LAPORAN PENELITIAN PERBANDINGAN PENERIMAAN PAJAK SEBELUM DAN SESUDAH SUNSET POLICY PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) MEDAN TIMUR Peneliti :
LAPORAN PENELITIAN
PERBANDINGAN PENERIMAAN PAJAK SEBELUM DAN
SESUDAH SUNSET POLICY PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) MEDAN TIMUR
Peneliti :
Raya Panjaitan, SE., M.M LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN 2012
PENGESAHAN LAPORAN PENELITIAN
1. A. Judul Penelitian : Perbandingan Penerimaan Pajak Sebelum dan Sesudah Sunset Policy pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Timur
B. Bidang Ilmu
: Ekonomi
C. Kategori Penelitian : Penelitian Untuk Mengembangkan Fungsi
Kelembagaan Perguruan Tinggi.
2. Ketua Peneliti:
A. Nama Lengkap & Gelar: Raya Panjaitan,SE, M.M
B. Jenis Kelamin
: Laki-laki
C. Golongan/Pangkat
: IIIb / Penata Muda Tkt I
D. Jabatan Fungsional
: Asisten Ahli
E. Jabatan Struktural
: Dosen
F. Fakultas/Jurusan
: Ekonomi/Administrasi Perpajakan
3. Lokasi Penelitian
: KPP Medan Timur
4. Lama Penelitian : 5 Bulan (Oktober 2011 s/d February 2012)
5. Biaya Penelitian
: Rp. 2.000.000,- (Dua Juta Rupiah)
Medan, 28 Februari 2012 Mengetahui,
Menyetujui,
Dekan Fakultas Ekonomi
Ketua Lembaga Penelitian
Ketua Peneliti,
Dr.Ir. Parulian Simanjuntak,MA. Prof, Dr. Hasan Sitorus,MSi. Raya Panjaitan,SE,M.M
ABSTRAK PERBANDINGAN PENERIMAAN PAJAK SEBELUM DAN SESUDAH SUNSET POLICY PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN TIMUR
Tujuan penelitian adalah untuk menelaah tingakat kepatuhan wajib pajak dala melaporkan kewajiban perpajakannya dalam rangka program sunset policy. Alat analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Tolak ukur untuk mengetahui tingkat kepatuhan adalah presentase pertumbuhan dalam wajib pajak terdaftar, SPT yang dilapokan dan penerimaan pajak meningkat maka kepatuhan wajib pajak baik. Sedangkan jika pertumbuhannya menurun maka kepatuhan mengalami penurunan.
Hasil pertumbuhan menunjukkan bahwa kepatuhan dalam wajib pajak pada tahun 2006 dalam hal wajib pajak mendaftarkan diri dan melaksanakan kewajiban perpajakan mengalami penurunan, serta penerimaan pajak penghasilan KPP Pratama Medan Timur pada tahun 2006-2007 belum memenuhi target yang telah ditetapkan. Sedangkan dalam pelaporan SPT dari tahun ketahun mengalami peningkatan. Pada saat dilkasanakan program sunset policy kepatuhan wajib pajak sudah cukup baik namun belum sesuai dengan yang ditargetkan.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karuniaNya peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini walaupun disadari bahwa dalam penelitian masih terdapat banyak kekurangan baik dalam penulisan maupun analisis. Penelitian ini membahas tentang Perbandingan Penerimaan Pajak Sebelum dan Sesudah Sunset Policy pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Timur. Peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran dari pihak pembaca untuk
dapat membangun penelitia ini dimasa yang akan datang.
Pada kesempatan ini, peneliti mengicapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang ikut membantu dalam penyelesaian penelitian ini yaitu:
1. Rektor Universitas HKBP Nommensen Medan – Pematang Siantar
2. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen Medan
3. Ketua Lembaga Penelitian Universitas HKBP Nommensen Medan
Medan, 28 Februari 2012 Ketua Peneliti,
Raya Panjaitan, SE, M.M
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Jumlah Penerimaan Pajak Tahun 2006 di KPP Pratama Medan Timur .............................................................
Tabel 4.2. Jumlah Penerimaan Pajak Tahun 2007 di KPP Pratama Medan Timur .............................................................
Tabel 4.3. Jumlah Penerimaan Pajak Tahun 2008 di KPP Pratama Medan Timur .............................................................
Tabel 4.4. Jumlah Penerimaan Pajak Tahun 2009 di KPP Pratama Medan Timur .............................................................
Tabel 4.5. Jumlah Penerimaan Pajak Tahun 2010 di KPP Pratama Medan Timur .............................................................
Tabel 4.6. Paired Samples Statistics .................................................................
Tabel 4.7. Paired Samples Correlations ............................................................
Tabel 4.8. Paired Samples Test ........................................................................
DAFTAR GAMBAR
16
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual ......................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan di Indonesia sangatlah penting untuk mensejahterahkan masyarakat. Pembangunan tidak akan tercapai apabila tidak ada kerja sama antara pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan sesuai dengan keinginan masyarakat dan Bangsa Indonesia. Pajak merupakan sumber penerimaan negara / pemerintah yang terbesar dibandingkan penerimaan dari sektor lainnya. Pajak diharapkan menjadi andalan utama pemerintah untuk mendanai pembangunan dan pengeluaran negara lainya.
Kenyataan yang terjadi pada belakangan ini adalah, kurangnya minat para wajib pajak dalam melakukan kewajibannya untuk melunasi pajaknya. Hal tersebut mungkin sebagai implikasi ketidak beresan pelayanan kepada masyarakat. Hal yang lebih menyebalkan lagi bagi masyarakat adalah penyelewen keuangan negara oleh oknum aparatur negara. Masyarakat sudah semakin berang akibat ulah dari para oknun aparatur yang serakah.
Akibat dari hal tersebut masyarak enggan untuk membayar pajak, masyarakat berusaha menghindar dari pajak. Hal ini tentu akan merugikan bagi negara. Negara harus segera melakukan pembenahan pelayanan bagi masyarakat. Pemerintah harus kembali ke amanah pancasila dan UUD 45 yang sesungguhnya sudah tugas negara lah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui penyediaan lapangan pekerjaan, mencerdaskan kehidupan bangsa melalui peningkatan dan pelaksanaan pendidikan bagi semua anggota masyarakat.
Untuk hal tersebut negara juga harus melakukan pengelolaan keuangan dengan sebaik- baiknya, dan dengan transparan. Negara juga harus melakukan tindakan-tindakan yang preventif untuk menghidari penyelewengan-penyelewengan keuangan oleh oknum aparatur negara yang tentu sangat merugikan masyarakat. Negara juga harus berusaha mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah melalui pembenahan pelayanan di segala bidang, dan negara harus juga menyadarkan masyarakan akan hak dan kewajiban warga negara.
Direktorat Jenderal Pajak secara khusus juga harus melakukan pembenahan pelayanan perpajakan kepada masyarakat. Peningkatan kemampuan aparat pajak harus segerah dibenahi, agar mampu melakukan pendataan pajak dan memberikaan pelayanan dan kemudahan kepada masyarakat, melalui pelayanan yang lebih baik. Salah satu bentuk kemudahan yang telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak adalah penerapan Sunset Policy. Penerapan kebijakan ini diharapkan dapat meringankan beban pajak yang akan ditanggung para wajib pajak, disamping kebijakan-kebijakan lainnya.
Penerapan sanksi administrasi masih kurang mampu untuk membuat Wajib Pajak melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan baik. Oleh karena pajak merupakan sumber pendapatan negara yang utama, maka pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak mengeluarkan kebijakan yang mengatur tentang penghapusan sanksi administrasi agar penerimaan negara dapat dimaksimalkan.
Berlakunya Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Nomor 28 Tahun 2008 sejak 1 Januari 2008 menjadi titik awal berlakunya pasal 37A yang Dikenal dengan Sunset Policy. Direktorat Jenderal Pajak menindaklanjuti dengan menerbitkan surat nomor S- 38/PJ./2008 tanggal 14 Maret 2008 yang berisi intruksi kepada Kepala Kantor Wilayah DJP dan
Kepala Kantor Pelayanan Pajak untuk melaksanakan sejumlah kegiatan sosialisasi Sunset Policy melalui berbagai cara dan media sesuai situasi dan kondisi setempat.
Pada hakikatnya kebijakan Sunset Policy diberikan kepada Wajib Pajak yang telah terdaftar dan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang belum terdaftar untuk memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Bagi Wajib Pajak yang telah terdaftar yang memelakukan menyampaikan pembetulan SPT Tahunan PPh untuk tahun pajak sebelum 2007 yang mengakibatkan timbulnya PPh yang masih harus dibayar maka kepadanya diberikan insentif pajak berupa penghapusan sanksi administrasi berupa bunga atas keterlambatan pelunasan kekurangan pembayaran pajak.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik melakukan penelitian dengan topik :
“Perbandingan Penerimaan Pajak Sebelum dan Sesudah Sunset Policy Pada Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur ”.
1.2. Batasan Masalah
Berdasarkan keterbatasan yang dimiliki oleh penulis, berupa keterbatasan waktu dan keterbatasan lainnya maka penulis membatasi penelitian ini dalam ruang lingkup yang lebih spesifik yaitu hanya meneliti Perbandingan Penerimaan Pajak sebelum dan sesudah Sunset Policy pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Timur.
1.3. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang ingin dikaji dalam Studi ini adalah sebagai berikut: “Apakah ada Perbedaan Penerimaan Pajak sebelum dan sesudah Sunset Policy pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Timur?”
1.4. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah pokok yang dikemukakan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam Studi ini adalah untuk menganalisis Perbandingan Penerimaan Pajak sebelum dan sesudah Sunset Policy pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Timur
1.5. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dipaparkan di atas dan tujuan yang telah ditetapkan, maka manfaat yang diharapkan dari studi ini adalah :
1. Bagi pengembangan teori dan ilmu pengetahuan, hasil studi ini diharapkan dapat memperdalam ruang lingkup pembahasan dan pengembangan ilmu bidang perpajakan.
2. Bagi Direktorat Jenderal Pajak dalam upaya pembenahan pelayanan pada masyarakat dan upaya memperbaiki kinerja dan perilaku aparatur negara di bidang pajak.
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Pajak
Soemitro (2001:1), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan Undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal (kontrasprestasi) yang langsung dapat ditujukan dan digunakan untuk pengeluaran umum.
Soeparman (1981:34) Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang
yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang jasa kolektif dalam menapai kesejahteraan umum.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Pajak adalah Iuran wajib masyarakat kepada Negara yang dapat dipaksakan tanpa mendapat jasa timbal (kontraprestasi) secara langsung, dan apabila ada dari masyarakat tdak melaksanakan kewajiban perpajakannya maka akan dikenakan sanksi.
2.2. Pengertian Pajak Penghasilan
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir kali dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (selanjutnya disebut Undang-undang PPh) Pasal 1 adalah Pajak Penghasilan dikenakan terhadap Subjek Pajak atas Penghasilan yang diterima dan/atau Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir kali dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (selanjutnya disebut Undang-undang PPh) Pasal 1 adalah Pajak Penghasilan dikenakan terhadap Subjek Pajak atas Penghasilan yang diterima dan/atau
2.3. Subjek Pajak
Subjek Pajak Penghasilan menurut UU PPh Pasal 2 ayat (1) adalah sebagai berikut :
a. Orang Pribadi (Perseorangan)
b. Warisan yang belum terbagi, sebagai satu kesatuan
c. Badan
d. Bentuk Usaha Tetap (BUT). Selain itu, Subjek Pajak juga terbagi atas dua yakni Subjek Pajak Dalam Negeri (SPDN) dan subjek Pajak Luar Negeri (SPLN). Yang dikatakan sebagai Subjek Pajak Dalam Negeri (SPDN) adalah:
a. Orang Pribadi yang berada dan atau bertempat tinggal di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapanpuluh tiga) hari (tidak harus berturut-turut) dalam jangka waktu
12 bulan, dan/atau orang pribadi yang dalam 1 tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.
b. Badan yang didirikan dan atau bertempat kedudukan di Indonesia.
c. Bentuk usaha Tetap (BUT) yaitu bentuk usaha yang dipergunakan untuk menjalankan kegiatan usaha secara teratur di Indonesia, oleh badan atau perusahaan yang tidak didirikan atau tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat berupa tempat kedudukan manajemen, kantor cabang, kantor perwakilan, agen, gedung pabrik dan atau bengkel, proyek konstruksi, pertambangan dan atau penggalian sumber alam, perikanan, tenaga ahli, pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai dan atau oleh orang lain, orang pribadi dan atau badan yang kedudukannya tidak bebas yang bertindak atas nama badan dan atau perusahaan yang tidak didirikan dan/atau tidak bertempat kedudukan di Indonesia dan perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan/atau tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi dan atau menanggung resiko di Indonesia.
Sedangkan yang dimaksud dengan Subjek Pajak Luar Negeri (SPLN) adalah Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia serta Orang Pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari (seratus delapanpuluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan atau tidak berkedudukan di Indonesia, yang menjalankan usahanya yang dapat menerima dan/atau memperoleh penghasilan dari Indonesia.
2.4. Fungsi Pajak
Pajak mempunyai 2 fungsi yakni:
a. Fungsi Budgetair/ Finansial yaitu memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas negara sebagai sumber dana bagi pemerintah dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara.
b. Fungsi Regulerd/ fungsi mengatur yaitu pajak yang digunakan alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dibidang sosial maupun ekonomi.
2.5. Sistem Pemungutan Pajak
Dalam peraturan perundang-undangan perpajakan, sistem pemungutan pajak terdiri atas:
a. Official Asessment System, yaitu sistem pemungutan yang memeberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan jumlah pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
b. Self Asessment System, yaitu sistem pemungutan pajak dimana dalam hal ini Wajib Pajak yang menghitung dan atau memperhitungkan, menyetor serta melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang. Dalam sistem pemungutan pajak, Indonesia sendiri menerapkan sistem ini.
c. With Holding System, yaitu sistem pemungutan pajak, dimana besarnya jumlah pajak yang terutang dihitung sendiri dan dipotong oleh pihak ketiga, dalam hal ini c. With Holding System, yaitu sistem pemungutan pajak, dimana besarnya jumlah pajak yang terutang dihitung sendiri dan dipotong oleh pihak ketiga, dalam hal ini
2.6. Pengertian dan Dasar Hukum Sunset Policy
Rahayu (2009) : Sunset Policy adalah nama kebijakan dalam suatu undang-undang yang bersifat khusus dan berlaku untuk jangka waktu yang terbatas(hanya salama tahun 2008). Dalam ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan, Sunset Policy dapat diartikan sebagai pemberian fasilitas perpajakan dalam benruk penghapusan sanksi administrasi perpajakan berupa bunga sebagaimana diatur dalam pasal 37A Undang- undang nomor 28 tahun 2007 tentang perubahan ketiga Undang- undang nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Undang-undang KUP).
Sektor perpajakan merukan salah satu penopang penerimaan Negara karena memberikan kontribusi yang paling besar dalam APBN Indonesia. Oleh karena itu pendapatan itu dari sektor pajak harus dioptimalkan oleh pemerintah dari para wajib pajak, karena pajak-pajak yang telah dibayarkan akan dikembalikan kepada masyarakat secara tidak langsung berupa pembangunan baik fisik, mental dan Sektor perpajakan merukan salah satu penopang penerimaan Negara karena memberikan kontribusi yang paling besar dalam APBN Indonesia. Oleh karena itu pendapatan itu dari sektor pajak harus dioptimalkan oleh pemerintah dari para wajib pajak, karena pajak-pajak yang telah dibayarkan akan dikembalikan kepada masyarakat secara tidak langsung berupa pembangunan baik fisik, mental dan
Salah satu cara pemerintah untuk mengoptimalkan dari sector pajak adalah dengan melaksanakan program Sunset Policy. Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 Pasal 37A.
Pada mulanya Sunset Policy Pasal 37A Undang-undang No. 28 Tahun 2007 diberlakukan mulai tanggal 1 Januari 2008 sampai dengan 31 Desember 2008 dengan tujuan untuk meningkatkan ketaatan wajib pajak membayar pajaknya sesuai dengan system self assessment yang berlaku di Indonesia, akan tetapi berakhirnya pada hari terakhir Sunset Policy pada tanggal 31 Desember 2008, pemerintah mengeluarkan Perpu No. 5 Tahun 2008 untuk memperpanjang Sunset Policy sampai dengan 28 Febuari 2009.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Sunset Policy adalah fasilitas penghapusan sanksi pajak penghasilan orang pribadi atau badan berupa bunga atas kekurangan pembayaran pajak yang dapat dinikmati oleh masyarakat baik yang belum memilki NPWP maupun yang telah memiliki NPWP pada tanggal 1 Januari 2008.
Untuk memberikan kepastian hukum tentang Sunset Policy, pemerintah mengeluarkan peraturan-peraturan pelaksanaan sebagai berikut:
1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 66/PMK.03/2008 tanggal 29 April 2008 Tentang Tata Cara Penyampaian dan Pemberitahuan dan Persyaratan Wajib
Pajak yang dapat Diberikan Penghapusan Sanksi Administrasi Dalam Rangka Penerapan Pasal 37A Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 (66/PMK.03/2008).
2. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: 27/PJ/2008 tanggal 19 Juni 2008 Tentang Tata Cara Penyampaian, Pengadministrasian, serta Penghapusan Sanksi Administrasi Sehubung dengan Penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi Tahun 2007 dan sebelumnya, dan sehubungan dengan Surat Pemberitahuan Tahun Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi atau Pajak Badan Untuk Tahun Pajak Sebelumnya Tahun 2007.
2.6.1. Konsep Dasar Undang-undang Perpajakan
Konsep dasar Undang-undang perpajakan yang mendasari Sunset Policy adalaha sistem Selft Assessment. Dalam sistem selft assessment, wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Sebagaimana konsekuensi pemberian kepercayaan tersebut, wajib pajak wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) berikut keterangan dan/atau dokumen yang harus dilampirkan, yang telah diisi secara benar, lengkap dan jelas. Oleh karena itu, dalam rangka memperoleh fasilitas Sunset Policy wajib pajak juga diberi kepercayaan untuk menentukan SPT atau Konsep dasar Undang-undang perpajakan yang mendasari Sunset Policy adalaha sistem Selft Assessment. Dalam sistem selft assessment, wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Sebagaimana konsekuensi pemberian kepercayaan tersebut, wajib pajak wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) berikut keterangan dan/atau dokumen yang harus dilampirkan, yang telah diisi secara benar, lengkap dan jelas. Oleh karena itu, dalam rangka memperoleh fasilitas Sunset Policy wajib pajak juga diberi kepercayaan untuk menentukan SPT atau
2.6.2. Alasan Utama Adanya Sunset Policy
Undang-undang KUP memberikan kewenangan kepada Direktorat Jenderal Pajak untuk menghimpun data perpajakan dan mewajibkan instansi pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak lainnya untuk memberikan data kepada Direktorat Jenderal Pajak. Ketentuan ini memungkinkan Direktorat Jenderal Pajak mengetahui ketidakbenaran pemenuhan kewajiban perpajakan yang telah dilaksanakan oleh masyarakat. Untuk menghidarkan masyarakat dari pengenaan sanksi perpajakan yang timbul apabila masyarakat tidak melakasanakan kewajiban perpajakanya secara benar, Direktorat Jenderal Pajak di tahun 2008 memberikan kesempatan kepada masarakat untuk menyampaikan atau membetulkan SPT tahunan PPh untuk tahun-tahun pajak yang lalu.
2.6.3. Tujuan Sunset Policy
Tujuan Sunset Policy adalah memberi kesempatan kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk memperoleh fasilitas penghapusan sanksi Tujuan Sunset Policy adalah memberi kesempatan kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk memperoleh fasilitas penghapusan sanksi
2.6.4. Jenis-Jenis Sunset Policy Pajak
Ada dua jenis Sunset Policy berdasarka ketentuan yaitu:
1. Sunset Policy untuk Wajib Pajak Baru Penghapusan sanksi administrasi berupa bunga atas pajak yang tidak atau kurang dibayar bagi wajib pajak orang pribadi secara sukarela mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak orang pribadi untuk tahun pajak 2007 dan sebelumnya.
Fasilitas pembebasan sanksi ini khusus diberikan kepada wajib pajak orang pribadi saja yang secara sukarela mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dalam tahun 2008 berdassarkan ekstensifikasi termasuk dalam kriteria mendaftarkan diri secara sukarela sehingga dapat menggunakan fasilitas Sunset Policy.
Termasukdalam lingkup penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan wajib pajak orang pribadi meliputi Surat Pembeitahuan yang terkait dalam pembayaran:
a. Pajak Penghasilan Pasal 29
b. Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2); dan/atau b. Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2); dan/atau
2. Sunset Policy untuk Wajib Pajak Lama Yang dimaksud dengan wajib pajak lama adalah wajib pajak yang sudah terdaftar sebagai wajib pajak sebelum 1 Januari 2008. Penghapusan sanksi administrasi berupa bunga atas keterlambatan pelunasan kekurangan pembayaran pajak kepada wajip pajak lama baik orang pribadi maupun badan, yang dalam tahun 2008 menyampaikan pembetulan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan sebelum tahun pajak 2007.
2.6.5. Keuntungan Memanfaatkan Sunset Policy
Wajib Pajak yang memanfaatkan Sunset Policy memperoleh keuntungan antara lain :
1. Sanksi Pajak berupa bunga atas keterlambatan pembayaran pajak masa lalu yang baru dibayar pada periode Sunset Policy dihapuskan dengan cara tidak ditagih
2. Data dan Informasi yang di ungkapkan Wajib Pajak dalam SPT atau pembetulan SPT tahunan PPh sehubungan dengan pemanfaatan sunset Policy, tidak dapat 2. Data dan Informasi yang di ungkapkan Wajib Pajak dalam SPT atau pembetulan SPT tahunan PPh sehubungan dengan pemanfaatan sunset Policy, tidak dapat
3. Apabila Wajib Pajak sedang diperiksa dan pemeriksa belum memnyampaikan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) kepada wajib pajak, pemeriksaan tersebut dihentikan
4. Data dan/atau informasi yang tercntum dalam SPT atau pembetulan SPT tahunan PPh terkait dengan pemanpaatan sunset policy tidak dapat digunakan sebagai dasar untuk menerbitkan surat ketetapan pajak atas jenis pajak lainnya
Disamping itu, wajib pajak orang pribadi yang telah memiliki NPWP memperoleh juga manfaat berupa :
1. Terhindar dari pemotongan pajak yang lebih tinggi dari tarif yang seharusnya pada tahun 2009 dan selanjutnya, yakni untuk PPh Pasal 21 dipotong 20% lebih tinggi dari tarif umum dan untuk pemotongan PPh pasal 22 atau pasal 23 dipotong 100% lbih tinggi dari tarif umum.
2. Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang akan berangkat ke luar negeri, mulai tahun 2009 dibebaskan dari pembayar fiskal luar negeri.
2.7. Kerangka Konseptual
Sunset Policy dapat membantu Direktorat Jenderal Pajak dalam mempermudah pelayanannya bagi masyarakat dan memberikan kepercayaan kepada masyarakat (wajib pajak) dalam menghitung, memperhitungkan, menyetorkan dan melaporkan pajaknya sendiri.
Penerimaan Pajak Sunset Policy
Penerimaan Pajak
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.8. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan atas permasalahan, tujuan, teori, dan kerangka konseptual sebagaimana diuraikan sebelumnya, maka hipotesis dalam Studi ini adalah sebagai berikut :
1. H0 = Tidak Perbedaan Penerimaan Pajak sebelum dan sesudah Sunset Policy pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Timur.
2. H1 = Ada Perbedaan Penerimaan Pajak sebelum dan sesudah Sunset Policy pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Timur.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Dalam bab ini, akan diuraikan desain penelitian yang dipakai dalam menganalisis perbandingan penerimaan pajak sebelum dan sesudah sunset policy pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur, melalui laporan penerimaan pajak di KPP Pratama Medan Timur selama 5 (lima) tahun mulai dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010.
Menganalis atau membahas suatu permasalahan penelitian, terlebih dahulu dirumuskan suatu metode yang dapat digunakan sebagai alat dalam menganalis atau membahas semua data-data penelitian.
Metode yang dimaksud adalah suatu desain penelitian yang mencakup bagaimana mengumpulkan data, metode penelitian yang digunakan, metode analisis data dan lain sebagainya.
Penelitian pada dasarnya merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh data atau informasi yang sangat berguna untuk mengetahui sesuatu untuk memecahkan persoalan atau untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Menurut J. Supranto (1998) penelitian dapat dibagi berdasarkan alasan penelitian, tempat penelitian dan menurut metode pengumpulan data penelitian. Penelitian berdasarkan alasan penelitian yaitu penelitian dasar (basic research) dan penelitian terpakai (applied research). Penelitian dasar adalah suatu penelitian yang mempunyai alasan intelektual (intellectual reason) bertujuan untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Sedangkan penelitian terpakai adalah suatu penelitian yang mempunyai tujuan atau alasan praktis (practical reason) yaitu suatu alasan yang Penelitian pada dasarnya merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh data atau informasi yang sangat berguna untuk mengetahui sesuatu untuk memecahkan persoalan atau untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Menurut J. Supranto (1998) penelitian dapat dibagi berdasarkan alasan penelitian, tempat penelitian dan menurut metode pengumpulan data penelitian. Penelitian berdasarkan alasan penelitian yaitu penelitian dasar (basic research) dan penelitian terpakai (applied research). Penelitian dasar adalah suatu penelitian yang mempunyai alasan intelektual (intellectual reason) bertujuan untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Sedangkan penelitian terpakai adalah suatu penelitian yang mempunyai tujuan atau alasan praktis (practical reason) yaitu suatu alasan yang
Penelitian menurut tempat yaitu penelitian perpustakaan (library research), penelitian laboratorium (laboratory research) dan penelitian lapangan (field research). Penelitian perpustakaan adalah penelitian dimana dilakukan dengan jalan membaca buku- buku atau majalah dan sumber data lainnya didalam perpustakaan. Jadi pengumpulan data atau informasi dilakukan diperpustakaan atau ditempat lainnya dimana tersimpan buku- buku serta sumber-sumber data lainnya. Penelitian laboratorium adalah penelitian yang dilakukan dengan menggunakan alat-alat tertentu didalam laboratorium yang biasanya bersifat experimen dimana dimungkinkan untuk pengontrolan terhadap pengaruh dari suatu faktor tertentu. Penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan dengan jalan mendatangi rumah tangga, perusahaan-perusahaan, sawah-sawah dan tempat-tempat lain. Jadi usaha pengumpulan data dilakukan langsung dengan mendekati para responden baik dengan melakukan wawancara maupun dengan jalan observasi.
Penelitian menurut metode pengumpulan datanya yaitu : Pertama, dengan sensus, dimana seluruh elemen (responden) dari seluruh populasi diteliti satu persatu. Hasilnya merupakan data sebenarnya yang disebut parameter. Kesimpulan yang ditarik berlaku umum (untuk populasi) dan pasti. Kedua, dengan sampling, dimana hanya elemen sampel (sebagian dari populasi yang diteliti) hasilnya merupakan data perkiraan (estimate) yang mengandung kesalahan sampling (sampling error). Kesimpulan yang ditarik berlaku umum (generalisasi) akan tetapi tidak pasti atau mengandung unsur ketidakpastian (uncertainty). Ketiga, dengan menggunakan studi kasus (case study). Elemen satu (satu perusahaan, satu pusat pertokoan atau lain-lain) tidak terkait dengan populasi tertentu. Kesimpulan yang diambil tidak berlaku umum akan tetapi harga tertentu pada kasus yang
Pada dasarnya ada 3 (tiga) macam metode pengumpulan data dalam penelitian ( J. Supranto, 1998) yaitu : Pertama, dengan jalan mencatat seluruh elemen yang menjadi objek penyelidikan. Kumpulan dari seluruh elemen tersebut dinamakan populasi (universe). Kedua, dengan jalan mencatat sebagian kecil dari populasi atau mencatat sampelnya saja. Ketiga, dengan jalan mengambil beberapa elemen dan sering tidak jelas populasinya, kemudian masing-masing elemen diselidiki secara mendalam. Metoda ini disebut studi kasus dan dengan metoda ini, kita tidak bisa memperkirakan nilai sesungguhnya mengingat bahwa populasinya tidak jelas. Kesimpulan yang bisa ditarik hanya terbatas pada elemen-elemen yang kita selidiki saja.
Didalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian perpustakaan yaitu dengan mendalami buku-buku dan majalah yang ada diperpustakaan yang berhubungan dengan masalah penelitian. Buku-buku tersebut sebagai landasan teori didalam penelitian. Dan penelitian ini juga merupakan penelitian studi kasus karena data atau informasi yang diteliti dalam hal ini adalah data penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur. Waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai dari bulan Oktober 2011 sampai Februari 2012.
3.3. Sumber dan Jenis Data Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam studi ini mencakup :
a. Data Primer, yakni data yang bersumber langsung dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Timur, berupa penerimaan pajak sebelum dan sesudah kebijkan sunset policy a. Data Primer, yakni data yang bersumber langsung dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Timur, berupa penerimaan pajak sebelum dan sesudah kebijkan sunset policy
Pengambilan data dalam ini, disesuaikan dengan permasalahan yang sedang diteliti dan didukung oleh buku-buku perpajakan sebagai landasan teori ditambah dengan sumber-sumber lain yang relefan. Hal itu menjadi sumber pedoman didalam pengambilan dan menganalisis data perusahaan.
3.4. Teknik Analisis Data
Seluruh data yang terkumpul akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode diskriptif dengan menggunakan alat uji software SPSS versi 17.0. Analisis diskriptif ditujukan untuk melihat variasi dari variabel penerimaan pajak sebelum dan sesudah sunset policy. Analisis diskriptif ini lebih mengarah pada uraian kualitatif. Analisis yang paling pokok dengan menggunakan alat uji software SPSS versi 17.0 adalah untuk menguji hipotesis komparatif dengan uji t untuk variabel yang berkaitan. Kendatipun demikian bantuan dalam bentuk tabel dan grafik yang mengarah kepada uraian kuantitatif juga dilakukan untuk mempermudah pemahaman terhadap data yang dikumpulkan. Sedangkan analisis SPSS dilakukan untuk melihat perbandingan variabel penerimaan pajak sebelum dan sesudah sunset policy.
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) ada pada masa penjajahan Belanda yang pada saat itu bernama Belasting. Akan tetapi setelah kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, nama itu berubah menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Setelah itu berubah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya atau berada dibawah naungan Direktorat Jendral Pajak Keuangan Republik Indonesia.
Pada tahun 1978 di Sumatera Utara berdiri tiga Kantor Inspeksi Pajak, yakni:
1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan
2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara
3. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar
Akan tetapi pada tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua, yakni Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pelayanan kepada wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, dan dengan semakin cepatnya pertumbuhan ekonomi, maka didirikanlah Kantor Inspeksi Pajak Medan Timur.
Dalam meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat dalam hal memenuhi kewajiban perpajakan si wajib pajak, maka berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 267/KMK/.01/1989, diadakanlah perubahan secara menyeluruh pada Direktorat Jendral Pajak yang mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang diganti menjadi Kantor Pelayanan Pajak sekaligus dibentuknya Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.
Terhitung sejak tanggal 1 April 1994 Kantor Pelayanan Pajak Pratama berubah menjadi empat wilayah kerja, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Timur
2. Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Barat
3. Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Utara
4. Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Binjai
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 443/KMK.01/2001 tentang “Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat
Jendral Pajak” dimana Kantor Pelayanan Pajak di Kotamadya Medan menjadi 6 wilayah kerja, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur, dengan ruang lingkup wilayah kerja meliputi:
a. Kecamatan Medan Timur
b. Kecamatan Medan Area
c. Kecamatan Medan Tembung c. Kecamatan Medan Tembung
2. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat, dengan ruang lingkup wilayah kerja meliputi:
a. Kecamatan Medan Barat
b. Kecamatan Medan Sunggal
c. Kecamatan Medan Petisah
d. Kecamatan Medan Helvetia
3. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Pratama Kota, dengan ruang lingkup wilayah kerja meliputi:
a. Kecamatan Medan Kota
b. Kecamatan Medan Denai
c. Kecamatan Medan Johor
d. Kecamatan Medan Amplas
4. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia, dengan ruang lingkup wilayah kerja meliputi:
a. Kecamatan Medan Polonia
b. Kecamatan Medan Maimun
c. Kecamatan Medan Baru
d. Kecamatan Medan Tuntungan
e. Kecamatan Medan Selayang
5. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan, dengan ruang lingkup wilayah kerja meliputi:
a. Kecamatan Medan Belawan a. Kecamatan Medan Belawan
c. Kecamatan Medan Labuhan
d. Kecamatan Medan Deli
6. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai, dengan ruang lingkup wilayah kerja meliputi:
a. Kota Binjai
b. Kabupaten Langkat
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Prtama Medan Timur berdiri pada tahun 1994 berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 276/KMK.01/1989 tentang organisasi dan tata kantor wilayah Direktorat Jendral Pajak, Kantor Pelayan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak dan Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan.
Sesuai dengan Surat Edaran (SE) No. 32/SE-19/PJ/2007 tentang persiapan penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern pada Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat Jendral Pajak (DJP) dan pembentukan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama diseluruh indonesia tahun 2007 sampai pada tahun 2008. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama adalah jenis Kantor Pelayanan Pajak (KPP) sebagaimana yang terdapat pada peraturan menteri keuangan No. 132/PMK/2006. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama terbagi menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Induk dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pemecahan.
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) mempunyai tugas dan bidang pelayanan pengawasan administratif, pemeriksaan sederhana terhadap wajib pajak dibidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dan pajak tidak langsung lainnya dalam wilayah wewenang. Sehubungan dengan rencana penerapan Sistem (modernisasi) Administrasi Modern pada beberapa kantor wilayah Direktorat Jendral Pajak (DJP) dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama serta Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) diseluruh Indonesia tahun 2007 sampai dengan tahun 2008, ada beberapa hal yang perlu disampaikan, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama adalah jenis Kantor Pelayanan Pajak (KPP) sebagaimana terdapat pada peraturan Menteri Keuangan No. 132/PMK/2006. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama dibagi menjadi dua bagian, yakni Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Induk dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Pemecahan.
2. Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) adalah unit vertikal sebagaimana terdapat pada Peraturan Menteri Keuangan No. 132/PMK/2006, yang berada dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama.
3. SIDJP adalah aplikasi Sistem Informasi Direktorat Jendral Pajak yang menggabungkan seluruh aplikasi perpajakan yang ada di Direktorat Jendral Pajak seperti: SIP, SAPT, SISMIOB, SIPMOP.
4. Konversi Data adalah kegiatan yang meliputi back up data dan melengkapi kode KLU dan kode wilayah.
5. Migrasi Data adalah kegiatan yang menyesuaikan basis data yang ada ke dalam struktur basis data Sistem Informasi Direktorat Jendral Pajak (SIDJP).
4.1.1. Lokasi dan Letak Geografis Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur terletak pada gedung Departemen Keuangan Negara I yang beralamat di jalan Diponegoro No.
30 A Medan, yang berada dalam areal yang sama dengan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota. Keberadaan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur ini diharapkan akan memudahkan pengawasan dan pemberian pelayanan kepada Wajib Pajak yang berkaitan dengan hak dengan kewajiban perpajakannya.
4.1.2. Ruang Lingkup Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Medan Timur
Adapun yang menjadi ruang lingkup wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur, yaitu:
1. Kecamatan Medan Timur
2. Kecamatan Medan Area
3. Kecamatan Medan Tembung
4.1.3. Deskripsi Fungsi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur
Dalam melaksanakan tugas, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur menyelenggarakan fungsi, yaitu:
1. Melakukan pengumpulan dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, pengamatan potensi perpajakan dan ekstensifikasi Wajib Pajak.
2. Melakukan penelitian dan penatausahaan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan dan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Wajib Pajak.
3. Melakukan pengawasan pembayaran masa Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).
4. Melakukan penatausahaan piutang pajak penerimaan, penagihan, penatausaha banding, dan peneyelesaian restitusi pajak.
5. Melakukan pemeriksaan pajak.
6. Melakukan penyelesaian permohonan, penyampaian dan permohonan penghapusan sanksi administrasi pajak.
7. Melakukan penagihan pajak.
8. Melakukan penyuluhan konsultasi pajak.
9. Pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP).
4.1.4. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur
Sebagaimana diketahui bahwa setiap instansi tentu mempunyai struktur organisasi, demikian juga halnya dengan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur ini dipimpin oleh seorang kepala kantor yang membawahi Sub Bagian Tata Usaha dan beberapa seksi. Masing-masing seksi dipimpin oleh seorang kepala seksi yang bertugas melaksanakan kegiatan operasional pelayanan dalam daerah wewenangnya berdasarkan teknis yang telah diterapkan oleh Direktorat Jendral Pajak.
Adapun jenis struktur organisasi yang digunakan pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur adalah Struktur Organisasi Linier dan staf yang berada dibawah seoarang koordinasi Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utara I, dimana seluruh pegawainya adalah Pegawai Negeri Sipil yang berada dibawah naungan Departemen Keuangan Republik Indonesia.
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dapat digolongkan menjadi 2 (dua) tipe, yaitu tipe A dan tiupe B. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tipe A merupakan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang tergolong dalam skala besar dan biasanya berada di ibukota propinsi, sedangkan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tipe B merupakan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang wilayah kerjanya tidak melebihi dari wilayah kerja dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tipe A, dan biasanya berada di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dapat digolongkan menjadi 2 (dua) tipe, yaitu tipe A dan tiupe B. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tipe A merupakan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang tergolong dalam skala besar dan biasanya berada di ibukota propinsi, sedangkan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tipe B merupakan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang wilayah kerjanya tidak melebihi dari wilayah kerja dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tipe A, dan biasanya berada di
Namun berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 162/KMK.01/1997 tanggal 10 April 1997 tentang peningkatan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tipe B menjadi tipe A, sehingga dengan adanya surat keputusan tersebut maka Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tipe B tidak ada lagi di Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utara I.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 94/KMK.01/1994 tanggal 29 maret 1994 tentang susunan organisasi Departemen Keuangan, maka Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur dipimpin oleh seorang kepala kantor, membawahi 1 sub bagian, 8 seksi dan 1 kantor penyuluhan ditambah kelompok tenaga funsional (yang berada diluar struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur) yang terdiri dari:
1. Sub Bagian Tata Usaha
2. Seksi Tata Usaha dan Perpajakan (TUP)
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
4. Seksi Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi
5. Seksi Pajak Penghasilan (PPh) Badan
6. Seksi Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan (PPh)
7. Seksi Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
8. Seksi Penagihan
9. Seksi Penerimaan Keberatan
10. Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan Namun setelah adanya modrnisasi perpajakan (tahun 2006 – tahun 2008) yang berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, maka Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama dibagi menjadi beberapa seksi, yakni:
1. Sub Bagian Umum
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
3. Seksi Pelayanan
4. Seksi Penagihan
5. Seksi Pemeriksaan
6. Seksi Ekstensifikasi
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV
11. Kelompok Jabatan Fungsional
4.1.5. Tugas dan Prosedur Standard Kerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur
1. Sub Bagian Umum (Subbag Umum) Membantu menunjang kelancaran tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan kesekretariatan terutama dalam hal pengaturan kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah tangga dan perlengkapan. Sub Bagian Umum mempunyai prosedur standard kerja sebagai berikut:
a. Penerimaan Dokumen.
b. Pemrosesan dan penatausahaan dokumen masuk.
c. Pelaksanaan pelantikan, dan serah-terima jabatan serta pengambilan sumpah Pegawai Negeri Sipil.
d. Pelaksanaan pembayaran tagihan melalui mekasnisme langsung kepada rekanan.
e. Pemusnahan dokumen, penyusunan laporan berkala Kantor Pelayanan Pajak (KPP).
f. Penyusunan tanggapan/ tindak lanjut terhadap Surat Hasil Pemeriksaan (SHP), Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dari Direktorat Jendral Pajak, Departemen Kuangan dan atau Menteri Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) maupun unit fungsional pemeriksaan lainnya.
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) Membantu Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan pengumpulan 2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) Membantu Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan pengumpulan
Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai prosedur standard kerja sebagai berikut:
a. Penyusunan rencana penerimaan pajak berdasarkan potensi perpajakan serta perkembangan ekonomi.
b. Penatausahaan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) non elektronik.
c. Pemrosesan dan penatausahaan dokumen masuk.
d. Pembuatan dan penyampaian surat penghitungan dokumen dan kirim langsung ke Kantor Pelayanan Pajak yang dituju.
e. Pembentukan dan pemanfaatan bank data dan lain-lain.
3. Seksi Pelayanan Membantu tugas kepala kantor dalkam mengkoordinasikan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, penyusunan administrasi dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak serta kerjasama perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.
Seksi Pelayanan mempunyai prosedur standard kerja sebagai berikut:
a. Penatausahaan dokumen-dokumen, dan laporan Wajib Pajak pada Tempat Pelayanan Terpadu (TPT).
b. Penyelesaian pemindahan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang lama dan yang baru.
c. Penyelesaian pengukuhan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP).
d. Pendaftaran dan pencabutaan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
e. Penyelesaian permohonan perpanjangan jangka waktu penyampaian dan atau pelaporan Surat Pembeitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh).
f. Penerbitan Surat Teguran terhadap Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya.
g. Pelaksanaan pemenuhan permintaan konfirmasi dan klarifikasi tentang informasi perpajakan.
4. Seksi Penagihan Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran serta tunggakan pajak, usulan penghapusan pajak serta penyimpanan dokumen- dokumen penagihan. Seksi Penagihan mempunyai prosedur standard kerja sebagai berikut:
a. Melaksanakan pemrosesan dan penatausahaan dokumen-dokumen yang masuk.
b. Melakukan Penatausahaan Surat Ketetapan Pajak (SKP) dan Surat Tagihan Pajak (STP) beserta bukti pembayarannya.
c. Penyelesaian ususlan pemeriksaan dalam rangka penagihanp pajak.
d. Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) bunga penagihan, Surat Teguran Penagihan, Surat Paksa dan Surat Perintah melaksanakan Penyitaan (SPMP) Serta Keputusan Pencabutan Sita.
e. Pembuatan usulan pencegahan dan penyanderaan terhadap wajib pajak dan lain-lain
5. Seksi Pemeriksaan Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas melaksanakan penyusunana rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, pnerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 426/PMK.01/2007 dijelaskan tentang uraian jabatan Instansi Vertikal Direktorat Jendral Pajak, yakni: Tugas dan kegiatan Kepala Seksi Pemeriksaan anatara lain menyusun daftar nominatif dan atau lembar pemeriksaan Wajib Pajak yang akan diperiksa, membuat usulan pembatalan nominatif dan atu lembar penugasan pemeriksaan Wajib Pajak diperiksa dan mengkaitkan serta menyalurkan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3), Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak dan Surat Pemanggilan Pemeriksaan Pajak.
a. Penyelesaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) yang lebih bayar.
b. Penyelesaian permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
c. Penatausahaan laporan pemeriksaan pajak dalam nota penghitungan.
d. Pengamatan Kantor Pelayanan Pajak (KPP), pemeriksaan kantor, pemeriksaan lapangan dan lain-lain.