Mencegah dan Menangani Banjir di DKI Jak

MENCEGAH DAN MENANGANI BANJIR DI DKI JAKARTA DENGAN EFEKTIF

KARYA ILMIAH
Disusun sebagai Tugas Tahap Pertama dari
Mata Kuliah Pilihan Ekologi Perkotaan Universitas Tarumanagara
Tahun Ajaran 2016/2017

Stella Esperanza / 315140032
Angelita Hartono / 315140040
Daniella Sudjana / 315140042
Joel Christian / 315140056
Stefanie / 315140064

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT karena berkat-Nya kami dapat menyelesaikan

karya ilmiah ini dengan baik. Kami juga mengucapkan terima kasih sebesar – besarnya kepada ketiga
dosen kami, yaitu yang terhormat Ibu Diah Anggraini, Bapak Darrundono, dan Ibu Harsiti yang telah
membimbing kami semua dalam menyusun karya ilmiah ini sehingga dapat terselesaikan tepat waktu
dengan baik.
Karya ilmiah ini bertujuan untuk membahas tentang sebab – akibat banjir di ibukota Jakarta sehingga
kita semua dapat melakukan pencegahan dan penanganan banjir dengan efektif. Semoga karya ilmiah
ini dapat berguna di masa yang akan datang. Kami menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kami mohon maaf jika terjadi kesalahan dalam penulisan atau sumber
yang kurang lengkap dalam karya ilmiah kami. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih.

Jakarta, 29 September 2016
Penulis

i

DAFTAR ISI
Cover............................... .................................................................................................................... 0
Kata Pengantar…………….. ............................................................................................................... i
Daftar Isi................... ..........................................................................................................................ii
Bab 1.Pendahuluan ............................................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................................... 2
1.4 Metode Penelitian.................................................................................................................. 2

Bab 2.Kajian Pustaka .......................................................................................................................... 3
2.1 Banjir.... ................................................................................................................................. 3
2.2 Penyebab Banjir .................................................................................................................... 4
2.3 Acuan Normatif Banjir .......................................................................................................... 5
2.3.1. Undang - Undang ...................................................................................................... 5
2.3.2 Peraturan Pemerintah.................................................................................................. 5
2.3.3. Keputusan Presiden ................................................................................................... 5
2.3.4. SNI............................................................................................................................. 6
2.3.5. ISO............................................................................................................................. 6
2.4 Pengendalian bajir ................................................................................................................. 7
2.5 Kontribusi Masyarakat .......................................................................................................... 8
2.6 Kasus Banjir di Jakarta ........................................................................................................ 10
Bab 3. Analisa ................................................................................................................................... 14
3.1 Analisa Kajian ..................................................................................................................... 14
3.2 Analisa Kasus ...................................................................................................................... 15

Bab 4. Kesimpulan ............................................................................................................................ 16
4.1 Kesimpulan ......................................................................................................................... 17
4.2 Usul dan Saran .................................................................................................................... 17
Daftar Pustaka ................................................................................................................................... 18

ii

iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Menurut para ahli, banjir adalah peristiwa perendaman daratan oleh air yang berjumlah sangat
banyak yang nantinya akan kembali surut sehingga bersifat sementara. Sedangkan menurut
Wikipedia , banjir adalah suatu keadaan dimana terdapat aliran air dengan volume besar yang

merendam daratan akibat jebolnya suatu bendungan atau luapan air sungai, sehingga air tersebut
meluap atau keluar dari batasan yang semestinya.
Sungai yang meluap biasanya terjadi karena curah hujan yang tinggi dan tersumbatnya aliran air,
atau dapat juga berupa air pasang. Banjir dapat merusak sebuah rumah dan menyapu fondasinya.

Air banjir mengandung lumpur kotor yang berbau dan dapat menutup segalanya setelah air surut
sehingga harus dibersihkan dan mengakibatkan kerusakan materi baik dari segi rumah maupun
barang – barangnya.
Ketinggian dari air banjir dapat mencapai tiga meter dan dapat bertambah seiring hujan masih
mengguyur. Jika banjir sudah terjadi, banyak aktivitas yang terkendala baik dalam skala kecii
maupun besar. Dalam skala kecil, masyarakat tidak dapat menggunakan rumahnya sebagai
rumah tinggal sebagaimana mestinya. Segala kegiatan sekolah dan kantor menjadi mati total
karena akses jalan yang juga tertutupi oleh air banjir. Masyarakat harus mencari tempat tinggal
lain untuk sementara waktu (mengungsi) dan terpaksa membersihkan rumah mereka yang kotor
karena air banjir ketika air surut. Bahkan, tidak jarang banyak dari rumah – rumah itu mengalami
kerusakan yang cukup parah. Dalam skala besar, kegiatan pemerintahan juga terhalang dan
mengalami kelumpuhan akibat banjir yang menggenang. Kegiatan ekonomi, terutama, akan
mengalami penurunan yang cukup signifikn karena banyak kantor yang tutup dan tidak
beroperasi dengan optimal.
Salah satu asal usul banjir di perkotaan yang utama adalah kurang daerah resapan air. Air – air
yang seharusnya mengalir ke tanah dan diserap secara alami untuk persediaan air tanah, langsung
dialirkan ke saluran – saluran buatan yang mengarah ke sungai atau kali. Saluran – saluran ini
tidak dapat selamanya menampung debit air yang terus bertambah. Hal berikutnya yang terjadi
adalah air di saluran – saluran meluap dan menyebabkan banjir.
1


1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah karya ilmiah “Mencegah dan Menangani Banjir di DKI Jakarta dengan Efektif
“ adalah sebagai berikut :
1. Apakah jenis – jenis banjir yang dapat terjadi di DKI Jakarta?
2. Apa saja penyebab banjir di DKI Jakarta?
3. Apa saja akibat banjir baik dari segi lingkungan maupun kesehatan?
4. Apa saja peran petugas dalam mencegah den menangani banjir di DKI Jakarta dengan
efektif?
5. Apa saja peran masyarakat dalam mencegah dan menangani banjir di DKI Jakarta dengan
efektif?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari disusunya karya ilmiah “Mencegah dan Menangani Banjir di DKI Jakarta dengan
Efektif “ adalah untuk mengetahui penyebab banjir yang sering melanda DKI Jakarta dan apa
saja akibat banjir tersebut sehingga dapat mengetahui dan menyusun cara pencegahan dan
penanggulangan yang efektif. Diharapkan bukan hanya petuga yang turut serta dalam pencegahan
dan penanggulangan banjir, namun masyarakat juga ambil bagian secara aktif dalam membantu
peran petugas.
1.4 Metode Penelitian
Dalam menulis karya ilmiah “Mencegah dan Menangani Banjir di DKI Jakarta dengan Efektif “

digunakan metode studi kasus yang merupakan kajian mendalam tentang peristiwa, lingkungan,
atau situasi tertentu yang memungkinkan untuk mengungkapkan atau memahami suatu hal.
Studi kasus yang digunakan merupakan studi kasus kemasyarakatan (community study) yang
dipusatkan pada suatu lingkungan tetangga atau masyarakat sekitar (kornunitas), bukannya pada
satu organisasi tertentu. Sumber data berasal dari literatur buku yang berkaitan, makalah –
makalah ilmiah yang sudah ada, dan kasus – kasus serupa yang terjadi di DKI Jakarta (media
massa dan online).

2

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 BANJIR
Banjir dapat berupa genangan pada lahan yang biasanya kering seperti pada lahan pertanian,
permukiman, pusat kota. Banjir dapat juga terjadi karena debit/volume air yang mengalir
pada suatu sungai atau saluran drainase melebihi atau diatas kapasitas pengalirannya. Luapan
air biasanya tidak menjadi persoalan bila tidak menimbulkan kerugian, korban meninggal
atau luka-luka, tidak merendam permukiman dalam waktu lama, tidak menimbulkan
persoalan lain bagi kehidupan sehari-hari. Bila genangan air terjadi cukup tinggi, dalam

waktu lama, dan sering maka hal tersebut akan mengganggu kegiatan manusia.

Dalam sepuluh tahun terakhir ini, luas area dan frekuensi banjir semakin bertambah dengan
kerugian yang makin besar (BNPB, 2013). Di Indonesia banjir sudah lama terjadi. Di Jakarta,
misalnya, banjir sudah terjadi sejak 1959, ketika jumlah penduduk masih relative sedikit.
Banjir Jakarta terjadi sejak 1621, kemudian disusul banjir 1878, 1918, 1909, 1918, 1923,
1932 yang menggenangi permukiman warga karena meluapnya air dari sungai Ciliwung,
Cisadane, Angke. Setelah Indonesia merdeka, banjir masih terus terjadi di Jakarta a.l pada
1979, 1996, 1999, 2002, 2007 (kompasiana, 2012; Fitriindrawardhono, 2012).

Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, selama musim hujan seperti bulan Januari-Februari,
semua pihak (baik pemerintah maupun masyarakat) biasanya khawatir datangnya bencana
banjir. Curah hujan pada periode tersebut biasanya lebih tinggi dari bulan lainnya (BMKG,
2013). Oleh karena itu masyarakat yang bertempat tinggal di kawasan rawan banjir (bantaran
sungai, dataran banjir, pantai, dll) atau yang rutin mengalami banjir, biasanya sudah siap
dengan kemungkinan terburuk mengalami banjir, apalagi bila tempat tinggalnya berada dekat
tubuh perairan khususnya sungai.

3


2.2 PENYEBAB BANJIR
Secara umum penyebab terjadinya banjir dapat dikategorikan menjadi dua hal, yaitu karena
sebab – sebab alami dan karena tindakan manusia. Yang termasuk sebab alami diantaranya :


Curah hujan Pada musim penghujan curah hujan yang tinggi akan
mengakibatkan banjir di sungai dan bilamana melebihi tebing sungai, maka akan



timbul banjir atau genangan .
Pengaruh fisiografi Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk, dan
kemiringan Daerah Pengaliran Sungai (DPS), kemiringan sungai, Geometri
hidrolik (Bentuk penampang seperti lebar, kedalaman, potongan memanjang,



material dasar sungai), lokasi sungai .
Erosi dan sedimentasi Erosi di DPS berpengaruh terhadap kapasitas
penampungan sungai, karena tanah yang tererosi pada DPS tersebut apabila

terbawa air hujan ke sungai akan mengendap dan menyebabkan terjadinya
sedimentasi. Sedimentasi akan mengurangi kapasitas sungai dan saat terjadi



aliran yang melebihi kapasitas sungai dapat menyebabkan banjir.
Kapasitas sungai Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai disebabkan
oleh pengendapan yang berasal dari erosi dasar sungai dan tebing sungai yang



berlebihan, karena tidak adanya vegetasi penutup.
Pengaruh air pasang Air laut memperlambat aliran sungai ke laut. Pada waktu
banjir bersamaan dengan air pasang yang tinggi, maka tinggi genangan/ banjir
menjadi lebih tinggi karena terjadi aliran balik (back water)

Yang termasuk penyebab banjir akibat tindakan manusia diantaranya:


Perubahan kondisi daerah pengaliran sungai Perubahan DPS seperti

penggundulan hutan, usaha pertanian yang kurang tepat, perluasan kota dan
perubahan tata guna lainnya dapat memperburuk masalah banjir karena
berkurangnya daerah resapan air dan sediment yang terbawa ke sungai akan



memperkecil kapasitas sungai yang mengakibatkan meningkatnya aliran banjir.
Kawasan kumuh Perumahan kumuh yang terdapat di bantaran sungai merupakan
penghambat aliran sungai.

4



Sampah Pembuangan sampah di alur sungai dapat meninggikan muka air banjir
karena menghalangi aliran.

2.3 ACUAN NORMATIF BANJIR
2.3.1


Undang-Undang





Undang-undang Republik indonesia nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup



Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.



No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Undang-undang

Undang-undang

Republik

Indonesia

No.

24

tahun

2007

Tentang

Penanggulangan Bencana
2.3.2. Peraturan Pemerintah


Peraturan pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak



Lingkungan.



Pengendalian Pencemaran Air.

Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan



Peraturan pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah.



Nasional.



Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang pengelolaan Sumber Daya Air.
Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 2010 tentang Bendungan

2.3.3. Keputusan Presiden


Keputusan Presiden Nomor 12 tahun 2000 tentang Badan Penetapan dan



Pengendalian Penyediaan Prasarana dan Sarana Pekerjaan Umum.



Nasional.

Keputusan Presiden No. 62 Tahun 2000 tentang Koordinasi Penataan Ruang

Keputusan Presiden No. 95 Tahun 2000 tentang Badan pertanahan Nasional.

5




Keputusan Presiden No. 23 Tahun 2001 tentang Tim Koordinasi Pengelolaan
Sumberdaya Air. 1.3.4. Peraturan Menteri
Peraturan Menteri pekerjaan Umum No. 603 Tahun 2005 Tentang pedoman Umum
Sistem pengendalian Manajemen Penyelenggaraan Pembangunan Prasarana dan



Sarana Bidang Pekerjaan Umum.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 11 Tahun 2006 Tentang Jenis
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis



Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 12 Tahun 2007 tentang Dokumen
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup Bagi Usaha dan/atau Kegiatan yang
Tidak Memiliki Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup.

2.3.4


SNI
SNI 03-2400-1991, tentang Tata Cara Perencanaan Umum Krib di Sungai, tahun



1991, Departemen Pekerjaan Umum.



Bendung, tahun 1991, Departemen Pekerjaan Umum.



Sungai, tahun 1992, Departemen Pekerjaan Umum.



dari Pasangan Batu, tahun 1994, Departemen Pekerjaan Umum.

SNI 03-2401-1991, SK SNI T-02-1990-F, tentang Tata Cara Perencanaan Umum

SNI 03-2829-1992, tentang Metode Perhitungan Tiang Pancang Beton pada Krib di

SNI 03-3441-1994, tentang Tata Cara Perencanaan Teknik Pelindung Tebing Sungai

PSN 01 : 2007, Pedoman Standarisasi Nasional : pengembangan Standar Nasional
Indonesia.

2.3.5. ISO




ISO 9001 : Quality Management Sistem
ISO 14001 : Environment Management Sistem
ISO 18001 : Safety Management Sistem

6

2.4 PENGENDALIAN BANJIR
Merupakan kegiatan perencanaan, pelaksanaan pekerjaan pengendalian banjir, eksploitasi
dan pemeliharaan, yang pada dasarnya untuk mengendalikan banjir, pengaturan penggunaan
daerah dataran banjir dan mengurangi atau mencegah adanya bahaya/kerugian akibat banjir.

Ada 4 strategi dasar untuk pengelolaan daerah banjir yang meliputi (Grigg, 1996) :


Modifikasi kerentanan dan kerugian banjir (penentuan zona atau pengaturan tata



guna lahan)



atau normalisasi sungai.

Modifikasi banjir yang terjadi (pengurangan) dengan bantuan pengontrol (waduk)

Modifikasi dampak banjir dengan penggunaan teknis mitigasi seperti asuransi,
penghindaran banjir (flood profing)

Ada dua metode pendekatan untuk analisis pengendalian banjir yaitu metode struktur dan
non-struktur. Beberapa metode struktur diuraikan sebagai berikut :


Bendungan (dam)
Bendungan digunakan untuk menampung dan mengelola distribusi aliran sungai.



Pengendalian diarahkan untuk mengatur debit air sungai disebelah hilir bendungan.
Kolam Penampungan (retention basin)
Kolam penampungan berfungsi untuk menyimpan sementara volume air banjir
sehingga puncak banjir dapat dikurangi dan dilepaskan kembali pada saat air surut.
Wilayah yang digunakan untuk kolam penampungan biasanya didaerah dataran



rendah. Perbaikan dan Pengaturan
Tanggul Penahan Banjir
Tanggul penahan banjir adalah penghalang yang didesain untuk menahan banjir di



palung sungai untuk melindungi daerah sekitarnya.
Saluran By pass
Saluran bay pass adalah saluran yang digunakan untuk mengalihkan sebagian atau
seluruh aliran air banjir dalam rangka mengurangi debit banjir pada daerah yang
dilindungi.

7



Sistem pengerukan
Sungai/normalisasi sungai Sistem pengerukan atau pengerukan saluran adalah
bertujuan memperbesar kapasitas tampung sungai dan memperlancar aliran.
Normalisasi diantaranya mencakup kegiatan melebarkan sungai, mengarahkan alur
sungai dan memperdalam sungai (pengerukan).

2.5 KONTRIBUSI MASYARAKAT
Beberapa hal yang perlu dilakukan sebagai warga untuk mengurangi resiko banjir antara lain:
1.

Membuat area resapan di pemukiman warga.
Sumur resapan berfungsi untuk mengarahkan air ke dalam tanah sehingga
mengurangi aliran permukaan. Berkurangnya aliran permukaan akan mengurangi
genangan dan banjir. Selain di pemukiman, area resapan yang berupa sumur resapan
bisa dibuat di berbagai tempat di pemukiman, perkantoran, sempadan jalan dan
tempat yang rawan genangan dan juga menamah persediaan air di dalam tanah.
Selain itu, pembuatan biopori yang popular saat ini cukup membantu meresapkan air
ke dalam tanah sekaligus mengurangi sampah.

2. Menanam tanaman terutama pepohonan.
Kegiatan ini dilakukan tidak hanya di daerah hulu namun juga di daerah tengah dan
hilir. Menanam tanaman baik tanaman kecil maupun pohon akan mengurangi erosi
dan aliran permukaan. Berkurangnya erosi akan mengurangi pendangkalan dan
penyempitan adan sungao. Akar pepohonan khususnya di sempadan sungai dapat
menahan gerusan air terhadap tanah sehingga leih tahan terhadap longsor.
3. Membentuk Kelompok Masyarakat Pengendali Banjir.
Kelompok pengendali banjir berbasis masyarakat akan sangat membantu pemerintah
dalam upaya mengurangi resiko banjir. Pemerintah tidak akan mampu
menyelesaikan seluruh masalah banjir tanpa melibatkan masyarakat.
4. Membangun lokasi dan jalur evakuasi bila terjadi banjir.
Kegiatan ini dalam rangka mengurangi korban akibat banjir. Penetapan lokasi dan
jalur evaluasi yang sudah terencana akan memudahkan warga yang wilayahnya
terkena banjir menyelamatkan diri dan propertinya dengan cepat. Kelompok
pengendali banjir isa dimulai dari tingkat Desa atau RW sesuai dengan kebutuhan.

8

5. Membangun sistem peringatan dini banjir berasis warga.
Sistem peringatan banjir berbasis warga sangat diperlukan karena masyarakatlah
yang langsung merasakan adanya bencana tersebut. Sistem peringatan dini meliputi
kegiatan pengamatan hujan dan tinggi muka air, prediksi banjir, penyebaran
informasi dan peringatan bahaya dan tindakan yang diperlukan sesuai tingkat bahaya.
6. Menjaga kebersihan saluran air dan limbah.
Seringkali genangan air di pemukiman disebabkan oleh meluapnya air dari saluran
pembuangan seperti selokan dan sungai. Menjaga kebersihan saluran air dan limbah
akan berguna untuk mengurangi genangan air yang berujung pada banjir.
7. Mendukung pembuatan kanal, bangunan pengendali banjir, dan lokasi evakuasi.
Kanal menjadi salah satu program besar di beberapa kota besar. Sebut saja Jakarta
yang membangun Proyek Banjir Kanal (Barat dan Timur) dan di Medan di angun
Kanal di daerah Deli Tua, untuk mengalirkan air dari Sungai Deli. Anjir Kanal selain
sebagai sarana pengendali anjir dimaksudkan sebagai prasarana konservasi air untuk
pengisian kembali air tanah dan sumber air baku serta prasarana transportasi air.
Mendukung pembuatan kanal ini bisa berupa memudahkan pemerintah dalam
pembebasan lahan dan menjaga kanal yang sudah ada.
8. Bekerjasama dengan masyarakat di luar daerah banjir untuk menjaga daerah resapan air.
Penanganan banjir erat kaitannya dengan pengelolaan Daerah Aliran Sungai yang
berada pada kawasan bioregion tertentu. Daerah Aliran Sungai (DAS) mencakup
areal yang melintasi batas administrasi sehingga harus ada rencana pengelolaan
bersama antar pemerintah daerah yang tercakup dalam kesatuan DAS. Jakarta
sebagai daerah hilir tempat bermuaranya sungai-sungai besar yang berhulu di
Propinsi Jawa Barat dan Banten. Untuk itu, masyarakat yang tercakup wilayahnya
dalam DAS, perlu bekerjasama. Warga kota Jakarta misalnya, yang memiliki lahan
di daerah puncak Bogor, mendorong warga sekitar untuk memelihara kawasan
lindung agar tetap berfungsi dalam mengurangi resiko banjir.

9

2.6 KASUS BANJIR DI JAKARTA

Penanganan Banjir Jakarta
Rabu, 31 Agustus 2016 | 20:28
Penanganan banjir di Jakarta sudah pada jalur yang tepat alias on the right track. Sejak
kepemimpinan Gubernur Fauzi Bowo alias Foke kemudian berlanjut ke Jokowi, dan kini
Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, titik banjir di Jakarta berangsur berkurang.
Kecepatan pembangunan proyek penanggulangan banjir pun relatif terjaga. Setelah
selesainya Kanal Banjir Timur, kini normalisasi tengah diupayakan. Nyaris tidak ada proyek
yang mandek. Sejumlah kendala berupa pembebasan lahan guna pembangunan waduk dan
normalisasi kali, satu per satu terselesaikan.
Dalam upaya berkesinambungan membebaskan Jakarta dari banjir, pasti ada saja banjir pada
kesempatan dan tempat tertentu. Banjir di Kemang, Jakarta Selatan, pada Sabtu (27/8),
membuat heboh dunia maya publik Jakarta. Foto-foto mobil mewah terendam yang betebaran
di media sosial memiliki daya kejut yang cukup untuk menyentak publik. Padahal wilayah
yang dilanda banjir hanya sebagian kecil dari keseluruhan Jakarta. Banjir Kemang, kita tahu,
tidak sedahsyat efeknya seperti ketika Istana Kepresidenan kebanjiran, sehingga Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono ketika itu harus menggulung celana. Atau, kejadian ketika
Bundaran HI dan sekitarnya lumpuh total karena tergenang akibat tanggul Kanal Banjir Barat
jebol.
Meski skala banjir Kemang tidak terlalu besar, kejadian itu merupakan alarm baru bagi warga
Jakarta. Di sejumlah titik jalanan di Kemang memang daerah langganan banjir, namun banjir
tersebut merupakan yang terbesar. Banjir Kemang membuka mata kita terkait pelanggaran
peruntukan wilayah. Alih fungsi lahan resapan di sepanjang kali yang mengalir di Jakarta
selama ini bukan saja dilakukan warga marginal yang membangun gubuk liar seperti di
bantaran Kali Ciliwung. Bantaran Kali Krukut yang mengalir di Kemang telah beralih fungsi
menjadi lahan bagi berdirinya bangunan komersial semi-legal.
Disebut semi-legal karena bangunan-bangunan komersial di sana memiliki izin
pembangunan dari pemerintah daerah. Artinya bangunan berdiri secara legal. Namun,
keberadaannya menyalahi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota maupun Rencana
Detail Tata Ruang (RDRT). Inilah tantangan sekaligus pekerjaan besar Pemprov DKI Jakarta
di masa mendatang. Bagaimana "menggusur" bangunan komersial yang semi-legal itu,
sementara untuk merelokasi warga bantaran kali yang ilegal saja begitu susah?

10

Pemerintahan Ahok ketiban sial. Keberadaan kawasan komersial yang menyalahi RDTR dan
RTRW merupakan warisan pendahulunya. Kini ia harus menertibkan. Jalan yang perlu
ditempuh tidak bisa tidak adalah win-win solution. Artinya, para pebisnis tidak dirugikan,
namun mereka wajib mendukung program penanggulangan banjir. Salah satu cara yang
sejatinya sudah dimulai oleh Pemprov DKI Jakarta, pertama adalah mewajibkan pemilik
bangunan membangun bak penampungan air hujan sesuai Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup 12/2009. Kedua , Pemprov DKI juga berencana membangun embung sebagai
penampung air ketika debit sungai naik drastis.
Ketiga , yang tersulit adalah membebaskan lahan untuk normalisasi Kali Krukut. Balai Besar

Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) di bawah Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat (Kempupera) sudah mulai melakukan normalisasi sejak tahun 2015
meski baru sekitar 600 meter.
Total Kali Krukut yang harus dinormalisasi mencapai 10 kilometer. Lebar sungai idealnya
20 meter sedangkan yang ada sekarang lebarnya hanya 1,5-2 meter. Meski tanggung jawab
normalisasi ada di Kempupera, pembebasan lahan menjadi tanggung jawab Pemprov DKI
Jakarta. Di sinilah letak kesulitan yang terbayang. Pemprov DKI Jakarta memang harus
membeli lahan yang sudah bersertifikat sesuai NJOP. Persoalannya, tentu tidak mudah bagi
warga yang harus melepas tanah atau tempat usahanya untuk kepentingan normalisasi.
Mereka bakal beralasan sebagai warga legal karena memiliki sertifikat.
Harapan satu-satunya adalah agar warga sekitar bantaran serta pemilik usaha legawa
memberikan tanahnya dibeli untuk normalisasi. Sebab, sesuai UU, Pemprov DKI Jakarta
dapat memberikan ganti rugi melalui konsinyasi ke pengadilan negeri kepada warga yang
menentang. Pada kondisi seperti ini, diperlukan keberanian Pemprov DKI Jakarta beraksi.
Ahok sebagai gubernur DKI yang dinilai banyak kalangan sebagai pemimpin yang tidak pilih
kasih tentu punya keberanian untuk memulai. Hal itu terlihat dari prestasinya merelokasi
warga bantaran Sungai Ciliwung. Saat ini sekitar 14.900 jiwa dari 6.000 keluarga telah
direlokasi ke rumah susun. Mereka berasal antara lain dari Waduk Pluit, Waduk Ria Rio, Kali
Sekretaris, Kali Mookervart, Kampung Pulo, Pulomas, Kalijodo, dan Pasar Ikan.

11

Musim Hujan Datang, DKI Siap Hadapi Banjir
Jakarta - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI menyatakan siap menghadapi banjir saat
musim penghujan yang diprediksi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
akan mulai terjadi pada Desember mendatang.
Kegiatan penanggulangan banjir di Ibu Kota sudah dilakukan sejak jauh-jauh hari, yaitu sejak
bulan Agustus 2015 lalu. Mulai dari pengerukan sungai, waduk dan saluran air serta
perbaikan pompa hingga membuat sumur resapan yang difokuskan di permukiman kumuh
sudah dilakukan Pemprov DKI.
Pemprov DKI yakin saat musim penghujan datang, genangan air atau banjir akan cepat surut.
Karena daya tampung sungai, waduk dan saluran air sudah bertambah.
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama mengatakan Pemprov DKI terus sedang
mengejar perbaikan pompa-pompa air serta pengerukan sungai, waduk dan saluran air di
seluruh wilayah Jakarta. Semua kegiatan penganggulangan banjir itu diharapkan dapat
rampung pada bulan Desember.
Sehingga saat mengadapi musim penghujan pada akhir tahun 2015 hingga awal 2016,
Pemprov DKI siap mengatasi dan mengantisipasi banjir yang akan terjadi di Jakarta.
“Kita lagi kejar pompa-pompa, saringan musti beres,” kata Basuki.
Strategi penanganan banjir di Jakarta, lanjutnya, dibagi menjadi tiga kegiatan penanganan
banjir sistem tata aliran air. Yaitu kegiatan penanganan banjir sistem tata air aliran barat,
aliran tengah dan aliran timur.
Untuk kegiatan penanganan banjir di aliran tengah Jakarta sudah rampung. Sekarang
Pemprov DKI tinggal fokus untuk menyelesaikan kegiatan penanganan banjir di aliran barat
dan timur Jakarta.
“Untuk sementara, aliran tengah Jakarta sudah beres. Tinggal timur dan barat. Kalau sampai
terjadi banjir, nggak akan lebih dari sehari. Yang penting dari selatan ke utara, wilayah
utaranya beres,” ujarnya.
Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat menegaskan Kota Jakarta sudah siap
menghadapi banjir. Hal itu terbukti saat hujan dengan intensitas sedang terjadi pada Senin
(2/11) malam, air hujan tidak menggenangi jalan Jakarta. Karena saluran air sudah relatif
bersih dari sampah, air hujan dapat mengalir lancar ke sungai.
“Jakarta sangat siap menghadapi banjir. Dengan kejadian hujan kemarin, kita sudah bisa
petakan di titik-titik mana saja yang akan terjadi banjir. Sehingga kita benahi saluran-saluran
air. Yang paling sulit adalah pembenahan saluran air di kampung-kampung dan di jalan-jalan.
Tetapi kita sudah keruk semua. Sudah kita angkat semua (sedimen),” kata Djarot.

12

Selain melakukan pengerukan saluran air, Pemprov DKI juga telah melakukan kegiatan
menyeluruh dalam upaya penanganan banjir di Jakarta. Diantaranya, melakukan pengerukan
situ, embung, waduk dan sungai.
Lalu juga melakukan perbaikan pompa-pompa yang rusak. Sehingga saat musim penghujan
terjadi, air bisa dialirkan ke laut melalu Kanal Banjir Timur (KBT) dan Kanal Banjir Barat
(KBB). Dengan begitu, genangan air atau pun banjir bisa surut dengan cepat.
“Semuanya, sudah hampir menyeluruh kita lakukan, mulai dari pengerukan sungai, waduk,
situ dan embung hingga perbaikan pompa. Persiapan banjir sudah kita lakukan. Kita berharap
sampai musim penghujan, kita bisa cepat menangani banjir. Sehingga kejadian banjir di tahun
lampau tidak terulang lagi. Kita akan maksimal itu,” paparnya.
Dari semua persiapan yang telah dilakukan, mantan Wali Kota Blitar ini mengharapkan banjir
dapat berkurang 50 persen dari tahun lalu.
“Kalau persentase pengurangan banjir susah kita hitung ya. Tapi kalau hitungan kemarin 100
persen, maka sekarang mungkin sudah separuhnya atau lebih lah,” tuturnya.

Penulis : Lenny Tristia Tambun/FMB

13

BAB 3
ANALISA
3.1 ANALISA KAJIAN
Banjir memiliki kaitan dengan banyak hal, salah satunya adalah tempat. Tempat dalam arti
adalah kondisi geologis lingkungan sekitar kita. Sebagai contohnya daerah yang
ketinggiannya berada dibawah permukaan laut akan memiliki potensi lebih besar terkena
banjir dibanding tempat yang berada diatas permukaan laut. Air mengalir dari tempat tinggi
ke tempat rendah sehingga tempat yang berada di tempat yang rendah akan lebih mudah
terkena banjir.
Selain karena tempat, banjir juga terjadi karena kondisi curah hujan yang tinggi. Curah hujan
yang tinggi menyebabkan sering terjadinya banjir disuatu tempat sehingga dapat
menyebabkan saluran air yang melebihi kapasitas karena terlalu sering banjir dan akhirnya
meluap keluar. Faktor geografis juga bisa menjadi faktor penting dalam terjadinya banjir.
Meski begitu tidak semua banjir terjadi karena kondisi lingkungan suatu tempat tapi juga
karena adanya campur tangan manusia. Terdapat sebab akibat yang ditimbulkan, seperti
tindakan masyarakat yang membuat sampah disungai maupun selokan akan menyebabkan
saluran air tersumbat sehingga apabila terjadi hujan, air akan meluap keluar dari saluran air.
Sebab akibat juga dapat berasal dari alam seperti terjadi erosi yang menyebabkan tanah yang
tererosi terbawa oleh air dan mengendap d bibir sungai sehingga lama kelamaan akan
menumpuk dan mengurangi lebar sungai akibatnya pada saat banjir besar sungai dapat
meluap dan terjadi banjir.
Tanpa adaya sebab akibat banjir tidak mungkin terjadi. Meski sebab akibat terjadi dari faktor
lingkungan maupun manusia, tapi tindakan manusia jauh lebih besar perannya dalam
mengakibatkan banjir. Sebagai - contohnya adalah kebiasaan membuang sampah sembarang
yang akhirnya menyebabkan sungai – sungai tersumbat sampah sehingga pada akhirnya
meluap. Penebangan liar juag berperan dalam kebanjiran yang ada. Pohon yang ditebang
sampah habis menyebabkan tidak ada lagi sesuatu yang menyangga atau mengikat tanah
sehingga saat hujan tanah akan longsor dan terbawa ke aliran sungai menyebabkan lebar

14

sungai berkurang bahkan kedalaman sungai juga berkurang karena sedimentasi ini. Masalah
ini akhirnya menyebabkan terjadinya banjir.
Selain itu banjir juga mengakibatkan masalah yang lebih serius lagi, yaitu dapat menurunkan
ketinggian permukaan tanah, lama kelamaan seiring bertambahnya tahun maka semakin
turun ketinggian muka tanah dan lama kelamaan akan tenggelam. Oleh sebab itu untuk
mencegah itu terjadi perlu dilakukan pencegahan banjir. Pencegahan dapat dilakukan baik
secara infrastruktur maupun secara perilaku manusia. Tanpa kedua hal penting ini maka
masalah banjir tidak akan bisa diselesaikan.
Pencegahan secara infrastruktur berupa pembangunan waduk, dll. Untuk beberapa kasus
pembangunan infrastruktur akan mencegah banjir terjadi lagi seperti pembangunan pompa
air yang menyedot air dan dialirkan ke laut atau pembangunan waduk dll. Mungkin akan
mengurangi terjadinya banjir. Namun jika ingin banjir teratasi hal pertama yang harus d
lakukan adalah menyadari perilaku yang salah dari manusia seperti membuang sampah
sembarangan dan menebang pohon dengan liar. Bila kebiasaan ini dihilangkan, secara alami
banjir akan berkurang dan ditambah dengan pembangunan infrastruktur maka banjir dapat
teratasi. Coba dibayangkan bila orang – orang berhenti membuang sampah sembarangan dan
berhenti menebang pohon secara liar, pasti kondisi sungai, saluran air maupun lingkungan
sekitar akan menjadi lebih baik. Pada intinya harus ada keseimbangan antara perilaku
manusia dalam merawat alam dengan pembangunan infrastuktur pencegah banjir agar terjadi
penyelesaian masalah secara menyeluruh.

3.2 ANALISA KASUS
Pada data kasus yang sudah dilampirkan pada bagian atas, terdapat beberapa kasus banjir di
berbagai daerah di Jakarta. Untuk menangani masalah banjir yang terjadi di Jakarta, banyak
hal yang sudah dilakukan oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta. Seperti pengerukan sungai,
waduk, saluran-saluran air, serta memperbaiki pompa. Selain itu pemerintah juga sudah
membuat sumur resapan yang difokuskan untuk pemukiman kumuh. Jadi ketika terjadi hujan
akan lebih mudah surut.

15

Setelah kanal timur terselesaikan, pemerintah lalu melakukan normalisasi kali satu per satu.
Yang menjadi kendala paling sulit adalah menormalisasi bagian komersial yang semi legal.
Yang seharusnya kali untuk resapan berukuran 20m tetapi pada kenyataannya hanya ada 1
sampai 2 meter karna tertutup oleh bangunan komersil semi legal. Disebut semi legal karena
ada yang legal tapi ada juga yang bangunannya tidak legal. Akan lebih mudah menormalisasi
bangunan-bangunan yang tidak memiliki sertifikat, karena pemerintah dapat menggusur
dengan alasan yang jelas yaitu ketidaklengkapan sertifikat tanah. Tetapi yang menjadi
kesulitan justru menormalisasi bangunan yang memiliki sertifikat. Pembisnis yang memiliki
sertifikat tapi menyalahi RTRW dan RDTD harus memiliki kesadaran sendiri untuk pindah
ketempat yang sesuai.
Terdapat beberapa cara juga yang dilakukan pemerintah bagi masyarakat untuk mendukung
kegiatan pemerintah dalam memberantas banjir seperti mewajibkan pemilik bangunan
membangun bak penampungan air hujan yang sudah ada dalam peraturan menteri lingkungan
hidup 12/2009. Pemerintah juga berencana membangun embung sebagai penampungan air
serta membebaskan lahan untuk normalisasi.
Selain penormalisasian yang dilakukan pemerintah maka akan lebih dibutuhkan kesadaran
masyarakat sekitar terutama pemukiman-pemukiman yang tidak memiliki sertifikat tanah dan
membuat rumah tidak legal di bantaran kali. Karena dengan tertutupnya resapan air maka
ketika hujan curah tinggi datang akan mudah sekali jalanan tergenang dan terjadi banjir.
Kesadaran masyarakat akan berjalan bersama dengan aktifitas pemerintah DKI untuk
penanggulangan banjir yaitu merelokasi kawasan yang tidak sesuai dengan RTRW dan
RDTR. Dengan adanya kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat maka bencana
banjir 100% dapat teratasi.

16

BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
Dalam sepuluh tahun terakhir ini, luas area dan frekuensi banjir semakin bertambah
dengan kerugian yang makin besar (BNPB, 2013). Dalam mengatasi hal ini peran warga
masyarakat dan pemerintah memegang peran yang penting karena masyarakat dan
pemerintah sekitar dapat menjadi faktor pencegah atau faktor penyebab terjadinya banjir.
Partisipasi warga dalam menanggulangi banjir dapat dilakukan dengan membuat area resapan
di area pemukiman, menanam tanaman-tanaman terutama pepohonan, membentuk organisasi
pengendali banjir, membangun lokasi dan jalur evakuasi bila terjadi banjir, dan sebagainya.
Jika warga tidak dapat bekerjasama dan melakukan hal-hal yang memicu terjadinya banjir
seperti membuang sampah sembarangan terlebih di sungai / kali , membangun bangunan di
tanah resapan, menebang pepohonan yang ada dan lainnya maka banjir yang seharusnya
dapat di hindari akan terjadi. Banjir dapat menyebabkan

4.2 USUL DAN SARAN
Banjir yang terjadi saat ini terjadi karena hal-hal yang dilakukan masyarakat dari membakar
hutan, membuang sampah di kali, membangun di tanah resapan dan lainnya. Jika ingin
kawasan sekitarnya bebas banjir rakyat harus peduli akan lingkungannya sendiri dengan
membuang sampah pada tempatnya, membuat taman dan resapan air di sekitarnya.
Pemerintah pun sudah mulai perduli dengan adanya dinas kebersihan yang sudah berhasil
membuat kali di Jakarta bersih dan bebas sampah. Selain itu pemerintah juga sudah
mengakomodasikan rakyat sehingga tidak ada pemukiman liar. Karena itu agar semua hal ini
tidak terbuang sia-sia sebaiknya warga tidak melakukan hal-hal yang dapat menyebabkan
banjir.

17

DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. (tt). Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kawasan Rawan Bencana
Banjir. Jakarta: Ditjen Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum.
Fitriindrawardhono (2012): Sejarah Banjir Jakarta. Cakrawala, dalam http://fitriwardhono.
wordpress.com/2012/04/06/sejarah-banjir-dijakarta/ Harliani, Fanni (2012): Identifikasi
Persepsi Masyarakat Terhadap Rencana Relokasi Permukiman Akibat Bencana Banjir. ITB.
Irianto, 2006. Pengelolaan Sumber Daya Lahan dan Air, Agro Inovasi, Jakarta.
Kodoatie, Robert J. dan Sugiyanto, 2002. Banjir, Beberapa penyebab dan metode
pengendaliannya dalam perspektif Lingkungan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
SUMBER INTERNET
http://parlindungan16.blogdetik.com/2010/03/29/partisipasi-masyarakat-terhadappenanganaan-banjir/
https://www.dropbox.com/s/uak1k1nxss198o3/www%20penanggulangankrisis%20depkes
%20go%20id%20%20pub%20%20files49054Buku_Banjir_2006%20pdf.pdf?dl=0
http://www.teoripendidikan.com/2015/03/pedoman-penulisan-karya-ilmiah-yang.html
https://oerleebook.wordpress.com/2011/02/08/metode-penulisan-karya-ilmiah-2/
https://www.dropbox.com/s/p914blhdiww519t/Banjir.docx?dl=0
http://www.kompasiana.com/achmadsiddikthoha/apa-peran-warga-dalam-mengurangiresiko-banjir_551a0fca813311987d9de0c7
https://id.wikipedia.org/wiki/Banjir
http://www.beritasatu.com/blog/tajuk/4896-penanganan-banjir-jakarta.html
sumber

:

http://www.beritasatu.com/megapolitan/320400-musim-hujan-datang-dki-siap-

hadapi-banjir-1.html

18

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24