Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Kreativitas Belajar IPS Melalui Pendekatan Inkuiri Siswa Kelas 4 SDN Bandunggede 02 Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1.Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD

  Pendidikan IPS merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari disiplin akademis ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis-psikologis untuk tujuan institusional pendidikan dasar dan menengah dalam kerangka mewujudukan tujuan pendidikan nasional berdasarkan Pancasila.

  Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan anak akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

  Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi, IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, anak diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

  Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD harus memperhatikan kebutuhan anak yang berusia antara 6-12 tahun. Anak dalam kelompok usia 7-11 tahun menurut Piaget (1963) dalam Rudy Gunawan (2011:56) berada dalam perkembangan kemampuan intelektual pada tingkatan kongkret operasional. Anak memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan menganggap tahun yang akan datang sebagai waktu yang masih jauh. Sekarang yang anak pedulikan adalah (kongkret), dan bukan masa depan yang belum mereka pahami (abstrak). Padahal, bahan materi IPS penuh dengan pesan-pesan yang bersifat abstrak. Konsep-konsep seperti waktu, perubahan, kesinambungan (continuity), arah mata angin, lingkungan, ritual, akulturasi, kekuasaan, demokrasi, nilai, peranan, permintaan, atau kelangkaan adalah konsep-konsep abstrak yang dalam progam studi IPS harus dibelajarkan kepada siswa SD.

  Berbagai cara dan teknik pembelajaran dikaji untuk memungkinkan konsep-konsep abstrak itu dipahami anak. Bruner (1978) dalam Rudy Gunawan (2011:56) memberikan pemecahan untuk mengkongkretkan yang abstrak itu dengan enactive, iconic, dan symbolic melalui percontohan dengan gerak tubuh, gambar, bagan, peta, grafik, lambang, keterangan lanjut, atau elaborasi dalam kata-kata yang dapat dipahami siswa.

  Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial di SD

  Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, 2006): 1)

  Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya 2)

  Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial 3)

  Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan 4)

  Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

  Ruang Lingkup IPS di SD

  Rudy Gunawan (2011: 39) menyebutkan ruang lingkup IPS SD meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

  1. Manusia, tempat, dan lingkungan.

  2. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan 3.

  Sistem sosial dan budaya.

  4. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

  Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

  Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 dalam Anwar dkk (2010:72) Standar Kompetensi adalah kualifikasi kemampuan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap tingkat dan/ atau semester. Kompetensi Dasar merupakan perincian atau penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi yang cakupan materinya lebih sempit dibanding dengan standar kompetensi. Kompetensi dasar adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang minimal harus dikuasai peserta didik untuk menunjukan bahwa mereka telah menguasai standar kompetensi yang ditetapkan.

  Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Jadi, dalam merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan Standar Proses dan Standar Penilaian.

  Dalam penelitian ini, standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS kelas 4 adalah:

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas 4 Semester 2 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

  2

  2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang Mengenal sumber daya alam, kegiatan berkaitan dengan sumber daya alam dan ekonomi, dan potensi lain di daerahnya kemajuan teknologi di

  2.2 Mengenal pentingnya koperasi dalam lingkungan meningkatkan kesejahteraan masyarakat kabupaten/kota dan

  2.3 Mengenal perkembangan teknologi provinsi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya

  2.4 Mengenal permasalahan sosial di daerahnya Sumber: Permendiknas No 22 Tahun 2006 tentang standar isi

2.1.2 Pendekatan Inkuiri

  Kata inkuiri berarti menyelidiki dengan cara mencari informasi dan melakukan pertanyaan-pertanyaan. Dengan pendekatan inkuiri ini siswa dimotivasi untuk aktif berpikir, melibatkan diri dalam kegiatan, dan mampu menyelesaikan tugas sendiri. Hamdani (2011:182) inkuiri adalah salah satu cara belajar atau penelaahan yang bersifat mencari pemecahan permasalahan dengan cara kritis, analisis, dan ilmiah dengan menggunakan langkah-langkah tertentu menuju suatu kesimpulan yang meyakinkan karena didukung oleh data atau kenyataan. Pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri, siswa merasakan proses langsung dalam memecahkan masalah daripada hanya menerima sehingga pemahaman siswa akan menjadi lebih baik

  Menurut Gulo (2002) dalam Trianto (2007:135) menyatakan pendekatan inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analistis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Senada dengan Gulo, Sanjaya (2008) dalam Suprihatiningrum (2014:168) pendekatan inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Pendekatan inkuiri ini dimaksudkan untuk membuat siswa terlibat langsung didalam memecahkan suatu masalah melalui penyelidikan-penyelidikan yang sistematis.

  Pengertian lainnya menurut Hamalik dalam Illahi (2012:29), pendekatan inkuiri merupakan suatu kegiatan atau pelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep dan prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Intinya dalam pendekatan inkuiri ini siswa terlibat secara fisik maupun mentalnya kedalam masalah asli dan menghadapkan mereka dengan sebuah penyelidikan.

  Berdasarkan pengertian tentang pendekatan inkuiri menurut para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan inkuiri merupakan suatu pendekatan yang melibatkan siswa secara menyeluruh dengan melakukan penyelidikan terhadap suatu masalah. Dengan melakukan penyelidikan terhadap suatu masalah ini maka anak dapat berkreasi untuk mewujudkan dirinya sebagai kemampuan melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian masalah. Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri ini dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah dalam waktu yang relatif singkat.

  Depdiknas dalam Hamdani (2011:183) menyatakan, melalui pendekatan inkuiri, guru diharapkan dapat menciptakan pembelajaran yang menantang sehingga melahirkan interaksi antara gagasan yang sebelumnya diyakini siswa dengan bukti baru untuk mencapai pemahaman baru melalui proses pengujian gagasan baru. Peranan guru disini adalah: 1. merencanakan pelajaran sehingga pelajaran terpusat pada masalah-masalah yang tepat untuk diselediki para siswa;

  2. menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi siswa untuk memecahkan masalah;

  2. Merumuskan Hipotesis

  5. Membuat Kesimpulan

  Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh.

  4. Analisis Data

  Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel, matrik, atau grafik.

  3. Mengumpulkan Data

  Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data.

  Pertanyaan tersebut dituliskan di papan tulis, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.

  3. memerhatikan cara penyajian, yaitu cara enaktif, ikonik, dan simbolik; 4. apabila siswa memecahkan di laboratorium atau secara teoritis, guru hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor.

   Mengajukan Pertanyaan atau Permasalahan Kegiatan inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan.

  Gulo (2002) dalam Trianto (2007:137) menyatakan, bahwa langkah- langkah yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut: 1.

  Langkah-langkah Pendekatan Inkuiri

  3. siswa mampu berpikir induktif, deduktif, dan empiris rasional sehingga hal ini akan menyebabkan siswa memiliki kemampuan dalam penalaran formal yang baik.

  1. siswa memiliki kesempatan untuk mengemukakan ide atau gagasan yang dimilikinya sehingga hal itu dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karya ilmiah; 2. siswa mulai diajarkan untuk menganalisis dan mencari kebenaran dari suatu masalah yang sedang dibahas, mampu berpikir sistematis, terarah, dan mempunyai tujuan yang jelas.

  Hamdani (2011:183) mengemukakan beberapa keuntungan pendekatan inkuiri, yaitu:

  Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan

  Selain menurut Gulo diatas, Silalahi (2011) pendekatan inkuiri mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

  1. Orientasi

  Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi ini adalah: a. Menjelaskan topik, tujuan dan hasil belaajr yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.

  b.

  Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan.

  c.

  Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.

  2. Merumuskan Masalah

  Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah, diantaranya: a.

  Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa.

  b.

  Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengundang teka-teki yang jawabannya pasti.

  c.

  Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsp yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa.

  3. Merumuskan Hipotesis

  Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.

  4. Mengumpulkan Data

  Mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.

  5. Menguji Hipotesis

  Menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggung jawabkan.

  6. Merumuskan Kesimpulan

  Merumuskan kesimpulan adalah proses mendiskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Sudjana (1989) dalam Trianto (2007: 142) menyatakan, ada lima tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran inkuiri yaitu:

  1. Merumuskan masalah untuk dipecahkan oleh siswa 2.

  Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis

  3. Mencari informasi, data, dan fakta yang diperlukan untuk menjawab hipotesis atau permasalahan

  4. Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi 5.

  Mengaplikasikan kesimpulan Dari ketiga pendapat ahli tentang langkah-langkah pendekatan inkuiri, maka dapat disimpulkan menjadi langkah-langkah sebagai berikut:

  1. Menyimak topik atau masalah 2.

  Merumuskan masalah 3. Merumuskan hipotesis 4. Menemukan data 5. Menganalisis data 6. Membuat kesimpulan 7. Mempresentasikan

  Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah dalam waktu yang relatif singkat. Sehingga pembelajaran yang berpusat pada siswa ini akan menghidupkan suasana dalam belajar untuk mengembangkan seluruh kemampuan kreativitas yang dimilikinya. Siswa dapat menemukan sendiri jawaban-jawaban yang dipertanyakan dan menganalisa apakah jawaban terebut sudah benar atau belum. Cara seperti ini akan membuat pemahaman siswa dalam belajar lebih baik dari pada sekedar menerima materi saja. Prinsipnya keseluruhan proses pembelajaran membantu siswa menjadi mandiri, percaya diri, dan yakin pada kemampuan intelektualnya sendiri untuk terlibat secara aktif. Peran guru bukan hanya membagikan pengetahuan dan kebenaran, melainkan pula pada sebagai penuntutn dan pemandu. Peran guru adalah menjadi fasilitator dalam proses pembelajaran. Setiap pertanyaan yang diajukan oleh siswa sebaiknya tidak langsung dijawab oleh guru, tetapi diarahkan untuk berpikir tentang jawaban dari pertanyaan tersebut. Namun pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri juga mempunyai kelebihan dan kelemahannya. berikut penjelasan dari kelebihan dan kelemahan pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri.

2.1.3 Kreativitas Belajar

  Banyak ahli yang menyatakan tentang pengertian kreativitas. Kreativitas didefinisikan secara berbeda-beda oleh pakar berdasarkan sudut pandang masing- masing. Rogers dalam Munandar (1992:51) mendefinisikan kreativitas sebagai proses munculnya hasil-hasil baru ke dalam tindakan. Hal ini senada dengan pendapat Hurlock (1978) dalam Momon Sudarma (2013:18), yang mengemukakan bahwa kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, apakah suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau sunsunan yang baru. Penekanan dari pendapat para pakar diatas lebih ditekankan pada proses dan hasil baru, proses ini tercermin dalam kelancaran, kelenturan (fleksibilitas) dan originalitas berfikir. Sedangkan hal baru itu tidak perlu sesuatu yang unsur-unsurnya mungkin telah ada sebelumnya, tetapi individu menemukan kombinasi baru, hubungan baru, konstruk baru yang memiliki kualitas yang berbeda dengan keadaan yang sebelumnya. Lebih jauh Sternburg (2006) dalam Ngalimun dkk (2013:96) kreativitas dipandang sebagai proses memproduksi sesuatu yang asli dan berfaedah.

  Proses yang terkenal adalah definisi menurut Torrance (1988) dalam Munandar (2012:21) tentang kreativitas yang pada dasarnya menyerupai langkah- langkah dalam metode ilmiah yaitu:

  ....the process of 1) sensing difficulties, problem, gaps in information, missing elements, something asked; 2) making gueses and formulating hypotheses about these deficiencies; 3) evaluating and testing these guesses and hypotheses; 4) possibly revising and retesting them; and finally 5) communicating the result.

  Pada tahap ini Torrance mengungkapkan proses kreatif dan ilmiah mulai dari merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah), menilai dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian megubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya sampai dengan menyampaikan hasil.

  Berdasarkan definisi-definisi tersebut di atas, maka secara singkat kreativitas dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menghasilkan karya baru berupa gagasan maupun hasil nyata yang berbeda dari yang lain. Definisi dari hasil itu akan nampak dalam ciri khas dari aspek aptitude dan non-aptitude yang akan dijelaskan pada ciri-ciri kreativitas dibawah ini.

  Ciri-ciri kreativitas dapat dilihat dari aspek aptitude atau kreativitas yang berhubungan dengan kognisi, proses berpikir. Williams (1970) dalam Munandar (1992:135) menyebutkan dari aspek aptitude kreativitas dapat dinilai dari beberapa hal, yaitu:

  1. Keterampilan berpikir lancar (fluency), yaitu mampu mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan, memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal, selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.

  2. Keterampilan berpikir luwes (flexible), yaitu menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda, mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.

  3. Keterampilan berpikir orisinal (Originality) yaitu mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.

  4. Keterampilan memperinci atau mengelaborasi (elaboration), yaitu mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga lebih menarik.

  5. Keterampilan menilai atau mengevaluasi (evaluation), yaitu menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana, mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka, tidak hanya mencetuskan gagasan, tetapi melaksanakannya.

  Selain dari aspek aptitude, kreativitas juga dapat dilihat dari aspek non

  

aptitude, yaitu aspek-aspek yang lebih berkaitan dengan sikap atau perasaan

  (Williams, 1970 dalam Munandar, 1992:135). Piers (dalam Asrori, 2009:72) mengemukakan bahwa karakteristik atau ciri-ciri kreativitas dari aspek non

  

aptitude, dapat dinilai dari beberapa hal, antara lain: a) Memiliki dorongan

(drive) yang tinggi, b) Memiliki keterlibatan yang tinggi, c) Memiliki rasa ingin

  tahu yang besar, d) Memiliki ketekunan yang tinggi, e) Cenderung tidak puas terhadap kemapanan. Selain itu, Csikszentmihalyi dalam Munandar (2002:51) mengemukakan beberapa ciri kreatif dari aspek non aptitude, antara lain, yaitu:

  a) pribadi kreatif mempunyai kekuatan energi fisik yang memungkinkan mereka bekerja berjam-jam dengan konsentrasi penuh, tetapi mereka juga bisa tenang dan rileks, bergantung pada situasinya, b) Pribadi kreatif dapat berselang- Pribadi kreatif menunjukan kecenderungan baik introversi maupun ekstroversi, d) orang kreatif dapat bersikap rendah diri dan bangga akan karyanya pada saat yang sama, e) Ciri-ciri paradoksal ketiga berkaitan dengan kombinasi antara sikap bermain dan disiplin, dan lain sebagainya.

  Selain penjelasan ciri-ciri tersebut diatas menurut Williams, Piers, dan Csikszentmihalyi. Ciri-ciri kreativitas juga dikemukakan oleh Munandar (2012:71), yang meliputi: 1.

  Dorongan ingin tahu besar 2. Sering mengajukan pertanyaan yang baik 3. Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah 4. Bebas dalam menyatakan pendapat 5. Mempunyai rasa keindahan 6. Menonjol dalam salah satu bidang seni 7. Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh orang lain

8. Mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi/sudut pandang 9.

  Mempunyai rasa humor yang tinggi 10.

  Kemampuan mengembangkan atau memerinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi)

11. Mempunyai daya imajiansi 12.

  Orisinil dalam ungkapan gagasan dan dalam pemecahan masalah Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka dapat dijelaskan bahwa ciri-ciri pribadi yang kreatif dapat dinilai dari aspek aptitude yang meliputi:

1. Mengajukan banyak gagasan 2.

  Sering mengajukan pertanyaan 3. Bebas dalam menyatakan pendapat 4. Selalu memberikan lebih dari satu jawaban 5. Melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda 6. Memberi gagasan berfariasi terhadap suatu masalah 7. Mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda 8. Menambah gagasan orang lain 9. Memperinci suatu objek 10.

  Membuat kombinasi yang tidak lazim

  Pengukuran Kreativitas

  Potensi kreatif dapat diukur melalui beberapa pendekatan yaitu pengukuran langsung; pengukuran tidak langsung, dengan mengukur unsur-unsur yang menandai ciri tersebut; pengukuran ciri kepribadian yang berkaitan erat dengan ciri tersebut; dan beberpa jenis ukuran non-tes. Pendekatan kelima adalah dengan menilai produk kreatif nyata.

  Berdasarkan pertimbangan bahwa perilaku kreatif tidak hanya memerlukan kemampuan berpikir (kognitif), tetapi juga sikap kreatif (afektif), penulis tahun 1976 menyusun Skala Sikap Kreatif (Utami Munandar. Dkk, 1977) yang terdiri dari 32 butir pertanyaan, diantaranya delapan butir diadaptasi dari “Creative Attitude Survey” yang disusun oleh Schaefer. (Munandar, 2004:70)

  Sikap kreatif dioperasionalisasi dalam dimensi sebagai berikut: a. Keterbukaan terhadap pengalaman baru b. Kelenturan dalam berpikir c. Kebebasan dalam ungkapan diri d. Menghargai fantasi e. Minat terhadap kegiatan kreatif f. Kepercayaan terhadap gagasan sendiri g.

  Kemandirian dalam memeberi pertimbangan Dari tujuh dimensi diambil tiga aspek pengukuran kreativitas, yaitu: 1. Keterbukaan terhadap pengalaman baru 2. Kelenturan dalam berpikir 3. Kebebasan dalam ungkapan diri

  Ciri-ciri pribadi kreatif yang dapat diklasifikasikan kedalam pengukuran kreativitas adalah:

1. Dimensi keterbukaan terhadap pengalaman baru: a.

  Mengajukan gagasan b.

  Memperinci suatu objek c. Membuat tabel 2. Dimensi kelenturan dalam berpikir: a.

  Memberikan gagasan berfariasi b.

  Menyimak masalah

3. Dimensi kebebasan dalam ungkapan diri a.

  Bebas menyatakan pendapat b.

  Membuat banyak pertanyaan c. Menjawab pertanyaan

2.2. Kajian hasil penelitian yang relevan

  Penelitian yang dilakukan oleh Juvita Dwi Anggraheni Tahun 2014 yang berjudul

  “Peningkatan Kreativitas Belajar IPS Melalui Penerapan Strategi

Pembelajaran Inkuiri Siswa Kelas IV SD Negeri 02 Koripan Kecamatan Matesih

Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2013/ 2014”. Hasil dari penelitian

  menunjukan bahwa dengan menerapkan strategi pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan kreativitas serta hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 02 Koripan tahun ajaran 2013/2014. Hal ini dapat dilihat dari hasil pencapaian indikator kreativitas belajar yaitu, rasa ingin tahu yang besar pada pra siklus sebesar 36%, siklus I 75%, dan siklus II 86 %. Mengajukan pertanyaan yang berbobot pada pra siklus sebesar 18%, siklus I 36%, dan siklus II 79%. Memberikan gagasan dan usulan terhadap suatu masalah pada pra siklus sebesar 14%, siklus I 25%, dan siklus II 75%. Menyatakan pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya pada pra siklus sebesar 25%, siklus I 64%, dan siklus II 86%. Mampu mengembangkan atau merinci suatu gagasan pada pra siklus sebesar 11%, siklus I 11%, dan siklus

  II sebesar 75%. Juga dilihat dari hasil belajar yang didapat pada pelaksanaan pembelajaran sebelum tindakan sebesar 53,58% dan setelah dilakukan tindakan sebesar 68% pada siklus I, dan diakhir tindakan sebesar 86% pada siklus II. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa penerapan strategi pembelajaran Inkuiri dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 02 Koripan Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar. Kelebihan dari penelitian ini adalah keberhasilan peningkatan kreativitas belajar seluruh aspek dari siklus I ke siklus II yang juga berdampak pada peningkatan hasil belajar. Sedangkan kelemahan dari penelitian ini adalah tidak adanya peningkatan dalam aspek mengembangkan atau merinci suatu gagasan pada pra siklus ke siklus I yang pencapaiannya masih sama yaitu 11%. Solusi untuk mengatasi kelemahan tersebut adalah dengan memberikan waktu dan pendampingan yang cukup kepada siswa dalam aspek mengembangkan dan merinci suatu gagasan.

  Penelitian lain yang sejalan adalah penelitian yang dilakukan oleh Musdi tahun 2013 yang berjudul

  “Peningkatan Kreativitas Pembelajaran IPA Dengan

Menggunakan Metode Inkuiri Kelas VI SD N 20 Semadu Kabupaten Sanggau”.

  Hasil penelitian ini diperoleh hasil kreativitas siswa meliputi kreativitas daya cipta 13,15%, kreativitas daya rasa 6,58% dan kreativitas daya karsa 10,54%. Dilanjutkan dengan siklus I kreativitas daya cipta 23,68%, kreativitas daya rasa 52,63%, kreativitas daya karsa 42,11%. Pada siklus II kreativitas daya cipta 27,63%, kreativitas daya rasa 56,58%, kreativitas daya karsa 47,37%. Pada siklus

  III kreativitas daya cipta 32,89%, kreativitas daya rasa 73,68%, kreativitas daya karsa 43,42%. Dengan metode inkuiri dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Dengan demikian metode inkuiri dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri 20 Semadu Kabupaten Sanggau. Kelebihan dari penelitin ini adalah peningkatan kreativitas siswa daya cipta dan daya rasa yang mengalami peningkatan setiap siklus dari 3 siklus yang diterapkan. Sedangkan kelemahannya adalah terjadi penurunan kreativitas daya karsa dari siklus 2 ke siklus 3. Solusinya adalah untuk lebih diperhatikan dalam menerapkan aspek daya karsa agar juga terjadi peningkatan kreativitas.

  P enelitian yang dilakukan oleh Arif Jama’ah tahun 2014 yang berjudul

  

“Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Kreativitas Belajar Pada Mata

Pelajaran Matematika Pada Siswa Kelas V SD N 1 Jepang Kudus Tahun Ajaran

2013/2014”. Hasil penelitian ini menunjukan adanya peningkatan kreativitas

  belajar siswa setelah diterapkannya metode inkuiri. Hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata kreativitas belajar siswa, yaitu membuat produk kreatif yang bervariasi dan orisinil pada pra siklus 53,75%, siklus I 65,625%, siklus II 81,875%. Berani menyatakan pendapat yaitu pra siklus 51,25%, siklus I 66,25%, siklus II 81,25%. Mengembangkan gagasan atau jawaban yaitu pra siklus 50%, siklus I 69,375%, siklus II 82,5%. Menjawab pertanyaan dengan penuh percaya diri yaitu pra siklus 51,25%, siklus I 70,625%, siklus II 85%. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan metode Inkuiri dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa pada mata pelajaran Matematika kelas V SD N 1 Jepang, Mejobo, Kudus Tahun Pelajaran 2013/2014. Kelebihan dari penelitian ini adalah keberhasilan peningkatan kreativitas belajar siswa pada semua aspek dengan pencapaian 80% dari jumlah seluruh siswa. Sedangkan kelemahan dari peneilitan ini adalah dalam aspek membuat produk kreatif yang bervariasi dan orisinil dari pra siklus ke siklus 2 sedikit mengalami peningkatan yaitu ± 11%. Solusi dari penelitian ini adalah agar peningkatan kreativitas membuat produk kreatif yang bervariasi dan orisinil untuk ditingkatkan.

  .

2.3 Kerangka Pikir

  Aktivitas kegiatan pembelajaran yang berlangsung di kelas, adalah pembelajaran yang berpusat pada guru. Guru mendominasi seluruh waktu pembelajaran dengan menyampaikan materi IPS melalui ceramah. Kadang- kadang di tengah-tengah ceramah, guru menyelipkan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab siswa akan tetapi siswa tidak bersemangat untuk menjawab. Respon siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan guru, adalah pasif, siswa tidak mencoba untuk menjawab pertanyaan atau berdiskusi dengan teman lain.

  Perubahan pola pikir pembelajaran menuntut siswa untuk aktif, agar kompetensi yang diharapkan dalam kurikulum KTSP 2006 dapat tercapai. Suatu proses pembelajaran akan berjalan efektif dan bermakna bila siswa berpartisipasi atau melibatkan diri secara langsung dalam proses pembelajaran. Siswa diharapkan dapat menemukan sendiri atau memahami sendiri konsep yang telah diajarkan dengan mengalami langsung.

  Pembelajaran dengan pendekatan konvensional yang pada umumnya masih dilaksanakan oleh guru masih kurang memperhatikan ketercapaian kompetensi siswa. Guru masih dominan dalam proses pembelajaran sehingga membuat siswa menjadi pasif. Siswa tidak mengalami pengalaman belajar sendiri untuk mendapatkan pengalaman baru dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Akibatnya kreativitas siswa dalam belajar menjadi rendah. Untuk mengatasi paradigma di atas, guru mencoba menerapkan suatu pendekatan inkuiri dalam pembelajaran. Pendekatan inkuiri merupakan suatu pendekatan yang melibatkan siswa secara menyeluruh dengan melakukan penyelidikan terhadap suatu masalah. Dengan melakukan penyelidikan terhadap suatu masalah ini maka anak dapat berkreasi untuk mewujudkan dirinya sebagai kemampuan melihat bermacam- macam kemungkinan penyelesaian masalah.

  Langkah-langkah dalam pendekatan inkuiri diantaranya adalah (1) siswa menyimak topik atau masalah, (2) merumuskan masalah, (3) merumuskan hipotesis (4) menemukan data, (5) menganalisis data, (6) membuat kesimpulan, (5) mempresentasikan hasil penemuan.

  Pengukuran kreativitas belajar IPS melalui pendekatan inkuiri diklasifikasikan kedalam 10 indikator kreativitas yaitu indikator menyimak masalah pengolahan kayu tradisional dan modern, mengajukan gagasan rumusan masalah pengolahan kayu tradisional dan modern, membuat pertanyaan tentang rumusan masalah cara kerja pengolahan kayu tradisional dan modern, merumuskan hipotesis tentang cara kerja pengolahan kayu tradisional dan modern, memperinci hasil pengamatan alat pengolahan kayu tradisional dan modern, memperinci hasil pengamatan cara kerja pengolahan kayu tradisional dan modern, membuat tabel alat pengolahan kayu tradisional dan modern, membuat tabel cara kerja pengolahan kayu tradisional dan modern, menjawab pertanyaan tentang pengolahan kayu tradisional dan modern, bebas menyatakan pendapat tentang pengolahan kayu tradisional dan modern. Melalui pendekatan inkuiri ini diharapkan siswa akan mampu aktif dan memiliki kemampuan kreativitas dalam belajar. Penjelasan lebih rinci disajikan dalam gambar 2.1 berikut ini.

  1.Dimensi keterbukaan terhadap pengalaman baru:

  transportasi serta pengalaman menggunakannya

  1a,1b,1c

  2.Dimensi kelenturan dalam berpikir 2b,2c

  3. Dimensi kebebasan dalam ungkapan diri

  Pembelajaran Konvensional

  3a,3b,3c

  Kreativitas Belajar Rendah Pengukuran Kreativitas

  Pendekatan Inkuiri Kreativitas Belajar IPS

  1.Menyimak topik pengolahan 2b.Menyimak masalah pengolahan kayu tradisional dan modern kayu tradisional dan modern 1a.Mengajukan gagasan rumusan masalah pengolahan kayu tradisional dan modern

  2.Merumuskan masalah tentang pengolahan kayu tradisional

3b.Membuat pertanyaan tentang rumusan masalah cara kerja pengolahan kayu tradisional dan

Lembar observasi dan modern modern

  Keterbukaan, 1a,1b,1c

  3. Merumuskan hipotesis tentang 2c.Merumuskan hipotesis tentang cara kerja pengolahan kayu tradisional dan modern Lembar observasi pengolahan kayu tradisional Kelenturan, dan modern 2b,2c

  4.Menemukan alat pengolahan 1b.Memperinci hasil pengamatan alat pengolahan kayu tradisional dan modern Lembar observasi Kayu tradisional dan modern

  Kebebasan, 1b.Memperinci hasil pengamatan cara kerja pengolahan kayu tradisional dan modern 3a,3b,3c

  5.Menganalisis hasil pengamat 1c.Membuat tabel alat pengolahan kayu tradisional dan modern an alat pengolahan kayu tradisi onal dan modern

  1c.Membuat tabel cara kerja pengolahan kayu tradisional dan modern Jumlah Aktivitas

6.Membuat kesimpulan pengo

  Kreativitas lahan kayu tradisional dan 3c.Menjawab pertanyaan tentang pengolahan kayu tradisional dan modern Belajar IPS modern

  7.Mempresentasikan hasil pene 3a.Bebas menyatakan pendapat tentang pengolahan kayu tradisional dan modern muan

  7 Gambar 2.1. Upaya Peningkatan Kreativitas Belajar IPS Melalui Pendekatan Inkuiri

  22

  23

2.3 Hipotesis Penelitian

  Dari uraian dalam kajian teori dan kerangka berpikir diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: “Peningkatkan kreativitas belajar IPS diduga dapat diupayakan melalui pendekatan inkuiri siswa kelas 4 SDN Bandunggede 02 Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung semester 2 tahun pelajaran 2014/2015 ”.

Dokumen yang terkait

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian IPA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Metode Outdoor Study untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 3 SD Negeri 1 Sumbung Kecamatan Cepogo Kabupaten

0 0 17

3.2. Variabel Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Metode Outdoor Study untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 3 SD Negeri 1 Sumbung Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali Semester II Tahun Pelajaran

0 0 21

4.2. Hasil Penelitian 4.2.1. Kondisi Awal - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Metode Outdoor Study untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 3 SD Negeri 1 Sumbung Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali Semester II

0 0 50

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Metode Outdoor Study untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 3 SD Negeri 1 Sumbung Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali Semester II Tahun Pelajaran 2014/ 2015

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Metode Outdoor Study untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 3 SD Negeri 1 Sumbung Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali Semester II Tahun Pelajaran 2014/ 2015

0 0 88

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Siswa Kelas IV SDN Ngampin 01 Ambarawa Semester II Tahun Ajaran 201

0 1 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Siswa Kelas IV SDN Ngampin 01 Ambarawa Semester II Tahun Ajaran 201

0 0 12

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS IV SDN NGAMPIN 01 AMBARAWA SEMESTER II TAHUN AJARAN 20142015

0 2 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Siswa Kelas IV SDN Ngampin 01 Ambarawa Semester II Tahun Ajaran 201

0 2 49

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Kreativitas Belajar IPS Melalui Pendekatan Inkuiri Siswa Kelas 4 SDN Bandunggede 02 Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 6