Birokrasi di Kabupaten Lombok Tengah

Birokrasi di Kabupaten Lombok Tengah
Nur Alifah/6111121090
Menurut weber tipe ideal birokrasi yang rasional itu dilakukan dalam cara-cara sebagai
berikut :
1. Pejabat secara rasional bebas, tetapi dibatasi oleh jabatannya
2. Jabatan disusun oleh tingkat hierarki dari atas ke bawah dan kesamping dengan
konsekuensinya berupa perbedaan kekuasaan.
3. Tugas dan fungsi masing-masing jabatan dalam hierarki itu secara spesifik berbeda satu
sama lain
4. Setiap pejabat mempunyai kontrak jabatan yang harus dijalankan.
5. Setiap pejabat diseleksi atas dasar kualifikasi profesionalitasnya
6. Setiap pejabat mempunyai gaji termasuk hak untuk menerima pensiun.
7. Terdapat struktur pengembangan karier yang jelas
8. Setiap pejabat sama sekali tidak dibenarkan menjalankan jabatannya untuk kepentingan
pribadi
9. Setiap pejabat berada di bawah pengendalian dan pengawasan suatu sistem yang
dijalankan secara disiplin. (Weber, 1978 dan Albrow, 1970)

Dilihat dari tipe ideal birokrasi yang rasional menurut Max Weber, di kantor
pemerintahan Kabupaten Lombok Tengah belum memenuhi tipe ideal tersebut. Diantaranya
adalah pengetahuan yang kurang cukup dari seorang asisten daerah dalam pemberian informasi

terhadap tamu undangan studi lapangan ke Kabuaten Lombok Tengah. Bisa terlihat bahwa
pejabat tersebut tidak diseleksi berdasarkan kualifikasi profesionalitasnya.
Dalam negara administratif, pemerintah dan seluruh jajarannya dikenal sebagai abdi
masyarakat dalam pemberian berbagai jenis pelayanan yang diperlukan oleh seluruh warga
masyarakat. Keseluruhan jajaran pemerintahan negara merupakan satuan birokrasi pemerintahan
yang juga dikenal dengan istilah civil service. Pemerintah beserta seluruh jajaran aparatur
birokrasi bukanlah satu-satunya pihak yang bertanggung jawab untuk menyelenggarakan
berbagai kegiatan pembangunan nasional, tetapi merupakan kenyataan bahwa peranan
pemerintah dan jajarannya bersifat dominan.
Diantaranya berbagai satuan kerja yang terdapat dalam lingkungan pemerintahan,
terdapat pembagian tugas yang pada umumnya didasarkan pada prinsip fungsionalisasi[6].
Fungsionalisasi berarti bahwa setiap instansi pemerintah berperan selaku penanggung jawab
utama atas terselenggaranya fungsi tertentu, dan perlu bekerja secara terkoordinasi dengan
instansi lain. Setiap instansi pemerintah mempunyai “kelompok pelanggan” dimana kepuasan
kelompok ini harus dijamin oleh birokrasi pemerintahan, antara lain kelompok masyarakat yang
memerlukan pelayanan di bidang pendidikan dan pengajaran dilayani oleh instansi yang secara
funsional menangani bidan pendidikan dan pengajaran, dan sebagainya.
Model birokrasi yang ideal bukan bertumpu pada kultur semata, tetapi juga bertumpu
pada profesionalisme birokrasi terutama aparat birokrasinya. Profesionalisme birokrasi ini


terfokus pada adanya perjenjangan struktur secara tertib dengan pendelegasian wewenang ,
posisi jabatan dengan tugas-tugas, dan aturan-aturan yang jelas, serta tersedianya personel yang
memiliki kecakapan dan kredibilitas yang memadai dalam bidang tugasnya.
Birokrasi pemerintahan yang ideal tercipta ketika karakter birokrasi ideal terpenuhi, yaitu
birokrasi yang terstruktur baik, tidak adanya jabatan yang inefisien, aturan yang jelas, personel
yang cakap, birokrasi yang apolitis, dan berorientasi pada pelayanan masyarakat.
Adapun langkah-langkah yang dapat diambil dalam hal mencegah patologi birokrasi
terdiri dari perencanaan, rekruitmen, seleksi, penembapatan sementara, penempatan tetap,
penentuan sistem imbalan, perencanaan dan pembinaan karier, peningkatan pengetahuan dan
keterampilan, pemutusan hubungan kerja, pensiunan, dan audit kepegawaian
Kemudian di Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah bereda dengan di Kantor
Bupati Lombok Tengah. Latar belakang pendidikan dari Camat Kecamatan pujut relative baik
sehingga pemberian informasi lebih memuaskan. Bahkan para bawahannya saja melakukan
pekerjaan dengan cekatan.
Gaya kepemimpin di Lombok Tengah cenderung partisipatif. Dalam aktivitas
menjalankan organisasi, pemimpin yang menerapkan gaya ini cenderung berorientasi kepada
bawahan dengan mencoba untuk lebih memotivasi bawahan dibandingkan mengawasi mereka
dengan ketat. Mereka mendorong para anggota untuk melaksanakan tugas-tugas dengan
memberikan kesempatan bawahan untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan,
menciptakan suasana persahabatan serta hubungan-hubungan saling mempercayai dan

menghormati dengan para anggota kelompok. Selain itu gaya ini berupaya untuk meningkatkan
kesadaran bawahan terhadap persoalan-persoalan dan mempengaruhi bawahan untuk melihat
perspektif baru. Melalui gaya ini, pemimpin terus merangsang kreativitas bawahan dan

mendorong untuk menemukan pendekatan-pendekatan baru terhadap masalah-masalah lama.
Bawahan didorong untuk berpikir mengenai relevansi cara, sistem nilai, kepercayaan, harapan,
dan bentuk organisasi yang ada. Bawahan didorong untuk melakukan inovasi dalam
menyelesaikan persoalan dan berkreasi untuk mengembangkan kemampuan diri, didorong untuk
menetapkan tujuan atau sasaran yang menantang. Dengan kata lain, bawahan diberi kesempatan
untuk mengekspresikan dan mengembangkan dirinya melalui tugas-tugas yang dihadapinya.
Pemimpin gaya partisipatif menunjukkan perilaku dan perhatian terhadap anak buah yang
sifatnya individual (individual consideration). Artinya dia bisa memahami dan peka terhadap
masalah dan kebutuhan tiap-tiap anak buahnya. Hal ini tercermin dari persepsi anak buah yang
merasa bahwa sang pemimpin mampu memahami dirinya sebagai individu. Setiap anak buah
merasa dekat dengan pemimpinnya dan merasa mendapat perhatian khusus. Perhatian individual
dapat berupa aktivitas pembimbingan dan mentoring, yang merupakan proses pemberian
feedback yang berkelanjutan dan pengkaitan misi organisasi dengan kebutuhan individual sang
anak buah. Dengan demikian anak buah akan merasakan pentingnya berusaha dan bekerja
semaksimal mungkin atau menunjukkan kinerja yang tinggi karena itu terkait langsung dengan
kebutuhannya sendiri. Bawahan lebih merasa memiliki respek terhadap atasan yang kompeten

dibandingkan atasan yang lebih mengedepankan aspek struktur.