STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA PANTAI bangsring

STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA PANTAI
GEMAH KECAMATAN BESUKI KABUPATEN
TULUNGAGUNG
Proposal Skripsi
Untuk memenuhi tugas mata kuliah “Seminar Proposal”
Dosen Pengampu:
Rokhmat Subagiyo, S.E., M.E.I.

Oleh :
Fahmiriza Wiyana
Dananjaya
17402153493

EKONOMI SYARIAH
- VI I
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
MEI 2018

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pariwisata sebenarnya bukanlah fenomena baru di dunia. Menurut Spinllane,
pariwisata sudah ada sejak dimulainya perdaban manusia dengan ditandai oleh adnya
pergerakan penduduk yang melakukan ziarah dan perjalanan agama. Manusia menyadari
bahwa pariwisata merupakan agen perubahan yang mempunya kekuatan besar dan
dahsyat.1
Dewasa ini pariwisata sudah menjadi tren baru dalam peningkatan ekonomi suatu
negara. WTO, melihat bahwa prospek periwisata ke depan semakin cerah dengan proyeksi
pertumbuhan ekonomi mencapai 10,3 persen pada 2030. selain ekonomi, pariwisata dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengelolaan pariwisata yang baik dan
benar.2
Pembangunan pariwisata dipandang lebih menekankan pada aspek fisik, namun dalam
perkembangannya masyarakat dan pemerintah terkait menyadari bahwa pengelolaan
pariwisata tanpa memandang aspek sosial budaya masyarakat justru akan menimbulkan
dampak buruk bagi kearifan lokal masyarakat itu sendiri. Pariwisata mempunyai daya dobrak
yang cukup kuat untuk merusak kebudaaan masyarakat khususnya di daerah pariwisata.
Dengan demikian pariwisata mendatangkan serangkaian dampak positif maupun negatif. 3
Pengelolaan pariwisata yang ideal dilakukan bersama-sama anatara masyarakat dan
pemerintah sehingga terjadi kerjasama yang baik dan berkelanjutan pemerintah dalam hal
ini tidak menjadikan masyarakat sebagai obyek, akan tetapu lebih ke partner. Dengan

menjalankan sistem ini di harapkan mampu meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan
masyarakat dengan tidak merusak kearifan lokal. Hal ini seperti yang ditegaskan dalam
Undang-Undang Kepariwisataan bahwa Kepariwisataan berfungsi memenuhi kebutuhan
jasmani, rohani, dan intelektual setiap wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta
meningkatkan pendapatan negara mewujudkan kesejateraan rakyat. 4
1

Suryo Sakti Hadiwijoyo, Perencanaan Pariwisata Perdesaan Berbasis Masyarakat, (Yogyakarta :
Graha Ilmu, 2012), hal. 41.
2
WTO (World Tourism Organization), adalah organisasi internasional terkemuka di pariwisata, yang
mempromosikan pariwisata sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi, pembangunan yang inklusif dan
kelestarian lingkungan serta menawarkan kepemimpinan dan dukungan kepada sektor dalam memajukan
pengetahuan pariwisata di seluruh dunia. Markas besarnya berada di Madrid, Spanyol. Mereka membuat
Peringkat Pariwisata Dunia.
3
Suryo Sakti Hadiwijoyo, Perencanaan Pariwisata...., hal. 1
4
Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. Bab mengenai
Prinsip Penyelenggaraan Kepariwisataan, Pasal 5.


1

Hasil dari kajian para ahli berkesimpulan bahwa sumbangan pariwisata yang secara
signifikan pada perkembangan ekonomi suatu egara atau daerah tampak dalam bentuk
perluasan peluang kerja, peningkatan pendapatan (devisa) dan pemerataan pembanunan
spasial.5
Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai potensi pariwisata cukup besar,
diakui bahwa sumbangan sektor pariwisata terhadap perolehan devisa yang terus meningkat
setiap tahunnya. Penerimaan devisa pariwisata pada tahun 2016 sebesar US$13,568 miliar.
Pada 2015, devisa dari sektor pariwisata sebesar US $ miliar.6 Hal ini membuktikan bahwa
pariwisata sangat relevan untuk dikelola dengan baik sebagi alat pendapatan devisa negara.
Selain peningkatan ekonomi, pariwisata juga dapat menciptakan lapanga kerja secara makro
yang cukup signifikan.

Tulungagung yang terletak di Selatan Provinsi Jawa Timur merupakan
salah satu tujuan daerah wisata di Indonesia, karena daerah ini terdapat
berbagai wisata, baik objek wisata alam, budaya maupun sejarah. Mulai dari
laut, pegunungan, danau, air terjun dan lainnya. Kemungkinan hal ini cukup
sulit ditemukan didaerah lain, karena geografis inilah kita bisa menikmati

keindahan alam di beberapa di Tulungagung sebagai daerah tujuan wisata,
maka dinas Pariwisata.
Pantai gemah merupakan salah satu pesona wisata alam yang sayang
untuk dilewatkan. Pantai ini memiliki keindahan yang alami dengan ombak
sedang ciri khas ombak pantai selatan, serta dihiasi rindangnya pepohonan
pinus. Lokasi pantai gemah yang mudah dijangkau, karena berada di tepi
(Jalur Lintas Selatan), tepatnya berada di teluk popoh, Keboireng, Besuki,
Kabupaten Tulungagung. Pengelolanya sementara ini di pegang oleh swadaya
masyarakat sekitar yang bergabung dalam kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Pantai
Gemah. Mereka saling berbagi tugas seperti menyediakan jasa parkir kendaraan, kebersihan
ataupun pemandu wisata. Keberadaan Pantai Gemah menjadi destinasi wisata yang ramai di
kunjungi wisatawan dari berbagai daerah, tidak hanya dari seputar tulungagung tetapi
banyak juga yang berasal dari luar daerah.

5

Janianton Damanik, Pariwisata Indonesia Antara Peluang dan Tantangan, (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2013), hal. 4.
6
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3687715/tiga-tahun-jokowi-jk-pariwisatasumbang-devisa-terbesar-kedua Diakses pada tanggal 19 Mei 2018 pukul 12.27 Wib.


2

Dari catatan keuangan hasil retribusi masuk kawasan dan parkir, Pemda Tulungagung
mendapat bagi hasil, besaran bagi hasil itu didapat dari dua profit sharing, yakni 20 persen
dari parkir dan 25 persen dari tiket masuk. Jadi ada dua sharing yang disetujui, yakni
pembagian dari tiket parkir sebesar 30 persen Perhutani, 20 persen pemda, 50 persen
pemdes. Sedangkan tiket masuk kawasan Perhutani mendapat 15 persen, pemda 25 persen
dan pemdes 50 persen.
Melihat perkembangan itu, kewajiban pemerintah kabupaten menambah wahana dan
fasilitas yang ada di beberapa wisata tersebut misalkan toilet, speed boat, dan lainnya.
Dengan pengambangan sektor pariwisata ini diharapkan dapat menjadi manfaat jangka
panjang bagi masyarakat yang terlibat didalamnya.

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas,
maka penulis termotivasi untuk melakukan penelitian secara ilmiah terkait
dengan pengembangan objek wisata dengan menetapkan judul penelitian
“Strategi Pengembangan Pariwisata Pantai Gemah Kecamatan Besuki
Kabupaten Tulungagung”.


B. Rumusan Masalah
1.

Bagaimana proses pengelolaan potensi pariwisata Pantai Gemah?

2.

Bagaimana dampak pengelolaan potensi pariwisata di Pantai Gemah?

3.

Bagaimana sistem pengelolaan uang masuk?

C. Tujuan Penelitian
1.

Untuk mendeskripkan proses pengelolaan potensi pariwisata Pantai
Gemah.

2.


Untuk mengkaji dampak pengelolaan pariwisata di Pantai Gemah.

3.

Untuk mengkaji sistem pengelolaan uang masuk.

D. Indentifikasi Penelitian, dan Batasan Penelitian
Penelitian ini memfokuskan pada kajian terhadap strategi pengembangan dalam
pengelolaan pariwisata di Pantai Gemah Kecamatan Besuki Kabupaten Tulungagung. Peneliti

3

mencoba menjelaskan upaya-upaya masyarakat dan strategi pemerintah daerah terhadap
pengembangan pariwisata di Pantai Gemah Kecamatan Besuki Kabupaten Tulungagung

berdasarkan tujuan, kebijakan, dan program yang dilakukan.
E. Manfaat Penelitian
1.


Secara Teoritis
Secara akademik penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan
konsep mengenai proses dan dampak pengelolaan pariwisata, terutama
wisata pantai sehingga dapat digunakan sebagai rujukan dalam kegiatan
akademik

2.

Secara Praktis
Hasil penelitian ini, diharapkan menjadi referensi pengelola
pariwisata di pantai lain dan khususnya bagi pengelolan Pantai Gemah,
dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan perekonomian
masyarakat dan mengetahui pola pengelolaan yang baik.

F.

Penegasan Istilah
Untuk menghindari pembahasan yang meluas serta menghindari
kesalahpahaman pembaca dalam memahami istilah yang dipakai dalam
skripsi ini, maka perlu dibuat penjelasan terhadap istilah-istilah tersebut, yaitu

:
1.

Secara Konseptual


Strategi
Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan
pelaksanaan gagasan, perencanaan dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun
waktu tertentu. Menurut Rangkuti, strategi adalah alat untuk mencapai tujuan.
Tujuan utamanya adalah agar perusahaan dapat melihat secara objektif kondisikondisi internal dan eksternal, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi
perubahan lingkungan eksternal.7 Menurut Michael E. Porter, esensi dari strategi
adalah memilih untuk menyuguhkan hal yang berbeda dengan apa yang
disuguhkan oleh pesaing. Menurutnya, permasalahan yang muncul dalam

7
Freddy Rangkuti, Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus Integrated Marketing
Communication, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2009), hal. 3.

4


persaingan pasar terjadi karena kesalahan dalam membedakan efektivitas
operasional dengan strategi.
Didalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema,
mengidentifikasi

faktor

pendukung

yang

sesuai

dengan

prinsip-prinsip

pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan dan memiliki taktik
untuk mencapai tujuan secara efektif. Jadi perencanaan strategis penting untuk

memperoleh keunggulan bersaing dan memiliki produk yang sesuai dengan
keinginan konsumen dengan dukungan yang optimal dari sumber daya yang ada.


Pengelolaan
Menurut Balderton, istilah pengelolaan sama dengan manajemen yaitu
menggerakan, mengorganisasikan, dan mengarahkan usaha manusia untuk
memanfaatkan secara efektif material dan fasilitas untuk mencapai suatu tujuan. 8
Selanjutnya Adisasmita mengemukakan bahwa, “Pengelolaan bukan hanya
melaksanakan suatu kegiatan, akan tetapi merupakan rangkaian kegiatan yang
meliputi fungsi-fungsi manajemen, seperti perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.” 9
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa
pengelolaan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi merencanakan,
mengorganisasikan dan mengarahkan, dan mengawasi kegiatan manusia dengan
memanfaatkan material dan fasilitas yang ada untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan secara efektif dan efisien. Istilah pengelolaan itu sendiri identik
kaitannya dengan istilah manajemen.



Pariwisata
Menurut KBBI, Pariwiata; Pelancongan; Turisme adalah kegiatan yang
berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi. Menurut Undang-undang no 10
tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Pariwisata adalah "Berbagai macam kegiatan
wisata dan didukung fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat setempat,
sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah dan penhgusaha". Menurut
WTO atau World Tourism Organization, Pariwisata adalah kegiatan manusia yang
melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah tujuan di luar lingkungan
kesehariannya.10

8

Raharjo Adisasmita, Pengelolaan Pendapatan dan Anggaran Daerah, (Yogyakarta : Graha Ilmu,
2011), hal. 21.
9
Ibid., hal. 21
10
http://23tourism.blogspot.co.id/2015/01/definisi-pariwisata.html Diakses pada tanggal 20 Mei 2018
pukul 09.49 Wib

5

Jadi pariwisata adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan manusia baik
secara perorangan maupun berkelompok di dalam wilayah negara sendiri atau di
negara lain dengan menggunakan jasa dan faktor penunjang lainnya yang
diadakan pemerintah, badan usaha dan masyarakat.


Pengelolaan Keuangan
Menurut Safir Senduk pengelolaan keuangan adalah teknik
mengimbangi gaya hidup manusia seperti gaya hidup konsumtif
dengan gaya hidup produktif seperti investasi



Pengelolaan Keuangan
Pengelolaan keuangan adalah sebuah tindakan untuk mencapai
tujuan keuangan di masa yang akan datang. Pengelolaan keuangan
meliputi pengelolaan keuangan pribadi, pengelolaan keuangan
keluarga, dan pengelolaan keuangan perusahaan. Pengelolaan
keuangan merupakan bagian penting dalam mengatasi masalah
ekonomi, baik masalah ekonomi individu, keluarga maupun
perusahaan.11
Pengertian Pengelolaan Keuangan Menurut kamus besar
Indonesia, Pengelolaan artinya penggunaan sumber daya secara
efektif dan efisien. Pengelolaan keuangan adalah sumber daya yang
diterima

yang

akan

dipergunakan

untuk

penyelenggaraan

pendidikan. Jadi pengelolaan keuangan dimaksudkan sebagai suatu
pengelolaan terhadap fungsi-fungsi keuangan.
2.

Secara operasional

Mengacu dari definisi secara konseptual serta teori yang dipakai
sebagai pisau penelitian ini yaitu berdasarkan aspek-aspek yang perlu
diperhatikan dalam perencanaan strategis. Dengan indikator sebagai
berikut:


Kejelasan visi dan misi, serta keterkatan antara visi dan misi.



Analisis eksternal berupa peluang dan ancaman/tantangan.

11

https://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:dcoJesqO9ecJ:https://www.bi.go.id/id/perbankan/keuanganinklusif/edukasi/Contents/Pengelolaan
%2520Keuangan%2520Modul%2520Pelatihan.pdf+&cd=9&hl=id&ct=clnk&gl=id Diakses pada tanggal 20
Mei 2018 pukul 10.34 Wib.

6



Analisis internal berupa sumber daya dan kemampuan



Tujuan jangka panjang berupa prioritas



Strategi yang digunakan



Sasaran tahunan yang terintegritas dan terkoordinasi



Kebijakan/peraturan yang ada

7

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teoritis
a) Proses Pengelolaan Pariwisata
Proses adalah perjalanan yang kita tempuh untuk mencapai suatu
tujuan. Kita merencanakan perjalanan kita, kita memperhitungkan berapa
lama perjalanan akan memakan waktu, sehingga kita mengetahui kapan
kita harus memulai untuk tiba di tempat tujuan tepat waktu.12 Kemudian
pengelolaan pariwisata menurut Suwarno yang dikutip oleh Argyo
Demartoto adalah pengendalian atau menyelenggarakan berbagai sumber
daya secara berhasil guna untuk mecapai sasaran. 13 Obyek dan daya tarik
wisata umumnya terdiri atas sumberdaya hayati dan non hayati, dimana
masing-masing memerlukan pengelolaan sesuai dengan kualitas dan
kuantitasnya

pengelolaan

obyek

dan

daya

tarik

wisata

harus

memperhitungkan berbagai sumber daya wisatanya secara berdaya guna
agar tercapai sasaran yang diinginkan. Proses pengelolaan pariwisata
mempunyai dua bentuk pengelolaan:
1.

Pengelolaan Pariwisata Berbasis Mayarakat (Community Based
Tourism)
Bentuk pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat (communiy
based tourism) dikembangkan berdasarkan prinsip keseimbangan
dan keselaran antara kepentingan berbagai stakeholder pembangunan
pariwisata termasuk pemerintah, swasta dan masyarakat. Secara ideal
prinsip pembangunan Community Based Tourism menekankan pada
pembanguan pariwisata “dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk
masyarakat”. Dalam setiap tahapan pembangunan, pengelolaan, dan
pengembangan sampai dengan pemantauan (monitoring) dan
evaluasi, masyarakat setempat harus dilibatkan secara aktif dan

12
Jim Ife & Frank Terosiero, Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi, terj. Sastrawan
Manullang, dkk, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008), hal. 336.
13
Suryo Sakti Hadiwijoyo, Perencanaan Pariwisata...., hal. 57.

8

diberi kesempatan untuk berpartisipasi karena tujuan akhir adalah
untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat.14
Masyarakat sebagai pelaku utama dalam pengembangan
Community Based Tourism berperan di semua lini pembangunan baik
sebagai perencana, investor, pelaksana, pengelola, pemanatau
maupun evaluator. Namun demikian meskipun pembangunan
periwisata berbasis masyarakat menekankan pada faktor masyarakat
sebagai komponen utama, keterlibatan unsur laiinya seperti
pemerintah dan swasta sangat diperlukan. Masyarakat setempat atau
mereka yang bertempat tinggal disekitas daerah tujuan wisata
mempunyai

peranan

penting dalam

menunjang

keberhasilan

pembangunan pariwisata di daerahnya.
Peran serta masyarakat di dalam memlihara sumber daya alam
dan budaya berpotensi untuk menjadi daya tarik wisata tidak dapat
diabaikan. Dalam konteks ini hal terpenting adalah upaya
pembedayaan masyarakat dengan mengikutsertakan masyarakat
dalam setiap kegiatan pembangunan ang dilakukan. Untuk itu
pemerintah sebagai fasilitator dan stakeholder lainnya harus dapat
menghimbau dan memberikan motivasi kepada masyarakat agar
bersedia berpartisipasi aktif di dalam pembangunan pariwisata.
Walaupun tidak berarti bahwa masyarakat setempat memiliki hak
mutlak, pembangunan pariwisata berbasis masyarakat tidak akan
terwujud apabila penduduk setempat merasa diabaikan, atau hanya
dimanfaatkan, serta merasa terancam oleh kegiatan pariwisata di
daerah mereka.15
Pengembangan

pariwisata

berbasis

masyarakat

menurut

koordinasi dan kerja sama serta peran yang berimbang anatara
berbagai unsur stakeholder termasuk pemerintah, swasta, dan
masyarakat. Oleh karena itu salah satu pendekatan yang dapat
14

Argyo Demartoto, Pembangunan Pariwisata Berbasis Masyarakat, (Surakarta: UNS Press, 2009),

hal. 20.
15

Ibid., hal. 21.

9

digunakan untuk mengembangkan pariwisata berbasis masyarakat
adalah pendekatan partisipatif. Pendekatan ini untuk mendorong
terbentuknya kemitraan diantara pihak stakeholder terkait tersebut.
Selain itu, pengembangan pariwisata berbasis masyarakat diarahkan
untuk mengurangi tekanan terhadap obyek dan daya tarik wisata
sehingga pembangunan pariwisata dapat dilaksanakan sesuai dengan
prinsip-prinsip

pembangunan

berkelanjutan.

Dalam

hal

ini

masyarakat setempat harus didasarka atas potensi yang dimiliki
sehingga mempunyai rasa ikut memiliki (sense of belonging)
terhadap aneka

sumber daya alam dan budaya sebagai aset

pembangunan pariwisata.16
Community Based Tourism merupakan model pengembangan
pariwisata yang berasumsi bahwa periwisata harus berangkat dari
kesadaran nilai-nilai kebutuhan, nisiatif dan peluang masyarakat
lokal. Community Based Tourism bukanlah bisnis pariwisata yang
bertujuan hanya untuk memaksimalkan profit atau keuntungan bagi
para investor. Community Based Tourism lebih terkait dengan
dampak pariwisata bagi masyarakat setempat dan sumber daya
lingkungan (envirinmental resources). selain itu menurut Isnaini
Muallisin yang dikutip Argyo Demartoto Community Based Tourism
lahir dari stategi pengembangan masyarakat dengan menggunakan
pariwisata sebagai alat untuk memperkuat kemampuan organisasi
masyarkat lokal.17
Menurut Isnaini Mualisin yang dikutip Suryo Sakti Hadiwijoyo
Community Based Tourism mempunyai prinsip-prinsip yang dapat
digunakan senagai tool of community development bagi masyarakat
lokal dan pemerintah yakni:18


Mengakui mendukung dan mempromosikan pariwisata yang
dimiliki masyarakat.

16

Ibid., hal. 20-21.
Suryo Sakti Hadiwijoyo, Perencanaan Pariwisata...., hal. 71.
18
Ibid., hal. 72.
17

10



Melibatkan anggota masyarakat sejak awal pada setiap aspek.



Mempromosikan kebanggaan masyarakat.



Meningkatkan kualitas hidup.



Menjamin keberkanjutan lingkungan.



Memelihara karakter dan budaya lokal yang unik.



Membantu mengembangkan pembelajaran mengenai pertukaran
budaya antar daerah, bahkan antar negara (cross cultural
learning).



Menghormati perbedaan-perbedaan ultural dan kehormatan
manusia.



Mendistribusikan keuntungan secara adil di antara anggota
masyarakat.



Menyumbang prosentase yang ditentukan bagi income proyek
masyarakat.
Adanya tool of community development bagi masyarakat lokal

ini dapat dilihat seberapa jauh peran stakeholder yaitu pemerintah,
swasta (investor) dan terutama masyarakat dalam pengembangan
pariwisata harus menjadi prioritas paling utama, terutama dalam
pengambilan keputusan yang dilakukan pemerintah dan swasta
(investor). hal ini di karenakan yang mengetahui lebih jauh terkait
kondisi sosial, budaya dan sumber daya alam yang ada di wilayah
pariwisata adalah masyarakat.
Pola pengembangan Community Based Tourism dilakukan secara
bersama-sama anatar ketiga elemen yang disebit stakeholder yaitu
pemerintah, swasta (investor), dan masyarakat. Dengan adanya
fungsi yang berbeda akan tetapi mempunyai kepentingan yang sama,
yaitu bagaimana pengelolaan pariwisata dapat memberdayakan
masyarakat tidak hanya dalam segi ekonomi saja namun dalam segi
pendidikan, pelestarian dan promosi budaya lokal. Melihat dari
sepuluh tool of community development di atas Pantai Gemah sudah

11

bisa dikategorikan menggunakan pengelolaan pariwisata barbasis
masyarakat (Community Based Tourism).
Partisipasi masyarakat dalam bentuk pengelolaan pariwisata
model ini menjadi elemen utama, karena stakeholder utama atau
pokok dalam pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat adalah
masyarakat itu sendiri. Seperti yang dikatakan Diana Conyers yang
dikutip Suyo Sakti Hadiwijoyo mengatakan terdapat tiga alasan
utama mengapa partisipasi masyarakat merupakan unsur yang sangat
penting dalam sebuah perencanaan pembangunan yaitu:19


Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperloeh
informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat
setempat,

yang

tanpa

kehadirannya,

program-program

pembangunan tidak akan optimal.


Masyarakat akan lebih mempercayai program pembangunan
apabila mereka dilibatkan dalam setiap tahapan atau prosesnya
mulai

dari

perencanaan,

pelaksanaan,

pengendalian

dan

monitoring. Dengan demikian mereka akan lebih mengetahui
seluk beluk program tersebut dan mempunyai rasa tanggung
jawab terhadap program tersebut.


Merupakan suatu hak demokrasi apabila masyarakat dilibatkan
dalam

pembangunan

masyarakat

sendiri.

Masyarakat

mempunyai hak untuk turut serta dalam menentukan dan
merencanakan jenis pembangunan yang akan dilaksanakan di
daerah mereka.
Pendapat diatas mengemukakan betapa pentingnya partisipasi
masyarakat

dalam

pembangunan tanpa

sebuah

pembangunan,

karena

sebuah

keteribatan masyarakat lokal tidak akan

maksimal termasuk dalam pembagunan pariwisata yang ada di
Pantai Gemah.
2.
19

Pengelolaan Pariwisata Top Down

Ibid., hal. 18-19

12

Top down adalah kebijakan yang bersumber dari pusat dan lebih
mendahulukan kepenatingan nasional tanpa memperhatikan rakyat di
tingkat bawah.20 Kebijkan ini banyak digunakan hampir diseluruh
kebijakan yang dikeluarkan di era Presiden Soeharto, kebijakan ini
seringkali memgecilkan peran dan fungsi nilai-nilai lokal yang ada di
daerah. Dampak jangka panjang yang dirasakan dari bentuk
pengelolaan ini adalah menurunnya daya kreatifitas masyarakat
karena masyarakat terbiasa pada pola petunjuk dari atas atau top
down.

Masyarakat

hanya

menikmati

kebijakan

tanpa

bisa

merumuskan kebijakan sesuai apa yang dibutuhkan masyarakat
setempat.
Berikut adalah ciri-ciri pendekatan pengelolaan Sumber Daya
lokal dan pendekatan Top Dwon:21
Tabel 1
Ciri-ciri pendekatan pengelolaan Sumber Daya lokal dan
pendekatan Top Down
Hal
1. Ciri-ciri

Top Down
Pemerintah

Pengelolaan Sumber Daya
Lokal
pusat Sumber dari pusat marupakan

menyediakan sumber besar

pemicu

mobilisasi

setempat
2. Penerapan

tidak

berlimpah, apabila sumber mencukupi,

lokal

tidak ada lagi

21

Cepat dan mudah

sumber

dimanfaatkan

sepenuhnya,
diinginkan

20

dilakukan

masyarakat sendiri
Apabila sumber dari pusat Sumber
pusat
lokal yang akan terpakai belum

3. Keuntungan

yang

sumber

apabila
pembangunan

setempat yang mandiri
Pemafaatan sumber

lokal

Ibid., hal. 38.
Argyo Demartoto, Pariwisata Berbasis...., hal. 49.

13

4. Kerugian

Menciptakan

sepenuhnya
Sulit dimulai lamban dan sulit

ketergantungan,

pengelolaannya

pembangunan

akan

terhenti kalau subsidi di
5. Proritas

hentikan
Infrastruktur
dari

pusat;

pelayanan Masyarakat
pemerintah meminimalisasikan

setempat
sumber-

pusat menggali sumber- sumber
sumber potensial
Beberapa teori di atas dalam penelitian ini peneliti akan
menguraikan pola pembangunan pariwisata yang dipakai di Pantai
Gemah, apakah memakai bentuk pengelolaan pariwisata berbasis
masyarakat atau bentuk pengelolaan Top Down.
b) Dampak Pengelolaan Pariwisata
Menurut Gunarman Suratmo dampak diartikan sebagai adanya suatu
benturan antara dua kepentingan, yaitu kepentingan pembangunan proyek
dengan kepentingan usaha melestarikan kualitas lingkungan yang baik.22
Sebagai sumber devisa yang diperhitungkan pariwisata hendaknya
mampu mendorong masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam rangka
mencapai kesejahteraan yang diinginkan, pendapat ini dikemukakan
megingat dalam kehidupan didominasi oleh pandangan yang berorientasi
pada pembangunan semata (development oriented), sehingga tidak jarang
pembangunan yang lebih menekankan pada kepentingan masyarakat
menjadi terlewatkan dan nilai-nilai kemanusiaan (humanism) menjadi
terabaikan.23
Pengelolaan pariwisata yang baik adalah haruslah mementingkan
berbagai aspek yang ada di masyarakat bukan hanya sebatas peningkatan
22
Gunawarman Suratmo, Analisis Mengenasi Dampak Lingkungan, (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2004), hal.2.
23
Suryo Sakti Hadiwijoyo, Perencanaan Pariwisata...., hal 1.

14

ekonomi semata dan pengelolaan harus berkelanjutan. Pariwisata
berkelanjutan dapat di definisikan sebagai pembangunan kepariwisataan
yang

memperhatikan

kelestarian

alam.

Pada

dasarnya

dengan

pemanfaatan sumber daya alam yang ada dapat kita jadikan sebagai
obyek wisata. Namun lambat laun seiring berjalannya waktu, maka
potensi alam akan semakin tergerus, tetapi aspek lingkungan sosial
budaya pun akan tergerus.
Pembangunan sektor pariwisata di berbagai bekahan dunia ini telah
berdampak pada berbagai dimensi kehidupan manusia, tidak hanya
berdampak pada dimensi sosial ekonomi semata. Namun juga menyentuh
dimensi sosial, budaya, bahkan lingkungan fisik. Dampak terhadap
berbagai dimensi tersebut, bukan hanya ersifat positif, tetapi juga
berdampak negatif.
Pariwisata dapat meningkatkan berbagai pembangunan dari berbagai
sektor bukan hanya pariwisata itu sendiri, seperti dalam teori tricle down
effect artinya persemakmuran mengikuti pada tumbuh kembangnya suatu
pembangunan.24 Maka ketika pengelolaan pariwisata dikelola dengan
baik akan berdampak sektoral terhadap pembangunan yang lain seerti
pembangunan tempat ibadah seiring banyaknya wisatawan yang datang
dari berbagai wilayah bahkan dari berbagai negara, fasilitas umum,
fasilitas pendidikan, infrastruktur, dan pembangunan yang lainnya. Oleh
karena itu pariwisata menjadi andalan di berbagai daerah maupun di
negara berkembang.
Namun pada saat yang sama dengan adanya era gobalisasi,
serangkaian akibat negatifnya selalu mengikutinya, misalnya saja
terjadinya penurunan kualitas lingkungan alam, sosial dan kebudayaan,
kesenjangan ekonomi antar masyarakat setempat dengan para penanam
modal. Selain itu, dengan maraknya ekspansi pariwisata dan investasi
24
Tricle Down Effect adalah sebuah sistem perekonomian peninggalan para kapitalis, yang dianut oleh
Indonesia sejak zaman Oerde Baru hingga saat ini. Sistem ini dianggap sebagai sistem perekonomian yang
paling ideal untuk memajukan perekonomian suatu bangsa, karena pola ekonominya yang dianggap dapat
menyejahterakan bangsa dari level atas hingga paling bawah. Tricle Down Effect ini cukup terkenal dan
dipakai oleh hampir semua negara maju di seluruh dunia.

15

modal asing di daerah-daerah dan wilayah perdesaan. Memgakibatkan
terjadinya

marginalisasi

posisi

ekonomi

masyarakat

setempat. 25

Pariwisata ini merupakan suatu terobosan yang pada hakekatnya bisa
dijadikan sebagai komoditas andalan untuk menambah devisa negara
melalui pengelolaan di daerah yang benar.
Community Based Tourism adalah sebagai konsep pengelolaan
pariwisata yang bisa dijadikan alternatif dari beberpa dampak negatif
yang ada dengan menekankan keselarasan antara stakeholder. Dalam
pengelolaan potensi pariwisata serta dalam konsep community based
tourism masyarakat harus terlibat lebih jauh dalam tahapn pembangunan
dari mulai perencanaan, pembangunan, pengelolaan, pengembangan,
pemantauan, bahkan sampai evaluasi. Dengn adanya konsep ini
diharapkan pengelolaan pariwisata akan lebih berkembang dng
berklelanjutan tanpa merusak sumber daya alam, maupun lingkungan
sosial budaya yang ada di masyarakat.
B. Penelitian Terdahulu
Pattaray (2015) dalam “Pengembangan Ekowisata Bahari di Kawasan
Gili Balu Kabupaten Sumbawa Barat”. Penelitian ini membahas tentang
potensi kawasan Gili Balu sebagai area konservasi yang memiliki ekosistem
pulau kecil, pesisir pantai, lingkungan bawah laut serta budaya masyarakat
Poto Tano Sumbawa Barat. Pengembangan pariwisata berbasis ekowisata
bahari di kawasan Gili Balu dilakukan untuk mencegah kerusakan lingkungan
berbasis konservasi, sehingga pengembangan pariwisata di kawasan Gili Balu
dapat dilakukan secara berkelanjutan dengan dampak minimal terhadap
lingkungan alam dan masyarakat. Dalam penelitian ini diterapkan beberapa
strategi yaitu: strategi pengembangan produk wisata, strategi peningkatan
keamanan dan memperkuat identitas Pulau Gili Trawangan sebagai destinasi
ekowisata bahari, strategi pengembangan sarana dan prasarana pariwisata,
strategi pengembangan kelembagaan dan sumber daya manusia, strategi
25

Suryo Sakti Hadiwijoyo, Perencanaan Pariwisata...., hal. 1.2

16

penetrasi pasar dan promosi daya tarik wisata, serta strategi perencanaan dan
pengembangan pariwisata berkelanjutan.
Suwandana (2015) tentang “Pemberdayaan Petani Rumput Laut dalam
Pengembangan Ekowisata di Desa Lembongan Kecamatan Nusa Penida
Kabupaten Klungkung”. Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui
peran stakeholder dalam pemberdayaan petani rumput laut dan juga untuk
mengetahui manfaat yang diperoleh petani rumput laut dalam pengembangan
ekowisata di Nusa Penida. Penelitian dengan menggunakan metode deskriptif
kualitatif, data dikumpulkan melalui teknik wawancara, observasi dan studi
kepustakaan.

Teori

yang

digunakan

dalam

membantu

pemecahan

permasalahan yaitu teori pemberdayaan, teori masyarakat aktif dan teori
struktural fungsional. Hasil penelitian menunjukkan pemberdayaan petani
rumput laut di Desa Lembongan memerlukan peran dari semua stakeholder
yang terkait melalui kemitraan yang dibentuk untuk memberikan manfaat
ekonomi, sosial budaya dan lingkungan bagi masyarakat. Petani rumput laut
masih perlu diberikan pelatihan manajerial, peningkatan kualitas pelayanan,
sadar wisata, bantuan finansial serta sarana dan prasarana penunjang.
Wisyasmi, (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Strategi Pengelolaan
pariwisata bahari di Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak”. Dalam penelitian
ini peneliti menggunakan analisis SWOT dan didapatkan bahwa Karang
Taraje, Pulau Manuk dan pantai Sawarna memiliki potensi alam yang baik,
pemandangan alam yang eksotis, lingkungan disekitar pantai yang nyaman
dan asri, sikap masyarakat yang ramah menjadi kekuatan (strengh) bagi
obyek-obyek wisata tersebut, namun selain itu juga terdapat kelemahan
(weakness) dari obyek-obyek wisata tersebut, selain akses jalan yang sulit,
fasilitas yang kurang memadai, sistem promosi yanng kurang baik, kurangnya
wahana untuk bermain dan kurangnya sumber daya manusia di obyek-obyek
wisata tersebut.

BAB III
METODE PENELITIAN

17

A. Metode Penelitian
a)

Pendekatan dan Jenis/Rancangan Penelitian

Pada penelitan ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian
deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian dengan
mengutamakan penekanan pada proses dan makna yang tidak diuji, atau
diukur dengan setepat-tepatnya dengan data yang berupa data deskriptif.
Jenis penelitian ini berkarakteritis alamiah atau bersetting apa adanya dari
fenomena yang terjadi di lapangan yang menitik beratkan pada
kualitasnya.26
Pemilihan pendekatan ini berdasarkan beberapa pertimbangan.
Pertama, pendekatan ini memudahkan dalam mendapatkan sumber yang
akan dideskripsikan. Kedua, pendekatan ini berkomunikasi langsung
dengan subyek atau informan. Dengan ini data yang didaptkan akan lebih
valid karena berkomunikasi langsung dengan subyek penelitian.
b)

Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pantai Gemah, Jalur Lintas Selatan Desa Keboireng,
Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.

c)

Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian kualitatif, kehadiran peneliti bertindak sebagai
instrumen sekaligus pengumpul data. Kehadiran peneliti mutlak
diperlukan, karena disamping itu kehadiran peneliti juga sebagai
pengumpul data. Sebagaimana salah satu ciri penelitian kualitatif dalam
pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti. Sedangkan kehadiran
peneliti dalam penelitian ini sebagai pengamat partisipan/berperanserta,
artinya dalam proses pengumpulan data peneliti mengadakan pengamatan

26
Rokhmat Subagiyo, Metode Penelitian Ekonomi Islam: Konsep dan Penerapan, (Jakarta: Alims
Publishing, 2017), Hal.158.

18

dan mendengarkan secermat mungkin sampai pada yang sekecil-kecilnya
sekalipun.27
d)

Data dan Sumber Data
Data dan sumber data yang akan digali pada penelitian ini disajikan dalam tabel
berikut:
Tabel 2
Data dan Smber Data

No
1.

Masalah yang

Data yang

diajukan
Bentuk

dibutuhkan
1. Potensi

digunakan
Wawancara,

pengelolaan

pariwisata

observasi,

potensi pariwisata

Gemah

Pantai Gemah

2. Langkah-langkah

Pantai

dan

Swasta

atau

investor,

dan

masyarakat

yang

Partisipasi

dialukan
1. Keterlibatan

Wawancara,

masyarakat dalam

masyarakat

observasi

melakukan

proses pengelolaan

pengelolaan

potensi pariwisata

potensi pariwisata

2. Pengaruh
masyarakat

Sumber data
Pemerintah.

dokumnetasi

pengelolaan
2.

Metode yang

dalam

Pemerintah dan
dan

masyarakat

dokumentasi

dalam

proses pengelolaan
3.

Dampak

potensi pariwisata
1. Peningkatan

Wawancara dan

Pemerintah dan

pengelolaan

ekonomi masyarakat

observasi

masyarakat

potensi pariwisata

2. Terciptanya
lapangan pekerjaan
baru
3. Perubahan
lingkungan

sosial

dan

buaya

masyarakat
e)
27

Teknik Pengumpulan Data

Ibid., hal. 117.

19

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian,
karen itu dibutuhkan keterampilan dan kesabaran dalam mengumpulkan data agar
mendapatkan data yang valid. Teknik yang di gunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara, observasi, dan dokumentasi.
1.

Wawancara
Adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) sebagai pengaju atau pemberi pertanyaan dan yang di
wawancarar (interviewe) sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu. 28 Jenis
wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur
yaitu wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan
pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan dan pendekatanyya menggunakan
petunjuk umum wawancara, peneliti ini bertujuan untuk memperoleh data yang
akurat karen jenis wawancara ini bermanfaat apabila yang diwawancarai cukup
banyak. Dalam wawancara terstruktur pertanyaan-pertanyaan sudah disiapkan
terlebih dahulu dan berharap informan menjawab pertanyaan tersebut dalam halhal kerangka wawancara.29

2.

Observasi
Observasi ialah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan
pencatatan secara sistematis memgenai tingkah laku dengan melihat atau
mengamati individu atau kelompok secara langsung. 30 Observasi yang dilakukan
dalam penelitian ini menggunakan observasi langsung yaitu mengumpulkan data
yang dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala yang tampak
pada objek penelitian, yang pelaksanaannya langsung pada tempat dimana suatu
peristiwa, keadaan atau situasi sedang terjadi. Adapun teknik yang digunakan
adalah observasi terfokus yaotu salah satu jenis pengamatan yang secara spesifik
telah mempunyai rujukan yaitu permasalahan yang ada dilapangan.
Tujuan peneliti menggunakan metode ini, agar mendapatkan data yang
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Metode ini memungkinkan peneliti
melihat dan mengamati secara langsung.

3.

Dokumentasi
Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan
catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga

28

Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), hal. 127.
Junaidi Ghony, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2012), hal. 178.
30
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian...., hal 93-94.
29

20

akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan. 31
Metode dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah
tersedia dalam catatan dokumen, atau juga dapat berupa foto, rekaman, dan
video yang dapat digunakan sebagai bahan validitas data dalam pengujian.

f)

Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses penyusunan data yang pada prinsipnya dilakukan
bersamaan dengan pengumpulan data. Teknik analisis yang dilakukan dengan
menggunakan teknik analisis data yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman yang
dikutip Basrowi dan Suwandi mencakup tiga kegiatan yang bersamaan:
1.

Reduksi Data
Reduksi

data

merupakan

proses

pemilihan,

pemusatan

perhatian,

pengabtraksian pentransformasian data kasar dari lapangan. Proses ini
berlangsung dari awal sampai akhir penelitian, dalam proses reduksi ini peneliti
benar-benar mencari data yang valid apabila ada keraguan dalam data peneliti
mengecek ulang dengan informan yang baru.
2.

Penyajian Data
Adalah serangkaian informasi yang tersusun rapi yang memungkinkan untuk
bisa ditatik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Oleh karena itu, data yang
disajikan harus benar-benar tertata secara apik agar mudah dipahami. 32

3.

Penarikan Kesimpulan
Proses selanjutnya yaitu penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan adalah
jawaban atas fokus penelitian yang berdasarkan analisis data. Jadi kesimpulan
dalam penelitian ini bisa menjadi jawaban atas fokus penelitian yang dirumuskan
diawal, apakah bisa atau tidak untuk dilanjutkan. Hasil kesimpulan ditampilkan
dalam bentuk deskriptif obyek penelitian berdasarkan pada hasil kajian penelitian
yang dilakukan.33

31

Ibid., hal. 158.
Ibid., hal. 209.
33
Rokhmat Subagio, Metode Penelitian...., Hal.193.
32

21

g)

Pengecekan Keabsahan Temuan

Kredibilitas penelitian kualitatif ini dilakukan melalui trianggulasi.
Trianggulasi merupakan tekhnik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau pembanding terhadap data-data tersebut.34
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan Trianggulasi sumber,
dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama melalui sumber yang
berbeda. Dengan demikian tujuan akhir dari trianggulasi adalah dapat
membandingkan informasi tentang hal yang sama, yang diperoleh dari
beberapa pihak agar ada jaminan kepercayaan data dan menghindari
subjektivitas dari peneliti, serta mengkroscek data diluar subjek. Selain
itu,

peneliti

juga

menggunakan

trianggulasi

dengan

cara:

1)

membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara yang
telah dilakukan, 2) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang
dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa,
orang yang berpendidikan tinggi, orang berada, maupun orang
pemerintahan, 3) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu
dokumen yang berkaitan.
h)

Tahap-tahap Penelitian

Tahap-tahap penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap yaitu:
1.

Menentukan

masalah

penelitian,

dalam

tahap

ini

peneliti

mengadakan studi pendahuluan.
2.

Pengumpulan data, pada tahap ini peneliti mulai dengan menentukan
sumber data, yaitu buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan
dari segenap individu yang berkompeten. Pada tahap ini diakhiri
dengan pengumpulan data dengan menggunakan metode wawancara,
observasi, dan dokumentasi.

3.

Analisis dan penyajian data, yaitu menganalisis data dan akhirnya
ditarik suatu kesimpulan.

34

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal.

330

22

B. Sistematika Penulisan Skripsi
Agar pembahasan dan penulisan dalam proposal skripsi ini menjadi
terarah, utuh, dan sistematis. Maka penelitian ini dibagi ke dalam beberapa
bab, antara lain:
Bab I: Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, batasan masalah (bila perlu), manfaat penelitian, penegasan istilah, dan
sistematika penulisan.
Bab II: Kajian Pustaka, meliputi kajian fokus pertama, kajian fokus kedua dan
seterusnya, hasil penelitian terdahulu, kerangka berpikir teoritis atau paradigmatik (jika
perlu).
Bab III: Metode Penelitian, meliputi pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian,
kehadiran peneliti, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data,
pengecekan keabsahan temuan, dan tahap-tahap penelitian.
Bab IV: Hasil Penelitian, meliputi paparan data, dan temuan penelitian.
Bab V: Pembahasan, berisi tentang analisis dengan cara melakukan konfirmasi dan
sintesis antara temuan penelitian dengan teori dan penelitian yang ada.
Bab VI: Penutup, meliputi kesimpulan dan saran atau rekomendasi.

DAFTAR PUSTAKA
Buku/Skripsi:
Adisasmita, Raharjo. 2011. Pengelolaan Pendapatan dan Anggaran Daerah.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

23

Damanik, Janianton. 2013. Pariwisata Indonesia Antara Peluang dan Tantangan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Demartoto, Argyo. 2009. Pembangunan Pariwisata Berbasis Masyarakat.
Surakarta: UNS Press.
Ghony, Junaidi. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar Ruzz Media.
Hadiwijoyo, Suryo Sakti. 2012. Perencanaan Pariwisata Perdesaan Berbasis
Masyarakat. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Pattaray, Anas. 2015. Pengembangan Ekowisata Bahari di Kawasan Gili Balu
Kabupaten Sumbawa Barat. Tesis dipublikasikan. Denpasar: Pascasarjana
Universitas Udayana.

Rangkuti, Freddy. 2009. Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus
Integrated Marketing Communication, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Subagiyo, Rokhmat. 2017. Metode Penelitian Ekonomi Islam: Konsep dan
Penerapan. Jakarta: Alims Publishing.
Suratmo,Gunawarman. 2004. Analisis Mengenasi Dampak Lingkungan.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Suwandana, I Kadek Agus. 2015. Pemberdayaan Petani Rumput Laut dalam
Pengembangan Ekowisata di Desa Lembongan Kecamatan Nusa Penida
Kabupaten Klungkung. Jurnal Manajemen. Volume 13. Nomor 1.
Suwandi, & Basrowi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka
Cipta.
Terosiero, Jim Ife & Frank. 2008. Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era
Globalisasi. Terjemahan Sastrawan Manullang, dkk. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Widyasmi, Kartika. 2012. Strategi Pengelolaan pariwisata bahari di Kecamatan
Bayah Kabupaten Lebak. Skripsi dipublikasikan. Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik. Serang: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Undang-undang:

24

Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.
Bab mengenai Prinsip Penyelenggaraan Kepariwisataan, Pasal 5.
Internet:
http://23tourism.blogspot.co.id/2015/01/definisi-pariwisata.html Diakses pada tanggal 20 Mei 2018 pukul
09.49 Wib
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3687715/tiga-tahun-jokowi-jk-p
devisa-terbesar-kedua Diakses pada tanggal 19 Mei 2018 pukul 12.27 Wib.

ariwisata-sumbang-

https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:dcoJesqO9ecJ:https://w
ww.bi.go.id/id/perbankan/keuanganinklusif/edukasi/Contents/Pengelolaan%2 520Keuangan
%2520Modul%2520Pelatihan.pdf+&cd=9&hl=id&ct=clnk&gl =id Diakses pada tanggal 20 Mei 2018 pukul
10.34 Wib.

25