Diklat Rencana Pengembangan Infrastruktu docx

Diklat Penyusunan Rencana Pengembangan
Infrastruktur Terpadu Pada Kawasan Strategis
Mata Diklat:Rencana Pembangunan
Infrastruktur Pada Kawasan Strategis
Ir. Soenkarno .MT

KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM DAN
PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA.

PERKENALAN
NAMA

:

A. SOENKARNO

INSTANSI

:


BADAN PENGEMBANGAN SDM, KEMEN PUPR

JABATAN

: WIDYA ISWARA MADYA

STATUS

:

BERKELUARGA

ALAMAT KANTOR : PUSDIKLAT KEMEN PUPR.
JLN. SAPTA TARUNA RAYA KOMPL.. PU. PASAR JUMAT

EMAIL :asratno@yahoo.com

atau

soenkarno.soeratno2gmail.com

ALAMAT RUMAH
KOMPLEK LERENG INDAH. JLN. CEREMAI C-12, PONDOK CABE TANGERANG
TELP. (021) 754-7148 HP. 0818486499

PERUBAHAN PARADIGMA DALAM
BEKERJA
1900-1980

1980-2000

2000-…..

Work Leisure

Work

Work

Leisure
Learning


Sumber: John Grant, 2002

“ Whatever role you play at work or at home,
You are a force in change”.( Pat McLagan)

 MAKSUD
Meningkatkan pemahaman, kemampuan, keterampilan, dan sikap
SDM dalam Menyusun Rencana Terpadu Pembangunan
Infrastruktur Pada Kawasan Strategis ke-PU Pera-an
berbasis rencana pengembangan wilayah/kawasan, bagi aparat
pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, kabupaten dan kota
yang menangani bidang infrastruktur, dan/atau pengembangan
wilayah

 TUJUAN
untuk meningkatkan kemampuan peserta dalam menjabarkan
program infrastruktur dan mempraktekkan integrasi program
sektoral berbasis pengembangan wilayah dan rencana tata
ruang dan/atau rencana rinci tata ruang yang telah disusun.

 SASARAN
aparat pemerintah di bidang penyusunan program dan bidang
infrastruktur ke-PU Pera-an baik di tingkat pusat dan daerah
(provinsi, kabupaten, dan kota)

KERANGKA BERFIKIR PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 2015-2019
AMANAT RPJPN

Infrastruktur Memadai
 Pendapatan per kapita USD 14 Ribu
 Pengangguran < 5%
 HDI dan GDI Meningkat

VISI/MISI PRESIDEN + NAWA CITA
PERMASALAHAN

1.
2.
3.
4.

5.

1.
2.
3.
4.
5.

Kondisi jalan
daerah kurang
memadai
Pembangunan
Kereta api masih
terbatas.
Kinerja Pelabuhan
kurang kompetitif
Rasio Rasio
Elektriikasi rendah
(Krisis Energi)
Kapasitas

cadangan air
masih terbatas–
TANTANGAN
Krisis Air
GEOPOLITIK
GEOEKONOMI
BONUS
DEMOGRAFI
AGENDA PASKA
2015
PERUBAHAN
IKLIM

SASARAN RPJMN
2015-2019

ISU STRATEGIS

KEBIJAKAN DAN SRATEGI


 Rasio elektrifikasi 100%
 Peningkatan
 Peningkatan bauran energi,
(96.6,
kemapuan Kem.
(96.6, kemapuan
Kem.
ESDM
Ketersediaan
konservasi energi dan iklim
ESDM)
investasi infrastruktur energi
Infrastruktur Dasar  Jaringan gas untuk rumah
tangga 192.000(SR)

 Peningkatan
Ketahanan Air,
Pangan dan Energi
 Penguatan
Konektivitas

Nasional
 Pengembangan
Transportasi
Massal Perkotaan
 Peningkatan
Efektivitas dan
Efisiensi
Pembiayaan
Penyediaan
Infrastruktur

REGULASI

 Akses air minum
layak 100%
 Sanitasi layak
100%
 Rumah Tangga
kumuh perkotaan
0%

 Kondisi mantap
jalan nasional
100%













Biaya logistik menurun
menjadi 20% trhdap PDB

Pangsa Pasar Angkutan

Umum 32%
Layanan Pita Lebar 100% 
Kab/Kota
Index e-government
mencapai 3,4 (skala 4.0)
Areal irigasi yang dilayani 
waduk 20%
Kapasitasi air baku
menjadi 118,6 m3/detik

dan ketenagalistrikan
Peningkatan peran Pemda
dalam penyediaan rumah baru
layak huni dan meningkatkan
kualitas hunian MBR
Pembangunan Transportasi
Multimoda dan mendukung
Sislognas, kawasan industri,
pariwisata dan pusat
pertumbuhan.

Mendorong pembangunan
infrastruktur fixed/wireline
broadband di daerah
perbatasan negara dan
implementasi e-government.
Mengembangkan Transportasi
Massal Perkotaan
Peningkatan layanan jaringan
irigasi/rawa dsan cakupan
pemenuhan dan kualitas
layanan air baku
Pengendalian daya rusak air

PENDANAAN
KELEMBAGAAN
PERBAIKAN REGULASI, TEROBOSAN KEBIJAKAN DAN
PENDANAAN KREATIF

Struktur Organisasi
BPIW
BADAN PENGEMBANGAN
INFRASTRUKTUR WILAYAH
SEKRETARIAT
BADAN
BAGIAN
PROGRAM DAN
EVALUASI

PUSAT
PERENCANAAN
INFRASTRUKTUR
PUPR

PUSAT
PEMROGAMAN DAN EVALUASI
KETERPADUAN INFRASTRUKTUR
PUPR

PUSAT
PENGEMBANGAN
KAWASAN STRATEGIS

BAGIAN
ANGGARAN
DAN UMUM

BAGIAN
ANGGARAN
DAN UMUM

BAGIAN
BAGIAN
KEPEGAWAIAN,ORGANISASI KEUANGAN DAN
DAN TATA LAKSANA
UMUM

BAGIAN
ANGGARAN
DAN UMUM

BAGIAN
HUKUM, KERJA SAMA
DAN KOMUNIKASI
PUBLIK

PUSAT
PENGEMBANGAN
KAWASAN PERKOTAAN
BAGIAN
ANGGARAN
DAN UMUM

BIDANG
PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS
DAN ANALISIS MANFAAT

BIDANG
PENYUSUNAN PROGAM

BIDANG
KETERPADUAN INFRASTRUKTUR
KAWASAN STRATEGIS

BIDANG
PENGEMBAGAN INFRASTRUKTUR
KAWASAN METROPOLITAN

BIDANG
PERENCANAAN
INFRASTRUKTUR I

BIDANG
SINKRONISASI PROGRAM
DAN PEMBIAYAAN

BIDANG
PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR
ANTAR KAWASAN STRATEGIS

BIDANG
PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR
KOTA BESAR DAN KOTA BARU

BIDANG
PERENCANAAN
INFRASTRUKTUR II

BIDANG
PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM

BIDANG
FASILITASI PENGADAAN TANAH

BIDANG
PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR
KOTA KECIL DAN PERDESAAN

UPT/BALAI

KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL

8

Outline
Pemahaman Rencana Pembangunan
Infrastruktur Pada Kawasan Strategis
I.Latar Belakang
II.Pengertian
III.Strategi Pengembangan Kawasan
IV.Rencana Kebutuhan Infrastruktur
Kawasan Strategis
V.Penajaman Program

DRAFT : GRAND DISAIN DIKLAT TEKNIS
BIDANG PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH

PEM
PRO
SES
SI

OG
RAM
A

N

DLA
COM
-PO
AC

Z

IKLAT
D
L
E
LEV

TINGGI

NC
AN
AAN

LANJUTAN

N
NGA IS
A
B
EM
EG
PENG N STRAT
ASA
KAW
NGAN
A
B
M
E
PENG ASAN
KAW AAN
P ER
RKOT
E
P
E

DASAR

X

TUS
I/S
UBS
TAN
SI

Y

Diklat Penyusunan Rencana Pengembangan Infrastruktur
Terpadu Pada Kawasan Strategis

Mata Diklat:
Rencana Pembangunan Infrastruktur
Pada Kawasan Strategis

I. Latar Belakang
Tumbuh kembangnya sektor industri, perdagangan, jasa, kebudayaan dan
pariwisata suatu daerah menjadikan daerah tersebut sebagai daerah yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan perekonomian di daerah sekitarnya.
Salah satu dampak dari pertumbuhan ekonomi tersebut khususnya di Kawasan
strategis mengakibatkan pertumbuhan penduduk lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan
penduduk di daerah sektarya, sehingga akan menimbulkan masalah dibidang
ketersediaan dan kebutuhan infrastruktur dilingkungannya.
Akan disampaikan infrastruktur yang terkait dalam Domain Kementrian PUPR.

I.

Latar Belakang....lanjutan



Pengembangan KSN sebagai wilayah strategis dan terkait dengan
kepentingan nasional, perlu didukung oleh ketersediaan infrastruktur
khususnya bidang PU, yang memadai dan sesuai dengan arahan penataan
ruang pada KSN bersangkutan.



Pengembangan KSN (Kawasan Strategis Nasional) pada pelaksanaan
pembangunan infrastruktur bidang PU dewasa ini masih kurang terpadu,
akibat:
• Belum fokusnya sasaran kewilayahan yang akan didorong
• Belum sinergisnya program pembangunan infrastruktur,
• Belum efektifnya sistem penganggaran pembangunan infrastruktur
Perlu perencanaan program infrastruktur bidang PU secara terpadu dan
berbasis penataan ruang serta mampu menjawab kebutuhan dan tuntutan
pelayanan terhadap masyarakat dan dunia usaha.

PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN TERKAIT












Perpres No 2 Tahun 2015 (RPJMN 2015-2019)
Undang-Undang no 26 Tahun 2007, Tentang Penataan Ruang.
PP no 26 tahun 2008 (RTRWN)
Undang-undang no. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional
Undang-undang no. 38 tahun 2004 tentang Jalan
UU No 1 Thn 2011 Ttg Perumahan dan Kawasan Permukiman
Permen PU no 15,16,17 Th. 2009 Ttg RTRW Prop/Kab/Kota
Peraturan Menteri PU no. 18/2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan SPAM
Peraturan Menteri PU no. 12/2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase
Perkotaan
Peraturan Menteri PU no. 3/2012, tentang Pedoman Penetapan Fungsi Jalan dan
Status jalan
Peraturan Menteri PU no. 13/2015, tentang RENSTRA KEMEN PUPR.

VISI PEMBANGUNAN NASIONAL 2015-2019 :
TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI, DAN BERKEPRIBADIAN
BERLANDASKAN GOTONG ROYONG

VISI KEMENTERIAN PUPR 2015-2019 :
TERWUJUDNYA INFRASTRUKTUR PUPR YANG HANDAL* DALAM MENDUKUNG INDONESIA YANG
BERDAULAT, MANDIRI, DAN BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG ROYONG
*handal mencakup produktif dan cerdas, berkeselamatan, mendukung kesehatan masyarakat,
menyeimbangkan pembangunan, memenuhi kebutuhan dasar,
dan berkelanjutan.

MISI KEMENTERIAN PUPR 2015-2019 :
1.Mempercepat pembangunan infrastruktur sumberdaya air termasuk
sumber daya maritim untuk mendukung ketahanan air, kedaulatan
pangan, dan kedaulatan energy, guna menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik dalam rangka kemandirian ekonomi.

14

MISI KEMENTERIAN PUPR 2015-2019 :
1.Mempercepat pembangunan infrastruktur sumberdaya air termasuk
sumber daya maritim untuk mendukung ketahanan air, kedaulatan
pangan, dan kedaulatan energy, guna menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik dalam rangka kemandirian ekonomi.
2.Mempercepat pembangunan infrastruktur jalan untuk mendukung
konektivitas
guna
meningkatkan
produktivitas,
efisiensi,
dan
pelayanan sistem logistik nasional bagi penguatan daya saing bangsa
di lingkup global yang berfokus pada keterpaduan konektivitas daratan
dan maritim.
3.Mempercepat
pembangunan
infrastruktur
permukiman
dan
perumahan rakyat untuk mendukung layanan infrastruktur dasar yang
layak dalam rangka mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia
sejalan dengan prinsip infrastruktur untuk semua.
4.Mempercepat pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan
perumahan rakyat secara terpadu dari pinggiran didukung industri
konstruksi yang berkualitas untuk keseimbangan pembangunan
antardaerah, terutama di kawasan tertinggal, kawasan perbatasan,
dan kawasan perdesaan, dalam kerangka NKRI.
5.Meningkatkan tata kelola sumber daya organisasi bidang pekerjaan
umum dan perumahan rakyat yang meliputi sumber daya manusia,
pengendalian dan pengawasan, kesekertariatan serta penelitian dan
pengembangan untuk mendukung fungsi manajemen meliputi
perencanaan
yang
terpadu,
pengorganisasian
yang
efisien,
pelaksanaan yang tepat, dan pengawasan yang ketat

Wilayah Pengembangan Strategis:
Tools pembangunan Kementerian PU

Untuk mewujudkan pencapaian sasaran
strategis PUPR dilakukan Pendekatan Wilayah
yang dituangkan dalam 35 Wilayah
Pengembangan Strategis (WPS)

Kawasan
Perkotaan
Klaster
Industri

Jalur Infrastruktur
(Jalan/Kereta)

Pelabuhan/
Kawasan
Klaster
Industri
Kawasan
Perkotaan

Klaster
Industri

Pelabuhan/
Kawasan
Arus Perdagangan
Ekspor &
Antarwilayah

Esensi
WPS

Arus
Perdagangan
Ekspor &
Antarwilayah

Pembangunan berbasis WPS merupakan suatu
pendekatan pembangunan yang memadukan
antara pengembangan wilayah dengan
“market driven” mempertimbangkan daya
dukung dan daya tampung lingkungan serta
memfokuskan pengembangan infrastruktur
pada suatu wilayah strategis dalam rangka
mendukung percepatan pertumbuhan
kawasan strategis dan mengurangi disparitas
antar kawasan di dalam WPS.
Untuk itu diperlukan Keterpaduan
Perencanaan antara Infrastruktur dengan
pengembangan kawasan strategis dalam
WPS, seperti perkotaan, industri, dan maritim/
pelabuhan industri dan Sinkronisasi Program
antar infrastruktur yang mendukung
pertumbuhan kawasan-kawasan di dalam
WPS (Fungsi, Lokasi, Waktu, Besaran, dan
Dana).

Daruba ( PKSN )
Luas : 2476 km²
Jumlah Penduduk: 57.565 jiwa
(2013)
PDRB Perkapita: 2.210.857,12
IPM: 67.03 (2013)

29. WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang
Ternate – Sofifi - Morotai

KSPN Morotai dsk.
Daya Tarik : Wisata Marina, Wisata
Pantai/Bahari, Taman Nasional Laut

Pelabuhan Daruba
Kelas : Pengumpan Regional

KEK Morotai
Kegiatan : Industri Pengolahan
Perikanan, Industri Berbasis Kelapa dan
Tanaman Obat, Aneka Industri, Logistik

Jailolo
Luas : km²
Jumlah Penduduk: jiwa ()
PDRB Perkapita:
IPM: ()

Pelabuhan Tobelo
Kelas : Pelabuhan Pengumpul
pa

Tobelo ( PKW)
Luas : 3896,90 km²
Jumlah Penduduk: 173.117 jiwa (2013)
PDRB Perkapita:2.848.885,32
IPM: 70.36 (2013)

Ternate ( PKN)
Luas : 111,3 km²
Jumlah Penduduk: 202.728 jiwa
(2013)
PDRB Perkapita: 3.740.995,47
IPM: 78.44 (2013)
Sofifi
Luas : 85 km²
Jumlah Penduduk: 1783 jiwa (2013)
PDRB Perkapita: 3.656.304, 14
IPM: 70.63 (2013)
Pelabuhan Jailolo
Kelas : Pengumpan Regional
Pelabuhan Achmad Yani
Ternate
Kelas : Pelabuhan Utama
Pelabuhan Sofifi
Kelas : Pelabuhan Pengumpul
pa

Simpul pala

ck

Simpul cengkeh
Simpul Perikanan

Profil

ck

Bandara Babullah
Kelas : Bandar Udara Pengumpul Skala
Tersier
Kapasitas : 700.000/tahun
Tidore ( PKW)
Luas : 1645,73 km²
Jumlah Penduduk: 94.943 jiwa(2013)
PDRB Perkapita: 3.400.682,62
IPM: 70.80m(2013)

30. WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang
Ambon - Seram

Profil

KI Seram Bagian Barat
Kegiatan : Industri Ikan Hasil Laut

Wahai : PKW
Luas : 7.173,6 km²
Jumlah Penduduk: 16.255 jiwa
(2010)

Masohi : PKW
Luas : 37,30 km²
Jumlah Penduduk: 31.958 jiwa
(2010)

Simpul Perikanan

Kairatu : PKW
Luas : 329,65 km²
Jumlah Penduduk: 26.355 jiwa
(2011)

Simpul Perkebunan
Komoditas : Cengkeh, Pala,
Kakao, Kelapa

Pelabuhan Yos Sudarso
Ambon
Kelas : Pelabuhan Utama
Internasional

Bandara Pattimura
Kelas : Bandar Udara Pengumpul
Skala Tersier
Kapasitas : 700.000/tahun

Ambon : PKN
Luas : 377 km²
Jumlah Penduduk: 331.254 jiwa
(2011)

Pengembangan Wilayah
Kepulauan Maluku. Tema besar pada pengembangan Wilayah
Maluku adalah: Produsen makanan laut dan lumbung ikan
nasional; Pengembangan industri berbasis komoditas
perikanan; Pengembangan industri pengolahan berbasis nikel,
dan tembaga; dan Pariwisata bahari.
Mendorong diakuinya Indonesia sebagai Kota Pusaka Dunia oleh
UNESCO perlu implementasi RTRW yang konsisten pada tema
budaya/pusaka berbasis penataan ruang, difasilitasi 29
kota/kawasan perkotaan di kabupaten melalui Program
Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka (P3KP).
Diharapkan Pemda akan melakukan penyusunan rencana aksi
P3KP dan mengimplementasikan kota yang bersangkutan dapat
mempertahankan atau mengembalikan identitas maupun ciri
khas sesuatu secara berkelanjutan, sehingga dapat di
promosikan pada tingkat internasional sebagai World Heritage
City. (Sumber. Permen PUPR 13/2015)

II. Pengertian
- Pengertian Infrastruktur
Ronald Hudson (1997; 3) menyatakan bahwa keberhasilan dan
masyarakat tergantung pada infrastruktur fisik untuk pendistribusian
sumber daya dan pelayanan publik. Kua1itas dan efisiensi infrastruktur
mempengaruhi kualitas hidup kesehatan sistem sosial dan
keber1anjutan kegiatan perekonomian dan bisnis. Infrastruktur telah
dinyatakan dengan berbagai definisi
Grigg (1988) dalam Hudson menyebutkan: "semua fasilitas fisik yang
sering disebut dengan pekerjaan umum".
Kawasan Strategis.
“Wilayah yang penataan ruangnya di prioritaskan”
Dalam PP no 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (RTRWN) ada 76 Kawasan Strategis di
Indonesia

Diklat Penyusunan Rencana Pengembangan Infrastruktur Terpadu
Pada Kawasan Strategis
Pengertian Infra Struktur menurut Soufyan & Morimura dalam
Retno Tri Nalarsih 2007.

II. Pengertian.
Integrated Planing :Joint planning exercise that ensures participation of
all stakeholders and affected departments. Its objective is to examine all
economic, social, and environmental costs and benefits, in order to
determine most appropriate option and to plan a suitable course of action.
(sumber: businiess dictionary)
Latihan perencanaan bersama yang menjamin partisipasi semua pemangku kepentingan dan
departemen yang terkena dampak. Tujuannya adalah untuk memeriksa semua biaya ekonomi,
sosial, dan lingkungan dan manfaat, untuk menentukan pilihan yang paling tepat dan untuk
merencanakan program yang sesuai tindakan.

Tujuan dalam Perencanaan Terpadu:
Terpadu berarti ada unsur-unsur yang dipadukan. Setiap unsur tentu
memiliki keunikan, tetapi ada bagian yang dapat disamakan atau
disetarakan dengan unsur lainnya. Disebut terpadu karena setiap unsur
bermuara pada suatu tujuan yang sama. Oleh karena itu pernyataan
tujuan merupakan hal yang sangat penting dalam pendekatan
perencanaan(Sumber: perencterpadu.blogspot.com)

Dasar Pemikiran
Kawasan Strategis (KS) terdiri dari:
1.KS dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi;
2.KS dari sudut kepentingan sosial budaya;
3.KS dari sudut kepentingan pemanfaatan
sumberdaya alam dan/atau teknologi tinggi;
4.KS dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup
5.KS dari sudut Kepentingan HANKAM

III. Pengembangan Kawasan
PP 26 thn 2008 RTRWN
Permen PU no 16 dan 17 th. 2009
tentang RTRW Kab. & Kota,
KAPET.
WPS (Wilayah Pengembangan Strategis)

Apa itu region?
(kawasan, wilayah)

• Regions are defined as hierarchical systems of central
places or cities - (Christaller and Losch)
• A region in terms of a spatially interdependent, or
“nodal,” labor market – (Hoover and Giarratani)

Sebuah wilayah dalam hal spasial saling tergantung , atau " nodal , " pasar tenaga kerja

• “Functional economic area” concept. The spatial
dependence of workers on adjacent employment
centers - (Karl Fox and Kumar)
Daerah ekonomi fungsional " konsep . Ketergantungan spasial pekerja di pusat-pusat
kerja yang berdekatan

 Mengapa pertumbuhan region ber-beda2

Bentuk Kawasan

KEDUDUKAN RTRW DALAM SNPP

28

KETERKAITAN MUATAN RTR DGN RENCANA PEMBANGUNAN
RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL (RTRWN)
Peraturan Pemerintah

 WANUS & HANAS
 perkembangan permasalahan regional & global, serta hasil pengkajian
implikasi penataan ruang nasional
 upaya pemerataan pembangunan & pertumbuhan serta stabilitas ekonomi;
 keselarasan aspirasi pembangunan nasional dan pembangunan daerah
 daya dukung & daya tampung lingkungan hidup
 RPJPN
 RTR kawasan strategis nasional
 RTRWP dan RTRWK

Ps. 20 ayat (6)

diatur dengan

ga n
n
e
d
n
sun hatika
u
s
di
er
mp
e
Ps.19
m

RTRWN
jangka waktu
20 tahun
Ps. 20 ayat (3)

pe
do
m
an

memu
at

un

tu
k

Ps. 20 ayat (2)

ditinjau kembali 1 kali
dalam 5 tahun
Ps. 20 ayat (4)

ditinjau kembali lebih dari 1 kali
dalam 5 tahun, dalam hal:
 perubahan kondisi lingkungan
strategis tertentu yang
berkaitan dengan bencana
alam skala besar; dan/atau
 perubahan batas teritorial
Ps. 20 ayat (5)
negara

Ps. 19

Ps. 20 ayat (1)

 penyusunan RPJPN
 penyusunan RPJPMN
 pemanfaatan ruang &
pengendalian pemanfaatan
ruang di wilayah nasional
 mewujudkan keterpaduan,
keterkaitan, & keseimbangan
perkembangan antarwilayah
provinsi, serta keserasian
antarsektor
 penetapan lokasi dan fungsi
ruang untuk investasi
 penataan ruang kawasan
strategis nasional
 penataan ruang wilayah
provinsi dan kabupaten/kota

 tujuan, kebijakan, & strategi penataan
ruang wilayah nasional
 rencana struktur ruang wilayah nasional
yg meliputi sistem perkotaan nasional
yang terkait dengan kawasan perdesaan
dalam wilayah pelayanannya & sistem
jaringan prasarana utama
 rencana pola ruang wilayah nasional yang
meliputi kawasan lindung nasional &
kawasan budi daya yang memiliki nilai
strategis nasional
 penetapan kawasan strategis nasional
 arahan pemanfaatan ruang yang berisi
indikasi program utama jangka menengah
lima tahunan
 arahan pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah nasional yang berisi indikasi
arahan peraturan zonasi sistem nasional,
arahan perizinan, arahan insentif dan
disinsentif, serta arahan sanksi.
29

…Lanjutan
RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI (RTRWP)
 RTRWN
 pedoman bidang
penataan ruang
 RPJPD

Peraturan Daerah Provinsi
Ps. 23 ayat (6)

ditetapkan
dengan

me

a
ng

cu

Ps. 22 ayat (1)

disusun dengan
memperhatikan

RTRWP
pe
d

jangka waktu

om
an

memu
at

un
t

uk

20 tahun
Ps. 23 ayat (3)

Ps. 23 ayat (2)

ditinjau kembali 1 kali
dalam 5 tahun
Ps. 23 ayat (4)

Ps. 23 ayat (5)

ditinjau kembali lebih dari 1 kali
dalam 5 tahun, dalam hal:
 perubahan kondisi lingkungan
strategis tertentu yang
berkaitan dengan bencana
alam skala besar; dan/atau
 perubahan batas teritorial
negara dan/atau provinsi

Ps. 22 ayat (2)

Ps. 22

 perkembangan permasalahan nasional & hasil pengkajian
implikasi penataan ruang provinsi
 upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi provinsi
 keselarasan aspirasi pembangunan provinsi &
pembangunan kabupaten/kota
 daya dukung & daya tampung lingkungan hidup
 RPJPD
 RTRWP yang berbatasan
 RTR kawasan strategis provinsi
 RTRWK

Ps. 23 ayat (1)

 penyusunan RPJPD
 penyusunan RPJMD
 pemanfaatan ruang &
pengendalian pemanfaatan
ruang dalam wilayah provinsi
 mewujudkan keterpaduan,
keterkaitan, & keseimbangan
perkembangan antarwilayah
kabupaten/kota, serta
keserasian antarsektor
 penetapan lokasi dan fungsi
ruang untuk investasi
 penataan ruang kawasan
strategis provinsi
 penataan ruang wilayah
kabupaten/kota

 tujuan, kebijakan, dan strategi penataan
ruang wilayah provinsi
 rencana struktur ruang wilayah provinsi
yang meliputi sistem perkotaan dalam
wilayahnya yang berkaitan dengan kawasan
perdesaan dalam wilayah pelayanannya &
sistem jaringan prasarana wilayah provinsi
 rencana pola ruang wilayah provinsi yang
meliputi kawasan lindung dan kawasan budi
daya yang memiliki nilai strategis provinsi
 penetapan kawasan strategis provinsi
 arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi
yang berisi indikasi program utama jangka
menengah lima tahunan
 arahan pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah provinsi yang berisi indikasi arahan
peraturan zonasi sistem provinsi, arahan
perizinan, arahan insentif dan disinsentif,
serta arahan sanksi

30

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA (RTRW Kota)
• RTRWN & RTRWP;
• pedoman & petunjuk
pelaksanaan bidang
penataan ruang; dan
• RPJPD

Peraturan Daerah Kota

Ditetapkan
dengan
Dasar penerbitan
perizinan lokasi
pembangunan &
administrasi
pertanahan

RTRW
Kota

20 tahun
ditinjau kembali 1 kali
dalam 5 tahun
ditinjau kembali lebih dari 1
kali dalam 5 tahun, dlm hal:
 perubahan kondisi
lingkungan strategis
tertentu yang berkaitan
dengan bencana alam skala
besar; dan/atau
 perubahan batas teritorial
negara, prov., dan/atau kab.
BHK-DJPR/Presentasi/DR

• penyusunan RPJPD
• penyusunan RPJMD
• pemanfaatan ruang &
pengendalian
pemanfaatan ruang
• mewujudkan
keterpaduan, keterkaitan,
& keseimbangan
antarsektor
• penetapan lokasi &
fungsi ruang untuk
investasi
• penataan ruang kawasan
strategis

• perkembangan permasalahan provinsi & hasil
pengkajian implikasi penataan ruang kota
• upaya pemerataan pembangunan & pertumbuhan
ekonomi kota;
• keselarasan aspirasi pembangunan kota
• daya dukung & daya tampung lingkungan hidup
• RPJPD
• RTRWK yang berbatasan
• RTR kawasan strategis kota
• tujuan, kebijakan, & strategi penataan ruang wil. kota
• rencana struktur ruang wil. kota yg meliputi sistem
perkotaan di wilayahnya yg terkait dgn kws.
perdesaan & sistem jaringan prasarana wilayah kota
rencana
pola ruang wil. kota yg meliputi kawasan

lindung kota & kawasan budi daya kota
• penetapan kawasan strategis kota
• arahan pemanfaatan ruang wil. kota yg berisi indikasi
program utama jangka menengah 5 tahunan
ketentuan
pengendalian pemanfaatan ruang wil. kota

yg berisi ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan
perizinan, ketentuan insentif & disinsentif, serta
arahan sanksi
• rencana penyediaan & pemanfaatan RTH
• rencana penyediaan & pemanfaatan ruang terbuka
nonhijau
• rencana penyediaan & pemanfaatan prasarana &
sarana jaringan pejalan kaki, angkutan umum,
kegiatan sektor informal, & ruang evakuasi bencana,
yg dibutuhkan utk menjalankan fungsi wil. kota
sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi dan pusat
21
pertumbuhan wilayah

Prinsip Pengembangan Wilayah


Competitive (not only job creation) : mendorong pertumbuhan wilayah yang kompetitif bail secara
nasional terutama global dengan memacu peningkatan produksi kawasan dan peningkatan nilai tambah
hasil produkdinya.



Cluster base : memfokuskan pembangunan pada kluster-kluster potensial dan strategis untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi sehingga dapat menarik perkembangan kawasan didekitarnya.



Build on existing and potential strenght (bukan hanya reducing weakness) : pembangunan berbasis
kekayaan alam yang dimilimi dengan memperkaya rantai produksi untuk menaikan nilai tambah.



Membangun overall strategy (bukan hanya daftar aksi) : membangun secara menyeluruh diseluruh
aspek, meliputi : sosial, ekonomi, dan lingkungan.



Prioritas : memberikan prioritas dan tahapan penanganan berdasarkan kapasisitas yg tersedia untuk
efektifitas dan efisiensi pembangunan.



Data driven-fact base : Perencanaan, pemrograman, dan perancangan berdasarkan data dan fakta yang
benar, terkini, dan akurat.



Konsisten : pengembangan dilakukan secara konsisten dan menerus sesuai perencanaan.



Visi, strategy, plan, implementation : Visi, Strategi, dan implementasi yang berkesinambungan,
terstruktur, dan sistematik, serta masif.



Entrepreunership : Menciptakan peluang kewirausahaan sektor formal dan informal dengan mendorong
tumbuhnya inovasi dan kreatifitas.

Diklat Penyusunan Rencana Pengembangan Infrastruktur Terpadu
Pada Kawasan Strategis

IV. Rencana Kebutuhan Infrastruktur
Kawasan Strategis
Rencana Kebutuhan Infrastruktur Kawasan Strategis

i. Sistem Jaringan Jalan
Jalan adalah suatu prasarana darat dalam bentuk apapun, meliputi segala
bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di
bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api,
jalan lori, dan jalan kabel; (Undang- Undang No.38 tahun 2004).

SISTEM JARINGAN JALAN PRIMER

PKN

PKSN

PKSN

PKN

PKW

PKW

PKSN

SISTIM JARINGAN
JALAN SEKUNDER

Klasifikasi Jalan Menurut Wewenang Pembinaan
Jaringan jalan dikelompokkan menurut wewenang pembinaan, terdiri dari :
A.
Jalan Nasional
Jalan Arteri Primer
Jalan Kolektor Primer yang menghubungkan antar ibukota
propinsi
Jalan selain dari yang termasuk arteri / kolektor primer , yang
mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan nasional, yakni jalan yang tidak
dominan terhadap pengembangan ekonomi, tetapi mempunyai peranan jaminan
kesatuan dan keutuhan nasional, yakni melayani daerah – daerah yang rawan dan
lain - lain

Klasifikasi Jalan Menurut Wewenang
Pembinaan
B.

Jalan Propinsi
- Jalan Kolektor Primer, yang menghubungkan
ibukota
propinsi
dengan
ibukota
Kabupaten/Kotamadya.
_ Jalan kolektor primer yang menghubungkan antar
ibukota kabupaten / kotamadya.
- Jalan selain dari yang disebut diatas, mempunyai
nilai strategis terhadap kepentingan propinsi,
yakni jalan biarpun tidak dominan terhadap
perkembangan ekonomi, tetapi mempunyai peranan
tertentu
dalam
menjamin
terselenggaranya
pemerintahan dalam pemerintah
daerah

Klasifikasi Jalan Menurut Wewenang
Pembinaan
- Jalan Daerah Khusus Ibukota Jakarta,
kecuali jalan
yang termasuk Jalan Nasional
C. Jalan Kabupaten
- Jalan Kolektor Primer, yang tidak termasuk
dalam kelompok jalan Nasional dan Kelompok
Jalan Propinsi
- Jalan Lokal Primer
- Jalan Sekunder Lain, selain sebagaimana
dimaksud sebagai jalan Nasional dan jalan
propinsi
- Jalan selain yang disebutkan diatas, mempunyai
nilai strategis terhadap kepentingan kabupaten

Klasifikasi Jalan Menurut Kelas Jalan

Klasifikasi Jalan Antar Kota
Fungsi

Kelas

Muatan Sumbu
Terberat(ton)

Arteri

I
II
III A

>8
10
8

Kolektor

III A
III B

8

Lokal

III C

8

Klasifikasi Jalan Menurut Kelas Jalan

2. Jalan Tipe II ( Pengaturan Jalan Masuk :
Sebagian atau tanpa Pengaturan)
Fungsi

Volume Lalu
Lintas (dalam
SMP)

Kelas

Primer - Arteri
- Kolektor

> 10.000
< 10.000

I
I
II

Primer - Arteri

> 20.000
< 20.000
> 6.000
< 6.000
> 500
< 500

I
II
II
III
III
IV

- Kolektor
- JalanLokal

Jalan merupakan prasarana yang paling penting, dimana data menunjukan
bahwa pada jalan raya dapat mencapai 80% sampai dengan 90% perjalanan
masyarakat perkotaan. Jaringan jalan memiliki dan saling mempengaruhi terhadap
fungsi guna lahan dan aktivitas, dimana setiap lahan maupun fungsi
lahan dan bangunan memiliki akses pada jalan dan setiap aktivitas akan selalu
terhubung oleh jaringan jalan. Pada jaringan jalan pula terdapat berbagai jaringan
utilitas umum, seperti; jaringan pipa distribusi air bersih, air limbah dan drainase,
jaringan listrik dan gas, jaringan telepon dan telekomunikasi lain.
Tingkat Pelayanan
Menurut AASHO, A Policy On Design Urban Highway And Arterial
Street (1973:108) dikatakan bahwa tingkat pelayanan adalah sebarapa jauh jalan
tersebut melayani lalu lintas yang terjadi pada suatu ruas jalan tertentu, dimana
karakteristik tingkat pelayanan jalan

Tingkat Pelayanan Jalan
Menurut AASHO, A Policy On Design Urban Highway And Arterial Street
(1973:108) faktor yang mempengaruhi tingkat pelayanan antara lain;
a. Derajat kejenuhan (degree of saturation)
b. Jenis permukaan jalan yang ada
c. Hambatan
d. Kenyamanan
e. Mobilitas dan aksesibilitas

Tabel

Karakteristik Tingkat Pelayanan Jalan.

Terima Kasih
Sumber : AASHO, A Policy On Design Urban Highway And Arterial Street,1973:108 dalam
Retno Tri Nalarsih 2007. v/c=vol. lalu lintas/kapasitas jalan.

ii. Air Minum
Sistem air bersih tidak sebatas pada lingkup sistem distribusi air bersih dan tingkat
pelayanannya, tetapi juga pada air baku bagi pasokan produksi sistem. Sehingga
dapat dikatakan bahwa sistem air bersih sangat tergantung dari sumber daya
pendukung dan lingkungan suatu wilayah itu sendiri
Guna mengukur kapasitas pelayanan PDAM dalam penyediaan air bersih dapat
dilihat dari variabel- variabel cakupan pelayanan dan kualitas pelayanan. Indikator
cakupan pelayanan dapat ditentukan melalui dua cara, yaitu (1) jumlah penduduk
terlayani dibandingkan dengan total jumlah penduduk kota (dalam wilayah
administratif PDAM), atau (2) luas jangkauan pelayanan dibandingkan dengan luas
wilayah kota. Indikator kualitas pelayanan, penilainnya sangat relatif dan
tergantung pada persepsi masing- masing pengguna jasa dalam mendapatkan
pelayanan air bersih.

Terima Kasih

Standar kebutuhan air bersih/minum:
1. UNESCO
: 60 l/or/hari
2. Perdesaan : 60 ,,
3. Kota Kecil : 90 ,,
4. Kota Sedang : 110 ,,
5. Kota Besar : 130 ,,
6. Metropolitan : 150 ,,
Sumber: No 2 s/d 6 Cipta Karya.

Standar Kebutuhan Air Bersih Depkes
(liter/orang/hari)
Keperluan

Air yang di pakai

Minum
Memasak, Keperluan air di dapur
Mandi, kakus
Cuci Pakaian
Air Wudu
Air untuk kebersihan Rumah
Air untuk menyiram Tanaman
Air untuk mencuci kendaraan
Air untuk kebutuhan lain lain

2
14,5
20
13
15
32
11
22,5
20

Total

150

Sumber: Wardana. 1995-136

Kriteria Perencanaan Sistem Air Bersih
Domestik

Terima Kasih

iii. Air Limbah
A. Standar Pelayanan Minimum (SPM) Air Limbah
Tersedia pelayanan sistem air limbah setempat yang memadai
(SPM 60%)

B. Sistem Air Limbah Skala Komunitas/Kawasan/Kota:
Tersedia pelayanan sistem air limbah skala komunitas/kawasan/kota
yang memadai (SPM 5%)

Target Dalam RPJM
Tersedia pelayanan sistem air limbah sistem setempat dan skala
komunitas/kawasan 100%

SISTIM JARINGAN AIR LIMBAH

iv. persampahan

Pengertian Sampah
Sampah adalah sesuatu yang sudah tidak dapat digunakan lagi, tidak
terpakai, tidak disenangi dan sesuatu yang sudah dibuang yang berasal dari
aktifitas manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (American Public Health
Association, 1976).
Sampah adalah limbah yang bersifat padat yang berasal dari zat organik
dan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak
menganggu lingkungan.
Menurut FKM UI (1989) pada prinsipnya yang digunakan mengenai batasan
pengertian sampah adalah :
1. Adanya sesuatu bahan atau benda padat.
2. Adanya hubungan langsung atau tidak langsung dengan kegiatan manusia.
3. Bahan atau benda yang sudah tidak disenangi.
4. Bahan atau benda yang dibuang dengan menggunakan cara- cara umum.

Tingkat Pelayanan
Tingkat pelayanan pengelolaan sampah meliputi kuantitas dan kualitas
pelayanan. Tingkat pelayanan terdiri dari 3 (tiga) aspek yaitu strategi
pelayanan,
frekuensi pelayanan dan kriteria penentuan kualitas pengelolaan
pelayanan.
1. Strategi pelayanan
Strategi pelayanan ini adalah mendahulukan pencapaian keseimbangan
pelayanan dilihat dari segi : pertama adalah kepentingan sanitasi dan
ekonomi,
kedua kuantitas pelayanan dan terakhir adalah kualitas pelayanan.
2. Frekuensi pelayanan
Berdasarkan hasil penentuan skala prioritas daerah pelayanan di atas
maka
frekuensi pelayanan dibagi dalan beberapa kondisi sebagai berikut;
Wilayah dengan pelayanan intensif yaitu wilayah pusat kota, jalan
protokol, taman/hutan kota, kawasan pemukiman tidak teratur dan
perdagangan termasuk pasar.
b. Wilayah dengan pelayanan menengah yaitu wilayah pemukiman
teratur,
komplek pendidikan, perkantoran, komplek kesehatan dan industri.
c. Wilayah dengan pelayanan rendah yaitu wilayah pinggir kota.

Terima Kasih

Jenis Pewadahan Sampah

Terima Kasih

Berdasarkan SK SNI T-13-1990-F dikatakan bahwa dalam
menentukan
kapasitas, jumlah pewadahan ada beberapa pertimbangan yang perlu
diperhatikan
yaitu;
a. Jumlah penghuni dalam satu unit bangunan
b. Tingkat pengambilan/ pengumpulan sampah
c. Cara pengumpulan (manual/ mekanis)
d. Sistem pelayanan individu atau komunal
Tempat Pembuangan Sementara (TPS) adalah suatu tempat yang
dipergunakan untuk menampung sampah sementara sebelum diangkut
ke tempat
pembuangan akhir. Bentuk penampungan sementara ini bisa berupa
kontainer,
kontainer depo, bak ukuran besar atau tanah kosong yang khusus
menampung
64
sampah sementara (Thiesen, 1977:112).
Pada dasarnya Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yaitu bak dengan
konstruksi bata atau bahan lain tanpa atap yang diberi lubang pintu
dengan atau
tanpa pintu ukuran TPS rata- rata 3m3. TPS umumnya ditempatkan

Terima Kasih

v.

Drainase

Sistem Drainase adalah jaringan drainase yang
mempunyai daerah layanan di dalam suatu kawasan.
Sementara sistem pengendali banjir adalah sungai- sungai yang
ada, yang mempunyai daerah pengaliran di luar kawasan
danamempengaruhi
terjadinya
banjir/
genangan
di
kawasan/wilayah tersebut.
Kegunaan dari sistem drainase dan pengendalian banjir
adalah untuk melindungi seluruh aset kawasan baik material
maupun non material akibat hujan, erosi, banjir dan bencana
lain maupun polusi yang diakibatkan dari sanitasi yang kurang
memadai, Pada dasarnya sistem drainase kawasan bertujuan
mengendalikan aliran permukaan dalam melindungi tanaman,
tanah permukaan yang porous dan elemen lingkungan lain yang
memiliki resiko kerusakan yang diakibatkan oleh aliran air
permukaan ( Surasetja, 2005).

Terima Kasih

ASPEK PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP

Pasal 17 ayat 5 UUPR memuat: dalam rangka pelestarian
lingkungan dalam rencana tata ruang wilayah ditetapkan kawasan
hutan paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas daerah aliran
sungai.
DKI JAKARTA
Kurangnya resapan air
Limbah domestik
Limbah industri
Sampah sungai
KOTA DEPOK
Kurangnya resapan air
Limbah domestik
Limbah industri
KAB, BOGOR
Kurangnya resapan air
Limbah domestik
Limbah industri
Limbah ternak
KOTA BOGOR
Limbah domestik
Limbah industri

Permasalahan

Lingkungan
SUNGAI CILIWUNG

KAB, BOGOR
Erosi
Fungsi Ruang/ Kawasan
Limbah domestik
Limbah ternak

35

Lanjutan

PENEGASAN ASPEK PELESTARIAN
LINGKUNGAN DAN EKOSISTEM
Seperti terlihat pada gambar berikut ini, perubahan tata guna lahan memberi andil
besar terhadap kenaikan debit sungai secara tajam. Pada gambar terlihat terjadi
perubahan fungsi ruang dari hutan menjadi persawahan dan permukiman

Persawahan

Permukiman

GAMBAR 3. Pengaruh Perubahan Pemanfaatan Ruang Terhadap Kuantitas Banjir
(Raudkivi, 1979, Subarkah, 1980; Schwab dkk., 1981; Loebis, 1984)

36

1. Perhitungan beban limpasan untuk
areal tertutup, menggunakan
perhitungan debit air hujan menurut
Suripin (2003) dengan rumus;
Q = 0,002778CIA p
= ....................................(2.5)
Keterangan :
Q = debit aliran air hujan (liter/detik)
A = luas daerah tangkapan (Ha)
C = angka koefisien aliran permukaan
I = intensitas curah hujan (mm/jam)

VI. PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

BAB V
PENYELENGGARAAN PERUMAHAN
UU No 1 Th. 2011

PERENCANAAN
PRASARANA, SARANA DAN
UTILITAS UMUM

Meliputi :
a. Rencana penyediaan kaveling tanah
untuk perumahan sebagai bagian
dari permukiman; dan
b. Rencana kelengkapan prasarana,
sarana dan utilitas umum
perumahan

DAPAT DILAKUKAN OLEH
SETIAP ORANG, PEMERINTAH,
DAN/ATAU PEMERINTAH DAERAH

PEMBANGUNAN
PERUMAHAN
PEMBANGUNAN RUMAH DAN
PSU
PENINGKATAN KUALITAS
PERUMAHAN

HUNIAN
BERIMBANG*

• TEKNOLOGI & RANCANGAN BANGUN RAMAH
LINGKUNGAN
• INDUSTRI BAHAN BANGUNAN DALAM NEGERI YANG
MEMENUHI SNI
• KEARIFAN LOKAL YANG AMAN BAGI KESEHATAN

1.
2.
3.

4.

Pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah
daerah, dan/atau setiap orang.
Pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum wajib dilakukan sesuai dengan rencana, rancangan, dan
perizinan.
Pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan harus memenuhi persyaratan:
a. kesesuaian antara kapasitas pelayanan dan jumlah rumah;
b. keterpaduan antara prasarana, sarana, dan utilitas umum dan lingkungan hunian; dan
c. ketentuan teknis pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum.
Prasarana, sarana, dan utilitas umum yang telah selesai dibangun oleh setiap orang harus diserahkan
kepada pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB IV. Rencana Kebutuhan Infrastruktur
Kawasan Strategis
Lanjutan....

Investasi infrastruktur merupakan salah
satu
prasyarat
utama
tercapainya
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan
berkelanjutan.
Ketersediaan infrastruktur mencerminkan
adanya investasi dan investasi yang merata
mencerminkan
adanya
pembangunan
infrastruktur yang memadai dan mampu
melayani pergerakan ekonomi.

BAB IV Rencana Kebutuhan Infrastruktur
Kawasan Strategis
lanjutan.....
Investasi infrastruktur di Indonesia berkisar antara 5,0 hingga
7,0% dari total PDB pada paruh pertama tahun 1990-an
Berkurang secara tajam setelah krisis moneter Asia sejak
1997, menjadi 2 hingga 3% saja dalam tahun-tahun
belakangan ini. Pertumbuhan ekonomi Indonesia akan menjadi
sangat
menjanjikan
(diatas
6,0%)
apabila
investasi
infrastruktur dapat dinaikkan hingga sekurang-kurangnya5,0%
dari PDB.
Negara-negara Asia lainnya seperti Filipina (3,6%), Vietnam
(9,9%),bahkan India dan China berada di atas 10%, yang
membuat keduanya sebagai kontributor utama pertumbuhan
Asia yang mengesankan.

IV.

Rencana Kebutuhan Infrastruktur
Kawasan
Lanjutan...

Dalam PP 28 th. 2008 Tentang RTRW.
pada lampiran 10 telah ditetapkan
ada 76 Kawasan Srategis Nasional.
Tentunya rencana investasi infrastruktur
diprioritaskan dikawasan ini, jika anggaran
terbatas tentu dilakukan dengan skala prioritas

Terima Kasih

BAB V.
Penajaman
Tiga kementrian yang
mendapatkan porsi alokasi terbesar dari
Program

anggaran infrastruktur ini adalah Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Rp 105 triliun, Kementrian Perhubungan Rp 52,5
triliun dan Kementrian ESDM Rp 5,9 triliun.
Selain kementerian, anggaran infrastruktur juga dialokasikan
bagi belanja non kementrian dan lembaga melalui Dana Alokasi
Khusus (DAK) Rp 29,7 triliun, Dukungan Tunai Infrastruktur (VGF) Rp
1,2 triliun, tambahan dana Otonomi Khusus Papua dan Papua Barat
Rp 3,8 triliun. Adapula Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk BUMN
yang meningkat drastis dari Rp 3 triliun di APBN-P 2014 menjadi Rp
64,8 triliun.
Peningkatan alokasi PMN diberikan dengan syarat tidak boleh
digunakan untuk membayar utang, maksud pemberian PMN oleh
pemerintah memang bukan untuk penyehatan BUMN, melainkan
untuk
menunjang
program
pemerintah
dalam
mengejar
pembangunan infrastruktur.

PERDA NO 16 TAHUN 2013 TTG RTRW PROVINSI MALUKU

POKOK-POKOK KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAPET
UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Pasal 1 angka (28):
Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena
mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara,
pertahanan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan…
Pasal 14 ayat (3) huruf a dan Pasal 21 ayat (1):
rencana tata ruang kawasan strategis nasional merupakan rencana rinci
untuk Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang diatur dengan peraturan presiden.
Pasal 8 ayat (3) mengenai Kewenangan Pemerintah Dalam KSN meliputi:
1.penetapan kawasan strategis nasional;
2.perencanaan tata ruang kawasan strategis nasional;  RTR KSN KAPET
3.pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional; dan
4.pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional.

INTEGRASI MP3EI – KEK – SISLOGNAS

Pengembangan Komoditi Prioritas
Pengembangan Ekonomi Melalui Konsepsi ECONOMIC FLOW (KONSEP HULU –
HILIR) yang dapat Menciptakan Nilai Tambah
Penyediaan Outlet (Menuju Pasar)
 SISTIM LOGISTIK
Dukungan Infrastruktur dan Prasarana
Dihubungkan dengan KEK dan/atau Koridor Ekonomi

CLUSTER DEVELOPMENT  KAPET sebagai klaster ekonomi skala besar berbentuk

GOVERNMENT DRIVEN PROGRAMME yang dibangun secara terencana selama paling tidak dua
puluh tahun, mulai dari tahapan awal berupa usaha-usaha/kegiatan-kegiatan inti yang independent
menuju tahapan akhir rencana berupa SINERGITAS USAHA-USAHA/KEGIATAN-KEGIATAN INTI
yang membentuk ekonomi wilayah yang kuat dan produktif, MELIBATKAN MASYARAKAT sebagai
pelaku ekonomi yang aktif, melibatkan INVESTASI YANG EFISIEN, dan DIDUKUNG OLEH
SEMUA SEKTOR terkait.

V.

Penajaman Program ......lanjutan.
Salah satu Kawasan Strategis Nasional dalam RTRWN adalah
Kapet SERAM.

ISU STRATEGIS KAPET SERAM (KONDISI DAN TANTANGAN)
Aspek Infrastruktur:
Masih rendahnya aksessibilitas dari sentra produksi komoditas unggulan ke
pelabuhan/ bandara; ketersediaan infrastruktur seperti jalan masih menjadi
kendala utama, karena diwilayah KAPET Seram belum sepenuhnya
kelseluruhan wilayah memiliki jaringan jalan yang memadai atau masih
mengutamakan pada system tranportasi laut;
Kebutuhan masa datang terkait infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi
wilayah yang terintegrasi masih belum teridentifikasi secara konkrit;
Hambatan dalam perkembangan subsektor perikanan: kecilnya skala rata-rata
usaha perikanan tangkap, kontinyuitas ketersediaan bahan bakar, dan
terbatasnya fasilitas pendingin; dan
Kondisi alam berbukit-bukit menjadi kendala dalam pembangunan, khususnya
pengembangan berbagai komoditas unggulan yang dihasilkan, khususnya di
subsektor perkebunan.

30. WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang
Ambon - Seram

Profil

KI Seram Bagian Barat
Kegiatan : Industri Ikan Hasil Laut

Wahai : PKW
Luas : 7.173,6 km²
Jumlah Penduduk: 16.255 jiwa
(2010)

Masohi : PKW
Luas : 37,30 km²
Jumlah Penduduk: 31.958 jiwa
(2010)

Simpul Perikanan

Kairatu : PKW
Luas : 329,65 km²
Jumlah Penduduk: 26.355 jiwa
(2011)

Simpul Perkebunan
Komoditas : Cengkeh, Pala,
Kakao, Kelapa

Pelabuhan Yos Sudarso
Ambon
Kelas : Pelabuhan Utama
Internasional

Bandara Pattimura
Kelas : Bandar Udara Pengumpul
Skala Tersier
Kapasitas : 700.000/tahun

Ambon : PKN
Luas : 377 km²
Jumlah Penduduk: 331.254 jiwa
(2011)

•DAFTAR PROGRAM PRIORITAS 2015-2019
INDIKASI PROGRAM UTAMA JANGKA MENENGAH
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU SERAM

NO

INDIKASI PROGRAM UTAMA

I
1
1)

SEKTOR JALAN
Jaringan Jalan Kolektor Primer 1
Pengembangan, peningkatan, dan
pemantapan kualitas jalan kolektor
yang menghubungkan Amahai Masohi – Makariki – Saleman Wahai; Haya – Amahai; Wahai –
Pasahari - Kobisonta

2)

3)

LOKA
SI

SUMBER
PENDANA
AN

INSTANSI PELAKSANA

KAPET
Seram

APBN

Kementerian Pekerjaan
Umum

Pengembangan, peningkatan, dan
pemantapan kualitas jalan kolektor
yang menghubungkanKobisonta –
Banggoi – Bula

KAPET
Seram

APBN

Kementerian Pekerjaan
Umum

Pengembangan, peningkatan, dan
pemantapan kualitas jalan kolektor
yang menghubungkanKairatu –
Latu – Liang - Makariki

KAPET
Seram

APBN

Kementerian Pekerjaan
Umum

2 Jalan Strategis Nasional
1) Jaringan jalan yang menghubungkan
Bula – Dawang - Waru
2) Jaringan jalan yang menghubungkan
Taniwel – Sp. Pelita Jaya – Piru – Eti
- Kairatu

KAPET APBN
Seram
KAPET APBN
Seram

Kementerian Pekerjaan
Umum
Kementerian Pekerjaan
Umum

3) Jaringan jalan yang menghubungkan
Haya – Tehoru – Laimu - Werinema
4) Jaringan jalan yang menghubungkan
ruas jalan nacional menuju Kawasan
Industri Masohi, Kabupaten Maluku
Tengah

KAPET APBN
Seram
KAPET APBN
Seram

Kementerian Pekerjaan
Umum
Kementerian Pekerjaan
Umum

4) Pembangunan jembatan Seram –
Ambon, Kabupaten Maluku Tengah

KAPET APBN
Seram

Kementerian Pekerjaan
Umum

5
5.1

SEKTOR SUMBER DAYA AIR
Penyediaan Air Baku

a

Pengembangan dan peningkatanpemanfaatan air
permukaan pada sungai sebagai air baku

KAPET
Seram

APBN, APBD,
dan/ atau sumber
lain yang sah

Kementerian Pekerjaan Umum,
Pemerintah Provinsi, Pemerintah
Kabupaten, dan/atau Swasta

b

Pengembangan dan peningkatanpemanfaatan air
tanah pada cekungan air tanah di Cekungan Air Tanah
(CAT) Kawa, CAT Laela, CAT Waesamu, CAT Masohi,
CAT Namea, CAT Wahai, CAT Sawal, CAT Waru, dan
CAT Boana

KAPET
Seram

APBN, APBD,
dan/ atau sumber
lain yang sah

Kementerian Pekerjaan Umum,
Pemerintah Provinsi, Pemerintah
Kabupaten, dan/atau Swasta

c

Pengembangan dan peningkatan jaringan distribusi
utama

KAPET
Seram

APBN, APBD,
dan/ atau sumber
lain yang sah

Kementerian Pekerjaan Umum,
Pemerintah Provinsi, Pemerintah
Kabupaten, dan/atau Swasta

5.2

Jaringan Irigasi

a

Pengembangan, peningkatan, dan pemantapan
kualitas pelayanan jaringan Daerah Irigasi (DI) Kairatu
I, D.I. Kairatu II, D.I. Kawa, di Kabupaten Seram
Bagian Barat

KAPET
Seram

APBN, APBD,
dan/ atau sumber
lain yang sah

Kementerian Pekerjaan Umum,
Pemerintah Provinsi, Pemerintah
Kabupaten

b

Pengembangan, peningkatan, dan pemantapan
kualitas pelayanan jaringan Daerah Irigasi (DI) Isal,
D.I. Sari Putih, D.I Samal, D.I Tonipa, D.I. Kobi, D.I
Lofin, D.I Boti, D.I Way Namto, di Kabupaten Maluku
Tengah

KAPET
Seram

APBN, APBD,
dan/ atau sumber
lain yang sah

Kementerian Pekerjaan Umum,
Pemerintah Provinsi, Pemerintah
Kabupaten

c

Pengembangan, peningkatan, dan pemantapan
kualitas pelayanan jaringan Daerah Irigasi (DI) Way
Matakabo, D.I Bubi, D.I Balansai, D.I Fufa, D.I Lola
Besar, D.I Masiwang di Kabupaten Seram Bagian
Timur

KAPET
Seram

APBN, APBD,
dan/ atau sumber
lain yang sah

Kementerian Pekerjaan Umum,
Pemerintah Provinsi, Pemerintah
Kabupaten

5.3 Prasarana Pengendalian Banjir
a Pengembangan dan peningkatan
prasarana pengamanan sungaiWay
Riuapa

KAPET
Seram

APBN, APBD, Kementerian Pekerjaan Umum,
dan/ atau
Pemerintah Provinsi, dan
sumber lain
Pemerintah Kabupaten
yang sah

b Normalisasi Alur & Perkuatan
Tebing/Tanggul Sungai Way Nala

KAPET
Seram

APBN, APBD, Kementerian Pekerjaan Umum,
dan/ atau
Pemerintah Provinsi, dan
sumber lain
Pemerintah Kabupaten
yang sah

c Normalisasi Alur & Perkuatan
Tebing/Tanggul Sungai Way Aru, Desa
Waisarisa

KAPET
Seram

APBN, APBD, Kementerian Pekerjaan Umum,
dan/ atau
Pemerintah Provinsi, dan
sumber lain
Pemerintah Kabupaten
yang sah

d Normalisasi Alur & Perkuatan
Tebing/Tanggul Sungai Way Karlutu

KAPET
Seram

APBN, APBD, Kementerian Pekerjaan Umum,
dan/ atau
Pemerintah Provinsi, dan
sumber lain
Pemerintah Kabupaten
yang sah

e Normalisasi Alur & Perkuatan
Tebing/Tanggul Sungai Way Kobi

KAPET
Seram

APBN, APBD, Kementerian Pekerjaan Umum,
dan/ atau
Pemerintah Provinsi, dan
sumber lain
Pemerintah Kabupaten
yang sah

f

KAPET
Seram

APBN, APBD, Kementerian Pekerjaan Umum,
dan/ atau
Pemerintah Provinsi, dan
sumber lain
Pemerintah Kabupaten
yang sah

Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengaman Pantai

6 SEKTOR KECIPTAKARYAAN
a Pengembangan dan peningkatan RIS KAPET APBN,
pengolahan air limbah terpusat
Seram APBD, dan/
atau sumber
lain yang
sah

Kementerian Pekerjaan
Umum, Pemerintah Provinsi,
Pemerintah Kabupaten,
dan/atau Swasta

b Pengembangan dan peningkatan
KAPET APBN,
Instalasi Pengolahan Air Limbah
Seram APBD, dan/
(IPAL) terpusat yang melayani Wahai,
atau sumber
Masohi, di Kabupaten Maluku
lain yang
Tengah; Kairatu di Seram Bagian
sah
Barat; dan Bula di Seram Bagian
Timur.

Kementerian Pekerjaan
Umum, Pemerintah Provinsi,
Pemerintah Kabupaten,
dan/atau Swasta

c Pengembangan dan peningkatan
Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) terpusat yang melayani
Werinema, Geser, di Seram Bagian
Timur; Piru, dan Pulau Marsegu di
Seram Bagian Barat.

Kementerian Pekerjaan
Umum, Pemerintah Provinsi,
Pemerintah Kabupaten,
dan/atauSwasta

KAPET APBN,
Seram APBD, dan/
atau sumber
lain yang
sah

Terima Kasih