Beauveria bassiana sebagai Alternatif Hayati dalam Pengendalian Nyamuk

  

Beauveria bassiana sebagai alternatif..................... (Bina Ikawati)

Beauveria bassiana sebagai Alternatif Hayati dalam Pengendalian Nyamuk

  Beauveria bassiana as alternative for Mosquito Biological Control Bina Ikawati* Balai Litbang P2B2 Banjarnegara, Badan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Jl. Selamanik no.16 A Banjarnegara, Jawa Tengah, Indonesia

INFO ARTIKEL A B S T R A C T / A B S T R A K

  

Article History: Mosquitoes are insects that can transmit the diseases. Biological materials that are

Received: 30 Dec. 2015 entomopathogenic, such as Beauveria bassiana can be used to control mosquitoes. This

Revised: 23 May 2016 review aimed to identify how the characteristics, safety, and study conducted on B.

Accepted: 8 June 2016 basiana in the area of ​​controlling vector-borne diseases. Methode of this review was done

by collecting journals and research reports about the fungus B. bassiana. B. bassiana is a microscopic fungus that parasitic on the host, with a body shaped fine threads (hyphae) Keywords: that form colonies called mycelia. It killed the host system in which the spores penetrate Beauveria bassiana the cuticle mechanically or chemically that released enzymes or toxins. Furthermore it biological material released beauverin toxins that make the tissue damage of insect body, that cause death mosquito within a few days. In general compounds in B. bassiana has no risk to humans, and do not harmful to the environment. Many studies showed that B. bassiana is an attractant for mosquitoes despite having pathogenic properties. This fungus is proven effective in killing

genus Culex, Aedes, Anopheles in the laboratory research.

  Kata kunci: Nyamuk merupakan serangga yang dapat menularkan penyakit. Bahan hayati yang Beauveria bassiana bersifat entomopatogen yang dapat digunakan untuk mengendalikan nyamuk bahan hayati diantaranya Beauveria bassiana. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui

nyamuk bagaimanakah sifat dan karakteristik, keamanan penggunaan, dan penelitian yang

pernah dilakukan mengenai B. basiana dalam bidang pengendalian vektor penular penyakit. Studi literatur dilakukan dengan mengumpulkan jurnal dan laporan penelitian tentang jamur B. bassiana. B. bassiana adalah jamur mikroskopik bersifat parasit terhadap inang, dengan tubuh berbentuk benang halus (hifa) yang membentuk koloni yang disebut miselia. Sistem dalam membunuh inang yaitu spora masuk menembus kutikula secara mekanis dan atau kimiawi dengan mengeluarkan enzim atau toksin. Selanjutnya mengeluarkan racun beauverin yang membuat kerusakan jaringan tubuh serangga yang dapat menyebabkan kematian dalam hitungan hari.

  Secara umum dapat dinyatakan senyawa dalam B. bassiana tidak memiliki risiko terhadap manusia, dan tidak berbahaya untuk lingkungan. Penelitian menunjukkan B bassiana bersifat atraktan bagi nyamuk meskipun memiliki sifat pathogen. Jamur ini terbukti efektif dalam membunuh Genus Culex, Aedes, Anopheles dalam penelitian skala laboratorium.

  © 2016 Jurnal Vektor Penyakit. All rights reserved.

  • Alamat Korespondensi : email : bina.ikawati@gmail.com

  PENDAHULUAN

  insektisida dibutuhkan dalam kondisi tertentu untuk memutus rantai penularan Nyamuk merupakan salah satu serangga secara cepat. Penggunaan insektisida kimiawi yang dapat menularkan berbagai penyakit, banyak memicu terjadinya resistensi. diantaranya demam berdarah dengue, 1 Beberapa daerah telah dilaporkan telah malaria, Japanese encephalitis dan filariasis. terjadi resistensi terhadap nyamuk terhadap

  Upaya pengendalian nyamuk merupakan 2 berbagai jenis insektisida. Pada sisi lain rangkaian kegiatan dalam menekan penyakit p e r ke m b a n g a n p e n e l i t i a n t e n t a n g yang ditularkan nyamuk. Penggunaan penggunaan bahan hayati mulai diperhatikan. Beberapa bahan hayati yang dapat digunakan untuk pengendalian nyamuk antara lain : cacing Romanomarmis iyengari; bakteri

  Bacillus thuringensis, Bacillus sphaericus,

  yang dikenal sebagai entomopatogen. Jamur ini mempunyai distribusi yang luas. Jamur ini termasuk dalam Kingdom: Fungi, Phylum:

  Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 10 No. 1, 2016 : 19–24

  B. bassiana adalah jamur mikroskopik dengan tubuh berbentuk benang-benang halus (hifa) yang akan membentuk koloni yang disebut miselia. Jamur tersebut tidak dapat memproduksi makanannya sendiri, sehingga bersifat parasit terhadap serangga inangnya. Mekanisme parasitiknya adalah spora jamur B. bassiana masuk ke tubuh serangga inang melalui kulit, saluran pencernaan, spirakel dan lubang lainnya. Selain itu inokulum jamur yang menempel pada tubuh serangga inang dapat berkecambah dan berkembang membentuk tabung kecambah, kemudian masuk menembus kutikula tubuh serangga. Penembusan dilakukan secara mekanis dan atau kimiawi dengan mengeluarkan enzim atau toksin. Jamur selanjutnya akan mengeluarkan racun beauverin yang membuat kerusakan jaringan tubuh serangga.

  Sporotrichum sulfurescens J. F. H. Beyma 1928, 17 Tritirachium shiotae (Kuru) Langeron 1947.

  1912, Sporotrichum globuliferum Speg. 1880,

  S p o r o t r i c h u m d e n s u m L i n k 1 8 1 8 , Sporotrichum epigaeum var. terrestre Dasz.

  1923, Penicillium densum (Link) Biourge 1923, Spicaria bassiana (Bals. -Criv.) Vuill. 1910, Spicaria densa (Link) Vuill. 1910,

  Penicillium bassianum (Bals. -Criv.) Biourge

  Giard 1891, Isaria shiotae Kuru 1932,

  stephanoderis Bally 1923, Isaria densa (Link)

  Taylor 1970, Botrytis bassiana Bals. -Criv. 1836, Botrytis effusa Beauverie 1911, Botrytis

  Ascomycota, Ordo: Hypocreales, Family: Cordycipitaceae, Genus: Beauveria, Sub genus: Zooxanthellate, Species: Beauveria bassiana (Bals-Criv) Vuill 1912. Mempunyai sinomim Beauveria densa (Link) F. Picard 1914, Beauveria doryphorae R. Poiss. & Patay 1935, Beauveria effusa (Beauverie) Vuill. 1912, Beauveria globulifera (Speg.) F. Picard 1914, Beauveria shiotae (Kuru) Langeron 1936, Beauveria stephanoderis (Bally) Petch 1926, Beauveria sulfurescens (J. F. H. Beyma) J. J.

  B. bassiana merupakan jamur/cendawan

  wolbachea; penyebaran ikan pemakan jentik, serta penggunaan jamur yang bersifat 3-10 entomopatogen. Selain itu upaya dengan penggunaan teknologi nuklir juga mulai diujicobakan antara lain dengan Teknik 11 Serangga Mandul. Tidak hanya dari sektor kesehatan, sektor pertanian pun saat ini giat mengembangkan pertanian organik. Pada pertanian organik baik dalam penggunaan pupuk maupun pengendalian serangga pertanian digunakan bahan-bahan organik.

  googlescholar.com, google.com dan researchgate.net HASIL Taksonomi dan mekanisme kerja B. bassiana dalam membunuh inangnya

  d i l a k u k a n m e l a l u i m e s i n p e n c a r i

  B. bassiana. Penelusuran jurnal secara online

  Kajian ini merupakan penelusuran dari jurnal ilmiah dan laporan penelitian mengenai

  bassiana dalam bidang pengendalian vektor penular penyakit khususnya nyamuk.

  pengendalian vektor khususnya terhadap nyamuk, serta merangkum penelitian- penelitian yang pernah dilakukan mengenai B.

  B. bassiana, keamanan penggunaannya untuk

  Tulisan ini bertujuan untuk membahas bagaimanakah sifat dan karakteristik dari

  B. bassiana juga efektirf untuk 16 mengendalikan lalat di peternakan unggas.

  . Dalam Bidang perkebunan B. bassiana juga mampu mengendalikan hama perkebunan seperti kapas, kelapa sawit, lada, kelapa, teh serta 14,15 kakao.

  hama walang sangit (Leptocorisa oratorius), wereng batang coklat (Nilaparvata lugens) pada tanaman padi serta hama kutu (Aphis sp.) pada tanaman sayuran 12,13

  Salah satu upaya pengendalian serangga pengganggu secara biologi adalah penggunaan jamur Beauveria bassiana. Penelitian menunjukkan jamur ini banyak digunakan di bidang pertanian antara lain pengendalian ulat krop pada tanaman sawi,

BAHAN DAN METODE

  Serangga akan mati dalam beberapa hari. Setelah itu, miselia jamur akan tumbuh ke seluruh bagian tubuh serangga. Serangga yang terserang jamur B. bassiana akan mati dengan tubuh mengeras seperti mumi dan tertutup 18 oleh benang-benang hifa berwarna putih.

  disemprot dengan formulasi spora B. bassiana menyebabkan 95% nyamuk yang hinggap tersebut menjadi terinfeksi B. bassiana. Hal ini menunjukan B. bassiana juga bersifat atraktan/menarik bagi nyamuk meskipun 28 mempunyai sifat patogen pada nyamuk. Penelitian di laboratorium menunjukkan

  hidup nyamuk sebesar 59-95% pada penelitian semi lapangan dengan kandang besar dan 61-69% pada kandang kecil. Kemampuan nyamuk dalam menghisap darah 30 berkurang 80%. Penelitian menunjukkan B. bassiana yang dikontakkan pada Ae. aegypti jantan dapat berpindah ke Ae. aegypti betina melalui proses perkawinan dan menyebabkan kematian 31 sampai dengan 90%. Penelitian lain juga menunjukkan semakin tinggi konsentrasi konidia B. bassiana yang diberikan akan menyebabkan angka kematian Aedes albopictus semakin tinggi.

  bassiana mampu mengurangi kemampuan

  Fekunditas menurun 29,3±8,6 telur per nyamuk betina selama masa hidupnya. B.

  nyamuk Ae. aegypti dewasa yang dikontakkan selama 24 jam dengan B. bassiana dengan 9 dosis spora 2x10 spora/ml menunjukkan penurunan kontak ke manusia sebesar 30%.

  Ae. aegypti dalam menghisap darah. Pengujian

  dosis spora B. bassiana 0,33x10 menunjukkan semua telur uji pada hari ketiga tenggelam dalam nampan berisi air yang menandakan telur telah mati. Pengujian pada larva instar 1 menunjukkan kematian 100% pada hari pertama, pada larva instar II, III dan IV kematian secara bertahap dan 100% mati 10 pada hari ke-5. Penelitian aplikasi B. bassiana menunjukkan larva Culex quenquefasciatus lebih peka dibandingkan larva Aedes aegypti terhadap pemaparan dengan serbuk konidiospora pada permukaan air dengan 29 dosis 2,2 mg/l air. B. bassiana mampu membunuh bahkan menurunkan kemampuan

  B. bassiana efektif untuk membunuh Culex pipiens pada fase aquatik. Pengujian dengan 7

  Anopheles stephensi betina yang tertarik pada ulat yang mati karena B. bassiana. Nyamuk An. stephensi betina juga menghinggapi kain yang

  Keamanan Penggunaan Jamur B. bassiana (efek terhadap manusia dan lingkungan)

  Penelitian di laboratorium menunjukkan

  Penelitian B. bassiana untuk pengendalian nyamuk sebagai vektor penyakit

  Demikan pula pengujian terhadap sejumlah reptil maupun vertebrata yang membuktikan bahwa B. bassiana tidak menginfeksi 26 keduanya. Secara umum dapat dinyatakan bahwa senyawa-senyawa dalam B. bassiana tidak memiliki risiko terhadap manusia. Penggunaan B. bassiana tidak menghasilkan tingkat racun yang berbahaya untuk 27 lingkungan.

  Botanigard terhadap mamalia, burung, dan ikan menunjukkan tidak ada pengaruh pada 25 perkembangan hewan-hewan tersebut.

  manusia maupun vertebrata, tetapi terjadinya kontak terbuka secara terus menerus dengan manusia dapat menimbulkan masalah alergi kulit, terutama pada manusia yang memiliki 23 kasus tersebut. Penelitian di laboratorium dengan metode intradermal skin testing menunjukkan B. bassiana berpotensi kuat menimbulkan alergi (35kDa), namun belum diteliti lebih lanjut tentang lingkungan, 24 kegawatan dan rentang alergi. Pengujian

  B. bassiana bukan termasuk parasit pada

  Infeksi B. bassiana pada manusia sangat jarang terjadi. Namun, pernah dilaporkan adanya dua kasus infeksi B. bassiana yang 19,20 menyebabkan mikosis pada manusia. Infeksi tersebut terjadi pada kondisi kesehatan manusia yang sangat buruk akibat penyakit leukimia akut. Selama lebih dari 100 tahun penggunaannya dalam pengendalian secara biologi, belum pernah dilaporkan adanya strain B. bassiana yang menyebabkan 21,22 penyakit serius pada manusia.

  Beauveria bassiana sebagai alternatif..................... (Bina Ikawati) Kondisi nyamuk betina baik itu kenyang d a r a h m a u p u n d i p u a s a k a n t i d a k mempengaruhi kerentanan nyamuk terhadap infeksi B. bassiana. B. bassiana menghasilkan enzim kitinase yang ditunjukkan dengan terbentuknya zona bening pada medium

  koloidal kitin dan laju aktivitas enzim sebesar

  bassiana juga mempunyai sifat atraktan bagi

  Culex, Aedes dan Anopheles.

  jamur B. bassiana masuk ke tubuh serangga inang melalui kulit, saluran pencernaan, spirakel dan lubang lainnya. Jamur ini selanjutnya akan mengeluarkan racun beauverin yang membuat kerusakan jaringan tubuh serangga sehingga dalam hitungan hari, serangga akan mati. Jamur ini telah diteliti mampu membunuh nyamuk genus

  bassiana yaitu spora maupun inokulum

  Jamur B. bassiana aman terhadap manusia dan lingkungan. Mekanisme kerja B.

  KESIMPULAN

  bassiana yang digunakan serta formulasi yang paling efektif digunakan.

  Aplikasi B. bassiana di bidang kesehatan di Indonesia dalam pengendalian nyamuk membutuhkan beberapa hal yang perlu diteliti. Hal tersebut antara lain langkah- langkah dalam penghitungan dosis aplikasi untuk berbagai variasi spesies nyamuk dan berbagai fase, penentuan jenis kandidat B.

  sehingga kemampuan membunuhnya pun berbeda. Selain itu penelitian yang dilakukan baru pada skala laboratorium. Berbeda dengan penelitian di bidang pertanian yang telah memanfaatkan jamur ini dalam pengendalian organisme pengganggu tanaman yang telah diaplikasikan dalam skala lapangan. Bentuk B. bassiana yang digunakan merupakan produk industri yang telah diformulasi. Produk tersebut antara lain *VR maupun produk yang dikembangkan oleh petani melalui kultur sederhana. Beberapa kelompok tani juga memiliki enkas/laminar sederhana yang digunakan untuk membuat kultur B. bassiana.

  bassiana dari tempat yang berbeda di dunia

  nyamuk. Namun demikian penelitian juga menunjukkan variasi virulensi dari 29 B.

  diketahui dapat membunuh nyamuk yang telah resisten terhadap insektisida. Efektivitas B. bassiana dalam bidang pengendalian nyamuk sebagai vektor penyakit telah diketahui terhadap tiga genus nyamuk yaitu Anopheles, Aedes dan Culex. B.

  1,0557. Seperti penelitian pada Ae. aegypti, transfer horisontal dari nyamuk Ae. albopictus jantan yang terinfeksi B. bassiana pada nyamuk Ae. albopictus betina terjadi ketika nyamuk jantan yang terinfeksi bersinggungan 32 dengan nyamuk betina yang sehat.

  Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 10 No. 1, 2016 : 19–24

  Melihat dari mekanisme kerja, keamanan penggunaan (efek bagi manusia dan lingkungan) B. bassiana mempunyai peluang sebagai bahan hayati dalam pengendalian vektor penyakit terutama nyamuk. B. bassiana

  PEMBAHASAN

  pengendalian vektor. Kondisi suhu diatas 25 C menunjukkan daya kerja B. bassiana lebih virulen dibandingkan pada suhu 21 C 35 meskipun dinyatakan masih efektif.

  bassiana dapat menjadi alternatif dalam

  Satu hal yang menarik adalah penelitian tentang resistensi nyamuk terhadap insektisida tidak berarti nyamuk tersebut juga resisten terhadap B. bassiana, sehingga pada daerah dengan resistensi insektisida B.

  bassiana yang paling virulen dan paling tidak 34 virulen.

  karakter fenotifiknya seperti sporulasi, ukuran spora dan rata-rata tumbuh. Kemampuan dalam membunuh nyamuk Anopheles coluzzi berbeda 10 kali antara B.

  bassiana yang digunakan telah dipelajari

  fase larva dan akan lebih efektif lagi apabila diformulasi dalam synthetic oil (ShellSolT). Pe n e l i t i a n d i Ke nya m e n u n j u k ka n kemampuan larva Anopheles gambiae 33 berubah menjadi pupa menurun 39-50%. Penelitian menunjukkan bahwa B. bassiana mempunyai variasi dan kemampuan yang berbeda dalam membunuh larva nyamuk. Penelitian telah dilakukan dengan menggunakan 29 isolat B. bassiana yang berasal dari tempat yang berbeda di dunia. B.

  B. bassiana juga efektif untuk larva Anopheles utamanya apabila pemberian pada

  SARAN Mengingat kemanfaatan jamur B.

  Beauveria bassiana sebagai alternatif..................... (Bina Ikawati) bassiana dalam mengendalikan nyamuk, serta

  keamanan penggunaanya, namun memiliki rentang virulensi yang luas dari berbagai strain B. bassiana, perlu penelitian dan informasi detail dari strain B. bassiana yang digunakan dalam pengendalian nyamuk, serta pilihan formulasi yang paling stabil dalam aplikasi di lapangan.

  20. Tucker D, Beresford C, Sigler L RK. Disseminated Beauveria bassiana infection in a patient with

  19. Henke MO, Hoog GS De, Gross U, G.Zimmermann, Kraemer D WM. Human deep tissue infection with an entomopathogenic Beauveria species. J Clin Microbiol. 2002;40:2698–2702.

  Laboratorium BPTPH Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

  18. Pertanian JB dalam. Label : Beauveria bassiana.

  17.Http://zipcodezoo.com/Fungi/B/Beauveria_ba ssiana/. Taxonomy Beauveria bassiana.

  Biocontrol Sci Technol. 2015;(December). doi:10.1080/09583157.2015.1055318.

  16. Acharya N, Edwin GR NE and MB. Influence of biotic and abiotic factors on the persistence of a Beauveria bassiana biopesticide in laboratory and high-rise poultry house settings Influence of biotic and abiotic factors on the laboratory and high-rise poultry house settings.

  15. Fiana Y, Danial D. Kajian keefektifan agen hayati Beauveria bassiana dan penyarungan buah dalam pengendalian hama PBK di Kalimantan Timur Study the effectiveness of the biological agent Beauveria bassiana and pod sleeving in Cocoa Pod Borer pest control in East Kalimantan. In: Seminar NAsional Masyarakat Biodiversity Indonesia.Vol 1.; 2015:1222–1226. doi:10.13057/psnmbi/m010545.

  14. Soetopo D II. Status Teknologi dan Prospek Beauveria bassiana Untuk Pengendalian Serangga Hama Tanaman Perkebunan Yang Ramah Lingkungan. Perspektif. 4:29–46.

  War Vol 18 No1. 2015;(1):1–9.

  13. Balai Penelitian Tanaman Hias dan Dinas Pertanian Provinsi DIY dalam Purnama H NH da, Setyowati n E. Pengembangan Produksi Pestisida Alami dari Beauveria bassiana dan Trichoderma sp Menuju Pertanian Organik.

  12.Leatemia JA, Siahaya VG. Efektivitas Bioinsektisida Beauveria bassiana (Bbass) Strain 725 Terhadap Larva Plutella xylostella ( Lepidoptera : Plutellidae ) Di Laboratorium. 2014;10(2):66–70.

  Controlling Aedes aegypti population as DHF vector with radiation based sterile insect technique in Banjarnegara Regency, Central Java. J Sains dan Teknol Nukl Indones. 2013;14(1):01–10.

  11. Siti Nurhayati, Bambang Yunianto, Tri Ramadhani, Bina Ikawati, Budi Santoso AR.

  Study About The Effect of Beauveria bassiana ( Vuillemin In 1912 ) On The Aquatic Stages Of Culex pipiens ( Linné , 1758 ). 2013;3(3):31–42.

  10. Hamid S, Halouane F, Bissaad FZ, Benzina F.

  Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan MIPA, FKIP Universitas Jember. 2011.

UCAPAN TERIMA KASIH

  Terima kasih kami sampaikan kepada rekan-rekan di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara untuk diskusinya, rekan-rekan dari Loka Litbang P2B2 Ciamis terutama Firda Yanuar yang menginformasikan thesisnya kepada kami.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sembel DT. Entomologi Kesehatan. Yogyakarta: Penerbit Andi; 2009.

  6. M Sudomo, Ima Nurisa, Sushanti Idris Idram S.

  2014;6(3):3–5.

  5. N Lusiyana. Wolbachia sebagai alternatif pengendalian vektor nyamuk Aedes sp. JKKI.

  Efektivitas Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) Sebagai Pemakan Jentik Nyamuk. Media Litbangkes. 1998;VIII(2):3–6.

  4. Luna-finkler CL, Finkler L. Bacillus sphaericus and Bacillus thuringiensis to Insect Control : Process Development of Small Scale Production to. In: Perveen DF, ed. Insecticides- Advances in Integrated Pest Management.

  1987;15(3):3–5.

  3. Widiarti, Sustriayu Nalim HNTU. Uji kepekaan Aedes aegypti dan Aedes albopictus terhadap I n fe ks i Ro m a n o m e r m i s i ye n ga r i d i L a b o ra t o r i u m . B u l Pe n e l i t Ke s e h a t .

  2. Kemenkes RI. Pedoman Penggunaan Insektisida (Pestisida) dalam Pengendalian Vektor. 2012.

  7. Semarang Gk. Efektivitas Pemberian Ikan Mas (Cyprinus Carpio) dalam Menurunkan Jumlah Jentik Dan Persepsi Masyarakatnya (Studi Kasus Di RW 06 Kelurahan Sukorejo K e c a m a t a n G u n u n g P a t i K o t a Semarang).Skripsi. Jurusan Ilmu Kesmas,FKIK Unnes Semarang. 2015.

  8. Ni Luh Putu Manik Widiyanti SM. Uji toksisitas jamur Metarhizium anisopliae terhadap larva nyamuk Aedes aegypti. Media Litbang Kesehat. 2004;XIV(3):25–30.

  9. Mayasari FD. Toksisitas spora jamur Paecilomyces fumosoroseus terhadap mortalitas larva nyamuk Culex sp. Skripsi.

  Rijeka,Croatia: InTech; 2012:613–627.

  Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 10 No. 1, 2016 : 19–24 acutelymphoblastic leukemia. J Clin Microbiol.

  Entomopathogenic fungi for mosquito control: A review. J Insect Sci. 2004;4(19). Available at: insectscience.org/4.19.

  34. Valero-jiménez CA, Debets AJM, Kan JAL Van, et al. Natural variation in virulence of the entomopathogenic fungus Beauveria bassiana against malaria mosquitoes. 2014:1–8.

  2011;4(1):23. doi:10.1186/1756-3305-4-23.

  Development of Metarhizium anisopliae and Beauveria bassiana formulations for control of malaria mosquito larvae. Parasit Vectors.

  33. Bukhari T, Takken W, Koenraadt CJM.

  32. Yanuar F. Infeksi Horizontal Beauveria bassiana Dan Aktivitas Enzim Kitinase Terhadap Mortalitas Aedes albopictus. 2014.

  31. Rebollar-Tellez E a, Rodríguez-Pérez M a, Reyes-Villanueva F. Transmission of Beauveria bassiana from male to female Aedes aegypti mosquitoes. Parasit Vectors. 2011;4(1):24. doi:10.1186/1756-3305-4-24.

  30. Darbro JM, Johnson PH, Thomas MB, Ritchie S a, Kay BH, Ryan P a. Effects of Beauveria bassiana on survival, blood-feeding success, and fecundity of Aedes aegypti in laboratory and semi-field conditions. Am J Trop Med H y g . 2 0 1 2 ; 8 6 ( 4 ) : 6 5 6 – 6 4 . doi:10.4269/ajtmh.2012.11-0455.

  Laboratorium. Bul Penelit Kes. 1991;3.

  29. Munif A. Patogenitas Cendawan Beauveria bassiana terhadap Larva Nyamuk Aedes aegypti dan Culex pipiens quenquefasciatus di

  28. George J, Jenkins NE, Blanford S, Thomas MB, Baker TC. Malaria mosquitoes attracted by fatal fungus. PLoS One. 2013;8(5):e62632. doi:10.1371/journal.pone.0062632.

  27.Scholte E., Knols B, Samson R TW.

  2004;42:5412–5414.

  26. Gonzalez CJ, Espejo SJ B. Mycotic pulmonary disease by Beauveria bassiana in a captive tortoise. Mycoses. 1995;38:167–169.

  T e c h D o c . 2 0 0 6 . A v a i l a b l e at:http://www.epa.gov/pesticides/biopestici des/ingredients/tech_docs/tech_128924.htm .

  25. EPA U. Beauveria bassiana strain GHA(128924).

  .

  Clin Mol Allergy. 2005;3(1):1–8. Available at:

  24. Westwood GS, Shih WH NO. Allergens of the entomopathogenic fungus Beauveria bassiana.

  23. Jamur: Insektisida biologis yang ramah lingkungan. Cakrawala.

  1992;19:247–251.

  22. Begley C. WP. Soft contact lens contamination by Beauveria bassiana. Int Contact Lens Clin.

  21. Ishibashi Y, Kaufman HE, Ichinoe M SK. The pathogenicity of Beauveria bassiana in the rabbit cornea. Mykosen 1987;30:115–12615. 1987;30(15):115–126.

  35. Kikankie CK, Brooke BD, Knols BGJ, et al. The infectivity of the entomopathogenic fungus Beauveria bassiana to insecticide-resistant and susceptible Anopheles arabiensis mosquitoes at two different temperatures. 2010:1–9.