Chapter II Analisis Kegiatan Usaha Pedagang Kaki Lima Dengan Metode SWOT (Studi Pada Pedagang Kaki Lima Jalan Kapten Muslim Kota Medan)

9

BAB II
KERANGKA TEORI

2.1. Pedagang Kaki Lima (PKL)
2.1.1. Pengertian Pedagang Kaki Lima
Pengertian pedagang sektor informal sangat terkait dengan ekonomi
informal. Kebanyakan usaha informal terdiri dari aktivitas ekonomi yang sah
dengan kelembagaan dan organisasi yang lemah, sektor informal terdiri
darikegiatan komersil yang sah seperti warung sembako, penjual pakaian di
jalanan dan lainnya dengan tanpa persyaratan legal, seperti harus mempunyai ijin
dan membayar pajak.
Menurut Lili N. Schock dalam bukunya menyebutkan istilah “kaki lima”
sudah lama dikenal di tepi jalan.Istilah tersebut berasal dari zaman antara tahun
1811-1816, saat Napoleon menguasai benua Eropa dan daerah-daerah koloni
Belanda di Asia berada di bawah kekuasaaan administrasi Inggris.Sedangkan
istilah pedagang kaki lima pertama kali dikenal pada zaman Hindia Belanda,
tepatnya pada saat Gubernur Jenderal Stanford Raffles berkuasa. Ia mengeluarkan
peraturan yang mengharuskan pedagang informal membuat jarak sejauh 5 kaki
atau sekitar 1,2 meter dari bangunan formal di pusat kota (Danisworo, 2000).

Peraturan ini diberlakukan untuk melancarkan jalur pejalan kaki sambil tetap
memberikan kesempatan kepada pedagang informal untuk berdagang.
Sampai sekarang sistem lalu lintas di sebelah kiri masih berlaku,
sedangkan trotoar untuk pejalan kaki tidak banyak bertambah.Pada tempat yang
sempit inilah para pedagang tepi jalan melakukan usahanya. Jadi, kaki lima adalah

10

trotoar, yaitu tepi jalan yang ditinggikan yang biasanya mengitari rumah,
bangunan-bangunan. Maksud sebenarnya kaki lima adalah untuk tempat bagi
mereka yang berbelanja standar pasar, tetapi biasanya tempat ini menjadi terlalu
sempit dan penuh sesak dengan manusia yang saling mendorong karena dari kaki
lima biasanya tempatnya tidak terlalu lebar.
Pemahaman pedagang kaki lima saat ini telah berkembang dan dilihat dari
berbagai sudut pandang. Dalam pandangan pemerintah disebutkan bahwa
pedagang kaki lima adalah pelaku usaha yang melakukan usaha perdagangan
dengan

menggunakan


sarana

usaha

bergerak

maupun

tidak

bergerak,

menggunakan prasarana kota, fasilitas sosial, fasilitas umum, lahan dan bangunan
milik pemerintah dan/atau swasta yang bersifat sementara/tidak menetap
(Permendagri nomor 41/2012 pasal 1).
Pengertian pedagang kaki lima menurut ensiklopedia bebas berbahasa
Indonesia adalah istilah untuk menyebut penjaja dagangan yang menggunakan
gerobak. Kelima kaki tersebut adalah dua kaki pedagang ditambah tiga (kaki)
gerobak (yang sebenarnya adalah tiga roda atau dua roda dan satu kaki). Dari
beberapa pandangan tersebut dapat diambil satu benang merahnya bahwa yang

dimaksud dengan pedagang kaki lima adalah mereka yang berjualan di tempattempat umum yang sifatnya tidak permanen, bermodal kecil dan dilakukan secara
pribadi atau berkelompok.
Untuk lebih jelasnya, kegiatan pedagang kaki lima dalam sektor ekonomi
yang dapat dikemukakan sebagai berikut :

11

a. kegiatan usaha tidak terorganisasi secara baik karena timbulnya unit usaha
tidak mempergunakan fasilitas atau kelembagaan yang tersedia di sektor
formal;
b. pada umumnya unit usaha tidak memiliki ijin usaha;
c. pola kegiatannya tidak teratur, baik dalam arti lokasi maupun jam
kerjanya;
d. pada umumnya kebijaksanaan pemerintah untuk membantu golongan
ekonomi lemah tidak menyentuh ke sektor tersebut;
e. unit usaha mudah masuk dari sub sektor ke sub sektor lain;
f. teknologi yang dipergunakan bersifat tradisional;
g. modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga skala operasinya juga
relatif kecil;
h. pendidikan yang diperlukan untuk menjalankan usaha tidak membutuhkan

pendidikan khusus;
i.

pada umumnya unit usaha termasuk “one man enterprises”, dan kalau
mengerjakan buruh berasal dari keluarga;

j.

sumber dana modal usaha pada umumnya berasal dari tabungan sendiri
atau lembaga tidak resmi;

k. hasil produksi atau jasa terutama dikonsumsi untuk masyarakat golongan
berpenghasilan rendah dan kadang-kadang juga menengah.
Oleh sebab itu, pedagang kaki limadapat dianggap sebagai kegiatan
ekonomi masyarakat bawah.Memang secara defactopedagang kaki lima adalah
sebagai pelaku ekonomi di pinggiran jalan. Pedagang kaki lima dalam melakukan

12

aktivitasnya di mana barang dagangannya diangkut dengan gerobak dorong,

bersifat sementara, dengan alas tikar dan atau tanpa meja serta memakai atau
tanpa tempat gantungan untuk memajang barang-barang jualannya, dan atau tanpa
tenda, dan kebanyakan jarak tempat usaha antara mereka tidak dibatasi oleh batasbatas yang jelas. Para pedagang kaki limaini tidak mempunyai kepastian hak atas
tempat usahanya.
Perlu kita akui bahwa kegiatan sektor informal telah memainkan peranan
yang penting dalam perekonomian di negara berkembang.Sektor informal
bukanlah suatu fenomena yang esklusif dalam ekonomi transisi atau ekonomi
berkembang (developing economies) seperti yang terjadi di wilayah Asia
Tenggara. Pedagang kaki lima sebagai suatu jenis kegiatan ekonomi pada sektor
infomal telah menunjukkan eksistensinya dalam wilayah perkotaan.
Menurut Tri Kurniadi dan Hassel (2003 : 5) bahwa secara kasat mata
perkembangan pedagang kaki lima tidak pernah terhentinya timbul seiring dengan
pertumbuhan penduduk. Hal ini membawa akibat positif dan negatif.Positifnya
perdagangan terlihat dari fungsinya sebagai alternatif dalam mengurangi jumlah
pengangguran serta dapat melayani kebutuhan masyarakat ekonomi masyarakat
menengah

kebawah.

Negatifnya


dapat

menimbulkan

masalah

dalam

pengembangan tata ruang kota seperti mengganggu ketertiban umum dan
timbulnya kesan penyimpangan terhadap peraturan akibat sulitnya mengendalikan
perkembangan sektor informal ini.
Penyebab menjamurnya pedagang kaki lima terutama lima tahun
belakangan ini seiring dengan adanya krisis moneter yang sudah begitu akut,
adalah ciri-ciri yang khas dari sektor informal, yaitu:

13

a. Mudah dimasuki,
b. Fleksibel (waktu dan tempat beroperasinya),

c. Bergantung pada sumber daya lokal,
d. Skala operasinya yang kecil.
Sehingga ada kemungkinan para pedagang makanan atau pedagang
komoditi lainnya pada saat diperlukan misalnya pada bulan Puasa banting stir dan
berdagang bahan-bahan untuk keperluan Lebaran. Keberadaan pedagang sektor
informal ini kadang-kadang terlupakan, sehingga pada setiap kebijaksanaan
pemerintah yang berkaitan dengan ekonomi praktis, sektor informal sering
terlupakan.
Sebetulnya pedagang sektor informal terutama pedagang kaki lima ini bisa
dipakai sebagai penarik wisatawan dari manca negara, seperti misalnya Yogya
dengan jalan Malioboronya, Tokyo-Jepang dengan Naka Okachi - Machi dan
Harajukunya, Bangkok dengan jalan Petchburi dan jalan Pratunamnya, Singapura
dengan Bugis street, Arab street dan Change alley-nya.
Pedagang kakilimamerupakan suatu kelengkapan kota-kota diseluruh
dunia dari masa dahulu. Sebagai suatu kelengkapan, pedagang kaki limatidak
mungkin dihindari atau ditiadakan. Karena itu kalau ada suatu pemerintahan kota
ingin meniadakan pedagang kaki lima akan menjadi kebijaksanaan atau tindakan
yang sia-sia.
Pedagang kaki limabagi sebuah kota tidak hanya mempunyai fungsi
ekonomi, tetapi juga fungsi sosial budaya. Sebagai suatu fungsi ekonomi,

pedagang kaki lima tidak pula semestinya hanya dilihat sebagai tempat pertemuan
penjual dan pembeli secara mudah.Tidak pula hanya dilihat sebagai lapangan

14

kerja tanpa membutuhkan syarat tertentu.Tidak pula dilihat sebagai alternatif
lapangan kerja informal yang mudah terjangkau akibat suatu keadaan ekonomi
yang sedang merosot. Pedagang kaki limaharuslah dilihat sebagai pusat-pusat
konsentrasi kapital, sebagai pusaran kuat yang menentukan proses produksi dan
distribusi yang sangat menentukan tingkat kegiatan ekonomi masyarakat dan
negara.
Sebagai sebuah fungsi sosial, pedagang kaki lima tidak semestinya hanya
dilihat sebagai pedagang yang serba lemah, tidak teratur, berada ditempat yang
tidak dapat ditentukan, mengganggu kenyamanan dan keindahan, sehingga harus
selalu ditertipkan oleh petugas.Sebagai suatu gejala sosial, pedagang kaki lima
menjalankan fungsi sosial yang sangat besar. Mereka lah yang menghidupkan dan
membuat kota selalu semarak tidak sepi dan dinamis.
Sebagai pola-pola dan sistem tertentu pedagang kaki limamerupakan daya
tarik tersendiri bagi sebuah kota. Demikian pula dari sudut budaya, pedagang kaki
limamenjadi pengemban perkembangan budaya bahkan menjadi modal budaya

tertentu. Melalui pedagang kaki limakarya-karya budaya diperkenalkan kepada
masyarakat. Selain itu, pedagang kaki limasendiri merupakan gejala budaya bagi
sebuah kota dan menciptakan berbagai corak budaya tersendiri pula.
Pemerintah Kota Medan pun sebetulnya bisa meniru hal ini dengan menata
suatu daerah untuk dijadikan daerah khusus untuk pedagang kaki lima dengan
beberapa syarat yaitu setiap pedagang diharuskan mempunyai bentuk kios yang
seragam, kebersihan yang harus selalu terjaga yang dikelola oleh mereka sendiri
dan pelaksanaannya diperiksa oleh aparat pemda yang jika dilanggar lahannya
akan disita dan tidak diperbolehkan lagi berjualan. Dihindarinya praktek jual

15

belilapak yang biasanya terjadi baik itu yang dilakukan Pemkot maupun oleh
organisasi kepemudaan, dihilangkannya pungutan liar atau uang jago yang
biasanya ada. Karena kedua hal yang terakhir disebutkan masih ada maka
biasanya pedagang akan bertindak seenaknya karena merasa mereka telah
membeli lapak, dan mempunyai penjamin yang menghalalkan mereka untuk
bertindak semaunya.
Keberadaan pedagang kaki lima tidak jarang menimbulkan konflik dengan
Pemerintah Kota, yang cenderung menganggap mereka sebagai pengganggu

kelancaran aktivitas dan ”ketertiban” kota, sehingga perlu disingkirkan. Kemudian
tempat-tempat penampungan pedagang kaki lima ini jika ingin menarik perhatian
masyarakat atau turis asing, maka harus dibuat spesifik dengan menjual barangbarang khusus yang laku tidak hanya oleh masyarakat kota juga laku sebagai buah
tangan untuk wisatawan asing atau mancanegara. Dan dari segi lokasi harus
mudah dijangkau dari segala arah, mempunyai sarana parkir cukup, dan tidak
menimbulkan kemacetan yang bisa membebani kota di kemudian hari.
2.2. Analisis SWOT
2.2.1. Pengertian Analisis SWOT
Analisis adalah tahap sistem dilakukan setelah tahap pengumpulan data.
Tahapanalisis sistem merupakan tahan yang kritis dan sangat penting karena
kesalahan di dalamtahap ini akan menyebabkan kesalahan pada tahap selanjutnya.
Proses analisis sistemdalam pengembangan sistem informasi merupakan suatu
prosedur yang dilakukan untukpemeriksaan masalah dan penyusunan alternatif
pemecahan masalah yang timbul sertamembuat spesifikasi sistem yan baru
(Sutabri, 2003:84).

16

Analisis adalah penguraian suatu sistem informasi yang utuh ke dalam
bagianbagian,komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan

mengepaluasipermasalahan-permasalahan yang terjadi serta kebutuhan-kebutuhan
yang diharapkan (Jogiyanto, 2005:129).Berdasarkan dua pengertian di atas
penulis

menyimpulkan

bahwa

analisismerupakan

proses

sistem

dalam

pengembangan informasi merupakan suatu proseduryang dilakukan utuk
pemeriksaan masalah dan penyusunan alternatif pemecahan masalahyang timbul
serta membuat spesifikasi sistem yang baru.
Pengertian analisis SWOT menurut Rangkuti (2006:18) adalah “
identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi
perusahaan, dimana setiap perusahaan harus bisa memaksimalkan setiap kekuatan
(Strength) dan peluang (Oppourtunities) dan bisa meminimalkan kelemahan
(Weakness) serta ancaman (Threats).

Pendekatan ini mencoba menyeimbangkan kekuatan dan kelemahan
internal usaha dengan peluang dan ancaman lingkungan eksternal usaha yang
ada.Pendekatan ini menganjurkan bahwa isu pertama usaha harus dianalisis secara
hati-hati dan cermat.Formulasi strategi harus diarahkan kepada berbagai usaha
yang penting dan mendesak untuk segera diselesaikan. Analisis ini akan sangat
membantu di dalam merumuskan kebijakan-kebijakan yang sifatnya strategi bagi
pedagang.
Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan
dan peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan
ancaman. Proses pengambilan keputusan strategis secara berkaitan dengan
pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahan. Dengan demikian,

17

perencana strategis harus menganalisis factor-faktor strategis dalam kondisi yang
ada saat ini.
Kekuatan adalah kondisi suatu perusahaan yang mampu untuk melakukan
semua tugasnya secara baik dikarenakan semua sarana dan prasarana sangat
mencukupi (umumnya diatas rata-rata industri).Rangkuty (2006:18) Kelemahan
adalah sebagai dari analisis lingkungan internal perusahaan yang membantu
manajemen untuk membantu adanya kelemahan-kelemahan penyimpangan yang
membuat posisi perusahaan tidak menguntungkan sehingga mempengaruhi
tingkat kemampuan bersaing dengan para pesaing dalam industry manufaktur.
Rangkuti (2006:19).
Peluang adalah bagian dari analisis lingkungan eksternal perusahan yang
membantu manajemen dalam mencari dan mengetahui apa saja yang menjadi
peluang dan kesempatan bagi perusahaan dalam menjalankan bisnisnya sehingga
perusahaan tersebut dapat meraih pangsa pasar dengan keuntungan yang lebih
besar. Rangkuti (2006:19) Ancaman adalah bagian dari analisis lingkungan
eksternal perusahaan yang membantu manajemen untuk mengetahui tantangan
yang akan dan telah dihadapi perusahaan yang timbul karena karena adanya suatu
kecenderungan atau perkembangan yang tidak menguntungkan di luar
perusahaan. Rangkuty (2006:19)
Analisa SWOT (SWOT Analysis) adalah suatu metode perencanaan
strategis yang digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor yang menjadi
kekuatan (Strengths), Kelemahan (Weaknesses), Peluang (Opportunities), dan
Ancaman (Threats) yang mungkin terjadi dalam mencapai suatu tujuan dari
kegiatan proyek/kegiatan usaha atau institusi/lembaga dalam skala yang lebih

18

luas. Untuk keperluan tersebut diperlukan kajian dari aspek lingkungan baik yang
berasal dari lingkungan internal maupun eskternal yang mempengaruhi pola
strategi institusi/lembaga dalam mencapai tujuan.
Dilihat dari sejarahnya dan penggunaannya saat ini, metode SWOT
banyak dipakai di dunia bisnis dalam menetapkan suatu perencanaan strategi
perusahaan (strategicplanning) sehingga literatur mengenai metode ini banyak
berkaitan dengan aspek penerapan di dunia bisnis meskipun pada beberapa analisa
ditemukan pula penggunaan SWOT untuk kepentingan public policy. Metode
SWOT pertama kali digunakan oleh Albert Humphrey yang melakukan penelitian
di Stamford University pada tahun 1960-1970 dengan analisa perusahaan yang
bersumber dalam Fortune 500.
Meskipun demikian, jika ditarik lebih ke belakang analisa ini telah ada
sejak tahun 1920-an sebagai bagian dari Harvard Policy Model yang
dikembangkan di HarvardBusiness School. Namun pada saat pertama kali
digunakan terdapat beberapakelemahan utama di antaranya analisa yang dibuat
masih bersifat deskripstif dan belum/tidak menghubungkan dengan strategistrategi yang mungkin bisadikembangkan dari analisa kekuatan-kelemahan yang
telah dilakukan.
Analisis SWOT merupakan bagian dari proses perencanaan. Hal utama
yang ditekankan adalah bahwa dalam proses perencanaan tersebut, suatu
institusi membutuhkan penilaian mengenai kondisi saat ini dan gambaran ke
depan yangmempengaruhi proses pencapaian tujuan institusi. Dengan analisa
SWOT akan didapatkan karakteristik dari kekuatan utama, kekuatan tambahan,
faktor netral, kelemahan utama dan kelemahan tambahan berdasarkan analisa

19

lingkungan internal dan eksternal yang dilakukan. Dari analisa tersebut potensi
dari suatu institusi untuk bisa maju dan berkembang dipengaruhi oleh : bagaimana
institusi memanfaatkan pengaruh dari luar sebagai kekuatan tambahan serta
pengaruh lokal dari dalam yang terdapat empat langkah utama yang harus
dilakukan, yaitu :
1. Mengidentifikasi existing strategy yang telah ada dalam institusi
sebelumnya.Strategi ini bisa jadi bukan merupakan strategi yang disusun
berdasarkankebutuhan institusi menghadapi gejala perubahan lingkungan
eskternal yang ada melainkan merupakan strategi turunan yang telah ada
sejak lama dipeganginstitusi.
2. Mengidentifikasi perubahan-perubahan lingkungan yang dihadapi institusi
dan masih mungkin terjadi di masa mendatang.
3. Membuat cross tabulation antara strategi yang ada saat ini dengan
perubahanlingkungan yang ada.
4. Menentukan katagorisasi kekuatan dan kelemahan berdasarkan penilaian
apakah strategi yang saat ini ada masih sesuai dengan perubahan
lingkungan di masa mendatang : Jika masih sesuai strategi tersebut
menjadi kekuatan/peluang, dan sudah tidak sesuai merupakan kelemahan.
2.2.2. Faktor Lingkungan dalam Analisis SWOT
Walaupun terdapat beberapa metode penentuan faktor SWOT, secara
umum terdapat keseragaman bahwa penentuan tersebut akan tergantung dari
faktor lingkungan yang berada di luar institusi. Faktor lingkungan eksternal
mendapatkan prioritas lebih dalam penentuan strategi karena pada umumnya

20

faktor-faktor ini berada di luar kendali institusi (exogen) sementara faktor internal
merupakan faktor-faktor yang lebih bisa dikendalikan.
Faktor-faktor yang menjadi kekuatan-kelemahan peluangdan ancaman.
a. Kekuatan dan Kelemahan. Kekuatan adalah faktor internal yang ada
di dalam institusi yang bisa digunakan untuk menggerakkan institusi ke
depan. Suatu kekuatan / strenghth (distinctive competence ) hanya akan
menjadi competitive advantage bagi suatu institusi apabila kekuatan
tersebut terkait dengan lingkungan sekitarnya, misalnya apakah kekuatan
itu dibutuhkan atau bisa mempengaruhi lingkungan di sekitarnya. Jika
pada instutusi lain juga terdapat kekuatan yang dan institusi tersebut
memiliki core competence yang sama, maka kekuatan harus diukur dari
bagaimana kekuatan relatif suatu institusi dibandingkan dengan institusi
yang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak semua kekuatan yang
dimiliki institusi harus dipaksa untukdikembangkan karena adakalanya
kekuatan itu tidak terlalu penting jika dilihat dari lingkungan yang lebih
luas. Hal-hal yang menjadi opposite dari kekuatan adalah kelemahan.
Sehingga sama dengan kekuatan, tidak semua kelemahan dari institusi
harus

dipaksa

untuk

diperbaiki

terutama

untuk

hal-hal

yang

tidak berpengaruh pada lingkungan sekitar.
b. Peluang dan Ancaman. Peluang adalah faktor yang di dapatkan
denganmembandingkan analisa internal yang dilakukan di suatu institusi
(strenghth dan weakness) dengan analisa internal dari kompetitor

lain. Sebagaimana kekuatan peluang juga harus diranking berdasarkan
success probbility, sehingga tidak semua peluang harus dicapai dalam

21

target dan strategi institusi. Peluang dapat dikatagorikan dalam tiga
tingkatan :
1. Low, jika memiliki daya tarik dan manfaat yang kecil dan
peluangpencapaiannya juga kecil.
2. Moderate: jika memiliki daya tarik dan manfaat yang besar
namunpeluang pencapaian kecil atau sebaliknya.
3. Best, jika memiliki daya tarik dan manfaat yang tinggi serta
peluangtercapaianya besar.
c. Ancaman

adalah

segala

sesuatu

yang

terjadi

akibat

trend

perkembangan(persaingan) dan tidak bisa dihindari. Ancaman juga bisa
dilihat dari tingkatkeparahan pengaruhnya ( serousness) dan kemungkinan
terjadinya (probabilityof occurance ). Sehingga dapat dikatagorikan :
1. Ancaman

utama

(major

threats),

adalah

ancaman

yang

kemungkinan terjadinya tinggi dan dampaknya besar. Untuk ancaman
utama ini, diperlukan beberapa contingency planning yang harus
dilakukan institusi untuk mengantisipasi.
2. Ancaman tidak utama (minor threats), adalah ancaman yang
dampaknya kecil dan kemungkinan terjadinya kecil
3. Ancaman moderate, berupa kombinasi tingkat keparahan yang
tinggi namun kemungkinan terjadinya rendah dan sebaliknya.
d. Sehingga dari kacamata analisa lingkungan eksternal dapat dijelaskan
bahwa :
1. Suatu institusi dikatakan memiliki keunggulan jika memiliki
majoropportunity yang besar dan majorthreats yang kecil

22

2. Suatu institusi dikatakan spekulatif jika memiliki high opportunity
dan threats pada saat yang sama
3.

Suatu institusi dikatakan mature jika memiliki low opportunity dan
threat

4. Suatu institusi dikatakan in trouble jika memiliki low opportinity dan
high threats.

Tujuan penetapan visi antara lain adalah:
1. mencerminkan apa yang akan dicapai
2. memberikan arah dan fokus strategi yang jelas
3. menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan strategik
4. memiliki orientasi terhadap masa depan.
Meskipun sifatnya adalah impian, visi harus memenuhi kriteria di antaranya
adalah :
a. Dapat dibayangkan oleh seluruh anggota organisasi
b. Mengandung nilai yang diinginkan oleh anggota organisasi
c. Memungkinkan untuk dicapai
d. Terfokus pada efisiensi, efektivitas dan ekonomis
e. Berwawasan jangka panjang tetapi tidak mengabaikan perkembangan
zaman
f. Dapat dikomunikasikan dan dimengerti oleh seluruh anggota organisasi.
Dari visi akan dituangkan cara yang digunakan institusi dalam mencapai
visi. Secara konseptual cara tersebut akan tertuang dalam misi dan secara aplikatif
akan terlihat dalam strategi.

23

2.2.3. Metode SWOT
Untuk mendapatkan informasi dari berbagai narasumber melalui analisis
SWOT di atas digunakan metode survey dengan frame sample pihak-pihak
(stakeholders) yang bisa memberikan penilaian aspek internal dan eksternal yang

mempengaruhi kinerja suatu institusi atau lembaga. Untuk itu, dibutuhkan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Melakukan Focus Group Discussion

(FGD) untuk mendapatkan

gambaranawal dari peta permasalahan yang ada di institusi. FGD harus
dilakukan dengan komprehensif artinya melibatkan seluruh stakeholders
sehingga peta yang terbentuk telah mewakili seluruh kepentingan
stakeholders. Karena sifatnya yang bersumber dari informasi kualitatif

pemilihan responden yang credible sangat mempengaruhi hasil akhir dari
analisa SWOT sehingga hendaknya harus dilakukan dengan beberapa
kualifikasi.
2. Pembuatan

kuesioner

dikumpulkandalam

SWOT

FGD.

berdasarkan

Secara

umum

informasi
kuesioner

yang
ini

telah

memiliki

katagorisasi penilaian sebagai berkut:
a. Penilaian

faktor

internal

dan

eksternal.

Di

sini

responden

membrikan preferensi opini terhadap faktor-faktor internal dan
eksternal dari institusi pada saat ini dan perkiraan di masa mendatang.
b. Penilaian urgensi. Di sini responden diminta untuk menilai tingkat
urgensi faktor tersebut untuk ditangani. Penilaian ini berhubungan
dengan skala prioritas dalam menyelesaikan persoalan-persoalan
pembangunan yang tercermin melalui faktor-faktor yang dinilai.

24

c. Faktor inilah yang kemudian terkatagori sebagai kekuatan atau
kelemahan(dari analisa internal) dan peluang atau ancaman (dari
analisa eksternal).
3. Setelah kuesioner terisi dan terkumpul semua, penilaian faktor dilakukan
dengan meranking bobot penilaian pada ”penilaian responden” yang
memiliki nilai maksimal 6 dan minimal 1. Faktor-faktor yang memiliki
nilai di atas median (atau rata-rata dilihat dari persebaran distribusi
probabilitasnya) disebut dengan ”kekuatan” pada analisa internal dan
”peluang” pada analisa eskternal. Sebaliknya faktor-faktor yang memiliki
nilai penilaian di bawah median disebut dengan ”kelemahan” pada analisa
internal dan ”ancaman” pada analisa eksternal.
4. Membentuk suatu kuadran faktor pembangunan, yaitu suatu blok
yangmenjelaskan posisi dari kombinasi faktor internal dan eksternal
pembangunan, dengan kombinasi : kekuatan-peluang (S-O), kekuatanancaman (S-T), kelemahan-peluang (W-O) dan kelemahan-ancaman (WT). Sebelum menentukan kuadran pembangunan, harus dilihat terlebih
dahulu uji konsistensi dari pengolahan kuesioner SWOT.
5. Membuat pola strategi pembangunan berdasarkan Indeks Penilaian
Kuadran. Prioritas strategi pembangunan berdasarkan skenario ini
ditetapkan dengan menjalankan kombinasi kebijakan dengan indeks nilai
paling kecil berurutan ke yang paling besar. Dengan kata lain, daerah akan
berusaha untuk mengatasi seluruh faktor yang paling lemah yang dimiliki
untuk kemudian beralih pada kombinasi strategi yang telah memiliki

25

indeks baik/tinggi. Dari contoh di atas strategi pembangunan yang
dilakukan institusi akan bergerak dari WT_ ST_ WO_ SO.
2.2.4. Persiapan Dalam Melakukan Analisis SWOT
Sebelum melakukan diagnosis terhadap usaha, maka yakinkan dulu bahwa
seluruh informasi yang berkaitan dengan organisasi telah dengan mudah
didapatkan (termasuk SDM anggota).Hal ini agar menghindari kesalahan dalam
melakukan diagnosis organisasi. Informasi-informasi tersebut didapatkan dengan
cara melibatkan seluruh pelaku organisasi, sehingga para anggota organisasi pun
terbuka terhadap segala kompetensi yang mereka miliki, yang nantinya sangat
bermanfaat bagi organisasi.
Selanjutnya, janganlah bersikap otoriter dalam mengambil data untuk
didiagnosis. Karena jika ada pemimpin yang otoriter dan tidak mampu
menampilkan data yang otentik, maka akan terjadi kesalahan dalam mendiagnosis
yang berdampak pada kesalahan mengambil strategi kedepan untuk organisasi.
Untuk itu bersikap terbukalah dan demokratis terhadap seluruh pelaku
organisasi.Dan penting diketahui bahwa dalam melakukan analisis SWOT,
pengetahuan dan pemahaman akan visi/ misi organisasi harus diketahui secara
baik, sehingga analisis akan mengarah pada pencapaian tujuan organisasi.
2.2.5. Matriks SWOT
Matriks SWOT dilakukan selanjutnya yakni mendata seluruh indikasi
organisasi secara jelas, sehingga memudahkan dalam mencari strategi yang tepat
dan efektif. Untuk memudahkan menganalisis gunakanlah matriks SWOT.
Matriks SWOT adalah alat untuk menyusun faktor-faktor strategis organisasi
yang dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman

26

eksternal yang dihadapi organisasi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan
kelemahan yang dimilikinya. Analisis ini dalam dunia kedokteran dimisalkan
sebagai sebuah alat diagnosa untuk mendeteksi dan menemukan jenis penyakit
pada pasien, dengan cara menampung/mendata terlebih dahulu keluhan-keluhan
yang diutarakan pasien.
Dalam menyajikan matrik SWOT, Kekuatan (Strengths) harus didata oleh
pelaku organisasi. Dengan kata lain menampung seluruh kekuatan lembaga atau
organisasi yang mencakup SDM, kantor atau sekretariat, jaringan dan sarana
prasarana yang dimiliki. Kelemahan (Weaknesses) juga mencakup yang
kelemahan-kelemahan internal organisasi yang demikian itu.Sehingga Strengths
dan Weaknesseses adalah kondisi internal lembaga yang dirasakan atau
ditemukan saat ini.Setelah itu pikirkan dan lihatlah di luar organisasi (lingkungan
masyarakat dan sekitarrnya) begitu banyak Kesempatan (Opportunities), segera
anda tuliskan lalu data potensi eksternal itu.Adapun kondisi eksternal yang
mengusik eksistensi lembaga anda berupa Ancaman (Threats) juga perlu anda
data. Untuk memudahkan anda dalam pendataan, anda dapat menggunakan tabel
berikut:

27

Tabel 2.1: Diagnosis SWOT

Setelah melakukan pendataan dan mendeteksi potensi internal dan
eksternal organisasi, berikutnya adalah membuat matriks SWOT. Dalam membuat
matriks SWOT, seluruh data dari tabel diagnosis ditransfer kedalam bentuk
matriks SWOT, untuk dicarikan strategiyangtepat.

28

Tabel 2.2: Matriks SWOT

Setelah anda memasukan data ke matriks SWOT, maka selanjutnya adalah
menentukan strategi dengan mempertimbangkan berbagai indikasi yang telah
anda data. Adapun strategi-strategi tersebut, yakni :
1.

Strategi OS adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan jalan pikiran
organisasi yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut
dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Inilah yang merupakan
strategi agresif positif yaitu menyerang penuh inisiatif dan terencana.
Datalah program atau kegiatan yang akan dilaksanakan, kapan waktunya
dan dimana dilaksanakan, sehingga tujuan organisasi akan tercapai secara
terencana dan terukur. Dalam strategi SO, organisasi mengejar peluangpeluang dari luar dengan mempertimbangkan kekuatan organisasi.

29

2.

Strategi OW adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan pemanfaatan
peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan dalam
organisasi. Dalam hal ini perlu dirancang strategi turn around yaitu strategi
merubah haluan. Maksudnya, terkadang anda harus mundur satu atau dua
langkah ke belakang untuk maju melangkah jauh ke depan. Peluang
eksternal yang besar penting untuk diraih, namun permasalahan internal
atau kelemahan yang ada pada internal organisasi lebih utama untuk
dicarikan solusi, sehingga capaian peluang yang besar tadi perlu
diturunkan skalanya sedikit. Dalam hal ini kelemahan-kelemahan
organisasi perlu diperbaiki dan dicari solusinya untuk memperoleh
peluang tersebut.

3.

Strategi TS adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan kekuatan yang
dimiliki organisasi untuk mengatasi ancaman yang terdeteksi. Strategi ini
dikenal dengan istilah strategi diversifikasi atau strategi perbedaan.
Maksudnya, seberapa besar pun ancaman yang ada, kepanikan dan
ketergesa-gesaan hanya memperburuk suasana, untuk itu pahamilah bahwa
organisasi anda memiliki kekuatan yang besar yang bersifat independen
dan dapat digunakan sebagai senjata untuk mengatasi ancaman tersebut.
Mulailah mengidentifikasi kekuatan dan menggunankannya untuk
mengurangi ancaman dari luar.

4.

Strategi TW adalah strategi yang diterapkan kedalam bentuk kegiatan
yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada
serta menghindari ancaman. Karena dalam kondisi ini, organisasi anda
sedang dalam bahaya, kelemahan menimpa kondisi internal sedangan

30

ancaman dari luar juga menyerang. Bila anda tidak mengambil strategi
yang tepat, maka kondisi ini bisa berdampak buruk bagi citra dan
eksistensi organisasi kedepan, Yang perlu anda lakukan adalah bersama
seluruh elemen organisasi merencanakan suatu kegiatan untuk mengurangi
kelemahan organisasi, dan menghindar dari ancaman eksternal.
Secara garis besar dalam penentuan strategi, yakni jika kelemahan
organisasi besar, walaupun ada peluang ataupun ancaman, maka yang perlu
dilakukan adalah mengadakan konsolidasi internal.Konsolidasi internal bertujuan
untuk menguatkan kembali kelemahan-kelemahan organisasi, seperti SDM,
infrastruktur, pendanaan dan lainnya, sehingga mampu menghadapi ancaman serta
menangkap peluang dari eksternal.
Sedangkan kalau yang terjadi adalah organisasi memiliki kekuatan yang
besar, maka organisasi dapat membuat strategi dengan perencanaan yang matang,
sistematis dan terukur dengan memanfaatkan sumber daya potensial organisasi,
untuk bergerak menuju tujuang organisasi.Hal ini dilakukan agar dapat menekan
ancaman dari luar, serta menangkap peluang yang ada.Berikut ilustrasi gambar
analisis SWOT menurut Rangkuty (2004):

31

Gambar 2.1: Ilustrasi Analisis SWOT

Sumber: Dalam Freddy Rangkuti (2015)
Penjelasanya bahwa, Kuadran 1 merupakan situasi yang sangat
menguntungkan.Usaha

memiliki

peluang

dan

kekuatan

sehingga

dapat

memanfaatkan peluang yang ada.Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini
adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.
Kuadran 2, meskipun menghadapi berbagai ancaman, setiap usaha masih
memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara
strategi diversifikasi (produk/pasar).
Kuadran 3, setiap perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat
besar, tetapi di lain pihak ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal.
Focus strategi setiap pedagang adalah meminimalkan masalah-masalah internal
perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

32

Kuadran 4, ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, setiap
usaha tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
2.2.6. Pilihan Alternatif Strategi
Freddy (1997:18) bahwa apabila kita telah mengenal kekuatan
dankelemahan diri sendiri, dan mengetahui kekuatan dan kelemahan lawan, sudah
dapat

dipastikan bahwa

kita akan

memenangkan pertempuran. Dalam

perkembangannya saat ini analisis SWOT tidak hanya dipakai untuk menyusun
strategi di medan pertempuran, melainkan banyak dipakai untuk menyusun
perencanaan strategi bisnis yang bertujuan untuk menyusun strategi-strategi
jangka panjang sehingga arah dantujuan perusahaan dapat dicapai dengan jelas
dan dapat segera diambil keputusan,berikut semua perubahannya dalam
menghadapi pesaing. Lebih lanjut dijelaskan analisis SWOT membandingkan
antara faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan
faktor internal

kekuatan

(strength)

dan kelemahan

(weaknesses)

yang

menghasilkan pilihan strategi
2.3. Strategi
2.3.1. Konsep Strategi
Strategi

adalah

tujuan

jangka

panjang

dari

suatu

perusahaan,

sertapendayagunaan dan alokasi semua sumber daya yang penting untukmencapai
tujuan tersebut (Chandler,1962:13 dalam Rangkuti ,2002:4).Pemahaman yang
baik mengenai konsep strategi dan konsep-konsep lainyang bersangkutan sangat
menentukan suksesnya strategi apa yang akandisusun. Konsep-konsep tersebut
adalah:

33

a. Distinctive Competence : tindakan yang dilakukan perusahaan agardapat
melakukan

kegiatan

lebih

baik

dibandingkan

dengan

pesaingnya.Distinctive Competence ini meliputi keahlian tenaga kerja
dankemampuan sumber daya.
b.

Advantage:

Competitive

kegiatan

spesifik

yang

dikembangkanperusahaan untuk melakukan yang lebih baik dibanding
denganpesaingnya.

Strategi

yang

digunakan

untuk

memperoleh

keunggulandalam bersaing adalah cost leadership, differensial dan focus.
Porter

menyebutkan

competive

terbagi

menjadi

seringkali

menuntut

advantage

3(dalamRangkuti, 2009: 6) yaitu:
1) Keunggulan biaya menyeluruh (Cost Leadership)
Pencapaian

biaya

keseluruhan

yang

rendah

bagianpasar relative yang tinggi atau kelebihan yang lain, seperti akses
yangmenguntungkan kepada bahan baku. Selain itu juga perlu untukmerancang
produk agar mudah didapat, menjual banyak lini produkyang mudah dibuat,
menjual banyak lini produk yang berkaitan untukmenebarkan biaya, serta
melayani kelompok pelanggan yang besarguna membangun volume.
Penerapan strategi biaya rendah mungkinmemerlukan investasi modal
pendahuluan yang besar untuk peralatanmodern, penetapan harga yang agresif dan
kerugian awal untukmembina bagian pasar yang tinggi pada akhirnya dapat
memungkinkanskala ekonomis dalam pembelian yang akan semakin menekan
biaya(Porter,2008: 32).
2) Diferensiasi

34

Diferensiasi merupakan strategi yang baik untuk menghasilkan laba diatas
rata-rata dalam suatu industri karena strategi ini menciptakan posisiyang aman
untuk mengatasi kekuatan pesaing, meskipun dengan carayang berbeda dari
strategi keunggulan biaya. Diferensiasi memberikan penyekat kepada persaingan
karena adanya loyalitas dari merkpelanggan dan mengakibatkan berkurangnya
kepekaan terhadap harga.Diferensiasi juga meningkatkan margin laba yang
menghindarkankebutuhan akan posisi biaya rendah (Porter, 2008).
2.3.2. Tipe-tipe Strategi
Menurut Rangkuti (2009), Strategi dapat dikelompokan menjadi3 (tiga)
tipe strategi yaitu:
a. Strategi manajemen
Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan olehmanajemen
dengan orientasi pengembangan strategi secara makro,misalnya strategi
pengembangan produk, penerapan harga, akuisisi,pengembangan pasar dan
sebagainya.
b. Strategi investasi
Strategi ini merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi,misalnya
perusahaan ingin melakukan strategi pertumbuhan yangagresif atau berusaha
melakukan penetrasi pasar, strategi bertahan,strategi pembangunan kembali divisi
baru dan sebagainya.
c. Strategi bisnis
Strategi ini sering disebut strategi bisnis secara fungsional karenastrategi
ini berorientasi pada fungsi- fungsi kegiatan manajemen,misalnya strategi

35

pemasaran, produksi atau operasional, distribusi, danstrategi yang berhubungan
dengan keuangan
2.4. Kajian Pedagang Kaki Lima Terdahulu
Bab ini saya memaparkan beberapa penelitian terkait persoalan pedagang
kaki lima yang pernah dilakukan sebelumnya. Adapun pemaparan yang akan
disajikan meliputi beberapa penelitian mengenai pedagang kaki lima dari sudut
pandang analisis SWOT. Terkait analisis tersebut lebih terfokus pada bagaimana
para pedagang kaki lima menjalankan usahanya ditinjau persoalan internal
maupun eksternal para pedagang dalam menjalankan usahanya.
Kajian mengenai pedagang kaki lima sering dibahas sebagai kajian di
dalam skripsi maupun tesis, diantaranya;
Salmina Ginting, skripsi studi kasus :Pengaruh Keberadaan Pedagang
Kaki Lima Terhadap Jumlah Pengunjung Taman Kota Di Medan. Tahun
penelitian 2009 Universitas Sumatera Utara.Penelitian beliau dimaksudkan untuk
mengetahui apakah kehadiran pedagang kaki lima merupakan salah satu faktor
yang menentukan dalam meningkatkan jumlah pengunjung di taman kota.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya pedagang kaki lima di
sekitar taman sehingga dianggap mengganggu nilai estetika taman padahal pada
kenyataannya kehadiran pedagang kaki lima telah membuat taman kota menjadi
hidup dan disukai. Penelitian dilakukan pada tiga taman di kota Medan yaitu
Taman Ahmad Yani, Taman Gajah Mada, dan Taman Sri Deli. Ketiga taman
terletak di pusat kota Medan. Tiga elemen yang diteliti adalah posisi dan lokasi
pedagang, jenis mata dagangan, dan desain gerobak atau tenda pedagang kaki
lima. Jenis mata dagangan dan desain gerobak atau tenda pedagang relatif

36

samasatu dengan lainnya di ketiga taman yang disurvai. Yang berbeda adalah
lokasi berjualan pedagang. Di Taman Ahmad Yani dan Taman Gajah Mada tidak
satu pun pedagang kaki lima berjualan di dalam taman. Semua pedagang
mengambil lokasi di sisi luar taman dekat jalan raya yang melingkupinya. Di
Taman Sri Deli, sebagian besar pedagang berjualan di dalam taman dan sisanya di
luar taman.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa kehadiran pedagang kaki lima di
Taman Ahmad Yani dan Taman Gajah Mada tidak secara signifikan
meningkatkan minat warga mengunjungi taman kota. Taman Ahmad Yani dan
Taman Gajah Mada tetap ramai meskipun pada hari-hari dan jam tertentu jumlah
pedagang kaki lima yang berjualan sangat sedikit. Tetapi di Taman Sri Deli
pedagang kaki lima menjadi faktor yang signifikan dalam meningkatkan jumlah
pengunjung. Hal ini terjadi karena pedagang rujak yang berjualan di dalam taman
sudah sangat terkenal dan hanya terdapat di taman tersebut sehingga selalu dicari
oleh warga kota.
Tesis, dengan judul Kajian Spasial Pedagang Kaki Lima Dalam
Pemanfaatan Ruang Publik Kota Studi Kasus: Koridor Jalan Arif Rahman Hakim
Jalan Aksara Pasar Sukaramai Kelurahan Sukaramai I Kecamatan Medan Area
Medan. Oleh Jonni Daniel Pandapotan Lubis, Program Studi Magister Teknik
Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara tahun 2010.
Tujuan dari Kajian Spasial Perilaku Pedagang Kaki Lima Dalam
Pemanfaatan Ruang Publik Kota pada koridor Jalan Arif Rahman Hakim dan
Jalan Aksara adalah untuk mengetahui bagaimana perilaku pedagang kaki lima
yang memanfaatkan ruang publik kota sebagai tempat berdagang dan untuk

37

mengetahui dampak yang disebabkan oleh pedagang kaki lima terhadap ruang
publik yang ada.
Penelitian dilakukan secara kuantitatif dengan mengidentifikasi dan
memahami kondisi perebutan ruang dalam penentuan lokasi pedagang kaki lima
serta meneliti perilaku pedagang kaki lima melalui pengamatan langsung di
lapangan dan wawancara dengan menggunakan kuisioner kepada responden
sebagai alat pengumpul data.
Dari hasil penelitian dan analisis data dapat disimpulkan antara lain suku
dan kekerabatan merupakan faktor bertambahnya jumlah pedagang kaki lima,
pedagang kaki lima dibedakan atas pedagang bergerak dan pedagang menetap,
jenis dagangan (buah-buahan, sayur-sayuran, hasil laut, daging/ayam dan bahan
kebutuhan rumah tanggal lainnya), lokasi berdagang (di badan jalan, trotoar dan
bahu jalan), alat bantu berdagang (meja, kereta dorong, lapak dan beca barang).
Karena terbatasnya ruang menyebabkan tidak ada batas yang jelas antar
satu pedagang dengan pedagang yang lain. Alasan pedagang kaki lima
menggunakan ruang publik adalah karena pembeli yang banyak. Keberadaan
pedagang

kaki

lima

menyebabkan

kemacetan,

penyebab

banjir

dan

menghilangkan keindahan wajah kota. Di sisi lain keberadaan pedagang kaki lima
berdampak positif yaitu membuka lapangan pekerjaan dan masih perlu
dipertahankan.
Selain itu, dalam penelitian Dina Fujisari dengan judul penelitian
Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota Medan dalam Mengelola Pedagang
Kaki Lima (Studi Kasus Pada Pedagang Kaki Lima di Depan Rumah Sakit Santa

38

Elisabeth Medan). Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial
Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan Tahun 2010.
Penelitian beliau berawal dari persoalan Kebijakan Pemerintah Kota
Medan dalam melakukan tindakan penertiban pedagang kaki limayang dilakukan
dengan salah satu cara yaitu penggusuran memang dapat dimengerti, mengingat
sebagian besar lokasi yang digunakan oleh para pedagang kaki lima untuk
melakukan kegiatan dagang merupakan lokasi umum yang dianggap mengganggu
ketertiban umum. Namun, tindakan penggusuran tersebut berdampak negatif bagi
sebagian besar pedagang kaki lima, yaitu mereka merasa kehilangan sumber
pendapatan mereka.Sehingga terkadang masyarakat sering beranggapan bahwa
kebijakan pemerintah bersifat tidak adil.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan Pemerintah Kota
Medan dalam mengelola pedagang kaki limayang sering dianggap sebagai sektor
informal yang mengganggu ketertiban umum. Untuk itu, penelitian ini dilakukan
kepada para Pedagang Kaki Lima di depan Rumah Sakit Elisabeth Medan yang
merupakan salah satu lokasi tempat berkumpulnya para Pedagang Kaki Lima
yang ditata dan dikelola oleh Pemerintah Kota Medan, karena lokasi para
Pedagang Kaki Lima ini dianggap tidak mengganggu ketertiban umum, sebab
tidak berada di jalan protokol, tidak berada di sekitar perumahan warga, terletak di
dekat Taman Ahmad Yani, dan terletak dekat dengan lokasi perkantoran, sekolah,
dan rumah sakit.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam mengelola pedagang kaki
limadi lokasi depan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan, Pemerintah Kota Medan
membuat suatu wadah, yaitu dalam bentuk koperasi, untuk mengelola dan menata

39

para Pedagang Kaki Lima tersebut yang disusun dalam wujud peraturan yang
dibuat oleh koperasi. Koperasi ini juga berfungsi sebagai wadah untuk menerima
bantuan dari berbagai pihak yang bersedia membantu dalam proses pengelolaan
dan penataan para pedagang kaki limadi lokasi ini.
Skripsi ini merupakan perkembangan dari penelitian sebelumnya yang
pernah dilakukan oleh orang lain yang telah dipaparkan di atas. Adapun dalam
skripsi ini, saya tidak hanya menyorot pada persoalan eksistensi pedagang kaki
lima dan persoalan pedagang kaki lima terhadap parat pemerintah, melainkan
hanya menyoroti persoalan kegiatan usaha pedagang kaki lima dengan metode
SWOT.
Persoalan diawali bahwa pedagang kaki lima di berbagai kota ini menjadi
persoalan yang dilematis. Di satu sisi pemerintah kota bertanggung jawab atas
warganya dalam persoalan kesejahteraan. Di sisi lain, Pemerintah Kota
membutuhkan wajah kota yang indah, bersih, dan tertata sebagai tuntutan ruang
kota yang sehat.Dari pilihan antara tata ruang kota dan kesejahteraan warganya
tersebut, Pemerintah Kota sering lebih memilih untuk mengambil sikap
pentingngnya mengembalikan ketertiban dan keindahan kota. Maka, konsekuensi
dari pilihan tersebut adalah dengan menertibkan dan menata pedagang kaki lima
baik secara masif maupun paksa membongkar lapak pedagang kaki lima.
Dari penjelasan ini, sehingga secara tidak langsung, skripsi ini mampu
menunjukkan ke originalitas penelitian yang dilakukan sehingga menarik dan
penting untuk dilakukan.

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25