View of Studi Tentang Penyelenggaraan Kelompok Belajar Pendidikan Dasar Ut Di Daerah Dalam Perspektif Teori Negotiated Order

  

Studi Tentang Penyelenggaraan

Kelompok Belajar Pendidikan Dasar Ut Di Daerah Dalam Perspektif

Teori Negotiated Order

  

Wuwuh Asrining Surasmi

UPBJJ-UT FKIP Surabaya

[email protected]

  

Agus Prasetya

UPBJJ-UT FKIP Surabaya

[email protected]

  

Abstract

This study examines the negotiation in the management Pendas Program according to

the theoretical perspective of Negotiated Order Anselm Strauss, especially the

negotiated order that occurs in the implementation of the program between the

manager and the students in Ponorogo, Madiun, Ngawi East Java. The management

implements an independent system, the learning group must play an active role in

fulfilling the obligations of the UT program. Funds from UT funding are not sufficient

for school building rental costs. In order for the conduct to take place well, the

managers and students entered into agreements for management fees outside of the

financing contained in the UT. This research uses qualitative method, data retrieval

with observation, interview, and documentation with research subject that is student,

manager of study group. While the data analysis using Miles and Hubermann theory

with the steps of Data Collection, Reduction, Display, Conclution. Results show that

between students and Pokjar an agreement is reached with additional financing for

the smoothness of the activities and the feasibility of additional services beyond the

UT policy. This agreement has consequences for additional costs to be incurred by

students for these purposes by obtaining good service. Partial obstacles come from

students who have a different understanding with most UT students and pokjar

executives as well as Tutor UT. Constraints can be overcome and resolved well with

negotiated order.

  Keywords: negotiated order, Pendas management, independent system.

  

Abstrak

Studi ini mengkaji tentang negoisasi dalam pengelolaan program Pendas menurut

perspektif teori Negotiated Order Anselm Strauss, terutama negotiated order

yang terjadi dalam penyelenggaraan program pendas antara pengelola dengan

mahasiswa di wilayah Ponorogo, Madiun, Ngawi Jawa Timur. Pengelolaan

program Pendas menerapkan sistem mandiri, kelompok belajar harus berperan aktif

memenuhi kewajiban penyelenggaraan program pendas UT. Dana penyelengaraan

dari UT tidak cukup untuk keperluan sewa gedung sekolah biaya sarana prasarana.

Agar penyelengaraan berlangsung dengan baik, maka pengelola dan mahasiswa

mengadakan kesepakatan untuk iuran pengelolaan diluar pembiayaan yang ada di

  

buku katalog UT. Kesepakatan antara pengelola dan mahasiswa untuk biaya

tambahan penyelenggaraan program Pendas di Pokjar Ngawi, Ponorogo, Madiun.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, pengambilan data dengan observasi,

wawancara, dan dokumentasi dengan subyek penelitian yaitu mahasiswa, pengelola

kelompok belajar. Sedangkan analisa data menggunakan teori Miles dan Hubermann

dengan langkah Collection data, Reduksi data, Display data, Conclution

data/verivying. Hasil menunjukkan bahwa antara mahasiswa dan Pokjar terjadi kata

sepakat dengan pembiayaan tambahan untuk kelancaran kegiatan dan kelayakan

layanan tambahan diluar kebijakan UT. Kesepakatan ini berkonsekuensi adanya

tambahan biaya yang harus dikeluarkan oleh mahasiswa untuk keperluan teresebut

dengan memperoleh layanan yang baik. Kendala sebagian datang dari mahasiswa

yang memiliki pemahaman yang berbeda dengan sebagian besar mahasiswa UT dan

pengurus pokjar serta Tutor UT. Kendala dapat diatasi dan diselesaikan dengan baik

dengan negotiated order.

  Kata kunci: negotiated order, pengelolaan pendas, sistem mandiri.

I. Pendahuluan

  Universitas Terbuka (UT) merupakan sebuah institusi pemerintah yang menyelenggarakan pendidikan jarak jauh dibawah Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Universitas Terbuka berdiri sejak tahun 1984, tepatnya tanggal 4 September 1984 sesuai Kepres No: 84 tahun 1984, sebagai PTN yang ke 45 (Katalog UT, 2015).

  Istilah “Terbuka” dalam sistem pendidikan di UT mengandung makna bahwa setiap orang dapat menjadi mahasiswa UT tanpa ada pembatasan, baik tahun lulusan, usia, lama studi maupun tempat tinggal. Sedangkan istilah jarak jauh mengandung pengertian adanya jarak antara belajar dan mengajar. “Jarak” ini dijembatani dengan media yang khusus dikembangkan untuk sistem belajar jarak jauh. UT telah mendapatkan akreditasi internasional maupun nasional. UT telah mendapat akreditasi dari badan akreditasi nasional (BAN-PT). Ditingkat Internasional UT telah mendapat sertifikat kualitas dari dari

  

The Internasional Council for Open and Distance Education (ICDE) dan ISO: 9001-2008

dalam berbagai bidang managemen dari SGS dan Sucofindo ICS (Katalog UT 2014).

  Pada tahun 2016 UT menyelenggarakan 35 program studi yang terdiri dari 25 program sarjana, 3 program diploma, 2 prodi Sarjana pendidikan Guru sekolah Dasar dan guru pendidikan. Anak usia dini, dan 5 program magister. Ke 35 program studi tersebut berada dibawah pengelolaan Fakultas Ekonomi (FEKON), Fakultas ilmu Sosial dan ilmu Politik (FISIP). Fakutas Matematika dan ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) serta program Pasca sarjana.(PPs). Struktur kurikulum setiap program studi disajikan secara utuh yang meliputi daftar mata kuliah, beserta sks, bahan ajar yang digunakan. Waktu ujian untuk setiap mata kuliah dan paket arahan per semester. Diharapkan untuk keperluan registrasi mata kuliah, mahasiswa dapat langsung melihat pada struktur kurikulum dari program studi yang diikuti.

  Dalam penyelengaraan perkuliahan di Universitas Terbuka ada 2 (dua) jenis program yakni Pendas/FKIP dan program Non FKIP/Non Pendas. Dalam pelaksanaan di daerah program Non FKIP diselenggarakan oleh mahasiswa secara langsung mulai dari pendaftaran, registrasi, melaksanakan tugas mandiri yang kemudian ke UPBJJ-UT, atau kelompok belajar tertentu yang ditunjuk oleh UT sebagai penyelenggara ujian dengan syarat tertentu yang disebut daerah Perluasan, dibawah koordinasi dengan UPBJJ-UT setempat. Sedangkan program Pendas atau FKIP penyelenggaraannya bekerja sama dengan Kelompok belajar dibawah instansi Dinas Pendidikan Kabupaten, Kota sebagai mitra yang menyediakan tempat ujian, gedung sekolah ruangan yang dibantu oleh tenaga adminstrasi dari sekolah atau pegawai Dinas Pendidikan. Melalui MOU kerja sama kedua belah pihak, penyelenggaraan program pendas/FKIP dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan mulai dari rekrutmen, pendaftaran, registrasi, pelaksanaan tutorial, dan pelaksanaan ujian semester dibawah koordinasi dengan dosen dan karyawan UPBJJ-UT sebagai pimpinan wilayah yang ditugaskan oleh pimpinan untuk penyelenggaraan UT di kabupaten, kota tersebut yakni Pimpinan Wilayah (PW).

  Tugas pimpinan wilayah di Kabupaten atau Kota sesuai SK pimpinan UPBJJ-UT Surabaya antara lain adalah: 1) mengkoordinir kegiatan Universitas Terbuka di daerah. (2) koordinasi kegiatan UT didaerah tersebut mulai dari promosi/rekrutmen, pendaftaran, registrasi, pelaksanaan ujian akhir semester (UAS). (3 ) membantu pengelola/Dinas Pendidikan menyelesaikan kasus-kasus yang dihadapi mahasiswa mulai dari kasus registrasi, kasus nilai, kasus praktek mengajar mahasiswa dan membantu menyelesaikan kasus yang melibatkan mahasiswa dengan pengelola. (4) membantu mahasiswa mengikuti UPI di UPBJJ-UT maupun mangantarkan wisuda di Jakarta. Tugas PW didaerah mencakup program FKIP maupun program Non FKIP juga program Pasca Sarjana dimana daerah tersebut memiliki mahasiswa program Pasca Sarjana. Pimpinan Wilayah tidak diperbolehkan bekerja sama dengan mahasiswa dan pengelola kaitannya dengan masalah keuangan baik pembayaran SPP, pembayaran legalisir, pembayaran UPI/wisuda semuanya telah diatur pembayaran melalui Bank BRI, Bank Mandiri, maupun BTN.

  Dengan sistem belajar jarak jauh dimungkinkan Universitas dapat menerima mahasiswa dengan jumlah besar dan tidak terbatas baik progran Non Pendas/ Non FKIP, maupun pendas/ FKIP. Saat ini mahasiswa UT diseluruh Indonesia tidak kurang 500.000 mahasiswa untuk semua program Sedangkan di UPBJJ-UT Surabaya sekitar 25.000. mahasiswa (Sumber: Bagian Registrasi UPBJJ-UT) yang mencakup semua program Non Pendas, Pendas, maupun Pasca Sarjana. Dalam pelaksanaan perkuliahan di UT dikenal dengan Tutorial, belajar mandiri, setelah mahasiswa registrasi mahasiswa membeli modul sesuai dengan program dan jurusan, kemudian mahasiswa belajar mandiri, dan mengikuti tutorial yang diselenggarakan oleh UPBJJ-UT setempat, khususnya program pendas/ FKIP. Sedangkan untuk program Non FKIP, tutorial tidak wajib dan bila menginginkan tutorial ada biaya tambahan oleh mahasiswa, sedangkan untuk Pasca Sarjana ada tutorial yang diselenggarakan oleh UPBJJ-UT setempat. Universitas Terbuka diselenggarakan dalam rangka memenuhi tugas mendapatkan kesempatan belajar secara terbuka, murah, efisien, tidak membatasi umur maka UT dikenal dengan belajar sepanjang masa, terjangkau.

  Sehingga keberadaan Universitas Terbuka (UT) dimaksudkan bahwa seluruh masyarakat dapat mencari ilmu, belajar, biaya murah, waktu longgar sesuai dengan program yang diinginkan baik S1 maupun S2 Pasca sarjana. Mahasiswa UT harus mencermati kode mata kuliah, sks, jam ujian, dan kode bahan ajar, agar tidak bentrok (ujian waktu sama). Hal tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi kasus ujian kaitannya dengan KTPU dan kasus nilai bila telah diumumkan, sebab hal tersebut merugikan dalam aspek keuangan, dan terjadi persepsi masyarakat bahwa kuliah di UT sulit, mahal dan ada kesan kuliah di UT berat, susah, mahal. Untuk mengatasi kesan negatif atas penyelenggaraan perkuliahan oleh mahasiswa karena banyaknya kasus, maka hendaknya kasus tersebut dihindari. Ada 2 (dua) biaya kuliah di UT, yakni pertama SPP dibayarkan sendiri ke BRI, BTN Bank, Bank Jatim. Baik program pendas program guru-guru SD, maupun program Non Pendas. Selain hal tersebut mahasiswa UT masih dikenakan biaya lain yaitu biaya pengelolaan oleh kelompok belajar yakni untuk kelola sarana dan prasarana selama perkuliahan UT di daerah. Biaya pengelolaan UT didaerah besarnya tidak sama disesuaikan dengan daerah masing-masing, ada Rp 300.000,-. Rp 500.000,-. Rp 400.000,-. Dana pengelolaan UT didaerah merupakan kesepakatan antara mahasiswa dengan kelompok belajar setempat, sebab hal tersebut tidak diatur dalam ketentuan yang tercantum dalam Katalog Universitas Terbuka.

  Dalam penentuan dana pengelolaan UT, dosen UPBJJ-UT tidak ikut dalam penentuan besarannya, sehingga hal tersebut merupakan kesepakatan murni antara mahasiswa dengan kelompok belajar masing-masing, kesepakatan dana pengelolaan dilakukan oleh pokjar dengan mahasiswa program pendas. Dana pengelolaan penyelenggaraan UT, membuat pengelolaan UT di daerah lancar, berjalan dengan baik, karena sangat membantu penyelenggaraan UT dalam aspek finansial. Namun pengelolaan UT di daerah dengan biaya tambahan, membuat biaya belajar di UT terkesan mahal, dan sudah keluar dari maksud utama sekolah di UT, yakni studi di Univesitas Terbuka, murah, effesien, efektif, fleksibel, tetapi bila tidak, penyelenggaraan Tutorial UT tidak berjalan. Sebab bila hanya menggunakan penyelenggaraan dana dari pengelolaan yang bersumber dari UT saja tidak cukup, pertanyaannya apakah hal tersebut legal, apa diperbolehkan oleh Universitas Terbuka, inilah pekerjaan rumah Universitas Terbuka (UT) dalam mensikapi dana pengelolaan tutorial di daerah. Menurut berbagai pihak telah ditemukan adanya tarikan biaya tambahan oleh pegurus pokjar yang besarannya tidak sama, dimana hal tersebut tidak ada dalam ketentuan biaya SPP, yang ada dalam Katalog UT.

  Berdasarkan hal tersebut diatas maka permasalahan yang melatarbelakangi penelitian ini “Adakah kesepakatan antara pengelola/ pengurus dengan mahasiswa Pendas dalam penyelenggaraan program Pendas di daerah khususnya di Kabupaten Ngawi, kabupaten Ponorogo, Kota Madiun

  ?” Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka fokus penelitian adalah: Kesepakatan mahasiswa Universitas Terbuka dengan Pengelola Pokjar mengenai pembiayaan penyelengaraan tutorial di daerah.

  Berbagai kajian tentang negoisasi termasuk yang terjadi pada sebuah lembaga sesungguhnya telah dilakukan, teori tersebut dinilai sangat terbatas pada bidang tunggal. Teori Negotiated Order Anselm Strauss mengaitkan antara negoisasi dengan modus dari tindakan aktor hingga mereka perlu melakukan negoisasi. Strauss melihat dalam hubungannya dengan konteks struktural yang melingkupi terjadinya negoisasi. Negoisasi berjalan dengan banyak nama, dirujuk oleh banyak sinonim yakni: Tawar-menawar, mendorong, dan berurusan, berkompromi, melakukan penawaran, mencapai kesepakatan, setelah perselisihan, membuat pengaturan, mendapatkan pemahaman diam-diam, mediasi, kekuatan percaloan, tukar tambah, pertukaran dan terlibat dalam kolusi. Beberapa acuan menyatakan bahwa negoisasi muncul dalam berbagai bentuk, muncul disetiap dan semua bidang kehidupan. Negoisasi secara umum merupakan hubungan manusia dan pengaturan. Arti definisi negoisasi dari kamus Bahasa Indonesia Poerwodarminta, adalah: “Untuk memperlakukan sesuatu, mendapatkan, atau mengatur dengan tawar-menawar, konferensi dan perjanjian” dan untuk menangani atau tawar-menawar dengan orang lain atau yang lain untuk berunding sehingga untuk sampai pada penyelesaian beberapa materi”. Teori negoisasi sebenarnya tidak hanya meliputi pengaturan bahkan harus mengurangi negoisasi untuk tawar-menawar antara orang. Strauss menyatakan bahwa negoisasi umumnya sebagai salah satu yang mungkin “ dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah

  “ ketika berbagai pihak harus berurusan satu sama lain untuk mendapatkan hal-hal yang dilakukan. Pilihan negoisasi sebagai alat yang tidak sengaja maupun yang terpisah dari kondisi sosial dimana itu dibuat. Literatur tentang organisasi sudah termasuk deskripsi dari tawar-menawar dan jenis-jenis interaksi negoisasi, namun para peneliti belum benar-benar menganalisis negoisasi, dan mereka tidak sering menjadikan negoisasi-negoisasi sebagai pusat dari analisis mereka.

  Study Strauss riset-riset tersebut tampak memimpin kearah penerobosan kearah tradisi ini, karya-karya ini utamanya dikembangkan, dan muncul dalam tulisan-tulisan para Sosiolog muda saat itu sebagai “ negotiatied Order approach (pendekatan terhadap tatanan yang dinegoisasikan). Struktur Teoritis Anselm Strauss menyajikan sebuah paradigma baru untuk mempelajari peran kunci dari negoisasi dalam tatanan sosial perilaku untuk individual suatu kerangka analitik yang berlaku untuk individu, organisasi dan seluruh masyarakat. Dengan proses negoisasi, dapat menyelesaikan sengketa perbatasan negara dan membangun perbatasan dan membangun jangkauan. Seperti halnya ada banyak jenis konteks kesadaran yang berkaitan dengan interaksi terhadap orang mati, demikian juga ada banyak jenis konteks spesifik negoisasi yang berkaiatan dengan interaksi antara pihak yang bernegoisasi adalah: (1) jumlah negoisator, pengalaman relatif mereka dan yang mereka wakili, (2) apakah negoisasi merupakan satu-satu nya cara, berulang, berurutan, serial, beberapa atau keterkaitan/linked.(3) keseimbangan relatif kekuasaan yang ditunjukkan negoisasi yaitu alternatif mode/ cara oleh masing-masing pihak yang bernegoisasi itu sendiri. (4) sifat dasar masing-masing didalam bernegoisasi tersebut.(5) penampakan terjadinya dengan orang lain yaitu karakter mereka terbuka atau terselubung. (6) jumlah dan kompleksitas permasalahan yang dinegoisasikan, (7) Kejelasan batas legitimasi masalah yang dinegoisasikan, (8) pilihan untuk menghindari atau menghentikan negoisasi yaitu alternatif mode/ cara dalam tindakan yang ada.

  Anselm Strauss ingin menekankan bahwa item yang merupakan pilihan terakhir yang menjadi keterikatan tertentu dalam memahami kedua putusan untuk memulai negoisasi dan jalannya negoisasi itu sendiri. Jika pihak ada yang potensial atau aktual untuk bernegoisasi merasa bahwa mereka dapat mencoba persuasi, melakukan banding ke otoritas, memanipulasi peristiwa politik sosial, maka pilihan mereka merupakan metode alternatif yang baik yang akan mencegah mereka memasuki negoisasi dan jika mereka memilih negoisasi, maka pilihan mereka akan mempengaruhi apa yang terjadi selama ini. Beberapa pendekatan terhadap negoisasi berkonsentrasi erat pada negoisasi tetapi membiarkan relasi mereka tanpa tersirat pengawasan sosial atau pertimbangan struktural, bahkan kadang-kadang untuk pertimbangan negosasi kontekstual. Disisi lain banyak pendekatan struktural dalam ilmu sosial yang cenderung tidak melakukan cara-cara dengan analisis makroskopis, beberapa laporan tentang negoisasi, puas hanya dengan deskripsi dasarnya narasi atau penekanan pada relasi tawar keseluruhan bukan pada perundingan itu sendiri. Dalam kedua pendekatan tersebut, dengan karakter pertimbangan /

  

developmentalism sering kali hanya sedikit perhatian yang diberikan dari banyak masalah

negoisasi.

  Perspektif Negoitatied Order berupaya untuk menunjukkan disatu sisi, bagaimana tatanan sosial memberi bentuk-bentuk untuk ber interaksi pada proses sosial termasuk negoisasi. Maines menengarai bahwa sejauh ini, perspektif selalu berisi sebuah dialektika yang melekat dan eksplisit temporalitas tanpa pengakuan bahwa perspektif tidak dapat difahami dengan baik. Negoitatied Order sebagai bentuk tenaga kerja, berisi aktivitas dialektik domain subyek manusia dan pada gilirannya merupakan/didasari oleh obyek sosial. Perspektif itu merupakan kemungkinan untuk memajukan penelitian dialektis, karena mengandung potensi untuk memajukan potensi-potensi untuk memeriksa kesatuan- kesatuan obyek dengan mendifinisikan domain interaksi simbolik yang melalui representasi simbolik, menciptakan bahan kondisi eksistensi sosial. Dalam domain ini perbedaan antara analisis “struktural” dan “intersional” larut dalam suatu agenda utama penelitian, untuk memulihkan kesatuan subyek-subyek berfokus pada satu sisi atau sisi lainnya.

  Menurut Maines banyak perbedaan dan kesalahan fahaman tentang dasar teori dasar Negotiated Order didasarkan pada gagasan bahwa perbedaan mikro adalah sesuatu yang layak. Dengan mesostructur ia berharap setidaknya dapat mengurangi kesalahfahaman, meskipun belum tentu dapat menyelesaikan perdebatan tersebut. Mesostructur adalah alam perilaku manusia melalui struktur sosial yang diproses dan proses-proses sosial menjadi terstruktur. Negoitatied Order justru memerlukan analisis mesostruktur dimana struktur dan proses secara ketat dan secara kompleks bergabung. Hal ini tidak hanya mengarah pada proses pengaturan struktural baru, atau perubahan struktural itu mengarah untuk mengubah proses terkait, seperti Strauss mencatat bahwa pengaturan struktural ada didalam dan melalui proses yang membuat operasi struktur mereka. Dalam hal ini intepretasi struktur dan proses Negoitatied Order menetapkan mesostruktur sebagai dunia realitas dan dalam spesifikasi perspektif adalah sepenuhnya mampu sebagai Sosiologi yang lebih menarik dan kuat dari pada terperangkap oleh prestasi kuno analisis mikro-mikro.

  Tujuan Untuk memahami keberadaan UT didaerah dalam mencerdaskan masyarakat bangsa dan negara. Untuk memahami pelaksanaan tutorial program pendas di daerah sangat penting dalam meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang materi modul. Untuk memahami dalam pelaksanaan tutorial program pendas di daerah perlu biaya tambahan untuk mencukupi keperluan pengelolaan, karena biaya dari dana pengelolaan UT tidak mencukupi. Untuk memahami ada kesepakatan antara mahasiswa dengan pengelola dalam biaya pengelolaan UT pada program pendas oleh Dinas Pendidikan Kabupaten. Manfaat Penelitian. Untuk mengetahui pelaksanaan tutorial program Pendas sesuai dengan Katalog UT. Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa kuliah di UT murah, praktis, ekonomis, efektif dan effisien. Untuk diketahui bahwa biaya tambahan dalam program tutorial di daerah membantu pelaksanaan tutorial. Adanya kesepakatan tambahan pembiayaan dalam program pendas terjadi karena ada kesepakatan antara mahasiswa dengan pengelola.

II. Metode Penelitian Pendekatan dan Rancangan Penelitian

  Berdasarkan obyek penelitian, baik tempat maupun sumber data, maka penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research), field research ini terutama mendasarkan diri pada penelitian di kancah atau lapangan (Kartono, 1996: 47). Penelitian ini dengan pendekatan Fenomenologi, artinya 1) pengalaman subyektif atau pengalaman fenomenologikal dari seseorang dan 2) suatu studi tentang kesadaran dan perspektif pokok dari seseorang. (Moleong, 2007:14)

  Jenis penelitian ini adalah kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek, misalnya penelitian perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khususnya yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian deskriptif yaitu sebuah penelitian yang berusaha mengumpulkan informasi mengenai suatu tema, gejala atau keadaan menurut apa adanya untuk menemukan pengetahuan yang seluas-luasnya terhadap obyek penelitian. Penelitian diskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik obyek atau subyek yang diteliti secara tepat. (Sukardi, 2003: 157).

  Lokasi Penelitian

  Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Ngawi, Kabupaten Ponorogo dan Kota Madiun karena alasan sebagai berikut: (1) Kota Madiun, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Ponorogo mempunyai mahasiswa Pendas cukup besar masa lalu (2) mahasiswa program Pendas diminati oleh masyarakat karena guru saat ini menjadi idola masyarakat (3) dengan memiliki mahasiswa pendas banyak dan Kota Madiun, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Ponorogo dikenal sebagai kotanya yang banyak calon-calon guru SD/TK karena masa depan yang cerah.

  Sumber Data Penelitian

  Untuk menjawab dan memecahkan masalah yang telah diajukan maka diperlukan data yang akan diolah. Sumber data yang digunakan adalah:

1. Untuk menjelaskan apakah teori Negotiated Order dalam penyelenggaraan program

  Pendas di Ponorogo, Ngawi, Kota Madiun peneliti mengadakan wawancara, observasi, maupun melalui dokumentasi yang ada, yang dilakukan dengan Guru, Dewan Pendidikan, pengelola

  , „warga‟, tokoh masyarakat, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Ponorogo, kota Madiun.

  2. Untuk menjelaskan implementasi adanya kesepakatan pengelolaan antara mahasiswa dengan pengelola, maka peneliti mengadakan wawancara, observasi, maupun melalui dokumentasi yang ada, yang dilakukan dengan mahasiswa, pengelola. Data ini berhubungan dengan mahasiswa, guru, pengurus organisasi dengan mengadakan wawancara mendalam, observasi maupun melalui dokumentasi.

  3. Untuk menjelaskan faktor penghambat dan pendukung dalam pengelolaan program pendas di Kota Madiun peneliti mengadakan wawancara, observasi, maupun melalui dokumentasi dengan, jajaran Dinas pendidikan, PGRI kota Madiun dan mahasiswa pendas UT di kota Madiun.

  Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang strategis dalam penelitian.

  Menurut (Sugiyono 2006:253), pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara. Sedangkan ditinjau dari cara pengambilan data, pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dokumentasi dan kuisioner. Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara: Teknik Observasi, Teknik Wawancara, Tehnik Studi Dokumentasi

  Jenis Data

  Berdasarkan sumber data, pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Adapun yang di maksud dengan sumber primer adalah sumber utama dalam pengumpulan data yaitu pengelola pendas, mahasiswa, tutor, PW UT, sedangkan sumber data sekunder yaitu masyarakat, LSM, tokoh organisasi di Madiun.

  Teknik Pengolahan Data

  Dalam penelitian kualitatif data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam dan dilakukan secara terus menerus sampai tuntas dengan menggunakan tehnik Snowball sampling, sehingga bila datanya sudah jenuh, maka pengambilan data dihentikan. Dengan pengamatan yang terus menerus tersebut mengakibatkan validasi data tinggi. Data yang diperoleh pada umumnya adalah data kualitatif (walaupun tidak menolak data kuantitatif).

  Pengolahan data dalam penelitian kualitatif, dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Pengolahan data telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah sebelum terjun ke lapangan dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Dalam penelitian kualitatif, pengolahan data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.

  Model pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Interactive dari Miles dan Huberman yaitu: data collection, data reduction, data display dan conclusion drawing/verification. Kesimpulan yang diperoleh merupakan jawaban dari fokus penelitian yang telah dirumuskan sejak awal dan dapat berkembang sesuai dengan kondisi yang berada di lapangan, juga dapat berupa temuan baru yang belum pernah ada sebelumnya. Temuan baru digambarkan secara deskriptif yang sebelumnya masih remang- remang atau belum jelas.

  Teknik Analisis Data

  Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah deskriptif interpretatif yang didukung dengan Teori Miles dan Huberman.Tujuan analisa data adalah menyempitkan data dan membatasi penemuan-penemuan menjadi data yang terartur, serta tersusun dan lebih berarti. Adapun untuk keperluan analisa data yang berhasil dikumpulkan, diperlukan teknik analisa yang sesuai dengan jenis data yang ada antara lain: Validitas, dalam mengukur validitas mengacu pada isi dan kegunaan alat ukur, validitas internal maupun validitas eksternal. Adapun yang dimaksud dengan validitas internal adalah ketika mempertanyakan sampai seberapa jauh suatu alat ukur berhasil mencerminkan obyek yang akan diukur. Validitas eksternal adalah dalam kaitannya dengan alat ukur pada situasi berbeda. Realibilitas, dalam menentukan reabilitas ini maka beberapa hal yang dapat di jadikan standar yaitu: Kemantapan yakni apabila di lakukan replikasi pengukuran akan memberi hasil yang sama, tetapi dengan memperhatikan kondisi pada saat pengukuran relatif tidak berbeda. Ketepatan atau akurasi, serta homogenitas yaitu adanya kaitan yang erat antara satu sama lain, serta dapat memberikan kontribusi pemahaman yang utuh terhadap obyek yang di ukur.

  Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

  Pemeriksaan keabsahan data dapat dilakukan dengan cara trianggulasi dengan sumber teori dan metode penelitian. Secara umum pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: Perpanjangan Keikutsertaan, Ketekunan Pengamatan, Trianggulasi Data, Uraian Rinci III.

   Hasil Dan Pembahasan

  Kegiatan Penelitian di Pokjar Ponorogo, Madiun dan Ngawi dan memperoleh deskripsi hasil penelitian sebagi berikut:

  Fokus Penelitian dan Hasil Informasi

  Pengelolaan Program Pendas 1.

  Wawancara dengan Pengelola Pendas

  A: Dana Pengelolaan dari UT untuk Pokjar tidak memenuhi kelayakan dan ketercukupan untuk mengakomodir kebutuhan layanan yang memadai untuk mahasiswa, seperti sewa ruangan atau memiliki ruangan yang permanen dan nyaman, kelengkapan LCD, kipas angin, AC, alat tulis yang memadai white board, spidol. Kapur berdebu kurang baik untuk kesehatan.

  B: Jika pengurus Pokjar hanya 1 orang dan bekerjanya hanya Minggu saja dan tidak ada bekerja dihari lain misal ke Surabaya, mengurus berbagai keperluan mahasiswa, Osm, kartu mahasiswa, membantu registrasi, mengatur ruang, menyampaikan complain dan lain sebagainya mungkin cukup pas. Tapi tidaklah mungkin sendiri. Pada umumnya ada beberapa pengurus 3 orang/lebih.

  C: Untuk memberi Pelayanan kepada mahasiswa yang standar baik dan lebih baik serta ada sedikit kenyamanan, maka memerlukan tambahan biaya pengelolaan rutin. Biaya dipungut kesepakatan antara mahasiswa dan pengurus pokjar. Ongkos kerja dan semakin Profesional logika sehatnya semakin meningkat ongkos kerjanya.

2. Wawancara dengan Mahasiswa

  A: Saya lebih senang jika dijembatani Pokjar lebih mudah, merasa kuliah beneran, apalagi ada dibuatkan model BEM, organisasi kemahasiswaan sehingga saya yang masih kuliah merasa betah di kampus Nunutan tempatnya.

  B: Saya lebih suka jika ada pengelola yang punya tempat dan gedung sendiri sehingga bias berlama-lama dikampus untuk diskusi, sharing, belajar Kewirausahaan, PKM bersama seperti teman-teman saya di kuliah regular.

  C: Saya ditarik uang pengelolaan bersedia karena pasti ada fasilitas tambahan dan bekerja lebih giat, juga bisa membantu berbagai kesulitan dan mengingatkan saat-saat kapan registrasi, menata matakuliah, kegiatan tambahan agar saya bias merasakan kuliah Reguler.

  D: Kalau Tutor saya diperlakukan dengan baik dan layak pastilah berimbas pula kepada saya dalam mengajar, member informasi, kepedulian pasti tambah pula sehingga saat darurat ada masalah saya dan teman-teman juga terbantu.

  3. Wawancara dengan Tutor UT P: Sebagai Tutor jarak jauh sebaiknya juga dihargai dalam hal kelayakan uang transportasi dan lama waktu perjalanan. Misalnya saya naik mobil habis 250 ribu sekali datang, sementara transport hanya 50 ribu atau 100rb juga tidak pantas. Apalagi tanpa transport. Demikian pula tanpa makan minum juga kurang manusiawi dan kurang menghargai guru. Q: Sebaiknya Pokjar diberi keleluasaan menarik berdasarkan kesepakatan dengan mahasiswa.

  Dosen ato Tutor dituntut aktif tampil baik memerlukan sarana dan biaya, jadi wajarlah jika diberi nilai yang layak, coba bapak jika jadi Tutor kira-kira bias membayangkan. R: Untuk mencapai Ponorogo dari Surabaya harus berangkat jam 3 dini hari sebelum subuh, perlu sholat subuh, sarapan padi dan mandi sudah tidak mungkin lagi. Sarapan jam 3 sebelum berangkat juga tidak mungkin. Apakah begini juga layak tidak ada Sarapan pagi dan transport yang layak. T: Pengelolaan dulu masih lebih lumayan dari sisi ini, ada pengelola yang layak dalam memperlakukan dan menghargai Tutor, missal mengajar sabtu minggu dengan penginapan. U: Saya pernah mengajar Minggu tapi sabtu sore sudah siap dan diberi penginapan oleh Pokjar. Ini juga lebih baik untuk mempersiapkan materi dalam mengelola tutorial hari berikutnya.

  Perspektif Negotiated Order

  1.Bentuk kesepakatan Pengelola Pokjar

  Untuk memberikan layanan yang baik dan Fasilitas tambahan pastilah memerlukan Ongkos. Tidak mungkin tanpa Ongkos, kecuali Pengelola dan Tutor tidak memerlukan Finansial. Tetapi mana ada hal seperti itu. Sebagai gambaran masyarakat umum. Untuk menikmati hotel berbintang onkosnya juga berbeda dengan hotel melati yang diperolehpun juga beda. Naik haji ONH plus juga beda dengan regular. Demikian pula halnya di pendidikan yang ada di dunia ini kelihatan gratis atau murah tetapi pasti ada pihak lain yang menanggung gratis atau murahnya tersebut. Menarik ongkos pengelolaan kepada mahasiswa adalah solusinya.

  2.Tokoh Masyarakat (PGRI)

  A: Layanan fasilitas dan beaya adalah dua hal yang berdampingan. Omong kosong kalau gratis memperoleh layanan yang memuaskan pasti dibelakang gratis itu ada yang menanggung. Tidak mungkin sekolah tanpa biaya pasti ada yang membiayai. Jadi hal yang sangat manusiawi jika ingin pelayanan yang baik maka diperlukan biaya yang baik pula.

  B: Masuk surge saja perlu biaya yang besar, apa itu biayanya yaa berbuat kebaikan, kebajikan, mengekang hafa napsu dan kesenangan hura hura, memenuhi syarat dan rukunnya hidup yang baik. Jadi berdampingan merundingkan biaya adalah hal yang manusiawi dan baik untuk dilakukan. Bukan yang satu seolah olah untung ternyata rugi. Bernegosiasilah dengan mahasiswa dan UT jika tidak mampu secara layak menggaji Pokjar berilah keleluasaan untuk berinovasi dan berkreasi bagi mitranya. Tanpa Pokjar dan orang-orang yang kreatif sulit UT memperoleh mahasiswa yang spektakuler. Orang kreatif juga perlu diberi wadah agar tersalur dan UT juga untung dengan jumlah mahasiswa yang diperoleh.

3.Mahasiswa

  A: Kami sebagai mahasiswa bersedia membayar daripada layanan berkurang. Tidak masalah kan mahasiswa juga diberi kemudahan dan akses informasi, pengajaran tutorial, motivasi untuk sukses dari Tutor. Ada tutor yang unik-unik dan baik pula yang dapat memberi motivasi kepada kami. Take and Give tidak masalah.

  B: Sebaiknya Tutor diberi uang saku transport yang baik dan konsumsi. Jauh rumahnya berangkatnya pagi-pagi masak tidak diberikan sarapan dan konsumsi.

  C: Kami seneng kalo Tutor kami layak, bawa mobil, pakaian bagus, ramah, ceria dan semangat memotivasi kepada kami mahasiswa. Masak tidak diberi transport dan konsumsi tidak manusiawi. Kami bias urunan kepada Pokjar. La kalo Pokjar tidak mendapatkan nilai lebih yaa ogah-ogahan bekerjanya.Sebaiknya tutor diperhatikan jangan kaku dengan aturan kan kami yang bayar dan urunan. Makanya Pokjar ada yang tutup dan menyusut mahasiswanya juga salah satunya karena ujung tombaknya tumpul.

  Hasil tersebut sejalan dengan pernyataan Strauss bahwa negoisasi umumnya sebagai salah satu yang mungkin dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah ketika berbagai pihak harus berurusan satu sama lain untuk mendapatkan hal-hal yang dilakukan. Pilihan negoisasi sebagai alat yang tidak sengaja maupun yang terpisah dari kondisi sosial dimana itu dibuat. Seperti Antara Pokjar dengan mahasiswa UT. Dengan proses negoisasi, dapat menyelesaikan sengketa, kejelasan batas legitimasi masalah yang dinegoisasikan agar suatu kegiatan tetap dapat berjalan dengan baik adalah pilihan tepat menurut teori ini.

  Anselm Strauss ingin menekankan bahwa item yang merupakan pilihan terakhir yaitu kesepakatan mengenai masalah biaya pengelolaan oleh pokjar diluar biaya resmi UT Pusat yang menjadi keterikatan tertentu dalam memahami kedua putusan untuk memulai negoisasi dan jalannya negoisasi itu sendiri. Jika pihak ada yang potensial atau aktual untuk bernegoisasi merasa bahwa mereka dapat mencoba persuasi, melakukan banding ke otoritas, memanipulasi peristiwa politik sosial, maka pilihan mereka merupakan metode alternatif yang baik yang akan mencegah mereka memasuki negoisasi dan jika mereka memilih negoisasi, maka pilihan mereka akan mempengaruhi apa yang terjadi selama ini.

  Beberapa pendekatan terhadap negoisasi berkonsentrasi erat pada negoisasi sosial tetapi membiarkan relasi mereka tanpa tersirat pengawasan sosial atau pertimbanagan struktural, bahkan kadang-kadang untuk pertimbangan negosasi kontekstual. Disisi lain banyak pendekatan struktural dalam ilmu sosial yang cenderung tidak melakukan cara- cara dengan analisis makroskopis, beberapa laporan tentang negoisasi, puas hanya dengan deskripsi dasarnya narasi pimpinan saja atau penekanan pada relasi tawar menawar secara keseluruhan bukan pada perundingan itu sendiri.

  Perspektif Negotiatied Order berupaya untuk menunjukkan disatu sisi, bagaimana tatanan sosial perkuliahan memberi bentuk-bentuk untuk berinteraksi pada proses sosial termasuk negoisasi. Maines menengarai bahwa sejauh ini, perspektif selalu berisi sebuah dialektika yang melekat dan eksplisit temporalitas tanpa pengakuan bahwa perspektif tidak dapat difahami dengan baik. Negoitatied Order sebagai bentuk tenaga kerja, berisi aktivitas pokjar dan mahasiswa domain subyek manusia dan pada gilirannya merupakan obyek sosial. Perspektif itu merupakan kemungkinan untuk memajukan penelitian dialektis, karena mengandung potensi untuk memajukan potensi-potensi untuk memeriksa kesatuan-kesatuan obyek dengan mendifinisikan domain interaksi simbolik yang melalui representasi simbolik, menciptakan bahan kondisi eksistensi sosial. Dalam domain ini perbedaan antara analisis “struktural” dan “intersional” larut dalam suatu agenda utama penelitian, untuk memulihkan kesatuan subyek-subyek berfokus pada satu sisi atau sisi lainnya. Kegiatan penelitian selanjutnya adalah memperoleh data dengan wawancara lebih mendalam tentang dua topic focus penelitian Kendala hambatan yang dihadapi.

  Dengan menggunakan tehnik Snowball sampling, sehingga bila datanya sudah jenuh, maka pengambilan data dihentikan. Dengan pengamatan yang terus menerus tersebut mengakibatkan validasi data tinggi dan diolah untuk memperoleh kesimpulan diketiga Pokjar Ponorogo, Ngawi dan Madiun tersebut dalam penelitian ini.

  Hasil fokus pemecahan masalah yang ketiga ini adalah sebagai tertera pada table berikut ini.

  Fokus Penelitian dan Hasil Informasi Faktor penghambat dan pendukung 1.

  Wawancara dengan Pengelola Pendas Ada satu dua mahasiswa yang dapat dikatakan rewel. Minta layanan lebih dengan ongkos yang murah.

  Hal ini bisa terjadi karena karakter dari mahasiswa, mencari-cari alas an agar dapat murah, atau ada motivasi lain. Ada mahasiswa yang apa kata pokjar yang penting urusan lancer. Ada mahasiswa yang dengan sadar mengerti kebutuhan pokjar dalam operasional keseharian. Sebenarnya jika layanannya hanya standar biasa. Gedung seadanga, biaya seadanya juga bias tetapi hasilnya ya apa adanya. Dari sisi Pokajar dengan adanya aturan yang diterapkan oleh UT tersebut merasa kurang prospek dalam mengelola Pokjar. Semua seperti diukur dengan kerja iklas sementara orang lain kerja hitungan professional. Ibarat hidup segan mati tak mau dalam mengelola UT. Sebenarnya UT bias besar dengan kolaborasi yang menguntungkan bagi pokjar to hut tidak rugi.

  2.Wawancara dengan Mahasiswa

  Penghambatnya jika layanan antar pokjar berbeda timbul perbincangan yang tidak enak/sedikit kurang enak.

  3.Wawancara dengan Tutor UT Sebenarnya tidak masalah Pokjar menarik uang pengelolaan dari mahasiswa. Layanan berbanding lurus dengan beaya yang dikeluarkan. Mahasiswa sadar bahwa layanan memerlukan biaya. Kendala berada pada regulasi dari UT yang membatasi pungutan antara Pokjar dengan mahasiswa.

  Sebaiknya fleksibel saja agar pokjar berkembang dengan baik dan dapat berimprovisasi dengan regulasi yang ada. UT sebagai konseptor para pemutus kebijakan turun dilapangan/bagian paling bawah agar tahu kendala di lapangan dan bukan berdasarkan hitungan diatas kertas saja. Lapangan beda dengan teori saja.

IV. Kesimpulan

  Penelitian ini manghasilkan kesimpulan bahwa terjadi kesepakatan antara Pokjar dengan mahasiswa dalam masalah yang berkaitan dengan tambahan biaya pengelolaan diluar yang telah ditetapkan oleh UT Pusat untuk keperluan layanan mahasiswa dalam kegiatan selama tutorial sampai dengan lulus. Kesepakatan ini berkonsekuensi adanya tambahan biaya yang harus dikeluarkan oleh mahasiswa untuk keperluan teresebut dengan memperoleh layanan yang baik. Kendala sebagian datang dari mahasiswa yang memiliki pemahaman yang berbeda dengan sebagian besar mahasiswa UT dan pengurus pokjar serta Tutor UT.

  Sebaiknya untuk keberlangsungan UT sebagai salah satu wadah untuk masyarakat yang akan melanjutkan kuliah ke jenjang S1 dan S2 memberikan kelonggaran kepada Pokjar sebagai ujung Tombak di lapangan dalam memperoleh mahasiswa dan mitra riil di lapangan. Kelonggaran tersebut berupa kesepakatan tambahan biaya yang dapat dikelola oleh Pokjar untuk Dukungan Operasional harian dan pengelolaan ditiap daerah masing- masing yang nominalnya ditentukan oleh kesepakatn Pokjar dengan mahasiswa untuk mengoptimalkan layanan kepada mahasiswa.

  

Daftar Pustaka

  Anonim (2006). Pendidikan Untuk Pendidikan Berkelanjutan. Petunjuk Guru. Jakarta: Bogdan, Robert R and Steven J.Taylor.(1993). Dasar-dasar Penelitian Kualitatif.

  Surabaya: Aneka Usaha. Collemen, James. 2008. Dasar-Dasar Teori Ilmu Sosial. Bandung: Pustaka Nasional. Creswel. John.1988. Qualitatif and Research Page. Choosing Among Five Tradition.

  Tradidition States of America: Sage Publishing Inc. Depdikbud. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke 1. Jakarta: Balai Pusataka. Gidden Anthony and Jonathan Turner. 2010. Socially Theory To Day, Jogjakart: Pustaka Pelajar. Furchan Arief. 1992. Pengantar Metode Kualitatif Surabaya Usaha Nasional. Fisher, and Strauss A. 2010. Thir Succes, Symbolice Chicago Tradition: Thom. Park and The inc.

  Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan Univesitas 2014. Katalog Universitas Terbuka, 2014. Penerbit Universitas Terbuka. Cabe Raya Pondok Cabe Kota Tangerang Selatan.

  Puji, Leksono, S. 2012. Total Negotatied Order di Lembaga Pemasyarakat (Studi

  Fenomenologi Petugas dan Nara pidana dalam persepektif Order di Lapas Lowok

  Malang, 2012, Disertasi Unair 2012

  waru Pip Jones. 2012. Teori-Teori Sosial. Jogjakarta: Penerbit Obor Indonesia.Yogjakarta.

  Mainnes. D K. 2010. Social Organization Struktur In Symolic Interactive Tough, Annual

  3. Jakarta: Pustaka Setia

  Socilogy

  Nick, K. 2008. Negoitataied Order, Journal of Comtempoory Etnology: Publishing Usage Mead, George Helbert. 1994. Mind, Self, Society. Chicago: Chicago University.

  Sriningsih.E. 2016. Studi Kasus : Tentang Pemeriksa Pajak Pengusaha Kena Pajak

  Dalam Perspektif Negoitatied Order. Disertasi Unair. 201 Salim, Agus. 2001. Teori Paradigma Ilmu Sosial. Yogjakarta: Wasesa.

  Ritzer, George. 2012. Teori Sociology dari Klasik sampai Post Modern. Jakarta: Balai Pustaka.

Dokumen yang terkait

View of AN ERROR ANALYSIS ON STUDENTS’ COMPOSITION OF DESCRIPTIVE TEXT AT THE TENTH GRADERS OF SMAN 3 BANGKALAN, MADURA

0 0 11

View of COMPREHENSIBLE INPUT PRODUCTION OF SECOND LANGUAGE LEARNER THROUGH INFORMAL FORM-FOCUSED INSTRUCTION

0 0 9

View of Perbedaan Pembelajaran Team Assisted Individualization (Tai) Dan Cooperative Integrated Reading And Composition (Circ) Pada Peserta Didik Kelas Viii (Materi Lensa)

0 0 11

View of Peningkatan Pembelajaran Pai Tentang Membiasakan Perilaku Terpuji Melalui Metode Pendekatan Pengalaman Siswa Di Kelas Iv Sd Negeri Karang Anyar 1 Kecamatan Modung Kabupaten Bangkalan

0 0 8

View of Upaya Peningkatan Efektivitas Pembelajaran Pai Melalui Pendekatan Discovery Inquiry

0 0 16

View of Penerapan Pembelajaran Pendekatan Story Telling Untuk Meningkatkan Penguasaan Mata Pelajaran Pai Materi Kisah Khalifah Abu Bakar As-Siddiq R.A. Dan Umar Bin Khattab R.A

1 2 15

View of Pengembangan Media Adobe Flash Cs3 Pada Konsep Bunyi Dengan Mengaplikasikan Model Instructional Games

0 0 15

View of Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Kemampuan Melambungkan, Melempar, Menangkap, Memukul Bola Dan Berlari Pada Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan Untuk Siswa Kelas 5 Sdn Patengteng 1 Modung Kabupaten Bangka

1 1 14

View of Penggunaan Media Cerita Bergambar Dalam Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Bumi dan langit Bagi Siswa Kelas 4 SDN Patereman 1 Kecamatan Modung Kabupaten Bangkalan

0 0 13

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Pada Matakuliah Bimbingan Konseling Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Mahasiswa Pgsd Semester 1 Stkip Pgri Bangkalan

0 0 11