Landasan Ontologi Organisasi Pendidikan
A. Landasan Ontologi Organisasi Pendidikan
1. Pengertian dan hakikat Organisasia Pendidikan Organisasi menurut Sutarto (1998,40) adalah merupakan sistem saling pengaruh antar orang dalam kelompok yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.
Kita melakukan kerja sama dalam bentuk organisasi karena kita mempunyai berbagai macam keterbatasan (limits factors) yang dimiliki, yaitu keterbatasan fisik, kemampuan, waktu, dan kecakapan. Seperti yang dikemukakan oleh Barnard (1968,23) bahwa seseorang menghadapi pembatasan-pembatasan dalam usaha mencapai tujuannya yaitu pembawaan biologis atau kemampuan seseorang dan faktor-faktor fisik lingkungan.
Hubungan keterbatasan fisik dengan lingkungan bisa ditunjukkan dalam gambar berikut ini.
Gambar 1.1. Keterbatasan fisik dan lingkunganGambar di atas memunculkan sebuah pertanyaan, apakah orang yang mengangkat barang almari tersebut terlalu kecil atau lemah, ataukah barang almari tersebut terlalu besar atau berat bagi orang tersebut ?
Organisasi pembelajar/pendidikan menurut Marquardt (1996,21) adalah sebagai organisasi yang melakukan pembelajaran secara sungguh-sungguh dan secara kolektif, dan selanjutnya merubah dirinya untuk mengumpulkan, mengelola dan menggunakan pengetahuannya dengan baik untuk kesuksesan organisasi, yang terdapat dalam system learning organization model yang mencakup learning, organizaton, knowledge, technology, dan people.
Gambar 1.2. Learning organization model and leadershipOrganisasi pembelajar dapat dilakukan dengan mulai dari lingkup terkecil yaitu individu yang pembelajar, kelompok, organisasi sampai lingkungan.
Gambar 1.3. Model of learning2. Perspektif (Sudut Pandang) Organisasi Organisasi dapat dilihat dari berbagai perspektif. Perspektif pertama sebagaimana yang diungkapkan oleh Gareth Morgan melihat organisasi dalam 8 metafora1. Antara lain Organisasi dapat dilihat dari berbagai perspektif. Perspektif pertama sebagaimana yang diungkapkan oleh Gareth Morgan melihat organisasi dalam 8 metafora, antara lain :
a. Organisasi ibarat mesin (machine). Organisasi mengolah segala sumberdaya yang ada dan memiliki bagian-bagian yang menghasilkan produk dan jasa.
b. Organisasi ibarat organisme (organism). Seperti tumbuhan atau hewan, organisasi lahir, tumbuh, berfungsi dan beradaptasi terhadap perubahan-perubahan lingkungan dan pada akhirnya ia mati.
c. Organisasi ibarat otak (brain). Ia memproses informasi, ia memiliki intelegensi, ia mengkonseptualisasi dan ia membuat perencanaan. d. Organisasi ibarat budaya (culture) karena ia mencipta pengertian, memiliki nilai dan norma, dan diperkuat dengan cerita-cerita dan ritual-ritual bersama.
e. Organisasi seperti sebuah sistem politik (political system) , dimana kekuasaan dibagi, pengaruh dijalankan, dan keputusan-keputusan dibuat.
f. Organisasi sebagai penjara supranatural (psychic prisons) karena ia dapat membentuk dan membatasi kehidupan anggota-anggotanya.
g. Organisasi sebagai perubahan dan transformasi (flux and transformation), karena ia menyesuaikan diri, berubah, tumbuh atas dasar informasi, umpan balik dan kekuatan logika.
h. Organisasi sebagai instrumen dominasi (instrument of domination) karena ia mengandung kepentingan-kepentingan yang bersaing, yang beberapa di antaranya mendominasi yang lain.
3. Bidang Kajian Ilmu dalam Organisasi Pendidikan, misalnya :
a. Perilaku Organisasi dalam Pendidikan
b. Kepemimpinan Pendidikan
c. Manajemen Perencanaan Pendidikan
d. Manajemen Strategi Pendidikan
e. Total Quality Manajemen
f. dsb
4. Teori/Pendekatan Organisasi Teori organisasi menurut Gareth Morgan (1986), antara lain :
a. Klasik Asumsi : organisasi dipahami sebagai tempat (wadah) berkumpulnya orang- orang yang diikat dalam sebuah aturan-aturan yang tegas dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah terkoordinir secara sistematis dalam sebuah struktur guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
b. Modern Asumsi : Organisasi sebagai sebuah jaringan sistem yang terdiri dari dan output. Menurut pandangan ini, orang-orang (komunikator) bekerjasama dalam sebuah sistem untuk menghasilkan suatu produk dengan menggunakan energi, informasi dan bahan-bahan dari lingkungan c. Interpretasi Simbolik
Asumsi : Organisasi memproduksi situasi / lingkungan/ budaya/ realitas sosial melalui pemaknaan atas interaksi dalam organisasi. Organisasi terbentuk karena adanya interaksi (komunikasi) yang terjadi antar anggota melalui pemaknaan atas simbol-simbol, baik simbol verbal maupun non verbal.
d. Postmodernisme Asumsi : postmodernisme mencoba untuk mengkritisi (melakukan penentangan thd) perspektif modernisme yang menempatkan organisasi dalam bentuk sistem yang rasional empiris. Sistem dalam pengertian modernisme adalah hubungan rasional dari berbagai unsur yang ada dalam organisasi yang intuisi dan pengalaman individu. Postmodernisme juga menganggap bahwa organisasi sebagai tempat terjadinya negosiasi kekuasaan, dominasi kelompok dan pertarungan kepentingan sehingga perlu adanya rekonstruksi kekuasaan. Untuk itu postmodernisme mencoba memberikan ruang pada munculnya partisipasi anggota organisasi.
B. Landasan Epistemologi Organisasi Pendidikan
1. Pengembangan Studi Organisasi dilihat dari Tradisi Organisasi Stephen W Littlejohn memberikan satu bentuk metafora lain yang mengibaratkan bahwa organisasi adalah sebagai sebuah jaringan (Organizational
Network). Jaringan adalah struktur-struktur sosial yang diciptakan melalui komunikasi di antara individu-individu dan kelompok-kelompok. Sewaktu orang berkomunikasi dengan orang lain, sebenarnya ia sedang membuat kontak-kontak dan pola-pola hubungan dan saluran-saluran ini menjadi instrumen dalam semua bentuk fungsi sosial, dalam organisasi-organisasi dandimasyarakat luas. Organisasi dipahami mampu membangun realita sosial. Jaringan adalah saluran- saluran melalui mana pengaruh dan kekuasaan dijalankan, tidak hanya oleh manajemen dengan cara formal tetapi juga informal diantara para anggota organisasi. sebagai suatu cara untuk mengintegrasikan tiga tradisi dalam studi organisasi. Pertama tradisi posisional, relasional, dan kultural.
Tradisi ini memberikan perhatian pada struktur dan peran-peran formal dalam organisasi. Organisasi dalam pandangan tradisi ini dipandang sebagai sekumpulan posisi seperti administrator, pimpinan dan anggota. Setiap posisi memiliki fungsi-fungsi tertentu. Pendekatan yang dipergunakan oleh tradisi ini adalah pendekatan struktural, yang mendefinisikan sebuah organisasi sebagai sebuah kumpulan yang stabil dari hubungan-hubungan yang didefinisikan secara formal.
Tradisi posisional terdiri dari beberapa teori tentang jaringan-jaringan komunikasi formal. Teori-teori ini cenderung meneliti cara-cara manajemen menggunakan jaringan-jaringan formal untuk mencapai tujuannya.
b. Tradisi Relasional Tradisi ini dibangun diatas asumsi dasar bahwa organisasi terbentuk karena adanya interaksi timbal balik antar individu. oleh karena itu tradisi ini memberikan perhatian pada cara-cara organisasi terbentuk melalui interaksi antar individu-individu. tradisi ini berhubungan dengan cara-cara hubungan- hubunga yang umumnya berkembang dikalangan para partisipan di dalam sebuah organisasi dan bagaimana jaringan muncul dari hubungan-hubungan tersebut. Disini, organisasi dipandang sebagai sebuah sistem yang yang hidup dan mengalami perubahan yang terus menerus dibentuk dan diberi arti melalui interaksi antara anggota-anggotanya.
c. Tradisi Kultural Kajian sentral dalam tradisi ini adalah tentang simbol-simbol dan pengertian yang membentuk suatu organisasi. Tradisi ini memahami bahwa dunia organisasi diciptakan oleh anggotanya dalam cerita-cerita, ritual-ritual, dan pekerjaan tugas. Struktur organisasi sesunguhnya tidak dirancang sebelumnya tetapi muncul dari tindakan-tindakan anggotanya secara informal dalam aktifitas mereka sehari-hari.
Dengan berpijak pada konsep Total Quality Management (TQM) sebagai metode dan filosofi kegiatan pengelolaan yang mengupayakan secara kontinyu pengembangan atau peningkatkan kualitas produk atau jasa dan produktivitas pegawai, Austin dan Reynolds (dalam Paine, Turner dan Pryke,1992,19-22) menyebutkan beberapa karakteristik organisasional sekolah yang efektif sebagai berikut.
Karakteristik organisasional sekolah yang efektif:
a. Lingkungan manajemen yang memiliki otonomi yang memadai, yang memungkinkan seluruh staf berperanserta dalam perencanaan sehingga dapat meningkatkan kerjasama dan dukungan di antara para guru.
b. Kepemimpinan merupakan faktor kunci dalam sekolah yang efektif.
Kepemimpinan yang dimaksud tidak hanya bersandar pada kepala sekolah saja, tetapi seluruh staf seharusnya dapat menyediakan kepemimpinan kurikuler dan instruksional, yang selalu berinisiatif mengembangkan proses pendidikan secara yang lebih efisien dan lebih produktif.
c. Terdapat stabilitas pegawai, yang dikembangkan melalui peningkatan peranserta seluruh pegawai dalam pengembangan berbagai proses dan sistem dalam sekolah. Pengembangan dan peningkatan peranserta tersebut dapat mengembangkan lingkungan kerja di sekolah, dan dapat mendorong stabilitas pegawai.
d. Organisasi dan artikulasi kurikulum dan pengajaran yang sejalan dengan berbagai tujuan dan harapan sekolah. Perencanaan danpengorganisasian yang baik dapat membantu menyediakan kurikulumdan pembelajaran yang merefleksikan tujuan-tujuan sekolah.
e. Pengembangan staf dengan mengikutsertakan yang bersangkutan dalam mengembangkan tujuan-tujuan sekolah.
f. Memaksimumkan waktu belajar di kelas dan mengurangi atau menghilangkan gangguan-gangguan belajar di kelas.
g. Kesadaran tentang sukses akademik yang meluas di kalangan guru dan murid. Dalam hal ini penguatan yang bersifat positip terhadap pencapaian (prestasi atau hasil) yang diperoleh para guru maupun murid akan sangat menguntungkan bagi semangat kerja guru dan motivasi belajar murid, dan keseluruhan.
h. Menekankan komunikasi dengan orangtua dan masyarakat di dalam proses pendidikan, seperti dalam penentuan program sekolah, sistem pelaporan dan sistem kesejahteraan siswa. C. Landasan Aksiologi Organisasi Pendidikan
1. Mamfaat
a. Melalui organisasi pendidikan, kita mampu merencanakan pola pendidikan yang baik dan mengaktualisasikannya terhadap peserta didik.
b. Organisasi pendidikan merupakan suatu wadah bagi anak-anak bangsa memiliki pendidikan yang dapat bermamfaat bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
c. Sebagai alat untuk melaksanakan Fungsi manajemen sekolah (Planing, Organizing, Actuating, and Controling).
d. Mempermudah pemerintah dan para pendidik dalam mengelola pendidikan.
2. Tujuan Organisasi pendidikan :
a. Menyeimbangkan tujuan sistem pendidikan secara makro dan mikro Dalam kaitan dengan tujuan pendidikan, permasalahan dalam penentuan tujuan pendidikan adalah bagaimana cara menyeimbangkan antara tujuan sistem pendidikan secara keseluruhan (bersifat makro) dengan tujuan sekolah (institusional dan kurikuler) dan tujuan yang bersifat individual dari peserta didik. Townsend (1994,27-56) mengemukakan berbagai tujuan pendidikan yang mungkin ingin dicapai oleh suatu sekolah:
1) keterampilan akademik 2) tingkahlaku dan kehadiran di sekolah 3) konsep diri 4) keterampilan kewarganegaraan 5) keterampilan kerja 6) tujuan pendidikan lainnya 7) tujuan-tujuan kemasyarakatan
b. Menciptakan sekolah yang efektif Untuk memahami sekolah yang efektif adalah melihat proses yang berlangsung dalam sekolah, yang dapat memberikan gambaran untuk mengetahui bagaimana cara untuk membuat sekolah berhasil secara efektif sekolah yang efektif sebagai berikut: