekstrak Metanol, Etil Asetat Dan N-Heksana Daun Benalu Kakao(Dendrophthoe Pentandra (L.) Miq.)

0 0 28

UJI SKRINING FITOKIMIA, AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN ANTIBAKTERI EKSTRAK METANOL, ETIL ASETAT DAN n-HEKSANA DAUN BENALU KAKAO (Dendrophthoe pentandra (L.) Miq.) SKRIPSI CHRISYANTI ELISTA SIAHAAN

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Konsep dan Ruang Lingkup Perencanaan Transportasi Menurut LPM ITB (1997) , permasalahan transportasi bertambah parah baik di negara - Bangkitan Pergerakan Keluarga pada Perumnas J-City di Kecamatan Medan Johor

1 0 19

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Kota Medan merupakan ibu kota dari Provinsi Sumatera Utara yang secara adminstratif - Bangkitan Pergerakan Keluarga pada Perumnas J-City di Kecamatan Medan Johor

0 0 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan - Formulasi Tablet Hisap Nanopartikel Daun Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav.) Secara Granulasi Basah

0 0 14

Respon Pertumbuhan Tembakau (Nicotiana tabacum L.) Terhadap Pemberian Debu Vulkanik Gunung Sinabung Dan Dosis Pupuk Kompos

0 0 32

Respon Pertumbuhan Tembakau (Nicotiana tabacum L.) Terhadap Pemberian Debu Vulkanik Gunung Sinabung Dan Dosis Pupuk Kompos

0 0 9

Respon Pertumbuhan Tembakau (Nicotiana tabacum L.) Terhadap Pemberian Debu Vulkanik Gunung Sinabung Dan Dosis Pupuk Kompos

0 0 13

Sikap Petani Terhadap Kemitraan Kelompok Tani Bunga Sampang Dengan Perusahaan Dagang Rama Putra

0 1 14