Fisioterapi Muskuloskeletal dan Bedah 1 Pertemuan 11

  

OLEH:

OLEH:

Drs. SLAMET SUMARNO.

  

Drs. SLAMET SUMARNO.

  

020807

020807 Pertemuan. I.

  Pertemuan. I.

  4.

  7. Komposisi udara atmosfer.

  7.

  Hambatan-hambatan yang sering terjadi dalam pernafasan.

  6. Hambatan-hambatan yang sering terjadi dalam pernafasan.

  6.

  Pusat pengatur pernafasan.

  5. Pusat pengatur pernafasan.

  5.

  4. Volume dan kapasitas paru serta mampu Volume dan kapasitas paru serta mampu mempraktekkannya. mempraktekkannya.

  3. Tempat pertukaran oksigen dan carbon diaksida serta Tempat pertukaran oksigen dan carbon diaksida serta proses normalnya. proses normalnya.

  1. PENDAHULUAN.

  3.

  Jalan nafas dan fungsinya.

  2. Jalan nafas dan fungsinya.

  2.

  Perbedaan pernafasan Otomatis dan terkontrol.

  1. Perbedaan pernafasan Otomatis dan terkontrol.

  Setelah mempelajari materi ini mahasiswa diharapkan mampu Setelah mempelajari materi ini mahasiswa diharapkan mampu menerangkan: menerangkan: 1.

  Tujuan: Tujuan:

  1. PENDAHULUAN.

  Komposisi udara atmosfer. Atau bila terjadi masalah dalam proses pernafasan, Hal ini dapat karena kontrol, jalan nafas, tempat pertukaran dan tranportasi terganggu. kontrol, jalan nafas, tempat pertukaran dan tranportasi terganggu.

  Manusia agar bisa hidup harus bernafas.

  Pernafasan otomatis.

  • Manusia agar bisa hidup harus bernafas.

  Pernafasan (respirasi) ada dua macam: otomatis dan terkontrol.

  • Pernafasan (respirasi) ada dua macam: otomatis dan terkontrol.

  Respirasi ada dua cara: Inspirasi dan Ekspirasi.

  • Respirasi ada dua cara: Inspirasi dan Ekspirasi.

  

Pusat pernafasan di medula oblongata dan pons varuli melalui Nerves

Vagus (N.X). Vagus (N.X).

  • Pusat pernafasan di medula oblongata dan pons varuli melalui Nerves

  Untuk otot-otot inspirator :C. 3-5 dan Th 3-6.

  • Untuk otot-otot inspirator :C. 3-5 dan Th 3-6.

  N. Sympatis dan para simpatis yang berfungsi mempercepat dan memperlambat frekuensi pernafasan yang di stimulasi keadaan oksigen memperlambat frekuensi pernafasan yang di stimulasi keadaan oksigen dan corbondiaksida dalam tubuh. dan corbondiaksida dalam tubuh.

  • N. Sympatis dan para simpatis yang berfungsi mempercepat dan

  

Pernafasan otomatis bila kebutuhan dan penyediaan seimbang tetapi

bila hal ini tidak seimbang maka pernafasan dapat berubah dengan

bila hal ini tidak seimbang maka pernafasan dapat berubah dengan terkontrol. terkontrol.

  • Pernafasan otomatis bila kebutuhan dan penyediaan seimbang tetapi
  • Atau bila terjadi masalah dalam proses pernafasan, Hal ini dapat karena

  

KONTROL

KONTROL

NAFAS NAFAS

  

Jalan

Jalan

nafas

  .

  .

  Otot

pernafasan.

pernafasan.

Otot

  Volume dan kapasitas paru.

  Volume paru: TV, IRV, ERV dan RV. TV, IRV, ERV dan RV.

  • Volume paru:

  Kapasitas paru: Kapasitas Vital. Kapasitas Vital.

  • Kapasitas paru:

  Kapasitas Total.

  Kapasitas Total.

  Kapasitas Inspirasi Kapasitas Inspirasi Kapasitas Ekspirasi.

  Kapasitas Ekspirasi.

  Volume ekspirasi paksa/detik Volume ekspirasi paksa/detik

  VCI

  VCE

  VCE 1,0 1,0 0,7 0,7

  VR

  VR 1,2 1,2 1,1 1,1

  1.

  4. Gangguan pleurae.

  

6. Gangguan system sirkulasi pulmonal.

  6.

  Gangguan perfusi / restriktif.

  5. Gangguan perfusi / restriktif.

  5.

  Gangguan pleurae.

  4.

  1. Gangguan systen neurologi.

  

Gangguan jalan nafas / obtruktif.

  3. Gangguan jalan nafas / obtruktif.

  3.

  Gangguan Sangkar thorak.

  2. Gangguan Sangkar thorak.

  2.

  Gangguan systen neurologi.

  Gangguan system sirkulasi pulmonal.

  Neuromuscular disease adalahkasus kegagalan

  

1. Neuromuscular disease adalahkasus kegagalan

1. pernafasan pada pasien dengan paru normal.

  pernafasan pada pasien dengan paru normal.

  Gagal nafas akibat kelemahan neuromuscular

  Gagal nafas akibat kelemahan neuromuscular atau gangguan fungsi otot-otot pernafasan. atau gangguan fungsi otot-otot pernafasan.

  Diharapkan denga fisioterapi dapat mencegah

  Diharapkan denga fisioterapi dapat mencegah komplikasi fungsi pernafasan. komplikasi fungsi pernafasan.

  Depresi pusat pernafasan mengakibatkan gangguan

  2. Depresi pusat pernafasan mengakibatkan gangguan 2. ventilasi, yang mengakibatkan gagalnya pemenuhan ventilasi, yang mengakibatkan gagalnya pemenuhan oksigen kebutuhan hidup dasar: tidak ditandai dengan oksigen kebutuhan hidup dasar: tidak ditandai dengan

penyakit paru dan perlu bantuan ventilasi, Potensial

penyakit paru dan perlu bantuan ventilasi, Potensial komplet fiaioterapi. komplet fiaioterapi.

  1. Gangguan systen neurologi.

  Gangguan systen neurologi.

  1. Gangguan Sangkar thorak.

  2. Gangguan Sangkar thorak.

  2. Trauma: fraktur costae, Skoliosis, Trauma: fraktur costae, Skoliosis, kiposis, barel chest dan kelainan kiposis, barel chest dan kelainan myofasial sangkar thorak. myofasial sangkar thorak.

  1. Gangguan systen neurologi.

  Gangguan systen neurologi.

  1. Gangguan Sangkar thorak.

  2. Gangguan Sangkar thorak.

  2.

  3. Gangguan jalan nafas / obtruktif.

  

Gangguan jalan nafas / obtruktif.

  3. Sinusitis, paringitis, asma, bronkitis Sinusitis, paringitis, asma, bronkitis kronik, emphysema. kronik, emphysema.

  1.

  1. Gangguan systen neurologi.

  Gangguan systen neurologi.

  2.

  2. Gangguan Sangkar thorak.

  Gangguan Sangkar thorak.

  3.

  3. Gangguan jalan nafas / obtruktif.

  Gangguan jalan nafas / obtruktif.

  4.

  4. Gangguan pleurae.

  Gangguan pleurae.

  Efusi pleurae, pneumothorak,

Efusi pleurae, pneumothorak,

haematothorak, hydrothorak haematothorak, hydrothorak

  1.

  1. Gangguan systen neurologi.

  Gangguan systen neurologi.

  2.

  2. Gangguan Sangkar thorak.

  Gangguan Sangkar thorak.

  3.

  3. Gangguan jalan nafas / obtruktif.

  Gangguan jalan nafas / obtruktif.

  4.

  4. Gangguan pleurae.

  Gangguan pleurae.

  5.

  5. Gangguan perfusi / restriktif.

  Gangguan perfusi / restriktif.

  Abses, Tbc Paru, Fibrotik, atelektasis, Abses, Tbc Paru, Fibrotik, atelektasis,

  1.

  5.

  cardiapulmonal dan gangguan system

  Edem paru, hypertensi pulmonal,

  Edem paru, hypertensi pulmonal,

  Gangguan system sirkulasi pulmonal.

  6. Gangguan system sirkulasi pulmonal.

  6.

  Gangguan perfusi / restriktif.

  5. Gangguan perfusi / restriktif.

  Gangguan pleurae.

  1. Gangguan systen neurologi.

  4. Gangguan pleurae.

  4.

  Gangguan jalan nafas / obtruktif.

  3. Gangguan jalan nafas / obtruktif.

  3.

  Gangguan Sangkar thorak.

  2. Gangguan Sangkar thorak.

  2.

  Gangguan systen neurologi.

  cardiapulmonal dan gangguan system Tugas untuk permahasiswa.

  Mencari literatur

  Tugas untuk permahasiswa.

  • Mencari literatur

  Menyimpulkan pencetus gangguan 1-6

  • Menyimpulkan pencetus gangguan 1-6

  

Menentukan masalah fisioterapi masing-

masing kondisi atau secara umum 1-6. masing kondisi atau secara umum 1-6.

  • Menentukan masalah fisioterapi masing-

  Masing-masing membuat proses terjadinya kondisi sampai terjadi masalah terjadinya kondisi sampai terjadi masalah fisioterapi. fisioterapi.

  • Masing-masing membuat proses

  Upaya pencegahan agar tidak terjadi

  • Upaya pencegahan agar tidak terjadi

  Pertemuan II.

  Pertemuan II.

  Tujuan.

  • Tujuan.

  1.Memahami secara deteil maslah fisioterapi pada

  1.Memahami secara deteil maslah fisioterapi pada gangguan neurologi pernafasan. gangguan neurologi pernafasan.

  2.Mampu melakukan pemeriksaan dan pengukuran

  2.Mampu melakukan pemeriksaan dan pengukuran maslah fisioterapi neurologi pernafasan. maslah fisioterapi neurologi pernafasan.

  3. Mampu melakukan analisa masalah prioritas

  3. Mampu melakukan analisa masalah prioritas penyebab masalah neurologi pernafasan. penyebab masalah neurologi pernafasan.

  4.Mampu memilih prioritas intervensi tepat guna.

  4.Mampu memilih prioritas intervensi tepat guna.

  5.Mampu menentukan dosis fisioterapi dengan

  5.Mampu menentukan dosis fisioterapi dengan benar. benar.

  6.Mampu melakukan intervensi dan

  6.Mampu melakukan intervensi dan

  Pertemuan II.

  Problem gangguan neuropernafasan.

  • Problem gangguan neuropernafasan.

  Kondisi ini sering dijumpai pada ICU atau intesive care unit. intesive care unit.

  • Kondisi ini sering dijumpai pada ICU atau

  Sehingga penanganan kasus ini lebih

ditekankan pada Fisioterapi acute atau

ditekankan pada Fisioterapi acute atau Fisioterapi ICU. Fisioterapi ICU.

  • Sehingga penanganan kasus ini lebih

  

Kegagalan respirasi Neurogenic.

  1.

  1. Neuromuscular disease.

  Neuromuscular disease.

  2.

  2. Guilain Barre Syndrome.

  Guilain Barre Syndrome.

  3.

  3. Myasthenia gravis Myasthenia gravis 4.

  4. Multiple Sclerosis Multiple Sclerosis 5.

  5. Myopathies Myopathies 6.

  6. Amyotrophic lateral scerosis.

  Amyotrophic lateral scerosis.

  7.

  7. Poliomyelitis Poliomyelitis

  Acute Idiopathic Polyneuritis.

  Identik dengan Guillain Barre Syndrome. Pada umumnya polyneuritis menggangu mekanik umumnya polyneuritis menggangu mekanik pernafasan kasus ini sering tidak diketahui pernafasan kasus ini sering tidak diketahui penyebabnya tetapi virus merupakan unsur penyebabnya tetapi virus merupakan unsur pertimbangan (GBS) pada gastrointestinal dan pertimbangan (GBS) pada gastrointestinal dan infeksi pernafasan acute (2-3 hari) masa kritis infeksi pernafasan acute (2-3 hari) masa kritis pernafasan dengan sesak nafas tinggi (gagal pernafasan dengan sesak nafas tinggi (gagal nafas). nafas).

  • Identik dengan Guillain Barre Syndrome. Pada

  Pada minggu pertama sebelum gejala neuritis muncul gangguan jalan nafas mendahului muncul gangguan jalan nafas mendahului seperti hidung, jalan nafas tersumbat, sehingga

  • Pada minggu pertama sebelum gejala neuritis
symptom neuritis adalah: symptom neuritis adalah: 1.

  1. Adanya kelemahan otot pernafasan.

  6.

  9. Tetapi akan terajdi degenerasi 8-18 bln.

  9.

  8. Berlangsung sampai 2-3 minggu recaery sangat Berlangsung sampai 2-3 minggu recaery sangat tergantung keadaan biasanya minggu/ bulan. tergantung keadaan biasanya minggu/ bulan.

  8.

  Temperatur batas normal.

  7. Temperatur batas normal.

  7.

  

Pasien komplin kepala, punggung nyeri dan kaku.

  6. Pasien komplin kepala, punggung nyeri dan kaku.

  

5. Trunk dan upper extremitas progresif: otot melunak &

Trunk dan upper extremitas progresif: otot melunak & menghilangnya sensasi. menghilangnya sensasi.

  Adanya kelemahan otot pernafasan.

  5.

  Progressif flaccid motor paralisis.

  4. Progressif flaccid motor paralisis.

  4.

  Paresthesia dari fingers dan toes.

  3. Paresthesia dari fingers dan toes.

  3.

  Dysphagia (kesulitan menelan).

  2. Dysphagia (kesulitan menelan).

  2.

  Tetapi akan terajdi degenerasi 8-18 bln. Progression symptoms.

  

Muncul maksimum pada minggu pertama

dan berlangsung kontinyu 3mg atau lebih. dan berlangsung kontinyu 3mg atau lebih.

  • Muncul maksimum pada minggu pertama

  

Recavery variable antara minggu s/d bln

tergantung systen syaraf yang degeneratif tergantung systen syaraf yang degeneratif dan penyembuhan mencapai maksimal dan penyembuhan mencapai maksimal setelah 6-18 bulan. setelah 6-18 bulan.

  • Recavery variable antara minggu s/d bln

  

Residual neurologic terjadinya atropi dan

kelemahan otot permanen. kelemahan otot permanen.

  • Residual neurologic terjadinya atropi dan

  Pengobatan medis.

  1.

  1. Mechanical ventilasi pada pasien yang mengalami

Mechanical ventilasi pada pasien yang mengalami

paralisis otot pernafasan. paralisis otot pernafasan.

  2.

  2. Tracheotomy.

  Tracheotomy.

  3.

  

3. Derajat paralisis ditentukan qualitas hasil pengukuran

Derajat paralisis ditentukan qualitas hasil pengukuran vital capasity pernafasan. vital capasity pernafasan.

  4.

  4. Fisioterapi pada Aseptic atau nontraumatic paru Fisioterapi pada Aseptic atau nontraumatic paru bertujuan untuk mencegah infeksi paru dan trauma bertujuan untuk mencegah infeksi paru dan trauma trachea. trachea.

  5.

  

5. Sejak reflek pernafasan depresi, regurgitasi lambung

Sejak reflek pernafasan depresi, regurgitasi lambung secara umum juga muncul. Sehingga tindakan secara umum juga muncul. Sehingga tindakan mencegah aspirasi sangat penting. mencegah aspirasi sangat penting.

  Circulatory failure.

  Karena tidak ada rangsang sympathic akibatnya rileksasi otot halus pada pembuluh darah, sehingga rileksasi otot halus pada pembuluh darah, sehingga sirkulasi jadi lambat dan menurun, sehingga COP sirkulasi jadi lambat dan menurun, sehingga COP hypotensi dan reflek tachicardi. hypotensi dan reflek tachicardi.

  • Karena tidak ada rangsang sympathic akibatnya

  Penurunan tekanan venous diatasi dengan meningkatkan volume darah, bila hal initidak meningkatkan volume darah, bila hal initidak tercapai COP jangka pendek menimbulkan tercapai COP jangka pendek menimbulkan vasokontriksi pembuluh darah dengan membloker vasokontriksi pembuluh darah dengan membloker vital sign system menamabah dan mengurangi vital sign system menamabah dan mengurangi

  • Penurunan tekanan venous diatasi dengan

  Fisioterapi pada kasus polineuritis.

  1.Pada kasus polineuritis mengalami kesulitan dalam

  1.Pada kasus polineuritis mengalami kesulitan dalam

menutup mata harus dilakukan untuk menjaga cornea

menutup mata harus dilakukan untuk menjaga cornea

tidak rusak dengan memberikan tetes mata agar tetap

tidak rusak dengan memberikan tetes mata agar tetap

lembab tidak kering dan rusak cornea. lembab tidak kering dan rusak cornea.

  

2.Pasif exercises tiap dua jam selama belum penyembuhan

  

2.Pasif exercises tiap dua jam selama belum penyembuhan

total, dapat dikurangi setelah ada gerak fungsional. total, dapat dikurangi setelah ada gerak fungsional.

  3. Psychologis perlu dibangun karena depresi keadaan

  3. Psychologis perlu dibangun karena depresi keadaan yang buruk. yang buruk.

  4. Perawatan kulit jangan sampai luka karena sukar

  4. Perawatan kulit jangan sampai luka karena sukar sembuh akibat sirkulasi yang jelek (jegah dekubitus). sembuh akibat sirkulasi yang jelek (jegah dekubitus).

  5.Nutresi dipenuhi dengan memperhatikan agar mudah

  5.Nutresi dipenuhi dengan memperhatikan agar mudah BAB.

  BAB. Tetanus /lockjaw.

  Tetanus adalah kasus neuromuskular yang Tetanus adalah kasus neuromuskular yang disebabkan oleh neurotoxin disebabkan oleh neurotoxin

  Clostridium tetani, Clostridium tetani, gram positif, anaerobic basilus. gram positif, anaerobic basilus.

  C. Tetani ada di manusia dan binatang hidup di

  C. Tetani ada di manusia dan binatang hidup di pencernakan masuk manusia melalui luka dan pencernakan masuk manusia melalui luka dan multipleanaerob. multipleanaerob.

  Tetanus dapat dijegah bila kena luka dengan Tetanus dapat dijegah bila kena luka dengan serum tetani. serum tetani.

  Bila kena tetanus gangguan system limpatik dan Bila kena tetanus gangguan system limpatik dan

  Symtom.

  

Exotoxin pada saraf motorik di motoe end

plate dan AHC spinal cord dan brainstem plate dan AHC spinal cord dan brainstem yang menyebabkan gejala tetanus. yang menyebabkan gejala tetanus.

  • Exotoxin pada saraf motorik di motoe end

  Incubasi 2hari-8 mg masa gejala dibedakan Masa incubasi : masa injury s/d ada gejala

  • Incubasi 2hari-8 mg masa gejala dibedakan

  

Masa incubasi : masa injury s/d ada gejala

Masa antara gejala s/d timbul spasme otot.

  Masa antara gejala s/d timbul spasme otot.

  Bila periode gejala hilang setelah 2-7 hari

ringan dan gejala lebih 7 hari kasus berat.

ringan dan gejala lebih 7 hari kasus berat.

Bila periode gejala hilang setelah 2-7 hari

  Pembagian tetanus.1

  1. MildTetanus (ringan): ada trismus sedang, lokal

  1. MildTetanus (ringan): ada trismus sedang, lokal kekauan sendi (stiffness) dan nyeri otot lokal. kekauan sendi (stiffness) dan nyeri otot lokal.

  Secara umum stiffness tanpa kesulitan menelan Secara umum stiffness tanpa kesulitan menelan

  (disphagia), opisthotonos dan perkembangan (disphagia), opisthotonos dan perkembangan spasm. spasm.

  2. Moderat Tetanus (sedang): stiffness

  2. Moderat Tetanus (sedang): stiffness berkembang menyeluruh ada gangguan berkembang menyeluruh ada gangguan menelan, kepala retraction, spasm otot menelan, kepala retraction, spasm otot

  Pembagian tetanus. 2.

  3. Severe tetanus(hebat). Symtom:

  3. Severe tetanus(hebat). Symtom: trismus, dyspagia,irritability, painful tonic trismus, dyspagia,irritability, painful tonic convulsion dan terstimulasi oleh cahaya dan convulsion dan terstimulasi oleh cahaya dan kaca dan opisthotonos hebat. Nyeri otot spam kaca dan opisthotonos hebat. Nyeri otot spam hebat, rigiditas pernafasan, asphysia, akibatnya hebat, rigiditas pernafasan, asphysia, akibatnya diaphoresis, anxiety, tachicardia, BP naik, Dan diaphoresis, anxiety, tachicardia, BP naik, Dan cenderung cyanosis, Kerja symmphstic system cenderung cyanosis, Kerja symmphstic system over dan menimbulkan fatal pernafasan. over dan menimbulkan fatal pernafasan.

  Termasuk salivasi, RR, HR, BP naik cardian Termasuk salivasi, RR, HR, BP naik cardian aritmia sesak nafas tinggi, circulasi collaps dan aritmia sesak nafas tinggi, circulasi collaps dan dapat meninggal. Pengobatan.

  • Untuk pasien sedang dan hebat:

  Untuk pasien sedang dan hebat: 1.

  1. Pembebasan jalan nafas (higienes).

  Pembebasan jalan nafas (higienes).

  2.

  2. Bantu pernafasan (mechanical respirator) Bantu pernafasan (mechanical respirator) 3.

  3. Kontrol mascle spasm (rileksasi otot).

  Kontrol mascle spasm (rileksasi otot).

  4.

  4. Antitoxin dan antibiotic Antitoxin dan antibiotic 5.

  5. Membantu system sikulasi Membantu system sikulasi 6.

  6. Kontrol temperatur tubuh Kontrol temperatur tubuh

  Control muscle spasms.1

  1. Pelihara jalan nafas, cukupi kebutuhan oksigen,

  1. Pelihara jalan nafas, cukupi kebutuhan oksigen, sehingga mencegah terjadinya tetanic spasms. sehingga mencegah terjadinya tetanic spasms.

  Bila spasms tak terkontrol dengan Bila spasms tak terkontrol dengan obat(neuromuscular block dapat diberikan obat(neuromuscular block dapat diberikan mekanik ventilator. Pasien dengan obat rilaksasi mekanik ventilator. Pasien dengan obat rilaksasi cenderung tidur dan bila tidur kebutuhan cenderung tidur dan bila tidur kebutuhan oksigen 75% dari normal rest. Dan tetes mata oksigen 75% dari normal rest. Dan tetes mata tiap 2 jam bila perlu tutup mata. Kerja sama tiap 2 jam bila perlu tutup mata. Kerja sama team medis perlu agar saling membantu team medis perlu agar saling membantu keberhasilan. Kontrol pernafasan. 2 2. Tracheostomy.

  Bila terjadi spasme laryngeal dan tidak Bila terjadi spasme laryngeal dan tidak menguntungkaan dengan mekanik menguntungkaan dengan mekanik ventilator dapat dilakukan tracheostomy ventilator dapat dilakukan tracheostomy dan ventilator untuk menjegah aspirasi dan ventilator untuk menjegah aspirasi baik isi lambung atau skreet. baik isi lambung atau skreet.

  3. Chest fisioterapi. Untuk memelihara

  3. Chest fisioterapi. Untuk memelihara respirasi atau menjegah komplikasi paru. respirasi atau menjegah komplikasi paru.

  Kontrol spasms. 3 Kontrol spasms. 3 4.

  4. Change position.

  Change position.

  Posisikan pasien tiap 2 jam samping kanan dan Posisikan pasien tiap 2 jam samping kanan dan kiri atau terletang secara teratur untuk kiri atau terletang secara teratur untuk mencegah gangguan sirkulasi atau decubitus mencegah gangguan sirkulasi atau decubitus dengan hati-hati dan gently, perhatikan dengan hati-hati dan gently, perhatikan extremitas dan tonjolan tulang yg mudah luka. extremitas dan tonjolan tulang yg mudah luka.

  5.

  5. Blader kontrol. Adanya spasms blader

  Blader kontrol. Adanya spasms blader sphincter sehingga mengganggu kencing sphincter sehingga mengganggu kencing

  Terdapat retensi urin di blader, dan dilakukan Terdapat retensi urin di blader, dan dilakukan cateterisasi jegah infeksi saluran kecing cateterisasi jegah infeksi saluran kecing 6.

  6. Body temperature: ciri tetanus adanya

  Body temperature: ciri tetanus adanya Hyperpyrexia setelah kena tetanus, panas

  Hyperpyrexia setelah kena tetanus, panas tinggi dapat menyebabkan hypothermia karena tinggi dapat menyebabkan hypothermia karena

  

Myasthenia gravis.

  

Fisioterapi pernafasan pada

Fisioterapi pernafasan pada

spinal cord injury.

spinal cord injury.

  Pernafasan terganggu bila otot pernafasan yang Pernafasan terganggu bila otot pernafasan yang terinervasi dibawah level injury mengalami paralise. Hal terinervasi dibawah level injury mengalami paralise. Hal ini berhubungan dengan kekuatan, integritas ini berhubungan dengan kekuatan, integritas kemampuan otot pernafasan untuk memelihara ventilasi kemampuan otot pernafasan untuk memelihara ventilasi thorak secara efektif dan efisien. thorak secara efektif dan efisien.

  Pasien dengan injury cervical spine mempunyai problem Pasien dengan injury cervical spine mempunyai problem otot-otot thorak bawah, teta[I pada injury lumbal hanya otot-otot thorak bawah, teta[I pada injury lumbal hanya sedikit gangguan fungsi pernafasan. sedikit gangguan fungsi pernafasan.

  Pada lesi akut umumnya diberikan prophylactic respirasi Pada lesi akut umumnya diberikan prophylactic respirasi

therapy pada semua gangguan hypostatik pneumonia.

therapy pada semua gangguan hypostatik pneumonia.

  Pasien komplit atau sebagia palise otot-otot pernafasan Pasien komplit atau sebagia palise otot-otot pernafasan perlu fisioterapi khusus. perlu fisioterapi khusus.

  Fungsi sangkar thorak dan otot

Fungsi sangkar thorak dan otot

pernafasan.

pernafasan.

  Pada dasarnya bila otot inspirator bekerja akan Pada dasarnya bila otot inspirator bekerja akan meningkatkan ventilasi thorak dengan terangkatnya meningkatkan ventilasi thorak dengan terangkatnya

tulang rusuk dan dada kedepan atas sehingga tekanan

tulang rusuk dan dada kedepan atas sehingga tekanan

udara paru turun dan udara atmosfer masuk paru. udara paru turun dan udara atmosfer masuk paru.

  Sedang ekspirasi terjadi rekoil otot inspirasi akan terjadi Sedang ekspirasi terjadi rekoil otot inspirasi akan terjadi

peningkatan tekanan thorak dan udara keluar apa lagi

peningkatan tekanan thorak dan udara keluar apa lagi

denganpernafasan kuat otot-otot ekspirator bekerja denganpernafasan kuat otot-otot ekspirator bekerja membantu meningkatkan tekanan thorak sehingga udara membantu meningkatkan tekanan thorak sehingga udara yang keluar lebih banyak. yang keluar lebih banyak.

  Untuk menekan atau mengembangkan thorak ada goup Untuk menekan atau mengembangkan thorak ada goup

otot. Inspirator utama dan pembantu, ekspirator utama

otot. Inspirator utama dan pembantu, ekspirator utama

  

Inervasi Diaphragm : C3,4&5

Inervasi Diaphragm : C3,4&5

  Diaphragm otot inspiatot utama 65% kontraksi Diaphragm otot inspiatot utama 65% kontraksi mengembangkan thorak. mengembangkan thorak.

  Bila kontraksi tendan yg berada di tengah bergerak Bila kontraksi tendan yg berada di tengah bergerak kebawah dan menekan isi perut. kebawah dan menekan isi perut.

  Pengembangan rusuk dan tuas di perut. Efisiensi Pengembangan rusuk dan tuas di perut. Efisiensi kerja diaphragm tergantung keseimbangan rusuk kerja diaphragm tergantung keseimbangan rusuk dan perut complince. dan perut complince.

  Pasien dengan spinal cord lesi diatas C5 diaphragm Pasien dengan spinal cord lesi diatas C5 diaphragm bias sebagian atu semua paralise. bias sebagian atu semua paralise.

  Pemeriksaan fungsi diaphragm ini dapat dilakukan Pemeriksaan fungsi diaphragm ini dapat dilakukan palpasi di perut bagian atas (diaphragm) didak palpasi di perut bagian atas (diaphragm) didak menekan kebawah (intra thoracic presusre menekan kebawah (intra thoracic presusre

  

Otot-otot pernafasan intercostal

Otot-otot pernafasan intercostal

disyarafi oleh: Th 1-7.

disyarafi oleh: Th 1-7.

  Otot-otot intercostal internnal mempunyai fungsi Otot-otot intercostal internnal mempunyai fungsi ekspirasi dan otot intercostalis eksternal ekspirasi dan otot intercostalis eksternal mempunyai fungsi inspirasi.Pada pernafasan berat mempunyai fungsi inspirasi.Pada pernafasan berat dan diaphragma lelah maka intercostalis mengambil dan diaphragma lelah maka intercostalis mengambil alih fungsi inspirasi sampai diphrgma pulih kembali. alih fungsi inspirasi sampai diphrgma pulih kembali.

  Kemampuan pergantian ini terjadi bila otot Kemampuan pergantian ini terjadi bila otot intercostalis tidak paralise, kerja otot pembantu intercostalis tidak paralise, kerja otot pembantu nafas ini mudah lelah dan sebetulnya tidak disukai. nafas ini mudah lelah dan sebetulnya tidak disukai.

  Otot inter costal juga membuat stabilitas sangkar Otot inter costal juga membuat stabilitas sangkar thorak pada full inspirasi dan mencegah rongga thorak pada full inspirasi dan mencegah rongga

  Otot accessory terinervasi C1-8.

  Otot accessory terinervasi C1-8.

  1.

  1. Scaleni. Otot pernafasan primer untuk Scaleni. Otot pernafasan primer untuk mengangkat, mengembangkan, mengangkat, mengembangkan, menstabilisasi tl rusuk dari insersio ke atas. menstabilisasi tl rusuk dari insersio ke atas.

  2.

  2. Sternomastoid dan Trapezius. Otot inspirator Sternomastoid dan Trapezius. Otot inspirator yg bekerja bila aktifitas berat (OR) dengan yg bekerja bila aktifitas berat (OR) dengan ventilasi tinggi dan lama. Pada inkomplet lesi ventilasi tinggi dan lama. Pada inkomplet lesi diatas C3 menyebabkan paralise diaprhagm diatas C3 menyebabkan paralise diaprhagm dengan bekerjanya otot diatas menibulkan dengan bekerjanya otot diatas menibulkan

  Otot Abdominal innervasi Th 6-12 Otot Abdominal innervasi Th 6-12

  

Otot: Rectus internal dan eksterna, obligues dan tranversal

Otot: Rectus internal dan eksterna, obligues dan tranversal

abdominalis merupakan otot ekspirator penting (de abdominalis merupakan otot ekspirator penting (de troyer 1983) ekspirasi adalah selalu gerakan pasif troyer 1983) ekspirasi adalah selalu gerakan pasif

  

(recoil) pada ekspirasi kuat saat batuk menggunakan

(recoil) pada ekspirasi kuat saat batuk menggunakan

otot ini, dan ikut menstabilkan diaphragm, kontrol sikap otot ini, dan ikut menstabilkan diaphragm, kontrol sikap

saat diaphragm kontraksi akan meningkatkan tekanan

saat diaphragm kontraksi akan meningkatkan tekanan

abdominal dan otot abdominal membuat stabil. abdominal dan otot abdominal membuat stabil.

  

Paralise abdominal pada lesi thorak atas atau cervical akan

Paralise abdominal pada lesi thorak atas atau cervical akan

menjadikan cadangan force ekspirasi menjadi lemah dan menjadikan cadangan force ekspirasi menjadi lemah dan akan terjadi penumpukan sputum, penyebab akan terjadi penumpukan sputum, penyebab microatelektasis pada mayor segmen , lobular atau microatelektasis pada mayor segmen , lobular atau colapnya paru atau infeksi paru. Microatelektasis colapnya paru atau infeksi paru. Microatelektasis menimbulkan ventilasi dan perfusi rendah dan hypoksia menimbulkan ventilasi dan perfusi rendah dan hypoksia

  Selamaperiode spinal shock, dimana tanus Selamaperiode spinal shock, dimana tanus otot menghilang sehingga tidak otot menghilang sehingga tidak mampunya melakukan inspirasi diphragm mampunya melakukan inspirasi diphragm

dan abdominal justru sebagai penahan

dan abdominal justru sebagai penahan

pernafasan (guttman 1965, silver 1970)

pernafasan (guttman 1965, silver 1970)

  Akibatnya vital capasitas dibawah Akibatnya vital capasitas dibawah kebutuhan, kekuatan akan dikerahkan kebutuhan, kekuatan akan dikerahkan untuk memenuhi akibatnya tambah lelah untuk memenuhi akibatnya tambah lelah

mempercepat gangguan neuromuskular

mempercepat gangguan neuromuskular

activity dan reflek distorsi dan timbul activity dan reflek distorsi dan timbul

  

Tanda-tanda Paralise otot-otot

Tanda-tanda Paralise otot-otot

respirator.

respirator.

  1.

  1. Pasien tidak mampu batuk (letupan ekspirasi)

  Pasien tidak mampu batuk (letupan ekspirasi) 2.

  2. Total rusuk dan paru inflasi

  Total rusuk dan paru inflasi 3.

  3. Lemahnya otot inspirasi akibat sebagian

  Lemahnya otot inspirasi akibat sebagian paralise, fungsi pleura turun, diaphragm turun paralise, fungsi pleura turun, diaphragm turun dan memungkinkan timbulnya pernafasan dan memungkinkan timbulnya pernafasan paradoksal, hal ini terlihat adanya gerakan paradoksal, hal ini terlihat adanya gerakan dada minimal saat inspirasi dan tidak ada dada minimal saat inspirasi dan tidak ada udara keluar masuk jalan nafas. udara keluar masuk jalan nafas.

  4.

  

4. Terjadi peningkatan frekuensi dan beban kerja

  Terjadi peningkatan frekuensi dan beban kerja diaphragm. diaphragm.

  6. Tidak kemampuan membersihkan jalan

  6. Tidak kemampuan membersihkan jalan nafas memungkinkan timbulnya nafas memungkinkan timbulnya microatelektasis dengan konsekuensinya microatelektasis dengan konsekuensinya tibul fibrosis atau jaringan scartissue paru tibul fibrosis atau jaringan scartissue paru

  7. Sebagian area colap setelah injury dan

  7. Sebagian area colap setelah injury dan ventilasi turun dan hypoxaemia. ventilasi turun dan hypoxaemia.

  

8. Otot tidak mampu memenuhi kebutuhan

  

8. Otot tidak mampu memenuhi kebutuhan

pernafasan dan akibatnya meningkatkan pernafasan dan akibatnya meningkatkan frekuensi atau force (beban keja otot) frekuensi atau force (beban keja otot) meningkat pernafasan meningkat otot meningkat pernafasan meningkat otot mudah lelah bahkan gagal nafas. mudah lelah bahkan gagal nafas.

  

Pengaruh posisi (sikap) thd

Pengaruh posisi (sikap) thd

pernafasan.

pernafasan.

  Pada posisi tidur terlentang aksi diaphragm Pada posisi tidur terlentang aksi diaphragm dibantu oleh berat isi abdomen untuk inspirasi, dibantu oleh berat isi abdomen untuk inspirasi, karena pada paralise otot abdominal viseral akan karena pada paralise otot abdominal viseral akan turun kebawah depan. Diaphragm kebawah turun kebawah depan. Diaphragm kebawah masuk rongga perut dan daerah rongga dada masuk rongga perut dan daerah rongga dada bawah start kontraksi diaphragm (inspirasi) bawah start kontraksi diaphragm (inspirasi) terbatas karena mengangkat rusuk bagian terbatas karena mengangkat rusuk bagian bawah serta mengarah ke lateral. bawah serta mengarah ke lateral.

  Pada penelitian Vital capasity tetraplegi naik 6% Pada penelitian Vital capasity tetraplegi naik 6% bila posisi kepada semi fleksi 15o atau sama bila posisi kepada semi fleksi 15o atau sama

  Prinsip umum ft respirasi pada Prinsip umum ft respirasi pada spinal cord injury. spinal cord injury.

  1. Ft respirasi harus terukur pada pasien

  1. Ft respirasi harus terukur pada pasien rawat dng spinal cord injury, dimana otot rawat dng spinal cord injury, dimana otot

pernafasan yg paralise akan melakukan

pernafasan yg paralise akan melakukan force inspirasi untuk mencapai volume force inspirasi untuk mencapai volume pernafasan yg cukup padahal tidak pernafasan yg cukup padahal tidak mampu untuk force ekspirasi dengan mampu untuk force ekspirasi dengan meningkatkan tekanan intrathorak yg meningkatkan tekanan intrathorak yg lemah, vital capasity turun 30 % lemah, vital capasity turun 30 % dibandingakn sebelum injury akibat dibandingakn sebelum injury akibat peningkata kualitas terjadi pada minggu 3-5 dan peningkata kualitas terjadi pada minggu 3-5 dan naik setelah 5 bulan setelah edema berkurang naik setelah 5 bulan setelah edema berkurang dan spastisitas intercostal terjadi paradoksal, dan spastisitas intercostal terjadi paradoksal, mungkin karena reinervasi. mungkin karena reinervasi.

  Tujuan : Tujuan : 1.

  1. Memobilisasi sputum dan mengeluarkan.

  Memobilisasi sputum dan mengeluarkan.

  2.

  2. Perbaikan jalan nafas.

  Perbaikan jalan nafas.

  3.

  3. Meningkatkan ventilasi dan perfusi paru.

  Meningkatkan ventilasi dan perfusi paru.

  4.

  

4. Yg penting memelihara continuitas ft edukasi ,

  Yg penting memelihara continuitas ft edukasi , supor, membantu keluarga untu perawatan supor, membantu keluarga untu perawatan pernafasan.

  Prophylactic treatment.

  b. Periksa kemampuan gerak dasar, penglihatan, paradoksal mov, fungsi diaphagm. paradoksal mov, fungsi diaphagm.

  e. Vital capasity

  e.

  Auskultasi. Sputum, whezeeng.

  d. Auskultasi. Sputum, whezeeng.

  d.

  Kemampuan batuk, kekuatan otot abdoomen dan efisiensinya. dan efisiensinya.

  

c. Kemampuan batuk, kekuatan otot abdoomen

  c.

  b. Periksa kemampuan gerak dasar, penglihatan,

  Prophylactic treatment.

  a. Riwayat pengobatan, pernafasan, cordiovas problem. problem.

  a. Riwayat pengobatan, pernafasan, cordiovas

  Pemeriksaan meliputi:

  2. Pemeriksaan meliputi:

  2.

  Assesment frekuensi pernafasan, untuk efektifnya program ft. efektifnya program ft.

  1. Assesment frekuensi pernafasan, untuk

  1.

  Vital capasity

  Breathing exercise.

  4.

  6. Tujuan umum adalah meningkatkan kekuatan dan

  6.

  Program latihan otot pernafasan dengan latihan tahanan untuk relaksasai dan pengembangan tahanan untuk relaksasai dan pengembangan thorak. thorak.

  5. Program latihan otot pernafasan dengan latihan

  Belajar bicara didepan kaca untuk feedback sensasi 5.

  

4. Belajar bicara didepan kaca untuk feedback sensasi

  Relaksasi yg comfort tanpa kelelahan.

  Breathing exercise.

  3. Relaksasi yg comfort tanpa kelelahan.

  3.

  Meminimalis otot pernafasan yg tak aktif: apical, basal, lateral dan diphragm tiap hari dua kali. basal, lateral dan diphragm tiap hari dua kali.

  2. Meminimalis otot pernafasan yg tak aktif: apical,

  Memelihara pengembangan paru dan thorak 2.

  1. Memelihara pengembangan paru dan thorak

  Tujuan: Tujuan: 1.

  Tujuan umum adalah meningkatkan kekuatan dan daya tahan setelah kelelahan agar nilai cadangan daya tahan setelah kelelahan agar nilai cadangan

  

Posisioning dan Postural Drainage(PD)

Posisioning dan Postural Drainage(PD)

  Frekuensi pengaturan posisi untuk mencegah Frekuensi pengaturan posisi untuk mencegah terlalu lama terjadi penekanan tumpuan dan terlalu lama terjadi penekanan tumpuan dan juga memperbaiki pernafasan. juga memperbaiki pernafasan.

  PD. Mengautur posisi yg membuat gravitasi PD. Mengautur posisi yg membuat gravitasi memudahkan mengalirkan sputum tidak memudahkan mengalirkan sputum tidak menumpuk di jln nafas tetapi menuju oral. menumpuk di jln nafas tetapi menuju oral.

  Posisi kepala semi ekstensi dan rotasi agar Posisi kepala semi ekstensi dan rotasi agar saluran nafas terbuka di daerah cervical atau saluran nafas terbuka di daerah cervical atau

  Forced expiration.

  Forced expiration.

  Pasien dengan paralise otot abdominal tidak mampu untuk Pasien dengan paralise otot abdominal tidak mampu untuk

batuk efektif perlu dibantu untuk menjegah retensi sputum

batuk efektif perlu dibantu untuk menjegah retensi sputum

dan collap paru. dan collap paru.

  Normal batuk.

  Normal batuk.

  Singgle batuk dilatih teratur dengan deep inspirasi dengan Singgle batuk dilatih teratur dengan deep inspirasi dengan force expirasi dan menutup glotis diulang-ulang (widdicombe force expirasi dan menutup glotis diulang-ulang (widdicombe 1980).

  1980).

  Efectifitas batuk juga dipengaruhi volume udara inspirasi yang Efectifitas batuk juga dipengaruhi volume udara inspirasi yang

tinggi, penyempitan jalan nafas saat batuk dan kekentalan

tinggi, penyempitan jalan nafas saat batuk dan kekentalan

sputum (macklem ‘74) sputum (macklem ‘74)

  

Spinal injury timbulkan keterbatasan volume respirasi sehingga

Spinal injury timbulkan keterbatasan volume respirasi sehingga

tidak mempunyai cadangan untuk mendorong sputum keluar tidak mempunyai cadangan untuk mendorong sputum keluar tanpa bantuan batuk . tanpa bantuan batuk .

  Secara normal batuk tidak dng force asalkan udara inspirasi Secara normal batuk tidak dng force asalkan udara inspirasi

  

Assited Coughing.

  Pasien dengan sebagian atau komplet Pasien dengan sebagian atau komplet paralise dari otot abdominal shg tidak paralise dari otot abdominal shg tidak mampu batuk efektif. mampu batuk efektif.

  Ft dapat mengajarkan fungsi maks otot Ft dapat mengajarkan fungsi maks otot abdominal yg paralise untuk batuk dengan abdominal yg paralise untuk batuk dengan creatifitasnya agar tekanan saat batuk creatifitasnya agar tekanan saat batuk meningkat baik bantuan fisioterapis, meningkat baik bantuan fisioterapis,

  

Methode Assisted couging.

  Posisi pasien supine lying Posisi pasien supine lying .

  .

  1. Ft meletakkan tangan kanannya didada

  1. Ft meletakkan tangan kanannya didada samping atas kiri, samping atas kiri, dan tangan kiri di dada dan tangan kiri di dada bawah kanan sampin, bawah kanan sampin, kemudian kemudian meminta pasien inspirasi maksimal dan meminta pasien inspirasi maksimal dan saat saat batuk ft menekan kedua tangan batuk ft menekan kedua tangan untuk membatu meningkatkan tekanan untuk membatu meningkatkan tekanan

  2.Ft. tangan kanan dan kiri diletakkan didada

  2.Ft. tangan kanan dan kiri diletakkan didada bawah kanan dan kiri, methode sama diatas, jari bawah kanan dan kiri, methode sama diatas, jari tangan dilateroposterior. tangan dilateroposterior.

  3. Posisi kedua tangan ft telapak tangan diletakkan

  3. Posisi kedua tangan ft telapak tangan diletakkan dibawah xipoid. dibawah xipoid.

  Dua fisioterapis.

  Dua fisioterapis.

  4. Dua tangan diletekkan di dada samping kanan

  4. Dua tangan diletekkan di dada samping kanan atas dan bawah didepan ft dan ft yang lain sama atas dan bawah didepan ft dan ft yang lain sama dari sisi yg berbeda. dari sisi yg berbeda.

  5. Seperti nomor 4 hanya tangan diletakkan di

  5. Seperti nomor 4 hanya tangan diletakkan di seberang dada samping, atas dan bawah dan ft seberang dada samping, atas dan bawah dan ft yg lain sebaliknya dengan sedikit menekankan yg lain sebaliknya dengan sedikit menekankan

  

Posisi duduk.

  

Posisi duduk.

  Pasien duduk di bed, kursi, kursi roda.

  Pasien duduk di bed, kursi, kursi roda.

  6. Fisioterapis dibelakang pasien dengan

  6. Fisioterapis dibelakang pasien dengan

meletakan kedua tangan diperut pasien

meletakan kedua tangan diperut pasien saling pegangan, pasien inspirasi maks saling pegangan, pasien inspirasi maks

dan batuk bersamaan ft menekan perut

dan batuk bersamaan ft menekan perut dan semi fleksi thrunk dengan mendorong dan semi fleksi thrunk dengan mendorong

tubuh pasien kedepan dengan badan ftis.

tubuh pasien kedepan dengan badan ftis.

  7. Self assisted. Pasien dengan tangan

  7. Self assisted. Pasien dengan tangan kanan membantu menekan perut saat kanan membantu menekan perut saat batuk. batuk.

  

Frekuensi batuk.