Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah

Manajemen Peserta
Didik Berbasis
Sekolah
ANGGOTA KELOMPOK :
1. RINTANG SUPRAYANDARI (E1E014054)
2. RIZKI LOLINA SHAUMY (E1E014056)
3. RIZQI FITRIYANA SURYA (E1E014057)
4. SISVISSIA SRIMAWIRYA (E1E014061)

A. Konsep Dasar
Manajemen peserta didik berbasis sekolah adalah pengaturan peserta didik yang
meliputi kegiatan merencanakan, mengorganisir, melaksanakan, dan mengevaluasi
program kegiatan peserta didik di sekolah, dengan berpedoman pada prinsip-prinsip
implementasi manajemen berbasis sekolah.

Peserta didik yang dimaksud sebagaimana disebut dalam Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
dinyatakan bahwa: “Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan tertentu”.


Tujuan manajemen peserta didik adalah mengatur
kegiatan peserta didik dalam proses pembelajaran di sekolah
untuk pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan yang
optimal. Manajemen peserta didik juga mengatur kegiatankegiatan peserta didik dari mulai masuk sekolah sampai lulus
sekolah.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, sedikitnya memiliki 3
(tiga) tugas utama yang harus diperhatikan, yaitu;
1. penerimaan peserta didik baru,
2. kegiatan kemajuan belajar,
3. serta pembinaan/bimbingan pengembangan minat dan
bakat.
Fungsi manajemen peserta didik adalah sebagai
sarana bagi peserta didik untuk mengembangkan
diri seoptimal mungkin, baik individu, sosial,
aspirasi, kebutuhan dan potensii lainnya.

Penyelenggaraan manajemen peserta didik
dilaksanakan berdasarkan beberapa prinsip:
 manajemen peserta didik dipandang sebagai bagian dari


keseluruhan manajemen sekolah;
 segala bentuk manajemen peserta didik harus ditujukan

untuk mengemban misi pendidikan dalam rangka mendidik
peserta didik;
 kegiatan manajemen peserta didik harus diupayakan untuk

mempersatukan peserta didik yang mempunyai berbagai
ragam latar belakang dan perbedaan;

kegiatan peserta didik haruslah dipandang sebagai upaya

pengaturan terhadap pembimbingan peserta didik.
kegiatan manajemen peserta didik harus mendorong dan

memacu kemandirian peserta didik;
manajemen peserta didik harus fungsional bagi kehidupan

peserta didik, baik di sekolah maupun di luar sekolah, terlebih di

masa yang akan datang; dan
penyelenggaraan manajamen pesera didik mengakui

karakteristik peserta didik, antara lain intelektual, minat, bakat,
kebutuhan pribadi, pengalaman, dan keadaan fisik.

Ruang lingkup kegiatan manajemen peserta
didik berbasis sekolah meliputi:
1. Pendataan Calon Peserta Didik
2.

Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)

3. Pengenalan Sekolah
4.

Pengelompokan Peserta Didik

5. Pembinaan Disiplin Peserta Didik
6. Penyelenggaraan Layanan Khusus

7. Kegiatan Wawasan Wiyatamandala
8. Kelulusan dan Alumni

1. Pendataan Calon Peserta Didik
Pendataan peserta didik merupakan kegiatan
penghitungan jumlah anak usia sekolah dasar secara
akurat dalam rangka menghitung perkiraan jumlah calon
peserta didik dan menentukan animo serta kapasitas
penerimaan peserta didik yang akan datang, sesuai
dengan daerah jangkauan sekolah. Teknik yang digunakan
antara lain : analisis kohort, atau dengan pencatatan
periodik, buku daftar siswa tiap tahun, dan perkembangan
anak usia pra sekolah di daerah tertentu.

Yang dilakukan sekolah meliputi :
1. Mengadakan pendataan calon siswa
minimal 5 tahun yang akan datang;
2. Melaporkan jumlah dan kualifikasi
pendidik dan tenaga kependidikan yang
ada saat ini;

3. mengusulkan jumlah dan kualifikasi
pendidik dan tenaga kependidikan saat
ini sampai dengan lima tahun yang akan
datang.

2. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)
Prinsip PPDB meliputi:
1. Semua anak usia sekolah memiliki kesempatan yang
sama untuk memperoleh pendidikan pada satuan
pendidikan yang lebih tinggi.
2. Tidak ada penolakan PPDB bagi yang memenuhi syarat,
kecuali jika daya tampung di sekolah yang bersangkutan
tidak mencukupi dan ketentuan waktu proses PPDB telah
berakhir;
3. Sejak awal pendaftaran calon peserta didik dapat
menentukan pilihannya, ke sekolah negeri atau ke sekolah
swasta.
Asas PPDB terdiri atas:
4. Objektif
5. Transparan,

6. Akuntabel
7. Tidak diskriminatif
8. Kompetitif

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun
2007 tentang Standar Pengelolaan dinyatakan bahwa,Sekolah Dasar
menyusun dan menetapkan petunjuk pelaksanaan operasional mengenai
proses penerimaan peserta didik yang meliputi:

a. Kriteria calon peserta didik
Ada 3 macam kriteria penerimaan peserta didik baru, yaitu pertama,
kriteria acuan patokan (standard criterian reference), Kedua, kriteria acuan
norma (norm criterian reference), dan Ketiga berdasarkan daya tampung
sekolah.
b. Penerimaan peserta didik sekolah dilakukan
(1) secara obyektif, transparan, dan akuntabell sebagaimana tertuang
dalam aturan sekolah;
(2) tanpa diskriminasi atas dasar pertimbangan; gender, agama, etnis,
status sosial, ataupun kemampuan ekonomi, bagi SD penerima
subsidii dari Pemerintah Pusat dan atau Pemerintah Daerah; dan (3) sesuai

dengan daya tampung sekolah/madrasah.

c.

Prosedur penerimaan peserta didik baru
1. pembentukan panitia;

2. rapat penentuan peserta didik baru (persyaratan, daya
tampung, jumlah calon yang diterima, kriteria penerimaan,
sistem seleksi);

dan

3. pembuatan, pemasangan dan pengiriman pengumuman;
pendaftaran;
4. seleksi, terutama berdasarkan usia calon peserta didik;
5. penentuan peserta didik baru yang diterima;
6. pengumuman peserta didik baru yang diterima;
7. registrasi/daftar ulang bagi peserta didik yang diterima.


3. Pengenalan
Sekolah Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007
Dalam Peraturan

tentang Standar Pengelolaan dinyatakan bahwa orientasi bagi peserta didik
baru bersifat akademik dan pengenalan lingkungan tanpa kekerasan dengan
pengawasan guru.

4. Pengelompokan Peserta Didik
Pengelompokan peserta didik didasarkan asumsi bahwa:
1. Peserta didik memiliki sejumlah kesamaan sekaligus memiliki sejumlah
perbedaan satu dengan lainnya.
2. Perkembangan atau kematangan peserta didik satu dengan lainnya bisa
berbeda. Agar kematangan yang lebih dulu tidak menunggu kematangan
yang lamba atau sebaliknya, maka peserta didik perlu dikelompokkan
berdasarkan tingkat kematangannya.
3. Memudahkan pelayanan kepada peserta didik yang memiliki karakteristik
tertentu yang hampir sama, misalnya kemampuan.
4. Dengan pengelompokan tertentu, peserta didik lebih mudah dikenali, dan
lebih mudah memberikan pelayanan secara individual yang optimal .


 Jenis-jenis pengelompokan peserta didik antara

lain:
1. Ability Grouping
Ability grouping adalah pengelompokan yang didasarkan
pada kemampuan peserta didik dalam setting sekolah.
2. Sub Grouping With In The Class
Sub grouping with in the class yaitu, pengelompokan
berdasarkan kemampuan peserta didik dalam setting
kelas.

Macam-macam sub grouping with in the class
antara lain:
 Interest grouping
 Special need grouping
 Team grouping
 Tutorial grouping,
 Research grouping
 Full class grouping

 Friendship grouping,
 Achievement groupin
 Aptitude grouping
 Attention or interest grouping
 Intelegent grouping

5. Pembinaan Disiplin Peserta Didik
Disiplin peserta didik yaitu keadaan tertib
dan teratur serta tidak adanya pelanggaran
peserta didik di sekolah. Untuk menegakkan
disiplin peserta didik di sekolah diperlukan
deskripsi hak dan kewajiban peserta didik.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional
dinyatakan hak dan kewajiban peserta didik.

Langkah-langkah menyusun kode etik:
 rapat bersama peserta didik, orang tua, komite sekolah dan

stakeholders lainnya;

 memberi kesempatan mereka menyusun kode etik dengan
memberikan bahan pertimbangan berupa: tata cara
penyusunan kode etik, sanksi bagi pelanggar, isi yang
terkandung dalam kode etik, dan kode etik yang pernah
disusun sebelumnya;
 memberi masukan kode etik yang telah disusun;
 memberti kesempatan kepada tim penyusun kode etik untuk
merumuskan kode etik peserta didik;
 kode etik diusulkan kepada kepala sekolah untuk mendapat
pengesahan berupa surat keputusan;
 kode etik disosialiasikan kepada peserta didik, oang tua, dan
komite sekolah.

Kode etik peserta didik berisi tentang:
 pertimbangan tentang pentingnya dirumuskannya kode

etik;
 standar tingkah laku yang layak dilakukan peserta didik,
baik ketika berada di lingkungan sekolah, dalam keluarga,
dan di masyarakat;
 batasan kapan peserta didik harus sudah tiba di sekolah
dan kapan sampai di rumah seusai sekolah;
 pakaian yang dikenakan utamanya untuk di sekolah;
 tugas dan kewajiban peserta didik di sekolah;
 tata pergaulan/hubungan antara peserta didik dengan
pendidik dan tenaga kependidikan, orang tua, komite
sekolah, dan tamu sekolah;
 perilaku peserta didik dalam bergaul dengan sesama
peserta didik.

Penyelenggaraan Layanan Khusus
Layanan khusus di sekolah adalah penataan
semua sumber (manusia dan non-manusia) dalam
rangka penyelenggaraan layanan secara khusus
guna mencapai tujuan lembaga/sekolah secara lebih
optimal. Setiap layanan khusus yang diadakan di
sekolah harus diselenggarakan melalui proses
manajemen sebagai berikut. Dengan demikian
layanan khusus di sekolah penyelengaraannya
melalui 4 tahap kegiatan yaitu perencanaan,
pengorganiasian, pelaksanaan dan monitoring dan
evaluasi. Keempat kegiatan tersebut berupa siklus
kegiatan, dimana kegiatan terakhir bisa digunakan
sebagai input bagi kegiatan pertama pada siklus
berikutnya.

Macam-macam layanan khusus yang
dapat diselenggarakan sekolah meliputi:
1. Bimbingan konseling;
2. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS);
3. Perpustakaan;
4. Laboratorium;
5. Koperasi sekolah;
6. Kafetaria sekolah;
7. Ekstrakurikuler;
8. Asrama;
9. Transportasi sekolah.
10. Pengaturan dan persiapan lomba bagi peserta didik
11. Pengaturan 7K (keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan,

kekeluargaan, kesehatan dan kerindangan)

Orientasi kegiatan layanan
khusus di sekolah meliputi :
1. Pembinaan Ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Esa
Pembinaan Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Pembinaan Pendidikan Pendahuluan Bela Negara
Pembinaan Kepribadian dan Budi Pekerti Luhur
Pembinaan Berorganisasi, Pendidikan Politik, dan
Kepemimpian
Pembinaan keterampilan dan kewirausahaan
Pembinaan Kesegaran Jasmani dan Daya Kreasi
Pembinaaan Persepsi, Apresiasi, dan Kreasi Seni

7. Kegiatan Wawasan Wiyatamandala
Unsur-unsur Wawasan wiyatamandala sebagai berikut :
1.
2.

3.
4.
5.

Sekolah sebagai lingkungan pendidikan
Kepala sekolah mempunyai wewenang dan tanggung jawab
penuh atas penyelenggaraan pendidikan di lingkungan
sekolahnya;
Guru dan orang tua siswa yang saling pengertian dan kerja
sama yang erat untuk mengemban tugas pendidikan;
Warga sekolah, baik dalam maupun luar lingkungan sekolah
harus menjunjung tinggi martabat dan citra guru;
Masyarakat sekitar yang harus mendukung kerukunan
antarwarga sekolah.

8. Kelulusan dan Alumni
Meningkatkan hasil penilaian

individual yang bersifat otentik;
Meningkatkan hasil ujian sekolah;
Meningkatkan hasil ujian yang
bersifat nasional;
Mendokumentasikan hasil-hasil
ujian;
Membuat statistik hasil-hasil ujian;
Mendokumentasikan daya serap
kurikulum;
Mendokumentasikan fotocopy
ijazah;

Memberikan layanan konsultasi untuk membantu alumni

dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara
dan atau perlakuan yang perlu dilaksanakan setelah selesai
menyelesaikan pendidikan di sekolah dasar;
Memberikan layanan mediasi untuk membantu alumni

dalam menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki
hubungan dengan pihak lain untuk melanjutkan pendidikan
setelah lulus dari sekolah dasar; dan
Memberikan layanan advokasi untuk membantu alumni

memperoleh kembali hak-hak pendidikannya yang tidak
diperhatikan dan/atau mendapat perlakuan yang salah
sesuai dengan tuntutan karakter-cerdas yang terpuji.

Any
Question ??
Terimah??kasih

