Bubarnya VOC dan praktik Monopoli di Nus
1. Pendahuluan
Selama ini, sejarah telah mengenalkan masyarakat Indonesia tentang suatu
periodisasi dimana bercokolnya kekuasaan asing di suatu wilayah yang dinamakan
Nusantara. Nusantara yang dimaksud pada masa sekarang mencakup wilayah dari
Bangsa Indonesia. Kekuasaan dari bangsa asing tersebut perlahan-lahan telah
memecah belah kesatuan-kesatuan kerajaan yang telah berdiri sebelum abad ke-17.
Begitu kuatnya bangsa asing atau begitu lemahnya rasa persatuan dari kerajaankerajaan tersebut hingga menyebabkan begitu lamanya kekuasaan tersebut bercokol
di bumi Nusantara.
Ada beberapa bangsa asing yang diketahui telah singgah di kepulauan Nusantara.
Diantaranya yakni, Portugis, Spanyol, Belanda, dan Inggris. Dalam praktiknya,
Belanda lah yang berhasil menanamkan kekuasaannya selama kurang lebih tiga abad
khususnya di Pulau Jawa. Selama itu pula telah ada banyak hal yang dilakukan pihak
Belanda untuk mempertahankan kekuasaannya di tanah jajahan. Walau sebenarnya
tujuan utama mereka ke Nusantara adalah tuntutan ekonomi, mereka meraihnya
dengan menggunakan cara-cara politik kotor seperti Devide et Impera yang berhasil
memecah belah penguasa lokal.
Guna lebih menekankan keuntungannya di bidang ekonomi, pihak Belanda telah
membentuk suatu kongsi dagang yang bernama VOC. VOC (Vereenigde Oost
Indische Compagnie) atau “Serikat Perseroan Hindia Timur” didirikan pada tahun
1602 oleh sejumlah pedagang Bataaf yang bertugas mengawasi perdagangan Belanda
di Nusantara, Srilanka, dan kawasan yang merentang dari Tanjung Harapan hingga ke
Jepang.1 Setidaknya diwilayah-wilayah tersebut VOC melakukan monopoli
perdagangan terhadap saingan-saingan dagangnya.
1 Denys Lombard, Nusa Jawa Silang Budaya Batas-Batas Pembaratan 1, Jakarta,
Gramedia Pustaka Utama, 2008, hlm. 61
Pada tahun tersebut juga perseroan-perseroan dagang yang terdapat di Amsterdam
bergabung, disusul dengan perseroan yang berada di Zeeland, seiring penggabungan
dari perseroan-perseroan tersebut, maka mulai muncul berbagai perseroan dagang
yang lainnya di wilayah Belanda. VOC akhirnya disahkan oleh Staten-Generaal
Republik Kesatuan Tujuh Propinsi berdasarkan sebuah piagam yang juga
menerangkan berbagai hak ekseklusif
VOC. Pimpinan perseroan VOC tersebut
terdiri atas tujuh belas anggota yang disebut sebagai Heeren Zeventien. Serikat
dagang ini memiliki pengaruh yang luar biasa khususnya di Pulau Jawa. Sebab
mereka mendapat hak istimewa dari negeri Belanda untuk bisa mengembangkan
perdaganannya meskipun dengan cara yang licik.
Eksistensi kongsi dagang Belanda (VOC) di Nusantara tidaklah berjalan dalam
jangka waktu yang lama. Semakin hari keadaan VOC di Nusantara semakin
memburuk. Kecurangan demi kecurangan yang terjadi dalam tubuh VOC menjadikan
kongsi dagang tersebut semakin rapuh. Ditambah lagi hutang yang semakin
menumpuk terhadap Kerajaan Belanda tak mampu untuk mereka bayarkan. Seiring
dengan berbagai kemerosotan-kemerosotan serta kekosongan kas yang dialami oleh
VOC tersebut, maka pada 1 Januari tahun 1800 VOC resmi dibubarkan oleh Kerajaan
Belanda. Pemerintah Belanda-lah yang kelak akan menggantikan posisi mereka
sebagai penguasa di Nusantara.
2. Kondisi VOC di Nusantara Menjelang Keruntuhannya
Sejak permulaan berdirinya VOC di Nusantara, sudah menunjukkan bahwa
kongsi dagang Belanda tersebut tidak dapat menjalankan roda perdagangan dengan
baik. Walaupun telah mendapatkan hak octrooi dari Pemerintah Belanda untuk dapat
menguasai beberapa daerah layaknya sebuah negara, tetap saja VOC tidak dapat
mendapatkan keuntungan yang besar. Bahkan mereka tetap memiliki hutang-hutang
yang tak kunjung terbayarkan. Menurut buku Sejarah Indonesia Madya Abad XVI-
Kehancuran VOC Beserta Moralitas dan Ekonomi di Nusantara pada Abad
ke-18
Page 2
XIX karya A. Kardiyat Wiharyanto, ada beberapa sebab bubarnya VOC di Nusantara,
antara lain :
A. Sistem Monopoli VOC dengan akibat-akibat yang Merugikan
Tujuan VOC memonopoli perdagangan di Nusantara adalah untuk memperoleh
keuntungan sebesar-besarnya dan menekan kerugian sekecil mungkin. Karena VOC
merupakan sebuah persekutuan dagang yang terdiri dari para pedagang dan
pemegang saham, maka mereka sama sekali tidak memperhatikan kehidupan atau
membuat kebaikan bagi orang-orang pribumi. Sistem perdagangan yang demikian
justru melemahkan perdagangan dan kekuasaan Belanda di Nusantara. Akibat
pemerintah Belanda yang tidak memperhatikan nasib rakyat jajahan, maka penduduk
pribumi menjadi miskin dan sangat bodoh. Mereka tidak mampu untuk membeli
barang-barang yang produksi yang dijual oleh Belanda.
Orang-orang Belanda tersebut tidak dapat mengambil keuntungan dari praktik
perdagangannya sendiri, karena tidak dapat melakukan monopoli secara optimal
terhadap lawan dagangnya. Disisi lain, para pedagang yang berasal dari Arab dan
Inggris membanjiri pasar-pasar di Nusantara dengan menggunakan harga penjualan
yang murah, sehingga hal ini membuat perdagangan yang diadakan oleh Belanda
menjadi gagal. Pada pertengahan abad ke-18 barang-barang Belanda dijual dengan
harga yang lebih mahal di pasarnya sendiri. Jika kekuasaan Inggris semakin kuat di
India, maka mereka akan memperluas perdagangannya ke Nusantara. Sebelum abad
ke-18 berakhir, Belanda terpaksa mengakui bahwa sistem monopolinya telah gagal.2
B. Cara Kerja Yang Tidak Efektif dan Efisien
Pada awalnya VOC merupakan badan perdagangan yang tujuannya adalah untuk
kepentingan dagang semata. Ada bukti yang menunjukkan bahwa VOC adalah sebuah
usaha dagang, yaitu ketika VOC mendapatkan keuntungan yang secukupnya saja.
2 Clive Day, The Dutch in Java, Kuala Lumpur, Oxford University Press,1966
Kehancuran VOC Beserta Moralitas dan Ekonomi di Nusantara pada Abad
ke-18
Page 3
Tetapi setelah VOC berubah menjadi badan pemerintahan maka keuntungan yang
diperoleh VOC lebih besar dari yang sebelumnya. Karena dalam tubuh VOC sendiri
terdapat susunan-susunan pegawai yang kurang cakap dari segi moral, maka timbul
berbagai keburukan yang menyebabkan VOC mengalami kerugian besar. Banyak
pegawai dari dalam VOC yang memperkaya diri mereka dengan keuntungan dari
hasil monopoli tersebut. Dalam pengangkatan pegawai-pegawainya, tidak didasarkan
pada profesi dan keahliannya tetapi mereka diangkat sesuai keinginan dari para
pejabat VOC. Bahkan mereka cenderung memiliki jabatan ganda untuk mendapat gaji
yang lebih besar. Pegawai yang cakap, cukup pengetahuannya dan dapat dipercaya,
jarang terdapat, sekalipun diantara mereka, yang memegang jabatan tinggi. 3 Hal ini
yang menyebabkan pemerintahan VOC tidak dapat berjalan dengan baik.
Para pegawai yang kerjanya bagus hanya diberi gaji kecil, dan hanya diberi
kesempatan untuk memperoleh tambahan gaji secara tidak resmi. Akibatnya
terjadilah perdagangan pribadi dari pegawai yang paling rendah sampai Gubernur
Jenderal. Sementara para pegawai dan pejabat VOC memperoleh banyak penghasilan,
namun tak seperti halnya dengan rakyat jajahan. Bagi pejabat VOC yang terpenting
adalah bagaimana caranya agar bias menjalin persahabatan dengan raja-raja setempat
agar bisa mendapatkan monopoli perdagangan sebesar-besarnya. Hal tersebut
menyebabkan terjadinya berbagai peperangan antara VOC dengan penguasa
setempat. Dengan adanya perlawanan dan penaklukan daerah-daerah baru, hal ini
menyebabkan kas VOC semakin berkurang.
Di lain pihak, gaji yang rendah mendorong para pegawai VOC untuk melakukan
korupsi besar-besaran di pemerintahannya sendiri. Para pegawai VOC semakin
memperkaya dirinya dengan hasil korupsi, sementara keuntungan yang didapat VOC
hanya sedikit. Setelah pegawai-pegawai VOC tersebut puas dengan hasil kekayaan
3 HM Nasruddin Anshory Ch, Bangsa Inlander’ Potret Kolonialisme di Bumi
Nusantara, Yogyakarta: LKiS, 2008, hlm. 76
Kehancuran VOC Beserta Moralitas dan Ekonomi di Nusantara pada Abad
ke-18
Page 4
yang diperolehnya, barulah VOC mendapat bagian dari sisa-sisa keuntungan yang
telah dikorupsi tersebut.
C. Kemerosotan Perdagangan VOC
Sistem monopoli perdagangan yang dilakukan oleh VOC menjadikan kondisi
perekonomiannya memburuk. VOC mulai mengalami kemerosotan dengan sangat
hebat pada permulaan abad ke-18, ketika Belanda memperoleh kekuasaan yang
semakin luas di Nusantara. Sehingga kondisi tersebut menjadikan VOC beralih
kedalam perdagangan politik. Kekuasaan yang tidak terbatas tadi menjadi pokok
pangkal keruntuhan VOC. Jika pada masa tersebut VOC tetap teguh pada tujuan
awalnya yaitu untuk melakukan kegiatan perdagangan dengan sehat, maka uang
kasnya tidak akan habis untuk membiayai pemerintahan dan peperangan 4. Pada
pertengahan abad-18 kondisi Belanda di Jawa hampir gulur tikar karena kehabisan
kas Negara.
Untuk menyiasati kebangkrutan tersebut, maka Belanda meningkatkan usaha
pengangkutan dan menggalakkan simpanan untuk meningkatkan modal agar
mampu membiayai perdagangan Internasional. Dengan demikian uang VOC dapat
terkumpul kembali. Sistem pengangkutan dan simpanan yang dilakukan oleh
Belanda terhadap pribumi yaitu dengan menyuruh mereka untuk menjual hasil
tanaman-tanaman tertentu yang harga jualnya tinggi. Dengan begitu, hasil-hasil
tanaman dari rakyat pribumi akan dibayar dengan harga yang rendah oleh pihak
VOC. Pada masa tersebut, para pribumi terpaksa memberikan sebagian tanaman
mereka sebagai upeti.
Kegiatan upeti tersebut sangat menguntungkan bagi pihak VOC karena dapat
menambah keuntungan kasnya, namun dengan diadakannya sistem pembayaran
upeti tersebut semakin menjadikan rakyat pribumi bertambah benci terhadap pihak
VOC. Di pihak lain, barang-barang impor yang dimasukkan Belanda ke Nusantara
4 Ibid. hlm 95
Kehancuran VOC Beserta Moralitas dan Ekonomi di Nusantara pada Abad
ke-18
Page 5
seperti kain ternyata membuat rakyat pribumi tidak mampu untuk membeli
dikarenakan harga jual yang ditetapkan terlalu mahal. Akibatnya, perdagangan
Belanda semakin kecil sementara kekuasaan politik mereka semakin bertambah
besar.
D. Pembagian Keuntungan yang Mengecewakan terhadap Pemegang Saham
Dalam membagikan keuntungannya kepada para pemegang saham, VOC
melakukannya dengan tidak transparan. Hal ini terpaksa dilakukan VOC karena VOC
berusaha
untuk
mengembalikan
keadaan
perekonomiannya
sehingga
dapat
melepaskan diri dari kebangkrutannya. Dalam melakukan pembagian keuntungan
tersebut, kadang-kadang VOC memberikan keuntungan 50% dari modalnya disaat
kondisi perekonomian VOC sedang tidak menguntungkan. Kebijakan tersebut
menyebabkan para pemegang saham menyangka bahwa VOC adalah kongsi dagang
yang menguntungkan bagi penanam modal.5
Dalam tahun ke tahun, VOC mendapat sedikit sekali keuntungan dari yang
diperolehnya. Justru para pemegang saham tidak diberi apa-apa. Akibatnya, para
pemegang saham tersebut menganggap VOC sebagai penipu. Dengan memberikan
keuntungan yang besar terhadap para pemegang saham disaat keadaan VOC sedang
merugi, hal ini mengakibatkan hutang VOC semakin besar. Keadaan tersebut benarbenar membebani kondisi kas VOC. Kerugian yang mereka derita semakin
menjerumuskannya dalam hutang-hutang yang tak kunjung terbayarkan.
E. Besarnya Biaya untuk Menghadapi Perlawanan-Perlawanan Rakyat
Pada waktu keuntungan VOC semakin berkurang dan biaya pemerintahan semakin
bertambah, VOC harus menghadapi berbagai perlawanan dari pihak pribumi. Kondisi
keuangan Belanda yang paling rendah terjadi pada pertengahan abad ke-18.
Terjadinya peperangan antara VOC dengan Mataram, Banten, Makassar bahkan
5 A.Kardiyat, Sejarah Indonesia Madya Abad XVI-XIX, Yogyakarta: Penerbit
Universitas Sanata Dharma, 2006, hal 96
Kehancuran VOC Beserta Moralitas dan Ekonomi di Nusantara pada Abad
ke-18
Page 6
campur tanganBelanda didalam perebutan tahta di Mataram menyebabkan VOC
banyak mengeluarkan biaya.
Pada saat kondisi keuangan VOC sedang menurun dan biaya pemerintahan
semakin bertambah, VOC harus menghadapi perlawanan-perlawanan yang dilakukan
oleh rakyat pribumi. Perlawanan-perlawanan tersebut juga turut menguras kas VOC.
Kekuasaan mereka menjadi semakin lemah disamping melemahnya perdagangan
yang telah lebih dulu terjadi. Hal itu berkaitan dengan kebencian-kebencian dari
rakyat. Kebencian tersebut berakar dari tindakan kompeni yang semena-mena
terhadap kehidupan pribumi. VOC telah membuat orang pribumi sengsara karena
praktik monopolinya. Orang pribumi juga semakin bodoh dan terbelakang akibat
kemiskinan yang mendera.
Sebagai lembaga pemerintahan, VOC mempunyai norma dan aturan-aturan
yang harus ditaati oleh para pegawainya. Dari tingkat pegawai rendah hingga yang
menduduki jabatan tertinggi ikut serta mempengaruhi kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintahan VOC. Personel-personel VOC yang terdapat di asia sebagian besar
dalam kondisi mentalitas yang buruk. Tindakan nepotisme, ketidakjujuran serta
alkoholisme sudah tersebar luas dikalangan pemerintahan VOC.
Tak ada pilihan lain, karena semua karakteristik pegawai dan pemimpin VOC
sudah menjamur seperti itu. Maka tidak heran jika pemerintah Belanda menyita harta
VOC dikarenakan tindakan para pemerintahan VOC yang tidak bagus dalam
menjalankan kehidupan pemerintahannya. Kebiasaan buruk tersebut sudah disadari
oleh pihak VOC sendiri. Bahkan sejak tahun 1602 JP.Coen mengatakan bahwa
serdadu VOC tidak memiliki banyak pilihan hidup di surga tropis ini, jika tidak
terbunuh dalam suatu pertempuran , maka ia akan mati karena penyakit atau alkohol.
Kehancuran VOC Beserta Moralitas dan Ekonomi di Nusantara pada Abad
ke-18
Page 7
Pegawai
VOC akhirnya mengalami
keduanya.
Karena
sangat
buruk
harapan masa depan mereka, maka tidak heran sebagian besar dari mereka
mencari
pelarian
pada
kesenangan-kesenangan yang bersifat sekejap dan
keserkahan yang maksimal ( hedonistis ). Kondisi seperti ini sangat menunjukkan
bahwa mentalitas para pemerintah VOC memang sangat tidak bermutu. Kebobrokan
karakter yang dimiliki para pegawainya membuat pemerintahan mereka berantakan.
Meskipun pemerintah Belanda sudah menerapkan hukuman untuk
para
pegawai yang melakukan tindakan penyelewengan dana pada masa VOC, namun
tetap saja jiwa “korup” tersebut masih tertanam dari generasi ke generasi di dalam
pemerintahan VOC. Maka bukan suatu keanehan jika pada abad ke 18 korupsi
menjadi salah satu bencana besar yang akan memporak-porandakan VOC di
Nusantara.6
Kekuasaan dan monopoli perdagangan yang dilakukan VOC di Nusantara
tidak berjalan
dalam waktu yang lama. Setelah lebih dari satu setengah abad
melakukan politik perdagangan rempah-rempah di Nusantara, ternyata keuntungan
yang diperoleh VOC semakin hari semakin kecil, kasnya semakin menipis,
sedangkan anggaran belanja VOC semakin bertambah besar.
Walaupun beberapa usaha telah mereka lakukan untuk melakukan perbaikan
seperti yang dilakukan Gubernur Jendral Van Imhoff dengan Amfion Societietnya.
Tetap saja, masih banyak persoala yang tidak terselesaikan. Hal tersebut menjadikan
pemerintahan VOC semakin merosot. Hal itu juga berkaitan dengan kondisi politik di
Negeri Belanda sendiri.
3.Kondisi Politik Belanda Menjelang Keruntuhan VOC
6 Erlina Wiyanarti, Korupsi pada masa VOC dalam Artikel jurnal
internasional “Historia” :, diakses pada 09 Desember 2014
Kehancuran VOC Beserta Moralitas dan Ekonomi di Nusantara pada Abad
ke-18
Page 8
Menjelang akhir abad XVIII, Belanda mengalami pergolakan politik. Dalam
tahun delapan puluhan perang dengan Inggris menimbulkan kemerosotan pada
perdagangan VOC dan dalam tahun Sembilan puluhan Revolusi Prancis membawa
politik dan menempatkan Belanda di bawah hegemoni Prancis. Juga korupsi dalam
tubuh VOC merajalela. Pada Januari 1800 diambilalih oleh pemerintahan Bataafse
Republiek, VOC meninggalkan utang sebesar f.1347 juta. Sementara itu pusat
kedudukan dan daerah kekuasaan VOC jatuh ke tangan Inggris, termasuk Jawa yang
terakhir pada tahun 1811. Pengaruh besar dari pergolakan politik Eropa ialah berupa
perombakan politik colonial yang dijiwai oleh ideology Revolusi Prancis dan
liberalisme.7
Disisi lain terjadinya Perang Inggris IV (1780-1784) juga menyebabkan
kondisi VOC semakin memburuk.8 Perang tersebut melibatkan Prancis-BritaniaAmerika. Sementara itu, pihak Belanda sedang dalam penjajahan Prancis. Prancis
sendiri telah mengalami kekalahan dalam peperangan tersebut. Kondisi di negeri
Belanda sejak kekalahan kaisar Napoleon Bonaparte, kemudian dijadikan Kerajaan
Belanda (Het Koninkrijk der Nederlanden) dibawah kekuasaan keluarga raja-raja
Oranye yang mengalami pengaruh dari revolusi PerancisSeperti halnya di Negara
Perancis, banyak negara-negara di kawasan Eropa termasuk juga negeri Belanda yang
menginginkan untuk diterapkannya liberalisme.9
Mengetahui kondisi di Belanda yang seperti itu, maka VOC yang terdapat di
Nusantara meminta bantuan dari pemerintah negeri Belanda di Nusantara untuk
mendapatkan bantuan keuangan. Mengetahui hal tersebut, pemerintah negeri Belanda
kemudian melakukan penyelidikan terhadap kondisi di tubuh VOC dan berhasil
mengungkapkan kebangkrutan, skandal serta kesalahan dalam hal mengurusi
7 Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama,1999, hlm. 335.
8 MC Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern , Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 1989, hlm. 168.
9 HM Nasruddin Anshory Ch, op. cit, hlm. 84.
Kehancuran VOC Beserta Moralitas dan Ekonomi di Nusantara pada Abad
ke-18
Page 9
pemerintahan di tubuh VOC dalam berbagai segi. Peperangan demi peperangan
Napoleon di Eropa mengakibatkan perubahan pemerintahan di Nederland.
Pada saat itu, VOC ternyata sudah tidak lagi mampu untuk melunasi hutanghutangnya terhadap negeri Belanda sebesar 134 juta gulden. Itulah sebabnya pada
tanggal 1796 Heeren XVII dibubarkan dan pada 1 Januari 1800 secara resmi VOC
juga dibubarkan.
SIMPULAN
Kongsi dagang Hindia-Belanda VOC pada awalnya datang ke Nusantara
untuk menjalin perdagangan dengan masyarakat pribumi. Namun, seiring dengan
peningkatan keuntungan yang diperoleh pihak VOC menjadikan kongsi dagang
Belanda tersebut berambisi untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya dari
Nusantara. Mentalitas buruk yang dimiliki oleh para pegawai VOC menjadikan
monopoli dagangnya dijalankan secara tidak sehat. Banyak penyelewenganpenyelewengan yang dilakukan VOC untuk memperkaya para pegawainya tersebut.
Korupsi merupakan mentalitas utama yang dimiliki oleh para pegawai VOC maupun
petingginya. Mental yang buruk ini terus mengakar hingga generasi berikutnya dalam
pemerintahan VOC. Kemerosotan moralitas yang dimiliki para personil VOC
Kehancuran VOC Beserta Moralitas dan Ekonomi di Nusantara pada Abad
ke-18
Page 10
menjadikan pemerintahannya tidak berjalan dengan semestinya. Berbagai masalah
muncul hingga akhirnya kemerosotan-kemerosotan hadir menjelang keruntuhan
kongsi dagang Belanda tersebut. Ketika kehancuran mental sudah mengakar di dalam
sebuah organisasi maka bukan tidak mungkin organisasi tersebut akan hancur seiring
berjalannya waktu. Dan memang sudah terbukti jika mental “korup” di dalam tubuh
VOC menjadikan pemerintahannya tak dapat berjalan lama.
DAFTAR PUSTAKA
A.Kardiyat, Sejarah Indonesia Madya Abad XVI-XIX, Yogyakarta: Penerbit
Universitas Sanata Dharma
Clive Day, The Dutch in Java, Kuala Lumpur, Oxford University Press
Denys Lombard, Nusa Jawa Silang Budaya Batas-Batas Pembaratan 1, Jakarta,
Gramedia Pustaka Utama
HM Nasruddin Anshory Ch, Bangsa Inlander’ Potret Kolonialisme di Bumi
Nusantara, Yogyakarta: LKiS, 2008
M.C Ricklefs.2007.“Sejarah Indonesia Modern”,Yogyakarta: Universitas
Gajahmada Press
Jurnal
Erlina Wiyanarti, Korupsi pada masa VOC dalam Artikel jurnal internasional
“Historia” :, diakses pada 9 Desember 2014
Kehancuran VOC Beserta Moralitas dan Ekonomi di Nusantara pada Abad
ke-18
Page 11
Selama ini, sejarah telah mengenalkan masyarakat Indonesia tentang suatu
periodisasi dimana bercokolnya kekuasaan asing di suatu wilayah yang dinamakan
Nusantara. Nusantara yang dimaksud pada masa sekarang mencakup wilayah dari
Bangsa Indonesia. Kekuasaan dari bangsa asing tersebut perlahan-lahan telah
memecah belah kesatuan-kesatuan kerajaan yang telah berdiri sebelum abad ke-17.
Begitu kuatnya bangsa asing atau begitu lemahnya rasa persatuan dari kerajaankerajaan tersebut hingga menyebabkan begitu lamanya kekuasaan tersebut bercokol
di bumi Nusantara.
Ada beberapa bangsa asing yang diketahui telah singgah di kepulauan Nusantara.
Diantaranya yakni, Portugis, Spanyol, Belanda, dan Inggris. Dalam praktiknya,
Belanda lah yang berhasil menanamkan kekuasaannya selama kurang lebih tiga abad
khususnya di Pulau Jawa. Selama itu pula telah ada banyak hal yang dilakukan pihak
Belanda untuk mempertahankan kekuasaannya di tanah jajahan. Walau sebenarnya
tujuan utama mereka ke Nusantara adalah tuntutan ekonomi, mereka meraihnya
dengan menggunakan cara-cara politik kotor seperti Devide et Impera yang berhasil
memecah belah penguasa lokal.
Guna lebih menekankan keuntungannya di bidang ekonomi, pihak Belanda telah
membentuk suatu kongsi dagang yang bernama VOC. VOC (Vereenigde Oost
Indische Compagnie) atau “Serikat Perseroan Hindia Timur” didirikan pada tahun
1602 oleh sejumlah pedagang Bataaf yang bertugas mengawasi perdagangan Belanda
di Nusantara, Srilanka, dan kawasan yang merentang dari Tanjung Harapan hingga ke
Jepang.1 Setidaknya diwilayah-wilayah tersebut VOC melakukan monopoli
perdagangan terhadap saingan-saingan dagangnya.
1 Denys Lombard, Nusa Jawa Silang Budaya Batas-Batas Pembaratan 1, Jakarta,
Gramedia Pustaka Utama, 2008, hlm. 61
Pada tahun tersebut juga perseroan-perseroan dagang yang terdapat di Amsterdam
bergabung, disusul dengan perseroan yang berada di Zeeland, seiring penggabungan
dari perseroan-perseroan tersebut, maka mulai muncul berbagai perseroan dagang
yang lainnya di wilayah Belanda. VOC akhirnya disahkan oleh Staten-Generaal
Republik Kesatuan Tujuh Propinsi berdasarkan sebuah piagam yang juga
menerangkan berbagai hak ekseklusif
VOC. Pimpinan perseroan VOC tersebut
terdiri atas tujuh belas anggota yang disebut sebagai Heeren Zeventien. Serikat
dagang ini memiliki pengaruh yang luar biasa khususnya di Pulau Jawa. Sebab
mereka mendapat hak istimewa dari negeri Belanda untuk bisa mengembangkan
perdaganannya meskipun dengan cara yang licik.
Eksistensi kongsi dagang Belanda (VOC) di Nusantara tidaklah berjalan dalam
jangka waktu yang lama. Semakin hari keadaan VOC di Nusantara semakin
memburuk. Kecurangan demi kecurangan yang terjadi dalam tubuh VOC menjadikan
kongsi dagang tersebut semakin rapuh. Ditambah lagi hutang yang semakin
menumpuk terhadap Kerajaan Belanda tak mampu untuk mereka bayarkan. Seiring
dengan berbagai kemerosotan-kemerosotan serta kekosongan kas yang dialami oleh
VOC tersebut, maka pada 1 Januari tahun 1800 VOC resmi dibubarkan oleh Kerajaan
Belanda. Pemerintah Belanda-lah yang kelak akan menggantikan posisi mereka
sebagai penguasa di Nusantara.
2. Kondisi VOC di Nusantara Menjelang Keruntuhannya
Sejak permulaan berdirinya VOC di Nusantara, sudah menunjukkan bahwa
kongsi dagang Belanda tersebut tidak dapat menjalankan roda perdagangan dengan
baik. Walaupun telah mendapatkan hak octrooi dari Pemerintah Belanda untuk dapat
menguasai beberapa daerah layaknya sebuah negara, tetap saja VOC tidak dapat
mendapatkan keuntungan yang besar. Bahkan mereka tetap memiliki hutang-hutang
yang tak kunjung terbayarkan. Menurut buku Sejarah Indonesia Madya Abad XVI-
Kehancuran VOC Beserta Moralitas dan Ekonomi di Nusantara pada Abad
ke-18
Page 2
XIX karya A. Kardiyat Wiharyanto, ada beberapa sebab bubarnya VOC di Nusantara,
antara lain :
A. Sistem Monopoli VOC dengan akibat-akibat yang Merugikan
Tujuan VOC memonopoli perdagangan di Nusantara adalah untuk memperoleh
keuntungan sebesar-besarnya dan menekan kerugian sekecil mungkin. Karena VOC
merupakan sebuah persekutuan dagang yang terdiri dari para pedagang dan
pemegang saham, maka mereka sama sekali tidak memperhatikan kehidupan atau
membuat kebaikan bagi orang-orang pribumi. Sistem perdagangan yang demikian
justru melemahkan perdagangan dan kekuasaan Belanda di Nusantara. Akibat
pemerintah Belanda yang tidak memperhatikan nasib rakyat jajahan, maka penduduk
pribumi menjadi miskin dan sangat bodoh. Mereka tidak mampu untuk membeli
barang-barang yang produksi yang dijual oleh Belanda.
Orang-orang Belanda tersebut tidak dapat mengambil keuntungan dari praktik
perdagangannya sendiri, karena tidak dapat melakukan monopoli secara optimal
terhadap lawan dagangnya. Disisi lain, para pedagang yang berasal dari Arab dan
Inggris membanjiri pasar-pasar di Nusantara dengan menggunakan harga penjualan
yang murah, sehingga hal ini membuat perdagangan yang diadakan oleh Belanda
menjadi gagal. Pada pertengahan abad ke-18 barang-barang Belanda dijual dengan
harga yang lebih mahal di pasarnya sendiri. Jika kekuasaan Inggris semakin kuat di
India, maka mereka akan memperluas perdagangannya ke Nusantara. Sebelum abad
ke-18 berakhir, Belanda terpaksa mengakui bahwa sistem monopolinya telah gagal.2
B. Cara Kerja Yang Tidak Efektif dan Efisien
Pada awalnya VOC merupakan badan perdagangan yang tujuannya adalah untuk
kepentingan dagang semata. Ada bukti yang menunjukkan bahwa VOC adalah sebuah
usaha dagang, yaitu ketika VOC mendapatkan keuntungan yang secukupnya saja.
2 Clive Day, The Dutch in Java, Kuala Lumpur, Oxford University Press,1966
Kehancuran VOC Beserta Moralitas dan Ekonomi di Nusantara pada Abad
ke-18
Page 3
Tetapi setelah VOC berubah menjadi badan pemerintahan maka keuntungan yang
diperoleh VOC lebih besar dari yang sebelumnya. Karena dalam tubuh VOC sendiri
terdapat susunan-susunan pegawai yang kurang cakap dari segi moral, maka timbul
berbagai keburukan yang menyebabkan VOC mengalami kerugian besar. Banyak
pegawai dari dalam VOC yang memperkaya diri mereka dengan keuntungan dari
hasil monopoli tersebut. Dalam pengangkatan pegawai-pegawainya, tidak didasarkan
pada profesi dan keahliannya tetapi mereka diangkat sesuai keinginan dari para
pejabat VOC. Bahkan mereka cenderung memiliki jabatan ganda untuk mendapat gaji
yang lebih besar. Pegawai yang cakap, cukup pengetahuannya dan dapat dipercaya,
jarang terdapat, sekalipun diantara mereka, yang memegang jabatan tinggi. 3 Hal ini
yang menyebabkan pemerintahan VOC tidak dapat berjalan dengan baik.
Para pegawai yang kerjanya bagus hanya diberi gaji kecil, dan hanya diberi
kesempatan untuk memperoleh tambahan gaji secara tidak resmi. Akibatnya
terjadilah perdagangan pribadi dari pegawai yang paling rendah sampai Gubernur
Jenderal. Sementara para pegawai dan pejabat VOC memperoleh banyak penghasilan,
namun tak seperti halnya dengan rakyat jajahan. Bagi pejabat VOC yang terpenting
adalah bagaimana caranya agar bias menjalin persahabatan dengan raja-raja setempat
agar bisa mendapatkan monopoli perdagangan sebesar-besarnya. Hal tersebut
menyebabkan terjadinya berbagai peperangan antara VOC dengan penguasa
setempat. Dengan adanya perlawanan dan penaklukan daerah-daerah baru, hal ini
menyebabkan kas VOC semakin berkurang.
Di lain pihak, gaji yang rendah mendorong para pegawai VOC untuk melakukan
korupsi besar-besaran di pemerintahannya sendiri. Para pegawai VOC semakin
memperkaya dirinya dengan hasil korupsi, sementara keuntungan yang didapat VOC
hanya sedikit. Setelah pegawai-pegawai VOC tersebut puas dengan hasil kekayaan
3 HM Nasruddin Anshory Ch, Bangsa Inlander’ Potret Kolonialisme di Bumi
Nusantara, Yogyakarta: LKiS, 2008, hlm. 76
Kehancuran VOC Beserta Moralitas dan Ekonomi di Nusantara pada Abad
ke-18
Page 4
yang diperolehnya, barulah VOC mendapat bagian dari sisa-sisa keuntungan yang
telah dikorupsi tersebut.
C. Kemerosotan Perdagangan VOC
Sistem monopoli perdagangan yang dilakukan oleh VOC menjadikan kondisi
perekonomiannya memburuk. VOC mulai mengalami kemerosotan dengan sangat
hebat pada permulaan abad ke-18, ketika Belanda memperoleh kekuasaan yang
semakin luas di Nusantara. Sehingga kondisi tersebut menjadikan VOC beralih
kedalam perdagangan politik. Kekuasaan yang tidak terbatas tadi menjadi pokok
pangkal keruntuhan VOC. Jika pada masa tersebut VOC tetap teguh pada tujuan
awalnya yaitu untuk melakukan kegiatan perdagangan dengan sehat, maka uang
kasnya tidak akan habis untuk membiayai pemerintahan dan peperangan 4. Pada
pertengahan abad-18 kondisi Belanda di Jawa hampir gulur tikar karena kehabisan
kas Negara.
Untuk menyiasati kebangkrutan tersebut, maka Belanda meningkatkan usaha
pengangkutan dan menggalakkan simpanan untuk meningkatkan modal agar
mampu membiayai perdagangan Internasional. Dengan demikian uang VOC dapat
terkumpul kembali. Sistem pengangkutan dan simpanan yang dilakukan oleh
Belanda terhadap pribumi yaitu dengan menyuruh mereka untuk menjual hasil
tanaman-tanaman tertentu yang harga jualnya tinggi. Dengan begitu, hasil-hasil
tanaman dari rakyat pribumi akan dibayar dengan harga yang rendah oleh pihak
VOC. Pada masa tersebut, para pribumi terpaksa memberikan sebagian tanaman
mereka sebagai upeti.
Kegiatan upeti tersebut sangat menguntungkan bagi pihak VOC karena dapat
menambah keuntungan kasnya, namun dengan diadakannya sistem pembayaran
upeti tersebut semakin menjadikan rakyat pribumi bertambah benci terhadap pihak
VOC. Di pihak lain, barang-barang impor yang dimasukkan Belanda ke Nusantara
4 Ibid. hlm 95
Kehancuran VOC Beserta Moralitas dan Ekonomi di Nusantara pada Abad
ke-18
Page 5
seperti kain ternyata membuat rakyat pribumi tidak mampu untuk membeli
dikarenakan harga jual yang ditetapkan terlalu mahal. Akibatnya, perdagangan
Belanda semakin kecil sementara kekuasaan politik mereka semakin bertambah
besar.
D. Pembagian Keuntungan yang Mengecewakan terhadap Pemegang Saham
Dalam membagikan keuntungannya kepada para pemegang saham, VOC
melakukannya dengan tidak transparan. Hal ini terpaksa dilakukan VOC karena VOC
berusaha
untuk
mengembalikan
keadaan
perekonomiannya
sehingga
dapat
melepaskan diri dari kebangkrutannya. Dalam melakukan pembagian keuntungan
tersebut, kadang-kadang VOC memberikan keuntungan 50% dari modalnya disaat
kondisi perekonomian VOC sedang tidak menguntungkan. Kebijakan tersebut
menyebabkan para pemegang saham menyangka bahwa VOC adalah kongsi dagang
yang menguntungkan bagi penanam modal.5
Dalam tahun ke tahun, VOC mendapat sedikit sekali keuntungan dari yang
diperolehnya. Justru para pemegang saham tidak diberi apa-apa. Akibatnya, para
pemegang saham tersebut menganggap VOC sebagai penipu. Dengan memberikan
keuntungan yang besar terhadap para pemegang saham disaat keadaan VOC sedang
merugi, hal ini mengakibatkan hutang VOC semakin besar. Keadaan tersebut benarbenar membebani kondisi kas VOC. Kerugian yang mereka derita semakin
menjerumuskannya dalam hutang-hutang yang tak kunjung terbayarkan.
E. Besarnya Biaya untuk Menghadapi Perlawanan-Perlawanan Rakyat
Pada waktu keuntungan VOC semakin berkurang dan biaya pemerintahan semakin
bertambah, VOC harus menghadapi berbagai perlawanan dari pihak pribumi. Kondisi
keuangan Belanda yang paling rendah terjadi pada pertengahan abad ke-18.
Terjadinya peperangan antara VOC dengan Mataram, Banten, Makassar bahkan
5 A.Kardiyat, Sejarah Indonesia Madya Abad XVI-XIX, Yogyakarta: Penerbit
Universitas Sanata Dharma, 2006, hal 96
Kehancuran VOC Beserta Moralitas dan Ekonomi di Nusantara pada Abad
ke-18
Page 6
campur tanganBelanda didalam perebutan tahta di Mataram menyebabkan VOC
banyak mengeluarkan biaya.
Pada saat kondisi keuangan VOC sedang menurun dan biaya pemerintahan
semakin bertambah, VOC harus menghadapi perlawanan-perlawanan yang dilakukan
oleh rakyat pribumi. Perlawanan-perlawanan tersebut juga turut menguras kas VOC.
Kekuasaan mereka menjadi semakin lemah disamping melemahnya perdagangan
yang telah lebih dulu terjadi. Hal itu berkaitan dengan kebencian-kebencian dari
rakyat. Kebencian tersebut berakar dari tindakan kompeni yang semena-mena
terhadap kehidupan pribumi. VOC telah membuat orang pribumi sengsara karena
praktik monopolinya. Orang pribumi juga semakin bodoh dan terbelakang akibat
kemiskinan yang mendera.
Sebagai lembaga pemerintahan, VOC mempunyai norma dan aturan-aturan
yang harus ditaati oleh para pegawainya. Dari tingkat pegawai rendah hingga yang
menduduki jabatan tertinggi ikut serta mempengaruhi kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintahan VOC. Personel-personel VOC yang terdapat di asia sebagian besar
dalam kondisi mentalitas yang buruk. Tindakan nepotisme, ketidakjujuran serta
alkoholisme sudah tersebar luas dikalangan pemerintahan VOC.
Tak ada pilihan lain, karena semua karakteristik pegawai dan pemimpin VOC
sudah menjamur seperti itu. Maka tidak heran jika pemerintah Belanda menyita harta
VOC dikarenakan tindakan para pemerintahan VOC yang tidak bagus dalam
menjalankan kehidupan pemerintahannya. Kebiasaan buruk tersebut sudah disadari
oleh pihak VOC sendiri. Bahkan sejak tahun 1602 JP.Coen mengatakan bahwa
serdadu VOC tidak memiliki banyak pilihan hidup di surga tropis ini, jika tidak
terbunuh dalam suatu pertempuran , maka ia akan mati karena penyakit atau alkohol.
Kehancuran VOC Beserta Moralitas dan Ekonomi di Nusantara pada Abad
ke-18
Page 7
Pegawai
VOC akhirnya mengalami
keduanya.
Karena
sangat
buruk
harapan masa depan mereka, maka tidak heran sebagian besar dari mereka
mencari
pelarian
pada
kesenangan-kesenangan yang bersifat sekejap dan
keserkahan yang maksimal ( hedonistis ). Kondisi seperti ini sangat menunjukkan
bahwa mentalitas para pemerintah VOC memang sangat tidak bermutu. Kebobrokan
karakter yang dimiliki para pegawainya membuat pemerintahan mereka berantakan.
Meskipun pemerintah Belanda sudah menerapkan hukuman untuk
para
pegawai yang melakukan tindakan penyelewengan dana pada masa VOC, namun
tetap saja jiwa “korup” tersebut masih tertanam dari generasi ke generasi di dalam
pemerintahan VOC. Maka bukan suatu keanehan jika pada abad ke 18 korupsi
menjadi salah satu bencana besar yang akan memporak-porandakan VOC di
Nusantara.6
Kekuasaan dan monopoli perdagangan yang dilakukan VOC di Nusantara
tidak berjalan
dalam waktu yang lama. Setelah lebih dari satu setengah abad
melakukan politik perdagangan rempah-rempah di Nusantara, ternyata keuntungan
yang diperoleh VOC semakin hari semakin kecil, kasnya semakin menipis,
sedangkan anggaran belanja VOC semakin bertambah besar.
Walaupun beberapa usaha telah mereka lakukan untuk melakukan perbaikan
seperti yang dilakukan Gubernur Jendral Van Imhoff dengan Amfion Societietnya.
Tetap saja, masih banyak persoala yang tidak terselesaikan. Hal tersebut menjadikan
pemerintahan VOC semakin merosot. Hal itu juga berkaitan dengan kondisi politik di
Negeri Belanda sendiri.
3.Kondisi Politik Belanda Menjelang Keruntuhan VOC
6 Erlina Wiyanarti, Korupsi pada masa VOC dalam Artikel jurnal
internasional “Historia” :, diakses pada 09 Desember 2014
Kehancuran VOC Beserta Moralitas dan Ekonomi di Nusantara pada Abad
ke-18
Page 8
Menjelang akhir abad XVIII, Belanda mengalami pergolakan politik. Dalam
tahun delapan puluhan perang dengan Inggris menimbulkan kemerosotan pada
perdagangan VOC dan dalam tahun Sembilan puluhan Revolusi Prancis membawa
politik dan menempatkan Belanda di bawah hegemoni Prancis. Juga korupsi dalam
tubuh VOC merajalela. Pada Januari 1800 diambilalih oleh pemerintahan Bataafse
Republiek, VOC meninggalkan utang sebesar f.1347 juta. Sementara itu pusat
kedudukan dan daerah kekuasaan VOC jatuh ke tangan Inggris, termasuk Jawa yang
terakhir pada tahun 1811. Pengaruh besar dari pergolakan politik Eropa ialah berupa
perombakan politik colonial yang dijiwai oleh ideology Revolusi Prancis dan
liberalisme.7
Disisi lain terjadinya Perang Inggris IV (1780-1784) juga menyebabkan
kondisi VOC semakin memburuk.8 Perang tersebut melibatkan Prancis-BritaniaAmerika. Sementara itu, pihak Belanda sedang dalam penjajahan Prancis. Prancis
sendiri telah mengalami kekalahan dalam peperangan tersebut. Kondisi di negeri
Belanda sejak kekalahan kaisar Napoleon Bonaparte, kemudian dijadikan Kerajaan
Belanda (Het Koninkrijk der Nederlanden) dibawah kekuasaan keluarga raja-raja
Oranye yang mengalami pengaruh dari revolusi PerancisSeperti halnya di Negara
Perancis, banyak negara-negara di kawasan Eropa termasuk juga negeri Belanda yang
menginginkan untuk diterapkannya liberalisme.9
Mengetahui kondisi di Belanda yang seperti itu, maka VOC yang terdapat di
Nusantara meminta bantuan dari pemerintah negeri Belanda di Nusantara untuk
mendapatkan bantuan keuangan. Mengetahui hal tersebut, pemerintah negeri Belanda
kemudian melakukan penyelidikan terhadap kondisi di tubuh VOC dan berhasil
mengungkapkan kebangkrutan, skandal serta kesalahan dalam hal mengurusi
7 Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama,1999, hlm. 335.
8 MC Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern , Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 1989, hlm. 168.
9 HM Nasruddin Anshory Ch, op. cit, hlm. 84.
Kehancuran VOC Beserta Moralitas dan Ekonomi di Nusantara pada Abad
ke-18
Page 9
pemerintahan di tubuh VOC dalam berbagai segi. Peperangan demi peperangan
Napoleon di Eropa mengakibatkan perubahan pemerintahan di Nederland.
Pada saat itu, VOC ternyata sudah tidak lagi mampu untuk melunasi hutanghutangnya terhadap negeri Belanda sebesar 134 juta gulden. Itulah sebabnya pada
tanggal 1796 Heeren XVII dibubarkan dan pada 1 Januari 1800 secara resmi VOC
juga dibubarkan.
SIMPULAN
Kongsi dagang Hindia-Belanda VOC pada awalnya datang ke Nusantara
untuk menjalin perdagangan dengan masyarakat pribumi. Namun, seiring dengan
peningkatan keuntungan yang diperoleh pihak VOC menjadikan kongsi dagang
Belanda tersebut berambisi untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya dari
Nusantara. Mentalitas buruk yang dimiliki oleh para pegawai VOC menjadikan
monopoli dagangnya dijalankan secara tidak sehat. Banyak penyelewenganpenyelewengan yang dilakukan VOC untuk memperkaya para pegawainya tersebut.
Korupsi merupakan mentalitas utama yang dimiliki oleh para pegawai VOC maupun
petingginya. Mental yang buruk ini terus mengakar hingga generasi berikutnya dalam
pemerintahan VOC. Kemerosotan moralitas yang dimiliki para personil VOC
Kehancuran VOC Beserta Moralitas dan Ekonomi di Nusantara pada Abad
ke-18
Page 10
menjadikan pemerintahannya tidak berjalan dengan semestinya. Berbagai masalah
muncul hingga akhirnya kemerosotan-kemerosotan hadir menjelang keruntuhan
kongsi dagang Belanda tersebut. Ketika kehancuran mental sudah mengakar di dalam
sebuah organisasi maka bukan tidak mungkin organisasi tersebut akan hancur seiring
berjalannya waktu. Dan memang sudah terbukti jika mental “korup” di dalam tubuh
VOC menjadikan pemerintahannya tak dapat berjalan lama.
DAFTAR PUSTAKA
A.Kardiyat, Sejarah Indonesia Madya Abad XVI-XIX, Yogyakarta: Penerbit
Universitas Sanata Dharma
Clive Day, The Dutch in Java, Kuala Lumpur, Oxford University Press
Denys Lombard, Nusa Jawa Silang Budaya Batas-Batas Pembaratan 1, Jakarta,
Gramedia Pustaka Utama
HM Nasruddin Anshory Ch, Bangsa Inlander’ Potret Kolonialisme di Bumi
Nusantara, Yogyakarta: LKiS, 2008
M.C Ricklefs.2007.“Sejarah Indonesia Modern”,Yogyakarta: Universitas
Gajahmada Press
Jurnal
Erlina Wiyanarti, Korupsi pada masa VOC dalam Artikel jurnal internasional
“Historia” :, diakses pada 9 Desember 2014
Kehancuran VOC Beserta Moralitas dan Ekonomi di Nusantara pada Abad
ke-18
Page 11