Analisis Kunjungan Balita Ke Posyandu di Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara Tahun 2012

(1)

ANALISIS KUNJUNGAN BALITA KE POSYANDU DI KECAMATAN SEI BALAI KABUPATEN BATU BARA

TAHUN 2012

TESIS

Oleh

EVA MAHAYANI NASUTION 107032168/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ANALISIS KUNJUNGAN BALITA KE POSYANDU DI KECAMATAN SEI BALAI KABUPATEN BATU BARA

TAHUN 2012

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

EVA MAHAYANI NASUTION 107032168/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Tesis : ANALISIS KUNJUNGAN BALITA

KE POSYANDU DI KECAMATAN SEI BALAI KABUPATEN BATU BARA TAHUN 2012 Nama Mahasiswa : Eva Mahayani Nasution

Nomor Induk Mahasiswa : 107032168

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes) (

Ketua Anggota

Dra. Jumirah, Apt, M.Kes)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 7 Februari 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes Anggota : 1. Dra. Jumirah, Apt, M.Kes

2. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si 3. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes


(5)

PERNYATAAN

ANALISIS KUNJUNGAN BALITA KE POSYANDU DI KECAMATAN SEI BALAI KABUPATEN BATU BARA

TAHUN 2012

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, April 2013

Eva Mahayani Nasution 107032168/IKM


(6)

ABSTRAK

Salah satu bentuk peran serta masyakat terhadap upaya kesehatan adalah keaktifan kunjungan ibu membawa balita ke posyandu. Kunjungan ibu di posyandu dengan membawa balita sangat mendukung tercapainya salah satu tujuan posyandu yaitu meningkatkan kesehatan balita.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh sikap, norma subjektif

perceived behavior control, melalui intensi terhadap kunjungan balita ke posyandu di Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara. Jenis penelitian ini bersifat survei dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah ibu yang mempunyai balita yang berusia 0-59 bulan yang terdaftar dalam catatan Puskesmas Sei Balai sebanyak 2940 orang ibu. Sampel berjumlah 137 orang yang diambil dengan teknik simple random sampling. Analisis data menggunakan uji analisis jalur (path analysis).

Hasil penelitian menunjukkan dari empat variabel sebagai variabel bebas maka variabel intensi yang berpengaruh terhadap kunjungan ibu balita ke posyandu (P=0,001) dengan besaran pengaruh 52,9% dan sisanya 47,1% dipengaruhi oleh faktor lain seperti pendidikan, pendapatan, pekerjaan, umur balita, jumlah anak dan pengetahuan yang tidak diteliti dalam penelitian.

Dari hasil penelitian disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Batu Bara untuk melakukan upaya peningkatan kunjungan balita melalui pengaktifan kegiatan posyandu dan mensosialisasikan manfaatnya kepada ibu-ibu sehingga menimbulkan minat masyarakat mengunjungi posyandu.

Kata Kunci: Sikap, Norma Subjektif, Persepsi Kemampuan Mengontrol, Intensi, Posyandu


(7)

ABSTRACT

One of the form of community participation in health effort is the active visit of mothers taking their children under five years old to the posyandu. The mothers visit to the posyandu taking their children under five years old is very much supportive in achieving the improvement of health of the children as one of the objectives of the posyandu.

The purpose of this survey study with cross sectional approach was to analyze the influence of attitude, subjective norm, and perceived behavioral control trough the intention on the visit of children under five years old to the posyandu in Sei Balai Subdistrict. The population of this study was 2940 mothers with children of 0-59 months registred at Puskesmas Sei Balai, and 137 of mothers were selected to be the samples for this study through simple random sampling technique. The data obtained were analyzed through path analysis.

The result of this study showed that of the 4 (four) independent variables, intention (p=0.001) was variable with the influence of 52,9% on the visit of the mothers of children under five years old to the posyandu, and the remaining 47,1% were influenced by the other factors.

The management of Batu Bara District Health Office is suggested to increase number of visit of the mothers with children under five years old to posyandu through the activation of posyandu activities and socialization of its benefit to the mothers that so the community are interested in visiting the posyandu

Keyword : Attitude, Subjective Norm, Perceived Behavioral Control, Intention, Posyandu


(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Analisis Kunjungan Balita Ke Posyandu di Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara Tahun 2012”.

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H., M.Sc (CTM).,Sp.A.,(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara atas kesempatan penulis menjadi mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu


(9)

Utara yang telah membimbing kami dan memberikan masukan serta saran dalam penyelesaian tesis ini.

5. Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Anggota Komisi pembimbing Dra. Jumirah, Apt, M.Kes atas segala ketulusannya dalam menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan, dorongan, saran dan perhatian selama proses proposal hingga penulisan tesis ini selesai.

6. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si dan Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes, selaku tim penguji yang telah banyak memberikan saran, bimbingan dan perhatian selama penulisan tesis.

7. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batu Bara dan Kepala Puskesmas yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

8. Camat Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara dan Kader Posyandu yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

9. Para Dosen, staf dan semua pihak yang terkait di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(10)

10.Ucapan terima kasih yang tulus saya tujukan kepada Ayahanda H.M. Guntur Maha Nasution dan Ibunda Hj. Asni Lubis serta keluarga besar yang telah telah memberikan dukungan moril serta doa dan motivasi selama penulis menjalani pendidikan

11.Ucapan terima kasih yang tulus juga saya tujukan kepada mertua H. Husin Lubis dan Hj. Rosliana Nasution, S.Pd serta keluarga besar yang telah telah memberikan dukungan moril serta doa dan motivasi selama penulis menjalani pendidikan

12.Teristimewa buat suami tercinta Khairul Arminsyah Lubis dan ananda Zaidan Husen Lubis dan Daffa Amir Husen Lubis berkat merekalah penulis termotivasi untuk menyelesaikan studi ini.

13.Teman-teman seperjuangan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, atas bantuannya dan memberikan semangat dalam penyusunan tesis ini.

Akhirnya saya menyadari segala keterbatasan yang ada. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini, dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, April 2013 Penulis

Eva Mahayani Nasution 107032168/IKM


(11)

RIWAYAT HIDUP

Eva Mahayani Nasution, lahir pada tanggal 2 Maret 1981 di Pakantan Dolok Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara, beragama Islam, anak pertama dari lima bersaudara dari pasangan Ayahanda H.M. Guntur Maha Nasution dan Ibunda Hj. Asni Lubis. Penulis beragama Islam dan bertempat tinggal Jl. Metrologi Medan

Penulis mulai melaksanakan pendidikan dasar di SDN 010174 Sei Balai tamat pada tahun 1992, penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di Negeri 2 Kisaran tamat pada tahun 1995 dan melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Kisaran tamat pada tahun 1998. Dan pada tahun 1998 penulis melanjutkan pendidikan D-III Kebidanan di Akademi Kebidanan Pemko Tebing Tinggi, tamat pada tahun 2001. Tahun 2002 penulis melanjutkan pendidikan D-IV Bidan Pendidik di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan tamat pada tahun 2003.

Penulis mulai bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Politeknik Kesehatan Medan Jurusan Kebidanan mulai tahun 2002 sampai sekarang.

Kemudian pada tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan Pascasarjana Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi Fakulatas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Hipotesis ... 9

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Posyandu... 10

2.1.1 Definisi Posyandu ... 10

2.1.2 Tujuan Posyandu ... 10

2.1.3 Manfaat Posyandu ... 12

2.1.4 Sasaran Pelaksanaan Posyandu ... 15

2.1.5 Persyaratan Pendirian Posyandu ... 15

2.1.6 Lokasi / Letak Posyandu ... 16

2.1.7 Kegiatan Utama Posyandu ... 16

2.1.8 Sistem Lima Meja ... 19

2.1.9 Perkembangan Posyandu ... 20

2.2 Perilaku Kesehatan ... 21

2.2.1 Faktor – faktor yang Memengaruhi Perilaku Kesehatan ... 23

2.2.2 Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Ibu Balita ke Posyandu ... 29

2.3 Landasan Teori ... 42

2.4 Kerangka Konsep ... 42

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 43

3.1 Jenis Penelitian ... 43

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 43


(13)

3.2.2 Waktu Penelitian ... 43

3.3 Populasi dan Sampel ... 44

3.3.1 Populasi ... 44

3.3.2 Sampel ... 44

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 45

3.4.1 Data Primer ... 45

3.4.2 Data Sekunder ... 46

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 46

3.5 Definisi Operasional Variabel ... 50

3.6 Aspek Pengukuran ... 51

3.6.1 Variabel Dependen ... 51

3.6.2 Variabel Dependen ... 51

3.6.3 Variabel Antara ... 51

3.6.4 Aspek Pengukuran ... 51

3.7 Metode Analisis Data ... 52

3.7.1 Prinsip-prinsip Dasar ... 52

3.7.2 Pemodelan Jalur ... 54

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 56

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 56

4.1.1 Keadaan Geografis ... 56

4.1.2 Kependudukan ... 58

4.1.3 Sarana Kesehatan ... 59

4.2 Analisis Univariat ... 60

4.2.1. Karakteristik Responden ... 60

4.2.2 Uji Normalitas ... 61

4.2.3 Gambaran Karakteristik Responden ... 62

4.3 Analisis Bivariat ... 63

4.3.1 Ringkasan Hasil Estimasi Parameter Model ... 65

4.3.2 Diagram Jalur Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, Perceived Behavior Control dan Intensi terhadap Kunjungan Balita ke Posyandu di Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara Tahun 2012 ... 68

4.3.3 Hasil Perhitungan Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, Perceived Behavior Control dan Intensi terhadap Kunjungan Balita ke Posyandu ... 68

BAB 5. PEMBAHASAN ... 72

5.1 Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, Perceived Behavior Control terhadap Intensi tentang Kunjungan Balita ke Posyandu di Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara ... 72


(14)

5.2 Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, Perceived Behavior Control

dan Intensi terhadap Kunjungan Balita ke Posyandu di

Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara ... 75

5.3. Keterbatasan Penelitian ... 81

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 83

6.1 Kesimpulan ... 83

6.2 Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86 LAMPIRAN


(15)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1.1 Persentase Frekuensi Penimbangan Anak 6-59 Bulan Selama Enam Bulan Terakhir Berdasarkan Kelompok Umur di Provinsi Sumatera

Utara dan Nasional ... 4

3.1 Perhitungan Jumlah Sampel Penelitian di Kecamatan Sei Balai ... 45

3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Sikap ... 47

3.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Norma Subjektif ... 48

3.4 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Perceived Behavior Control .. 48

3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Intensi ... 49

3.6 Skala Pengukuran Variabel ... 51

4.1 Jumlah Penduduk di masing-masing Desa ... 58

4.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pendidikan Ibu yang Mempunyai Balita di Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara Tahun 2012 ... 60

4.3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pekerjaan Ibu yang Mempunyai Balita di Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara Tahun 2012 ... 61

4.4 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jumlah Anak Ibu yang Mempunyai Balita di Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara Tahun 2012 ... 61

4.5 Uji Normalitas Variabel Sikap, Norma Subjektif, Perceived Behavior Control, Intensi dan Kunjungan Balita ke Posyandu ... 62

4.6 Gambaran Karakteristik Sikap, Norma Subjektif, Perceived Behavior Control dengan Intensi dan Kunjungan Balita ke Posyandu 62


(16)

(17)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1 Precede Model Lawrence Green (Notoatmodjo, 2010) ... 25

2.2 Teori of Planned Behavior Ajzen (Ramdhani, 2008) ... 26

2.3 Skema Perilaku Notoatmodjo (2005) ... 29

2.4 Theory of Planned Behavior Ajzen (1991)... 42

2.5 Kerangka Konsep Penelitian ... 42


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 90

2 Master Data Penelitian ... 94

3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Instrumen Variabel Sikap, Norma Subjektif, Perceived Behavior Control, dan Intensi ... 97

4 Hasil Statistik ... 102

5 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 108


(19)

ABSTRAK

Salah satu bentuk peran serta masyakat terhadap upaya kesehatan adalah keaktifan kunjungan ibu membawa balita ke posyandu. Kunjungan ibu di posyandu dengan membawa balita sangat mendukung tercapainya salah satu tujuan posyandu yaitu meningkatkan kesehatan balita.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh sikap, norma subjektif

perceived behavior control, melalui intensi terhadap kunjungan balita ke posyandu di Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara. Jenis penelitian ini bersifat survei dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah ibu yang mempunyai balita yang berusia 0-59 bulan yang terdaftar dalam catatan Puskesmas Sei Balai sebanyak 2940 orang ibu. Sampel berjumlah 137 orang yang diambil dengan teknik simple random sampling. Analisis data menggunakan uji analisis jalur (path analysis).

Hasil penelitian menunjukkan dari empat variabel sebagai variabel bebas maka variabel intensi yang berpengaruh terhadap kunjungan ibu balita ke posyandu (P=0,001) dengan besaran pengaruh 52,9% dan sisanya 47,1% dipengaruhi oleh faktor lain seperti pendidikan, pendapatan, pekerjaan, umur balita, jumlah anak dan pengetahuan yang tidak diteliti dalam penelitian.

Dari hasil penelitian disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Batu Bara untuk melakukan upaya peningkatan kunjungan balita melalui pengaktifan kegiatan posyandu dan mensosialisasikan manfaatnya kepada ibu-ibu sehingga menimbulkan minat masyarakat mengunjungi posyandu.

Kata Kunci: Sikap, Norma Subjektif, Persepsi Kemampuan Mengontrol, Intensi, Posyandu


(20)

ABSTRACT

One of the form of community participation in health effort is the active visit of mothers taking their children under five years old to the posyandu. The mothers visit to the posyandu taking their children under five years old is very much supportive in achieving the improvement of health of the children as one of the objectives of the posyandu.

The purpose of this survey study with cross sectional approach was to analyze the influence of attitude, subjective norm, and perceived behavioral control trough the intention on the visit of children under five years old to the posyandu in Sei Balai Subdistrict. The population of this study was 2940 mothers with children of 0-59 months registred at Puskesmas Sei Balai, and 137 of mothers were selected to be the samples for this study through simple random sampling technique. The data obtained were analyzed through path analysis.

The result of this study showed that of the 4 (four) independent variables, intention (p=0.001) was variable with the influence of 52,9% on the visit of the mothers of children under five years old to the posyandu, and the remaining 47,1% were influenced by the other factors.

The management of Batu Bara District Health Office is suggested to increase number of visit of the mothers with children under five years old to posyandu through the activation of posyandu activities and socialization of its benefit to the mothers that so the community are interested in visiting the posyandu

Keyword : Attitude, Subjective Norm, Perceived Behavioral Control, Intention, Posyandu


(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak azasi manusia dan sekaligus sebagai investasi, Sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas merupakan modal utama atau investasi dalam pembangunan kesehatan. Ukuran kualitas SDM dapat dilihat pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sedangkan ukuran kesejahteraan masyarakat antara lain dapat dilihat pada tingkat kemiskinan dan status gizi masyarakat. Upaya pengembangan kualitas SDM dengan mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak dapat dilaksanakan secara merata apabila sistem pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat dapat dilakukan secara efektif dan efisien dan dapat menjangkau semua sasaran yang membutuhkan layanan (Depkes RI, 2006).

Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah melalui peningkatan status gizi masyarakat. Status gizi masyarakat merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas hidup dan produktivitas kerja. Angka kematian yang tinggi pada bayi, anak balita, ibu melahirkan dan menurunnya daya kerja fisik, terganggunya perkembangan mental dan kecerdasan jika di telusuri adalah akibat langsung maupun tidak langsung dari kekurangan asupan gizi (Supariasa, 2001)

Menurut data WHO pada tahun 2010 kematian bayi dan balita di dunia disebabkan oleh pneumonia 19%, diare 18%, malaria 8%, campak 4%, HIV/AIDS 3%, kondisi neonatal termasuk kelahiran prematur, asfiksia dan infeksi 37 %. Dari


(22)

kematian bayi dan balita tersebut lebih dari 50% nya menderita gizi kurang, oleh karena itu menurunkan kejadian gizi kurang berarti menurunkan angka kematian bayi dan balita (WHO, 2011).

Menurut data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional pada tahun 2003 Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia mencapai 35/1000 kelahiran hidup menjadi 34/1000 kelahiran hidup pada tahun 2007, angka kematian Balita (AKABA) pada tahun 2003 sebesar 46/1000 kelahiran hidup menjadi 44/1000 kelahiran hidup pada tahun 2007, walaupun ada kecenderungan penurunan pada angka kematian bayi dan angka kematian balita angka tersebut masih jauh dari target Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJM) 2010-2014 dengan indikator dampak tahun 2014 untuk angka kematian bayi menjadi 24/1000 kelahiran hidup dan angka kematian balita 32 / 1000 kelahiran hidup.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 prevalensi status gizi balita dengan berat kurang pada tahun 2010 adalah 17,9% yang terdiri dari 4,9% gizi buruk dan 13% gizi kurang. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007 (18,4%) sudah terjadi penurunan. Penurunan terutama pada terjadi pada prevalensi gizi buruk, turun sebesar 0,5%, sedangkan prevalensi gizi kurang masih tetap sebesar 13.0% bila dibandingkan dengan sasaran MDGs tahun 2015 yaitu 15,5% maka prevalensi berat kurang secara nasional masih harus diturunkan. Sementara prevalensi kependekan (stunting) secara nasional tahun 2010 sebesar 35,6%, ada 15 provinsi memiliki prevalensi stunting di atas angka prevalensi nasional, tetapi bila dibandingkan dengan batas “non public health problem” menurut


(23)

WHO untuk masalah kependekan sebesar 20 %, maka semua provinsi masih dalam kondisi bermasalah. Kondisi ini cukup memprihatinkan, karena dapat mengancam kualitas sumber daya manusia di masa yang akan datang.

Keadaan status gizi balita di Sumatera Utara berdasarkan berat badan menurut umur pada tahun 2010 menunjukkan berat kurang pada balita juga masih tinggi dibanding angka nasional yaitu mencapai 21,3 % terdiri dari gizi buruk 7,8 % dan gizi kurang 13,5 % dan prevalensi stunting mencapai 41,3 % (Kemenkes RI, 2010). Kondisi status gizi yang buruk pada balita terjadi di berbagai daerah di Sumatera Utara, di Kabupaten Batu Bara terdapat peningkatan persentase kejadian gizi buruk dari 78 di tahun 2008 menjadi 122 pada tahun 2009 (Dinkes Batu Bara, 2010) dan pada tahun 2010 dari 37.906 balita yang ditimbang terdapat 119 gizi kurang dan 29 gizi buruk (Dinkes Provinsi Sumut, 2011).

Upaya yang dapat dilakukan untuk penanggulangan dan perbaikan gizi adalah dengan meningkatkan peran serta masyarakat melalui posyandu. Kegiatan posyandu diasumsikan sebagai salah satu pendekatan yang tepat untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan balita serta dapat meningkatkan status gizi balita (Adisasmito, 2007 ).

Posyandu adalah satu bentuk upaya kesehatan yang bersumber daya masyarakat yang merupakan wujud nyata peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Pengembangan posyandu merupakan strategi tepat untuk melakukan pembinaan kelangsungan hidup dan perkembangan anak (Depkes RI, 2006 ).


(24)

Salah satu bentuk peran serta masyakat terhadap upaya kesehatan adalah keaktifan kunjungan ibu membawa balita ke posyandu. Kunjungan ibu di posyandu dengan membawa balitanya sangat mendukung tercapainya salah satu tujuan posyandu yaitu meningkatkan kesehatan ibu dan balita. Namun pemanfaatan posyandu belum berjalan optimal, sampai tahun 2010 diperkirakan ada 266.872 posyandu tersebar di seluruh wilayah Indonesia (Kemenkes RI, 2011).

Cakupan penimbangan balita di posyandu (D/S) merupakan indikator berkaitan cakupan pelayanan gizi pada balita. Berdasarkan hasil Riskesdas 2010 cakupan penimbangan balita secara nasional menunjukkan bahwa anak umur 6-59 bulan yang ditimbang secara rutin (4 kali atau lebih), ditimbang 1-3 kali dan yang tidak pernah ditimbang berturut-turut sebesar 49,4%, 26,9% dan 23,8% dan cakupan penimbangan balita di Sumatera Utara masih tergolong rendah ( Tabel 1.1).

Tabel 1.1 Persentase Frekuensi Penimbangan Anak 6-59 Bulan Selama Enam Bulan Terakhir Berdasarkan Kelompok Umur

di Provinsi Sumatera Utara dan Nasional

No Kelompok Umur

Frekuensi Penimbangan

Sumatera Utara Nasional

> 4 Kali 1-3 Kali Tidak Pernah

> 4 Kali

1-3 Kali

Tidak Pernah 1 6-11 bulan 44,7 36,7 18,6 68,6 21,7 9,8 2 12-23 bulan 28,1 40,1 31,8 56,5 26,6 16,9 3 24-35 bulan 51,5 31,3 17,3 48,8 27,2 24,0 4 36-47 bulan 14,1 25,6 60,3 44,2 27,9 27,9 6 48-59 bulan 14,7 21,6 63,7 39,1 27,1 33,8

Sumber : Riskesdas, 2010

Data tersebut menunjukkan ada kecenderungan semakin tinggi kelompok umur anak, semakin rendah cakupan penimbangan rutin (4 kali atau lebih),


(25)

sebaliknya semakin tinggi umur anak semakin tinggi pula persentase anak yang tidak pernah ditimbang dan hal ini mengindikasikan frekuensi kunjungan balita ke posyandu semakin berkurang.

Perilaku ibu dalam melakukan kunjungan ke posyandu merupakan perilaku yang tampak dari individu. Faktor penentu perilaku individu adalah besarnya intensi individu untuk menampilkan atau tidak perilaku tersebut. Intensi menurut Ajzen (1991) dapat digunakan untuk meramalkan seberapa kuat keinginan individu untuk melakukan perilaku tertentu. Dalam Reason Action Theory (Fishbein dan Ajzen, 1975) digambarkan bahwa intensi merupakan fungsi dari dua determinan, yaitu faktor yang bersifat pribadi yang terlihat dari sikap dan faktor yang mencerminkan pengaruh sosial yaitu norma subjektif. Dalam perkembangan selanjutnya, Ajzen (1988) menyatakan bahwa selain sikap dan norma subjektif, ada faktor ketiga yang juga mempengaruhi yaitu perceived behaviral control. Perceived behavioral control

merupakan persepsi individu terhadap kontrol yang dimilikinya sehubungan dengan perilaku tertentu. Jadi, intensi seseorang dapat diramalkan melalui tiga penentu utama; yaitu sikap terhadap perilaku tertentu, norma subjektif yang dimiliki dan

perceived behavioral control. Selanjutnya teori ini disebut dengan Theory of Planned

Behavior. Perilaku ibu dalam melakukan kunjungan ke posyandu dipengaruhi oleh

intensi. Intensi ibu untuk melakukan kunjungan dipengaruhi oleh sikap mereka terhadap posyandu tersebut, mempertimbangkan pengaruh dan dukungan dari orang-orang di lingkungan terdekatnya (significant others) dan dipengaruhi pula oleh


(26)

persepsi terhadap kendali perilaku oleh faktor pendukung dan penghambat yang dirasakan oleh ibu untuk melakukan kunjungan ke posyandu

Berdasarkan penelitian Pamungkas di Kelurahan Grabag Kabupaten Magelang tahun 2008 terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan, sikap dan kepercayaan ibu balita terhadap perilaku ibu berkunjung ke posyandu. Dari hasil penelitan Sambas (2002) di Kelurahan Bojongherang Kabupaten Cianjur ada tiga variabel yang berhubungan dengan kunjungan ibu ke posyandu yakni kepemilikan KMS, bimbingan petugas puskesmas dan pembinaaan kader.

Menurut Karr (1988) dalam Notoatmodjo ada lima faktor penentu perilaku yaitu adanya niat untuk bertindak sehubungan dengan stimulus di luar diri seseorang, dukungan dari masyarakat sekitar, tersedianya informasi yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan oleh seseorang, kebebasan pribadi untuk mengambil keputusan dan kondisi situasi yang memungkinkan untuk bertindak. Perilaku ibu balita untuk melakukan kunjungan ke posyandu juga di pengaruhi oleh kelima faktor tersebut.

Berdasarkan penelitian Purnamasari (2010) dan Aisyah (2011) dukungan sosial dan dukungan keluarga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap keaktifan kunjungan ibu balita ke posyandu. Menurut Widiastuti (2006) di Kota Denpasar faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan posyandu adalah faktor predisposisi yaitu umur kader dan pengetahuan kader, faktor pendukung yaitu persepsi kader tentang peran toma, petugas, sarana serta dukungan dana, faktor kebutuhan yaitu


(27)

motivasi kader dan persepsi tentang pentingnya penimbangan balita dan faktor yang paling berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu adalah motivasi kader.

Kabupaten Batu Bara merupakan kabupaten baru yang dibentuk pada tahun 2007 yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Asahan yang terdiri dari 7 Kecamatan salah satunya adalah Kecamatan Sei Balai, dengan mayoritas pekerjaan penduduknya adalah petani 47,9% dan tingkat pendidikan yang paling banyak adalah tamat SD 140.080 orang. Kabupaten Batu Bara memiliki posyandu sebanyak 507 pada tahun 2009 yang terdiri dari 24,06% posyandu pratama, 61,54% posyandu madya, 0,14% posyandu purnama dan 0,79% posyandu mandiri dengan posyandu aktif 14,40% (Dinkes Kab. Batu Bara, 2010).

Di Kecamatan Sei Balai pemanfaatan posyandu sebagai sarana untuk pemantauan tumbuh kembang balita dan pelayanan gizi masih belum dimanfaatkan secara optimal, dimana kebanyakan ibu balita yang melakukan kunjungan ke posyandu hanya untuk mendapatkan imunisasi dan pengobatan. Pada tahun 2009 jumlah posyandu di Puskesmas Sei Balai sebanyak 48 posyandu dari seluruh strata, posyandu yang aktif hanya 33 %. Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Sei Balai 19 orang dan petugas gizi hanya 1 orang. Pada waktu pelaksanaan kegiatan posyandu dari jumlah balita 2.699 orang yang ditimbang 2.002 balita yaitu sebesar 74,18 %, sebagian besar dari sasaran posyandu tidak hadir secara rutin bahkan tidak pernah ikut serta dalam kegiatan posyandu sehingga pencapaian kunjungan masih belum mencapai target nasional kunjungan balita ke posyandu yaitu sebesar 90 %. Hal ini menunjukkan bahwa kunjungan balita ke posyandu masih rendah.


(28)

Dari uraian di atas, ternyata banyak faktor yang memengaruhi kunjungan balita ke posyandu. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh faktor sikap, norma subjektif dan perceived behavioral control terhadap intensi kunjungan balita ke posyandu di Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara dengan menggunakan pendekatan analisis jalur.

1.2 Permasalahan

Rendahnya cakupan kunjungan ke posyandu yaitu sebesar 74,18% yang masih dibawah target nasional sebesar 90% dipengaruhi oleh berbagai faktor. Bersumber pada hasil-hasil penelitian terdahulu, ditemukan sejumlah faktor yang memengaruhi intensi terhadap kunjungan ibu balita ke posyandu, beberapa faktor tersebut adalah faktor sikap,norma subjektif dan perceived behavioral control, maka permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

“Apakah ada pengaruh sikap, norma subjektif dan perceived behavioral control terhadap kunjungan balita ke posyandu di Kecamatan melalui intensi di Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara”

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Menganalisis pengaruh sikap, norma subjektif dan perceived behavioral control terhadap intensi kunjungan balita ke posyandu

2. Menganalisis pengaruh langsung sikap, norma subjektif dan perceived behavioral control terhadap kunjungan balita ke posyandu.


(29)

3. Menganalisis pengaruh intensi terhadap kunjungan balita ke posyandu.

4. Menganalisis pengaruh tidak langsung sikap, norma subjektif dan perceived behavioral control melalui intensi terhadap kunjungan balita ke posyandu 5. Menganalisis pengaruh total sikap, norma subjektif, perceived behavioral

control melalui intensi terhadap kunjungan balita ke posyandu

1.4 Hipotesis

Ada pengaruh sikap, norma subjektif, perceived behavioral control melalui intensi terhadap kunjungan ibu balita ke posyandu.

1.5Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dan bahan masukan untuk perumusan kebijakan dan program kerja di Dinas kesehatan Kabupaten Batubara dalam upaya peningkatan kesehatan balita.


(30)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Posyandu

2.2.1 Definisi Posyandu

Posyandu merupakan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi (Kemenkes RI, 2011b).

Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih tekhnologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini (Runjati, 2011).

Posyandu adalah satu bentuk upaya kesehatan yang bersumber daya masyarakat yang merupakan wujud nyata peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Pengembangan posyandu merupakan strategi tepat untuk melakukan pembinaan kelangsungan hidup dan perkembangan anak (Depkes RI, 2006).

2.1.2 Tujuan Posyandu

Sejalan dengan perkembangan paradigma pembangunan, telah ditetapkan arah kebijakan pembangunan kesehatan, yang tertuang dalam Rencana Pembangunan


(31)

Jangka Menengah (RPJM) 2010-2014 Bidang Kesehatan. Kondisi pembangunan kesehatan diharapkan telah mampudmewujudkan kesejahteraan masyarakat yang ditunjukkan dengan membaiknya berbagai indikator pembangunan Sumber Daya Manusia dengan tetap lebih mengutamakan pada upaya preventif, promotif serta pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam bidang kesehatan. Salah satu bentuk upaya pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah menumbuhkembangkan Posyandu. Maka tujuan posyandu disusun sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

Menunjang percepatan angka kematian Ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian anak balita (AKABA) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat (Kemenkes RI, 2011b)

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatkan peran masyarakat dalam penyelengaraan upaya pelayanan kesehatan dasar terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.

b. Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelengaraan posyandu terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.

c. Meningkatnya cakupan dan jangkauan kemampuan pelayanan kesehatan dasar terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA (Kemenkes RI, 2011b).


(32)

2.1.3 Manfaat Posyandu A. Bagi Masyarakat

a. Memperoleh kemudahan bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan dasar terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA

b. Memperoleh layanan secara professional terutama pemecahan masalah kesehatan terutama terkait kesehatan ibu dan anak

c. Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar terpadu dan pelayanan dasar sosial setor lain terkait (Kemenkes RI, 2011).

Posyandu memiliki banyak manfaat untuk masyarakat, diantaranya :

1. Mendukung perbaikan perilaku, keadaan gizi dan kesehatan keluarga sehingga : a. Keluarga menimbang balitanya setiap bulan agar terpantau pertumbuhannya. b. Bayi 6-11 bulan memperoleh 1 kapsul vitamin A warna biru (100.000 SI) c. Anak 12-59 bulan memperoleh kapsul vitamin A warna merah (200.000 SI)

setiap enam bulan (Februari dan Agustus)

d. Bayi umur 0-11 bulan memperoleh imunisas memperoleh imunisasi Hepatitis B 4 kali, BCG 1 kali, Polio 4 Kali, DPT 3 kali dan campak 1 kali

e. Bayi diberi ASI saja sejak lahir sampai umur 6 bulan (ASI Eksklusif ) f. Bayi mulai umur 6 bulan diberikan makanan pendamping ASI.

g. Pemberian ASI dilanjutkan sampai umur dua tahun atau lebih h. Bayi/ anak yang diare segera berikan :


(33)

- Makanan seperti biasa

- Larutan oralit dan minum air lebih banyak i. Ibu hamil minum 1 tablet tambah darah setiap hari

j. Ibu hamil mau meriksakan diri secara teratur dan mau melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan

k. Ibu hamil dan wanita usia subur (WUS) mendapat imunisasi tetanus toxoid (TT) setelah melalui penapisan TT

l. Setelah melahirkan ibu segera melaksanakan IMD

m. Ibu hamil minum 2 kapsul vitamin A warna merah (200.000 SI)

n. Ibu hamil, ibu nifas dan menyusui makan hidangan bergizi lebih banyak saat sebelum hamil

o. Keluarga menggunakan garam beryodium setiap kali memasak

p. Keluarga mengkonsumsi pangan/makanan beragam, bergizi dan seimbang q. Keluarga memanfaatkan pekarangan sebagai warung hidup, meningkatkan

gizi keluarga

Dengan melaksakan perilaku diatas maka diharapkan : a. Balita naik berat badannya setiap bulan

b. Balita tidak menderita kekurangan gizi

c. Bayi terlindung dari penyakit berbahaya yang dapat dicegah dengan imunisasi d. Ibu hamil tidak menderita kurang darah

e. Bayi lahir tidak menderita GAKY


(34)

g. WUS tidak menderita kurang energi kronis

h. Masyarakat semakin menyadari pentingnya gizi dan kesehatan i. Menurunkan jumlah kematian ibu dan balita

2. Mendukung perilaku hidup bersih dan sehat

3. Mendukung pencegahan penyakit yang berbasis lingkungan dan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi

4. Mendukung pelayanan keluarga berencana sehingga PUS menjadi peserta KB dan dapat memilih alat kontrasepsi jangka pendek atau jangka panjang yang cocok dan tepat penggunaanya.

5. Mendukung pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam penganekaragaman pangan melalui pemanfataan pekarangan untuk memotivasi kelompok dasa wisma berperan aktif (Kemenkes RI, 2011a).

B. Bagi Kader, Pengurus Posyandu dan Tokoh Masyarakat

a. Mendapatkan informasi terlebih dahulu tentang upaya kesehatan yang terkait dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.

b. Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan terkait dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA (Kemenkes RI, 2011b).

C. Bagi Puskesmas

a. Optimalisasi fungsi puskesmas sebagai penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan


(35)

perseorangan primer dan pusat pelayanan kesehatan kesehatan masyarakat primer.

b. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah kesehatan sesuai kondisi setempat.

c. Mendekatkan akses pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat. D. Bagi Sektor Lain

a. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah kesehatan dan sosial dasar lainnya, terutama terkait dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA sesuai kondisi setempat.

b. Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu sesuai tugas pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing sektor.

2.1.4 Sasaran Pelaksanaan Posyandu

Sasarannya antara lain adalah seluruh masyarakat/keluarga utamanya adalah bayi baru lahir, balita, ibu hami, ibu menyusui, Pasangan Usia Subur (PUS) (Kemenkes RI, 2011b).

2.1.5. Persyaratan Pendirian Posyandu

Menurut Runjati (2011) untuk mendirikan Posyandu mempunyai persyaratan antara lain yaitu :

a. Penduduk RW tersebut paling sedikit terdapat 100 orang balita. b. Terdiri dari 120 kepala keluarga.


(36)

d. Jarak antara kelompok rumah, jumlah KK dalam satu tempat atau kelompok tidak terlalu jauh.

2.1.6 Lokasi/Letak Posyandu

Menurut Runjati (2011) mempunyai kriteria sebagai berikut yaitu : a. Berada di tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat. b. Ditentukan oleh masyarakat itu sendiri.

c. Dapat merupakan lokal tersendiri.

d. Bila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan dirumah penduduk, balai rakyat, pos RT/RW atau pos lainnya.

2.1.7 Kegiatan Utama Posyandu

Kegiatan di posyandu seperti yang dijelaskan oleh Kemenkes RI (2011a) meliputi kegiatan pemantauan tumbuh kembang balita, pelayanan kesehatan ibu dan anak seperti : imunisasi untuk pencegahan penyakit, penanggulangan diare, pelayanan KB, penyuluhan dan konseling, rujukan konseling bila diperlukan.

Kegiatan posyandu dilaksanakan oleh kader yang difasilitasi petugas dengan kegiatan :

a. Persiapan Pelaksanaan Posyandu

1. Menyebarluaskan hari buka posyandu melalui pertemuan warga setempat (majelis taklim, kebaktian, pertemuan keagamaan lainnya, arisan dan lain lain)

Kader dapat mengajak sasaran untuk datang ke posyandu dengan bantuan tokoh masyarakat atau tokoh agama setempat. Fasilitas umum seperti sarana


(37)

ibadah dapat dijadikan sarana untuk menyebarluaskan informasi hari buka posyandu

2. Mempersiapkan tempat pelaksanaan posyandu 3. Mempersiapkan sarana posyandu

Kebutuhan sarana berupa KMS/Buku KIA, alat timbang (dacin dan sarung). Pita LILA, obat gizi (kapsul vitamin A, tablet tambah darah, oralit), alat bantu penyuluhan, buku pencatatan dan pelaporan lainnya.

4. Melakukan pembagian tugas antar kader

Pembagian tugas dilakukan sesuai dengan langkah kegiatan yang dilakukan seperti pendaftaran, pencatatan, penyuluhan dan pelayanan yang dapat dilakukan oleh kader.

5. Kader berkoordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas lainnya

Kader berkoordinasi dengan petugas kesehatan lainnya terkait dengan sasaran, tindak lanjut, dari kegiatan posyandu dan rencana kegiatan berikutnya.

6. Mempersiapkan bahan PMT penyuluhan b. Pelaksanaan Posyandu

1. Pendaftraran

- Pendaftaran balita - Pendafataran ibu hamil - Pendaftaran PUS 2. Penimbangan


(38)

- Menimbang balita

- Pengukuran LILA pada ibu hamil dan WUS 3. Pencatatan

- Balita

Pada penimbangan pertama, mengisi kolom identitas yang tersedia pada KMS/buku KIA, mencantumkan bulan lahir dan bulan penimbangan anak, hasil penimbangan di catat dan buat garis pertumbuhanan anak, catat kejadian yang dialami anak daalam KMS dan menyalin semua data dalam SIP

- Ibu hamil

hasil penimbangan berat badan dan pengukuran LILA ibu hamil dicatat dalam buku KIA dan register ibu hamil (SIP)

- PUS/WUS

Hasil pengukuran LILA pada WUS dicatat pada register PUS/WUS 4. Penyuluhan

- Penyuluhan pada balita

Penyuluhan pada balita didasarkan pada umur, hasil penimbangan dan kondisi anak. Balita yang berat badannya tidak naik 2 kali berturut-turut atau BGM segera dirujuk ke petugas kesehatan

- Penyuluhan pada ibu hamil - Penyuluhan pada ibu Nifas - Penyuluhan pada PUS


(39)

5. Pelayanan kesehatan dan KB

c. Kegiatan Diluar Hari Buka Posyandu

- Kunjungan rumah pada balita yang tidak hadir pada hari posyandu, yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk

- Menggerakkan masyarakat ikut serta dalam kegiatan posyandu termasuk penggalangan dana

- Memfasilitasi masyarakat memanfaatkan pekarangan untuk meningkatkan gizi keluarga

- Membantu petugas dalam pendataan, penyuluhan dan peragaan keterampilan dalam upaya peningkatan peran serta masyarakat.

2.1.8 Sistem Lima Meja

Posyandu mempunyai sistem lima meja yaitu : a. Meja I

Pada meja I dilakukan pencatatan atau pendaftaran. b. Meja II

Pada meja II dilakukan penimbangan balita dan ibu hamil. c. Meja III

Pada meja III dilakukan penerangan dan pendidikan d. Meja IV


(40)

e. Meja V

Pelayanan kesehatan (pemeriksaan hamil, imunisasi balita, anak dan ibu hamil, program keluarga berencana dan pemberian tablet besi dan vit.A) (Runjati, 2011).

2.1.9 Perkembangan Posyandu

Makin banyaknya posyandu mendorong terjadinya variasi tingkat perkembangan yang beragam. Ada sebagian posyandu yang telah mencapai tingkat perkembangan yang sangat maju, disisi lain masih banyak posyandu yang tinggal papan nama saja.

Menurut Runjati (2011) kategorisasi atau stratifikasi posyandu baik dari pengorganisasian maupun pencapaian dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu :

1. Posyandu Pratama adalah posyandu yang belum mantap yang frekuensi penimbangan kurang dari 8 kali pertahun, kader aktifnya kurang dari 5 orang, pencapaian cakupan kurang dari 50%, tidak ada program tambahan, serta belum ada dana sehat.

2. Posyandu Madya adalah posyandu dengan kegiatan yang lebih teratur, pelaksanaan kegitan lebih dari 8 kali pertahun dan jumlah kader rata-rata 5 orang atau lebih, pencapaian 5 cakupan program kurang dari 50%, belum ada program tambahan, serta belum ada dana sehat.

3. Posyandu purnama adalah posyandu dengan frekuensi penimbangan 8 kali pertahun dan jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, pencapaian 5 cakupan


(41)

program lebih dari 50%, sudah ada program tambahan, serta sudah ada dana sehat kurang dari 50% kepala keluarga.

4. Posyandu mandiri adalah posyandu dengan frekuensi penimbangan lebih darai 8 kali pertahun dan jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, pencapaian 5 cakupan program lebih dari 50%, sudah ada program tambahan, serta sudah ada dana sehat lebih dari 50% kepala keluarga.

Dari konsep diatas, dapat disimpulkan beberapa indikator sebagai penentu jenjang antar strata Posyandu adalah :

1. Jumlah buka Posyandu pertahun. 2. Jumlah kader yang bertugas. 3. Cakupan kegiatan.

4. Program tambahan. 5. Dana sehat/JPKM.

Posyandu akan mencapai strata Posyandu Mandiri sangat tergantung kepada kemampuan, keterampilan diiringi rasa memiliki serta tanggungjawab kader PKK, LKMD sebagai pengelola dan masyarakat sebagai pemakai dari pendukung Posyandu.

2.2Perilaku Kesehatan

Dari aspek biologis perilaku adalah kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Perilaku manusia merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, jadi perilaku manusia pada hakekatnya


(42)

adalah suatu kegiatan atau aktivitas dari pada manusia itu sendiri seperti berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian dan lain sebagainya. Bahkan kegiatan internal seperti berpikir, berpersepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Skinner (1938), mengemukakan bahwa perilaku manusia adalah merupakan hasil hubungan antara rangsangan (stimulus) dan tanggapan (respon).

Sejalan dengan batasan perilaku menurut Skinner (1938) dalam Notoatmodjo Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Dengan kata lain perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang dapat diamati (observable)

maupun yang tidak dapat diamati (unobservable) yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.

Respon atau reaksi manusia dibedakan menjadi dua kelompok yaitu yang bersifat pasif dan bersifat aktif. Bersifat pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap), bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice). Perilaku terhadap pelayanan kesehatan adalah respon seseorang terhadap pelayanan kesehatan baik pelayanan kesehatan yang modern maupun pelayanan kesehatan yang tradisional. Perilaku ini menyakut respon terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan dan obat-obatannya, yang terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan pengguna fasilitas, petugas dan obat-obatan. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam dan dari luar individu itu sendiri. Faktor-faktor


(43)

tersebut antara lain; susunan saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, proses belajar, lingkungan dan sebagainya (Notoatmadjo, 2010).

2.2.1 Faktor – faktor yang Memengaruhi Perilaku Kesehatan

Green (1980) menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan, kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu :

a. Faktor perilaku (behavioral causes)

b. Faktor diluar perilaku (non behavioral causes)

Selanjutnya faktor perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), faktor-faktor pemungkin (enabling factors)

dan faktor-faktor penguat (reinforcing factors). Faktor-faktor predisposisimencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya. Hal di atas dapat berkaitan dengan kunjungan ibu balita ke posyandu pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut tentang pemanfaatan posyandu bagi tumbuh kembang balitanya, kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat ibu untuk melakukan kunjungan ke posyandu. Sebagai contoh perilaku ibu mengunjungi posyandu membawa anak balitanya, akan dipermudah jika ibu tahu apa manfaat membawa anak ke posyandu. Demikian juga, perilaku tersebut akan dipermudah jika ibu yang bersangkutan mempunyai sikap yang positif terhadap posyandu. Kepercayaan, tradisi sistem, nilai dimasyarakat setempat


(44)

juga dapat mempermudah (positif) atau mempersulit (negatif) terjadinya perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2005).

Faktor-faktor pemungkin mencakup ketersedian sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi dan sebagainya, termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit, Poliklinik, Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, dokter atau bidan praktek swasta dan sebagainya. Untuk perilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung, pada kunjungan ibu balita ke posyandu juga dipengaruhi oleh faktor pemungkin dimana ibu mungkin enggan melaksanakan kunjungan ke posyandu karena jarak posyandu yang jauh, atau fasilitas posyandu yang tidak lengkap.

Fasilitas ini pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin. Faktor-faktor penguat meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan dan undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas terutama petugas kesehatan. Di samping itu undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut. Demikian juga halnya dengan kunjungan ibu balita ke posyandu selain dukungan dari


(45)

petugas, tokoh masyarakat keaktifan dan dukungan kader, juga diperlukan peraturan atau perundang-undangan yang mengharuskan ibu balita membawa anaknya ke posyandu. Menurut Green dan Marshall (2005), yang di kutip Notoatmodjo (2003), mengatakan Faktor penguat dapat bersifat positif atau negatif, tergantung dari sikap dan perilaku orang didalam lingkungannya. Sebagai contoh, dalam program posyandu dimana yang menjadi penguat adalah lurah/kepala desa, petugas kesehatan/puskesmas, ketua PKK dan kader kesehatan.

Model ini digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Precede Model Lawrence Green (Notoatmodjo, 2010)

Ajzen (1988) dalam Ramadhani (2008) menambahkan konstruk ke dalam

Theory of Planned Behavior (TPB) yaitu kontrol perilaku yang dipersepsi (perceived

behavioral control). Konstruk ini ditambahkan dalam upaya memahami keterbatasan

yang dimiliki individu dalam rangka melakukan perilaku tertentu. Dengan kata lain, dilakukan atau tidak dilakukannya suatu perilaku tidak hanya ditentukan oleh sikap dan norma subjektif semata, tetapi juga persepsi individu terhadap kontrol yang dapat dilakukannya yang bersumber pada keyakinannya terhadap kontrol tersebut (control

Reinforcing factors

Predisposing factors

Enabling factors


(46)

beliefs). Secara lebih lengkap Ajzen (2005) menambahkan faktor latar belakang individu ke dalam Planned Behavior Theory, sehingga secara skematik Planned

Behavior Theory dilukiskan sebagaimana pada Gambar 2.2 :

Gambar 2.2 Theory of Planned Behavior Ajzen (2006)

Model teoritik dari Teori Planned Behavior (perilaku yang direncanakan) mengandung berbagai variabel yaitu :

1. Keyakinan Perilaku atau behavioral belief yaitu hal-hal yang diyakini oleh individu mengenai sebuah perilaku dari segi positif dan negatif, sikap terhada perilaku atau kecenderungan untuk bereaksi secara afektif terhadap suatu perilaku, dalam bentuk suka atau tidak suka pada perilaku tersebut.

2. Keyakinan Normatif (normative beliefs), yang berkaitan langsung dengan pengaruh lingkungan yang secara tegas dikemukakan oleh Lewin dalam Field

Theory. Pendapat Lewin ini digaris bawahi juga oleh Ajzen melalui PBT.

Behavioral Beliefs

Attitude Toward the Behavior

Normative Beliefs

Subjective norms

Control beliefs

Perceived Behavior Control


(47)

Menurut Ajzen, faktor lingkungan sosial khususnya orang-orang yang berpengaruh bagi kehidupan individu (significant others) dapat mempengaruhi keputusan individu.

3. Norma subjektif (subjective norms) adalah sejauh mana seseorang memiliki motivasi untuk mengikuti pandangan orang terhadap perilaku yang akan dilakukannya (normative belief). Kalau individu merasa itu adalah hak pribadinya untuk menentukan apa yang akan dia lakukan, bukan ditentukan oleh orang lain disekitarnya, maka dia akan mengabaikan pandangan orang tentang perilaku yang akan dilakukannya. Fishbein & Ajzen (1975) menggunakan istilah motivation to

comply untuk menggambarkan fenomena ini, yaitu apakah individu mematuhi

pandangan orang lain yang berpengaruh dalam hidupnya atau tidak.

4. Keyakinan bahwa suatu perilaku dapat dilaksanakan (control beliefs) diperoleh dari berbagai hal, pertama adalah pengalaman melakukan perilaku yang sama sebelumnya atau pengalaman yang diperoleh karena melihat orang lain (misalnya teman, keluarga dekat) melaksanakan perilaku itu sehingga ia memiliki keyakinan bahwa ia pun akan dapat melaksanakannya. Selain pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman, keyakinan individu mengenai suatu perilaku akan dapat dilaksanakan ditentukan juga oleh ketersediaan waktu untuk melaksanakan perilaku tersebut, tersedianya fasilitas untuk melaksanakannya dan memiliki kemampuan untuk mengatasi setiap kesulitan yang menghambat pelaksanaan perilaku.


(48)

5. Persepsi kemampuan mengontrol (perceived behavioral control), yaitu keyakinan

(beliefs) bahwa individu pernah melaksanakan atau tidak pernah melaksanakan

perilaku tertentu, individu memiliki fasilitas dan waktu untuk melakukan perilaku itu, kemudian individu melakukan estimasi atas kemampuan dirinya apakah dia punya kemampuan atau tidak memiliki kemampuan untuk melaksanakan perilaku itu. Ajzen menamakan kondisi ini dengan “persepsi kemampuan mengontrol”

(perceived behavioral control).

6. Niat untuk melakukan perilaku (intention) adalah kecenderungan seseorang untuk memilih melakukan atau tidak melakukan sesuatu pekerjaan. Niat ini ditentukan oleh sejauh mana individu memiliki sikap positif pada perilaku tertentu dan sejauh mana kalau dia memilih untuk melakukan perilaku tertentu itu dia mendapat dukungan dari orang-orang lain yang berpengaruh dalam kehidupannya.

Menurut Notoatmodjo (2005) perilaku diawali dengan adanya pengalaman-pengalaman sesorang serta faktor-faktor luar orang tersebut (Lingkungan), baik fisik dan non fisik. Kemudian pengalaman dan lingkungan tersebut diketahui, dipersepsikan, diyakini dan sebagainya, sehingga menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak dan akhirnya terjadilah perwujudan niat tersebut yang berupa perilaku.


(49)

Gambar 2.3 Skema Perilaku

Sumber : Notoatmodjo (2005)

2.2.2 Faktor- faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Ibu Balita ke Posyandu

1. Pendidikan

Pendidikan adalah segala usaha untuk membina kepribadian dan mengembangkan kemampuan manusia Indonesia, jasmani dan rohani yang berlangsung seumur hidup, baik di dalam maupun di luar sekolah dalam rangka pembangunan persatuan Indonesia dan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila (Hasibuan, 2005). Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengalihkan pengetahuan oleh seseorang kepada orang lain (Siagian, 1991)

Hasil studi kuantitatif yang dilakukan Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Depkes RI dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia yang dikutip oleh Soeryoto (2001), menyatakan faktor pendidikan ibu balita yang baik akan mendorong ibu-ibu balita untuk membawa anaknya ke posyandu.

Pengalaman Fasilitas Sosio-budaya

Persepsi Keyakinan Keinginan Motivasi Niat Sikap


(50)

2. Pendapatan

Faktor pendapatan atau penghasilan sangat berhubungan erat dengan kesehatan. Soetjiningsih (2007) menyatakan bahwa pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak, karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun yang sekunder. Dari Penelitian Wahyuni (1994) didapatkan faktor penghasilan berhubungan dengan partisipasi ibu balita dalam kegiatan penimbangan di posyandu.

3. Pekerjaan

Pekerjaan adalah kegiatan atau aktivitas utama yang dilakukan secara rutin sebagai upaya untuk membiayai keluarga serta menunjang kebutuhan rumah tangga. Salah satu alasan yang paling sering dikemukakan bila ibu tidak membawa balitanya ke posyandu adalah karena mereka harus bekerja.

Hasil penelitian Raharjo (2003) menyatakan bahwa penggunaan posyandu terkait dengan status pekerjaan ibu. Status pekerjaan berhubungan ibu berhubungan dengan kektifan ibu menimbangkan anak di posyandu.

Penelitian Paola (2011) juga menyatakan bahwa pekerjaan ibu mempunyai pengaruh terhadap partisipasi ibu dalam membawa balitanya untuk melakukan penimbangan di posyandu.

4. Umur Balita

Hasil penelitian Hartati (2002) faktor yang paling berpengaruh terhadap kunjungan balita ke posyandu adalah faktor umur balita, umur 12 hingga 35 bulan merupakan umur yang paling paling berpengaruh terhadap kunjungan. Pada hasil


(51)

penelitan Rinaldy (2004) di Kabupaten Kepulauan Riau salah faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan ibu balita pada kegiatan di posyandu adalah faktor umur balital

5. Jumlah Anak

Menurut Bailon (1978) dalam Sambas (2002) menyatakan bahwa Jumlah keluarga yang melebihi sumber daya suatu keluarga, akan menimbulkan berbagai masalah diantaranya ketidaktanggapan di dalam mengambil tindakan kesehatan.

Pada penelitian Raharjo (2003) didapat bahwa jumlah tanggungan anak merupakan faktor yang berhubungan dengan keaktifan ibu menimbangkan anak di posyandu.

6. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2005).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2005) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku di dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni:


(52)

a. Awareness (kesadaran) yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

b. Interest, yakni orang mulai tertarik pada stimulus.

c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Penelitian Rogers (dalam Notoatmojo, 2005) menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap diatas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif dengan 6 tingkatan yaitu: a. Tahu (know). Diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (comprehension). Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.


(53)

c. Aplikasi (application). Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

(sebenarnya).

d. Analisis (analysis). Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut.

e. Sintesis (synthesis). Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation). Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian berdasarkan suatu kriteria yang telah ada.

Berdasarkan penelitian Pamungkas (2008) di Kelurahan Grabag Kabupaten Magelang terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu balita dengan kunjungan ibu keposyandu. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Paola (2011) bahwa pengetahuan ibu mempunyai pengaruh terhadap penimbangan balita di posyandu, dimana dikatakan sebelumnya bahwa penimbangan balita, merupakan indikator kunjungan balita ke posyandu.

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Hartaty (2006) di Kelurahan Bara-Bara Makassar dari penelitian tersebut didapat bahwa tidak ada hubungan anatara pengetahuan ibu dengan kunjungan ibu ke posyandu


(54)

5. Sikap

Beberapa pengertian tentang sikap adalah sebagai berikut: (a) sikap belum merupakan suatu tindakan nyata, melainkan dapat berupa predisposisi tingkah laku Allport dalam Notoatmodjo (1993), (b) Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah, respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya. Sikap itu dinamis dan tidak statis.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport dalam Notoatmodjo (1993) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok :

a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Fisbein dan Ajzen (1975) dalam Ismail (2008) memberi pengertian bahwa attitude atau sikap sebagai faktor predisposisi atau faktor yang ada dalam diri seseorang yang dipelajari untuk memberikan respon dengan cara yang konsisten, yaitu menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap suatu objek yang diberikan. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan


(55)

mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.

Menurut Hartaty (2006) ada hubungan antara sikap ibu dengan kunjungan ibu balita ke posyandu di Kelurahan Bara-bara Makassar. Penelitian yang dilakukan Pamungkas (2008) di Kelurahan Grabag Kabupaten Magelang juga terdapat hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan kunjungan ibu balita ke posyandu. Pada penelitian Paola (2011) di Puskesmas Bosar Maligas Kabupaten Simalungun terdapat pengaruh antara sikap dengan partisipasi ibu dalam penimbangan balita di posyandu.

6. Norma Subjektif

Norma subjektif ditentukan oleh dua hal, yaitu : belief seseorang tentang reaksi atau pendapat orang lain atau kelompok lain tentang apakah subjek perlu, harus, atau tidak boleh melakukan suatu perilaku dan motivasi subjek untuk mengikuti pendapat orang lain tersebut dan motivation to comply berhubungan dengan kekuatan atau kekuasaan yang dimiliki individu atau kelomok yang berpengaruh terhadap subyek yang bersangkutan. Norma subjektif juga diasumsikan dimiliki sebagai suatu fungsi dari beliefs yang secara spesifik seseorang setuju atau tidak setuju untuk menampilkan suatu perilaku. Kepercayaan-kepercayaan yang termasuk dalam norma-norma subjektif disebut juga kepercayaan normatif

(normative beliefs). Seorang individu akan berniat menampilkan suatu perilaku

tertentu jika ia mempersepsi bahwa orang-orang lain yang penting berfikir bahwa ia seharusnya melakukan hal itu. Orang lain yang penting tersebut bisa suami, orang


(56)

tua, tokoh masyarakat, kader, petugas kesehatan dan sebagainya. Hal ini diketahui dengan cara menanyai responden untuk menilai apakah orang-orang lain yang penting tadi cenderung akan setuju atau tidak setuju jika ia menampilkan perilaku yang dimaksud. Significant others yang mungkin memengaruhi ibu untuk melakukan kunjungan ke posyandu yaitu :

a. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah suatu persepsi mengenai bantuan berupa perhatian, penghargaan, informasi nasehat maupun materi yang diterima ibu balita dari anggota keluarga untuk membawa balitanya pada kunjungan ke posyandu.

Dari penelitian Purnamasari (2010) menyatakan terdapat hubungan antara dukungan keluarga terhadap kunjungan ibu balita ke posyandu di wilayah kerja puskesmas keboan, ngusikan jombang.

b. Dukungan Kader

Pelaksana posyandu adalah kader kesehatan. Kader posyandu merupakan seseorang yang berasal dari anggota masyarakat setempat, bisa membaca dan menulis huruf latin, berminat menjadi kader, bersedia bekerja sukarela serta memiliki kemampuan dan waktu luang. Dukungan kader bila dilaksanakan dengan baik akan meningkatkan cakupan posyandu, peran kader dalam kegiatan posyandu sangat penting mulai dari persiapan posyandu, pelaksanaan posyandu dan juga melaksanakan kegiatan di luar posyandu untuk meningkatkan kunjungan ibu ke posyandu (Kemenkes RI, 2011).


(57)

Berdasarkan penelitian Abdul (2010) dukungan dari kader berpengaruh terhadap partisipasi ibu ke posyandu. Hasil penelitian Sambas (2002) diperoleh pembinaan memilki hubungan yang bermakna dengan kunjungan ibu balita keposyandu.

c. Petugas Kesehatan

Setiap program dengan sasaran masyarakat khususnya program posyandu tidak akan berhasil jika masyarakat tidak mengerti tentang pentingnya posyandu. Oleh sebab itu sangat diperlukan adanya peran serta dan dukungan dari petugas kesehatan dalam menunjang keberhasilan tersebut.

Berdasarkan penelitian Abdul (2010) dukungan dari petugas mempunyai pengaruh terhadap partisipasi ibu dalam membawa balitanya ke posyandu. Hasil penelitian Sambas (2002) diperoleh Bimbingan petugas memiliki hubungan yang bermakna dengan kunjungan ibu balita ke posyandu.

d. Dukungan Tokoh Masyarakat

Tokoh masyarakat atau sumber daya manusia (SDM) di masyarakat, yaitu semua orang yang memiliki pengaruh di masyarakat yang bersifat formal dan non formal yang merupakan kekuatan besar dan mampu menggerakkan masayarak dalam tiap pembangunan.

Dukungan dari tokoh masyarakat di posyandu adalah memberi dukungan kebijakan, sarana, dana penyelenggaraan posyandu, menaungi dan membina kegiatan posyandu dan menggerakkan masyarakat untuk dapat hadir dan berperan aktif dalam kegiatan posyandu.


(58)

7. Percievied Behavioral Control

Ajzen (1985) mendefenisikan percievied behavioral control sebagai suatu acuan yang menunjukkan adanya kesulitan atau kemudahan yang ditemui seseorang dalam intensi berperilaku. Acuan atau keyakinan (belief) dapat diakibatkan oleh pengalaman masa lalu dengan tingkah laku, individu memiliki fasilitas dan waktu untuk melakukan perilaku itu, tetapi juga di pengaruhi oleh informasi yang tidak langsung yang diperoleh dengan mengobservasi pengalaman orang yang dikenal. Orang cenderung tidak akan membentuk suatu intensi yang kuat untuk menampilkan suatu perilaku tertentu jika ia percaya bahwa ia tidak memiliki sumber atau kesempatan untuk melakukannya meskipun ia memiliki sikap yang positif dan ia percaya bahwa orang-orang lain yang penting baginya akan menyetujuinya. PBC dapat mempengaruhi perilaku secara langsung atau tidak langsung melalui intensi. Jarak rumah ke posyandu, kelengkapan fasilitas posyandu, kepemilikan KMS dan jumlah kader yang hadir pada saat hari buka posyandu merupakan sumber yang dapat menjadi faktor pendukung dan penghambat bagi ibu untuk mempunyai intensi melakukan kunjungan ke posyandu.

Kemudahan akses ke sarana pelayanan kesehatan berhubungan dengan beberapa faktor penentu, antara lain jarak tempat tinggal dan waktu tempuh ke sarana kesehatan termasuk posyandu (Depekes RI, 2008). Jarak yang dimaksud disini adalah jauh dekatnya jarak dari rumah atau tempat tinggal ke tempat pelayanan kesehatan / posyandu.


(59)

Dari beberapa hasil penelitan didapatkan bahwa jarak berkontribusi terhadap kunjungan ibu balita ke posyandu. Berdasarkan hasil penelitian Abdul (2010) di Kota subussalam menyatakan bahwa jarak mempunyai pengaruh terhadap partisipasi ibu ke posyandu. Menurut Rinaldy (2004), dalam penelitiannya yang berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keikutsertaan Ibu Balita pada Kegiatan Posyandu di Kabupaten Kepulauan Riau”, salah faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan ibu balita pada kegiatan di posyandu adalah faktor jarak ke rumah ke posyandu. Dari hasil penelitian Pinardi (2003) menyatakan bahwa jarak posyandu tidak berhubungan dengan kehadiran ibu-ibu balita ke posyandu di wilayah puskesmas Lerep Kabupaten Semarang.

Sebelum pelaksanaan posyandu petugas kesehatan dengan bantuan kader mempersiapkan perlengkapan dan kebutuhan sarana berupa KMS/Buku KIA, alat timbang (dacin dan sarung). Pita LILA, obat gizi (kapsul vitamin A, tablet tambah darah, oralit), alat bantu penyuluhan, buku pencatatan dan pelaporan lainnya. (Kemenkes RI, 2011). Berdasarkan data riskesdas Provinsi Sumatera Utara tahun 2007 ada tiga alasan rumah tangga (RT) tidak memanfaatkan pelayanan psoyandu yaitu layanan tidak lengkap, letak jauh dan tidak ada posyandu dan persentase terbanyak adalah pada alasan pelayanan tidak lengkap (43,6%).

Bayi yang dibawa ke puskesmas atau posyandu mendapat kartu menuju sehat atau buku kesehatan ibu dan anak (buku KIA), yang mencatat petumbuhan, pemberian minum dan makananan, serta imunisasi yang diperoleh. KMS disimpan oleh ibu untuk memonitor pertumbuhan dan keadaan kesehatan balitanya, tapi tidak


(60)

semua ibu meyimpan KMS, disamping tidak semua ibu membawa balitanya ke posyandu dan diantara yang datang ke tempat pelayananan kesehatan tidak semua mendapat KMS (Depkes RI, 2008). KMS digunakan sebagai alat penyuluhan gizi kepada orang tua berdasarkan pertumbuhan dan perkembangan anaknya (Depkes RI, 2006). Di Sumatera Utara berdasarkan data Riskesdas 2007 ada 32% balita tidak mempunyai KMS, 48% punya KMS tetapi tidak dapat menunjukkannya dan hanya 18% yang dapat menunjukkannya dan persentase balita yang ibunya dapat menunjukkan KMS turun seiring naiknya umur anak. Pada penelitian Sambas (2002) Kepemilikan KMS merupakan variabel yang secara statistik berhubungan bermakna dengan kunjungan ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Bojongherang Kabupaten Cianjur.

Menurut Depkes RI (1997) dalam Sambas (2002) jumlah kader aktif adalah jumlah kader posyandu yang bertugas pada waktu posyandu buka. Dari beberapa indikator penentu jenjang antar strata posyandu salah satunya adalah jumlah kader. Kader yang bertugas pada posyandu purnama dan mandiri berjumlah 5 orang yang bertugas pada meja I sampai meja IV. Posyandu akan mencapai strata posyandu mandiri sangat tergantung pada kemampuan, keterampilan diiringi rasa memiliki serta tanggung jawab Kader, PKK, LPM sebagai pengelola mayarakat sebagai pemakai dari pendukung posyandu (Wahyuningsih, 2009). Berdasarkan penelitain Pinardi (2003) Bahwa jumlah kader mempunyai hubungan dengan kehadiran ibu-ibu balita di posyandu pada puskesmas lerep Kabupaten Semarang.


(61)

8. Intensi (Niat)

Menurut Fisbein dan Ajzen (1975) intensi didefenisikan sebagai dimensi probabiltas lokasi subjektif seseorang yang menghubungkan antara diri orang tersebut dengan suatu tindakan tertentu. Intensi perilaku manusia dibentuk oleh tiga komponen, yaitu : sikap, norma subjektif dan perceived behavioral control. Sikap merupakan kumpulan belief dan evaluasi seseorang terhadap belief tersebut. Sedangkan norma subjektif terdiri dari sejumlah orang yang dianggap penting

(significant others) dalam menganjurkan atau melarang seseorang terhadap intensi

berperilaku dan sejauh mana seseorang mematuhi anjuran dan larangan tersebut. Sementara perceived behavioral control terdiri dari beberapa kondisi yang dipersepsikan seseorang sebagai faktor yang mendorong atau menghambat dalam menampilkan perilaku tertentu.

Berdasarkan penelitian Purnamasari (2010) bahwa niat tidak berhubungan dengan keaktifan ibu balita ke posyandu.


(62)

2.2 Landasan Teori

Gambar 2.4 Theory of Planned Behavior Ajzen (1991)

2.3 Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.5 Kerangka Konsep Penelitian

Attitude Toward The Behavior

Subjective Norms

Perceived Behavior

Control

Intention Behavior

Sikap

Norma Subjektif

Perceived Behavior

Control

Intensi

Kunjungan Balita ke Posyandu


(63)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian survei dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang mempelajari hubungan dan faktor risiko dengan akibat yang berupa penyakit atau keadaan (status) kesehatan tertentu dalam waktu yang bersamaan (Nasir A dkk, 2011).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara tahun 2012.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari proses pengajuan judul, pencarian literatur, konsultasi dengan pembimbing, proposal, penelitian, pengolahan data, penyajian data, pembahasan, kesimpulan dan saran. Keseluruhan proses penelitian tersebut direncanakan akan dilakukan pada bulan Februari 2012-Februari 2013.


(64)

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai balita yang berusia 0–59 bulan yang terdaftar dalam catatan Puskesmas Sei Balai pada tahun 2011. Jumlah ibu yang ada di Kecamatan Sei Balai sebanyak 2940 orang.

3.3.2 Sampel

Berdasarkan rumus perhitungan sampel diatas maka diperoleh besar sampel minimal dalam penelitian ini adalah orang. Pengambilan besar sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus besar sampel untuk uji hipotesis data proporsi satu populasi yang dikutip oleh Hidayat (2010) sebagai berikut:

n=

{

(

)

(

)

}

(

)

2

2 1

0 0 2

1 / 1 1

o a a P P P Pa Z P P Z − − − + −

−α β

Keterangan:

n = Besar sampel minimal Z₁-α/2

Z₁

= Nilai deviasi standar pada α 5% =1,96 β

P₀ = Proporsi kunjungan balita ke posyandu sebesar 74,18% (Dinkes Kab. Batu Bara)

= Nilai deviasi standar pada β 20% = 0,842

Pa = Proporsi kunjungan balita ke posyandu yang diharapkan 84,18%


(65)

(

)

{

}

(

)

137 74 , 0 84 , 0 16 , 0 84 , 0 842 , 0 ) 26 , 0 ( 74 , 0 96 , 1 2 2 = − + = n

Penentuan besar sampel tiap desa di Kecamatan Sei Balai dengan metode

proportional random sampling dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.1 Perhitungan Besar Sampel Penelitian di Kecamatan Sei Balai

No Nama Desa Populasi Perhitungan Besar

sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Sei Balai Tanah Timbul Mekar Mulio Sido Mulyo Benteng Jaya Suka Rejo Suka Ramai Kwala Kasim Mekar Baru Durian

Perkebunan Sei Bejangkar Perkebunan Sei Balai Siajam Perjuangan 170 253 142 176 96 384 162 164 233 107 376 219 252 206 170/2940x137 253/2940 x137 142/2940 x137 176/2940 x137 96/2940 x137 384/2940 x137 162/2940 x137 164/2940 x137 233/2940 x137 107/2940 x137 376/2940 x137 219/2940 x137 252/2940x137 206/2940 x137 8 12 7 8 4 18 8 8 11 5 17 10 12 9

Jumlah 2940 137

Pengambilan sampel terpilih dari setiap dusun dilakukan dengan metode

simple random sampling yaitu mengambil secara acak dengan menggunakan tabel

random sampai memenuhi besar sampel yang diinginkan yaitu 137 ibu yang mempunyai balita.


(66)

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan metode kuesioner yang telah diuji coba yang mengacu pada variabel yang akan diteliti.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder di peroleh dari puskesmas dan posyandu yang meliputi, jumlah balita yang berusia 0-59 bulan, laporan penimbangan posyandu yang diperoleh dari KMS, register posyandu dan catatan jumlah balita di puskesmas. Sedangkan data mengenai gambaran umum lokasi penelitian diperoleh dari kantor Kecamatan Sei Balai.

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau skor yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel yang ditunjukkan dengan nilai corrected item total correlation. Dari hasil analisis

dibandingkan dengan r tabel (0,361) pada α 5% df = 28, jika item pertanyaan

memiliki nilai corrected item total correlation kurang dari 0,361 maka pertanyaan dinyatakan tidak valid (Hidayat, 2010).

Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Dalam penelitian ini tekhnik untuk menghitung indeks reliabilitas yaitu menggunakan metode Cronbach Alpha, yaitu


(1)

Lampiran 4: Hasil Statistik

NPar Tests

Frequencies

Frequency Table

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

137 137 137 137 137 36,72 17,36 32,47 15,75 4,54 9,942 2,990 7,285 2,987 1,774 ,102 ,101 ,098 ,103 ,116 ,102 ,088 ,067 ,103 ,109 -,047 -,101 -,098 -,084 -,116 1,194 1,183 1,148 1,206 1,356 ,116 ,122 ,143 ,109 ,050 N

Mean Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme

Differences

Kolmogorov-Smirnov Z As ymp. Sig. (2-tailed)

sikap

norma subjektif

perceiveid behavioral

control intensi

kunjungan balita

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.

Statistics

137 137 137

0 0 0

Valid Missing N

pendidikan pekerjaan jlhank

pendidikan

60 43,8 43,8 43,8

23 16,8 16,8 60,6

37 27,0 27,0 87,6

11 8,0 8,0 95,6

6 4,4 4,4 100,0

137 100,0 100,0

SD SMP SMU DI,DII&DIII S1 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(2)

pekerjaan

17 12,4 12,4 12,4

71 51,8 51,8 64,2

23 16,8 16,8 81,0

12 8,8 8,8 89,8

14 10,2 10,2 100,0

137 100,0 100,0

Ibu Rumah Tangga Petani

Pedagang Wiraswasta PNS Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

jlhank

80 58,4 58,4 58,4

57 41,6 41,6 100,0

137 100,0 100,0

<=2 orang >2 orang Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(3)

Descriptives 36,72 ,849 35,04 38,40 36,26 35,00 98,849 9,942 17 63 46 13 ,647 ,207 ,117 ,411 17,36 ,255 16,86 17,87 17,34 17,00 8,939 2,990 10 27 17 4 ,133 ,207 ,427 ,411 32,47 ,622 31,24 33,71 32,49 33,00 53,075 7,285 7 49 42 11 -,252 ,207 -,008 ,411 15,75 ,255 15,25 16,26 15,78 15,00 8,923 2,987 3 21 18 4 -,213 ,207 1,319 ,411 4,54 ,152 4,24 4,84 4,59 5,00 3,147 1,774 1 7 6 3 -,159 ,207 -,963 ,411 Mean Lower Bound Upper Bound 95% Confidence

Interval for Mean

5% Trim med Mean Median

Variance Std. Deviati on Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosi s Mean Lower Bound Upper Bound 95% Confidence

Interval for Mean

5% Trim med Mean Median

Variance Std. Deviati on Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosi s Mean Lower Bound Upper Bound 95% Confidence

Interval for Mean

5% Trim med Mean Median

Variance Std. Deviati on Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosi s Mean Lower Bound Upper Bound 95% Confidence

Interval for Mean

5% Trim med Mean Median

Variance Std. Deviati on Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosi s Mean Lower Bound Upper Bound 95% Confidence

Interval for Mean

5% Trim med Mean Median

Variance Std. Deviati on Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosi s sikap

norma subj ektif

perceiveid behavioral control

intensi

kunjungan balita


(4)

Correlations

Regression

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .147a .022 -.001 2.988 1.659

a. Predictors: (Constant), perceiveid behavioral control, sikap, norma subjektif b. Dependent Variable: intensi

Correlations

1 ,122 ,126 -,107 ,011 ,156 ,142 ,212 ,902 137 137 137 137 137 ,122 1 ,155 ,083 -,035 ,156 ,071 ,332 ,688 137 137 137 137 137 ,126 ,155 1 -,023 -,103 ,142 ,071 ,787 ,231 137 137 137 137 137 -,107 ,083 -,023 1 ,515**

,212 ,332 ,787 ,000 137 137 137 137 137 ,011 -,035 -,103 ,515** 1 ,902 ,688 ,231 ,000

137 137 137 137 137 Pearson Correlation

Sig. (2-tailed) N

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

sikap

norma subjektif

perceiveid behavioral control

intensi

kunjungan balita

sikap

norma subjektif

perceiveid behavioral

control intensi

kunjungan balita

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.

Variables Entered/Removedb

perceiveid behavioral control, sikap, norma subjektifa

. Enter Model

1

Variables Entered

Variables

Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: intensi b.


(5)

ANOV Ab

26,152 3 8,717 ,976 ,406a

1187,410 133 8,928

1213,562 136 Regres sion

Residual Total Model 1

Sum of

Squares df Mean S quare F Sig.

Predic tors: (Constant), perc eiveid behavioral cont rol, sikap, norma subjekt if a.

Dependent Variable: int ensi b.

Coefficientsa

15,601 1,894 8,239 ,000

-,035 ,026 -,117 -1,341 ,182

,101 ,087 ,101 1,162 ,247

-,010 ,036 -,024 -,278 ,782

(Constant) sikap

norma subjektif perceiveid behavioral control Model

1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: intensi a.

Variables Entered/Removedb

intensi, perceiveid behavioral control, sikap, norma subjektifa

. Enter Model

1

Variables Entered

Variables

Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: kunjungan balita b.


(6)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .534a .285 .264 1.522 1.530

a. Predictors: (Constant), intensi, perceiveid behavioral control, sikap, norma subjektif b. Dependent Variable: kunjungan balita

ANOV Ab

122,151 4 30,538 13,178 ,000a

305,878 132 2,317

428,029 136

Regres sion Residual Total Model 1

Sum of

Squares df Mean S quare F Sig.

Predic tors: (Constant), intensi, perceiveid behavioral c ont rol, s ikap, norma subjektif a.

Dependent Variable: kunjungan balit a b.

Coeffi cientsa

,507 1,186 ,428 ,669

,016 ,013 ,088 1,172 ,243

-,045 ,045 -,076 -1, 005 ,317

-,022 ,018 -,090 -1, 202 ,231

,314 ,044 ,529 7,111 ,000

(Const ant) sik ap

norma subjektif perceiveid behavioral cont rol int ensi

Model 1

B St d. E rror

Unstandardized Coeffic ient s

Beta St andardiz ed

Coeffic ient s

t Sig.

Dependent Variable: kunjungan balita a.