APA ITU KESADARAN HUKUM MASYARAKAT FAKTO

No.5 APA ITU KESADARAN HUKUM MASYARAKAT,
FAKTOR-FAKTOR APA SAJA DAN UPAYA-UPAYA APA SAJA
UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN HUKUM
MASYARAKAT?
HUKUM ACARA PERDATA
SEKSI C

Elsa Monica Sara 2012-050-163
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA
JAKARTA
2014

BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang
Pelaksanaan hukum di Indonesia kurang begitu terlihat dari segi ketaatannya dan
melaksanakan apa yang ada dalam hukum tersebut. Hukum yang telah dibuat seakan
hanya catatan yang telah dibukukan dan tidak berpengaruh terhadap sebagian kaum
masyarakat yang berada diatas. Pelanggaran-pelanggaran semakin banyak terjadi namun
hukum seperti takut untuk melaksanakan tugasnya. Kesadaran masyarakat akan hukum

pun semakin merosot. Dan menganggap bahwa hukum dibuat hanya untuk dilanggar.
Sehingga ada yang mengatakan bahwa hukum itu tajam kebawah dan tumpul keatas.
Mengapa demikian? Apa yang menyebabkan hal tersebut bisa terjadi di negara kita yaitu
Indonesia?
1.2 Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.

Apa itu kesadaran hukum masyarakat?
Bagaimana kondisi kesadaran hukum masyarakat sekarang ini?
Faktor-faktor apa yang dapat meningkatkan kesadaran hukum masyarakat?
Upaya-upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran
hukum masyarakat?

BAB II

Pembahasan
2.1 Kesadaran hukum masyarakat

Kesadaran hukum dengan hukum itu mempunyai kaitan yang erat sekali. Kesadaran
hukum merupakan faktor dalam penemuan hukum. Maka sumber segala hukum adalah
kesadaran hukum. Oleh sebab itu yang disebut hukum hanyalah yang dapat memenuhi
kesadaran hukum kebanyakan orang, maka undang-undang yang tidak sesuai dengan
kesadaran hukum kebanyakan orang akan kehilangan kekuatan mengikat.
Kesadaran hukum adalah kesadaran yang ada pada setiap manusia tentang apa hukum itu
atau apa seharusnya hukum itu, suatu kategori tertentu dari hidup kejiwaan kita dengan
mana kita membedakan antara hukum dan onrecht, antara yang seharusnya dilakukan dan
tidak seharusnya dilakukan. Kesadaran tentang apa hukum itu berarti kesadaran bahwa
hukum itu merupakan perlindungan kepentingan manusia. Bukankah hukum itu
merupakan kaedah yang fungsinya adalah untuk melindungi kepentingan manusia?
Karena jumlah manusia itu banyak, maka kepentingannyapun banyak dan beraneka
ragam pula serta bersifat dinamis. Oleh karena itu tidak mustahil akan terjadinya
pertentangan antara kepentingan manusia. Apabila semua kepentingan manusia itu dapat
dipenuhi tanpa terjadinya sengketa atau pertentangan, kalau segala sesuatu itu terjadi
secara teratur tidak akan dipersoalkan apa hukum itu, apa hukumnya, siapa yang berhak
atau siapa yang bersalah. Kalau terjadi seseorang dirugikan oleh orang lain, katakanlah
dua orang pengendara mobil saling bertabrakan, dan hanya menimbulkan kerusakan pada
mobil tersebut maka dapatlah dipastikan bahwa, kalau kedua pengendara itu masih dapat
berdiri setelah bertabrakan, dan akan saling menuduh dengan mengatakan “Kamulah

yang salah, kamulah yang melanggar peraturan lalu lintas” atau “Saya terpaksa
melanggar peraturan lalu lintas karena kamu yang melanggar peraturan lalu lintas lebih
dulu”. Kalau tidak terjadi tabrakan, kalau tidak terjadi pertentangan kepentingan,
sekalipun semua pengendara kendaraan mengendarai kendaraannya simpang siur tidak
teratur, selama tidak terjadi tabrakan, selama kepentingan manusia tidak terganggu, tidak
akan ada orang yang mempersoalkan tentang hukum. Kepentingan-kepentingan manusia

itu selalu diancam oleh segala macam bahaya: pencurian terhadap harta kekayaannya,
pencemaran terhadap nama baiknya, pembunuhan dan sebagainya. Maka oleh karena
itulah manusia memerlukan perlindungan terhadap kepentingan-kepentingannya. Salah
satu perlindungan kepentingan itu adalah hukum. Timbulnya hukum itu pada hakekatnya
ialah karena terjadinya bentrok atau konfik antara kepentingan manusia atau “conflict of
human interest”. Dalam melindungi kepentingannya masing-masing, maka manusia di
dalam masyarakat harus mengingat, memperhitungkan, menjaga dan menghormati
kepentingan manusia lain, jangan sampai terjadi pertentangan atau konflik yang
merugikan orang lain. Tidak boleh kiranya dalam melindungi kepentingannya sendiri,
dalam melaksanakan haknya, berbuat semaunya, sehingga merugikan kepentingan
manusia lain (eigenrichtig). Jadi kesadaran hukum berarti kesadaran tentang apa yang
seharusnya kita lakukan atau perbuat atau yang seharusnya tidak kita lakukan atau
perbuat terutama terhadap orang lain. Ini berarti kesadaran akan kewajiban hukum kita

masing-masing terhadap orang lain. Kesadaran hukum mengandung sikap tepo sliro atau
toleransi. Kalau saya tidak mau diperlakukan demikian oleh orang lain, maka saya tidak
boleh memperlakukan orang lain demikian pula, sekalipun saya sepenuhnya
melaksanakan hak saya. Kalau saya tidak suka tetangga saya berbuat gaduh di malam
hari dengan membunyikan radionya keras-keras, maka saya tidak boleh berbuat demikian
juga. Tepo

sliro berarti bahwa seseorang

harus

mengingat,

memperhatikan,

memperitungkan dan menghormati kepentingan orang lain dan terutama tidak merugikan
orang lain. Penyalah gunaan hak atau abus de droit seperti misalnya mengendarai sepeda
motor milik sendiri yang diperlengkapi dengan knalpot yang dibuat sedemikian sehingga
mengeluarkan bunyi yang keras sehingga memekakan telinga jelas bertentangan dengan
sikap tepo sliro. Kesadaran akan kewajiban hukum tidak semata-mata berhubungan

dengan kewajiban hukum terhadap ketentuan undang-undang saja, tidak berarti
kewajiban untuk taat kepada undang-undang saja, tetapi juga kepada hukum yang tidak
tertulis. Bahkan kesadaran akan kewajiban hukum ini sering timbul dari kejadiankejadian atau peristiwa-peristiwa yang nyata. Kalau suatu peristiwa terjadi secara
terulang dengan teratur, maka lama-lama akan timbul pandangan atau anggapan bahwa
memang demikianlah seharusnya dan hal ini akan menimbulkan pandangan atau
kesadaran bahwa demikianlah hukumnya atau bahwa hal itu merupakan kewajiban

hukum. Suatu peristiwa yang terjadi secara terus menerus dan oleh karena itu lalu biasa
dilakuan disebut kebiasaan, lama-ama akan mempunyai kekuatan mengikat. Memang
keadaan akan kewajiban hukum itu merupakan salah satu faktor untuk timbulnya hukum
kebiasaan. Faktor lain untuk timbulya hukum kebiasaan ialah terjadinya sesuatu yang
terjadi terus menerus. Akan tetapi kesadaran akan kewajiban hukum tidak perlu
menunggu sampai terjadinya suatu peristiwa secara berulang. Suatu peristiwa cukup
terjadi sekali saja untuk dapat memperoleh kekuatan mengikat asal peristiwa yang hanya
terjadi sekali saja itu cukup menyebabkan timbulnya kesadaran bahwa peristiwa atau
perbuatan itu seharusmya terjadi atau dilakukan. Pada hakekatnya kesadaran hukum
masyarakat tidak lain merupakan pandangan-pandangan yang hidup dalam masyarakat
tentang apa hukum itu. Pandangan-pandangan yang hidup di dalam masyarakat bukanlah
semata-mata hanya merupakan produk pertimbangan-pertimbangan menurut akal saja,
akan tetapi berkembang di bawah pengaruh beberapa faktor seperti agama, ekonomi

poliitik dan sebagainya. Sebagai pandangan hidup didalam masyarakat maka tidak
bersifat perorangan atau subjektif, akan tetapi merupakan dari berbagai faktor kesadaran
hukum yang bersifat subjektif.

2.2 Kondisi Kesadaran Hukum Masyarakat
Kondisi suatu masyarakat terhadap kesadaran hukum pada saat ini dapat dilihat dari:
tinjauan segi bentuk pelanggaran, segi pelaksanaan hukum, segi jurnalistik, dan dari segi
hukum.
2.2.1 Tinjauan bentuk pelanggaran
Bentuk-bentuk pelanggaran yang lagi marak belakangan ini meliputi tindak kriminalitas,
pelanggaran lalu lintas oleh para pengguna motor, pelanggaran HAM, tindak anarkis dan
terorisme, Korupsi dan penyalahgunaan hak dan wewenang, pemerkosaan dan lain
sebagainya. Masih banyak pelanggaran yang terjadi di negeri ini yang belum
terselesaikan.

2.2.2 Tinjauan Pelaksanaan Hukum

Pelaksanaan hukum sekarang ini dapat dikatakan tidak ada ketegasan sikap terhadap
pelanggaran-pelanggaran hukum tersebut. Banyaknya kecurangan dan penyalah gunaan
kekuasaan yang menyebabkan pelanggaran yang terjadi dapat di manipulasi sehingga

seperti tidak ditemukannya pelanggaran dalam sebuah kasus tersebut. Dan dapat juga
dilihat dari kasus yang tertunda dan bahkan tidak surut, laporan-laporan dari masyarakat
tentang terjadinya pelanggaran kurang ditanggapi.
Bahkan secara ekstrim dapat dikatakan bahwa pelaksanaan hukum hanya berpihak
pada mereka yang secara financial mampu memberikan nilai lebih dan jaminan.
2.2.3 Tinjauan Jurnalistik
Peristiwa-peristiwa pelanggaran maupun pelaksanaan hukum hampir setiap hari
dapat dibaca di media cetak dan elektronik, ataupun diakses melalui internet. Memang
harus diakui bahwa jurnalistik terkadang mengusung sensasi dalam pemberitaan, karena
sensasi menarik perhatian pembaca dan berita tentang pelanggaran hukum dan peradilan
selalu menarik perhatian.
2.2.4 Tinjauan Hukum
Ditinjau dari segi hukum, maka dengan makin banyak pemberitaan tentang
pelanggaran hukum, kejahatan, dan kebathilan berarti kesadaran akan banyak terjadinya
“onrecht”. Hal ini juga memberikan implikasi makin berkurangnya toleransi dalam
masyarakat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kesadaran hukum masyarakat
sekarang ini menurun, yang mau tidak mau mengakibatkan merosotnya kewibawaan
masyarakat juga.
Menurut Sudikno Mertokusumo, kesadaran hukum yang rendah cenderung pada
pelanggaran hukum, sedangkan makin tinggi kesadaran hukum seseorang makin tinggi

ketaatan hukumnya.
Mengingat bahwa hukum adalah perlindungan terhadap kepentingan manusia, maka
menurunnya kesadaran hukum masyarakat disebabkan karena orang tidak melihat atau
menyadari bahwa hukum melindungi kepentingannya, tidak adanya atau kurangnya
pengawasan pada petugas penegak hukum, sistem pendidikan yang kurang menaruh
perhatiannya dalam menanamkan pengertian tentang kesadaran hukum. Soerjono

Soekanto, menambahkan bahwa menurunya kesadaran hukum masyarakat disebabkan
juga karena para pejabat kurang menyadari akan kewajibannya untuk memelihara hukum
dan kurangnya pengertian akan tujuan serta fungsi pembangunan.

2.3 Faktor-faktor dalam meningkatkan kesadaran hukum masyarakat
1. Faktor dari penegak hukum yang seharusnya lebih dulu melaksanakan hukum
sebagaimana mestinya.
2. Dari kepercayaan masyarakat terhadap penegak hukum yang telah melaksanakan
hukum dengan baik maka timbullah faktor kesadaran dari masyarakat itu sendiri
untuk menaati hukum. Maka peraturan yang diperuntukkan bagi masyarakat
umum tersebut sebaiknya memberikan efek jera dan menimbulkan rasa taat pada
peraturan dan tidak melakukan pelanggaran lagi.
3. Faktor penyampain kepada masyarakat mengenai hukum itu haruslah tepat

sasaran dan membuat masyarakat mengerti serta memahami aturan yang telah
dibuat sehingga dapat dilaksanakan.
4. Faktor dari sistem hukum itu sendiri. Hukum atau aturan yang dibuat haruslah
sesuai dengan kepentingan masyarakat.

2.4 Upaya-Upaya Meningkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat
Kita harus menyadari bahwa setelah mengetahui kesadaran hukum masyarakat, yang
menjadi tujuan kita yaitu bukanlah semata-mata sekedar meningkatkan kesadaran hukum
masyarakat, tetapi juga membina kesadaran hukum masyarakat.
Menurut pendapat saya upaya-upaya yang harus
Peningkatan kesadaran hukum masyarakat pada dasarnya dapat dilakukan melalui
dua cara, yaitu dalam bentuk tindakan (action) dan pendidikan (education). Berikut
penjelasannya :
2.4.1 Tindakan (action)

Tindakan penyadaran hukum pada masyarakat dapat dilakukan berupa tindakan
drastis, yaitu dengan memperberat ancaman hukuman atau dengan lebih mangetatkan
pengawasan ketaatan warga negara terhadap undang-undang. Cara ini bersifat insidentil
dan kejutan dan bukan merupakan tindakan yang tepat untuk meningkatkan kesadaran
hukum masyarakat

2.4.2 Pendidikan (education)
Pendidikan dapat dilakukan baik secara formal maupun nonformal. Hal yang perlu
diperhatikan dan ditanamkan dalam pendidikan formal/nonformal adalah pada pokoknya
tentang bagaimana menjadi warganegara yang baik, tentang apa hak serta kewajiban
seorang warga negara.
Menanamkan kesadaran hukum berarti menanamkan nilai-nilai kebudayaan. Dan
nilai-nilai kebudayaan dapat dicapai dengan pendidikan. Oleh karena itu setelah
mengetahui kemungkinan sebab-sebab merosotnya kesadaran hukum masyarakat usaha
pembinaan yang efektif dan efesien ialah dengan pendidikan.

1.

Pendidikan formal
Pendidikan sekolah merupakan hal yang lumrah dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara. Pendidikan kesadaran hukum di sekolah harus dilakukan dari tingkat rendah/
TK sampai jenjang pendidikan tinggi ( perguruan tinggi ).
1.a Tingkat TK
Di Taman Kanak-kanak sudah tentu tidak mungkin ditanamkan pengertianpengertian abstrak tentang hukum atau disuruh menghafalkan undang-undang. Yang
harus ditanamkan kepada murid Taman Kanak-kanak ialah bagaimana berbuat baik

terhadap teman sekelas atau orang lain, bagaimana mentaati peraturan-peraturan yang
dibuat oleh sekolah.
Yang penting dalam pendidikan di Taman Kanak-kanak ialah menanamkan pada
anak-anak pengertian bahwa setiap orang harus berbuat baik dan bahwa laranganlarangan tidak boleh dilanggar dan si pelanggar pasti menerima akibatnya

1.b Tingkat SD, SMP, dan SMA
Pada tingkat ini perlu ditanamkan lebih intensif lagi: hak dan kewajiban warga
negara Indonesia, susunan negara kita, Pancasila dan Undang-undang Dasar, pasal-pasal
yang penting dari KUHP, bagaimana cara memperoleh perlindungan hukum. Perlu
diadakan peraturan-peraturan sekolah. Setiap pelanggar harus ditindak. Untuk itu dan
juga untuk menanamkan ”sense of justice” pada murid-murid perlu dibentuk suatu
”dewan murid” dengan pengawasan guru yang akan mengadili pelanggar-pelanggar
terhadap peraturan sekolah. Di samping buku pelajaran yang berhubungan dengan
kesadaran hukum perlu diterbitkan juga buku-buku bacaan yang berisi cerita-cerita yang
heroik.
Secara periodik perlu diadakan kampanye dalam bentuk pekan (pekan kesadaran
hukum, pekan lalu lintas dan sebagainya) yang diisi dengan perlombaan-perlombaan
(lomba mengarang, lomba membuat motto yang ada hubungannya dengan kesadaran
hukum), pemilihan warga negara teladan terutama dihubungkan dengan ketaatan
mematuhi peraturan-peraturan.

1.c Tingkat Perguruan Tinggi
Perguruan Tinggi, khususnya Fakultas Hukum mempunyi peranan penting dalam
hal meningkatkan kesadaran hukum masyarakat, karena di dalanya menghasilkan orangorang yang memiliki pendidikan hukum yang tinggi.

2.

Pendidikan Non Formal
Pendidikan non formal ditujukan kepada masyarakat luas meliputi segala lapisan

dalam masyarakat. Pedidikan non formal dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara
lain : penyuluhan hukum, kampanye,dan pameran. Berikut penjelasannya :
2.a Penyuluhan Hukum
Penyuluhan hukum adakah kegiatan untuk meningkatkan kesadaran hukum
masyarakat berupa penyampaian dan penjelasan peraturan hukum kepada masyarakat
dalam suasana informal agar setiap masyarakat mengetahui dan memahami apa yang

menjadi hak, kewajiban dan wewenangnya, sehingga tercipta sikap dan prilaku
berdasarkan hukum, yakni disamping mengetahui, memahami, menghayati sekaligus
mematuhi /mentaatinya.
Penyuluhan hukum dapat dilakukan melalui dua cara : pertama, penyuluhan
hukum langsung yaitu kegiatan penyuluhan hukum berhadapan dengan masyarakat yang
disuluh, dapat berdialog dan bersambung rasa misalnya : ceramah, diskusi, temu,
simulasi dan sebagainya. Kedua, penyuluhan hukum tidak langsung yaitu kegiatan
penyuluhan hukum yang dilakukan tidak berhadapan dengan masyarakat yang disuluh,
melainkan melalui media/perantara,seperti : radio, televisi, video, majalah, surat kabar,
film,dan lain sebagainya.
Penyuluhan hukum yang tidak langsung dalam bentuk bahan bacaan, terutama
ceritera bergambar atau strip yang bersifat heroik akan sangat membantu dalam
meningkatkan kesadaran hukum masyarakat. Buku pegangan yang berisi tentang hak dan
kewajiban warga negara Indonesia, susunan negara kita, Pancasila dan Undang-undang
Dasar, pasa-pasal yang penting dalam KUHP, bagaimana caranya memperoleh
perlindungan hukum perlu diterbitkan.
Penyuluhan hukum bertujuan untuk mencapai kesadaran hukum yang tinggi dalam
masyarakat, sehingga setiap anggota masyarakat menyadari hak dan kewajibannya
sebagai warga Negara, dalam rangka tegaknya hukum, keadilan, perlindungan terhadap
harkat dan martabat manusia, ketertiban, ketentraman, dan terbentuknya perilaku warga
negara yang taat pada hukum.
2.b Kampanye
Kampanye peningkatan kesadaran hukum masyarakat dilakukan secara terus
menerus yang diisi dengan kegiatan-kegiatan yang disusun dan direncanakan,seperti :
ceramah, berbagai macam perlombaan, pemilihan warga negara teladan dan lain
sebagainya.

2.c Pameran

Suatu pameran mempunyai fungsi yang informatif edukatif. Maka tidak dapat
disangkal peranannya yang positif dalam meningkatkan dan membina kesadaran hukum
masyarakat. Dalam pameran hendaknya disediakan buku vademecum, brochure serta
leaflets di samping diperlihatkan film, slide,VCD dan sebagainya yang merupakan
visualisasi kesadaran hukum yang akan memiliki daya tarik masyarakat yang besar.
Dan pada akhirnya dalam upaya mensukseskan peningkatan kesadaran hukum
masyarakat masih diperlukan partisipasi dari para pejabat dan pemimpin-pemimpin.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sadar hukum, adalah suatu kondisi di mana masyarakat mau menghargai, mau mematuhi
hukum dengan kesadaran sendiri, tanpa adanya suatu paksaan dari siapapun. Kesadaran
hukum masyarakat sangat ditentukan oleh sejauhmana orang memutuskan pilihannya
dalam rangka olah pemikiran untuk berbuat atau berperilaku, mematuhi norma hukum
ataukah tidak. Maka kesadaran hukum merupakan cara pandang masyarakat terhadap
hukum, apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan. Banyak
faktor yang mempengaruhi sehingga masyarakat dapat mematuhi ataupun melanggar
hukum tersebut. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran
hukum pada masyarakat. Tetapi menurut saya awal dari membangun kesadaran hukum
pada masyarakat haruslah dimulai dari penegak hukum atau pemimpin masyarakat itu
sendiri. Karena merekalah yang menjadi panutan bagi masyarakat untuk dapat
memahami dan melaksanakan hukum yang ada tersebut.

3.2 Saran
Cara tepat untuk menyampaikan dan mengajarkan masyarakat untuk mengetahui seperti
apa itu hukum yaitu melalui penyuluhan. Pemerintah sebagai pelaksana Undang – undang
harus terus mensosialisasaikan produk dari hukum kepada masyarakat mulai dari tingkat
pedesaan

sampai

perkotaan

dan

orang

berada

diluar

pemerintahan

seperti

LSM,LBH,media massa dan perguruan tinggi diharapkan bisa membantu pemerintah
dalam mengedukasi masyarakat, Agar masyarakat mengerti tentang kesadaran hukum.

Daftar Pustaka
Titik Triwulan Tutik. 2006. Pengantar Ilmu Hukum. Surabaya : PT. Prestasi Pustaka.
Van aveldoorn. 1996. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta : PT.Pradanya Paramita.
Soeroso,R. 1993. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta : PT. Sinar Grafika.
Hardjono., I. 2003, Keterlibatan Hukum Dalam Masyarakat, Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 6
Nomor 2 Tahun 2003.
Soekanto, S. 1982. Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, Jakarta:Rajawali.
Soemitro, R.H. 1984. Permasalahan Hukum di Dalam Masyarakat, Bandung: Alumni.
Soemitro, R.H. 1998. Metode Penelitian Hukum dan Yurimetri, Jakarta :Ghalia.