Literary Journalism dan Perkembangannya di Indonesia

R. Masri Sareb Putra

Literary Journalism dan Perkembangannya di Indonesia

dan Perkembangannya di Indonesia
Literary Journalism
Jour
R. Masri Sareb Putra
Universitas Multimedia Nusantara
Jl. Boulevard,
Scientia Garden, Gading Serpong, Tangerang
Bo
Tel (021) 54220808 / 37039777, Fax. (021) 54220800
Telp.
masri@umnpress.com
Abstract
The new journalism
s or literary journalism is the new genre in the world of journalism. It is
sm
considered ‘new’ bbecause
it is the hybrid of conventional journalism which takes the shape of

eca
inverted pyramid aand
n uses the style of literature which applies literary elements and reguland
tions. The elementss an
and the literary style in this type of journalism can be strongly perceived.
Thus, it is named ‘literary
journalism’. This type of journalism has long been introduced to
‘liter
‘l
the United States of
by literary-journalist such as John Hersey, Tom Wolf, Norman
of America
Am
Mailer, or Gay Talese.
Taalese. In Indonesia literary journalism began as early as when Tempo magazine supported by
literary-journalist commenced to apply the narrative journalism.
b a number
nu
Kata Kunci:: Literary
journalism,

jurnalistik sastrawi, jurnalistik, sastra, cerita, hibrida.
L
j
1. Pengantar
Pen
ngan
ga tar
The new jour
journalism, atau jurnalistik
sastrawi (bukan jurnalisme
sastrawi, sebab
jurn
tidak pernah dua kata sifat menjadi satu, dan
ini salah kaprah!) kin
kini kembali jadi perbincangan hangat. Terutama
setelah Molly Blair
Teruta
(2006)
disertasinya Putting the Story(2 06)
(20

0 merilis dis
diserta
di
WHOOLQJ%DFNLQWR6WRULHV&UHDWLYH1RQ¿FWLRQ
WHOOLQJJ%
J DFN LQ
J
QWR66WRUL
in Tertia
Tertiary
Journalism
ia
ary Jou
urnaalism Education, yang membahas
atau apa yang
ass mengenai
men
engen
en
nai uunsur-unsur

nsu
membentuk
senyawa
mem
mbe
ben
entuk
en
k se
enyaawa jjournalism.
Separuh
Sepparuhh menggugat,
m nggug
meng
ng gat, Blair menyebut contoh
ng
apa jenis tu
tulisan
yang
ulis

l an ya
ang mengandung jurnalistik
dan
yang
n mana yan
an
ng ttidak.
id
dak. Lebih lanjut, ia memaparkan secara detail po
posisi jurnalistik sastrawi
GDODPNRQ¿JXUDVLPHGLDKDULLQL
GDODPNRQ¿JXUDVLPHG

8)
Reporting and story telling
9)
Romantic reporting
10)
Feature stories (Bangkok Post)
11)

The literature of actuality
  /LWHUDU\QRQ¿FWLRQ
13)
Jurnalistik sastrawi
14)
Jurnalisme sastra
15)
Faksi (Fakta yang ditulis dengan elePHQGDQNDGLDK¿NVL
Apa pun nama yang diberikan pada
literary journalism, yang kadang dipertukarkan, yang pasti substansinya sama saja. Yakni
fakta, data, informasi, dan wawancara yang
dikumpulkan dan ditulis dengan elemen-elemen dan kaidah-kaidah sastra. Atau kebenaran yang dikemas dengan menyentuh hati
dan emosi pembaca. Seperti dikemukakan
2. Nama
Nam
ma Lain
L n Literary
Littera Journalism
Li
Connery ,

Setidaknya,
terdapat
Setiidakny
k a, terd
dapat 115 nama lain untuk literWhether it’s called ”narrative jourary
ry journalism
jo
j urnnali
a sm
m.
nalism”, ”new journalism”, ”literary jour1))
The
Thh new
neew journalism
j
journ
nalism”, or ”journalistic narrative”, the type
2))
Narrative
Na rat

Nar
ativee journalism
at
j ur
jo
RIZULWLQJGH¿QLHGE\WKHVHWHUPVLVEOHQGRI
3)
narrative
Journalistic na
reporting and storytelling. Although this off 
1DUUDWLYHQRQ¿FWLRQZULWLQJ


1DU
1D
UDWLYH
LYHQRQ¿
LYH
shoot of traditional journalism does not em5)
Literary

fact
Li
Lit
iteraary of fac
ploy the pure objectively that is often associ 

)DFWXDO¿FWLRQ
ated with the profession, narrative journalism
7)
Documentary narrative
n
upholds integrity and profesionalism, as its

1

Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume II, Nomor 1, Juni 2010

Literary Journalism dan Perkembangannya di Indonesia

writers, astute to human experience, paint pictures and emotions with words. The narrative

journalist is necessarily wrapped up in social
realism, and is ”in fact, a Romantic Reporter,
who assumes that reality is to be found by focusing on internal, rahter than external, human processes and movements; that feelings
and emotions are more essential to understanding human life than ideas.” (Connery,
17).
Khusus untuk istilah Indonesia, tidak
dianjurkan menggunakan ”jurnalisme sastrawi” sebagaimana dipakai oleh kalangan tertentu. Mengapa? Karena ditilik dari kaidah bahasa (hukum menerangkan dan diterangkan)
terjadi salah kaprah di dalam pengadaptasian
literary journalism. Akhiran –ism dalam Inggris tidak harus diterjemahkan isme, yang berarti: paham, atau aliran. Namun, kerap juga
menunjukkan kata benda. Tidak pernah ada
dua kata sama-sama kata sifat (menerangkan).
Dengan demikian, jurnalime sastrawi salah
kaprah sebab berarti aliran jurnalistik yang
bersifat atau berkaidah sastra. Istilah yang dianjurkan adalah jurnalistik sastrawi atau jurnalisme sastra.
3. Ruang Lingkup Jurnalistik dan Sastra
Ketika membahas ide awal dan proses kelahiran acta diurna, ruang lingkup serta
kegiatan jurnalistik, sudah disinggung syaratsyarat jurnalistik. Bahwa di dalam kegiatan
reportase terkandung pengertian yang luas,
mencakup proses pencarian dan pengumpulan berita, teknik menulis atau melaporkan,
mengedit dan menerbitkan berita, serta kewajiban pasca terbit.

Dilihat dari menu sajian, atau content,
biasanya sebuah media membagi menunya ke
GDODP GXD EDJLDQ EHVDU )LNVL GDQ 1RQ¿NVL
Dua bagian besar ini masih dipecah-pecah lagi
ke dalam rubrik (dari kata Latin ruber = merah
yang kemudian mengalami evolusi makna dan
diartikan sebagai pita merah, penyekat, atau
book mark yang memisahkan ragam tulisan
satu dengan yang lain.
Di manakah tempat literary journalism

Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume II, Nomor 1, Juni 2010

R. Masri Sareb Putra

GDODPNRQ¿JXUDVLUDJDPWXOLVDQGDQPHQXVHbuah media? Dahulu, orang menamakannya
dengan ”feature” yang diartikan sebagai tulisan/ karangan khas (Goenawan
oenawan Mohammad,,
1996) sebagai bahan atau unsur pelengk
pelengkap
gk p
gka
dari berita.
Seiring dengan berjalannya
waktu,
y wa
aktu,
sesuai perkembangan teknologi
konteks
eknologi ddan
an kont
teks
sosial masyarakat, feature
mengalami
ure menga
ga ami evolusi
gal
makna. Ia bukan lagi sekadar imb
imbuhan
mbuhan atau
pelangkap, melainkan bagian utuhh dari menu
utama itu sendiri. Kini sudah
h tidak
id ada
da la
lagi
gii
dikotomi atau garis-tegas
antara
berita
gas an
ntara berit
ta dann
feature. Terutama daam
sajian
m sajia
an media terkinii
di mana banyak berita dijad
dijadikan
dikan atau disajikan dalam bentuk feature.
Seperti
ture. S
eperti ditegaskan Bruce Itule & Douglas
Anderson
(2003)
uglas A
nderson (200
03)
3)
dalam News Writing and
Reporting
Tond Repo
orting for T
oday’s Media.
´7KHUH LV QR ¿UP OLQH EHWZHHQ D QHZV
QHZ
HZV
HZ
Z  VWRU\
and feature, particularyy in contemporary
contemporarry mem
dia when many news stories
”featurized”.
ories are ”featurized
d”..
For instance, the resultt of an Olympic competition may be hard news:
ws: ”Canadian driver
Anne Montmogny Montminy
miny claimed her second medal in synchronized
ized diving today.” A
featurized story might begin:
jumpegin:
n:: ”As a girl jump
ump
mpping off a log into the strea
strean
running
behind
an ru
unning be
ehhindd
her house, Anne Monmigny
dreamed
miggny nnever
ever drea
amed
d
she would leap into thee sp
spotlight
Olympic
potligght of Olym
mpicc
diving competitio.” One
approach
ne appr
roach emphaemp
mpha-mp
sizes the facts of the event,
while
feature
ventt, wh
hile the fea
aturee
displaces the facts to accomodate
ccom
modat
ate the hhuman
uman
uman
uma
interest of the story. Most
news
ost ne
ews
w broadcast
stt oorr
publications combine the
he two to reachh a wider
audience.”
Jelaslah bahwa med
media
hari
tidak
edia har
ed
ri ini
ini
n tid
idak
k
lagi berpandangan seperti
perti ddulu
ulu yang menul
ganggap dan memosisikan
kan feature sebagai
g imbuhan, atau menu suplemen.
Baik
emeen.
n Bai
Ba
k hhard
ard
d news
w
maupun soft news sama-sama
diperlukan
mea-saama di
dip
erl
rlluka
ukann m
me
edia siar mapun media cetak untuk menjangkau khalayak yang lebih
luas
h lua
uaas llagi.
a .
agi
Selanjutnya, Bruce dkk.. men
mencatat
encat
en
catat bah
ca
bbahwa
w me
wa
media hari ini mengumpulkan
lkan ddan
an menentukan
menu yang disajikan dengan mempertim-

2

R. Masri Sareb Putra

bangkan dan berpedoman pada tujuh aspek
yang berikut ini.
(aktualitas menu yang terikat
1) timeliness (aktualita
waktu)
olehh w
ole
aktu)
proximity
(kedekatan dengan pembaca)
2) pro
oxim
x ity (kedekata
consequence
3) conseq
quen
u ce (daya terpa atau pengaruh
menu itu)
interest of the audience (se4) the perceived
perceive
ved
e intere
menarik minat khalayak)
jauh mana menuu itu m
(punya
5) competition (pu
punya daya saing dengan
pu
media lain)
(tujuan
6) editorial goals (t
tuju atau kebijakan
editorial)
 LQÀXHQFHRIDGYHUWLVHUV DSDNDKPHQX
 LQÀXHQFHRIDGYH
HUWL
relevan
yang disajikan relev
ev
van dengan target bidik
minat
sehingga menarik m
in pengiklan untuk
sasaran).
menjangkau sasar
ran).
feature
dibagi ke dalam lima macam.
Lazimnya, featu
ure diba
3HUVRQDOLW\
SUR¿OHV 3UR¿O SULEDGL \DQJ
  3HUVRQDOL
LW\
W\ SUR¿OH
untuk
membawa pembaca lebih dekat
ditulis untu
tukk membaw
tu
mengenal
dan me
engenal secara pribadi dalam dan luar
berita.
dan pengamatan, seperti
ber
errita
erita
ita. Wawancara da
writing, digunakan sedemikihhalnya
alnya creative writin
lukisan yang
an rupa untuk menggambarkan
mengg
hidup tentang seorang tokoh.
stories. Yakni kisahan yang
2) Human interest stor
menyangkut
menggelitik nurani kemanumenyan
me
men
y gkut atau
tau
au meng
ditulis
untuk menunjukkan suatu
siaan
n yang di
itulis
t s un
atau sisi praktisnya, emopokok se
ssecara
ecara ddetail
etaiil ata
sional,
nilai
hiburannya.
sional
nal
na
al, dan
an nil
lai hi
ibura
Tred
Sebuah
3) Tre
ed sstories.
tor
to
oriees. S
ebu kisah yang sedang
nge-trend
tentang
seseorang (misalnya binnge-trend
nd
d tenta
n ngg ses
nt
tangg pop, atau aartis
rtis yang sedang skandal)
yyang
yan
g ppunya
unyaa ddampak
amp
pak ppada masyarakat. Jenis
menarik
karena orang ingin memi i sangat mena
ini
rik
i ka
baca atau mendengar ssesuatu ihwal isu terkini
menarik.
yan
yang
ang m
ena
en
nnarik..
stories.
Sajian yang disuguhkan
4) IIn-depth
n-dep
depth
dep
th sto
torie
to
ries.
rie
s S
pada
pembaca
setelah
pad
da pemb
baca se
set
telah mengalami proses riset
in-depth stories yang medan wawancara, in-d
muaskan
m
mu
mua
u sk
skan kkeingintahuan
ein
ngin
gintahua pembaca dan dapat
mengobati
rasa
penasaran
mereka.
mengob
men
go ati
t ra
ti
asa
sa pen
pe
asa
5) Backgrounders.
Kerap
juga
disebut
K
Ker
ap
p jug
u a dise
ug
isebut analysis piec (analisis
ise
berita)
memberikan
be
ber
itaa) yyang
a me
ang
an
membe
m rik bingkai, latar, serta
memberikan
member
b ika
k n proyeksi tentang masa depan.
Tulisan feature jenis ini membawa pem-

3

Literary Journalism dan Perkembangannya di Indonesia

baca memasuki masa datang, menjelaskan
bagaimana keadaan negeri kemudian hari,
organisasi, seorang tokoh diangkat menjadi
fenomena sosial pada zamannya.
Sementara itu, Molly Blair dalam
kajian terkininya menempatkan feature dan
literary journalism sebagai tiang penyangga
yang bersama-sama membangun Creative
Writing. Meskipun banyak kesamaan, ditinjau dari gaya publikasinya, keduanya berbeda (lihat diagram). Dengan kata lain, ciri
pembeda antara jurnalistik konvensional dan
jurnalistik sastra terletak pada struktur dinamiknya .
4.Komprehensi dan Karakteristik
Jurnalistik Sastrawi
Karena menggunakan kaidah dan
elemen-elemen sastra dalam penulisannya,
PDNDJHQUHWXOLVDQQDUDWLIQRQ¿NVLLQLGLVHEXW
the literature of fact atau fakta yang ditulis
secara sastrawi. Istilah lain ialah fakta yang
ditulis dengan kaidah dan elemen-elemen
¿NVL GLVLQJNDWIDNVL $GD SXOD SDNDU \DQJ
menyebutnya the literature of reality (Barbara
Laounsberry, 1996).
Dalam faksi, seorang jurnalis mengandalkan reportase lanjut, menggunakan rekap
publik dan catatan historis, dokumen yang
sah, buku harian, catatan pribadi, dan publikasi resmi lainnya, database, dan Web sites.
Jurnalistik sastrawi yang efektif mencelikkan
pembaca, memberikan pencerahan, menyibak wawasan serta meningkatkan kualitas
hidup mereka sehari-hari. Dengan demikian,
pembaca diperkaya bukan saja oleh informasi
yang lengkap dan akurat, tetapi mereka juga
mafhum lingkungan, dunia luar, institusi, dan
aneka peristiwa.
Karena itu, jurnalistik sastrawi dituntut untuk:
a) Kredibel (akurat dalam merangkai dan
menyajikan fakta, patuh pada etika). Jurnalis
melakukan observasi.
b) Mengandung nilai artistik (kualitas sastra)
Di dalamnya sekaligus juga terkand-

Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume II, Nomor 1, Juni 2010

Literary Journalism dan Perkembangannya di Indonesia

a) Karya jurnalistik sastra merupakan jendela
dan cermin sekaligus (both a window and a
mirror).
b) Jendela: Menyibak bagi pembaca pandangan unik tentang dunia, jalan hidup, dan subkultur
c) Cermin: memberikan pada pembaca hikmah dan pengalaman-pengalaman hidup yang
GDSDW PHQMDGL EDKDQ UHÀHNVL SDGD VLWXDVL
hidup yang nyata (kondisi kemanusiaan).
Faktor pembeda model jurnalistik
tradisional dan Literary Journalism tampak
pada:
a) Konstruksi model jurnalistik tradisional
didasarkan pada fakta.
b) Konstruksi literary journalism didasarkan
pada cita rasa sastra (benar terjadi, rekreatif/
anekdot).
Adapun cita rasa sastra terasa pada
senyawa naratif dramatik yang mengandung
WXMXDQ NRPSOLNDVL DWDX NRQÀLN $GD DZDO
tengah, dan akhir dan punya struktur (misalnya, komplikasi, pengembangan, sudut pandang, resolusi).
Sementara teknik penulisannya memerhatikan:
a) Cita rasa sastra (dramatic narrative)
b) Karakterisasi (kedalaman psikologis)
c) Deskripsi (sensory/status details)
d) Dialog (versus kutipan)
e) Point of View (versus “objective” stance)
f) Metafor/Simile
J *D\DVDVWUD LURQ\V\PEROLVPÀDVK
back, foreshadowing)
Seorang jurnalis sastrawi semata-mata menulis berdasarkan fakta. Menghindari
opini, namun menguji pengamatannya dan
berbagai informasi melalui riset, dan selalu
melakukan rek dan ricek. Ia juga selalu dituntut menggunakan referensi yang akurat dan
tepercaya (check ability).

-DGLWXOLVDQNUHDWLIQRQ¿NVLPHPSXQyai berbagai sinonim yang kerap dipertukarkan. Meski demikian, apa pun sebutannya,
yang jelas genre ini menggunakan elemenelemen dan kaidah-kaidah sastra dalam penulisannya (a type of writing which uses literDU\VNLOOVLQWKHZULWLQJRIQRQ¿FWLRQ 

Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume II, Nomor 1, Juni 2010

R. Masri Sareb Putra

Jurnalistik sastrawi merupakan bagian
GDUL WXOLVDQ QRQ¿NVL NUHDWLI -LND QRQ¿NVL
kreatif menggambarkan genre dari suatu tulisan, maka “jurnalistik”
k” melukiskan bukan
n
semata-mata genre tulisan,
karya
an, namun juga kar
arya
ar
IRWRJUD¿ GDQ HGLWRULDO VHEDJDLPDQD GLW
GLWHJDVGL
HJ
HJD
J Vkan Blair (2006: 21),
³7KH WHUP µFUHDWLYH QRQ¿FWLRQ¶
Q¿FWLRQ
Q¶ GGHVFULEHV
HVFULEHV DD
genre of writing, but the term ‘journalism’
‘journnalism’ describes a genre which includes
ncludes nott only writing, but also the work of photographers
phooottographers
rs an
andd
editors. Perhaps for thiss reas
reason,
‘journalism’
son, ‘journ
nalism’’
is a concept that even the
journalism
commuhe jour
rnalism comm
ommuQLW\VWUXJJOHVWRGH¿QHDGHTXDWHO\´
DGHTXDDWHO\´
Karena merupakan
hibrida
sastra
kan hibr
rida dari sastr
tra
dan jurnalistik, sebenarnya
mennya karya
ya sastra me
enjadi inspirasi bagi para pelopor ali
aliran
juliran baru ju
li
urnalistik ini untuk mengemas
emas factum
um
m menjadi
laporan jurnalistik yang tidak membo
membosankan.
osan
s kan.
Sudah sejak lama, bahkan
Yunaan ketika zaman Y
u una
ni kuna dan kekaisaran Romawi, sudah disa
disaaGDULEDKZDNDU\DVDVWUD±PHVNL¿NWLI²GDSDW
±PHVNL¿NWLI²GDSDW
menjadi sarana pendidikan.
kan.
Diagram
Dinamika struktur jurnalistik
nalist
stik
st
tik sastrawi dan
da
persilangan antara jurnalistik
dan
listiik da
an sastra

Molly Blair, 2006: 143.
ks iitu,
tu,
u, sy
yairr-syair
ai
ai
Dalam konteks
syair-syair
han pengajaran
pen
pengaj
eng ara
raan untu
ran
uuntuk
uk
Homeros dijadikan bahan
mendidik warga Yunanii (Hellas). Kaum terert
rtaa putr
rt
pputra
u a ddan
an
n put
uttri
pelajar, cerdik cendikia, sert
serta
putri
ni sa
astr
traa teru
rutam
ma ppuubangsawan diajarkan seni
sastra
terutama
lis (ar
((arss scri
ibendi)
i)).
isi (ars poetica) dan senii tul
tulis
scribendi).
Karya sastra selain menghibur,
nghibur, juga mencer-

4

R. Masri Sareb Putra

Literary Journalism dan Perkembangannya di Indonesia

ahkan dan mengasah kehalusan jiwa. Di
terkandung banyak hikdalam karya sastra te
pesan-pesan moral yang
mat kebijaksanaan, pe
nilainya
Oleh sebab itu, hingga kini
nilain
nil
a ya tiada tara. Ole
sekolah-sekolah formal.
sastraa di
ddiajarkan
ajarkan di sek
literary journalism terpilih
Berikut iini
ni karya liter
ni
dari daftar Top
T 100 abad ke-20 jurnalistik
Amerika
terbaik Amerik
i oleh sebuah panel ahli yang
ika
ik
York University School
diselenggarakan
n New Y
of Journalism.
Tabel
Ta
jurnalistik
sastrawi
Karya jur
rnal
dunia abad 20
terbaikk dun
No.
No
o. Jurnalis
1. John Hersey
18.. T
Tom Wolfe
19.. Norman Mailer
36.. Joseph Mitchell
43.. Gay Talese
T
48.. T
Tom Wolfe
54.. John McPheee

Karya
Jurnalistik
Sastrawi
Kary
ya Ju
rn
Hiroshima
Hiro
oshima 1946
Electric Kool-Aid Acid Test
Thee Electr
Armies of the Night
The
he Armie
he
Up
Old Hotel and Other Stories
U in the Ol

Fame
F
ame and Obscurity
O
The Right Stuff
Reader
The John McPhee
M

Tahun
1968
1968
1992
1970
1979
1976

Para peraih karya
jurnalistik terbaik
ka
dunia abad 20 tersebu
tersebut adalah jurnalis sekaligus penulis cerita ya
yang ulung. Mereka juga
memb
esais yang rajin membaca.
Dengan membaca,
jurnalis menemukan ggaya dan kaya dengan
va ias
var
iaa i diksi. Mer
Me
eka
variasi
Merekalah
yang memelopori
kelahi
hiir jurn
hiran
na tik ssastrawi, semangat dan
nalist
kelahiran
jurnalistik
yyang
ng samaa jug
ga m
ruh ya
juga
menginspirasi kelahiran
jurnal
nal
allist
i ik
k sas
straw
wi ddi Indonesia yang juga
jurnalistik
sastrawi
dipeelopo
po i ooleh
por
l h jur
leh
rnali
dipelopori
jurnalis-sastrawan.
urnalist
sttik Sas
straw menurut Para
5. Ju
Jurnalistik
Sastrawi
Pakar
Pak
SDNDU FRED PHQGH¿QLVLNDQ

%DQ\DN SDNDU
apa yang dimaksudka
dimaksudkan dengan ”jurnalistik
sasstra
t wi”
i .
i”
sastrawi”.
1) Menurut
Ross
seorang peMennuru
urutt W.
W. Ro
R
oss Winterowd,
W
nulis andal. “Narrative
“Narrativ journalism uses the
novellist’s
techniques
nov
ovel ist’ss techni
ovell
hn ques and the reporter’s meticulousness
and
tic
icculo
ousn
usness
e an
nd energ
eenergy to create a more penetrating
view
etr
trati
tr
ating vie
ati
vi
i w ooff rreality.”
eality
2) DeNeen L. Brown dari The Washington
Post
bahwa literary journalPost menegaskan
men
ene
n gasskan
ka ba
ism bertumpu
pada
kebenaran, namun harus
beertu
umpu pa
pad
ada ke
ind
dibungkus dengan indah.
“A lead should enter your subject’s thoughts
and establish an
tho

5

“intimate relationship” with the reader. You’re
really saying: sit down and listen to me.”
3) Cynthia Gorney, dekan University of California mencatat, ³

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24