Individu Masyarakat dan Negara pada
Individu,
Masyarakat dan
Negara
M. Zulianto, S.Pd, M.Pd
Tujuan Pembelajaran:
1.Mampu menjelaskan hubungan antara individu
dan masyarakat dalam pandangan Pancasila dan
memahami kehidupan bermasyarakat
2.Menjelaskan pengertian struktur, pranata, dan
proses sosial budaya
3.Menjelaskan prinsip dari sistem pemerintahan
Indonesia
4.Menjelaskan sumber-sumber hukum yang berlaku
di suatu Negara
5.Menjelaskan mengapa hukum diperlukan dalam
suatu masyarakat
6.Mengidentifikasi hak-hak dan kewajiban warga
negara di dalam UUD 1945
setiap
orang
dilahirkan
sebagai
makhluk
individu
&
Individu
Masyarakat
Manusia selaku individu mempunyai 3 naluri yaitu:
1.Naluri beragama
2.Naluri mempertahankan diri
3.Naluri melestarikan jenisnya
Setiap individu pasti merasakan bahwa dirinya
lebih lemah dari sesuatu.Sesuatu yang lebih
agung dan pantas untuk dipuja.
Ini merupakan suatu bentuk dari pemenuhan
naluri beragama.
Naluri mempertahankan diri.
Rasa takut, cinta kepada
harta, cinta kepada
kedudukan
Naluri untuk mempertahankan keturunan, menuntut adanya
kebutuhan akan rasa aman (safety need) baik dari gangguan cuaca
yang tidak nyaman binatang liar atau manusia lain.
Manusia selaku makhluk sosial
Walaupun individu adalah satuan yang berdiri sendiri
dan memiliki kemampuan serta kebutuhan yang
tersendiri pula, namun dalam usaha memenuhi
kebutuhan dan mengembangkan kemampuan yang
dimilikinya tidak dapat sendiri. Ia selalu membutuhkan
individu lain. Ketergantungan individu terhadap individu
lain sangat tinggi. Sejak ia dilahirkan sampai meninggal
membutuhkan bantuan orang lain.
Masyarakat
Masyarakat, dalam Bahasa Inggris disebut society
artinya sekelompok manusia yang hidup bersama,
saling berhubungan dan mempengaruhi, seting terikat
satu sama lain sehingga melahirkan kebudayaan yang
sama.
Menurut Soejono Soekanto (1987) beberapa ciri masyarakat
perkotaan yang menonjol adalah:
1)Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan
pedesaan Hal ini disebabkan adanya cara berpikir yang rational,
yang berdasarkan pada perhitungan-perhitungan eksak;
2)Orang kota umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus
tergantung pada orang lain;
3)Pembagian kerja lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang
nyata
4)Kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan lebih banyak
diperoleh dari pada warga desa;
5)Jalan pikiran yang rational menyebabkan interaksi sosial berdasar
kepentingan dari pada faktor pribadi;
6)Jalan kehidupan yang cepat mengakibatkan pentingnya faktor
waktu; dan
7)Perubahan sosial tampak jelas dan cepat sebagai akibat
terbukanya pengaruh dari luar.
Status dan Peran Individu dalam masyarakat
Setiap individu harus berperilaku atau berperan
sesuai dengan kedudukannya agar ia dapat diterima
dan diakui keberadaannya: Karena setiap organisasi
mempunyai aturan sendiri, maka sanksi yang
diberikan oleh setiap organisasi kepada anggota
yang melanggarpun berbeda pula. Sanksi ini
bertujuan untuk menjaga keutuhan, keseimbangan,
kestabilan kelompoknya sehingga tujuan kelompok
dapat tercapai.
Kedudukan atau status seseorang dalam
masyarakat ada 2 macam:
Ascribed status, yaitu kedudukan yang diperoleh
tanpa melalui perjuangan atau usaha sendiri.
Biasanya diperoleh melalui kelahiran, seperti
seorang anak yang bergelar radon, otomatis
anaknya juga bergelar raden.
Achieved status, yaitu kedudukan yang diperoleh
melalui usaha atau perjuangan sendiri. Seseorang
menjadi Direktur sebuah perusahaan karena
memang ia rajin dan ulet.
Struktur, Pranata dan
Proses Sosial Budaya
Pola perilaku dari setiap individu dalam masyarakat yang
bersusun sebagai suatu sistem disebut struktur sosial Struktur
asal kata dari structum yang artinya menyusun membagi atau
mendirikan. Contoh di sekolah terdapat struktur sebagai berikut
ada kepala sekolah, guru-guru, murid, pegawai administrasi,
dan penjaga sekolah. Semua orang yang ada di sekolah tersebut
saling berinteraksi, saling berhubungan dan saling
mempengaruhi sehingga sekolah sebagai lembaga pendidikan
dapat berfungsi dengan baik.
Ukuran yang dipergunakan untuk menggolongkan
penduduk dalam lapisan-lapisan tertentu adalah:
1)Ukuran kekayaan
2)Ukuran kekuasaan, timbul golongan penguasa dan
yang dikuasai
3)Ukuran kehormatan; timbul golongan yang
berpengaruh dan dihormati dan golongan yang
terpengaruh
4)Ukuran ilmu pengetahuan
Pranata sosial budaya
Pranata sosial berasal dari istilah Inggris social
institution.
Istilah social institution ini diterjemahkan secara
berbeda-beda oleh para ahli ilmu sosial di Indonesia,
ada yang mengartikannya sebagai: lembaga
kemasyarakatan (Selo Soemardjan dan Soemardi, 1964;
Soerjono Soekanto, 1982), lembaga sosial (Abdul Syani,
1994), pranata sosial (Koentjaraningrat, 1985), dan
bangunan sosial.
Proses sosial budaya
Manusia senantiasa saling berhubungan
dengan manusia lain atau melakukan
kontak sosial
Interaksi sosial dapat menimbulkan:
1)Kerja sama (cooperation);
2)Persaingan (competition);
3)Pertikaian (conflict).
Masyarakat
Sebagai Unsur
Pemerintah
dan Negara
Negara
Istilah negara berasal dari kata statum (Latin),
staat (Belanda) state (Inggris) dan etat
(Perancis).
Berikut ini antara lain dikemukakan oleh:
a)Haste Kelsen menyatakan bahwa negara identik dengan hukum
yang berarti bahwa jika terdapat tertib hukum di situ terdapat pula
negara. Jadi negara pada dasarnya adalah suatu tertib hukum yang
bersifat memaksa.
b)Harold J Laski, menyatakan bahwa negara sebagai sistem peraturanperaturan hukum Negara memiliki kekuasaan memaksa.
c)Mr., Soenarko, mengemukakan bahwa negara adalah organisasi
masyarakat yang mempunyai daerah atau teritorial tertentu, negara
sebagai organisasi masyarakat mempunyai kekuasaan tertinggi yang
dapat memaksakan kehendaknya kepada warga negaranya.
Asal Mula Terjadinya Negara Kesatuan
Republik Indonesia
Tidak dapat disangkal lagi bahwa lahirnya Republik
Indonesia (RI) secara faktual (kenyataan) yaitu
pada tanggal 17 Agustus 1945. Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia itu sendiri ditanda-tangani
oleh Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia.
Akan tetapi secara teoretis belum ada
keseragaman pendapat tentang asal mula
terjadinya Negara Kesatuan RI ini.
Unsur-unsur terjadinya Negara
Menurut Oppenheim-Lauterpacht unsurunsur yang harus dimiliki oleh suatu
masyarakat politik tertentu untuk disebut
negara mencakup tiga unsur pokok, yaitu
ada daerah, ada rakyat, dan ada
pemerintah yang berdaulat atau
pemerintah berwibawa.
Daerah
Mengenai daerah (teritorial), sesungguhnya yang
tepat dipakai istilah wilayah. Karena apabila
dipergunakan istilah daerah, hal itu hanya
meliputi daratan. Sedangkan apabila digunakan
istilah wilayah hal ini berarti meliputi daratan,
lautan, dan udara.
Rakyat
Yang disebut dengan rakyat adalah
kelompok manusia yang berstatus sebagai
warga negara mempunyai hubungan yang
lebih erat dengan organisasi kekuasannya
yaitu negara.
Hukum dan Peraturan Perundang-Undangan
Hukum bersumber dari kekuasaan negara.
Norma agama bersumber dari ajaran agama
atau dari wahyu Tuhan. Kesusilaan,
kebiasaan, moral, bersumber dari budaya
masyarakat
Pengertian Hukum
Menurut Utrecht hukum adalah himpunan
petunjuk-petunjuk hidup (perintah-perintah
dan larangan- larangan) yang mengatur tata
tertib dalam suatu masyarakat, dan oleh
karena itu seharusnya ditaati oleh anggota
masyarakat yang bersangkutan
Sumber hukum itu dapat dibedakan
dalam dua macam, yakni sumber hukum
materiil dan sumber hukum formal.
Sumber hukum materiil adalah sumber yang
menjadi penyebab adanya hukum, yaitu berupa
keyakinan atau perasaan hukum individu dan
pendapat umum yang menentukan isi hukum
Bagi bangsa Indonesia, yang dapat dianggap
sebagai sumber hukum materiil adalah
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia
Sumber hukum formal adalah sumber hukum
yang dikenal dari bentuknya.
(1) Undang-undang (dalam arti luas)
(2) Yurisprudensi
(3) Traktat
(4) Doktrin
(5) Kebiasaan
Undang- undang dalam arti materiil (luas) yang ada
di Indonesia misalnya meliputi:
a)Undang-Undang Dasar 1945;
b)Ketetapan MPR;
c)Undang-undang/Peraturan Pemerintah pengganti
undang-undang;
d)Peraturan Pemerintah;
e)Keputusan Presiden;
f)Peraturan Menteri;
g)Keputusan Menteri;
h)Peraturan Pelaksanaan lainnya;
Yurisprudensi, adalah hukum yang bersumber dari
keputusan hakim terdahulu yang menjadi sumber
hukum bagi keputusan hakim berikutnya yang
mengadili perkara yang sama
Traktat, adalah perjanjian antara dua negara atau lebih.
Traktat menjadi sumber hukum bagi negara-negara yang
mengadakan perjanjian itu. Jadi setiap traktat
mengakibatkan bahwa pihak-pihak yang mengadakan
perjanjian terikat pada isi perjanjian yang mereka
sepakati, Sehingga setiap isi perjanjian itu harus dicapai.
Doktrin, adalah pendapat para ahli hukum
terkemuka yang dijadikan dasar pertimbangan bagi
para hakim dalam mengambil keputusan.
Kebiasaan, yang dilakukan oleh manusia atau suatu
lembaga yang diterima oleh masyarakat dan dirasakan
sebagai suatu keharusan dipandang sebagai hukum
yang tidak tertulis.
Warga Masyarakat dan Warga negara
individu dan masyarakat mempunyai hubungan
yang erat yang tidak dapat dipisahkan.
Masyarakat terdiri dari individu-individu, dan
individu-individu dipengaruhi oleh
masyarakatnya
Sumber Rujukan
Abdu Rahman, (1995), Beberapa Aspekta Tentang Pembangunan Hukum
Nasional, Bandung, Citra Aditya Bakti.
Astrid S. Susanto, (1977), Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial Bandung:
Bina Cipta. _______________, (1977), Komunikasi Kontemporer, Bandung:
Bina Cipta.
C.S.T.Kansil, (1983), Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta,
Balai Pustaka.
Hammond, Peter, (1978), An Introduction to Cultural and Social Anthropology,
Second Edition, New York: Mac Millan.
Horton, Paul dan Chester I Hunt, (1991), Sosiologi, terjemahan Rain dan Tita
Sobari, Jakarta; Erlangga.
Husni Thanurin (1990), Pokok-pokok Hukum Acara Pidana, (Diktat), Bandung,
FPIPS IKIP Bandung.
Koentjaraningrat, (1981), Sejarah Teori Antropologi, Jakarta Universitas
Indonesia Press.
______________, (1990), Pengantar Ilmu Antropologi Jakarta Rineka Cipta.
P. A.F. Lamintang, (1984), Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, dengan
Pembahasannya, Bandung, Sinar Baru
Pengeran Alhaj, (1984), Pendidikan Pancasila Modul 1-3, Jakarta Universitas Terbuka
Depdikbud.
R. Abdoel Djamali, (1984), Pengantar Hukum Indonesia Jakarta, Rajawali.
Rahmat dan M. Halimi (1996), Penuntun Belajar Tata Negara untuk SMU, Bandung,
Ganeca Exact.
Sanderson Stephen 1993 Sosiologi Suatu Pengantar Penerjemah Farid Warni S. Menno,
Jakarta: Rajawali Press.
Satjipto Rahardjo, (1986), Hukum Bandung, Alumni.
Soejono Soekanto (1987), Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta Rajawali Press.
Kajian IPS SD 9-451
Sudikno Mertokusumo, (1986), Mengenai Ilmu Hukum, Yogyakarta, Liberty Van
Apeldoorn (1980), Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Pradnya Paramita.
Masyarakat dan
Negara
M. Zulianto, S.Pd, M.Pd
Tujuan Pembelajaran:
1.Mampu menjelaskan hubungan antara individu
dan masyarakat dalam pandangan Pancasila dan
memahami kehidupan bermasyarakat
2.Menjelaskan pengertian struktur, pranata, dan
proses sosial budaya
3.Menjelaskan prinsip dari sistem pemerintahan
Indonesia
4.Menjelaskan sumber-sumber hukum yang berlaku
di suatu Negara
5.Menjelaskan mengapa hukum diperlukan dalam
suatu masyarakat
6.Mengidentifikasi hak-hak dan kewajiban warga
negara di dalam UUD 1945
setiap
orang
dilahirkan
sebagai
makhluk
individu
&
Individu
Masyarakat
Manusia selaku individu mempunyai 3 naluri yaitu:
1.Naluri beragama
2.Naluri mempertahankan diri
3.Naluri melestarikan jenisnya
Setiap individu pasti merasakan bahwa dirinya
lebih lemah dari sesuatu.Sesuatu yang lebih
agung dan pantas untuk dipuja.
Ini merupakan suatu bentuk dari pemenuhan
naluri beragama.
Naluri mempertahankan diri.
Rasa takut, cinta kepada
harta, cinta kepada
kedudukan
Naluri untuk mempertahankan keturunan, menuntut adanya
kebutuhan akan rasa aman (safety need) baik dari gangguan cuaca
yang tidak nyaman binatang liar atau manusia lain.
Manusia selaku makhluk sosial
Walaupun individu adalah satuan yang berdiri sendiri
dan memiliki kemampuan serta kebutuhan yang
tersendiri pula, namun dalam usaha memenuhi
kebutuhan dan mengembangkan kemampuan yang
dimilikinya tidak dapat sendiri. Ia selalu membutuhkan
individu lain. Ketergantungan individu terhadap individu
lain sangat tinggi. Sejak ia dilahirkan sampai meninggal
membutuhkan bantuan orang lain.
Masyarakat
Masyarakat, dalam Bahasa Inggris disebut society
artinya sekelompok manusia yang hidup bersama,
saling berhubungan dan mempengaruhi, seting terikat
satu sama lain sehingga melahirkan kebudayaan yang
sama.
Menurut Soejono Soekanto (1987) beberapa ciri masyarakat
perkotaan yang menonjol adalah:
1)Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan
pedesaan Hal ini disebabkan adanya cara berpikir yang rational,
yang berdasarkan pada perhitungan-perhitungan eksak;
2)Orang kota umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus
tergantung pada orang lain;
3)Pembagian kerja lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang
nyata
4)Kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan lebih banyak
diperoleh dari pada warga desa;
5)Jalan pikiran yang rational menyebabkan interaksi sosial berdasar
kepentingan dari pada faktor pribadi;
6)Jalan kehidupan yang cepat mengakibatkan pentingnya faktor
waktu; dan
7)Perubahan sosial tampak jelas dan cepat sebagai akibat
terbukanya pengaruh dari luar.
Status dan Peran Individu dalam masyarakat
Setiap individu harus berperilaku atau berperan
sesuai dengan kedudukannya agar ia dapat diterima
dan diakui keberadaannya: Karena setiap organisasi
mempunyai aturan sendiri, maka sanksi yang
diberikan oleh setiap organisasi kepada anggota
yang melanggarpun berbeda pula. Sanksi ini
bertujuan untuk menjaga keutuhan, keseimbangan,
kestabilan kelompoknya sehingga tujuan kelompok
dapat tercapai.
Kedudukan atau status seseorang dalam
masyarakat ada 2 macam:
Ascribed status, yaitu kedudukan yang diperoleh
tanpa melalui perjuangan atau usaha sendiri.
Biasanya diperoleh melalui kelahiran, seperti
seorang anak yang bergelar radon, otomatis
anaknya juga bergelar raden.
Achieved status, yaitu kedudukan yang diperoleh
melalui usaha atau perjuangan sendiri. Seseorang
menjadi Direktur sebuah perusahaan karena
memang ia rajin dan ulet.
Struktur, Pranata dan
Proses Sosial Budaya
Pola perilaku dari setiap individu dalam masyarakat yang
bersusun sebagai suatu sistem disebut struktur sosial Struktur
asal kata dari structum yang artinya menyusun membagi atau
mendirikan. Contoh di sekolah terdapat struktur sebagai berikut
ada kepala sekolah, guru-guru, murid, pegawai administrasi,
dan penjaga sekolah. Semua orang yang ada di sekolah tersebut
saling berinteraksi, saling berhubungan dan saling
mempengaruhi sehingga sekolah sebagai lembaga pendidikan
dapat berfungsi dengan baik.
Ukuran yang dipergunakan untuk menggolongkan
penduduk dalam lapisan-lapisan tertentu adalah:
1)Ukuran kekayaan
2)Ukuran kekuasaan, timbul golongan penguasa dan
yang dikuasai
3)Ukuran kehormatan; timbul golongan yang
berpengaruh dan dihormati dan golongan yang
terpengaruh
4)Ukuran ilmu pengetahuan
Pranata sosial budaya
Pranata sosial berasal dari istilah Inggris social
institution.
Istilah social institution ini diterjemahkan secara
berbeda-beda oleh para ahli ilmu sosial di Indonesia,
ada yang mengartikannya sebagai: lembaga
kemasyarakatan (Selo Soemardjan dan Soemardi, 1964;
Soerjono Soekanto, 1982), lembaga sosial (Abdul Syani,
1994), pranata sosial (Koentjaraningrat, 1985), dan
bangunan sosial.
Proses sosial budaya
Manusia senantiasa saling berhubungan
dengan manusia lain atau melakukan
kontak sosial
Interaksi sosial dapat menimbulkan:
1)Kerja sama (cooperation);
2)Persaingan (competition);
3)Pertikaian (conflict).
Masyarakat
Sebagai Unsur
Pemerintah
dan Negara
Negara
Istilah negara berasal dari kata statum (Latin),
staat (Belanda) state (Inggris) dan etat
(Perancis).
Berikut ini antara lain dikemukakan oleh:
a)Haste Kelsen menyatakan bahwa negara identik dengan hukum
yang berarti bahwa jika terdapat tertib hukum di situ terdapat pula
negara. Jadi negara pada dasarnya adalah suatu tertib hukum yang
bersifat memaksa.
b)Harold J Laski, menyatakan bahwa negara sebagai sistem peraturanperaturan hukum Negara memiliki kekuasaan memaksa.
c)Mr., Soenarko, mengemukakan bahwa negara adalah organisasi
masyarakat yang mempunyai daerah atau teritorial tertentu, negara
sebagai organisasi masyarakat mempunyai kekuasaan tertinggi yang
dapat memaksakan kehendaknya kepada warga negaranya.
Asal Mula Terjadinya Negara Kesatuan
Republik Indonesia
Tidak dapat disangkal lagi bahwa lahirnya Republik
Indonesia (RI) secara faktual (kenyataan) yaitu
pada tanggal 17 Agustus 1945. Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia itu sendiri ditanda-tangani
oleh Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia.
Akan tetapi secara teoretis belum ada
keseragaman pendapat tentang asal mula
terjadinya Negara Kesatuan RI ini.
Unsur-unsur terjadinya Negara
Menurut Oppenheim-Lauterpacht unsurunsur yang harus dimiliki oleh suatu
masyarakat politik tertentu untuk disebut
negara mencakup tiga unsur pokok, yaitu
ada daerah, ada rakyat, dan ada
pemerintah yang berdaulat atau
pemerintah berwibawa.
Daerah
Mengenai daerah (teritorial), sesungguhnya yang
tepat dipakai istilah wilayah. Karena apabila
dipergunakan istilah daerah, hal itu hanya
meliputi daratan. Sedangkan apabila digunakan
istilah wilayah hal ini berarti meliputi daratan,
lautan, dan udara.
Rakyat
Yang disebut dengan rakyat adalah
kelompok manusia yang berstatus sebagai
warga negara mempunyai hubungan yang
lebih erat dengan organisasi kekuasannya
yaitu negara.
Hukum dan Peraturan Perundang-Undangan
Hukum bersumber dari kekuasaan negara.
Norma agama bersumber dari ajaran agama
atau dari wahyu Tuhan. Kesusilaan,
kebiasaan, moral, bersumber dari budaya
masyarakat
Pengertian Hukum
Menurut Utrecht hukum adalah himpunan
petunjuk-petunjuk hidup (perintah-perintah
dan larangan- larangan) yang mengatur tata
tertib dalam suatu masyarakat, dan oleh
karena itu seharusnya ditaati oleh anggota
masyarakat yang bersangkutan
Sumber hukum itu dapat dibedakan
dalam dua macam, yakni sumber hukum
materiil dan sumber hukum formal.
Sumber hukum materiil adalah sumber yang
menjadi penyebab adanya hukum, yaitu berupa
keyakinan atau perasaan hukum individu dan
pendapat umum yang menentukan isi hukum
Bagi bangsa Indonesia, yang dapat dianggap
sebagai sumber hukum materiil adalah
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia
Sumber hukum formal adalah sumber hukum
yang dikenal dari bentuknya.
(1) Undang-undang (dalam arti luas)
(2) Yurisprudensi
(3) Traktat
(4) Doktrin
(5) Kebiasaan
Undang- undang dalam arti materiil (luas) yang ada
di Indonesia misalnya meliputi:
a)Undang-Undang Dasar 1945;
b)Ketetapan MPR;
c)Undang-undang/Peraturan Pemerintah pengganti
undang-undang;
d)Peraturan Pemerintah;
e)Keputusan Presiden;
f)Peraturan Menteri;
g)Keputusan Menteri;
h)Peraturan Pelaksanaan lainnya;
Yurisprudensi, adalah hukum yang bersumber dari
keputusan hakim terdahulu yang menjadi sumber
hukum bagi keputusan hakim berikutnya yang
mengadili perkara yang sama
Traktat, adalah perjanjian antara dua negara atau lebih.
Traktat menjadi sumber hukum bagi negara-negara yang
mengadakan perjanjian itu. Jadi setiap traktat
mengakibatkan bahwa pihak-pihak yang mengadakan
perjanjian terikat pada isi perjanjian yang mereka
sepakati, Sehingga setiap isi perjanjian itu harus dicapai.
Doktrin, adalah pendapat para ahli hukum
terkemuka yang dijadikan dasar pertimbangan bagi
para hakim dalam mengambil keputusan.
Kebiasaan, yang dilakukan oleh manusia atau suatu
lembaga yang diterima oleh masyarakat dan dirasakan
sebagai suatu keharusan dipandang sebagai hukum
yang tidak tertulis.
Warga Masyarakat dan Warga negara
individu dan masyarakat mempunyai hubungan
yang erat yang tidak dapat dipisahkan.
Masyarakat terdiri dari individu-individu, dan
individu-individu dipengaruhi oleh
masyarakatnya
Sumber Rujukan
Abdu Rahman, (1995), Beberapa Aspekta Tentang Pembangunan Hukum
Nasional, Bandung, Citra Aditya Bakti.
Astrid S. Susanto, (1977), Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial Bandung:
Bina Cipta. _______________, (1977), Komunikasi Kontemporer, Bandung:
Bina Cipta.
C.S.T.Kansil, (1983), Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta,
Balai Pustaka.
Hammond, Peter, (1978), An Introduction to Cultural and Social Anthropology,
Second Edition, New York: Mac Millan.
Horton, Paul dan Chester I Hunt, (1991), Sosiologi, terjemahan Rain dan Tita
Sobari, Jakarta; Erlangga.
Husni Thanurin (1990), Pokok-pokok Hukum Acara Pidana, (Diktat), Bandung,
FPIPS IKIP Bandung.
Koentjaraningrat, (1981), Sejarah Teori Antropologi, Jakarta Universitas
Indonesia Press.
______________, (1990), Pengantar Ilmu Antropologi Jakarta Rineka Cipta.
P. A.F. Lamintang, (1984), Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, dengan
Pembahasannya, Bandung, Sinar Baru
Pengeran Alhaj, (1984), Pendidikan Pancasila Modul 1-3, Jakarta Universitas Terbuka
Depdikbud.
R. Abdoel Djamali, (1984), Pengantar Hukum Indonesia Jakarta, Rajawali.
Rahmat dan M. Halimi (1996), Penuntun Belajar Tata Negara untuk SMU, Bandung,
Ganeca Exact.
Sanderson Stephen 1993 Sosiologi Suatu Pengantar Penerjemah Farid Warni S. Menno,
Jakarta: Rajawali Press.
Satjipto Rahardjo, (1986), Hukum Bandung, Alumni.
Soejono Soekanto (1987), Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta Rajawali Press.
Kajian IPS SD 9-451
Sudikno Mertokusumo, (1986), Mengenai Ilmu Hukum, Yogyakarta, Liberty Van
Apeldoorn (1980), Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Pradnya Paramita.