PENGONTROLAN PERALATAN LISTRIK MELALUI J
PENGONTROLAN PERALATAN LISTRIK MELALUI JALUR TELEPON BERBASIS KOMPUTER SKRIPSI
diajukan untuk melengkapi sebagian persyaratan akademik guna memperoleh gelar Sarjana Teknik
Oleh:
ROMADHANI NIM : 9941510102
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
Maret, 2005
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul :
PENGONTROLAN PERALATAN LISTRIK MELALUI JALUR TELEPON BERBASIS KOMPUTER
Yang dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Elektro Universitas Syiah Kuala, sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau duplikasi dari skripsi yang sudah dipublikasikan dan atau dipakai untuk mendapatkan gelar Sarjana di lingkungan Universitas Syiah Kuala maupun di perguruan tinggi atau instansi manapun, kecuali bagian yang sumber informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya.
Banda Aceh, 26 Maret 2005 Penulis,
Romadhani NIM: 9941510102
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul :
PENGONTROLAN PERALATAN LISTRIK MELALUI JALUR TELEPON BERBASIS KOMPUTER
Dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan akademik pada Jurusan Teknik Elektro, guna memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala. Skripsi ini telah disidangkan di hadapan dosen penguji pada tanggal 26 Maret 2005 dan dinyatakan telah memenuhi syarat suatu skripsi.
Banda Aceh, 28 Maret 2005 Disetujui oleh,
Dosen Pembimbing Co. Pembimbing
Hubbul Walidainy, ST., M.T. Ir. Syahrizal, M.T. NIP. 132 282 989
NIP. 132 133 744
Mengesahkan,
Ketua Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala
Dr. Ir. Yuwaldi Away, M.Sc NIP. 131 878 532
“… ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai, berilah kebaikan kepadaku dengan memberi kebaikan kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri. (Qs: Al-Ahqaaf-15)”
Ibu dan Ayah, Berapa jauh jalan kau tempuh…Berapa lama usia kau jalani… Berapa banyak peluh kau tumpahkan…Seberapa pedih kau tanggung derita…
Apakah pamrih yang kau harap…? Atau malah perih kau dapat…? Seribu pertanyaan tak ingin kau jawab
Bukan engkau tak tahu jawabannya Tapi inginkan aku mencari jawaban sendiri Semua demi aku, anakmu
Ibu dan Ayah, Kini aku telah sampai pada altar pertama cita-citaku Tiada kebanggan lain selain melihat anakmu berhasil
Dan aku yakin, Inilah jawaban atas semua pertanyaan.
Persembahanku untuk orang-orang tercinta; Ayahanda Salikin & Ibunda Sani, Kakanda Saliyem, Misriati, SanoEdi, Muryuwati, Subagiar, Sukino, serta Adinda
Sarni atas semua dukungan moril dan materiil. Special Thanks for my beloved Sister;
An emptyness that you’ve fill, gave me a new shape
A shape that never create on the emptyness ordered
Making sure that is a black emptyness You make me sure that black become sweet in the fill side An empty is an… heart The load is an… love You’re that sweet… Risha Ayu Hayruma
Romadhani
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis diberi kesempatan untuk dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini, serta shalawat dan salam kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya ke alam yang terang benderang seperti saat sekarang ini.
Tugas Akhir dengan judul “Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon Berbasis Komputer” ini ditulis untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik guna mencapai derajat Strata-1 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya, penghormatan dan kebanggaan untuk Ayahanda Salikin dan Ibunda Sani. Terimakasih untuk Kakanda Subagiar, Sukino, Saliyem, Misriati, Sano Edi, Muryuwati, dan tak lupa untuk Adinda Sarni yang turut memberikan dukungan moril dan materiil sehingga Tugas Akhir ini dapat terlaksana dengan baik.
Dalam pelaksanaan dan penulisan Tugas Akhir ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Hubbul Walidainy, ST., M.T. selaku pembimbing utama dan Alm. Bapak Iskandar A. Harsadi, ST selaku Co-pembimbing, serta Bapak Ir. Syahrizal, M.T selaku Co-pembimbing pengganti.
Terimakasih penulis haturkan kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini.
1. Bapak Dr. Ir. Yuwaldi Away, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Unsyiah yang merangkap sebagai dosen penguji.
2. Bapak Ir. Syahrizal, M.T, selaku Sekretaris Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Unsyiah yang merangkap sebagai dosen pembimbing.
3. Bapak Zulhelmi, ST, selaku Kepala Laboratorium Elektronika Fakultas Teknik Unsyiah yang merangkap sebagai dosen penguji.
4. Bapak Ismahadi, selaku Laboran Lab. Elektronika Fakultas Teknik Unsyiah.
5. Dosen-dosen dan karyawan Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Unsyiah.
6. Rekan-rekan mahasiswa angkatan ’98; Azis Maulana (Thanks for your device), Cut ampon, Irwanda. ST, Roni, Iswandi. ST, Mutia. Angkatan ’99; Maulida (thanks for your catridge), Asmalya (Thanks for your computer), Rijalulfikri (for your book), Khairuman, M. Nasir, Budi Amri. Angkatan ’00; Ahmad Fauzi (thanks for making my PCB), Nurul Afdal, Rahmad Sadli, Sri Marlina S, Cut Marlia S & Haidi Alfitrah (thanks for making my device picture). Angkatan ’01; Amalia, Rosna Gunadum, Nuriar Rosa (thanks all for your support, I’ll never forget it). Alm. M. Taufiq Hidayat dan Alm. Sona Sagita yang telah menjadi korban Tsunami tanggal 26 Desember 2004. Teman-teman yang turut membantu; Ray C Ayadhi, Cut KIS, Mursada, Mulia Rahman, Eko Ferdian, such and the gank in TP FAPERTA.
7. Seluruh teman-teman yang telah membantu terlaksananya penulisan Tugas akhir ini, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan.
Banda Aceh, 28 Maret 2005 Penulis,
Romadhani NIM. 9941510102
ABSTRAK
Mengontrol peralatan listrik dapat dilakukan dari jarak dekat maupun jarak jauh dengan memanfaatkan suatu media transmisi. Peralatan listrik yang umum digunakan adalah lampu listrik. Pengontrolan berupa menghidupkan dan mematikan lampu dapat menggunakan media transmisi jalur telepon. Tugas Akhir ini membahas perancangan sistem yang dapat digunakan untuk mengontrol delapan buah lampu listrik dengan memanfaatkan nada DTMF. Sistem yang dirancang terdiri dari pendeteksi nada dering, pengangkat telepon, dekoder nada DTMF, dan rangkaian penggerak untuk menghidupkan lampu. Sistem ini juga dilengkapi dengan program perekam telepon. Pendeteksi nada dering digunakan untuk mendeteksi adanya panggilan pada pesawat telepon penerima. Pengangkat telepon digunakan untuk menerima panggilan yang sedang berlangsung dan memutuskan panggilan jika telepon pengirim telah ditutup. Dekoder DTMF digunakan untuk mengubah nada DTMF menjadi data 4 bit. Sedangkan rangkaian penggerak digunakan sebagai saklar untuk menghubungkan lampu listrik dengan jaringan PLN. Mematikan dan menghidupkan lampu dilakukan dengan menekan nomor lampu yang dituju pada keypad pesawat telepon pengirim pada saat panggilan telah diterima. Perekam pesan dan program penggerak dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman Microsoft Visual Basic 6.0.
ABSTRACT
Electronic equipment can be done by using some transmition medium. Some of the device that commonly used is a lamp. The controlling idea is turn on and off a lamp from a distance through a media as phone line transmition. This Thesis discuss on designing a system that used to control lamp using DTMF. The system are consist of the ringing tone detector, phone answering, DTMF decoder, and a driving circuit for turning the lamp on. The system is also complete by a program for phone recording. A ringing tone detector commonly used to detect a call on a phone set. The phone answering use for receiving a call and closing the call when the phone sender is closed. DTMF decoder use to reverting DTMF tone to a 4 bit data. While that, the driver circuit use as a switch that connect the lamps to the electric source. Turning the lamp on or off are done by pushing the lamps number on the keypad of the phone set when it receive a call. The message recorder and driver program are made by using programming languages such as Ms. Visual Basic 6.0.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Listrik merupakan salah satu kebutuhan utama di saat ini. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya alat bantu pekerjaan manusia yang menggunakan listrik, sehingga hampir semua kegiatan manusia bergantung kepada listrik. Peralatan listrik itu sendiri sangat beragam bentuk dan fungsinya. Salah satu faktor yang menyebabkan semakin beragamnya peralatan listrik yang ada saat ini diakibatkan oleh kemajuan elektronika yang sangat pesat. Hampir semua peralatan listrik mempunyai sistem elektronika di dalamnya, sehingga dapat dikatakan listrik hampir tidak dapat dipisahkan dari elektronika. Sistem elektronika ini antara lain berfungsi sebagai pengontrol.
Mengontrol suatu peralatan listrik dapat dilakukan dari jarak dekat atau jarak jauh, tergantung dari tujuan dan fungsinya. Pengontrolan jarak dekat yang paling sederhana adalah dengan mematikan atau menghidupkan peralatan listrik menggunakan saklar mekanik, hal ini telah umum digunakan dalam instalasi listrik.
Lampu merupakan alat listrik yang sudah sangat umum, akan tetapi tidak umum bila lampu menyala atau mati di saat yang tidak tepat. Misalnya lampu masih menyala pada siang hari atau belum menyala pada malam hari. Mematikan dan menghidupkan lampu cukup dengan menggunakan saklar biasa, tetapi lain halnya jika seseorang tidak berada di tempat, misalnya ketika sedang bepergian. Untuk itu diperlukan suatu sistem yang dapat digunakan untuk mematikan dan menghidupkan lampu listrik dari jarak jauh.
Pengontrolan jarak jauh dapat dilakukan dengan berbagai media perambatan, misalnya melalui kabel, gelombang radio, cahaya, suara, dan sebagainya. Jalur telepon merupakan media alternatif yang cukup baik untuk pengontrolan jarak jauh, karena luas wilayah kontrol meliputi daerah yang tersedia jalur telepon.
Dengan alasan tersebut, penulis hendak merancang suatu alat kontrol lampu listrik jarak jauh melalui jalur telepon berbasis komputer, sistem ini juga akan dilengkapi dengan program penjawab telepon yang akan merekam setiap pesan masuk yang tidak terjawab.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, untuk dapat membuat suatu sistem yang mampu mengontrol peralatan listrik dari jarak jauh dengan menggunakan jalur telepon, masalah yang harus ditemukan solusinya adalah:
a. Merancang pengkondisi sinyal dering untuk mendeteksi adanya panggilan.
b. Merancang sistem pengangkat telepon untuk menerima telepon secara otomatis.
c. Membuat dekoder yang dapat mengkodekan nada DTMF (Dual Tone Multi Frequency) ke dalam data 4 bit.
d. Merancang rangkaian penggerak untuk pensaklaran lampu.
e. Membuat program penggerak, termasuk program penjawab dan perekam telepon.
1.3 Tujuan
Perancangan ini bertujuan untuk merealisasikan suatu alat yang dapat menghidupkan dan mematikan lampu listrik dari jarak jauh melalui jalur telepon, mengangkat dan menjawab telepon secara otomatis, serta dapat merekam pesan yang masuk berbasiskan komputer.
1.4 Metodologi Penelitian
Dalam perancangan ini, dilakukan beberapa tahapan pelaksanaan sebagai berikut.
1. Studi literatur Tahapan ini mempelajari dasar teori yang menunjang, yaitu dasar teori tentang nada DTMF, dekoder nada DTMF, pesawat telepon, port LPT1, serta teori dasar komponen-komponen yang digunakan.
2. Perancangan perangkat keras dan perangkat lunak Pada tahapan ini dirancang masing-masing blok pembangun sistem, pengujian pada project board. Perangkat lunak dirancang dengan menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0.
3. Pembuatan alat Tahapan ini meliputi tata letak komponen, dilanjutkan dengan membangun sistem secara keseluruhan pada Printed Circuit Board (PCB), setelah sebelumnya diuji pada papan project board.
4. Pengujian alat Pengujian dilakukan per sub sistem, meliputi pengujian pendeteksi nada dering, dekoder DTMF, serta penggerak relay beban lampu. Kemudian dilanjutkan dengan menguji sistem secara keseluruhan dengan menggunakan perangkat lunak yang telah dibuat.
1.5 Sistematika Penulisan Laporan
Sistematika penulisan laporan Tugas Akhir ini terdiri atas beberapa bagian yang terangkum ke dalam lima bab, yaitu sebagai berikut: BAB 1 PENDAHULUAN
Pendahuluan berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan laporan.
BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Berisi tinjauan pustaka dari berbagai sumber yang mencakup teori dasar nada DTMF, pesawat penerima telepon, dekoder nada DTMF, komunikasi data paralel dengan terminal LPT1, teori dasar komponen yang digunakan, dan pemrograman Microsoft Visual Basic 6.0.
BAB 3 PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT Bagian ini membahas perancangan sistem yang dibuat secara umum, terdiri atas diagram blok sistem, perancangan hardware (perangkat keras), dan perancangan software (perangkat lunak).
BAB 4 PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dijelaskan langkah-langkah pengujian sistem yang telah selesai dibuat, baik pengujian per bagian maupun pengujian secara keseluruhan.
BAB 5 PENUTUP Penutup berisikan kesimpulan dari hasil perancangan ini serta saran-saran yang dapat digunakan untuk pengembangan sistem yang telah dibuat.
BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Dual Tone Multi Frequency (DTMF)
Suatu metode tradisional untuk melakukan pemanggilan telepon adalah dengan memutar piringan angka guna mengirimkan sederetan pulsa ke sentral telepon. Sentral akan mengenali deretan pulsa ini sebagai nomor telepon yang akan dituju, kemudian sentral akan mengirimkan sinyal dering ke telepon tujuan tersebut. Cara ini tidak saja lambat, tetapi pulsa tersebut akan mengalami banyak distorsi pada saluran yang cukup panjang.
Metode yang dipakai saat ini memanfaatkan kombinasi nada untuk mengkodekan nomor tujuan. Nada ini dikenal dengan Dual Tone Multi Frequency (DTMF). DTMF merupakan penjumlahan dari dua kelompok nada, yakni kelompok nada rendah dengan frekuensi 697-941 Hz dan kelompok nada tinggi dengan frekuensi 1209-1633 Hz. Masing-masing kelompok mempunyai empat nada tunggal, nada-nada tungggal ini dipilih sedemikian rupa, sehingga frekuensi harmonik yang mungkin timbul tidak akan mengganggu frekuensi lainnya. Spektrum frekuensi nada DTMF diperlihatkan pada Gambar 2.1 berikut ini.
Amplitudo
Group nada tinggi
Group nada rendah
2 dB
f (Hz) 697
Gambar 2.1. Spektrum frekuensi nada DTMF (MITEL 1997)
Masing-masing nada tunggal pada DTMF standar hanya boleh mempunyai penyimpangan frekuensi sebesar ± 1,5 % + 2 Hz. Sebagai contoh, nada tunggal
697 Hz akan mempunyai pita frekuensi dari 685 Hz sampai 709 Hz. Pita frekuensi
a, b, c, dan d pada Gambar 2.1 merupakan frekuensi harmonik kedua dari kelompok nada rendah yang mungkin timbul, pita frekuensi a, b, c, dan d tidak akan mengganggu pita frekuensi kelompok nada tinggi karena letaknya di luar pita frekuensi nada tinggi.
Kelompok nada tinggi mempunyai penguatan sebesar 2 dB dari kelompok nada rendah. Hal ini disebabkan kelompok nada tinggi lebih mudah mengalami pelemahan di sepanjang jalur telepon dibandingkan dengan kelompok nada rendah, sehingga penguatan ini akan mengimbangi pelemahan yang terjadi.
Penjumlahan dari dua kelompok nada DTMF menghasilkan 16 kombinasi nada. Kombinasi ini mewakili karakter 0-9, *, #, serta karakter tambahan A, B, C, dan D seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.2 berikut ini (MITEL 1997).
Grup Nada Frekuensi Tinggi (Hz)
Keterangan : Tombol A, B, C, dan D tidak tersedia pada keypad telepon standar,
dan hanya digunakan untuk keperluan khusus.
Gambar 2.2. Susunan kombinasi nada DTMF pada tombol (MITEL 1997)
Jika dilakukan penekanan pada salah satu tombol, akan dihasilkan perpaduan dari dua kelompok nada yang mewakili tombol tersebut. Sebagai contoh, penekanan terhadap tombol ‘1’ akan menghasilkan paduan frekuensi 697 Hz dengan 1209 Hz. Frekuensi paduan untuk tombol ‘1’ diperlihatkan oleh osiloskop seperti pada Gambar 2.3 di bawah ini (Paul 2004).
Amplitudo
Waktu
Gambar 2.3. Sinyal paduan 697 Hz dan 1209 Hz untuk tombol ‘1’ (Paul 2004)
2.2 Teori Dasar Pesawat Telepon
Pesawar telepon merupakan pesawat komunikasi full-duplex, artinya komunikasi yang dapat melayani dua pembicaraan sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Prinsip dari pesawat telepon adalah mengubah gelombang suara menjadi gelombang listrik yang dilakukan oleh mikrofon, dan mengirimkan gelombang listrik tadi ke penerima, untuk kemudian diubah menjadi gelombang suara lagi yang dilakukan oleh speaker.
2.2.1 Catu Daya Pesawat Telepon
Agar pesawat telepon dapat bekerja diperlukan sumber arus searah (DC), tegangan ini dikirim dari sentral telepon. Tegangan ini dikirim melalui jalur telepon setelah melalui induktor dan tahanan (sekitar 2000 sampai 4000 ohm). Sentral telepon lama menggunakan tahanan sekitar 400 ohm. Gambar 2.4 berikut ini merupakan skema pencatuan daya pesawat telepon.
5H Hook Switch
Jalur Telepon
Gambar 2.4. Pencatuan daya pesawat telepon sederhana.
(Engdahl 1998)
Saat on-hook (gagang tertutup), antara TIP dan RING terdapat beda tegangan sebesar 48V. Pada saat off-hook (gagang diangkat), terjadi hubungan tertutup dan arus akan mengalir. Adanya pembebanan pada pesawat telepon mengakibatkan tegangan jatuh. Beda tegangan antara TIP dan RING saat off-hook berkisar 4-8 volt, ini merupakan tegangan normal agar pesawat telepon dapat bekerja (Engdahl 1998).
2.2.2 Nada Dering (Ringing Tone)
Untuk mengetahui adanya panggilan, sentral telepon mengirimkan sinyal dering melalui jalur telepon. Sinyal ini berupa arus bolak-balik (AC) dengan tegangan 40 – 150 volt, dengan frekuensi 20 – 40 Hz. Sinyal dikirim tiap 2 dan 4 detik. Nada dering hanya dikirim saat telepon dalam keadaan on-hook. Gambar
2.5 menunjukkan skema pesawat telepon yang telah disederhanakan (Engdahl 2000). Ringer (pendering) dipasang sebelum saklar gagang, jadi ringer selalu dalam keadaan terhubung dengan jalur telepon. Pendering tidak sensitif terhadap tegangan DC catu daya pada jalur, jadi pendering hanya berbunyi saat sinyal dering dikirim. Dalam keadaan on-hook ketika sinyal dering dikirimkan, telepon belum bekerja. Ketika gagang diangkat, saklar gagang terhubung dan terjadi loop 2.5 menunjukkan skema pesawat telepon yang telah disederhanakan (Engdahl 2000). Ringer (pendering) dipasang sebelum saklar gagang, jadi ringer selalu dalam keadaan terhubung dengan jalur telepon. Pendering tidak sensitif terhadap tegangan DC catu daya pada jalur, jadi pendering hanya berbunyi saat sinyal dering dikirim. Dalam keadaan on-hook ketika sinyal dering dikirimkan, telepon belum bekerja. Ketika gagang diangkat, saklar gagang terhubung dan terjadi loop
Gambar 2.5. Skema pesawat telepon DTMF (Brain 2002)
2.2.3 Duplex Coil
Duplex coil merupakan kumparan yang mengizinkan sinyal-sinyal mikrofon dan speaker melalui jalur yang sama tanpa saling mengganggu. Tanpa duplex coil diperlukan empat jalur untuk satu telepon, masing-masing dua untuk jalur mikrofon dan speaker. Gambar 2.6 berikut ini memperlihatkan skema
pemasangan speaker dan mikrofon pada duplex coil.
Phone line MIC
c Speaker
Gambar 2.6. Duplex Coil (Simanjuntak 1993)
Kumparan a, b, dan c merupakan duplex coil yang dililit bersama dalam satu inti besi tunggal. Belitan a dan b mempunyai tap tengah yang terhubung langsung dengan mikrofon. Saat berbicara mikrofon menghasilkan arus, arus ini Kumparan a, b, dan c merupakan duplex coil yang dililit bersama dalam satu inti besi tunggal. Belitan a dan b mempunyai tap tengah yang terhubung langsung dengan mikrofon. Saat berbicara mikrofon menghasilkan arus, arus ini
b, tetapi karena a dan b berbeda fase 180 0 induksi pada c akan saling meniadakan, sehingga tidak ada arus yang mengalir pada belitan c.
Jika sinyal suara dari telepon pengirim masuk, sinyal ini melewati belitan
a dan b dengan seragam, tetapi pada tap tengah sinyal ini berbeda fase 180 0 satu sama lain sehingga tidak ada arus yang masuk ke mikrofon. Sedangkan pada
belitan c timbul arus induksi akibat sinyal yang mengalir melalui belitan a dan b. Duplex coil saat ini banyak digantikan dengan penggeser fase elektronik yang berfungsi sama (Simanjuntak 1993).
2.3 Penerima/Dekoder DTMF MT8870
Dekoder DTMF mempunyai fungsi mengkodekan nada DTMF menjadi logika biner 4 bit. Fungsinya merupakan kebalikan dari generator nada DTMF yang mengkodekan keenambelas tombol dalam enambelas pasang nada. Dekoder ini memeriksa nada yang masuk dan mengubahnya menjadi logika biner.
IC (Integrated Circuit) dekoder DTMF MT8870 merupakan produk dari MITEL. IC ini dikemas dalam bentuk DIP (Dual In-line Package) 18 pin. Gambar 2.7 menunjukkan konfigurasi pin pada IC MT8870.
2 17 St/GT
Gambar 2.7. Konfigurasi pin IC MT8870 (MITEL 1997)
Secara umum, prinsip dekoder nada DTMF adalah memecahkan nada menjadi komponen nada tunggalnya dan kemudian diubah menjadi kode logika. Pemecahan nada gabungan menjadi nada tunggal dapat memakai sekumpulan Band Pass Filter (BPF), yaitu filter yang hanya melewatkan frekuensi-frekuensi tertentu. Dekoder DTMF generasi awal memakai filter LC , filter aktif, serta teknik Phase Locked Loop (PLL) untuk mendekodekan nada DTMF ini.
Dekoder DTMF Generasi kedua menggunakan teknologi CMOS (Common Metal Oxide Semiconductor) untuk mengkodekan masing-masing nada yang sebelumnya telah dipisahkan oleh BPF analog. Dekoder DTMF generasi ketiga menggunakan teknologi Thick Film Hybrid yang menempatkan BPF analog aktif dan CMOS dalam satu kemasan. Dekoder generasi keempat ditandai dengan diterapkannya teknologi filter switched capacitor, teknologi inilah yang masih dipakai hingga sekarang.
Pada awalnya penerima DTMF memakai filter dan dekoder yang terpisah, sehingga dua IC harus digunakan untuk mendekodekan nada DTMF menjadi kode digital. MT8870 adalah penerima DTMF yang mengintegrasikan filter dan dekoder dalam satu kemasan tunggal. Filter analog sudah sepenuhnya digantikan oleh filter switched capacitor dari bahan silikon. Gambar 2.8 memperlihatkan diagram fungsional dari MT8870.
VDD VSS
VRef Circuit Bias Chip bias/Power
Dial tone
Chip Ref./Voltage
filter 350/ Notches 3 440 Hz rd
Q1 GS
order Sw.
IN- - aliasing Anti
Q2 filter 2 nd
Dial tone filter 350/
converter Code
IN+ + order cont. RC
Notches 3 rd
detect
order Sw.
circuit
and output
Cap.
filter 350/ Dial tone Notches 3 440 Hz rd
order Sw.
Cap.
Chip clock
St
Steering logic
St/GT
Gambar 2.8. Diagram Fungsional MT8870 (MITEL 1997)
Sinyal masukan diambil langsung dari jalur telepon setelah melewati kapasitor coupling. Op-amp internal merupakan buffer bagi sinyal masukan, selain alasan fleksibelitas karena penguatan dapat diatur. Tahapan selanjutnya
adalah mencegah frekuensi harmonik yang mungkin muncul dengan Low Pass Filter (LPF). Frekuensi nada panggilan 350 dan 440 Hz ditolak pada tahapan ke tiga. Dua buah BPF membagi nada komposit menjadi komponen kelompok nada atas dan kelompok nada bawah. Komparator mengubah gelombang sinus menjadi gelombang segi empat. Gelombang segi empat ini diteruskan ke rangkaian pendeteksi digital yang akan menghitung periode rata-rata dari dua gelombang segi empat yang masuk. Sebagai detak referensi, rangkaian ini memerlukan osilator eksternal yang dapat diperoleh dengan sebuah kristal 3,579 MHz. Konverter akan mengubah keluaran pendeteksi digital menjadi kode biner 4 bit dari 0000 hingga 1111 yang mewakili keenambelas tombol. Data biner ini dikeluarkan pada terminal Q1-Q4. Tabel 2.1 memperlihatkan kode biner yang dihasilkan oleh MT8870 terhadap nada tombol.
Tabel 2.1. Kode yang dihasilkan MT8870 terhadap nada tombol. (MITEL 1997)
f rendah
(Hz)
f tinggi
D Sembarang
TOE mengizinkan Q1-Q4 untuk mengeluarkan data apabila TOE diberi logika tinggi. Pemberian logika rendah pada TOE mengakibatkan Q1-Q4 memiliki impedansi tinggi (Z), ini artinya TOE merupakan Enabled keluaran. Steering Logic diperlukan untuk mengatur pewaktuan dan pengendalian sinyal yang dikodekan, seperti mendeteksi apakah sinyal sahih atau tidak. Lembaran data pada lampiran menerangkan secara lengkap tentang hal ini (MITEL 1997).
2.4 Parallel Printer Port (LPT1)
IBM-PC menyertakan tiga adaptor antarmuka dalam produknya, termasuk di dalamnya Parallel Printer Port untuk jenis mikrokomputer PC/XT/AT, port ini disebut dengan LPT1. LPT1 dirancang khusus untuk printer yang menggunakan antarmuka port paralel. Bukan hanya itu, LPT1 dapat digunakan sebagai jalur I/O umum untuk devais atau aplikasi yang kompatibel dengannya (Harries 1998).
Standar lama LPT1 yang dikeluarkan tahun 1981 mempunyai tiga mode operasi, yaitu mode Centronics (kompatibilitas), mode Nibble, dan mode Byte. Standar baru yang dikeluarkan tahun 1994 tetap mempertahankan ketiga mode di atas dengan tambahan dua mode, yaitu mode EPP (Enhanced Parallel Port) dan mode ECP (Extended Capability Port). Mode kompatibilitas digunakan untuk transfer data dari komputer ke printer dengan handshaking, EPP dan ECP dapat meningkatkan kecepatan pengaturan handshaking tersebut. Mode Nibble merupakan mode menerima data 4 bit dari devais lain ke komputer. Sedangkan mode Byte menggunaakan fitur bidirectional parallel untuk menerima 1 byte (8 bit) data dari devais lain ke komputer.
IEEE 1284 merupakan standar yang menentukan tiga konektor berbeda yang digunakan pada port paralel. 1284 tipe A adalah konektor DB-25, yaitu konektor 25 pin yang umum dipakai untuk LPT1. 1284 tipe B adalah konektor Centronics, merupakan konektor 36 pin yang umum ditemukan pada printer. 1284 tipe C merupakan konektor Centronics dalam ukuran yang lebih kecil. Tabel 2.2 berikut menunjukkan konfigurasi pin-pin konektor tersebut. Sedangkan Gambar
2.9 menunjukkan diagram bentuk konektor DB-25 betina.
Tabel 2.2. Konfigurasi Pin Konektor port paralel (Budiharto 2004)
Pin Pin
Arah I/O Register Invert DB25
In/Out
Control Yes
Status Yes
12 12 Paper-Out/End
In/Out
Control Yes
15 32 nError/nFault
In/Out
Control
Control Yes 18-25
17 36 nSelect-Printer/In
In/Out
Gambar 2.9. Diagram konektor DB-25 untuk LPT1 (Harries 1996)
Port paralel mempunyai 3 alamat, yaitu 3BCH-3BFH (956-959 desimal), 378H-37FH (888-895 desimal), dan 278H-27FH (632-639 desimal), masing- masing untuk LPT0, LPT1, dan LPT2. LPT0 merupakan alamat dasar yang Port paralel mempunyai 3 alamat, yaitu 3BCH-3BFH (956-959 desimal), 378H-37FH (888-895 desimal), dan 278H-27FH (632-639 desimal), masing- masing untuk LPT0, LPT1, dan LPT2. LPT0 merupakan alamat dasar yang
2.5 Dioda dan Light Emitting Diode (LED)
Komponen elektronika yang hanya mengizinkan arus mengalir pada satu arah disebut dioda. Dioda dipergunakan secara luas untuk penyearah tegangan bolak-balik (AC) ke tegangan searah (DC).
LED merupakan dioda pemancar cahaya, yaitu komponen semikonduktor yang akan mengeluarkan energi cahaya bila dikenakan bias maju kepadanya. LED masih memiliki sifat umum dioda, tetapi dengan fungsi yang berbeda. Berikut akan dijelaskan teori dasar pembentukan dioda dan LED.
2.5.1 Bahan Semikonduktor
Semikonduktor merupakan bahan yang tidak bisa digolongkan ke dalam bahan isolator juga tidak dapat digolongkan ke dalam bahan konduktor. Contoh bahan semikonduktor adalah atom silikon dan germanium. Atom silikon dan germanium murni memiliki empat elektron valensi. Pada suhu nol mutlak, elektron valensi tidak memperoleh energi untuk melepaskan diri menjadi elektron bebas. Semakin naik suhu atom, semakin banyak energi yang diperoleh atom untuk melepaskan elektron valensi menjadi elektron bebas. Tetapi pada suhu ruangan sekalipun atom silikon hanya mempunyai sedikit elektron bebas, keadaan ini membuat silikon bukan isolator yang baik dan bukan konduktor yang baik. Dengan alasan itu, silikon dan germanium disebut semikonduktor.
2.5.2 Semikonduktor tipe-N dan tipe-P
Suatu cara untuk menambah jumlah elektron bebas adalah dengan membuat kelebihan pasangan elektron valensi dalam ikatan kovalen atom- atomnya. Suatu atom donor dengan lima elektron valensi ditambahkan (dopping) untuk membuat ikatan kovalen kelebihan satu elektron. Hal ini membuat bahan Suatu cara untuk menambah jumlah elektron bebas adalah dengan membuat kelebihan pasangan elektron valensi dalam ikatan kovalen atom- atomnya. Suatu atom donor dengan lima elektron valensi ditambahkan (dopping) untuk membuat ikatan kovalen kelebihan satu elektron. Hal ini membuat bahan
Hole adalah suatu kekosongan elektron pada suatu lintasan atom. Hole terjadi apabila sebuah elektron meninggalkan lintasannya menjadi elektron bebas. Silikon murni pada suhu ruangan juga tidak menghasilkan banyak hole. Cara untuk menambah jumlah hole adalah dengan membuat kekurangan pasangan
elektron valensi dalam ikatan kovalennya. Suatu atom donor dengan tiga elektron valensi ditambahkan untuk membuat ikatan kovalen kekurangan satu elektron. Hal ini membuat bahan semikonduktor memiliki banyak hole. Semikonduktor ini disebut dengan semikonduktor tipe-P (tipe positif).
2.5.3 Dioda Persambungan
Komponen baru terbentuk apabila separuh semikonduktor tipe-P dan separuh semikonduktor tipe-N menyatu dalam sebuah kristal. Persambungan atau junction adalah daerah pertemuan tipe-P dan tipe-N. Kristal P-N seperti ini dinamakan dioda. Gambar 2.10 (a) adalah diagram dioda persambungan, sedangkan Gambar 2.10 (b) merupakan simbol umum dioda persambungan.
P Lapisan
Gambar 2.10. Simbol dioda persambungan
(a) Diagram dioda persambungan. (b) Simbol dioda persambungan (Malvino 1994)
Elektron pada tipe-N berdifusi ke segala arah, termasuk ke daerah P, elektron bebas yang meninggalkan N menciptakan ion positif, apabila elektron bebas itu memasuki P maka akan mengisi kekosongan hole, sehingga menjadi ion Elektron pada tipe-N berdifusi ke segala arah, termasuk ke daerah P, elektron bebas yang meninggalkan N menciptakan ion positif, apabila elektron bebas itu memasuki P maka akan mengisi kekosongan hole, sehingga menjadi ion
Depletion layer (lapisan kosong) tercipta akibat ion positif dan negatif memenuhi daerah persambungan. Lapisan ini mengosongkan daerah sekitar persambungan dari elektron bebas dan hole. Beda potensial pada lapisan kosong disebut potential barrier. Pada suhu kamar potential barrier adalah sekitar 0,7 V untuk dioda silikon dan 0,3 V untuk dioda germanium (Malvino 1994).
2.5.4 Forward Bias dan Reverse Bias
Dioda yang diberi sumber tegangan pada kedua kutubnya dinamakan dioda yang dibias. Forward bias (bias maju) terjadi apabila kutub N dioda dikenai tegangan negatif dan kutub P dikenai tegangan positif, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.11 (a). Reverse bias (bias mundur) terjadi apabila kutub N dikenai tegangan positif dan kutub P dikenai tegangan negatif, Gambar 2.11 (b) menunjukkan skema dioda pada bias mundur.
P Lapisan
Gambar 2.11. Bias pada dioda
(a) Dioda dalam forward bias (b) Dioda dalam reverse bias (Malvino 1994)
Dioda dalam keadaan bias maju akan menghasilkan arus yang besar, sebab elektron dari sumber menambahkan energi pada N untuk menembus lapisan pengosongan dan mengisi elektron valensi pada P untuk kemudian kembali ke sumber. Bias mundur pada dioda akan memaksa elektron bebas dalam daerah N berpindah dari junction ke terminal positif sumber, hole dalam daerah P juga Dioda dalam keadaan bias maju akan menghasilkan arus yang besar, sebab elektron dari sumber menambahkan energi pada N untuk menembus lapisan pengosongan dan mengisi elektron valensi pada P untuk kemudian kembali ke sumber. Bias mundur pada dioda akan memaksa elektron bebas dalam daerah N berpindah dari junction ke terminal positif sumber, hole dalam daerah P juga
2.5.5 Light Emiting Diode (LED)
Elektron bebas pada dioda memiliki tingkat energi yang lebih tinggi dibanding hole. Saat bias maju, elektron bebas melintasi junction dan jatuh ke hole. Saat itu elektron jatuh dari tingkat energi yang lebih tinggi ke tingkat energi
yang lebih rendah, dalam proses ini suatu energi dilepas oleh elektron tersebut dalam bentuk panas dan cahaya. Silikon dan germanium merupakan bahan tidak tembus cahaya, sehingga dioda dengan bahan ini tidak dapat memperlihatkan efek pemancaran cahaya. Dengan menggunakan unsur lain seperti galium, arsen, dan fosfor, dioda dapat memancarkan cahaya merah, hijau, kuning, biru, jingga, atau inframerah (tak tampak). Dioda jenis ini dinamakan Light Emiting Diode (LED), atau dioda pemancar cahaya. Gambar 2.12 berikut ini memperlihatkan simbol LED.
Anoda
Katoda
Gambar 2.12. Simbol LED (Malvino 1994)
LED digunakan secara luas sebagai lampu indikator, display (penampil) pada seven-segment (misalnya layar kalkulator), dan lain sebagainya. Sedangkan LED yang memancarkan cahaya inframerah umumnya digunakan sebagai media transfer data yang tidak memerlukan cahaya tampak, misalnya remote control, alarm, optocoupler, dan lain sebagainya (Malvino 1994).
2.6 Transistor dan Phototransistor
Transistor merupakan komponen aktif yang dapat menguatkan tegangan dan arus, transistor menggantikan tabung-tabung hampa yang digunakan secara luas sejak tahun 1951. Phototransistor adalah transistor yang sensitif terhadap cahaya. Digunakan secara luas untuk sensor cahaya, optocoupler (gabungan LED dan phototransistor), dan lain sebagainya.
2.6.1 Transistor
Transistor dapat diandaikan suatu gabungan dari dua buah dioda dalam satu kristal. Sebuah transistor NPN (negatif-positif-negatif) terdiri atas dua semikonduktor tipe-N dan sebuah semikonduktor tipe-P berada diantaranya. Gambar 2.13 (a )dan (b) masing-masing menunjukkan diagram transistor dan simbol transistor. Transistor PNP (positif-negatif-positif) merupakan komplemen dari transistor NPN, berfungsi sama tetapi dalam penggunaannya dibias terbalik.
Gambar 2.13. Skema dan simbol transistor (a) Skema transistor NPN dan PNP (b) Simbol transistor NPN dan PNP (Malvino 1994)
Emitor (e) di-dopping sangat banyak, berfungsi untuk mengemisikan atau menginjeksikan elektron ke dalam basis. Basis (b) di-dopping sangat sedikit, basis melewatkan sebagian besar elektron-elektron yang diinjeksikan emitor ke Emitor (e) di-dopping sangat banyak, berfungsi untuk mengemisikan atau menginjeksikan elektron ke dalam basis. Basis (b) di-dopping sangat sedikit, basis melewatkan sebagian besar elektron-elektron yang diinjeksikan emitor ke
Kolektor merupakan bagian terbesar dari tiga bagian tersebut, sebab kolektor harus mendisipasikan panas lebih banyak dibanding emitor dan basis. Dalam pemakaian, dioda e-b dibias maju dan dioda c-e dibias mundur. Seharusnya tidak ada arus yang mengalir pada dioda c-e, tetapi emitor menginjeksikan elektronnya ke basis. Basis yang penuh dengan elektron hasil injeksi emitor terdifusi ke lapisan pengosongan kolektor. Pada lapisan ini, elektron bebas didorong oleh medan lapisan pengosongan ke dalam daerah kolektor. Akhirnya elektron ini dapat mengalir ke kawat luar kembali ke sumber tegangan. Besarnya arus yang mengalir pada emitor kira-kira sama dengan besar arus yang mengalir ke kolektor. Tepatnya, arus kolektor merupakan penjumlahan arus emitor dengan arus basis.
Hampir semua transistor, kurang dari 5% dari elektron yang diinjeksikan emitor berekombinasi dengan lubang basis untuk menghasilkan arus basis. Hubungan antara arus basis (I B ) dengan arus kolektor (I C ) disebut dengan beta dc (β dc ). β dc merupakan hasil bagi arus kolektor dengan arus basis. Karena itu, β dc
transistor lebih besar dari 20, biasanya antara 50 sampai 100, beberapa transistor mempunyai β dc = 1000. Notasi β dc sering ditulis h FE pada data-sheet. β dc
menunjukkan seberapa besar penguatan transistor tersebut. Kenaikan arus pada basis menyebabkan kenaikan arus pada kolektor, perbandingan arus basis dan kolektor telah dinyatakan di atas dengan β dc . Ini berarti kenaikan arus basis yang kecil menyebabkan kenaikan arus yang besar pada kolektor. Ada suatu saat arus kolektor tak lagi naik walau arus basis tetap naik, hal ini dinamakan transistor dalam keadaan saturasi. Saat ini, arus kolektor maksimal, sebab antara kolektor dan emitor seakan merupakan hubungan singkat. Transistor pada saat saturasi sengaja digunakan untuk keperluan saklar elektronik (Malvino 1994).
2.6.2 Phototransistor
Sebuah transistor dengan basis dibiarkan terbuka sementara kolektor dibias mundur dan emitor dibias maju, mempunyai arus kolektor yang sangat kecil. Arus ini dihasilkan oleh pembawa arus bocor permukaan dan pembawa minoritas (hole pada tipe-P dan elektron pada tipe-N). Dengan membuka sedikit sambungan (junction) kolektor untuk diberi cahaya, dapat dibuat sebuah phototransistor. Gambar 2.14 merupakan simbol dari phototransistor.
(a)
(b)
Gambar 2.14. Simbol Phototransistor (a) Phototransistor dengan hubungan basis (b) Phototransistor dengan basis terbuka (Malvino 1994)
Arus kecil pada kolektor yang dihasilkan oleh pembawa minoritas menghasilkan arus balik pada basis (I R ). Arus balik ini berfungsi sebagai suatu sumber arus diantara kolektor dan basis. Penghubung basis yang terbuka (Gambar
2.14 b) membuat semua arus balik diperkuat. Arus yang diperkuat mengalir pada kolektor, yang disebut arus kolektor (I CEO ). Arus kolektor ini merupakan hasil kali dari β dc dengan I R . Intensitas cahaya mempengaruhi harga I R . Semakin tinggi intensitas cahaya yang jatuh ke persambungan, semakin besar harga I R , sehingga
I CEO juga bertambah. Sifat ini membuat phototransistor digunakan sebagai sensor cahaya yang peka (Malvino 1994).
2.7 Switching
Switching atau pensaklaran diperlukan untuk menyesuaikan tegangan logika TTL (Transistor Transistor Logic) yang berasal dari terminal LPT1 ke Switching atau pensaklaran diperlukan untuk menyesuaikan tegangan logika TTL (Transistor Transistor Logic) yang berasal dari terminal LPT1 ke
Relay seharusnya tidak dihubungkan langsung dengan LPT1, sebab arus keluaran dari TTL tidak akan cukup untuk menggerakkan elektromagnetik pada relay. Untuk itu digunakan transistor sebagai buffer, transistor akan menghasilkan
arus kerja relay yang berkisar pada 100 mA, dibandingkan dengan arus keluaran TTL yang hanya berkisar pada 3 mA pada logika high. Transistor juga
difungsikan sebagai saklar, yang beroperasi pada titik kerja saturasi. Gambar 2.15 memperlihatkan rangkaian switching (Engdahl 1996).
V cc Fasa
NO
NC
Rel ay Tegangan jala-jala
220V
Input logika TTL
Netral
R 4,7k
B eban lampu pijar 220V
Transistor C9013
Gambar 2.15. Rangkaian Switching (Engdahl 1996)
2.8 Microsoft Visual Basic 6.0
Visual Basic merupakan aplikasi bahasa pemrograman komputer yang interaktif, dan merupakan pengembangan terakhir dari bahasa BASIC (Beginners
All-purpose Simbolic Code). Berbeda dari BASIC yang berbasis DOS (Disk Operating System), Visual Basic berjalan diatas Microsoft Windows. Tanpa menghilangkan sintaks-sintaks yang umum dipakai pada BASIC, Visual Basic disempurnakan dengan menambah kaidah-kaidah pemrograman yang cukup handal.
Microsoft Visual Basic 6.0 mempunyai beberapa versi, versi yang berada di pasaran saat ini diantaranya:
a. Standard Edition / Learning Edition Ini adalah versi standar yang sudah mencakup berbagai dasar dari Visual Basic
6.0 untuk mengembangkan aplikasi.
b. Professional Edition Versi ini memberikan berbagai sarana ekstra yang dibutuhkan oleh programmer profesional. Seperti kontrol-kontrol tambahan, dukungan untuk pemrograman internet, kompiler untuk membuat file Help, serta sarana untuk mengembangkan database dengan lebih baik.
c. Enterprise Edition Versi ini dikhususkan untuk para programmer yang ingin mengembangkan aplikasi remote computing atau client/server. Versi ini biasanya digunakan untuk membuat aplikasi pada jaringan.
2.8.1 Lingkungan Visual Basic
Visual Basic dari Microsoft memiliki tampilan yang mirip dengan tampilan bahasa pemrograman visual lainnya, seperti Visual C++, Visual FoxPro, Microsoft Acces, dan lain sebagainya. Lingkungan kerja Visual Basic memiliki bagian-bagian utama, yaitu:
1. Control Menu. Control Menu merupakan menu yang memanipulasi ukuran jendela tampilan Visual Basic. Control Menu merupakan menu dasar yang terdapat pada hampir setiap aplikasi Windows.
2. Menu Menu berisi semua perintah Visual Basic. Isi menu ini merupakan perintah umum yang terdapat pada hampir semua aplikasi Windows.
3. Toolbar Toolbar merupakan jendela yang berisi banyak icon yang masing-masing mewakili perintah tertentu. Toolbar khusus untuk Visual Basic ini tidak terdapat pada semua aplikasi Windows.
4. Form Windows Forms merupakan daerah kerja utama tempat melaksanakan rancangan program visual. Di sini tempat meletakkan semua objek interaktif, dan merupakan interface visual pemrogram dengan komputer.
5. ToolBox Toolbox merupakan jendela yang berisi semua objek atau kontrol yang diperlukan dalam membangun sebuah aplikasi. Lewat toolbox inilah pengguna berinteraksi dengan komputer, semua komponen kontrol nantinya diletakkan pada form windows.
6. Project Explorer Project Explorer mengandung semua file pada aplikasi Visual Basic. File ini dalam bentuk proyek, yaitu keseluruhan file Visual Basic yang berisi rancangan form, modul, class, dan lain sebagainya.
7. Properties Windows Properties mengandung semua informasi mengenai objek yang terdapat pada aplikasi Visual Basic yang sedang dibuat. Pengaturan objek dapat diperluas melalui properties-nya, pengaturan objek seperti mengubah warna, nama, ukuran, dan lain sebagainya dapat dilakukan di sini.
8. Layout Windows Layout adalah tampilan yang menunjukkan preview suatu aplikasi yang sedang dibuat. Seperti letak form, dan ukuran form terhadap layar komputer dapat dilihat tanpa harus menjalankan (running) program yang sedang dibuat.
9. Code Windows Code Windows merupakan salah satu bagian yang penting dalam pemrograman Visual Basic, semua perintah yang diberikan ke objek ditulis pada jendela ini. Tanpa ada perintah yang ditulis, suatu objek tidak akan melakukan apa-apa pada saat dijalankan.
Pada Toolbox terdapat kumpulan semua objek pembangun aplikasi, objek dapat dipilih sesuai dengan rancangan yang diinginkan. Objek ini berkaitan satu dengan lainnya melalui Code Windows. Objek yang sering digunakan dalam pemrograman Visual Basic diantaranya:
a. Command Button Command button merupakan icon tombol, sesuai dengan namanya, fungsinya adalah untuk memberikan perintah tertentu pada aplikasi atau objek lainnya apabila tombol itu ditekan oleh mouse. Untuk berhubungan dengan objek atau aplikasi lain, terlebih dahulu diberikan kode perintah yang sesuai pada jendela kode.
b. Label Label merupakan teks yang ditampilkan pada Form. Ukuran, warna, atau jenis huruf teks Label dapat diubah pada jendela properti. Fungsi Label tidak
hanya untuk menuliskan teks pada Form, lebih dari itu digunakan sebagai teks variabel, Label akan menampilkan hasil perintah dalam bentuk teks dari objek yang berhubungan dengannya.
c. TextBox Textbox merupakan suatu input string, dapat berupa angka atau huruf. Textbox dapat dihubungkan ke objek yang akan melaksanakan tugasnya sesuai dengan input yang diberikan padanya. Selain itu Textbox dapat menampilkan hasil perintah objek lain dalam bentuk teks.
d. ComboBox Combo Box merupakan komponen kontrol yang menampilkan daftar input secara kombo. Combobox dapat bersifat fixed (tetap), artinya daftar input yang ada padanya tidak dapat ditambah apabila program berjalan. Combobox d. ComboBox Combo Box merupakan komponen kontrol yang menampilkan daftar input secara kombo. Combobox dapat bersifat fixed (tetap), artinya daftar input yang ada padanya tidak dapat ditambah apabila program berjalan. Combobox
e. Timer Timer digunakan apabila suatu perintah ingin dilaksanakan berulang-ulang. Waktu tunda pengulangan perintah dapat diatur pada properti Timer. Perintah yang ingin diulang dihubungkan dengan Timer, dimulai dengan pengaktifan timer yang menandai pengulangan dimulai, aplikasi tersebut akan diulang sampai Timer dinonaktifkan oleh satu perintah lain. Fungsi Timer sangat penting untuk mengambil suatu data yang realtime atau data yang berubah sepanjang waktu (Kurniadi 2000).
2.8.2 Teknologi ActiveX
Sebuah program besar seperti program multimedia, idealnya harus terdiri atas beberapa modul. Modul-modul ini harus hidup pada program lain, misalnya program game membutuhkan modul untuk memutar film dan suara. Modul ini harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dipakai untuk aplikasi game lainnya. Penukaran teknologi seperti ini akan menjadi lebih mudah dan praktis, daripada harus membuat sendiri modul terpisah untuk setiap aplikasi yang mungkin diselesaikan dalam waktu yang relatif lama.
ActiveX diciptakan atas dasar ide ini. ActiveX adalah sebuah modul yang memiliki sub-sub yang dapat diakses program lain. Program itu nantinya yang akan mengatur jalannya ActiveX. Sebuah aplikasi untuk memainkan suara misalnya, memerlukan ActiveX untuk memainkan suara dengan sub-subnya yaitu Play, Stop, Pause, Record dan lainnya.
Selain itu, ActiveX juga mempunyai atribut, yaitu sebuah variabel string yang menyimpan lokasi dimana letak file suara yang hendak dimainkan atau dimana suara hendak disimpan. Dengan ini, program yang yang memanfaatkan ActiveX hanya cukup mengisi atribut yang menyimpan alamat file suara, kemudian memanggil sub-Play untuk memainkannya.
ActiveX dibagi menjadi dua bagian, yaitu ActiveX yang memiliki user interface dan yang tidak. ActiveX yang memiliki user interface memiliki kontrol- kontrol seperti tombol, teks, dan lainnya. Contohnya seperti ActiveX Multi Media Control yang memiliki tombol Play, Stop, Pause, Record, Save dan lain sebagainya.
ActiveX dapat dikontrol melalui Visual Basic. Dengan mengambil kontrol ActiveX yang dibutuhkan, Visual basic dapat digunakan untuk memainkan lagu, memutar film, membuat aplikasi teks editor, grafik, dan lain sebagainya (Nalwan 2004)
BAB 3 PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT
3.1 Diagram Blok Sistem
Gambar 3.1 berikut ini menunjukkan diagram blok sistem rancangan secara umum.
PESAWAT TELEPON PENGIRIM
JALUR TELEPON
SINYAL DERING
RELAY TUKAR DEKODER DTMF LINE-OUT/LINE-IN
MT8870
HOOK RELAY
S3 LPT1 C0 LPT1 C3 LPT1
TAMPILAN PROGRAM
S4...S7 LPT1
PENGONTROL
C1 LPT1 Line-in/Line-out Soundcard
D0...D7 LPT1