Kajian Evaluasi Program Pemberdayaan Mas (1)
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
LAPORAN Penelitian
STUDI KAJIAN EVALUASI
PROGRAM BPM ACEH
BKPG UEG-KSP PEPG UEPG
Oleh: Agus Budi Wibowo, Irham M.
Amin dan
Amri
I.
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Rapuhnya fondasi ekonomi nasional tidak terlepas dari dikotomi orientasi
pembangunan antara pertumbuhan dan pemerataan yang telah dianut
sejak lama. Puncaknya, Indonesia dilanda krisis ekonomi pada pertengahan
tahun 1997. Akibatnya, penduduk miskin bertambah sebesar 24,2% (49,5
juta jiwa) pada tahun 1998, dari tahun sebelumnya (tahun 1996) hanya
sekitar 11,3% (22,5 juta jiwa). Angka tersebut dipengaruhi oleh tingkat
kemiskinan di masing-masing provinsi. Tingkat Kemiskinan di Provinsi Aceh
dalam kurun 12 (Dua Belas) tahun terakhir tercermin dalam grafik berikut:
Sumber: BPS Aceh 2010
Grafik di atas merefleksikan terjadinya penurunan tingkat kemiskinan di
Aceh dalam kurun enam tahun terakhir (2005 s/d 2010).
Kenaikan tajam penduduk miskin di Indonesia mendorong Pemerintah
untuk merombak dan menyesuaikan kembali kebijakan ekonomi dan sistem
pemerintahan
ke
arah
desentralisasi
desentralisasi,
kewenangan
sekaligus
(otonomi
tanggung
daerah).
jawab
Dengan
pengurangan
kemiskinan berada di tangan Pemerintah Provinsi dan kabupaten/kota.
Dalam rangka mempercepat penanggulangan kemiskinan, Pemerintah
menelurkan kebijakan yang dituangkan dalam Peraturan Presiden No. 54
Tahun 2005 Tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan. Kebijakan
ini mengarahkan konsepsi penanggulangan kemiskinan dengan mekanisme
"Konsolidasi Penanggulangan Kemiskinan" sebagai berikut:
22
33
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Pemerintah Provinsi dan Kabupaten diberi wewenang melakukan berbagai
upaya dan terobosan taktis serta strategis untuk mengimplementasikan
berbagai
program
pengentasan
kemiskinan
di
berbasis
sebagaimana
ditampilkan
dalam
bagan
atas.
pengentasan
kemiskinan
yang
diimplementasikan
mekanisme
Program-program
harus
mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memperluas kesempatan
kerja, sehingga angka penduduk miskin dapat tersu berkurang secara
simultan.
Di satu sisi, upaya yang telah dilakukan Pemerintah (Pusat dan Daerah)
telah berhasil mengurangi angka penduduk miskin. Namun diakui pula, di
sisi lainnya akibat masih rapuhnya pondasi ekonomi nasional, disamping
berbagai
bencana
dan
konflik
yang
terjadi
di
daerah
menciptakan kantong-kantong kemiskinan baru.
Pemerintah Aceh
terus mengupayakan percepatan
telah
pula
pengentasan
kemiskinan di Aceh. Program pengentasan kemiskinan dititik beratkan
pada cluster II konsolidasi program penanggulangan kemiskinan, yaitu
pemberdayaan masyarakat. Demi suksesnya percepatan penanggulangan
kemiskinan
dalam
skala
nasional,
program-program
pemberdayaan
masyarakat yang diimplementasikan Pemerintah Aceh diintegrasikan
dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat. Hal ini dilakukan
sebagai wujud komitmen Pemerintah Aceh guna membangun kembali
kehidupan sosial-ekonomi masyarakat yang sempat terpuruk akibat konflik
politik dan bencana tsunami.
Upaya Pemerintah Aceh untuk
menekan
angka
kemiskinan
telah
menampakkan hasil hingga angka kemiskinan di tahun 2009 menurun
hingga 21,28%.
ANGKA PENDUDUK MISKIN KABUPATEN/KOTA DI ACEH
22
33
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Sumber: BPS Aceh 2009
Penurunan angka kemiskinan di Aceh disumsikan (sementara) sebagai
pengaruh dari berbagai program pembangunan pengurangan penduduk
miskin yang telah dilaksanakan Pemerintah Aceh selama ini, yang dititik
beratkan pada program pemberdayaan ekonomi masyarakat. Pendekatan
ekonomi diarahkan untuk meningkatkan pendapatan keluarga sehingga
diharapkan masyarakat miskin mampu memenuhi kebutuhan primer dan
sekunder sekaligus meningkatkan kesejahteraannya.
Salah satu unsur dari pemerintah Aceh yang melaksanakan kegiatan
pemberdayaan masyarakat adalah Badan Pemberdayaan Masyarakat Aceh
(BPM Aceh). Beberapa program yang telah dilaksanakan diantaranya
adalah
program
BKPG,
PEPG,
UEG/KSP,
dan
UEPG
di
berbagai
kabupaten/kota di Provinsi Aceh sejak 2008. Kajian evaluasi terhadap
progam yang telah dilaksanakan menjadi menting untuk dilaksanakan
sebagai landasan pijak optimalisasi ke depan. Hal inilah yang mendasari
pemikiran dan melatarbekakangi pentingnya kegiatan survey kajian
evaluasi program BPM Aceh.
I.2. URGENSI PENELITIAN
Pentingnya
Survey
kajian
evaluasi
terhadap
program
pemerdayaan
masyarakat yang telah dilaksanakan oleh BPM Aceh berlandaskan pada
kebutuhan akan "fakta dan ukuran keberhasilan" program pemberdayaan
masyarakat yang telah dilaksanakan, sebagai bahan masukan bagi
penyempurnaan implementasi program pemberdayaan di masa yang akan
datang. Disamoping itu, fakta dan ukuran keberhasilan dimaksud dapat
menjadi contoh atau teladan bagi instansi dalam skala lokal dan nasional.
I.3. OUTPUT DAN OUTCOME DARI PENELITIAN
Output yang diharapkan dari kegiatan penelitian ini adalah tersedianya
naskah yang membahas tentang program pemberdayaan masyarakat yang
telah dilaksanakan oleh BPM Provinsi Aceh sehingga dapat diakses oleh
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
22
33
masyarakat, baik masyarakat awam maupun masyarakat akademis.
Dengan
demikian,
dapat
diketahui
kelemahan
program
yang
telah
dilaksanakan dan dapat diambil sebuah kebijakan yang sesuai dengan
kondisi riil di lapangan.
Sedangkan Outcome yang diharapkan dari kegiatan penelitian ini adalah
menurunnya tingkat kemiskinan, di Aceh, baik kuantitas maupun kualitas
sehingga
cita-cita
pemerintah
dan
masyarakat
untuk
peningkatan
kesejahteraan rakyat dapat tercapai.
I.4. BATASAN MASALAH
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, pemerintah Aceh melalui Badan
Pemberdayaan
Masyarakat
telah
melaksanakan
berbagai
upaya
pengentasan kemiskinan. Akan tetapi, diakui masih belum optimal. Hal ini
masih tampak masih adanya kelompok masyarakat miskin. Ada penyebab
mengapa hal tersebut dapat terjadi. Diasumsikan faktor tersebut dapat
berasal dari masyarakat itu sendiri dan Badan Pemberdayaan Masyarakat
Provinsi Aceh. Penelitian ini akan melihat dari sisi kedua sisi, baik Badan
Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Aceh dan masyarakat melalui sebuah
studi evaluasi.
Sesuai dengan uraian tersebut, maka yang menjadi fokus utama dalam
penelitian
ini
sangat
terkait
dengan
evaluasi
program
yang
telah
dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Aceh yaitu
efektivitas dan kegunaan program-program yang telah dilaksanakan serta
respon masyarakat terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan
oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Aceh melalui evaluasi
terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan dampak dari program.
I.5. TUJUAN DAN MANFAAT
I.5.1. TUJUAN
Secara umum, kegiatan kajian evaluasi ini bertujuan untuk:
a. Meningkatkan kualitas dan kinerja program pemberdayaan masyarakat
yang diselenggarakan BPM Aceh ke depan
b. Memastikan secara spesifik kelemahan program yang bersumber dari
pernyataan masyarakat berupa kritik, saran dan rekomendasi demi
penyempurnaan program ke depan
c. Meningkatkan program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan
baik dalam skala lokal (provinsi dan kabupaten oleh instansi terkait)
maupun skala nasional
22
33
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
d. Mendorong
integrasi
program
pemberdayaan
masyarakat
yang
dilaksanakan Pemerintah Kabupaten terhadap program pemberdayaan
masyarakat berskala nasional
e. Meningkatkan kualitas proses integrasi perencanaan pembangunan
sebagaimana diamanahkan Inpres No. 1 Tahun 2010 dan Inpres No. 3
Tahun 2010.
I.5.2. MANFAAT
Pengetahuan dan pemahaman tentang program-program pemberdayaan
masyarakat yang telah dilaksanakan oleh BPM Provinsi Aceh, terkait
dengan efektivitas dan kegunaan program serta respon masyarakat, yang
dikaji melalui penelitian ini setidaknya dapat bermanfaat menambah
khazanah dan pengetahuan bagi semua pihak yang berkompeten dalam
pengembangan program pemberdayaan masyarakat.
I.6. METODOLOGI PENELITIAN
I.6.1. LOKASI, POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan beberapa kabupaten/kota di Aceh. Pemilihan
lokasi kabupaten/kota sebagai sampel penelitian didasarkan kepada
kriteria tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya dengan cara memilahmilah lokasi daerah berdasarkan karakterisitik yang diharapkan (seperti
jumlah penduduk miskin, dan terdapatnya program-program yang akan
dievaluasi, seperti program BKPG, PEPG, UEG/KSP, dan UEPG kemudian
memilih sampelnya secara acak (Cooper, 1998).
Populasi
dalam penelitian ini adalah semua masyarakat/ daerah yang
menerima bantuan dari Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Aceh
dari tahun 2008-2010. Sampel penelitian ini dibedakan menjadi dua
macam sampel, yaitu sampel wilayah dan sampel masyarakat. Sampel
wilayah meliputi Aceh Tenggara, Aceh Tamiang, Aceh Timur, Aceh Utara,
Aceh Tengah, Pidie, Aceh Barat, Aceh Selatan, Aceh Barat Daya, dan Aceh
Besar. Selain itu, penelitian ini juga akan melakukan wawancara terhadap
para informan, baik tokoh-tokoh masyarakat formal dan informal.
Sedangkan
sampel
masyarakat
yang
terpilih
untuk
diwawancarai
sejumlah 300 orang, baik laki-laki maupun perempuan. Mereka menerima
bantuan dalam program BKPG, PEPG, UEG/KSP, dan UEPG tahun 20082010.
22
33
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
I.6.2. METODE PENGUMPULAN DATA
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh melalui wawancara kepada sampel dengan menggunakan
kuesioner dan wawancara mendalam dengan para informan. Sedangkan
data sekunder diperoleh melalui studi pustaka yang terdiri dari jurnal,
laporan-laporan ilmiah, laporan resmi pemerintah, dan bahan-bahan lain
yang relefan.
I.6.3. DESAIN PENELITIAN, METODE ANALISA DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini akan menggunakan analisis statistic (analisis statistik
inferensial)
yaitu
menggunakan
skor
berupa
total
peralatan
rata-rata
statistik
dari
sederhana
jawaban
dengan
responden
atas
pertanyaan yang terdapat pada kuesioner. Selanjutnya akan dilakukan
pengujian data dengan menggunakan peralatan statistik deskriptif, uji
beda rata-rata, validitas, dan realibilitas. Untuk analisis penelitian ini
digunakan program SPSS.
II. HASIL
PENELITIAN
II.1. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Karakteristik responden dapat dikelompokkan atas dasar jenis kelamin,
usia,
tingkat
pendidikan,
status
responden,
pekerjaan
dan
jumlah
22
33
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
tanggungan.
Jumlah
responden/penerima
responden
manfaat
dalam
yang
penelitian
dipilih
ini
secara
sebanyak
acak
300
terhadap
masyarakat yang menerima bantuan pemberdayaan masyarakat dari
pemerintah Aceh seperti BKPG, UEPG, PEPG dan UEG/K-SP.
Tabel 1.
Karakteristik Responden
No
1
2
3
4
5
6
KARAKTERISTIK
RESPONDEN
Jenis kelamin
Laki-Laki
Perempuan
JUMLAH
%TASE
29
1
96,6
3,3
Umur
20-29
30-39
40-49
50-59
>60
49
126
84
35
6
16,3
42
28
11,7
2
Pendidikan
Tidak/Tamat SD Sederajat
Tidak/Tamat SMP Sederajat
Tidak/Tamat SMA Sederajat
Tidak/Tamat Diploma
Sarjana/Pasca Sarjana
32
48
176
19
25
10,7
16
58,7
6,3
8,3
Pekerjaan
Pegawai Negeri
Swasta
Pelajar
Nelayan
Petani
Lain-lain
24
89
1
4
121
61
8
29,7
0,3
1,3
40,3
20,3
Status Perkawinan
Belum Kawin
Kawin
Janda
11
275
14
3,7
91,7
4,7
Jumlah Tanggungan
0-2
3-4
5-6
7-8
>9
117
141
30
9
3
39
47
10
3
1
Sumber : Data Primer (diolah), 2010
Tabel
1
menampilkan
pemberdayaan
300
responden
yang
menerima
bantuan
masyarakat berjenis kelamin laki-laki berjumlah 132
responden (44%) dan wanita berjumlah 168 responden (56%), sehingga
penelitian mempunyai kecendrungan didominasi oleh responden wanita.
Karakteristik responden berdasarkan tingkat usia dapat dijelaskan, bahwa
sebanyak 49 responden (16,3%) berusia antara 20-29 tahun, sebanyak 126
responden (42%)
berusia antara 30-39 tahun, responden berusia 40-49
22
33
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
tahun sebanyak 84 responden (28%), responden 50-59 tahun sebanyak 35
responden (11,7%) dan diatas 60 tahun terdapat 6 responden (2%).
Tingkat pendidikan yang diambil sebagai salah satu variabel yang penting
dalam penelitian
ini, yang
berpendidikan
tidak/tamat
SD sederajat
sebanyak 32 responden (10,7%), tidak/tamat SMP sederajat hanya 48
responden
(16%),
tidak
tamat/tamat
SMA
sederajat
sebanyak
176
responden (58,7%), tidak tamat/tamat Diploma sebanyak 19 responden
(6,3%) dan sarjana/pasca sarjana sebanyak 25 responden (8,3%).
Pekerjaan responden yang menerima bantuan pemberdayaan masyarakat
pemerintah Aceh adalah yang pekerjaannya pegawai negeri sipil sebanyak
24 responden (8%), swasta sebanyak 89 responden (29,7%), pelajar
sebanyak 1 responden (0,3%), Nelayan sebanyak 4 responden (1,3%),
petani sebanyak 121 responden (40,3%) dan lain-lain sebanyak 61
responden (20,3%).
Mengenai status perkawinan dapat dijelaskan bahwa berstatus belum
kawin sebanyak 11 responden (3,7%), 275 responden sebanyak (91,7%)
yang status kawin dan
yang berstatus
janda sebanyak 14 responden
(4,7%). Sementara jumlah tanggungan responden yang dimiliki antara 0-2
orang sebanyak 117 responden (39 %), antara 3-4 orang sebanyak 141
responden, antara 5-6 orang sebanyak 30 responden (10 %), antara 7-8
orang sebanyak 9 responden (3 %) dan diatas 9 orang sebanyak 3
responden (1 %).
II.2. HASIL PENGUJIAN INSTRUMEN
Menurut Arikunto (1996) dan Indriantoro (1999), kuallitas data yang
diperoleh dari penggunaan instrumen penelitian dapat dievaluasi melalui
uji validitas dan uji reliabilitas (uji kehandalan) berdasarkan Cranbach
Alpha yang lazim digunakan dalam penelitian ilmu-ilmu sosial.
II.2.1. PENGUJIAN RELIABILITAS
Untuk menilai kehandalan kuesioner yang digunakan, maka dalam
penelitian ini menggunakan uji reliabilitas berdasarkan Cronbach Alpha
yang lazim digunakan untuk pengujian kuesioner dalam penelitian ilmu
sosial. Análisis ini digunakan untuk menafsirkan korelasi antara skala
yang dibuat dengan skala variabel yang ada. Menurut Nunally (1967),
22
33
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
koefisien yang dapat diterima di atas 0,50 dan menurut Maholtra
koefisien mínimum yang dapat diterima diatas 0,60.
Berdasarkan Tabel 2 uji kehandalan dapat diketahui bahwa nilai alpha (α)
untuk masing-masing variabel diperoleh lebih besar dari 0,60, dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pengukuran kehandalan memenuhi
syarat Cronbach Alpha (α) sebagaimana di persyaratkan oleh Malhotra
dan Nunally. Artinya semua instrumen yang digunakan dalam model
penelitian ini telah memenuhi keandalan dan layak dilakukan penelitian.
Tabel 2
Uji Reliabilitas Untuk Masing-Masing Variabel
N
o
1
2
3
VARIABEL
NILAI ALPHA
KETERANGAN
Perencanaan
0,8277
Handal
Pelaksanaan
0,7377
Handal
Dampak
0,6947
Handal
Sumber : Data Primer (diolah), 2010
II.2.2. PENGUJIAN VALIDITAS
Pengujian validitas data dalam penelitian ini dilakukan secara statistik,
yaitu dengan menggunakan uji Pearson product-moment coefficient of
correlation dengan bantuan program Statistical Product and Service
Solution (SPSS). Berdasarkan
output komputer seluruh pernyataan
dinyatakan valid karena memiliki tingkat signifikansi di bawah 5%.
Sedangkan Jika dilakukan secara manual maka nilai korelasi yang
diperoleh masing-masing pernyataan harus dibandingkan dengan nilai
kritis korelasi product moment.
Tabel 3. Uji Validitas
VARIABEL
PERTANYAAN
Perencanaa
n
Pelaksanan
Dampak
A1
A2
A3
A4
A5
B1
B2
B3
B4
B5
C1
C2
C3
C4
Pearson
Corellation
0,712
0,834
0,828
0,749
0,761
0,741
0,617
0,699
0,687
0,759
0,620
0,679
0,586
0,774
NILAI
KRITIS R
0,113
0,113
0,113
0,113
0,113
0,113
0,113
0,113
0,113
0,113
0,113
0,113
0,113
0,113
KETERANG
AN
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
22
33
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
C5
berdasarkan
0,721
hasil penelitian, Tabel 3
0,113
Valid
Sumber : Data Primer
(diolah),semua
2010
menunjukkan
bahwa
pernyataan mempunyai nilai korelasi diatas nilai kritis 5% yaitu diatas
0.113 (Tabel Nilai Kritis Korelasi r Product-Moment untuk n = 300),
sehingga pernyataan-pernyataan tersebut adalah signifikan dan memiliki
validitas
konsistensi
internal
(internal
consistency)
yang
berarti
pernyataan-pernyataan tersebut mengukur aspek yang sama. Ini berarti
bahwa data yang diperoleh adalah valid dan dapat dipergunakan untuk
penelitian dan dilanjutkan ke penelitian yang lebih mendalam.
II.3. ANALISIS VARIABEL
II.3.1. PERENCANAAN
II.3.1. PERENCANAAN
Perencanaan adalah perhitungan dan penentuan tentang
sesuatu yang akan dijalankan dalam mencapai tujuan tertentu, oleh
siapa dan bagaimana. Oleh karena itu, suatu perencanaan menjadi
suatu keperluan dalam suatu sistem untuk mendukung tercapainya
tujuan, dimana dipersiapkan untuk bermanfaat secara aplikasi,
disusun
dan
dikerjakan
berdasarkan
kepatutan,
serta
tidak
melanggar norma yang berlaku.
Tabel 4
Evaluasi Program terhadap Variabel Perencanaan
No.
1.
2.
3.
VARIABEL
RATA-RATA
Program BPM Aceh dirancang dengan baik terlihat dari
kelancaran pelaksanaannya
Penerima manfaat tepat sasaran karena sudah lebih dulu
identifikasi BPM Aceh dan diketahui secara luas oleh
masyarakat se-kecamatan
Penentuan lokasi program sangat sesuai karena sudah
disurvey BPM Aceh
2,65
2,41
2,34
4.
Bantuan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan
2,28
5.
Masyarakat memahami program dengan baik berkat
bagusnya proses sosialisasi
2,17
Rerata
2,37
22
33
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Sumber : Data Primer (diolah), 2010
Dalam perencanaan mengandung elemen-elemen seperti:
mengidentifikasikan
menentukan
dan
mendokumentasikan
kebutuhan-kebutuhan
yang
kebutuhan,
bersifat
prioritas,
memperincikan spesifikasi hasil yang dicapai dari tiap kebutuhan
yang diprioritaskan, mengindentifikasi persyaratan untuk mencapai
tiap-tiap
alternatif
dan
mengindentifikasi
altenatif
yang
memungkinkan termasuk didalamnya peralatan untuk melengkapi
tiap persyaratan untuk mencapai kebutuhan, untung rugi berbagai
latar dan strategi yang digunakan.
Tabel 4 di atas menampilkan tanggapan responden terhadap
perencanaan yang telah dilakukan pihak BPM Aceh terhadap 300
responden yang menerima manfaat program. Berdasarkan Tabel
tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa kualitas perencanaan yang
telah dilakukan olen Badan Pamberdayaan Masyarakat (BPM) Aceh
terhadap program pemberdayaan yang sedang dijalankan secara
umum mendapat predikat “Sedang”. Hal ini ditunjukkan dari
tanggapan responden dengan nilai rata-rata sebesar 2,73 (C).
Jawaban responden menggambarkan bahwa Badan Pemberdayaan
Masyarakat (BPM) Aceh dalam membuat suatu perencanaan
program masih belum terselenggara dengan baik, masih terdapat
kelemahan/kekuranga.
Secara lebih khusus, tahapan perencanaan yang mempunyai
nilai
rata-rata
tertinggi
dicapai
pada
tahapan
“kelancaran
pelaksanaan” dengan nilai rata-rata 2,65 (B). Akan tetapi untuk
22
33
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
tahapan tentang kesesuaian antara bantuan dengan kebutuhan
diperoleh nilai rata-rata yang paling rendah, yaitu 2,28 (C) yang
menunjukkan
bahwa
bantuan
yang
diberikan
masih
harus
disesuaikan lagi dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat.
Hasil wawancara mendalam dengan "informan" dan responden
memperoleh informasi bahwa rendahnya rata-rata kesesuaian
bantuan dan kebutuhan diperoleh jawaban bahwa masalah tersebut
terkait dengan jumlah bantuan yang dirasa relatif belum mencukupi
dan jenis bantuan belum sesuai dengan keinginan masyarakat.
Hasil wawancara dengan informan dan responden di Desa
Bandar Baru Kecamatan Bendahara Kabupaten Aceh Tamiang, di
tempat masyarakat sering berkumpul dengan metode Focus Group
Discusion, memperoleh informasi bahwa:
"Sebagian responden menyatakan bahwa jumlah dana
bantuan relatif masih kurang sehingga dana yang
dipergunakan untuk membeli sapi yang akan digulirkan
tidak banyak. Hal ini menyebabkan perguliran dana
bantuan tidak dapat dilakukan dengan cepat dalam satu
kelompok".
II.3.2. PELAKSANAAN
Pelaksanaan
perencanaan.
merupakan
Pelaksanaan
tahap
merupakan
selanjutnya
tindakan/action
setelah
yang
dilakukan oleh suatu lembaga/institusi berkaitan perencanaan
program yang telah disusun. Di dalam pelaksanaan biasanya
muncul
beberapa
permasalahan,
seperti
tidak
transparansi
program, ketepatan pencairan dana, pengawasan yang lemah,
22
33
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
penerima manfaat tidak bertanggung jawab atas bantuan yang
diterimanya, dana yang dibawa kabur oleh sekelompok orang dan
lain-lain. Untuk melihat sejauh mana tanggapan penerima manfaat
terhadap
pelaksanaan
bantuan
yang
diberikan
oleh
Badan
Pemberdayaan Masyarakat Aceh, maka dapat dilihat pada Tabel 5
berikut.
Tabel 5
Evaluasi Program terhadap Variabel Pelaksanaan
No.
RATARATA
VARIABEL
1.
Program dilaksanakan secara transparan, diketahui oleh
seluruh lapisan masyarakat
2,42
2.
Persyaratan menerima bantuan sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai
2,95
3.
4.
5.
Mekanisme pencairan dana mudah dan tidak menyulitkan,
namun akuntabel
Penerima manfaat serius dan bertanggung jawab terhadap
kegiatan karena BPM Aceh bersama Dinas Terkait
Pemerintah
Kabupaten
melaksanakan
monitoring dan
Penerima manfaat
semangat
dalam melaksanakan
kegiatan karena didukung pendampingan oleh BPM Aceh
bersama Dinas Terkait Pemerintah Kabupaten
Rerata
3,16
2,82
2,85
2,84
Sumber : Data Primer (diolah), 2010
Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa kualitas pelaksanaan
program pemberdayaan masyarakat yang sedang/telah dijalankan
dianggap masyarakat sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari
tanggapan responden terhadap variabel pelaksanaan program
dengan nilai rata-rata mencapai 2,84 (B). Badan Pemberdayaan
Masyarakat
Aceh
didalam
pelaksanaan
program
sudah
menunjukkan hasil baik biarpun masih ada kekurangan yang harus
diperbaiki. Pelaksanaan yang baik dapat diartikan bahwa penerima
bantuan sudah tepat sasaran dan dengan demikian diharapkan
berpengaruh terhadap penurunan angka kemiskinan.
22
33
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Secara lebih khusus, tahapan pelaksanaan yang mempunyai
nilai
rata-rata
tertinggi
dicapai
pada
tahapan
“mekanisme
pencarian dana mudah dan tidak menyulitkan, namun akuntabel”
dengan nilai rata-rata 3,16 (B). Hal ini tentunya sesuai dengan
prinsip Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Aceh bahwa
program yang diimplementasikan harus mudah dan aplikatif, tetapi
memenuhi syarat akuntabilitas yang baik.
Akan
tetapi,
variabel
“program
dilaksanakan
secara
transparan, diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat” diperoleh
nilai rata-rata yang paling rendah, yaitu 2, 42 (C). Hal ini
menunjukkan bahwa kualitas tranparansi program belum dinilai
baik oleh masyarakat. salah satu penyebab rendahnya rata-rata
variable ini adalah masih terdapat persepsi yang kurang benar,
bahwa bantuan yang seharusnya bergulir, tetapi dipersepsikan
sebagai bantuan cuma-cuma (lihat Tabel 9) sehingga bantuan tidak
bermanfaat secara optimal bahkan ada bantuan yang “gagal”
seperti beberapa kasus yang peneliti temui di beberapa tempat,
seperti di Aceh Utara dan Pidie.
II.3.3. DAMPAK
Setelah program dijalankan, tentu akan tercermin
dampak
yang dirasakan oleh penerima manfaat dan masyarakat. Dampak
dapat menjadi dua kemungkinan yaitu dampak baik dan dampak
buruk. Jika dampak yang dirasakan masyarakat baik, maka program
22
33
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
tersebut selanjutnya dapat dilanjutkan. Demikian sebaliknya, jika
program tersebut memberikan dampak buruk maka program
tersebut perlu dihentikan atau dievaluasi kembali. Untuk melihat
sejauh mana tanggapan penerima manfaat terhadap dampak
bantuan yang diberikan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat
Aceh, maka dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini.
Tabel 6
Evaluasi Progrom terhadap Variabel Dampak
No.
VARIABEL
RATA-RATA
1.
Penerima manfaat kesejahteraannya meningkat dengan
adanya bantuan/program
3,07
2.
Penerima manfaat kapasitasnya meningkat, baik dalam
pengetahuan maupun keterampilan
2,93
3.
Bantuan/program berpengaruh terhadap peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan lingkungan secara umum
2,97
4.
5.
Bantuan/program membangkitkan kesadaran dan
motivasi masyarakat untuk mengembangkan kegiatan
sehingga berdampak lebih luas bagi peningkatan
kesejahteraan secara umum
Bantuan/program mendorong kemandirian masyarakat,
kelembagaan masyarakat dan kelembagaan aparatur
gampong
2,70
2,76
Rerata
2,89
Sumber : Data Primer (diolah), 2010
Tabel 6 di atas merefleksikan gambaran tentang kualitas
dampak
pelaksanaan
program
yang
merupakan
cerminan
anggapan penerima manfaat terhadap bantuan yang diberikan oleh
Badan Pemberdayaan Masyarakat Aceh, yang dianggap sudah
“baik, dimana nilai rata-rata dari tanggapan responden sebesar
2,89. Artinya, dampak program yang sedang/telah dijalankan
memberikan
perubahan
terhadap
masyarakat
dan
program-
program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh BPM Aceh
22
33
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
dapat dilanjutkan. Secara lebih khusus, tahapan dampak yang
mempunyai
nilai
rata-rata
tertinggi
dicapai
pada
tahapan
“penerima manfaat kesejahteraannya meningkat dengan adanya
bantuan/program” dengan nilai rata-rata 3,07 (B). Hal ini tentunya
sesuai dengan harapan Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi
Aceh.
Akan
kesadaran
kegiatan
tetapi,
dan
variabel
motivasi
sehingga
“bantuan/program
masyarakat
berdampak
lebih
untuk
luas
membangkitkan
mengembangkan
bagi
peningkatan
kesejahteraan secara umum” diperoleh nilai rata-rata yang paling
rendah, yaitu 2,70 (B), yang menunjukkan bahwa bantuan yang
diberikan belum berpengaruh terhadap bangkitnya kesadaran dan
motivasi
kegiatan.
masyarakat
secara
umum
dalam
mengembangkan
Salah satu penyebab rendahnya rata-rata variabel ini
adalah program yang dievaluasi belumlah dilaksanakan terlalu lama
sehingga belum diketahui dampaknya. Dampak dapat diketahui
setelah program bantuan berjalanan selama beberapa tahun.
Bahkan ada program/bantuan yang baru dilaksanakan beberapa
bulan sehingga belum diketahui secara signikan pengarunya bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
II.4. ANALISIS TABULASI SILANG
Pada pembahasan berikut ini akan dijelaskan mengenai hubungan antara
jenis bantuan dengan manfaat modal yang diterima, seperti dijelaskan
pada beberapa tabel dibawah ini:
Tabel 7. Tabulasi Silang Antara Jenis Bantuan dengan Manfaat Modal yang Diterima
22
33
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Menurut
bapak/ibu/saudara,
bantuan modal tersebut
bermanfaat
RaguYa
Tidak
ragu
ITEM PERTANYAAN
Kalau pernah,
jenis bantuan
apa yang
Bapak/Ibu/
Saudara
terima ?
3
Total
BPKG
112
1
PEPG
50
50
UEG/KSP
33
33
UEPG
101
101
TOTAL
296
3
116
1
300
Sumber : Data Primer (Diolah), 2010
Berdasarkan tabel 7 di atas dapat dijelaskan bahwa penerima bantuan
BKPG menyatakan bahwa bantuan tersebut bermanfaat sebanyak 112
koresponden, sedangkan yang ragu-ragu sebanyak 3 koresponden dan
yang menyatakan tidak bermanfaat 1 koresponden. Untuk bantuan PEPG,
UEG/K-SP, dan UEPG semuanya koresponden menyatakan bantuan tersebut
memberikan manfaat (50, 33, dan 101 koresponden).
Kemudian tabel berikut ini akan menjelaskan mengenai hubungan antara
jenis bantuan dengan kecukupan modal yang diterima, seperti dijelaskan
pada tabel 8 berikut:
Tabel 8. Tabulasi Silang Antara Jenis Bantuan dengan Kecukupan Modal
yang Diterima
ITEM PERTANYAAN
Kalau pernah,
jenis bantuan
apa yang
Bapak/Ibu/
Saudara
terima ?
Menurut
bapak/ibu/saudar
a, apakah
banttuan modal
yang pernah
terima tersebut
mencukupi ?
Ya
Tidak
Total
BPKG
19
97
116
PEPG
8
42
50
UEG/KSP
3
30
33
UEPG
17
84
101
TOTAL
47
253
300
Sumber : Data Primer (Diolah), 2010
22
33
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Berdasarkan Tabel 8 di atas dapat dijelaskan bahwa penerima bantuan
BKPG merasa bahwa bantuan tersebut sudah mencukupi sebanyak 19
koresponden dan tidak mencukupi sebesar 97 koresponden. Untuk bantuan
PEPG. Koresponden yang menyatakan bahwa bantuan tersebut mencukupi
sebanyak 8 koresponden dan tidak mencukupi sebanyak 42 koresponden.
Untuk bantuan UEG/K-SP menyatakan bahwa bantuan yang diberikan
mencukupi sebanyak 3 responden dan tidak mencukupi sebanyak 30
responden. Sedangkan untuk bantuan UEPG, 17 respoden menyatakan
bahwa bantuan yang diberikan tersebut mencukupi dan tidak mencukupi
sebesar 84 responden.
Untuk keseluruhan penerima manfaat menyatakan bahwa sekitar 47
responden (15,67%) dana tersebut mencukupi dan
253 responden
(84,33%) menyatakan bahwa dana tersebut tidak mencukupi.
Tabel 9. Tabulasi Silang Antara Jenis Bantuan
dengan Pengelolaan Bantuan Modal Yang Diberikan Oleh BPM Aceh
ITEM PERTANYAAN
Menurut bapak/ibu/saudara,
bagaimana pengelolaan banyuan
modal yang diberikan oleh BPM Aceh
Diberi-kan
Kredit yang
cumaharus dikembaTidak
cuma
likan (bantuan
tahu
(hibah)
bergulir)
8
108
20
29
1
BPKG
PEPG
UEG/ K11
SP
UEPG
6
TOTAL
45
Sumber : Data Primer (Diolah), 2010
Kalau pernah,
jenis bantuan
apa yang
Bapak/Ibu/
Saudara terima ?
Total
116
50
18
4
33
93
248
2
7
101
300
Berdasarkan tabel 9 di atas, dapat dijelaskan bahwa bantuan penerima
manfaat bantuan BKPG menyatakan bahwa bantuan yang diberikan
bersifat cuma-cuma (hibah) sebanyak 8 responden, kredit yang yang harus
dikembalikan (bantuan bergulir) sebanyak 108 responden. Untuk bantuan
PEPG, 20 responden menyatakan bantuan tersebut diberikan cuma-cuma,
29 responden menyatakan
kredit yang harus dikembalikan
dan 1
responden tidak tahu. Selanjutnya untuk bantuan UEG/K-SP, 11 responden
menyatakan bahwa bantua tersebut bersifat cuma-cuma sebanyak 11
koresponden, kredit yang harus dikembalikan sebanyak 18 koresponden
dan tidak tahu 4 koresponden. Untuk bantuan UEPG, 6 koresponden
22
33
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
menyatakan bahwa bantuan diberikan cuma-cuma, 93 koresponden
menyatakan kredit yang harus dikembalikan,dan 2 orang menyatakan tidak
tahu.
Secara keseluruhan, 45 (15 %) koresponden menyatakan bahwa bantuan
tersebut bersifat cuma-cuma, 248 (82,67 %) responden menyatakan
bahwa bantuan tersebut kredit yang harus dikembalikan dan 7 (2,33)
koresponden menyatakan tidak tahu.
III.
PENUTUP
III.1. KESIMPULAN
Dari pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
22
33
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
a. Program bantuan yang telah dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan
Masyarakat Provinsi Aceh, berupa program baik BKPG, PEPG, UEG/KSP,
dan UEPG di berbagai kabupaten/kota di Provinsi Aceh sejak 2008 telah
menunjukkan hasil yang cukup baik. Hasil penelitian menunjukkan dari
aspek perencanaan, pelaksanaan, dan dampak dari program sudah
sesuai dengan harapan.
b. Dalam aspek tertentu seperti; i) besaran nilai bantuan (uang) dan ii)
jenis banuan (in kind) masih minim dukungan anallisis kebutuhan (need
analisis) dalam perencanaannya.
c. Masih terdapat persepsi bahwa program bantuan adalah program yang
diberikan cuma-cuma sehingga ketika program bantuan tersebut harus
digulirkan, maka penerima bantuan tidak mau mengembalikannya. Hal
ini dapat menghambat kesinambungan program, terutama bagi warga
masyarakat yang belum menerima bantuan.
d. Pendampingan program dari pemerintah provinsi cq BPM Aceh masih
dirasakan kurang oleh masyarakat. Padahal masyarakat sangat ingin
untuk bertemu secara langsung dan berkala dengan sumber penyalur
bantuan (BPM Aceh) sehingga dapat menyampaikan aspirasinya secara
langsung. Dilain pihak, masyarakat merasa dalam rangka pengendalian
bantuan, pemerintah kabupaten dan kecamatan sudah cukkup baik
dalam berpartisipasi dalam pendampingan.
e. Seluruh program yang dilaksanakan kecuali BKPG, tidak disertai dengan
sistem pengendalian dalam kerangka acuan kerjanya.
III.2. REKOMENDASI
Dalam rangka meningkatkan efektifitas dan kegunaan program yang
dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Aceh, dapat
direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut:
a. Kerangka
Acuan
Kerja
(ToR)
program-program
pemberdayaan
masyarakat yang akan diimplementasikan ke depan menyertakan sistem
pengendalian
(monitoring,
supervisi
dan
evaluasi)
yang
berbasis
partisipatif dan bersifat berkesinambungan.
b. Mengintegrasikan porgram-program pemberdayaan dengan program
pemberdayaan berskala nasional seperti PNPM MP, PNPM Perkotaan,
PNPM DTK, PUAP dan berbagai program pemberdayaan masyarakat
berskala nasional lainnya baik yang diimplementasikan oleh pemerintah
22
33
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
maupun oleh lembaga donor, sehingga pengentasan kemiskinan dapat
terlaksana akseleratif.
c. Meningkatkan kualitas sosialisasi program dengan jalan: i) pelibatan
para pihak (multi stakeholders) secara luas, ii) mendiseminasikan
informasi melalui media (cetak dan elektronik), iii) menyebarkan
informasi ke lokasi sasaran melalui pamflet atau baliho, dan iv)
mendiseminasikan petunjuk teknis pelaksanaan ke tingkat gampong di
lokasi sasaran.
d. Menetapkan manajemen "sanksi" terhadap penerima sasaran dalam
rangka optimalisasi program.
e. Meningkatkan kualitas pengendalian program dengan pendampingan
secara berkala langsung ke lokasi dan target sasaran.
f. Mendorong masyarakat memanfaatkan sarana dan fasilitas transparansi
dan akuntabilitas yang telah tersedia dari program lain seperti papan
informasi PNPM Mandiri Perdesaan dan Perkotaan.
DAFTAR PUSTAKA
22
33
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Abd. Majid, M. Shabri H. 2009. “Menggempur Kemiskinan Rakyat
Aceh
Secara
Islami”.
http://www.tarsa.org/old/artikel/
menggempur_kemiskinan1.html.
Alhumami, Amich. 2009. “Menggugat Makna Kemiskinan”. Kompas
tanggal 15 Oktober.
Chaidir. 2008. “Sebuah Pandangan terhadap Penetapan Perda
Provinsi No. 36 Tahun 2001 Tentang Pola Pembangunan Daerah
Provinsi Riau”. www.publik dan politik lokal Melayu.
Colby, M.E. 1990. Environmental Management in Development: The
Evolution of Paradigms. World Bank Discussion Papers. Reading
V. Washington DC.
Cutter, S.L., Renwick, H.L., Renwick, W.H., 1985. Exploitation,
Conservation, Preservation: A Geographic Perspective on
Natural Resources Use. New Jersey: Rowman & Allan Held
Publisher.
Fajar
Alam
P.
2008.
”Kemiskinan
atau
Pemiskinan
Budaya”.`http://fajar-maverick2.blogspot.com/2008/08/ikmji.html.
Hadiwerdoyo, Cyrillus Harinowo, 2009. “Menelaah Angka Kemiskinan”,
Kompas tanggal 23 Oktober.
Hasan, Ishak. “Batee Meutudong, Hikayat Petani Miskin di Aceh Jaya”
dalam Serambi Indonesia 20 agustus 2009.
Harun, Mohd. 2009. Memahami Orang Aceh. Bandung: Cita Pustaka
Media Perintis.
_______________. 2008. Etos Kerja Orang Aceh. Jeumala No. 27/2008.
Kartasasmita, Ginandjar. 1996 Pembangunan Untuk Rakyat
Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan. Jakarta: Cides.
Kartohadikoesoemo,
Bandung.
Soetardjo,
1965
Desa.
Bandung,
Sumur
Koentjaraningrat. 1981. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara
Baru.
Mowen, J.C. 1993. Consumer Behaviour. Third edition. Boston:
Richard D. Irwin Inc.
Mubyarto. 1979. “Prospek Perekonomian Indonesia dalam Pelita III”.
Prisma, 8 (1). 3-4.
22
33
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Nely
Murni. 2008. Kemiskinan, Kebudayaan, dan Globalisasi.
http://nellymurni.blogspot.com/2006/06/kemiskinankebudayaan-dan-globalisasi.html
Salim,
Emil.
1984.
“Kebijaksanaan
Pemerataan
Mengatasi
Kemiskinan”. Dalam Selo Soemardjan, Alfian, Mely G. Tan (ed.)
Kemiskinan Struktural Suatu Bunga Rampai. Jakarta: Yayasan
Ilmu-ilmu Sosial.
______________. 1987. “Membudayakan Pembangunan”. Prisma, 3
(16), 10-17.
Samhadi, Sri Hartati. 2008. “Fokus Belajar dari Korea Selatan”,
Kompas tanggal 18 Juli, hlm. 1 dan 15.
Singarimbun, Masri dan D. H. Penny. 1984. Penduduk
Kemiskinan Kasus Sriharjo. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.
dan
Soedjatmoko. 1978. “Berbagai Implikasi Kebijaksanaan Nasional
Kebutuhan Dasar”, Prisma, 7 (10). 59-79.
____________. 1984. “Dimensi-dimensi Struktural Kemiskinan”. Dalam
Selo Soemardjan, Alfian, Mely G. Tan (ed.) Kemiskinan Struktural
Suatu Bunga Rampai. Jakarta: Yayasan Ilmu-ilmu Sosial.
Benua Rasa Consultant. 2009. Kemiskinan Masyarakat Gampong
dalam Perspektif Budaya di Provinsi Aceh. Banda Aceh: BPM
Pemerintah Aceh.
22
33
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
LAPORAN Penelitian
STUDI KAJIAN EVALUASI
PROGRAM BPM ACEH
BKPG UEG-KSP PEPG UEPG
Oleh: Agus Budi Wibowo, Irham M.
Amin dan
Amri
I.
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Rapuhnya fondasi ekonomi nasional tidak terlepas dari dikotomi orientasi
pembangunan antara pertumbuhan dan pemerataan yang telah dianut
sejak lama. Puncaknya, Indonesia dilanda krisis ekonomi pada pertengahan
tahun 1997. Akibatnya, penduduk miskin bertambah sebesar 24,2% (49,5
juta jiwa) pada tahun 1998, dari tahun sebelumnya (tahun 1996) hanya
sekitar 11,3% (22,5 juta jiwa). Angka tersebut dipengaruhi oleh tingkat
kemiskinan di masing-masing provinsi. Tingkat Kemiskinan di Provinsi Aceh
dalam kurun 12 (Dua Belas) tahun terakhir tercermin dalam grafik berikut:
Sumber: BPS Aceh 2010
Grafik di atas merefleksikan terjadinya penurunan tingkat kemiskinan di
Aceh dalam kurun enam tahun terakhir (2005 s/d 2010).
Kenaikan tajam penduduk miskin di Indonesia mendorong Pemerintah
untuk merombak dan menyesuaikan kembali kebijakan ekonomi dan sistem
pemerintahan
ke
arah
desentralisasi
desentralisasi,
kewenangan
sekaligus
(otonomi
tanggung
daerah).
jawab
Dengan
pengurangan
kemiskinan berada di tangan Pemerintah Provinsi dan kabupaten/kota.
Dalam rangka mempercepat penanggulangan kemiskinan, Pemerintah
menelurkan kebijakan yang dituangkan dalam Peraturan Presiden No. 54
Tahun 2005 Tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan. Kebijakan
ini mengarahkan konsepsi penanggulangan kemiskinan dengan mekanisme
"Konsolidasi Penanggulangan Kemiskinan" sebagai berikut:
22
33
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Pemerintah Provinsi dan Kabupaten diberi wewenang melakukan berbagai
upaya dan terobosan taktis serta strategis untuk mengimplementasikan
berbagai
program
pengentasan
kemiskinan
di
berbasis
sebagaimana
ditampilkan
dalam
bagan
atas.
pengentasan
kemiskinan
yang
diimplementasikan
mekanisme
Program-program
harus
mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memperluas kesempatan
kerja, sehingga angka penduduk miskin dapat tersu berkurang secara
simultan.
Di satu sisi, upaya yang telah dilakukan Pemerintah (Pusat dan Daerah)
telah berhasil mengurangi angka penduduk miskin. Namun diakui pula, di
sisi lainnya akibat masih rapuhnya pondasi ekonomi nasional, disamping
berbagai
bencana
dan
konflik
yang
terjadi
di
daerah
menciptakan kantong-kantong kemiskinan baru.
Pemerintah Aceh
terus mengupayakan percepatan
telah
pula
pengentasan
kemiskinan di Aceh. Program pengentasan kemiskinan dititik beratkan
pada cluster II konsolidasi program penanggulangan kemiskinan, yaitu
pemberdayaan masyarakat. Demi suksesnya percepatan penanggulangan
kemiskinan
dalam
skala
nasional,
program-program
pemberdayaan
masyarakat yang diimplementasikan Pemerintah Aceh diintegrasikan
dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat. Hal ini dilakukan
sebagai wujud komitmen Pemerintah Aceh guna membangun kembali
kehidupan sosial-ekonomi masyarakat yang sempat terpuruk akibat konflik
politik dan bencana tsunami.
Upaya Pemerintah Aceh untuk
menekan
angka
kemiskinan
telah
menampakkan hasil hingga angka kemiskinan di tahun 2009 menurun
hingga 21,28%.
ANGKA PENDUDUK MISKIN KABUPATEN/KOTA DI ACEH
22
33
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Sumber: BPS Aceh 2009
Penurunan angka kemiskinan di Aceh disumsikan (sementara) sebagai
pengaruh dari berbagai program pembangunan pengurangan penduduk
miskin yang telah dilaksanakan Pemerintah Aceh selama ini, yang dititik
beratkan pada program pemberdayaan ekonomi masyarakat. Pendekatan
ekonomi diarahkan untuk meningkatkan pendapatan keluarga sehingga
diharapkan masyarakat miskin mampu memenuhi kebutuhan primer dan
sekunder sekaligus meningkatkan kesejahteraannya.
Salah satu unsur dari pemerintah Aceh yang melaksanakan kegiatan
pemberdayaan masyarakat adalah Badan Pemberdayaan Masyarakat Aceh
(BPM Aceh). Beberapa program yang telah dilaksanakan diantaranya
adalah
program
BKPG,
PEPG,
UEG/KSP,
dan
UEPG
di
berbagai
kabupaten/kota di Provinsi Aceh sejak 2008. Kajian evaluasi terhadap
progam yang telah dilaksanakan menjadi menting untuk dilaksanakan
sebagai landasan pijak optimalisasi ke depan. Hal inilah yang mendasari
pemikiran dan melatarbekakangi pentingnya kegiatan survey kajian
evaluasi program BPM Aceh.
I.2. URGENSI PENELITIAN
Pentingnya
Survey
kajian
evaluasi
terhadap
program
pemerdayaan
masyarakat yang telah dilaksanakan oleh BPM Aceh berlandaskan pada
kebutuhan akan "fakta dan ukuran keberhasilan" program pemberdayaan
masyarakat yang telah dilaksanakan, sebagai bahan masukan bagi
penyempurnaan implementasi program pemberdayaan di masa yang akan
datang. Disamoping itu, fakta dan ukuran keberhasilan dimaksud dapat
menjadi contoh atau teladan bagi instansi dalam skala lokal dan nasional.
I.3. OUTPUT DAN OUTCOME DARI PENELITIAN
Output yang diharapkan dari kegiatan penelitian ini adalah tersedianya
naskah yang membahas tentang program pemberdayaan masyarakat yang
telah dilaksanakan oleh BPM Provinsi Aceh sehingga dapat diakses oleh
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
22
33
masyarakat, baik masyarakat awam maupun masyarakat akademis.
Dengan
demikian,
dapat
diketahui
kelemahan
program
yang
telah
dilaksanakan dan dapat diambil sebuah kebijakan yang sesuai dengan
kondisi riil di lapangan.
Sedangkan Outcome yang diharapkan dari kegiatan penelitian ini adalah
menurunnya tingkat kemiskinan, di Aceh, baik kuantitas maupun kualitas
sehingga
cita-cita
pemerintah
dan
masyarakat
untuk
peningkatan
kesejahteraan rakyat dapat tercapai.
I.4. BATASAN MASALAH
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, pemerintah Aceh melalui Badan
Pemberdayaan
Masyarakat
telah
melaksanakan
berbagai
upaya
pengentasan kemiskinan. Akan tetapi, diakui masih belum optimal. Hal ini
masih tampak masih adanya kelompok masyarakat miskin. Ada penyebab
mengapa hal tersebut dapat terjadi. Diasumsikan faktor tersebut dapat
berasal dari masyarakat itu sendiri dan Badan Pemberdayaan Masyarakat
Provinsi Aceh. Penelitian ini akan melihat dari sisi kedua sisi, baik Badan
Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Aceh dan masyarakat melalui sebuah
studi evaluasi.
Sesuai dengan uraian tersebut, maka yang menjadi fokus utama dalam
penelitian
ini
sangat
terkait
dengan
evaluasi
program
yang
telah
dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Aceh yaitu
efektivitas dan kegunaan program-program yang telah dilaksanakan serta
respon masyarakat terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan
oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Aceh melalui evaluasi
terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan dampak dari program.
I.5. TUJUAN DAN MANFAAT
I.5.1. TUJUAN
Secara umum, kegiatan kajian evaluasi ini bertujuan untuk:
a. Meningkatkan kualitas dan kinerja program pemberdayaan masyarakat
yang diselenggarakan BPM Aceh ke depan
b. Memastikan secara spesifik kelemahan program yang bersumber dari
pernyataan masyarakat berupa kritik, saran dan rekomendasi demi
penyempurnaan program ke depan
c. Meningkatkan program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan
baik dalam skala lokal (provinsi dan kabupaten oleh instansi terkait)
maupun skala nasional
22
33
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
d. Mendorong
integrasi
program
pemberdayaan
masyarakat
yang
dilaksanakan Pemerintah Kabupaten terhadap program pemberdayaan
masyarakat berskala nasional
e. Meningkatkan kualitas proses integrasi perencanaan pembangunan
sebagaimana diamanahkan Inpres No. 1 Tahun 2010 dan Inpres No. 3
Tahun 2010.
I.5.2. MANFAAT
Pengetahuan dan pemahaman tentang program-program pemberdayaan
masyarakat yang telah dilaksanakan oleh BPM Provinsi Aceh, terkait
dengan efektivitas dan kegunaan program serta respon masyarakat, yang
dikaji melalui penelitian ini setidaknya dapat bermanfaat menambah
khazanah dan pengetahuan bagi semua pihak yang berkompeten dalam
pengembangan program pemberdayaan masyarakat.
I.6. METODOLOGI PENELITIAN
I.6.1. LOKASI, POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan beberapa kabupaten/kota di Aceh. Pemilihan
lokasi kabupaten/kota sebagai sampel penelitian didasarkan kepada
kriteria tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya dengan cara memilahmilah lokasi daerah berdasarkan karakterisitik yang diharapkan (seperti
jumlah penduduk miskin, dan terdapatnya program-program yang akan
dievaluasi, seperti program BKPG, PEPG, UEG/KSP, dan UEPG kemudian
memilih sampelnya secara acak (Cooper, 1998).
Populasi
dalam penelitian ini adalah semua masyarakat/ daerah yang
menerima bantuan dari Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Aceh
dari tahun 2008-2010. Sampel penelitian ini dibedakan menjadi dua
macam sampel, yaitu sampel wilayah dan sampel masyarakat. Sampel
wilayah meliputi Aceh Tenggara, Aceh Tamiang, Aceh Timur, Aceh Utara,
Aceh Tengah, Pidie, Aceh Barat, Aceh Selatan, Aceh Barat Daya, dan Aceh
Besar. Selain itu, penelitian ini juga akan melakukan wawancara terhadap
para informan, baik tokoh-tokoh masyarakat formal dan informal.
Sedangkan
sampel
masyarakat
yang
terpilih
untuk
diwawancarai
sejumlah 300 orang, baik laki-laki maupun perempuan. Mereka menerima
bantuan dalam program BKPG, PEPG, UEG/KSP, dan UEPG tahun 20082010.
22
33
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
I.6.2. METODE PENGUMPULAN DATA
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh melalui wawancara kepada sampel dengan menggunakan
kuesioner dan wawancara mendalam dengan para informan. Sedangkan
data sekunder diperoleh melalui studi pustaka yang terdiri dari jurnal,
laporan-laporan ilmiah, laporan resmi pemerintah, dan bahan-bahan lain
yang relefan.
I.6.3. DESAIN PENELITIAN, METODE ANALISA DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini akan menggunakan analisis statistic (analisis statistik
inferensial)
yaitu
menggunakan
skor
berupa
total
peralatan
rata-rata
statistik
dari
sederhana
jawaban
dengan
responden
atas
pertanyaan yang terdapat pada kuesioner. Selanjutnya akan dilakukan
pengujian data dengan menggunakan peralatan statistik deskriptif, uji
beda rata-rata, validitas, dan realibilitas. Untuk analisis penelitian ini
digunakan program SPSS.
II. HASIL
PENELITIAN
II.1. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Karakteristik responden dapat dikelompokkan atas dasar jenis kelamin,
usia,
tingkat
pendidikan,
status
responden,
pekerjaan
dan
jumlah
22
33
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
tanggungan.
Jumlah
responden/penerima
responden
manfaat
dalam
yang
penelitian
dipilih
ini
secara
sebanyak
acak
300
terhadap
masyarakat yang menerima bantuan pemberdayaan masyarakat dari
pemerintah Aceh seperti BKPG, UEPG, PEPG dan UEG/K-SP.
Tabel 1.
Karakteristik Responden
No
1
2
3
4
5
6
KARAKTERISTIK
RESPONDEN
Jenis kelamin
Laki-Laki
Perempuan
JUMLAH
%TASE
29
1
96,6
3,3
Umur
20-29
30-39
40-49
50-59
>60
49
126
84
35
6
16,3
42
28
11,7
2
Pendidikan
Tidak/Tamat SD Sederajat
Tidak/Tamat SMP Sederajat
Tidak/Tamat SMA Sederajat
Tidak/Tamat Diploma
Sarjana/Pasca Sarjana
32
48
176
19
25
10,7
16
58,7
6,3
8,3
Pekerjaan
Pegawai Negeri
Swasta
Pelajar
Nelayan
Petani
Lain-lain
24
89
1
4
121
61
8
29,7
0,3
1,3
40,3
20,3
Status Perkawinan
Belum Kawin
Kawin
Janda
11
275
14
3,7
91,7
4,7
Jumlah Tanggungan
0-2
3-4
5-6
7-8
>9
117
141
30
9
3
39
47
10
3
1
Sumber : Data Primer (diolah), 2010
Tabel
1
menampilkan
pemberdayaan
300
responden
yang
menerima
bantuan
masyarakat berjenis kelamin laki-laki berjumlah 132
responden (44%) dan wanita berjumlah 168 responden (56%), sehingga
penelitian mempunyai kecendrungan didominasi oleh responden wanita.
Karakteristik responden berdasarkan tingkat usia dapat dijelaskan, bahwa
sebanyak 49 responden (16,3%) berusia antara 20-29 tahun, sebanyak 126
responden (42%)
berusia antara 30-39 tahun, responden berusia 40-49
22
33
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
tahun sebanyak 84 responden (28%), responden 50-59 tahun sebanyak 35
responden (11,7%) dan diatas 60 tahun terdapat 6 responden (2%).
Tingkat pendidikan yang diambil sebagai salah satu variabel yang penting
dalam penelitian
ini, yang
berpendidikan
tidak/tamat
SD sederajat
sebanyak 32 responden (10,7%), tidak/tamat SMP sederajat hanya 48
responden
(16%),
tidak
tamat/tamat
SMA
sederajat
sebanyak
176
responden (58,7%), tidak tamat/tamat Diploma sebanyak 19 responden
(6,3%) dan sarjana/pasca sarjana sebanyak 25 responden (8,3%).
Pekerjaan responden yang menerima bantuan pemberdayaan masyarakat
pemerintah Aceh adalah yang pekerjaannya pegawai negeri sipil sebanyak
24 responden (8%), swasta sebanyak 89 responden (29,7%), pelajar
sebanyak 1 responden (0,3%), Nelayan sebanyak 4 responden (1,3%),
petani sebanyak 121 responden (40,3%) dan lain-lain sebanyak 61
responden (20,3%).
Mengenai status perkawinan dapat dijelaskan bahwa berstatus belum
kawin sebanyak 11 responden (3,7%), 275 responden sebanyak (91,7%)
yang status kawin dan
yang berstatus
janda sebanyak 14 responden
(4,7%). Sementara jumlah tanggungan responden yang dimiliki antara 0-2
orang sebanyak 117 responden (39 %), antara 3-4 orang sebanyak 141
responden, antara 5-6 orang sebanyak 30 responden (10 %), antara 7-8
orang sebanyak 9 responden (3 %) dan diatas 9 orang sebanyak 3
responden (1 %).
II.2. HASIL PENGUJIAN INSTRUMEN
Menurut Arikunto (1996) dan Indriantoro (1999), kuallitas data yang
diperoleh dari penggunaan instrumen penelitian dapat dievaluasi melalui
uji validitas dan uji reliabilitas (uji kehandalan) berdasarkan Cranbach
Alpha yang lazim digunakan dalam penelitian ilmu-ilmu sosial.
II.2.1. PENGUJIAN RELIABILITAS
Untuk menilai kehandalan kuesioner yang digunakan, maka dalam
penelitian ini menggunakan uji reliabilitas berdasarkan Cronbach Alpha
yang lazim digunakan untuk pengujian kuesioner dalam penelitian ilmu
sosial. Análisis ini digunakan untuk menafsirkan korelasi antara skala
yang dibuat dengan skala variabel yang ada. Menurut Nunally (1967),
22
33
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
koefisien yang dapat diterima di atas 0,50 dan menurut Maholtra
koefisien mínimum yang dapat diterima diatas 0,60.
Berdasarkan Tabel 2 uji kehandalan dapat diketahui bahwa nilai alpha (α)
untuk masing-masing variabel diperoleh lebih besar dari 0,60, dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pengukuran kehandalan memenuhi
syarat Cronbach Alpha (α) sebagaimana di persyaratkan oleh Malhotra
dan Nunally. Artinya semua instrumen yang digunakan dalam model
penelitian ini telah memenuhi keandalan dan layak dilakukan penelitian.
Tabel 2
Uji Reliabilitas Untuk Masing-Masing Variabel
N
o
1
2
3
VARIABEL
NILAI ALPHA
KETERANGAN
Perencanaan
0,8277
Handal
Pelaksanaan
0,7377
Handal
Dampak
0,6947
Handal
Sumber : Data Primer (diolah), 2010
II.2.2. PENGUJIAN VALIDITAS
Pengujian validitas data dalam penelitian ini dilakukan secara statistik,
yaitu dengan menggunakan uji Pearson product-moment coefficient of
correlation dengan bantuan program Statistical Product and Service
Solution (SPSS). Berdasarkan
output komputer seluruh pernyataan
dinyatakan valid karena memiliki tingkat signifikansi di bawah 5%.
Sedangkan Jika dilakukan secara manual maka nilai korelasi yang
diperoleh masing-masing pernyataan harus dibandingkan dengan nilai
kritis korelasi product moment.
Tabel 3. Uji Validitas
VARIABEL
PERTANYAAN
Perencanaa
n
Pelaksanan
Dampak
A1
A2
A3
A4
A5
B1
B2
B3
B4
B5
C1
C2
C3
C4
Pearson
Corellation
0,712
0,834
0,828
0,749
0,761
0,741
0,617
0,699
0,687
0,759
0,620
0,679
0,586
0,774
NILAI
KRITIS R
0,113
0,113
0,113
0,113
0,113
0,113
0,113
0,113
0,113
0,113
0,113
0,113
0,113
0,113
KETERANG
AN
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
22
33
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
C5
berdasarkan
0,721
hasil penelitian, Tabel 3
0,113
Valid
Sumber : Data Primer
(diolah),semua
2010
menunjukkan
bahwa
pernyataan mempunyai nilai korelasi diatas nilai kritis 5% yaitu diatas
0.113 (Tabel Nilai Kritis Korelasi r Product-Moment untuk n = 300),
sehingga pernyataan-pernyataan tersebut adalah signifikan dan memiliki
validitas
konsistensi
internal
(internal
consistency)
yang
berarti
pernyataan-pernyataan tersebut mengukur aspek yang sama. Ini berarti
bahwa data yang diperoleh adalah valid dan dapat dipergunakan untuk
penelitian dan dilanjutkan ke penelitian yang lebih mendalam.
II.3. ANALISIS VARIABEL
II.3.1. PERENCANAAN
II.3.1. PERENCANAAN
Perencanaan adalah perhitungan dan penentuan tentang
sesuatu yang akan dijalankan dalam mencapai tujuan tertentu, oleh
siapa dan bagaimana. Oleh karena itu, suatu perencanaan menjadi
suatu keperluan dalam suatu sistem untuk mendukung tercapainya
tujuan, dimana dipersiapkan untuk bermanfaat secara aplikasi,
disusun
dan
dikerjakan
berdasarkan
kepatutan,
serta
tidak
melanggar norma yang berlaku.
Tabel 4
Evaluasi Program terhadap Variabel Perencanaan
No.
1.
2.
3.
VARIABEL
RATA-RATA
Program BPM Aceh dirancang dengan baik terlihat dari
kelancaran pelaksanaannya
Penerima manfaat tepat sasaran karena sudah lebih dulu
identifikasi BPM Aceh dan diketahui secara luas oleh
masyarakat se-kecamatan
Penentuan lokasi program sangat sesuai karena sudah
disurvey BPM Aceh
2,65
2,41
2,34
4.
Bantuan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan
2,28
5.
Masyarakat memahami program dengan baik berkat
bagusnya proses sosialisasi
2,17
Rerata
2,37
22
33
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Sumber : Data Primer (diolah), 2010
Dalam perencanaan mengandung elemen-elemen seperti:
mengidentifikasikan
menentukan
dan
mendokumentasikan
kebutuhan-kebutuhan
yang
kebutuhan,
bersifat
prioritas,
memperincikan spesifikasi hasil yang dicapai dari tiap kebutuhan
yang diprioritaskan, mengindentifikasi persyaratan untuk mencapai
tiap-tiap
alternatif
dan
mengindentifikasi
altenatif
yang
memungkinkan termasuk didalamnya peralatan untuk melengkapi
tiap persyaratan untuk mencapai kebutuhan, untung rugi berbagai
latar dan strategi yang digunakan.
Tabel 4 di atas menampilkan tanggapan responden terhadap
perencanaan yang telah dilakukan pihak BPM Aceh terhadap 300
responden yang menerima manfaat program. Berdasarkan Tabel
tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa kualitas perencanaan yang
telah dilakukan olen Badan Pamberdayaan Masyarakat (BPM) Aceh
terhadap program pemberdayaan yang sedang dijalankan secara
umum mendapat predikat “Sedang”. Hal ini ditunjukkan dari
tanggapan responden dengan nilai rata-rata sebesar 2,73 (C).
Jawaban responden menggambarkan bahwa Badan Pemberdayaan
Masyarakat (BPM) Aceh dalam membuat suatu perencanaan
program masih belum terselenggara dengan baik, masih terdapat
kelemahan/kekuranga.
Secara lebih khusus, tahapan perencanaan yang mempunyai
nilai
rata-rata
tertinggi
dicapai
pada
tahapan
“kelancaran
pelaksanaan” dengan nilai rata-rata 2,65 (B). Akan tetapi untuk
22
33
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
tahapan tentang kesesuaian antara bantuan dengan kebutuhan
diperoleh nilai rata-rata yang paling rendah, yaitu 2,28 (C) yang
menunjukkan
bahwa
bantuan
yang
diberikan
masih
harus
disesuaikan lagi dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat.
Hasil wawancara mendalam dengan "informan" dan responden
memperoleh informasi bahwa rendahnya rata-rata kesesuaian
bantuan dan kebutuhan diperoleh jawaban bahwa masalah tersebut
terkait dengan jumlah bantuan yang dirasa relatif belum mencukupi
dan jenis bantuan belum sesuai dengan keinginan masyarakat.
Hasil wawancara dengan informan dan responden di Desa
Bandar Baru Kecamatan Bendahara Kabupaten Aceh Tamiang, di
tempat masyarakat sering berkumpul dengan metode Focus Group
Discusion, memperoleh informasi bahwa:
"Sebagian responden menyatakan bahwa jumlah dana
bantuan relatif masih kurang sehingga dana yang
dipergunakan untuk membeli sapi yang akan digulirkan
tidak banyak. Hal ini menyebabkan perguliran dana
bantuan tidak dapat dilakukan dengan cepat dalam satu
kelompok".
II.3.2. PELAKSANAAN
Pelaksanaan
perencanaan.
merupakan
Pelaksanaan
tahap
merupakan
selanjutnya
tindakan/action
setelah
yang
dilakukan oleh suatu lembaga/institusi berkaitan perencanaan
program yang telah disusun. Di dalam pelaksanaan biasanya
muncul
beberapa
permasalahan,
seperti
tidak
transparansi
program, ketepatan pencairan dana, pengawasan yang lemah,
22
33
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
penerima manfaat tidak bertanggung jawab atas bantuan yang
diterimanya, dana yang dibawa kabur oleh sekelompok orang dan
lain-lain. Untuk melihat sejauh mana tanggapan penerima manfaat
terhadap
pelaksanaan
bantuan
yang
diberikan
oleh
Badan
Pemberdayaan Masyarakat Aceh, maka dapat dilihat pada Tabel 5
berikut.
Tabel 5
Evaluasi Program terhadap Variabel Pelaksanaan
No.
RATARATA
VARIABEL
1.
Program dilaksanakan secara transparan, diketahui oleh
seluruh lapisan masyarakat
2,42
2.
Persyaratan menerima bantuan sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai
2,95
3.
4.
5.
Mekanisme pencairan dana mudah dan tidak menyulitkan,
namun akuntabel
Penerima manfaat serius dan bertanggung jawab terhadap
kegiatan karena BPM Aceh bersama Dinas Terkait
Pemerintah
Kabupaten
melaksanakan
monitoring dan
Penerima manfaat
semangat
dalam melaksanakan
kegiatan karena didukung pendampingan oleh BPM Aceh
bersama Dinas Terkait Pemerintah Kabupaten
Rerata
3,16
2,82
2,85
2,84
Sumber : Data Primer (diolah), 2010
Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa kualitas pelaksanaan
program pemberdayaan masyarakat yang sedang/telah dijalankan
dianggap masyarakat sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari
tanggapan responden terhadap variabel pelaksanaan program
dengan nilai rata-rata mencapai 2,84 (B). Badan Pemberdayaan
Masyarakat
Aceh
didalam
pelaksanaan
program
sudah
menunjukkan hasil baik biarpun masih ada kekurangan yang harus
diperbaiki. Pelaksanaan yang baik dapat diartikan bahwa penerima
bantuan sudah tepat sasaran dan dengan demikian diharapkan
berpengaruh terhadap penurunan angka kemiskinan.
22
33
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Secara lebih khusus, tahapan pelaksanaan yang mempunyai
nilai
rata-rata
tertinggi
dicapai
pada
tahapan
“mekanisme
pencarian dana mudah dan tidak menyulitkan, namun akuntabel”
dengan nilai rata-rata 3,16 (B). Hal ini tentunya sesuai dengan
prinsip Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Aceh bahwa
program yang diimplementasikan harus mudah dan aplikatif, tetapi
memenuhi syarat akuntabilitas yang baik.
Akan
tetapi,
variabel
“program
dilaksanakan
secara
transparan, diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat” diperoleh
nilai rata-rata yang paling rendah, yaitu 2, 42 (C). Hal ini
menunjukkan bahwa kualitas tranparansi program belum dinilai
baik oleh masyarakat. salah satu penyebab rendahnya rata-rata
variable ini adalah masih terdapat persepsi yang kurang benar,
bahwa bantuan yang seharusnya bergulir, tetapi dipersepsikan
sebagai bantuan cuma-cuma (lihat Tabel 9) sehingga bantuan tidak
bermanfaat secara optimal bahkan ada bantuan yang “gagal”
seperti beberapa kasus yang peneliti temui di beberapa tempat,
seperti di Aceh Utara dan Pidie.
II.3.3. DAMPAK
Setelah program dijalankan, tentu akan tercermin
dampak
yang dirasakan oleh penerima manfaat dan masyarakat. Dampak
dapat menjadi dua kemungkinan yaitu dampak baik dan dampak
buruk. Jika dampak yang dirasakan masyarakat baik, maka program
22
33
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
tersebut selanjutnya dapat dilanjutkan. Demikian sebaliknya, jika
program tersebut memberikan dampak buruk maka program
tersebut perlu dihentikan atau dievaluasi kembali. Untuk melihat
sejauh mana tanggapan penerima manfaat terhadap dampak
bantuan yang diberikan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat
Aceh, maka dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini.
Tabel 6
Evaluasi Progrom terhadap Variabel Dampak
No.
VARIABEL
RATA-RATA
1.
Penerima manfaat kesejahteraannya meningkat dengan
adanya bantuan/program
3,07
2.
Penerima manfaat kapasitasnya meningkat, baik dalam
pengetahuan maupun keterampilan
2,93
3.
Bantuan/program berpengaruh terhadap peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan lingkungan secara umum
2,97
4.
5.
Bantuan/program membangkitkan kesadaran dan
motivasi masyarakat untuk mengembangkan kegiatan
sehingga berdampak lebih luas bagi peningkatan
kesejahteraan secara umum
Bantuan/program mendorong kemandirian masyarakat,
kelembagaan masyarakat dan kelembagaan aparatur
gampong
2,70
2,76
Rerata
2,89
Sumber : Data Primer (diolah), 2010
Tabel 6 di atas merefleksikan gambaran tentang kualitas
dampak
pelaksanaan
program
yang
merupakan
cerminan
anggapan penerima manfaat terhadap bantuan yang diberikan oleh
Badan Pemberdayaan Masyarakat Aceh, yang dianggap sudah
“baik, dimana nilai rata-rata dari tanggapan responden sebesar
2,89. Artinya, dampak program yang sedang/telah dijalankan
memberikan
perubahan
terhadap
masyarakat
dan
program-
program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh BPM Aceh
22
33
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
dapat dilanjutkan. Secara lebih khusus, tahapan dampak yang
mempunyai
nilai
rata-rata
tertinggi
dicapai
pada
tahapan
“penerima manfaat kesejahteraannya meningkat dengan adanya
bantuan/program” dengan nilai rata-rata 3,07 (B). Hal ini tentunya
sesuai dengan harapan Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi
Aceh.
Akan
kesadaran
kegiatan
tetapi,
dan
variabel
motivasi
sehingga
“bantuan/program
masyarakat
berdampak
lebih
untuk
luas
membangkitkan
mengembangkan
bagi
peningkatan
kesejahteraan secara umum” diperoleh nilai rata-rata yang paling
rendah, yaitu 2,70 (B), yang menunjukkan bahwa bantuan yang
diberikan belum berpengaruh terhadap bangkitnya kesadaran dan
motivasi
kegiatan.
masyarakat
secara
umum
dalam
mengembangkan
Salah satu penyebab rendahnya rata-rata variabel ini
adalah program yang dievaluasi belumlah dilaksanakan terlalu lama
sehingga belum diketahui dampaknya. Dampak dapat diketahui
setelah program bantuan berjalanan selama beberapa tahun.
Bahkan ada program/bantuan yang baru dilaksanakan beberapa
bulan sehingga belum diketahui secara signikan pengarunya bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
II.4. ANALISIS TABULASI SILANG
Pada pembahasan berikut ini akan dijelaskan mengenai hubungan antara
jenis bantuan dengan manfaat modal yang diterima, seperti dijelaskan
pada beberapa tabel dibawah ini:
Tabel 7. Tabulasi Silang Antara Jenis Bantuan dengan Manfaat Modal yang Diterima
22
33
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Menurut
bapak/ibu/saudara,
bantuan modal tersebut
bermanfaat
RaguYa
Tidak
ragu
ITEM PERTANYAAN
Kalau pernah,
jenis bantuan
apa yang
Bapak/Ibu/
Saudara
terima ?
3
Total
BPKG
112
1
PEPG
50
50
UEG/KSP
33
33
UEPG
101
101
TOTAL
296
3
116
1
300
Sumber : Data Primer (Diolah), 2010
Berdasarkan tabel 7 di atas dapat dijelaskan bahwa penerima bantuan
BKPG menyatakan bahwa bantuan tersebut bermanfaat sebanyak 112
koresponden, sedangkan yang ragu-ragu sebanyak 3 koresponden dan
yang menyatakan tidak bermanfaat 1 koresponden. Untuk bantuan PEPG,
UEG/K-SP, dan UEPG semuanya koresponden menyatakan bantuan tersebut
memberikan manfaat (50, 33, dan 101 koresponden).
Kemudian tabel berikut ini akan menjelaskan mengenai hubungan antara
jenis bantuan dengan kecukupan modal yang diterima, seperti dijelaskan
pada tabel 8 berikut:
Tabel 8. Tabulasi Silang Antara Jenis Bantuan dengan Kecukupan Modal
yang Diterima
ITEM PERTANYAAN
Kalau pernah,
jenis bantuan
apa yang
Bapak/Ibu/
Saudara
terima ?
Menurut
bapak/ibu/saudar
a, apakah
banttuan modal
yang pernah
terima tersebut
mencukupi ?
Ya
Tidak
Total
BPKG
19
97
116
PEPG
8
42
50
UEG/KSP
3
30
33
UEPG
17
84
101
TOTAL
47
253
300
Sumber : Data Primer (Diolah), 2010
22
33
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Berdasarkan Tabel 8 di atas dapat dijelaskan bahwa penerima bantuan
BKPG merasa bahwa bantuan tersebut sudah mencukupi sebanyak 19
koresponden dan tidak mencukupi sebesar 97 koresponden. Untuk bantuan
PEPG. Koresponden yang menyatakan bahwa bantuan tersebut mencukupi
sebanyak 8 koresponden dan tidak mencukupi sebanyak 42 koresponden.
Untuk bantuan UEG/K-SP menyatakan bahwa bantuan yang diberikan
mencukupi sebanyak 3 responden dan tidak mencukupi sebanyak 30
responden. Sedangkan untuk bantuan UEPG, 17 respoden menyatakan
bahwa bantuan yang diberikan tersebut mencukupi dan tidak mencukupi
sebesar 84 responden.
Untuk keseluruhan penerima manfaat menyatakan bahwa sekitar 47
responden (15,67%) dana tersebut mencukupi dan
253 responden
(84,33%) menyatakan bahwa dana tersebut tidak mencukupi.
Tabel 9. Tabulasi Silang Antara Jenis Bantuan
dengan Pengelolaan Bantuan Modal Yang Diberikan Oleh BPM Aceh
ITEM PERTANYAAN
Menurut bapak/ibu/saudara,
bagaimana pengelolaan banyuan
modal yang diberikan oleh BPM Aceh
Diberi-kan
Kredit yang
cumaharus dikembaTidak
cuma
likan (bantuan
tahu
(hibah)
bergulir)
8
108
20
29
1
BPKG
PEPG
UEG/ K11
SP
UEPG
6
TOTAL
45
Sumber : Data Primer (Diolah), 2010
Kalau pernah,
jenis bantuan
apa yang
Bapak/Ibu/
Saudara terima ?
Total
116
50
18
4
33
93
248
2
7
101
300
Berdasarkan tabel 9 di atas, dapat dijelaskan bahwa bantuan penerima
manfaat bantuan BKPG menyatakan bahwa bantuan yang diberikan
bersifat cuma-cuma (hibah) sebanyak 8 responden, kredit yang yang harus
dikembalikan (bantuan bergulir) sebanyak 108 responden. Untuk bantuan
PEPG, 20 responden menyatakan bantuan tersebut diberikan cuma-cuma,
29 responden menyatakan
kredit yang harus dikembalikan
dan 1
responden tidak tahu. Selanjutnya untuk bantuan UEG/K-SP, 11 responden
menyatakan bahwa bantua tersebut bersifat cuma-cuma sebanyak 11
koresponden, kredit yang harus dikembalikan sebanyak 18 koresponden
dan tidak tahu 4 koresponden. Untuk bantuan UEPG, 6 koresponden
22
33
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
menyatakan bahwa bantuan diberikan cuma-cuma, 93 koresponden
menyatakan kredit yang harus dikembalikan,dan 2 orang menyatakan tidak
tahu.
Secara keseluruhan, 45 (15 %) koresponden menyatakan bahwa bantuan
tersebut bersifat cuma-cuma, 248 (82,67 %) responden menyatakan
bahwa bantuan tersebut kredit yang harus dikembalikan dan 7 (2,33)
koresponden menyatakan tidak tahu.
III.
PENUTUP
III.1. KESIMPULAN
Dari pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
22
33
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
a. Program bantuan yang telah dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan
Masyarakat Provinsi Aceh, berupa program baik BKPG, PEPG, UEG/KSP,
dan UEPG di berbagai kabupaten/kota di Provinsi Aceh sejak 2008 telah
menunjukkan hasil yang cukup baik. Hasil penelitian menunjukkan dari
aspek perencanaan, pelaksanaan, dan dampak dari program sudah
sesuai dengan harapan.
b. Dalam aspek tertentu seperti; i) besaran nilai bantuan (uang) dan ii)
jenis banuan (in kind) masih minim dukungan anallisis kebutuhan (need
analisis) dalam perencanaannya.
c. Masih terdapat persepsi bahwa program bantuan adalah program yang
diberikan cuma-cuma sehingga ketika program bantuan tersebut harus
digulirkan, maka penerima bantuan tidak mau mengembalikannya. Hal
ini dapat menghambat kesinambungan program, terutama bagi warga
masyarakat yang belum menerima bantuan.
d. Pendampingan program dari pemerintah provinsi cq BPM Aceh masih
dirasakan kurang oleh masyarakat. Padahal masyarakat sangat ingin
untuk bertemu secara langsung dan berkala dengan sumber penyalur
bantuan (BPM Aceh) sehingga dapat menyampaikan aspirasinya secara
langsung. Dilain pihak, masyarakat merasa dalam rangka pengendalian
bantuan, pemerintah kabupaten dan kecamatan sudah cukkup baik
dalam berpartisipasi dalam pendampingan.
e. Seluruh program yang dilaksanakan kecuali BKPG, tidak disertai dengan
sistem pengendalian dalam kerangka acuan kerjanya.
III.2. REKOMENDASI
Dalam rangka meningkatkan efektifitas dan kegunaan program yang
dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Aceh, dapat
direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut:
a. Kerangka
Acuan
Kerja
(ToR)
program-program
pemberdayaan
masyarakat yang akan diimplementasikan ke depan menyertakan sistem
pengendalian
(monitoring,
supervisi
dan
evaluasi)
yang
berbasis
partisipatif dan bersifat berkesinambungan.
b. Mengintegrasikan porgram-program pemberdayaan dengan program
pemberdayaan berskala nasional seperti PNPM MP, PNPM Perkotaan,
PNPM DTK, PUAP dan berbagai program pemberdayaan masyarakat
berskala nasional lainnya baik yang diimplementasikan oleh pemerintah
22
33
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
maupun oleh lembaga donor, sehingga pengentasan kemiskinan dapat
terlaksana akseleratif.
c. Meningkatkan kualitas sosialisasi program dengan jalan: i) pelibatan
para pihak (multi stakeholders) secara luas, ii) mendiseminasikan
informasi melalui media (cetak dan elektronik), iii) menyebarkan
informasi ke lokasi sasaran melalui pamflet atau baliho, dan iv)
mendiseminasikan petunjuk teknis pelaksanaan ke tingkat gampong di
lokasi sasaran.
d. Menetapkan manajemen "sanksi" terhadap penerima sasaran dalam
rangka optimalisasi program.
e. Meningkatkan kualitas pengendalian program dengan pendampingan
secara berkala langsung ke lokasi dan target sasaran.
f. Mendorong masyarakat memanfaatkan sarana dan fasilitas transparansi
dan akuntabilitas yang telah tersedia dari program lain seperti papan
informasi PNPM Mandiri Perdesaan dan Perkotaan.
DAFTAR PUSTAKA
22
33
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Abd. Majid, M. Shabri H. 2009. “Menggempur Kemiskinan Rakyat
Aceh
Secara
Islami”.
http://www.tarsa.org/old/artikel/
menggempur_kemiskinan1.html.
Alhumami, Amich. 2009. “Menggugat Makna Kemiskinan”. Kompas
tanggal 15 Oktober.
Chaidir. 2008. “Sebuah Pandangan terhadap Penetapan Perda
Provinsi No. 36 Tahun 2001 Tentang Pola Pembangunan Daerah
Provinsi Riau”. www.publik dan politik lokal Melayu.
Colby, M.E. 1990. Environmental Management in Development: The
Evolution of Paradigms. World Bank Discussion Papers. Reading
V. Washington DC.
Cutter, S.L., Renwick, H.L., Renwick, W.H., 1985. Exploitation,
Conservation, Preservation: A Geographic Perspective on
Natural Resources Use. New Jersey: Rowman & Allan Held
Publisher.
Fajar
Alam
P.
2008.
”Kemiskinan
atau
Pemiskinan
Budaya”.`http://fajar-maverick2.blogspot.com/2008/08/ikmji.html.
Hadiwerdoyo, Cyrillus Harinowo, 2009. “Menelaah Angka Kemiskinan”,
Kompas tanggal 23 Oktober.
Hasan, Ishak. “Batee Meutudong, Hikayat Petani Miskin di Aceh Jaya”
dalam Serambi Indonesia 20 agustus 2009.
Harun, Mohd. 2009. Memahami Orang Aceh. Bandung: Cita Pustaka
Media Perintis.
_______________. 2008. Etos Kerja Orang Aceh. Jeumala No. 27/2008.
Kartasasmita, Ginandjar. 1996 Pembangunan Untuk Rakyat
Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan. Jakarta: Cides.
Kartohadikoesoemo,
Bandung.
Soetardjo,
1965
Desa.
Bandung,
Sumur
Koentjaraningrat. 1981. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara
Baru.
Mowen, J.C. 1993. Consumer Behaviour. Third edition. Boston:
Richard D. Irwin Inc.
Mubyarto. 1979. “Prospek Perekonomian Indonesia dalam Pelita III”.
Prisma, 8 (1). 3-4.
22
33
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Nely
Murni. 2008. Kemiskinan, Kebudayaan, dan Globalisasi.
http://nellymurni.blogspot.com/2006/06/kemiskinankebudayaan-dan-globalisasi.html
Salim,
Emil.
1984.
“Kebijaksanaan
Pemerataan
Mengatasi
Kemiskinan”. Dalam Selo Soemardjan, Alfian, Mely G. Tan (ed.)
Kemiskinan Struktural Suatu Bunga Rampai. Jakarta: Yayasan
Ilmu-ilmu Sosial.
______________. 1987. “Membudayakan Pembangunan”. Prisma, 3
(16), 10-17.
Samhadi, Sri Hartati. 2008. “Fokus Belajar dari Korea Selatan”,
Kompas tanggal 18 Juli, hlm. 1 dan 15.
Singarimbun, Masri dan D. H. Penny. 1984. Penduduk
Kemiskinan Kasus Sriharjo. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.
dan
Soedjatmoko. 1978. “Berbagai Implikasi Kebijaksanaan Nasional
Kebutuhan Dasar”, Prisma, 7 (10). 59-79.
____________. 1984. “Dimensi-dimensi Struktural Kemiskinan”. Dalam
Selo Soemardjan, Alfian, Mely G. Tan (ed.) Kemiskinan Struktural
Suatu Bunga Rampai. Jakarta: Yayasan Ilmu-ilmu Sosial.
Benua Rasa Consultant. 2009. Kemiskinan Masyarakat Gampong
dalam Perspektif Budaya di Provinsi Aceh. Banda Aceh: BPM
Pemerintah Aceh.
22
33
SURVEY KAJIAN EVALUASI
Program BPM Aceh 2009
PEMERINTAH ACEH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT