Menjalin Kemitraan dengan media Bisnis
PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
Menjalin Kemitraan dengan Bisnis
oleh Prof. Richardus Eko Indrajit - indrajit@post.harvard.edu
EKOJI999 Nomor
202, 29 Maret 2013
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
Artikel ini merupakan satu dari 999 bunga rampai pemikiran Prof. Richardus Eko Indrajit di bidang sistem dan
teknologi informasi. Untuk berlangganan, silahkan kirimkan permohonan anda melalui alamat email indrajit@rad.net.id.
HALAMAN 1 DARI 3
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
Sudah bukan menjadi rahasia lagi bahwa untuk dapat sukses mengimplementasikan konsep
e‐Governement, pemerintah harus menjalin kemitraan strategis dengan sektor swasta, dalam
hal ini kalangan bisnis di beragam industri. Sebelum menentukan bagaimana format “win‐
win” yang dapat dijalin antara dua lembaga yang sangat berbeda tersebut, ada baiknya dikaji
terlebih dahulu hal‐hal apa saja di dalam pemerintahan (e‐Government) yang dapat menjadi
entiti pemicu terjalinnya hubungan kerja sama tersebut. Untuk memahami hal tersebut,
kerangka arsitektur yang paling sering dipergunakan adalah seperti yang diilustrasikan
sebagai berikut.
Sumber: GSA Of�ice of Government Wide Policy
Dalam kerangka tersebut terlihat paling tidak ada 3 (tiga) peluang bisnis yang dapat menjadi
pemicu terjalinnya hubungan antara pemerintah dengan sektor swasta, yang berkaitan
dengan tugas dan peranan pemerintah dalam sebuah negara.
Policy Making
Peluang kerja sama pertama yang dapat dimanfaatkan berasal dari peranan pemerintah
sebagai sebuah lembaga yang bertugas membuat dan menyusun berbagai kebijakaan yang
berhubungan dengan penyelenggaraan negara. Dalam usahanya menghasilkan beragam
produk kebijakan yang hampir menguasai seluruh aspek kehidupan ini (ideologi, politik,
ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, keamanan, agama, dan lain sebagainya), tentu saja
pemerintah memerlukan berbagai masukan dari sejumlah pihak, terutama yang berkaitan
dengan pengumpulan data dan informasi akurat yang akan dipergunakan sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan. Data maupun informasi yang diperlukan tersebut tidak hanya yang
berasal dari lembaga pemerintahan semata, namun hampir sebagian besar berasal dari sektor
swasta. Dari sini dapat terlihat bahwa tanpa adanya bantuan dan campur tangan dari pihak
swasta sebagai pemiliki data dan informasi yang relevan bagi pemerintah, akan mustahil
proses penyusunan kebijakan dapat dilakukan secara efektif dan berkualitas. Berbagai hal
yang berkaitan dengan manajemen konsolidasi data dan informasi dari beragam industri
swasta yang ada di sebuah negara (sesuai dengan konsep information value chain)
merupakan sebuah lahan bisnis tersendiri yang dapat digarap oleh pemerintah dan mitranya
HALAMAN 2 DARI 3
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
dari kalangan swasta, dengan tujuan akhir membantu terciptanya proses penyusunan
kebijaksanaan yang berbobot.
Program Administra�on
Peranan pemerintah selanjutnya adalah sebagai administrator publik, karena jelas dalam
proses penyelenggaraan negara, diperlukan aktivitas administrasi yang sangat intens, dengan
frekuensi dan volume transaksi yang sangat tinggi. Mungkin jika dikaji lebih mendalam,
terdapat ratusan bahkan ribuan prosedur administrasi yang harus dilakukan oleh pemerintah
dari hari ke hari, mulai dari yang sederhana seperti mengeluarkan surat akte kelahiran
sampai dengan yang cukup kompleks seperti mempertimbangkan permohonan kredit usaha
kecil dan menengah pada bank milik pemerintah. Jelas terlihat di sini bahwa beban
administrasi yang sedemikian tinggi merupakan permasalahan besar pemerintah yang harus
segera diselesaikan, karena jika tidak, kinerjanya dari hari ke hari akan semakin lambat dan
mahal. Sektor swasta memiliki kemampuan untuk mengurangi beban pemerintah ini dengan
cara mengambil kesempatan pengalihdayaan (outsourcing) beberapa business process yang
berhubungan dengan aktivitas administrasi yang banyak tersebut. Dapat dibayangkan
seberapa besar potensi bisnis yang dapat dikembangkan oleh kalangan swasta sehubungan
dengan besarnya beban administrasi yang selama ini ditanggung sendiri oleh pemerintah.
Compliance
Aspek ketiga yang juga berpeluang untuk memicu kerja sama antara pemerintah dengan
kalangan bisnis berasal dari peranan pemerintah sebagai pihak yang selalu memonitor
berbagai sisi kehidupan bermasyarakat agar seluruh entiti negara yang ada benar‐benar
berperilaku sesuai dengan aturan permainan yang telah disusun pemerintah (berdasarkan
peraturan, regulasi, dan undang‐undang yang berlaku). Tentu saja untuk memonitor semua
entiti yang terlibat bukanlah persoalan yang mudah. Bayangkan saja tugas pemerintah untuk
memonitor: pembayaran pajak dari masing‐masing individu, kinerja keuangan dari masing‐
masing perusahaan publik atau milik pemerintah, aktivitas pengiriman tenaga kerja ke luar
negeri, penyaluran bantuan pangan ke daerah miskin, pengembangan usaha perusahaan kecil
dan menengah, dan lain sebagainya. Jelas untuk melakukan pemantauan seluruh aktivitas
tersebut, pemerintah akan mengalami kesulitan. Di sinilah sektor swasta dapat masuk
membantu pemerintah dengan cara menawarkan jasa untuk melakukan pemantauan atas
nama pemerintah dengan memanfaatkan teknologi informasi yang dibangun berdasarkan
konsep‐konsep semacam: good corporate governance, supply chain management, enterprise
resource planning, dan lain sebagainya.
Di akhir kata, nampaknya kalangan birokrat harus cukup banyak belajar dari para praktisi
bisnis yang piawai. Salah satu prinsip yang kerap dipergunakan adalah sebagai berikut: “Jika
menghadapi kesulitan atau permasalahan, jangan mencoba mencari penyelesaiannya karena
akan memakan biaya yang besar; melainkan cobalah mencari peluang bisnis yang dapat
diciptakan karena adanya permasalahan tersebut”.
‐‐‐ akhir dokumen ‐‐‐
HALAMAN 3 DARI 3
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013
Menjalin Kemitraan dengan Bisnis
oleh Prof. Richardus Eko Indrajit - indrajit@post.harvard.edu
EKOJI999 Nomor
202, 29 Maret 2013
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
Artikel ini merupakan satu dari 999 bunga rampai pemikiran Prof. Richardus Eko Indrajit di bidang sistem dan
teknologi informasi. Untuk berlangganan, silahkan kirimkan permohonan anda melalui alamat email indrajit@rad.net.id.
HALAMAN 1 DARI 3
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
Sudah bukan menjadi rahasia lagi bahwa untuk dapat sukses mengimplementasikan konsep
e‐Governement, pemerintah harus menjalin kemitraan strategis dengan sektor swasta, dalam
hal ini kalangan bisnis di beragam industri. Sebelum menentukan bagaimana format “win‐
win” yang dapat dijalin antara dua lembaga yang sangat berbeda tersebut, ada baiknya dikaji
terlebih dahulu hal‐hal apa saja di dalam pemerintahan (e‐Government) yang dapat menjadi
entiti pemicu terjalinnya hubungan kerja sama tersebut. Untuk memahami hal tersebut,
kerangka arsitektur yang paling sering dipergunakan adalah seperti yang diilustrasikan
sebagai berikut.
Sumber: GSA Of�ice of Government Wide Policy
Dalam kerangka tersebut terlihat paling tidak ada 3 (tiga) peluang bisnis yang dapat menjadi
pemicu terjalinnya hubungan antara pemerintah dengan sektor swasta, yang berkaitan
dengan tugas dan peranan pemerintah dalam sebuah negara.
Policy Making
Peluang kerja sama pertama yang dapat dimanfaatkan berasal dari peranan pemerintah
sebagai sebuah lembaga yang bertugas membuat dan menyusun berbagai kebijakaan yang
berhubungan dengan penyelenggaraan negara. Dalam usahanya menghasilkan beragam
produk kebijakan yang hampir menguasai seluruh aspek kehidupan ini (ideologi, politik,
ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, keamanan, agama, dan lain sebagainya), tentu saja
pemerintah memerlukan berbagai masukan dari sejumlah pihak, terutama yang berkaitan
dengan pengumpulan data dan informasi akurat yang akan dipergunakan sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan. Data maupun informasi yang diperlukan tersebut tidak hanya yang
berasal dari lembaga pemerintahan semata, namun hampir sebagian besar berasal dari sektor
swasta. Dari sini dapat terlihat bahwa tanpa adanya bantuan dan campur tangan dari pihak
swasta sebagai pemiliki data dan informasi yang relevan bagi pemerintah, akan mustahil
proses penyusunan kebijakan dapat dilakukan secara efektif dan berkualitas. Berbagai hal
yang berkaitan dengan manajemen konsolidasi data dan informasi dari beragam industri
swasta yang ada di sebuah negara (sesuai dengan konsep information value chain)
merupakan sebuah lahan bisnis tersendiri yang dapat digarap oleh pemerintah dan mitranya
HALAMAN 2 DARI 3
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
dari kalangan swasta, dengan tujuan akhir membantu terciptanya proses penyusunan
kebijaksanaan yang berbobot.
Program Administra�on
Peranan pemerintah selanjutnya adalah sebagai administrator publik, karena jelas dalam
proses penyelenggaraan negara, diperlukan aktivitas administrasi yang sangat intens, dengan
frekuensi dan volume transaksi yang sangat tinggi. Mungkin jika dikaji lebih mendalam,
terdapat ratusan bahkan ribuan prosedur administrasi yang harus dilakukan oleh pemerintah
dari hari ke hari, mulai dari yang sederhana seperti mengeluarkan surat akte kelahiran
sampai dengan yang cukup kompleks seperti mempertimbangkan permohonan kredit usaha
kecil dan menengah pada bank milik pemerintah. Jelas terlihat di sini bahwa beban
administrasi yang sedemikian tinggi merupakan permasalahan besar pemerintah yang harus
segera diselesaikan, karena jika tidak, kinerjanya dari hari ke hari akan semakin lambat dan
mahal. Sektor swasta memiliki kemampuan untuk mengurangi beban pemerintah ini dengan
cara mengambil kesempatan pengalihdayaan (outsourcing) beberapa business process yang
berhubungan dengan aktivitas administrasi yang banyak tersebut. Dapat dibayangkan
seberapa besar potensi bisnis yang dapat dikembangkan oleh kalangan swasta sehubungan
dengan besarnya beban administrasi yang selama ini ditanggung sendiri oleh pemerintah.
Compliance
Aspek ketiga yang juga berpeluang untuk memicu kerja sama antara pemerintah dengan
kalangan bisnis berasal dari peranan pemerintah sebagai pihak yang selalu memonitor
berbagai sisi kehidupan bermasyarakat agar seluruh entiti negara yang ada benar‐benar
berperilaku sesuai dengan aturan permainan yang telah disusun pemerintah (berdasarkan
peraturan, regulasi, dan undang‐undang yang berlaku). Tentu saja untuk memonitor semua
entiti yang terlibat bukanlah persoalan yang mudah. Bayangkan saja tugas pemerintah untuk
memonitor: pembayaran pajak dari masing‐masing individu, kinerja keuangan dari masing‐
masing perusahaan publik atau milik pemerintah, aktivitas pengiriman tenaga kerja ke luar
negeri, penyaluran bantuan pangan ke daerah miskin, pengembangan usaha perusahaan kecil
dan menengah, dan lain sebagainya. Jelas untuk melakukan pemantauan seluruh aktivitas
tersebut, pemerintah akan mengalami kesulitan. Di sinilah sektor swasta dapat masuk
membantu pemerintah dengan cara menawarkan jasa untuk melakukan pemantauan atas
nama pemerintah dengan memanfaatkan teknologi informasi yang dibangun berdasarkan
konsep‐konsep semacam: good corporate governance, supply chain management, enterprise
resource planning, dan lain sebagainya.
Di akhir kata, nampaknya kalangan birokrat harus cukup banyak belajar dari para praktisi
bisnis yang piawai. Salah satu prinsip yang kerap dipergunakan adalah sebagai berikut: “Jika
menghadapi kesulitan atau permasalahan, jangan mencoba mencari penyelesaiannya karena
akan memakan biaya yang besar; melainkan cobalah mencari peluang bisnis yang dapat
diciptakan karena adanya permasalahan tersebut”.
‐‐‐ akhir dokumen ‐‐‐
HALAMAN 3 DARI 3
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013