BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Kunjungan Balita Ke Posyandu Di Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara Tahun 2012

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Kesehatan merupakan hak azasi manusia dan sekaligus sebagai investasi, Sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas merupakan modal utama atau investasi dalam pembangunan kesehatan. Ukuran kualitas SDM dapat dilihat pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sedangkan ukuran kesejahteraan masyarakat antara lain dapat dilihat pada tingkat kemiskinan dan status gizi masyarakat. Upaya pengembangan kualitas SDM dengan mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak dapat dilaksanakan secara merata apabila sistem pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat dapat dilakukan secara efektif dan efisien dan dapat menjangkau semua sasaran yang membutuhkan layanan (Depkes RI, 2006).

  Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah melalui peningkatan status gizi masyarakat. Status gizi masyarakat merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas hidup dan produktivitas kerja. Angka kematian yang tinggi pada bayi, anak balita, ibu melahirkan dan menurunnya daya kerja fisik, terganggunya perkembangan mental dan kecerdasan jika di telusuri adalah akibat langsung maupun tidak langsung dari kekurangan asupan gizi (Supariasa, 2001)

  Menurut data WHO pada tahun 2010 kematian bayi dan balita di dunia disebabkan oleh pneumonia 19%, diare 18%, malaria 8%, campak 4%, HIV/AIDS 3%, kondisi neonatal termasuk kelahiran prematur, asfiksia dan infeksi 37 %. Dari kematian bayi dan balita tersebut lebih dari 50% nya menderita gizi kurang, oleh karena itu menurunkan kejadian gizi kurang berarti menurunkan angka kematian bayi dan balita (WHO, 2011).

  Menurut data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional pada tahun 2003 Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia mencapai 35/1000 kelahiran hidup menjadi 34/1000 kelahiran hidup pada tahun 2007, angka kematian Balita (AKABA) pada tahun 2003 sebesar 46/1000 kelahiran hidup menjadi 44/1000 kelahiran hidup pada tahun 2007, walaupun ada kecenderungan penurunan pada angka kematian bayi dan angka kematian balita angka tersebut masih jauh dari target Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJM) 2010-2014 dengan indikator dampak tahun 2014 untuk angka kematian bayi menjadi 24/1000 kelahiran hidup dan angka kematian balita 32 / 1000 kelahiran hidup.

  Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 prevalensi status gizi balita dengan berat kurang pada tahun 2010 adalah 17,9% yang terdiri dari 4,9% gizi buruk dan 13% gizi kurang. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007 (18,4%) sudah terjadi penurunan. Penurunan terutama pada terjadi pada prevalensi gizi buruk, turun sebesar 0,5%, sedangkan prevalensi gizi kurang masih tetap sebesar 13.0% bila dibandingkan dengan sasaran MDGs tahun 2015 yaitu 15,5% maka prevalensi berat kurang secara nasional masih harus diturunkan. Sementara prevalensi kependekan (stunting) secara nasional tahun 2010 sebesar 35,6%, ada 15 provinsi memiliki prevalensi stunting di atas angka prevalensi nasional, tetapi bila dibandingkan dengan batas “non public health problem” menurut WHO untuk masalah kependekan sebesar 20 %, maka semua provinsi masih dalam kondisi bermasalah. Kondisi ini cukup memprihatinkan, karena dapat mengancam kualitas sumber daya manusia di masa yang akan datang.

  Keadaan status gizi balita di Sumatera Utara berdasarkan berat badan menurut umur pada tahun 2010 menunjukkan berat kurang pada balita juga masih tinggi dibanding angka nasional yaitu mencapai 21,3 % terdiri dari gizi buruk 7,8 % dan gizi kurang 13,5 % dan prevalensi stunting mencapai 41,3 % (Kemenkes RI, 2010).

  Kondisi status gizi yang buruk pada balita terjadi di berbagai daerah di Sumatera Utara, di Kabupaten Batu Bara terdapat peningkatan persentase kejadian gizi buruk dari 78 di tahun 2008 menjadi 122 pada tahun 2009 (Dinkes Batu Bara, 2010) dan pada tahun 2010 dari 37.906 balita yang ditimbang terdapat 119 gizi kurang dan 29 gizi buruk (Dinkes Provinsi Sumut, 2011).

  Upaya yang dapat dilakukan untuk penanggulangan dan perbaikan gizi adalah dengan meningkatkan peran serta masyarakat melalui posyandu. Kegiatan posyandu diasumsikan sebagai salah satu pendekatan yang tepat untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan balita serta dapat meningkatkan status gizi balita (Adisasmito, 2007 ).

  Posyandu adalah satu bentuk upaya kesehatan yang bersumber daya masyarakat yang merupakan wujud nyata peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Pengembangan posyandu merupakan strategi tepat untuk melakukan pembinaan kelangsungan hidup dan perkembangan anak (Depkes RI, 2006 ).

  Salah satu bentuk peran serta masyakat terhadap upaya kesehatan adalah keaktifan kunjungan ibu membawa balita ke posyandu. Kunjungan ibu di posyandu dengan membawa balitanya sangat mendukung tercapainya salah satu tujuan posyandu yaitu meningkatkan kesehatan ibu dan balita. Namun pemanfaatan posyandu belum berjalan optimal, sampai tahun 2010 diperkirakan ada 266.872 posyandu tersebar di seluruh wilayah Indonesia (Kemenkes RI, 2011).

  Cakupan penimbangan balita di posyandu (D/S) merupakan indikator berkaitan cakupan pelayanan gizi pada balita. Berdasarkan hasil Riskesdas 2010 cakupan penimbangan balita secara nasional menunjukkan bahwa anak umur 6-59 bulan yang ditimbang secara rutin (4 kali atau lebih), ditimbang 1-3 kali dan yang tidak pernah ditimbang berturut-turut sebesar 49,4%, 26,9% dan 23,8% dan cakupan penimbangan balita di Sumatera Utara masih tergolong rendah ( Tabel 1.1).

Tabel 1.1 Persentase Frekuensi Penimbangan Anak 6-59 Bulan Selama Enam Bulan Terakhir Berdasarkan Kelompok Umur

  

di Provinsi Sumatera Utara dan Nasional

Frekuensi Penimbangan

Kelompok Sumatera Utara Nasional

No

  Umur Tidak > 4 1-3 Tidak > 4 Kali 1-3 Kali Pernah Kali Kali Pernah

  1 6-11 bulan 44,7 36,7 18,6 68,6 21,7 9,8 2 12-23 bulan 28,1 40,1 31,8 56,5 26,6 16,9 3 24-35 bulan 51,5 31,3 17,3 48,8 27,2 24,0 4 36-47 bulan 14,1 25,6 60,3 44,2 27,9 27,9 6 48-59 bulan 14,7 21,6 63,7 39,1 27,1 33,8

  Sumber : Riskesdas, 2010

  Data tersebut menunjukkan ada kecenderungan semakin tinggi kelompok umur anak, semakin rendah cakupan penimbangan rutin (4 kali atau lebih), sebaliknya semakin tinggi umur anak semakin tinggi pula persentase anak yang tidak pernah ditimbang dan hal ini mengindikasikan frekuensi kunjungan balita ke posyandu semakin berkurang.

  Perilaku ibu dalam melakukan kunjungan ke posyandu merupakan perilaku yang tampak dari individu. Faktor penentu perilaku individu adalah besarnya intensi individu untuk menampilkan atau tidak perilaku tersebut. Intensi menurut Ajzen (1991) dapat digunakan untuk meramalkan seberapa kuat keinginan individu untuk melakukan perilaku tertentu. Dalam Reason Action Theory (Fishbein dan Ajzen, 1975) digambarkan bahwa intensi merupakan fungsi dari dua determinan, yaitu faktor yang bersifat pribadi yang terlihat dari sikap dan faktor yang mencerminkan pengaruh sosial yaitu norma subjektif. Dalam perkembangan selanjutnya, Ajzen (1988) menyatakan bahwa selain sikap dan norma subjektif, ada faktor ketiga yang juga mempengaruhi yaitu perceived behaviral control. Perceived behavioral control merupakan persepsi individu terhadap kontrol yang dimilikinya sehubungan dengan perilaku tertentu. Jadi, intensi seseorang dapat diramalkan melalui tiga penentu utama; yaitu sikap terhadap perilaku tertentu, norma subjektif yang dimiliki dan

  

perceived behavioral control . Selanjutnya teori ini disebut dengan Theory of Planned

Behavior . Perilaku ibu dalam melakukan kunjungan ke posyandu dipengaruhi oleh

  intensi. Intensi ibu untuk melakukan kunjungan dipengaruhi oleh sikap mereka terhadap posyandu tersebut, mempertimbangkan pengaruh dan dukungan dari orang- orang di lingkungan terdekatnya (significant others) dan dipengaruhi pula oleh persepsi terhadap kendali perilaku oleh faktor pendukung dan penghambat yang dirasakan oleh ibu untuk melakukan kunjungan ke posyandu Berdasarkan penelitian Pamungkas di Kelurahan Grabag Kabupaten

  Magelang tahun 2008 terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan, sikap dan kepercayaan ibu balita terhadap perilaku ibu berkunjung ke posyandu. Dari hasil penelitan Sambas (2002) di Kelurahan Bojongherang Kabupaten Cianjur ada tiga variabel yang berhubungan dengan kunjungan ibu ke posyandu yakni kepemilikan KMS, bimbingan petugas puskesmas dan pembinaaan kader.

  Menurut Karr (1988) dalam Notoatmodjo ada lima faktor penentu perilaku yaitu adanya niat untuk bertindak sehubungan dengan stimulus di luar diri seseorang, dukungan dari masyarakat sekitar, tersedianya informasi yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan oleh seseorang, kebebasan pribadi untuk mengambil keputusan dan kondisi situasi yang memungkinkan untuk bertindak. Perilaku ibu balita untuk melakukan kunjungan ke posyandu juga di pengaruhi oleh kelima faktor tersebut.

  Berdasarkan penelitian Purnamasari (2010) dan Aisyah (2011) dukungan sosial dan dukungan keluarga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap keaktifan kunjungan ibu balita ke posyandu. Menurut Widiastuti (2006) di Kota Denpasar faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan posyandu adalah faktor predisposisi yaitu umur kader dan pengetahuan kader, faktor pendukung yaitu persepsi kader tentang peran toma, petugas, sarana serta dukungan dana, faktor kebutuhan yaitu motivasi kader dan persepsi tentang pentingnya penimbangan balita dan faktor yang paling berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu adalah motivasi kader.

  Kabupaten Batu Bara merupakan kabupaten baru yang dibentuk pada tahun 2007 yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Asahan yang terdiri dari 7 Kecamatan salah satunya adalah Kecamatan Sei Balai, dengan mayoritas pekerjaan penduduknya adalah petani 47,9% dan tingkat pendidikan yang paling banyak adalah tamat SD 140.080 orang. Kabupaten Batu Bara memiliki posyandu sebanyak 507 pada tahun 2009 yang terdiri dari 24,06% posyandu pratama, 61,54% posyandu madya, 0,14% posyandu purnama dan 0,79% posyandu mandiri dengan posyandu aktif 14,40% (Dinkes Kab. Batu Bara, 2010).

  Di Kecamatan Sei Balai pemanfaatan posyandu sebagai sarana untuk pemantauan tumbuh kembang balita dan pelayanan gizi masih belum dimanfaatkan secara optimal, dimana kebanyakan ibu balita yang melakukan kunjungan ke posyandu hanya untuk mendapatkan imunisasi dan pengobatan. Pada tahun 2009 jumlah posyandu di Puskesmas Sei Balai sebanyak 48 posyandu dari seluruh strata, posyandu yang aktif hanya 33 %. Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Sei Balai 19 orang dan petugas gizi hanya 1 orang. Pada waktu pelaksanaan kegiatan posyandu dari jumlah balita 2.699 orang yang ditimbang 2.002 balita yaitu sebesar 74,18 %, sebagian besar dari sasaran posyandu tidak hadir secara rutin bahkan tidak pernah ikut serta dalam kegiatan posyandu sehingga pencapaian kunjungan masih belum mencapai target nasional kunjungan balita ke posyandu yaitu sebesar 90 %. Hal ini menunjukkan bahwa kunjungan balita ke posyandu masih rendah.

  Dari uraian di atas, ternyata banyak faktor yang memengaruhi kunjungan balita ke posyandu. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh faktor sikap, norma subjektif dan perceived behavioral control terhadap intensi kunjungan balita ke posyandu di Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara dengan menggunakan pendekatan analisis jalur.

  1.2 Permasalahan

  Rendahnya cakupan kunjungan ke posyandu yaitu sebesar 74,18% yang masih dibawah target nasional sebesar 90% dipengaruhi oleh berbagai faktor. Bersumber pada hasil-hasil penelitian terdahulu, ditemukan sejumlah faktor yang memengaruhi intensi terhadap kunjungan ibu balita ke posyandu, beberapa faktor tersebut adalah faktor sikap, norma subjektif dan perceived behavioral control, maka permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : “Apakah ada pengaruh sikap, norma subjektif dan perceived behavioral control terhadap kunjungan balita ke posyandu di Kecamatan melalui intensi di Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara”

  1.3 Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Menganalisis pengaruh sikap, norma subjektif dan perceived behavioral

  control terhadap intensi kunjungan balita ke posyandu 2.

  Menganalisis pengaruh langsung sikap, norma subjektif dan perceived behavioral control terhadap kunjungan balita ke posyandu.

  3. Menganalisis pengaruh intensi terhadap kunjungan balita ke posyandu.

  4. Menganalisis pengaruh tidak langsung sikap, norma subjektif dan perceived

  

behavioral control melalui intensi terhadap kunjungan balita ke posyandu

5.

  Menganalisis pengaruh total sikap, norma subjektif, perceived behavioral

  control melalui intensi terhadap kunjungan balita ke posyandu

  1.4 Hipotesis Ada pengaruh sikap, norma subjektif, perceived behavioral control melalui intensi terhadap kunjungan ibu balita ke posyandu.

  1.5 Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dan bahan masukan untuk perumusan kebijakan dan program kerja di Dinas kesehatan Kabupaten Batubara dalam upaya peningkatan kesehatan balita.

Dokumen yang terkait

Analisis Kunjungan Balita Ke Posyandu Di Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara Tahun 2012

0 42 129

Analisis Kunjungan Balita Ke Posyandu di Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara Tahun 2012

3 75 129

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peran Serta Suami Dalam Mendukung Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara 2014

0 0 8

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Implementasi Penanganan Pneumonia pada Balita dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

0 2 8

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Balitaterhadap Kunjungan Ke Posyandu Diwilayah Kerja Puskesmas Tanjung Rejo Kec. Percut Sei Tuankabupaten Deli Serdangtahun 2014

0 0 13

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Evaluasi Dampak Kebijakan Pemekaran Wilayah di Kabupaten Batu Bara

0 0 38

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Keikutsertaan Vasektomi di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2013

0 0 13

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Labuhan Batu

0 0 9

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian - Analisis Kunjungan Balita Ke Posyandu Di Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara Tahun 2012

0 0 44

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Posyandu 2.2.1 Definisi Posyandu - Analisis Kunjungan Balita Ke Posyandu Di Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara Tahun 2012

0 0 33