Belajar Disiplin dari Cara Orang Jepang

Belajar Disiplin dari Cara Orang Jepang
Mengolah Sampah

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah:
Bahasa Indonesia

Diyah Fitri Rakhmawati
2302411036

Pendidikan Bahasa Jepang
Fakultas Bahasa dan Seni
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah sampah di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang kompleks. Selain
karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat Indonesia dalam membuang
sampah yang kurang baik pula yang menyebabkan masalah sampah tak kunjung usai, malah

semakin bertambah. Sebagai dampaknya, banyak masalah yang ditimbulkan dari sampah di
Indonesia, seperti lingkungan kotor yang tidak enak dipandang, bau menyengat, masalah
kesehatan, sampai dengan masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan. Sehingga butuh
partisipasi dari berbagai pihak untuk menangani masalah ini.
Menurut Nasir (2010), persoalan sampah mungkin menjadi masalah tanpa solusi bagi
negara-negara berkembang, namun tidak bagi negara maju seperti di Jepang yang
mempunyai aturan mengenai tempat pengolahan sampah terpadu yang tersedia di daerah
tersebut. Secara umum, cara pemisahan sampah di Jepang adalah sistem 3R, yakni
mengurangi semaksimal mungkin arus sampah menuju TPA (reduce), memanfaatkan kembali
barang-barang yang masih bisa digunakan (reuse), dan mendaur ulang material tertentu
(recycle).
1.2 Identifikasi Masalah
- Permasalahan sampah di Indonesia
- Bagaimana pengolahan sampah di Jepang?
- Bisakah kita mengambil hikmah dari pengolahan sampah di Jepang?
1.3 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah :
- Membandingkan dan mempelajari pengelolaan sampah di kedua negara
- Memberi informasi tentang bagaimana pengelolaan sampah di Jepang
1.4 Manfaat

Manfaat dari dibuatnya makalah ini adalah :
- Memberi wawasan pengelolaan sampah di negara Jepang
- Mengambil sisi positif dari pengelolaan sampah di negara Jepang

BAB II
PEMBAHASAN
Seiring dengan berkembangnya suatu negara, ada masalah krusial yang selalu
menyertainya, salah satunya adalah masalah sampah. Hal ini tidak hanya berlaku di Indonesia

saja. Semua negara di dunia mengalami masalah sampah, hanya saja masing-masing negara
menangani masalah sampah dengan cara yang berbeda-beda. Untuk menanganinya diperlukan
koordinasi yang baik dari individu, keluarga, masyarakat, institusi pemerintah, lembaga
penelitian sampai lembaga pendidikan.
Saat ini, di Indonesia sendiri sampah menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan
hidup di Indonesia. Bila tidak dikelola dengan baik, beberapa tahun mendatang sekitar 250 juta
rakyat Indonesia akan hidup bersama tumpukan sampah. Kebaradaan sampah di Indonesia tidak
dapat dibiarkan dan harus segera dicarikan solusi agar tidak menimbulkan masalah lingkungan.
Produksi sampah di Indonesia untuk setiap rumah tangga menghasilkan dua liter sampah setiap
harinya.
Oleh karena itu, tidak ada salahnya jika kita memperhatikan cara pengelolaan sampah di

negara maju, seperti Jepang. Hal ini karena orang Jepang terkenal sangat serius menangani
sampah. Di banding negara maju lainnya, masyarakat Jepang memang paling unggul dalam
mengelola sampah, khususnya sampah rumah tangga. Disiplin dan teratur sepertinya telah
menjadi darah daging bagi orang Jepang. Dan mungkin hal ini pula yang menjadi salah satu
penyebab majunya negara ini sejajar denga bangsa-bangsa di Eropa.
Peraturan buang sampah di Jepang memang agak rumit. Pembuangan sampah di Jepang
memang

benar-benar

memakai

konsep

3R

yaitu Reduce (mengurangi

produksi


sampah), Reuse ( menggunakan kembali sampah yang ada) dan Recycle (mengubah sampah
menjadi barang baru). Secara prinsip, sampah dibagi dalam empat jenis, yaitu :
1. Moeru gomi (sampah yang dapat dibakar) misalnya : kertas, kertas pembungkus
makanan, tissue, plastic, sisa makanan, dan sampah dapur.
2. Moenai gomi (sampah yang tidak dapat dibakar) misalnya : potongan logam (egnails;
sendok; garpu; dsb), periuk rusak, plastik, kaca, kaleng, dan botol
3. Sodai Gomi (sampah besar) misalnya : perabot rumah tangga, barang elektronik rumah
tangga, sepeda, dll.
4. Shigen gomi (sampah yang bisa didaur ulang) misalnya : kaleng bekas, botol bekas,
Koran bekas,
Di setiap rumah, sampah harus dicuci bersih dan mulai dipisahkan menurut 8 jenis, yaitu :
1) Sampah dapur yang bisa dijadikan pupuk
2) Kertas : buku, kotak karton bekas barang, karton minuman, dll.
3) Besi dan aluminium : kaleng minuman,alat dapur dari besi, alat makan, dll.
4) Plastik : plastik botol,pastik tas belanja, mainan anak-anak, dll.
5) Sampah yang mengandung bahan kimia, seperti batu baterai dan termometer
6) Kaca : bola lampu,piring,gelas dan alat rumah tangga lain.
7) Minyak goreng yang dibuang harus dimasukkan kedalam botol.
8) Kain : baju, bantal, sprei, dll.


Sudah menjadi kebiasaan orang Jepang yaitu mereka membuang sampahnya dengan rapi.
Sampah-sampah dibungkus dengan kantung plastic transparan ( tidak gelap ). Setiap daerah
menerbitkan kantong plastik yang warnanya berbeda beda dan tertulis nama daerahnya. Jika
dibuang di daerah lain tidak akan diangkut oleh petugas. Sampah kertas dibuang dalam wadah
kertas seperti kantung kertas bekas belanjaan. Buku-buku bekas atau Koran mereka ikat dengan
apik, dan lain sebagainya. Kebiasaan ini membuat tempat-tempat sampah di Jepang bebas dari
bau.
Setelah dipisahkan menurut jenisnya masing-masing, sampah akan diambil oleh petugas
sampah. Hari pembuangan untuk masing-masing sampah berbeda, sehingga tidak ada sampah
yang menumpuk. Jadwal membuang sampah di Jepang diterbitkan oleh masing masing
pemerintah daerah setahun sekali berlaku dari bulan April sampai Maret tahun berikutnya.
Masing masing daerah memiliki jadwal yang berbeda beda sehingga tidak akan tabrakan. Jadwal
ini sangat penting karena menjadi salah satu patokan dalam membuang sampah di Jepang.
Jangan sampai salah hari karena tidak akan diangkut. Tak heran kondisi lingkungan disana selalu
bersih.
Ada juga beberapa aturan untuk sampah berukuran besar (Sodai gomi). Banyak juga barangbarang besar yang dibuang bukan dalam kondisi rusak tapi misalnya karena sudah dianggap
furui (tua) atau modelnya sudah kuno (out of date). Ada banyak faktor, di antaranya tentu karena
tingkat ekonomi masyarakat (daya beli) yang relatif cukup tinggi. Lebih dari itu jika barangbarang itu sudah rusak, ongkos perbaikannya umumnya juga sangat mahal.
Sampah kategori ini mungkin yang paling menarik baik dilihat dari jenis barang maupun
prosedur membuangnya. Yang menarik dari prosedur membuang itu adalah kewajiban membayar

setiap item dari semua barang yang akan dibuang. Misalnya saja sampah televisi sekitar 1000
yen atau 100 ribu rupiah, kulkas sekitar 3000 yen atau 300 ribu rupiah dan sampah mobil bisa
mencapai 10.000 yen atau sekitar 1 juta rupiah. Kemudian menghubungi petugas sampah, dan
membuat perjanjian kapan sampah akan diambil. Atau dengan cara membawa sendiri sampah
besarnya ke tempat fasilitas pembuangan sampah besar yang disebut Shigenka Center atau Gomi
Centa pada jam kerja.
Lokasi tempat membuang sampah juga diatur per daerah. Dan setiap daerah tersebut
memiliki pusat pengolahan sampah masing-masing yang dikenal dengan nama Kurin Senta atau
Clean Center. Di Indonesia kita kenal dengan istilah Tempat Pembuangan Akhir atau TPA. Tapi
ada perbedaan yang mencolok antara TPA di Indonesia dan di Jepang. TPA di Indonesia identik
dengan sampah yang jumlahnya menggunung dan bau yang tidak sedap. Sedangkan di Jepang,
Kurin Senta berbentuk gedung perkantoran yang mempunyai tower. Jadi bagus dan jauh dari
kesan jorok.
Sistem daur ulang di Jepang menganut dua langkah dasar. Pertama, pemisahan material dan
pengumpulan. Kedua, pemrosesan dan daur ulang sampah. Di Kurin Senta, sampah-sampah
dimasukkan ke tempat pembakaran. Timbunan sampah yang berasal dari sisa-sisa makanan,
kotoran dapur, dimasukkan ke dalam sebuah tempat penampungan besar. Ada bungkus tahu, sisa
tulang ikan, dan aneka makanan sisa lainnya dimasukkan ke tempat itu. Dari situ, sampah
dimasukkan ke tempat pembakaran dan kemudian dibakar.


Hal yang menarik adalah ternyata ampas dari sampah-sampah tersebut bisa dimanfaatkan
menjadi “cone-block” untuk lapisan jalanan. Selain bermanfaat untuk membuat cone-block,
pembakaran sampah di Jepang juga dapat menjadi salah satu sumber daya penghasil listrik.
Sementara untuk cairan dari sampah basah, pusat pengolahan tersebut memiliki mesin
penyulingan air yang fungsinya membersihkan air dari sampah, sebelum kemudian dialirkan
kembali ke sungai.
Begitulah kira-kira mereka mengatur pemisahan sampah dan cara pembuangannya sejak awal
pengelolaannya. Hampir semua item dari A sampai Z sudah disebutkan dan diklasifikasikan
dalam daftar yang dibukukan lengkap dengan petunjuk pembuangannya. Selain buku berisi
daftar jenis sampah dan petunjuknya, pemerintah kota juga selalu mengeluarkan poster dan
kalender khusus yang mengatur semua jadwal pembuangan sampah setiap tahunnya. Paket
berupa buku, poster dan kalender ini dibagikan kepada seluruh warga untuk memudahkan warga
kota

mengingat

berbagai

jenis


dan

jadwal

pembuangan

sampahnya.

Jika dibandingkan dengan Indonesia memang tidak bisa atau terlalu jauh untuk dibandingkan,
karena semuanya masih dijadikan sampah urug (Land-fill Waste). Secara teoritis adalah Sanitary
Land-fill, namun cara kuno ini pun hampir tidak ada yang berjalan dengan baik. Lebih dari itu,
warga pun bisa membuang sampah kapan saja. Masih lebih baik kalau membuang sampahnya itu
di tempat yang benar atau pada tempat yang disediakan, banyak yang masih di mana saja dan
sering pula di sungai-sungai yang mengalir dalam kota. Wajar saja tidak satu pun sungai di dalam
kota

yang

bersih


airnya

dan

bahkan

menimbulkan

bau

tak

sedap.

Itu baru kekeliruan proses pembuangannya karena belum adanya kesadaran dan kejelasan
pengaturannya, belum lagi kelemahan dari proses pengolahannya. Di negeri kita, kenyataan
sebenarnya yang terjadi bukanlah mengolah sampah, namun hanya "mengangkut" atau
"menimbun" sampah karena sampah-sampah itu hanya dibawa dan ditumpuk dari tempat-tempat
pembuangan sementara (TPS) di kota ke tempat pembuangan akhir (TPA). Akibatnya, sampah
dengan segala jenisnya yang bercampur itu menumpuk berpuluh-puluh meter ketinggiannya

hingga mengundang bahaya tersendiri. Lebih parahnya lagi, soal "mengangkutnya" saja, selain
selalu tertunda berhari-hari, juga tidak pernah bisa terangkut semuanya. Wajar saja sampah
menjadi pemandangan biasa yang menghiasi wajah kota-kota kita setiap hari.
Akan tetapi, baru-baru ini telah dibangun Bank Sampah yang dipelopori oleh masyarakat
Dusun Bandegan, Bantul, D.I. Yogyakarta. Bank Sampah diklaim sebagai pertama dan satusatunya di dunia. Bank ini mempunyai sistem hampir mirip dengan bank yang sebenarnya.
Perbedaannya adalah nasabah tidak menabungkan uang, melainkan menabung sampah yang
sudah dikelompokkan sesuai jenisnya. Di Bank Sampah ini juga sampah-sampah akan diolah dan
didaur ulang menjadi barang yang bisa dipakai lagi.
Hingga kini sudah ada 250 Bank Sampah di seluruh kabupaten dan kota di Indonesia.
Keberadaan Bank Sampah, untuk sementara diutamakan di kota-kota peraih Adipura. Dan oleh

pemerintah, pembangunan Bank Sampah akan diperbanyak lagi agar mampu menekan volume
sampah.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

Pengelolaan sampah di negara maju seperti Jepang dikelola sangat teratur dan detil. Tidak
heran jika setiap sudut kota di negara ini bebas dari sampah-sampah yang berserakan.
Pemerintah Jepang menangani permasalahan sampah dengan cara :

-

Pemakaian bahan pembungkus makanan / kemasan produk yang mudah terurai
Mendaur ulang sampah menjadi peralatan / barang yang lebih berguna.
Mengolah sampah menjadi pupuk organik.
Peran pemerintah dalam menetapkan peraturan yang berkelanjutan.
Menyediakan tempat pembuangan sampah, diberbagai pemukiman dan tempat umum.
Menyadarkan generasi muda Jepang tentang etika, bahaya dan efek buruk sampah

-

melalui jalur pendidikan sejak dini.
Membuat program edukasi bagi setiap elemen masyarakat seperti, membagikan buku,

-

poster, brosur, dan kalender tentang sampah kepada masyarakat maupun orang asing.
Tidak pernah putus asa dalam melakukan sosialisasi pengelolaan sampah.

Memang kita tidak bisa begitu saja mengaplikasikan cara seperti ini di Indonesia. Tetapi,
paling tidak kita mempunyai kesadaran diri untuk menjaga kebersihan lingkungan dengan
memperhatikan hal-hal kecil seperti sampah, barang yang tidak berguna. Dan jika tepat
pengolahannya tidak akan menimbulkan masalah yang fatal seperti di Indonesia. Mulailah
dengan

kesadaran

DAFTAR PUSTAKA

dari

diri

sendiri,

setelah

itu

berbagilah

dengan

orang

lain.