Karya Ilmiah dalam Komposisi Bahasa Indo

Komposisi
Bahasa Indonesia
Inr iani Mustika Lamtiur S
2012420031

Tugas dan Ujian Akhir Semester Komposisi Bahasa Indonesia

2

Daftar Isi
A. Ujian Akhir Semester Komposisi Bahasa Indonesia
1. Karya ilmiah ......................................................................... 3
2. Wacana menjelaskan grafik Pernikahan di Jepang ................. 11
3. Memparafrasakan Lagu Koi ni Koishite ................................ 13
4. Memparafrasakan Puisi Kimi Shinita Mou Koto Nakare ........ 17
B. Tugas Komposisi Bahasa Indonesia
1. Biografi Shinoda Mariko ....................................................... 21
2. Menceritakan Kembali teror di Peru ...................................... 23
3. Menceritakan kembali komik Afternoon Murder ................... 26
4. Menceritakan kembali film Tokyo Story .............................. 30
5. Menceritakan kembali Cerpen The Last Smoker ................... 34


3

Karya Ilmiah
Judul : Mora vs Haku vs Syllable (Suku Kata)
Topik : Membahas perbedaan Mora, Haku, dan Syllable.
Tema : Perbedaan Syllable (Suku Kata), Haku, dan Mora

Kerangka karangan
A. Pendahuluan
B. Isi
1. Latar belakang penulis
2. Latar belakang cerita
3. Kutipan cerita
4. Analisa
C. Penutup
1. Simpulan
2. Sumber

4


A. Pembuka
Menurut para ahli bahasa Jepang ada dua aliran ilmu bahasa di
Jepang yaitu, Kokugogaku (Ilmu bahasa Jepang Tradisional) dan
Gengogaku (Ilmu bahasa Jepang Masa Kini). Kokugogaku memiliki tradisi
khas Jepang dalam penyusunan kata pada bahasa Jepang yang terlepas dari
ilmu bahasa Barat, termasuk gramatika yang sudah ada sejak zaman Edo.
Sementara, Gengogaku mengadaptasi konsep bahasa dari Barat yang
diterapkan pada bahasa Jepang mulai dari gramatika, fonologi, morfologi,
dan sintaksis. Namun, ada sedikit perbedaan dalam struktur kata bahasa
jepang dengan bahasa lain.
Pada umumnya kata dalam bahasa Inggris maupun Indonesia
mengenal adanya Syllable sebagai satuan ucapan terkecil dalam
pengucapan sebauh kata. Akan tetapi, bahasa Jepang menggunakan Mora
sebagai satuan ucapan terkecil dalam sebuah kata. Namun, ada pendapat
lain mengenai penggunaan Haku yang dianggap sebagai satuan ucapan
terkecil yang dipakai dalam bahasa Jepang. Beberapa hasil penelitian dari
peneliti bahasa dan ahli bahasa menyimpulkan buah pemikiran mereka
mengenai satuan ucapan terkecil atau suku kata yang ada pada bahasa
Jepang dengan konsep yang berbeda-beda.

Penelitian mengenai Suku kata yang dipakai dalam bahasa Jepang
terus berlanjut hingga kini. Ada yang beranggapan bahasa Jepang yang
termasuk ke dalam Pitch-accent Language menggunakan Mora sebagai
satuan

ucapan

terkecil.

Ada

yang

berpendapat

bahasa

Jepang

menggunakan Haku sebagai satuan ucapan terkecilnya. Pendapat lain dari

beberapa ahli bahasa menggunakan istilah Onsetsu, atau yang dalam
bahasa Inggris disebut sebagai Syllable, sebagai satuan ucapan terkecil
dalam sebuah kata pada bahasa Jepang.

5

B. Isi
1. Latar Belakang
Perdebatan para ahli dan peneliti bahasa mengenai penggunaan
istilah suku kata dalam bahasa Jepang terjadi karena adanya dua aliran
ilmu bahasa pada bahasa Jepang. Sebagian besar dari pengguna bahasa
Jepang, khususnya masyarakat asli Jepang tidak begitu mempedulikan
pendapat mengenai penggunaan istilah suku kata dalam bahasa Jepang.
Umumnya, istilah tersebut muncul pada pembelajaran mengenai struktur
kata di dalam fonologi bahasa Jepang. Akan tetapi, pembelajaran
mengenai istilah ini akan memperdalam pengetahuan mengenai bahasa
Jepang secara detail.

2. Permasalahan
Perbedaan pendapat dari dua aliran ilmu bahasa di Jepang,

Kokugogaku (Ilmu bahasa Jepang Tradisional) dan Gengogaku (Ilmu
bahasa Jepang Masa Kini) mengenai istilah untuk satuan ucapan
terkecil, atau yang biasa disebut suku kata, disebabkan adanya konsep
yang berlainan mengenai cara pengucapan sebuah kata dalam bahasa
Jepang. Apakah perbedaan istilah tersebut berpengaruh pada cara
komunikasi dalam bahas Jepang?
3. Tujauan
Tujuan penulisan ini adalah untuk menunjukkan adanya perbedaan
konsep bahasa antara bahasa Jepang dan bahasa lain dan pengaruhnya
pada proses komunikasi dalam bahasa Jepang. Selain itu, penulisan ini
juga bertujuan untuk memperdalam pengetahuan mengenai istilah-istilah
yang dipakai dalam fonologi bahasa Jepang.

6

4. Landasan teori
Banyak yang mengira satuan ucapan terkecil dalam bahasa Jepang
adalah Syllable (suku kata). Namun pada umumnya masyarakat Jepang
tidak mengenal Syllable (suku kata), atau yang dalam bahasa Jepang
disebut Onsetsu, dalam satuan ucapan terkecil sebuah kata pada bahasa

Jepang. Ada dua istilah dalam bahasa Jepang yang diseebutkan sebagai
satuan ucapan terkecil yaitu, Haku dan Mora.
Haku adalah satuan ucapan terkecil berupa satuan irama tepukan
tangan yang teratur dengan tempo ucapan yang konstan, berfungsi
mengatur pengucapan kata dalam bahasa Jepang. Sementara, Mora adalah
istilah untuk satuan ucapan terkecil yang mengandung satu inti nada
rendah atau nada tinggi dari aksen nada yang digunakan dalam kata asli
bahasa Jepang dan kata serapan yang diambil dari bahasa asing di Jepang.
Akan tetapi, seorang peneliti bahasa Jepang, Shibatani (1990) mendapati
adanya perbedaan konsep suku kata dalam dialek Takajocho yang dipakai
di prefektur Miyagi. Pada dialek ini suku kata disebut sebagai Onsetsu.
Menurut seorang ahli bahasa Jepang, Kindaichi Haruhiko,
masyarakat Jepang tidak menggunakan Syllable (suku kata) atau dalam
bahasa Jepang disebut Onsetsu melainkan Haku. Kindaichi menyimpulkan
pengucapan satu kata bahasa Jepang terjadi dengan adanya pengucapan
beberapa Haku yang teratur, dan Haku merupakan istilah untuk suku kata
dalam bahasa Jepang. Konsep Haku yang dicetuskan ahli bahasa tradisonal
Jepang ini menyebutkan bahwa satuan tempo pengucapan dalam Haku
berukuran 0,1 detik.
Berikutnya ada konsep Mora dicetuskan oleh Hattori Shiro yang

mempelajari ilmu bahasa Jepang Modern. Bahasa Jepang yang termasuk
dalam tipe bahasa Pitch-accent Language menekankan tinggi-rendahnya
aksen nada dalam pengucapan satu kata. Dalam bahasa Jepang, ada

7

beberapa kualifikasi untuk menetukan berapa Mora yang terdapat dalam
satu kata sebagai berikut;
a. Satu huruf vokal dapat berdiri sendiri (umunya diawal kata
atau diakhir kata seperti pada kata sifat ~i / ikeyoshi), atau
gabungan konsonan dan vokal dihitung satu Mora.
b. Konsonan ganda yang ditandai adanya ~tsu kecil (っ) yang
dihitung satu Mora.
c. Konsonan diakhir kata seperti pada bunyi nasal /n/ dihitung
satu Mora.
d. Bunyi panjang diakhir dalam sebuah kata dalam Katakana
( - ) yang umumnya kata serapan dari bahasa asing dihitung
satu Mora.
Dari penjabaran kualifikasi Mora diatas dapat disimpulkan tidak
ada kata dalam bahasa Jepang yang dimulai dengan dua konsonan

berurutan. Konsonan pada akhir kata dalam bahasa Jepang dihitung
terpisah dan dianggap sebagai satu Mora.
Pada 1990, seorang peneliti bahasa, Shibatani menyatakan sebuah
pendapat setelah menemukan adanya perbedaan konsep suku kata dalam
dialek Takajocho yang dipakai di prefektur Miyagi. Pada masyarakat di
Utara Jepang yang menggunakan dialek ini, konsep suku kata yang dipakai
adalah Onsetsu. Pada Syllable atau Onsetsu yang ditemukan pada dialek
Takajocho kata mikan yang berarti jeruk memiliki dua Onsetsu, yaitu“mi”
dan “kan”. Sedangkan pada dialek Kanto (Tokyo) dan Kansai (Osaka) kata
mikan memiliki tiga Mora atau Hakku yaitu, “mi”, “ka”, dan “n”.
Istilah Syllable atau Onsetsu sempat dicetuskan oleh seorang ahli
bahasa Jepang sebelumnya. Sugito Miyoko menyimpulkan istilah Onsetsu

8

yang berbeda dengan Syllable yang umumnya diketahui. Jika pada bahasa
Inggris kata straight dihitung sebagai satu Syllable sebaliknya, pada
bahasa Jepang kata straight yang diadaptasi berubah menjadi “Su-tu-re”,
dan memiliki tiga Onsetsu. Hal ini berkaitan dengan konsep Syllable yang
memiliki tiga struktur internal dalam satu ucapan terkecil yang disebut

sub-units yaitu, Onset (konsonan di awal kata), Nucleus (vokal), dan Coda
(konsonan diakhir kata). Menurut wanita ini perbedaan antara Onsetstu
dan Syllable terletak pada suku kata dalam bahasa Jepang yang
mempertimbangkan aksen nada (pitch).
Onsetsu adalah -- satu ruas ucapan yang merupakan satuan dari
aksen nada. – (Sugito ed. 1998:15)
5. Analisa
Berdasarkan teori yang dikemukanan para peneliti dan ahli bahasa
mengenai suku kata yang ada dalam bahasa Jepang dapat terlihat suku
kata, atau Syllable dalam bahasa Inggris, dan Onsetstu dalam bahasa
Jepang, memiliki konsep yang berbeda. Masyarakat Jepang pada
umumnya membagi ruas kata dalam beberapa satuan ucapan terkecil yang
disebut dengan Haku atau Mora.
Pada dasarnya Haku dan Mora tidak begitu berbeda. Dalam Haku
ditekankan adanya tempo atau ketukan dan aksen nada dalam membagi
ruas kata menjadi suku kata. Sedangkan pada Mora terlihat konsep bahasa
Jepang yang mengikuti lambang fonetik Kana (Hiragana dan Katakana).
Konsep Mora juga sudah ditemukan sejak munculnya kesusastraan pada
zaman Heian di Jepang. Mora digunakan sebagai ketukan irama Puisi
Jepang baik Haiku, Shiritori, Waka, dan Haikai no Renga. Sebagai contoh,

Haiku memiliki 17 Mora yang dibagi atas 5-7-5 Mora.
Masyarakat Jepang umumnya membagi satuan suku kata dalam
sebuah kata dengan klasifikasi yang ada pada konsep Mora yaitu, bunyi

9

vokal dapat berdiri sendiri dan bunyi konsonan yang diikuti vokal dihitung
satu Mora. Untuk bunyi konsonan panjang atau konsonan ganda dihitung
satu Mora. Selain itu, bunyi konsonan diujung kata seperti pada konsonan
nasal /n/ dihitung sebagai satu Mora.
Berikut ini adalah tabel kata dalam bahasa Jepang dengan
pemotongan satuan ucapan terkecil menggunakan konsep Mora.

Kata dalam
bahasa Jepang
Aoi
Ookii
Gakkou
Resutoran
Shinkansen

Kisetsu

Mora
Pembagian
dalam Mora
A.o.i
O.o.ki.i
Ga.k.ko.u
Re.su.to.ra.n
Shi.n.ka.n.se.n
Ki.se.tsu

Jumlah
Mora
3
4
4
5
6
3

Di bawah ini adalah tabel kata dalam bahasa Jepang dengan
pemotongan satuan ucapan terkecil menggunakan konsep Syllable.

Kata dalam
bahasa Jepang
San
Gakkou
Meiji
Kisetsu
Shinkansen
Resutoran

Syllable
Pembagian
dalam Syllable
San
Gak.kou
Mei.ji
Ki.set.Su
Shin.kan.sen
Re.su.to.ran

Jumlah
Syllable
1
2
2
3
3
4

Kedua tabel diatas menunjukan perbedaan yang jauh antara
Syllable dan Mora. Sementara pada Haku, suku kata dalam bahasa Jepang
bisa memiliki arti yang berbeda dengan adanya perbedaan aksen nada. Hal
itu dapat terlihat jelas jika menelaah lebih dalam tentang dialek yang ada
di Jepang.

10

C. Penutup
1. Simpulan
Suku kata dalam bahasa Jepang umumnya mengikuti lambang
fonetik Kana yang dipakai dalam bahasa Jepang, baik Hiragana maupun
Katakana. Itu sebabnya dalam bahasa Jepang kualifikasi dalam membagi
sebuah kata menjadi suku kata, atau satuan ucapan terkecil, berbeda
dengan bahasa lain. Perbedaan istilah yang dicetuskan beberapa peneliti
dan ahli bahasa Jepang menunjukan adanya perbedaan makna dalam
sebuah kata jika pembagian suku kata dalam bahasa Jepang mengikuti pola
Syllable yang dipakai sebagian besar bahasa lain di dunia.
Bunyi konsonan yang diikuti vokal, dan bunyi vokal yang dapat
berdiri sendiri dihitung dalam satu Mora. Konsonan ganda atau bunyi
panjang dalam Katakana yang diberi simbol ( - ) di hitung sebagai satu
Mora. Dan bunyi nasal /n/ diakhir sebuah kata dihitung satu Mora.
Sementara, Haku yang menitikberatkan pada aksen nada dan tempo, atau
ketukan, menjelaskan bahwa adanya perbedaan makna sebuah kata dalam
bahasa Jepang saat pengucapan suku kata diikuti dengan nada yang
berbeda. Hal itu dikarenakan bahasa Jepang bertipe Pitch-accent
Language.
2. Sumber
Tjandra, Sheddy N. 2004. Fonologi Jepang: Universitas Indonesia Jakarta
Tsujimura, Natsuko. 2000. An Introduction to Japanese Linguistic:
Blackwell Publisher
Tamaoka, Katsuo. Terao, Yasushi. Mora or syllable? Which unit do
Japanese use in naming visually presented stimuli .2004
.http://www.lang.nagoyau.ac.jp/~ktamaoka/gyouseki/sadokuari/2004/TT2004.pdf .02-06-2012/
19.20

11

an a.k.a inriani sianipar
1.

Topik

:

Pernikahan di Jepang

2.

Tema

:

Penjelasan persentase acara pernikahan di Jepang

3.

Judul

:

Agama dan kepercayaan di Jepang

Kerangka Karangan:
A.

Pembuka : prosesi pernikahan pada umumnya.

B.

Isi 1

: penjelasan grafik pertama dan keempat

C.

Isi 2

: penjelasan grafik ketiga dan kedua

D.

Penutup

Pada umumnya prosesi pernikahan dilakukan sesuai dengan adatistiadat, agama ataupun kepercayaan yang dianut kedua mempelai yang akan
menikah. Berbeda halnya dengan

prosesi pernikahan yang terjadi di Jepang.

Prosesi yang seharusnya memiliki kesan sakral ini terkadang tidak terjadi seperti
saat sebagian besar pasangan di dunia ini melakukan pernikahan. (Pembuka)
Di Jepang, kedua mempelai tidak harus beragama kristiani

untuk

melakukan prosesi pernikahan secara Kristiani. Dapat terlihat Pada grafik pertama
pemeluk kristiani menempati urutan terbaw ah dengan 10,6% responden, tetapi
pada garfik keempat perolehan untuk pernikahan dengan prosesi kristiani

12

menempati urutan teratas dengan 45,5% responden. Pada grafik pertama juga
dapat terlihat 35,8% penduduk Jepang memeluk ajaran Budha tetapi, prosesi
pernikahan Budha menempati posisi terendah dalam urutan prosesi pernikahan
impian dengan perolehan 8, 5% pada grafik keempat. Prosesi pernikahan Shinto
menempati urutan kedua dari baw ah dengan 18,3% responden yang memilih
meskipun pada grafik pertama tercatat 11% responden memeluk ajaran Shinto.
Pada grafik pertama dan ketiga dapat disimpulkan 52,4% responden tidak menjadi
pemeluk agama mana pun, dan

42,3% pasangan calon yang akan menikah

memilih untuk merayakan pernikahan mereka dengan cara di luar ritual adat
maupun agama. Bahkan, ada prosesi pernikahan Jepang yang dilakukan di taman
hiburan seperti Disneyland, lengkap dengan karakter tikus w alt Disney, M ickey
M ouse sebagai pelaksana pemberkatan pernikahan. (Isi 1)
M enurut survai yang dilakukan sebuah situs kebudayaan Jepang
(http:/ / w w w .japan-guide.com) terhadap 240 pasang calon pengantin Jepang yang
akan menikah, pada grafik kedua dengan pertanyaan seberapa religiuskah mereka
dapat terlihat 55,3% responden menyatakan bahw a mereka tidak religius. Diikuti
dengan 28,9% responden menjaw ab tidak tahu apakah mereka religius, dan 15,9%
responden merasa religius. Pada grafik ketiga 50% responden tidak merasa agama
sebagai suatu faktor yang penting. 37,8% responden berpendapat bahw a agama
merupakan hal yang dianggap sedikit penting. 9,3% responden menganggap
agama sebagai faktor yang penting dan 2,8 % responden menjaw ab agama
dianggap sebagai faktor yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat
Jepang. (Isi 2)
Singkatnya, menurut hasil survai yang dilakukan pada 2000 ini dapat
disimpulkan pernikahan di Jepang tidak ada hubungannya dengan jumlah
penganut ajaran agama tertentu. Pasangan calon pengantin lebih memilih prosesi
pernikahan yang dianggap praktis dan mudah untuk dilaksanakan. Selain itu,
faktor

pembiayaan

juga

menjadi

bahan

pertimbangan

mereka.

Hal

itu

menyebabkan pasangan calon pengantin memilih pernikahan yang dilakukan
dengan

penyelenggaraan

resepsi

kecil

atau

tanpa

mencatatkan pernikahan mereka di balai kota. (Penutup)

pesta,

yaitu

dengan

13

Topik: Menginterpretasikan lagu berbahasa Jepang
Tema: memparafrasa lagu
Judul: memparafrasa lagu Koi ni Koishite (Falling in Love) yang
dinyanyikan Mai Kuraki

Kerangka Karangan
A. Lampiran

: Lirik asli lagu Koi ni koishite

B. Pembuka

: Data penyanyi

C. Isi 1

: Memparafrasakan bait pertama lirik

D. Isi 2

: Memparafrasakan bait kedua lirik

E. Isi 3

: Memparafrasakan bait ketiga lirik

F. Isi 4

: Memparafrasakan bait reffrein lirik

G. Penutup

: Sinmpulan makna lirik lagu

Kimi to no koi ni koi o shiteru dake de. Tsutaetakute mo mada
Himitsu ni shiteru hou ga shiawase dakara.
Ima wa watashi dake no secret love

Kimi ni zenzen kyouminai, uso you are my perfect guy
Tokimeki wa kakusenai honto wa kininatte shikatanai
Koi ni bukiyou sonna style, kimi no mae dato betsujin mitai
Dare ni mo ienai himitsu no mama

Soredemo I'm alright, koi no yukue nante. Dare ni mo wakaranai deshou?
Kitto kono koi chanto itsuka kanau hazu shinjite. Mada it isn't the last
chance for me

Ironna love story o egaiteru mune no naka. Demo risou ni wa hodo tooi
Watashitte waga mama sore kurai no koto wakatteru.
Dakedo nani ka ikenai no?

14

Kimi to no koi ni koi o shiteru dake de. Tsutaetakute mo mada
Himitsu ni shiteru hou ga shiawase dakara.
Ima wa watashi dake no secret love

Kimi no koto omou to dokidoki ga tomaranai heart beat
Tanoshiku mo naru kedo fuan ni mo naru.
Konomama okubyou na watashi ja dame da ne
Chotto dake demo yuuki wo kudasai kamisama

Dakara ne mou Bye-Bye ima made no watashi ni
I'm here to tell my love...
Jitto matteru dake ja nanimo hajimaranai kono saki, yeah it is the best
chance for me

Ironna love story wo egaiteru mune no naka risou made ato dore kurai?
Watashitte waga mama sore kurai no koto yurushite hitorijime ni shiteitai

Kimi to no koi ni koi o shiteru dake de. Tsutaetakute mo mada
Himitsu ni shiteru hou ga shiawase dakara.
Ima wa watashi dake no secret love

Mai Kuraki yang lahir di Funabashi, Chiba adalah seorang
penyanyi berbakat Jepang. Kuraki terkenal sebagai penyanyi original
soundtrack Detective Conan. Sejak debutnya lagu yang dinyanyikan
Kuraki selalu membuat namanya masuk ke daftar nominasi penyanyi
terbaik setiap tahunnya. “Falling in Love” adalah lagu terbaru Kuraki yang
menjadi lagu penutup serial anime Detective Conan sejak episode 620
serial anime ini ditayangkan. (Pembuka)
Lagu berjudul asli “Koi ni Koishite” ini menceritakan seorang
gadis yang diam-diam mencintai seorang pemuda. Seperti pada bait awal

15

“Kimi ni zenzen kyouminai, uso you are my perfect guy. Tokimeki wa
kakusenai honto wa kininatte shikatanai. Koi ni bukiyou sonna style, kimi
no mae dato betsujin mitai Dare ni mo ienai himitsu no mama” yang
memiliki arti “Aku tidak mengatakan bahwa kau adalah pria sempurna
untukku. Aku merasakan jantungku yang berdegup kencang, dan
menyadari perasaanku pada mu. Tapi, aku akan terus menjaga perasaanku
ini sebagai sebuah rahasia karena tidak ada seorangpun yang perlu tahu
mengenai perasaanku.” (Isi 1)
Pada bait berikutnya lirik menyebutkan “Soredemo I'm alright, koi
no yukue nante. Dare ni mo wakaranai deshou? Kitto kono koi chanto
itsuka kanau hazu shinjite. Mada it isn't the last chance for me. Ironna
love story o egaiteru mune no naka. Demo risou ni wa hodo tooi.
Watashitte waga mama sore kurai no koto wakatteru. Dakedo nani ka
ikenai no?” yang menggambarkan sang gadis berusaha terlihat baik-baik
saja meskipun menekan perasaannya sendiri. Sang gadis juga yakin suatu
hari nanti akan datang kesempatan untuk dirinya meyatakan perasaannya
pada pria yang membuatnya jatuh cinta itu. (Isi 2)
Dilanjutkan dengan bagian kedua dari lagu dengan lirik “Kimi no
koto omou to dokidoki ga tomaranai heart beat. Tanoshiku mo naru kedo
fuan ni mo naru. Konomama okubyou na watashi ja dame da ne. Chotto
dake demo yuuki wo kudasai kamisama. Dakara ne mou Bye-Bye ima
made no watashi ni. I'm here to tell my love. Jitto matteru dake ja nanimo
hajimaranai kono saki, yeah it is the best chance for me.” yang memiliki
arti bahwa sang gadis hanya dengan memikirkan sang pria dapat merasa
bahagia.

Namun,

kenyataannya

sang gadis

merasa takut

untuk

memberitahukan sang pria tentang perasaan cintanya. Sang gadis berharap
Tuhan dapat memberikannya keberanian untuk menyatakan perasaannya
pada sang pria. Sang gadis percaya dengan menunggu waktu yang tepat,
cintanya akan datang indah dan tepat pada waktunya. (Isi 3)

16

“Kimi to no koi ni koi o shiteru dakede tsutaeta demo mada.
Kimitsu ni shiteru, hou ga shiawase dakara ima wa watashi dake na.
Secret love….” Adalah lirik refrain dari lagu bertema cinta remaja ini.
Dalam lirik ini terlihat bahwa sang gadis tidak merasa menyesal jatuh cinta
pada pemuda yang membuatnya tergila-gila. Sang gadis tidak ingin
pemuda tersebut mengetahui isi hatinya, dan menjadikan cintanya pada
pemuda tersebut sebagai sebuah rahasia. (Isi 4)
Singkatnya, pada lagu yang baru direkam akhir 2012 ini dapat
terlihat lirik yang menggambarkan rahasia seorang gadis yang diam-diam
mencintai seorang pria, dan berharap agar suatu hari perasaannya
tersampaikan. Lagu yang terkesan seperti sebuah roman picisan bergenre
pop ini ditulis dan dinyanyikan oleh penyanyi yang berada di bawah label
Giza Studio. (Penutup)

17

Topik :

Memparafrasakan Puisi

Tema :

Memparafrasakan Puisi Jepang

Judul :

Kimi Shinita Mou Koto Nakare karya Akiko Yosano

Kerangka Karangan
Pembuka

: Lampiran puisi dalam romanji dan Latar belakang Penyair

Isi 1

: Parafrasa Stanza 1

Isi 2

: Parafrasa Stanza 2

Isi 3

: Parafrasa Stanza 3

Penutup

あゝをとうとよ君を泣く
a, wo otouto yo kun wo naku
君死にたまふことなかれ
kun shi ni tamafu koto nakare
末に生れし君なれば
matsu ni umareshi kun nareba
親のなさけはまさりしも
oya nonasake wa masarishi mo
親は刃(やいば)をにぎらせて
oya ha ha ( yaiba ) wo nigirasete
人を殺せとをしへしや
nin wo korose to wo shiheshiya
人を殺して死ねよとて
nin wo koroshi te shine yo tote
二十四までをそだてしや
nijyushi made wo sodateshiya

堺の街のあきびとの
sakai no machi noakibito no
旧家をほこるあるじにて
kyuuka wo hokoru arujinite
親の名を継ぐ君なれば
oya no mei wo tsugu kun nareba
君死にたまふことなかれ
kun shi ni tamafu koto nakare
旅順の城はほろぶとも
ryojun no shiro wa horobutomo

18

ほろびずとても何事か
horobizu totemo nani goto ka
君知るべきやあきびとの
kun shiru bekiya akibitono
家のおきてに無かりけり
ie no okiteni naka rikeri
君死にたまふことなかれ
kun shini tamafu koto nakare
すめらみことは戦ひに
sumera mikoto wa tatakahi ni
おほみづからは出でまさね
o homizukara wa idemasane
かたみに人の血を流し
katami ni nin no chi wo nagashi
獣の道に死ねよとは
kemono no michi ni shineyo to wa
死ぬるを人のほまれとは
shinuru wo nin nohomare to wa
大みこゝろの深ければ
oomi koro no fukake reba
もとよりいかで思(おぼ)されむ
moto yoriikade omoi ( obo ) saremu
あゝをとうとよ戦ひに
a, wo otouto yo tatakahi ni
君死にたまふことなかれ
kun shini tamafu koto nakare
すぎにし秋を父ぎみに
sugi nishi aki wo chichi gimini
おくれたまへる母ぎみは
okureta maheru haha gimiha
なげきの中にいたましく
nagekino naka ni itamashiku
わが子を召され家を守(も)り
waga ko wo mesare ie wo shu ( mo ) ri
安しと聞ける大御代も
yasushi to kike ru daimyo mo
母のしら髪はまさりぬる
haha noshira kami hamasari nuru
暖簾(のれん)のかげに伏して泣く
noren ( noren ) nokageni fushi te naku
あえかにわかき新妻を

19

aeka ni wakaki shinsai wo
君わするるや思へるや
kun wasururu ya omohe ru ya
十月(とつき)も添はでわかれたる
jyugatsu ( totsuki ) mo soha dewakaretaru
少女(おとめ)ごころを思ひみよ
shoujo ( otome ) gokoro wo omohimiyo
この世ひとりの君ならで
kono yo hitori no kun narade
あゝまた誰をたのむべき
amata dare wo tanomubeki
君死にたまふことなかれ
kun shini tamafu koto nakare

Yosano Akiko (7 December 1878 - 29 May 1942) adalah seorang
penyair wanita Jepang pertama yang terkenal pada zaman Meiji akhir.
Karya sastra Yosano beraliran campuran antara romantis, feminis dan
sensual. Penulis asal Sakai, Osaka ini adalah penyair yang aktif menulis
untuk majalah Myōjō. Tidak hanya menulis puisi cinta, salah satu karya
Yosano mengkritik perang pemerintah Jepang melawan Rusia dengan
menuliskan sebuah puisi berjudul “Kimi Shinitamou Koto Nakare”. Pada
puisi tersebut Yosano menuliskan pada bagian awal “Untuk mengenang
adik laki-lakiku yang gugur dalam kebodohan perang di Benteng Arthur.”
Pada bait pertama Yosano menuliskan “Oh adik laki-lakiku,
untukmu aku menangis. Tidakkah kau mengerti, tidak seharusnya kau
mati. Kau yang lahir paling akhir dan yang paling disayang Ibu. Apakah
Orangtua mengajarkan anaknya untuk memegang pedang? Mengajari
anaknya membunuh? Apakah itu yang kau pelajari selama duapuluh empat
tahun hidupmu?” Bagian awal puisi menunjukkan kekecewaan Yosano
pada adiknya yang pergi berperang. Yosano mempertanyakan tentang apa
yang membuat sang adik laki-laki pergi berperang.
Pada bait berikutnya dalam puisi Yosano dapat diartikan sebagai,
“Apakah untuk ketentraman kota Sakai (tempat tinggal keluarga besar

20

Yosano), kebanggaan keluarga, demi nama baik Orangtua, untuk
kemuliaan

kaisar?

benteng

Arthur

yang

hancur,

apakah

harus

diselamatkan? Kau seharusnya memahami peraturan leluhur keluarga (ie
no okiteni naka rikeri), tidak seharusnya kau mati.” Dalam bait ini Yosano
mempertanyakan, demi mempertahankan apakah adik laki-lakinya
berperang dan kehilangan nyawanya.
Bait ketiga dari puisi ini menggambarkan kejadian saat perang.
Pada bait ini tertulis “ Sakit hati yang datang dari kekacauan perang, yang
meminta pertumpahan darah, dan tewas dalam kekejaman. Manusia dapat
mati, kembali ke asal mereka. Aku ingin melawan semua itu, tidak
seharusnya kau mati.” Dalam bait ini Yosano menentang pemikiran umum
yang menganggap perintah Kaisar untuk berperang adalah hal yang benar.
Yosano menggambarkan kekejaman pada masa perang.
Dalam bait keempat puisi ini Yosano mengkritik kebijakan kaisar
untuk

berperang

melawan

Rusia.

Yosano

mengungkapkan

kekecewaannya. Hal itu dapat terlihat pada “ Ayah yang sudah pergi di
musim gugur meninggalkan Ibu yang menunggu putranya pulang,
meratapi anaknya yang hilang dari rumah. Leluhur pun akan menjaga
anaknya untuk tetap di rumah. Ibu yang biasanya mengeringkan rambut
anaknya menangis di balik gordyn. Menyebut hal ini sebagai kejayaan?
Jika dia memiliki hati yang besar seharusnya merasakan dan memikirkan
apa yang terjadi disekitarnya. Bulan kesepuluh datang, mengingat akan
gadis muda yang memikirkan jika saja aku sendirian di dunia ini,
seharusnya kau tidak boleh mati.”
Penulisan puisi Kimi Shinita Mou Koto Nakare adalah salah satu
bukti Yosano Akiko menentang adanya perang. Melalui puisi ini, Yosano
menggambarkan perasaan keluarga yang ditinggalkan orang yang
dicintainya untuk pergi berperang. Puisi karya Yosano ini terbit tahun
1939 sesaat setelah terjadinya perang di Benteng Arthur.

21

Topik: Biografi
Tema:

Menceritakan biografi Shinoda Mariko

Judul:

Biografi Shinoda Mariko

Kerangka Karangan
Pembuka

: Pengenalan umum mengenai Shinoda Mariko

Isi 1

: Latar belakang Shinoda Mariko

Isi 2

: Sebelum menjadi anggota AKB48

Isi 3

: Awal Karir

Isi 4

: Impian Shinoda Mariko
Apakah Anda salah seorang penggemar AKB48? Jika jawaban Anda

“Iya”, mungkin Anda pernah mendengar nama salah seorang anggota
AKB48, Shinoda Mariko. Dia adalah salah satu contoh dari selebriti yang
dapat dikategorikan sebagai artis yang gigih dalam meraih impiannya.
Kemauan keras dan kerja keras Mariko untuk meraih cita-citanya membuat
banyak penggemar kagum. (Pembuka)
Berangkat dari keluarga sederhana di Fukuoka, Mariko hijrah ke
Tokyo untuk mengikuti audisi generasi pertama AKIHABARA48 atau yang
lebih dikenal dengan nama AKB48. Setelah melihat iklan di sebuah majalah
mengenai audisi Idol Group di Tokyo, Mariko mencoba untuk mengikuti
ajang pencarian member AKB48. Sayangnya, gadis yang lahir 11 Maret
1986 di Maebaru, Fukuoka ini gagal pada seleksi tahap awal, Oktober
2005. Pada saat yang bersamaan dengan pengumuman atas kekalahannya,
Mariko menerima berita bahwa orang tuanya tidak mampu lagi membiayai
kehidupan Mariko di kota besar seperti Tokyo. Mariko akhirnya
memutuskan untuk berusaha menghidupi dirinya sendiri dengan cara
bekerja di sebuah cafe yang terletak di depan AKB48 Theater. (Isi 1)
Sejak Desember 2005, Mariko menjadi seorang pelayan di cafe
tersebut. Setiap malam setelah selesai bekerja di cafe, Mariko berdiri di

22

pinggir jalan di depan gedung Teater AKB48 untuk membagikan brosur
tentang acara yang berlangsung di Teater. Mariko tidak menyerah dan selalu
percaya suatu saat impiannya untuk menyanyi di atas panggung Teater
AKB48 akan tercapai. Januari 2006, manajemen AKB48 mengadakan
pemilihan member AKB48 terfavorit dan diluar dugaan, ternyata nama
Mariko Shinoda menjadi pemenangnya meskipun dia bukanlah anggota
AKB48. Bahkan staf AKB48 sempat mengira ada kesalahan dari polling
yang diadakan ini. (Isi 2)
Mengetahui hasil polling saat itu Presiden sekaligus pendiri dari
AKB48, Akimoto Yasushi, menghampiri Mariko di cafe tempatnya bekerja.
Saat itu, Mariko sedang membersihkan meja dan bersiap membagikan
brosur di luar gedung. Akimoto datang dan menyerahkan sebuah Video CD
berisikan duabelas lagu koreografi untuk penampilan AKB48. Akimoto
memberikan tantangan kepada Mariko untuk menghafal ke-12 lagu dan
gerakan dalam Video CD dalam waktu empat hari. Jika Mariko berhasil,
dia memiliki kesempatan bergabung dengan AKB48 untuk tampil di
pertunjukkan berikutnya. Tepat 22 Januari 2006, perjuangan dan kerja keras
Shinoda Mariko terbayarkan. Dia bernyanyi di panggung Teater AKB48,
dengan mengenakan kostum AKB48. Nama Mariko pun tercantum dalam
“Team A” dan berhak ikut serta dalam perekaman single pertama AKB48,
yang berjudul “Sakura no Hanabiratachi”, yang dirilis bulan Februari 2006.
(Isi 3)
Impian Mariko menjadi kenyataan berkat prinsipnya, “Sesulit
apapun, asalkan kauterus berusaha dan tidak menyerah, hasil yang baik akan
selalu datang.” Sampai hari ini, Mariko tetap bertahan dalam jajaran idola
terbaik AKB48. Gadis 27 tahun ini, juga mendapatkan banyak tawaran
untuk bergabung dalam drama dan mebintangi sejumlah iklan dari beberapa
poduk di Jepang. Mariko pun dikenal sebagai salah satu idola Jepang yang
sukses mewujudkan impiannya. (Isi 4)

23

Topik :

Mengungkapkan kembali sebuah peristiwa

Tema :

Peristiwa krisis Peru

Judul :

Penyanderaan di Kedutaan Besar Jepang untuk Peru

Kerangka Karangan
Pembuka

: Pemberontakan di Peru

Isi 1

: Latar belakang kejadian

Isi 2

: Tuntutan pemberontak

Isi 3

: Konflik

Isi 4

: Pembebasan sandera

Isi 5

: Akhir pemberontakan

Penutup

: Setelah kejadian

Dunia mengakui terorisme adalah kejahatan tingkat tinggi. Salah
satu peristiwa di Peru yang sempat mengejutkan banyak kalangan pada
pertengahan 90-an menjadi peristiwa yang tidak terlupakan. Penyanderaan
sekitar 127 tamu pesta perayaan ulang Tahun Kaisar Akihito di Kedutaan
besar Jepang untuk Peru, pada masa pemerintahan Presiden Peru kala itu,
Alberto Fujimori yang merupakan keturunan Jepang. (Pembuka)
Sebuah aksi teror berupa penyanderaan yang terjadi di kedutaan
Jepang, diawali 17 Desember 1996 di Lima , Peru, ketika sekitar duapuluh
orang yang menamakan diri mereka Gerakan Revolusioner Tupac
Amaru (MRTA) menyandera ratusan diplomat tinggi, pemerintah dan
pejabat militer serta para pebisnis yang menghadiri pesta perayaan ulang
tahun Kaisar Akihito yang ke 63, di kediaman resmi Duta besar
Jepang untuk Peru, Morihisa Aoki, di San Isidro. Pesta Cocktail yang
dilaksanakan besar-besaran ini berubah menjadi tragedi yang paling
disoroti media. Setelah beberapa jam penyanderaan berlangsung, Nestor
Cerpa, Pimpinan MRTA melepaskan seluruh sandera wanita dan anakanak. (Isi 1)

24

Pada 18 Desember 1996 MRTA mengajukan beberapa tuntutan,
sebagai berikut:
1.

Pelepasan anggota mereka dari penjara.

2.

Revisi pemerintah neoliberal-pasar bebas, reformasi.

3.

Penolakan program bantuan luar negeri Jepang di Peru, dengan
alasan bahwa bantuan ini hanya menguntungkan segmen yang
sempit dari masyarakat.

4.

Protes terhadap kondisi penjara Peru yang tidak manusiawi.

Setelah tuntutan dari MRTA tersebut diberitakan, Fujimori pun
memutuskan untuk berunding dengan pimpinan pemberontak tersebut
mengenai

pembebasan

sandera

yang

tidak

berhubungan

dengan

pemerintah Peru. Secara bertahap, sandera dilepaskan termasuk keluarga
dari Fujimori yang telah ditawan. Hanya 72 sandera yang tetap ditahan
oleh MRTA. Fujimori memutuskan untuk berhenti bernegosiasi dengan
MRTA pada 12 Maret 1997. Saat itu MRTA meminta agar Presiden Peru
keturunan

Jepang

itu

mengundurkan

diri

dari

jabatannya,

dan

menyerahkan kepemimpinannya pada pemimpin MRTA. (Isi 2)
Lebih dari empat bulan penyanderaan terjadi. Pada 22 April 1997,
sebuah tim terdiri atas 140 anggota komando militer Peru, dibentuk
menjadi sebuah unit ad-hoc rahasia diberi nama “Chavin de Huantar”,
yang bertugas untuk membebaskan para sandera yang ditahan oleh
Gerakan Revolusioner Tupac Amaru (MRTA). Operasi penyelamatan
dimulai pada pukul 15:23. Tiga bahan peledak diledakkan hampir
bersamaan di tiga kamar yang berbeda di lantai pertama. Ledakan pertama
menghantam ruangan tengah, menewaskan tiga orang penyandera.
Tigapuluh pasukan komando menyerbu ke dalam gedung untuk mengejar
anggota MRTA yang masih bertahan dan menghentikan mereka sebelum
mereka bisa mencapai lantai dua. (Isi 3)
Pada saat bersamaan, dua ledakan lainnya direncanakan untuk
membuka pintu depan agar sekitar duapuluh anggota komando militer

25

Peru dapat memasuki rumah kediaman Duta besar Jepang itu. Beberapa
anggota militer lainnnya segera menyergap para penyandera di tangga
menuju lantai dua dan melumpuhkan mereka dengan tembakan. Di akhir
dari serangan yang terkoordinasi ini, pasukan komando lainnya muncul
dari dua terowongan yang dibuat di halaman belakang bangunan. Para
prajurit ini memanjat tangga yang telah ditempatkan untuk mereka dan
segera membebaskan para sandera. Prajurit ini bertugas membuka atap
bangunan, lalu menembaki para gerilyawan MRTA sebelum mereka
mengeksekusi sandera. (Isi 4)
Pada akhir penyerbuan, ke-20 gerilyawan MRTA, Dr Carlos Giusti
Acuña, anggota Mahkamah Agung, salah satu sandera yang memiliki
masalah jantung, dan dua tentara yaitu, Letnan Kolonel Juan Valer
Sandoval dan Letnan Raúl Jiménez Chavez dinyatakan tewas dalam
peristiwa tersebut. Menurut Badan Pertahanan Intelijen Amerika
Serikat (CIA) salah seorang anggota MRTA, Roli Rojas, ditemukan
militer mencoba untuk mengelabuhi militer dengan berjalan keluar dari
tempat penyanderaan bersama para sandera. Salah satu anggota komando
militer melihatnya, lalu membawanya ke belakang rumah, kemudian
mengeksekusinya dengan sebuah tembakan di kepala. Beberapa isu
mengatakan beberapa anggota perempuan MRTA dieksekusi setelah
menyerah dalam serangan itu. (Isi 5)
Akhirnya,

Peru

kembali

aman

dan

terkendali.

Kejadian

penyanderaan yang bahkan sempat membuat lima bursa efek terbesar di
dunia mengalami guncangan telah berakhir. Alberto Fujimori berhasil
mengendalikan situasi setelah krisis yang terjadi di Peru tersebut. Akan
tetapi, Fujimori mendapatkan beberapa kecaman dari Persatuan bangsabangsa (PBB) karena dianggap melanggar hak asasi manusia pada insiden
pembebasan sandera yang terjadi 22 April 1997 itu. Sebagian orang
merasa, meskipun pemberontak MRTA adalah pelaku teror besar, mereka
tetap manusia yang memiliki hak untuk hidup. (Penutup)

26

Topik :

Menceritakan kembali komik

Tema :

Menceritakan kembali komik misteri

Judul :

Menceritakan komik Afternoon Murder

Kerangka Karangan
Pembuka

: Komik Afternoon Murder

Isi 1

: Latar belakang kejadian

Isi 2

: Pengenalan tokoh

Isi 3

: Konflik 1

Isi 4

: Konflik 2

Isi 5

: Antiklimaks

Isi 6

: Akhir cerita
Afternoon Murder adalah sebuah karya yang ditulis pada 1983 oleh

Yoko Matsumoto dan Jiro Akagawa. Komik ini baru diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia pada 1998 dan diterbitkan oleh PT. Gramedia.
Tidak seperti umumnya komik serial yang dikenal remaja Indonesia,
komik ber-genre misteri ini dicetak hanya dalam satu seri. (Pembuka)
Afternoon Murder menceritakan tentang seorang putri direktur
utama sebuah perusahaan di Tokyo, Yumiko Hirose yang menemukan
kejanggalan pada kematian Ayahnya, Tuan Hirose. Terutama setelah
Yumiko melihat Ibunya, Asako diam-diam tertawa senang saat sang Ayah
meninggal dunia. Yumiko mencurigai ibunya adalah orang yang telah
menukar obat sang Ayah sehingga Ayahnya meninggal dunia. selain
ibunya, Yumiko juga mencurigai pamannya, Masao Hirose yang kerap
meminta uang untuk hal yang tidak jelas pada kedua orangtuannya. (Isi 1)
Satu bulan setelah kematian Ayahnya, Yumiko, Ibu Yumiko, dan
Yaeko, pengasuh Yumiko, menghabiskan liburan musim panas mereka di
vila keluarga mereka, di tepi laut Shindo. Yumiko merasa senang karena
Mika, teman baiknya, akan menghabiskan liburan bersama di vila

27

keluarganya. Gadis itu pun menjemput Mika yang datang sendirian dari
Tokyo di stasiun kereta. Tanpa sengaja Yumiko bertemu dengan Tatsumi,
seorang pemuda yang pernah diselamatkannya tahun lalu saat terjepit di
karang. Malam itu, Ibu Yumiko membawa seorang pria untuk ikut
menginap di vila keluarga mereka. Pria bernama Shuichi Kanazawa itu
diperkenalkan pada Yumiko sebagai calon ayah tiri Yumiko. Ibu Yumiko
meminta agar Yumiko mengizinkannya untuk menikah dengan Kanazawa
awal musim gugur. Yumiko kesal pada keputusan sang ibu yang ingin
menikahi pria yang lebih muda sepuluh tahun dari ibunya itu. Namun,
Yumiko tidak bisa menolak keinginan ibunya dan merestui hubungan sang
ibu dengan pria itu. (Isi 2)
Yumiko menceritakan kekecewaannya terhadap sang ibu pada
Mika. Mika merasa hidup Yumiko rumit. Untuk menghibur Yumiko, Mika
mengajaknya untuk berenang di pantai. Ketika keduanya berjemur dan
tertidur di tepi pantai, samar-samar Yumiko melihat seorang gadis berdiri
di tebing laut dengan membawa sebuah tas jinjing. Ketika Yumiko
terbangun, gadis yang awalnya berdiri di tebing tidak terlihat dan Yumiko
hanya menemukan tas jinjing yang dibawa gadis yang menghilang tadi.
Yumiko menanyakan perihal wanita yang dilihatnya pada Mika dan Yaeko
tetapi, tidak ada yang melihat gadis itu. (Isi 3)
Malam harinya, Yumiko kedatangan pamannya, Masao Hirose
yang sengaja menemui ibu Yumiko untuk meminta uang. Mengetahui
maksud kedatangan Pamannya, Yumiko merasa kesal. Pagi harinya,
Yumiko pun berencana menghilangkan kekesalannya dengan cara bermain
di laut bersama Mika dan Kanazawa. Mereka berlayar ke sebuah pulau
kecil tidak jauh dari pesisir pantai dan menemukan sesosok mayat wanita
mengambang. Yumiko yakin wanita itu adalah wanita yang sama dengan
wanita yang berada di tebing kemarin siang. Setelah polisi datang dan
menyelidiki latar belakang wanita itu, mereka menemukan identitas wanita
tersebut sebagai mantan istri Kanazawa yang bernama Yoriko. Kanazawa

28

dicurigai sebagai pelaku pembunuhan atas mantan istrinya itu. Mendengar
hal tersebut ibu Yumiko jatuh pingsan. Polisi tidak dapat menahan
Kanazawa lebih lama karena kekurangan alat bukti dan terpaksa
melepaskannya. (Isi 4)
Yumiko semakin mencurigai motif Kanazawa mendekati ibunya
yang kini menjadi pewaris utama harta kekayaan ayahnya. Yumiko
mencoba mencari bukti bersama Tatsumi selama beberapa hari tentang
kematian wanita itu. Ketika Yumiko pulang ke Vila, Yumiko mendapati
Mika menangis sendirian di kamarnya. Mika mengaku telah diperkosa
oleh Kanazawa. Mika pun meminta agar Yumiko merahasiakannya, dan
Mika kembali ke Tokyo sendiri. Seluruh kejadian itu membuat Yumiko
yakin bahwa Kanazawa berniat buruk pada keluarganya. (Isi 5)
Yumiko yang menjenguk ibunya yang masih jatuh sakit, tanpa
sengaja mendengar pembicaraan antara Ibu dan Pamannya mengenai
kematian Ayahnya. Yumiko pun masuk dan menanyakan kejelasan atas
pengakuan sang Ibu yag telah menukar obat sang ayah dengan rencana
membunuhnya. Yumiko pun terkejut karena Ibunya mengakui perihal
rencananya untuk membunuh sang suami. Setelah mendengat cerita sang
ibu, Yumiko semakin yakin Kanazawa yang menggoda Ibunya untuk
mengakhiri sang Ayah. (Isi 6)
Yumiko pun kembali ke Vila dan mengajak Kanazawa untuk
berlayar ke pulau kecil tempat ditemukannya mayat wanita itu. Kala itu,
Yumiko tidak menyadari Tatsumi melihat dari kejauhan saat Kanazawa
dan Yumiko berlayar dengan kapal kecil ke pulau. Di pulau, Yumiko
berpura-pura menjatuhkan sebuah benda ke dalam celah karang dan
meminta Kanazawa mengambilkannya. Setelah menyelam, Kanazawa
tidak menemukan apa pun dan menyelam lebih dalam hingga masuk ke
dalam karang kecil di ujung pulau. Hanya kepala Kanazawa yang dapat
keluar dari celah karang itu. Yumiko tertawa dan meminta agar Kanazawa

29

tetap berada di sana selamanya. Kanazawa terkejut saat tahu kalau itu
adalah jebakan untuknya. Akan tetapi, tubuh Kanazawa tersangkut di
antara celah karang. (Isi 7)
Yumiko pun meninggalkan Kanazawa sendirian ketika air mulai
pasang. Tatsumi menunggu kedatangan Yumiko dan segera memeluk
Yumiko yang menangis mengakui bahwa dirinya adalah pembunuh.
Tatsumi meminta agar Yumiko melupakan kejadian yang terjadi sore itu,
dan menjadikannya rahasia untuk seumur hidupnya. (Isi 8)
an a.k.a inriani sianipar

30

1.

Topik

:

Menceritakan sinopsis film

2.

Tema

:

Sinopsis film bertema keluarga

3.

Judul

:

Sinopsis film Tokyo Story

Kerangka Karangan
A. Pembuka : Pengenalan film
B. Isi 1

: Pengenalan tokoh

C. Isi 2

: Latar cerita

D. Isi 3

: Kejadian awal

E. Isi 4

: Konflik

F. Isi 5

: Antiklimaks

G. Isi 6

: Peleraian dan akhir cerita

H. Penutup

: Inti cerita

Jika anda penggemar film era 50-an, mungkin anda pernah
mendengar Tokyo Monogatari atau yang lebih dikenal dengan judul Tokyo
Story. Film produksi tahun 1953 ini mengambarkan sebuah hubungan
keluarga dengan latar Tokyo delapan tahun setelah Perang Dunia II
berakhir. Film karya sutradara Yasujiro Ozu ini sempat meraih banyak
penghargaan dari beberapa festival film. Film ini bahkan pernah di remake
pada 1995. (Pembuka)
Cerita diawali dengan keinginan pasangan suami-istri Sukishi dan
Tomi Hirayama yang tinggal di sebuah desa kecil, Onomichi, pergi ke
Tokyo mengunjungi anak-anak mereka, Shige, Koichi dan menantu
mereka, Noriko, yang sudah lama tidak pulang ke kampung halaman
mereka. Selain itu mereka juga berencana untuk bertemu dengan Keizo,
anak laki-laki kedua pasangan ini yang tinggal di Osaka. Keduanya selama
ini hanya hidup di desa bersama Kyoko, anak perempuan bungsu mereka.
Perjalanan sekitar enam jam lamanya ditempuh pasangan usia lanjut ini

31

demi bisa berkumpul dengan anak-anak mereka. (Isi 1)
Sesampainya di Tokyo, anak laki-laki pertama mereka, Koichi
Hirayama menjemput Ibu dan Ayahnya itu dan membawa keduanya untuk
menginap di rumah Koichi. Pasangan ini juga disambut anak perempuan
tertua mereka Shige dan menantu mereka, Noriko. Selama dua hari mereka
tinggal di rumah tersebut, tetapi mereka tidak bisa sering bertemu dengan
Koichi. Di rumah itu hanya istri dari Koichi, Fumiko yang selalu
berbincang dengan mereka. Kedua anak laki-laki Koichi, Minoru dan
Isamu terlihat kesal dengan kedatangan kakek dan Nenek mereka.
Pasangan tersebut membuat kedua anak Koichi tidak bisa belajar di ruang
belajar mereka, karena Sukishi dan istrinya tidur disana. (Isi 2)
Merasa telah mengganggu kehidupan anak kedua mereka, pasangan
Hirayama akhirnya menginap di rumah anak sulung mereka Shige. Shige
yang membuka salon kecantikan merasa suaminya terlalu boros dalam
memanjakan kedua orangtuanya. Bagi Shige, kedua orangtuanya tidak
seharusnya dimanjakan oleh Kurazo, suami Shige. Selama tiga hari di
rumah Shige, pasangan yang sudah lanjut usia ini merasa bosan. Shige
yang tidak bisa mengajak keduanya untuk berkeliling Tokyo meminta adik
iparnya yang sudah menjanda, Noriko, untuk menemani pasangan
Hirayama ini berjalan-jalan disekitar Tokyo. Noriko mengajak keduanya
pergi mengelilingi tempat-tempat baru yang belum pernah dibayangkan
pasangan ini. Noriko juga membawa kedua mertuanya ini ke apartemen
kecil miliknya. Selama

lima hari di Tokyo, mereka merasa kesepian,

tetapi kedua orangtua tersebut merasa senang karena ada Noriko yang
menemani mereka. (Isi 3)
Karena Koichi dan Shige merasa tidak bisa mengurus kedua
orangtua mereka yang singgah di Tokyo, mereka sepakat untuk
menyewakan kamar motel di pinggiran Tokyo agar kedua orangtua mereka
tidak mengganggu kehidupan pribadi mereka. Di Motel yang sempit,

32

tempat beberapa orang biasa berjudi sepanjang malam pasangan yang
sudah tua ini

tidak dapat beristirahat. Keesokan harinya, mereka

memutuskan untuk pulang ke rumah Shige dan menginap semalam disana.
Tetapi sesampainya mereka di rumah Shige, anak perempuan mereka itu
justru meminta mereka pergi. Shige beralasan, kamar di atas yang
ditempati orangtua mereka sudah disewakan pada orang lain. Akhirnya,
Shukishi Hirayama meminta istrinya menginap di rumah menantu mereka,
Noriko. Noriko dengan senang hati menerima kehadiran Ibu mertuanya
itu. (Isi 4)
Sementara itu, Sukishi sendiri pergi mencari dua teman lamanya
semasa mengajar di sekolah duapuluh tahun lalu. Sukishi kemudian mabuk
dan diantarkan oleh polisi kembali ke rumah Shige. Anak perempuannya
itu kesal dan membiarkan Ayahnya tidur di kursi salon begitu saja. Setelah
menyadari kehadiran mereka hanya menjadi beban untuk anak-anak
mereka dan keluarganya, pasangan Hirayama pun memutuskan untuk
pulang ke Onomichi, dengan bantuan Noriko yang memberikan mereka
uang untuk membeli tiket kereta api. Sebelum pulang, Tomi, Ibu mereka
berterima kasih dan berpesan jika suatu hari dirinya meninggal, mereka
tidak perlu mengunjunginya di Onomichi, karena jarak Tokyo ke
Onomichi cukup jauh. Selain itu, pasangan itu berencana pergi ke Osaka
untuk menemui anak laki-laki mereka Keizo sebelum pulang ke Onomichi.
Sayangnya, Tomi tiba-tiba sakit keras dan terpaksa pulang ke Onomichi
tanpa melewati Osaka. Sekitar dua minggu istri Sukishi ini sakit keras dan
akhirnya meninggal. Sukishi merasa kesepian karena selama ini hanya
istrinya yang menemaninya. Anak-anak mereka sudah terlalu sibuk untuk
peduli pada orang tua sepertinya. Sukishi pun kecewa pada perlakuan
anaknya yang lebih mementingkan pembagian harta warisan di hari
pemakaman sang istri. Kyoko pun merasa kesal setelah melihat tiga
saudaranya bahakan tidak terlihat sedang berkabung ketika kehilangan Ibu
mereka. Sebaliknya, Noriko yang hanya menantu dari almarhum kakak ke

33

tiganya bersusah payah mengurusi rumah selama 49 hari masa berkabung.
(Isi 5)
Sukishi merasa Noriko benar-benar seperti anak kandungnya sendiri.
Walau sedikit tidak rela, Sukishi akhirnya meminta Noriko untuk tidak
perlu mempedulikannya lagi. Sukishi meminta agar Noriko mencari pria
baru agar hidupnya tidak kesepian. Sukishi dan Kyoko merasa sangat
berterima kasih atas kebaikan Noriko selama ini. Sukishi pun memberikan
jam yang sudah lebih dari 40 tahun disimpan almarhum Istrinya. Noriko
pun akhrinya menuruti permintaan Ayah mertuanya dan pulang ke Tokyo.
(Isi 6)
Film format hitam putih ini menampilkan cerita tentang perubahan
sikap keluarga pada masa itu yang dikarenakan kesibukan orang Jepang
terutama di kota besar seperti Tokyo dan Osaka, yang mulai melupakan
konsep keluarga Jepang yang ditanamkan orang tua zaman sebelum
Perang Dunia II. Cerita ber-genre keluarga ini mengangkat tentang
keluarga Jepang yang banyak mengalami perubahan dalam hubungan
sehari-hari mereka dengan orang tua. Pesan yang terdapat pada film ini
terkesan mengritik pola pikir masyarakat era 50-an yang mulai terlihat
menjauh dari keluarga batih mereka setelah mereka menikah. Sejumlah
artis ternama Jepang pada masa itu membintangi film yang mendapatkan
kategori film keluarga terbaik di Jepang pada 1954. (Penutup)

34

Judul :

Menceritakan kembali The Last Smoker

Tema :

Menceritakan cerita pendek Jepang Masa kini

Topik :

Menceritakan kembali Karya sastra.

Kerangka karangan
Pembuka

:

Latar belakang cerita

Isi 1

:

Pengenalan tokoh dan awal cerita

Isi 2

:

Konflik

Isi 3

:

Klimaks

Isi 4

:

Antiklimaks

Penutup

:

Data pengarang

The Last Smoker adalah sebuah Prosa pendek yang ditulis oleh
Yasutaka Tsutsui pada 1987. Cerita pendek yang masuk ke dalam Karya
Sastra Era Kontemporer (masa kini) ini mengambil latar tempat di Jepang
dengan alur campuran. Tsutsui yang dikenal sebagai pencetus metafiction
pertama di Jepang ini mengangkat cerita ber-genre Scient-Fiction sejak
pertengahan 60-an hingga akhir 90-an. The Last Smoker adalah salah satu
karya prosa pendek Tsutsui yang terkesan serius dan dipenuhi imajinasi.
(Pembuka)
Tokoh utama dalam The Last Smoker adalah seorang sastrawan
yang tinggal di pinggiran kota Tokyo bersama Istri dan anak laki-lakinya.

35

Cerita diawali dengan pertemuan sastrawan ini dengan dua orang editor
dari sebuah majalah terkemuka di Jepang yang ingin mewawancarinya.
Sastrawan ini tersinggung ketika melihat kartu nama salah satu editor
wanita yang bertuliskan “SAYA TIDAK SUKA ASAP ROKOK”. Bagi
sastrawan yang sehari-harinya merokok ini, tulisan yang tertera di kartu
nama

editor

diwawancarai

tersebut
karena

menyinggungnya.
sikap

editor

Sastrawan

wanita

tersebut

ini

menolak

yang

tidak

mengizinkannya merokok selama sesi wawancara. Penolakan sastrawan
tersebut membuat editor wanita yang juga ketua pergerakan anti merokok
ini menulis kritik mengenai sastrawan tersebut pada majalahnya. Pada
rubrik yang sama Editor wanita ini bahkan mengajak penggemar sastra
untuk tidak membeli karya sastra yang ditulis Sastrawan ini. (Isi 1)
Pemberitaan yang dibesar-besarkan dari beberapa media membuat
sastrawan ini dibenci banyak orang. Beberapa hari saja banyak orangorang dari Organisasi Anti-Rokok yang meneror Sastrawan ini. Bahkan
tetangga di sekitar rumahnya menaruh sebuah tulisan, “BUKAN TEMPAT
ANJING ATAU PEROKOK” di taman tempat sastrawan ini biasa
menghabiskan waktu senggangnya. Beberapa teror yang diterima
sastrawan ini bahkan mulai terkesan sadis. Beberapa orang dari Organisasi
Anti-Rokok bahkan melempari rumahnya dengan batu, dan menuliskan
beberapa kata seperti, “RUMAH PEROKOK”, “PEMBUNUH DENGAN
NIKOTIN”, “PEMILIK RUMAH BUKAN ORANG JEPANG ASLI”. Hal
itu membuat Istri dan anak laki-lakinya memilih untuk pergi dari rumah
mereka. Selama dua bulan terakhir, orang-orang dari Organisasi Anti –
Rokok juga meneror orang-orang terkenal lainnya yang dianggap sebagai
perokok aktif. Mereka juga membakar pabrik