Aplikasi Model Optimasi untuk Meningkatkan Efisiensi Pengangkutan Sampah di Kota Cilegon | Triwibowo | Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia 1 PB

Abstract

Most cities in developing countries face inefficiency problem of waste collection service run by government. The purpose of this study is to estimate the efficiency of waste collection service and the capital cost requirement in 2019 to cover 100% waste collection service in Cilegon City. The efficiency is calculated by comparing the current costs with the optimization costs by the model of vehicle routing problem. The result shows that the obtained inefficiency reaches 37,48% which largely comes from the labor component. To cover all of resident in Cilegon City, the city needs to increase their budget allocation as much as IDR 33,884 billion in 2019. Keywords: Inefficiency; Optimization; Waste Collection; Vehicle Routing Problem

Abstrak

Sebagian besar kota di negara berkembang menghadapi permasalahan inefisiensi pengangkutan sampah yang dikelola pemerintah. Tujuan penelitian ini adalah mengestimasi inefisiensi pengangkutan sampah di Kota Cilegon. Inefisiensi dihitung dengan membandingkan biaya saat ini dengan biaya hasil optimasi rute dengan model vehicle routing problem. Penelitian ini juga mengestimasi kebutuhan biaya modal jika rasio pengangkutan sampah mencapai 100% pada tahun 2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inefisiensi sebesar 37,48%, yaitu porsi komponen tenaga kerja sebesar 94,48 dari total inefisiensi. Terkait kebutuhan modal, diperlukan kenaikan anggaran Rp33,884 miliar untuk meningkatkan rasio pengangkutan sampah menjadi 100% pada tahun 2019. Kata kunci: Inefisiensi; Optimasi; Pengangkutan Sampah; Vehicle Routing Problem

Kode Klasifikasi JEL: C61; H41; Q53

Pendahuluan

Namun, Chakrabarti et al. (2009) di dalam peneliti- annya mengemukakan adanya kecenderungan ter-

Sampah merupakan salah satu permasalahan uta- jadinya inefisiensi di dalam pengangkutan sampah ma di perkotaan. Hal ini mendorong dilakukannya

yang dilakukan oleh sektor publik (pemerintah da- banyak penelitian tentang pengelolaan sampah di

erah) di India. Inefisiensi ini umumnya bersumber perkotaan, baik yang terkait dengan teknis penge-

dari inefisiensi penggunaan tenaga kerja di dalam lolaan sampah maupun dari sisi efisiensi pembiaya-

proses pengumpulan dan pengangkutan sampah annya. Cointreau-Levine (1994) menyatakan bahwa

di negara berkembang (Cointreau-Levine, 1994). manajemen pengelolaan sampah, secara prinsip,

Sementara itu di Indonesia, sejak diberlakukan- merupakan tanggung jawab pemerintah daerah.

nya otonomi daerah, persampahan (pengelolaan sampah) merupakan salah satu dari urusan pe-

merintahan konkuren 1 , yaitu urusan pemerintah-

✝ Alamat Korespondensi: Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon. Jln. Jendral Sudirman No. 2 Cilegon, Banten. Telp.

(+62254) 389320. E-mail: danangtree78@yahoo.com . 1 Istilah diambil dari UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerin-

60 Aplikasi Model Optimasi untuk Meningkatkan Efisiensi...

an yang dibagi antara pemerintah pusat, provin- Kota Cilegon, 2015). Hal tersebut berdampak pa- si, dan kabupaten/kota. Menurut Undang-Undang

da peningkatan jumlah timbulan sampah di Kota (UU) Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Cilegon. Berdasarkan data yang ada di Dinas Keber- Daerah, kewenangan kabupaten/kota dalam sub-

sihan dan Pertamanan (DKP) Kota Cilegon, jumlah urusan persampahan adalah pengembangan sis-

timbulan sampah di Kota Cilegon mengalami pe- tem dan pengelolaan persampahan dalam daerah

ningkatan rata-rata sebesar 8,72% setiap tahunnya. kabupaten/kota, yang meliputi pendaurulangan,

Dengan karakter daerah yang terdiri dari wilayah pengangkutan, dan pemrosesan akhir sampah. Se-

pemukiman, komersil, dan kawasan industri, Kota lain itu, pemerintah kabupaten/kota memiliki ke-

Cilegon memiliki visi ”Masyarakat Cilegon Seja- wenangan untuk melakukan pembinaan dan pe-

htera Melalui Daya Dukung Industri, Perdagangan ngawasan pengelolaan sampah yang diselengga-

dan Jasa” 2 .

rakan oleh pihak swasta. Secara lebih khusus, di Kota Cilegon terdiri dari 8 kecamatan dengan lu- dalam UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelo-

as daerah 175,51 km 2 . Kecamatan Ciwandan adalah laan Sampah Pasal 6 butir (d) menyatakan bahwa

kecamatan yang memiliki luas paling besar, yaitu tugas pemerintah dan pemerintahan daerah (ka-

51,81 km 2 , sedangkan Kecamatan Cilegon luasnya bupaten/kota) adalah melaksanakan pengelolaan

paling kecil, yaitu 9,15 km 2 . Berdasarkan data BPS sampah dan memfasilitasi penyediaan prasarana

Kota Cilegon, jumlah penduduk Kota Cilegon pada dan sarana pengelolaan sampah. Salah satu kewe-

tahun 2014 adalah 405.303 jiwa, dengan sex ratio nangan pemerintah kabupaten/kota dalam melak-

sebesar 104,39%. Kecamatan dengan penduduk ter- sanakan tugas tersebut adalah menyelenggarakan

banyak adalah Kecamatan Citangkil dengan 71.483 pengelolaan sampah skala kabupaten/kota sesuai

jiwa, sedangkan Kecamatan Purwakarta memiliki dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang

penduduk paling sedikit yaitu 39.682 jiwa. Kecamat- ditetapkan oleh pemerintah pusat.

an terpadat adalah Kecamatan Jombang, sedangkan Kecenderungan terjadinya inefisiensi dalam pe-

kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah ngangkutan sampah oleh pemerintah daerah, khu-

adalah Kecamatan Ciwandan. susnya di negara berkembang (Cointreau-Levine,

Jumlah timbulan sampah yang semakin mening- 1994; Chakrabarti et al., 2009), menjadi topik mena-

kat karena peningkatan jumlah penduduk serta rik untuk diteliti dalam konteks di Indonesia. Kota

aktivitas perekonomian dan pembangunan menye- Cilegon dipilih menjadi lokasi penelitian karena

babkan beban Pemerintah Kota Cilegon dalam pe- mewakili tipe kota industri yang memiliki kemirip-

ngelolaan sampah juga semakin besar. UU Nomor an dengan lokasi penelitian yang dilakukan oleh

18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah Pasal Chakrabarti et al. (2009) di wilayah Baranagar Mu-

6 butir (d) menyatakan bahwa tugas pemerintah nicipal (BM) di Kolkata, India. Chakrabarti et al.

adalah melaksanakan pengelolaan sampah. Di Kota (2009) melakukan penelitian di wilayah BM, yaitu

Cilegon, pengelolaan sampah tersebut merupakan kota dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi

tugas dan kewenangan dari DKP Kota Cilegon. (2,5% per tahun) dan memiliki peningkatan sampah

Belum adanya pemisahan sampah organik dan yang cukup besar karena merupakan kota yang me-

anorganik pada sumber sampah juga menyebab- liputi wilayah pemukiman dan komersial dengan

kan jumlah sampah yang harus diangkut DKP Kota aktivitas industri dan perdagangan. Hal tersebut

Cilegon ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) men- menyebabkan terjadinya urbanisasi dan ekspansi

jadi relatif masih besar, yang tentunya berdampak wilayah pemukiman.

pada biaya yang dibutuhkan. Rasio anggaran yang Hal yang mirip terjadi pula di Kota Cilegon, yang

dialokasikan untuk DKP relatif sangat kecil, yaitu merupakan salah satu kota di Provinsi Banten. Se-

1,44% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Dae- bagaimana kota-kota yang lain, Kota Cilegon me-

rah (APBD) 2013 dan 1,73% dari APBD 2014. Rasio miliki permasalahan di dalam pengelolaan sampah.

ini semakin kecil jika dilihat dari anggaran yang Dengan tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata

dialokasikan untuk bidang kebersihan yang ber- tergolong sedang sebesar 1,59% tahun 2011–2014,

tanggung jawab dalam teknis pengelolaan sampah, Kota Cilegon memiliki nilai pertumbuhan ekonomi

yaitu sekitar 0,47%. Selain itu, realisasi penerimaan rata-rata mencapai 6,61% (Badan Pusat Statistik/BPS

retribusi kebersihan pada tahun 2014 hanya Rp576

tahan Daerah.

2 www.cilegon.go.id

Triwibowo, D. & Halimatussadiah, A.

Gambar 1: Peta Administrasi Kota Cilegon Sumber: BPS Kota Cilegon (2014)

juta, yang sangat kecil dibanding pengeluaran (be- Tujuan penelitian ini adalah untuk mengestimasi lanja) pengelolaan sampah keseluruhan sebesar

inefisiensi yang terjadi dalam proses pengangkutan Rp5,43 miliar atau hanya sebesar 3,45%. Pada tahun

sampah dengan kondisi saat ini di Kota Cilegon. 2014, rasio pengangkutan sampah oleh DKP Kota

Selain itu, penelitian ini juga bermaksud meng- Cilegon baru mencapai 51,98%. Rasio pengangkut-

estimasi kebutuhan biaya modal dan biaya rutin an sampah merupakan jumlah sampah yang ter-

pengangkutan sampah jika rasio pengangkutan angkut ke TPA dibanding dengan jumlah sampah

sampah ditingkatkan sampai dengan 100% pada yang timbul pada tahun yang bersangkutan.

tahun 2019. Hal ini sesuai dengan amanat Ren- Proses pengangkutan sampah biayanya relatif

cana Pembangunan Jangka Menengah Nasional lebih besar dibanding tahapan proses pengelolaan

(RPJMN) 2015–2019, yaitu tercapainya 100% pela- sampah lainnya. Biaya pengangkutan sampah bisa

yanan sanitasi, yang meliputi air limbah domestik, mencapai 60% dari total biaya pengelolaan sampah

sampah, dan drainase lingkungan. (Damanhuri dan Padmi, 2003) atau berkisar antara

Biaya minimum dari skenario optimasi diperoleh 50–70% dari total biaya pengelolaan sampah (Tcho-

dengan melakukan optimasi rute pengangkutan banoglous et al., 1993). Jika terjadi inefisiensi dalam

sampah. Dari hasil optimasi rute didapatkan biaya biaya pengangkutan sampah yang berjalan saat ini,

optimal yang dilakukan dengan membandingkan maka akan berdampak besar pada inefisiensi pada

biaya minimum dari skenario optimasi dengan bia- keseluruhan proses pengelolaan sampah. Sehingga

ya yang terjadi saat ini. Biaya pengangkutan sam- diperlukan upaya untuk mengurangi atau menghi-

pah di Kota Cilegon meliputi biaya bahan bakar, langkan inefisiesi tersebut. Inefisiensi yang terjadi

biaya tenaga kerja, dan biaya operasional kendaraan dalam pengangkutan sampah bisa muncul karena

(servis dan penggantian suku cadang). Biaya opti- rute pengangkutan sampah yang tidak optimal. Hal

mal ini merupakan biaya minimum pengangkutan ini menyebabkan tidak efisiennya pemakaian bahan

sampah dengan model pengangkutan sampah saat bakar, kerja petugas lapangan karena off route time

ini (bussines as usual).

yang tinggi pada jam kerja, dan tingginya biaya Fokus dari penelitian ini adalah pada tahap peng- operasional kendaraan pengangkut sampah.

angkutan sampah dari Tempat Pembuangan Se-

62 Aplikasi Model Optimasi untuk Meningkatkan Efisiensi...

mentara (TPS) ke TPA Bagendung, yang menjadi

ga atau perusahaan, sampai ke tempat pemrosesan tanggung jawab dari DKP Kota Cilegon. Optimasi

akhir, masuk kriteria toll good yang bersifat exclusive- yang dilakukan adalah optimasi rute kendaraan se-

nonrivalry. Oleh karenanya, pengelolaan sampah jenis dump truck yang mengangkut sampah dengan

bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Sangat sistem kontainer tetap, dengan memperhatikan jum-

dimungkinkan pihak swasta bisa berperan dalam lah TPS beserta timbulan sampah masing-masing

pengelolaan sampah, khususnya di perkotaan. TPS dan jumlah alat transportasi beserta kapasi-

Pengangkutan sampah merupakan bagian penge- tasnya, yang pada akhirnya menghasilkan biaya

lolaan sampah dengan biaya terbesar dari serangkai- pengangkutan sampah yang minimal. Spesifikasi

an tahapan pengelolaan sampah. Biaya pengang- kendaraan pengangkut sampah dalam pengotimal-

kutan sampah bisa mencapai 60% dari total biaya an rute ini diasumsikan sama.

pengelolaan sampah (Damanhuri dan Padmi, 2003) Sedangkan inefisiensi yang ingin diestimasi me-

atau berkisar antara 50–70% dari total biaya penge- lalui penelitian ini adalah inefisiensi biaya yang

lolaan sampah (Tchobanoglous et al., 1993). Oleh diketahui dari hasil optimasi rute pengangkutan,

karenanya, efisiensi pengelolaan sampah sangat yaitu meliputi biaya bahan bakar, biaya operasional

dipengaruhi efisiensi pengangkutan sampah. kendaraan (servis dan penggantian suku cadang),

Biaya pengangkutan sampah dengan layanan pe- serta biaya tenaga kerja. Inefisiensi dihitung dari

ngelolaan oleh pemerintah atau swasta, khususnya selisih perhitungan biaya pengangkutan sampah

untuk kota-kota kecil, tidak memiliki perbedaan kondisi optimal dengan kondisi saat ini. Efisiensi

yang signifikan, sebagaimana hasil penelitian Bel penggunaan kendaraan dan tenaga kerja dilakukan

dan Mur (2009) di wilayah Aragon, Spanyol. Kerja dengan mengoptimalkan jumlah ritasi atau per-

sama yang dilakukan antara beberapa kota dalam jalanan (trip) dari kendaraan yang dioperasikan

pengelolaan sampah akan menurunkan biaya yang dengan tidak melebihi jam kerja.

harus disediakan oleh masing-masing kota tersebut. Cointreau-Levine (1994) memberikan contoh penga- laman di Bangkok, yaitu pemerintah melakukan

Tinjauan Literatur

kontrak dengan swasta mengangkut sampah di tiga distrik (kabupaten). Biaya per ton dalam kontrak

Sampah adalah segala sesuatu yang tidak dikehen- dengan swasta tersebut ternyata lebih rendah dari- daki oleh yang punya dan bersifat padat (Slamet,

pada biaya jika layanan pengangkutannya langsung 1994). Atau bahan sisa berupa bahan-bahan yang

oleh pemerintah, dengan tingkat kualitas layanan sudah tidak digunakan lagi maupun bahan yang su-

yang sama. Selain itu, penerapan sistem mekanis- dah diambil bagian utamanya (dari segi ekonomis),

me pasar yang kompetitif di Amerika Serikat juga serta merupakan bahan buangan yang tidak bergu-

menunjukkan bahwa pola pengangkutan sampah na dan banyak menimbulkan masalah pencemaran

oleh swasta mampu menekan biaya sebesar 20-40%, kelestarian lingkungan (Hadiwiyoto, 1983). Sumber

karena perusahaan swasta mampu mencapai eco- sampah berasal dari daerah permukiman, perda-

nomy of scale dalam investasi (National Solid Waste gangan, perkantoran atau pemerintahan, industri,

Management Association (NSWMA), 2011). lapangan terbuka/taman, pertanian, dan perkebun-

Chakrabarti et al. (2009) menyebutkan dalam stu- an (Tchobanoglous et al., 1993). Dan diklasifikasikan

di kasusnya di India, bahwa munculnya inefisiensi atas sampah domestik, sampah komersial, sampah

di dalam pengangkutan sampah yang dilakukan industri, dan limbah (Murtadho dan Sa’id, 1997).

oleh sektor publik (pemerintah daerah) disebabkan Manajemen pengelolaan sampah merupakan

karena beban pengeluaran dan adanya pengaruh tanggung jawab pemerintah daerah (Cointreau-

politik yang menyebabkan tren penurunan penye- Levine, 1994), yang secara umum jenis pelayanan-

diaan layanan publik dalam pengelolaan sampah. nya bersifat nonexclusive-nonrivalry. Hal tersebut

Hal tersebut bisa diatasi dengan menyelaraskan merupakan kriteria dari barang publik. Namun,

tanggung jawab antara sektor publik, sektor swas- setiap tahapan pengelolaan sampah memiliki ka-

ta, dan masyarakat. Penyebabnya adalah layanan

pengelolaan sampah merupakan layanan dasar, ma- sampah komunal, penyapuan jalan, dan pelayanan

rakteristik yang berbeda (Gambar 2 ). Pengumpulan

ka keuntungan tidak boleh menjadi motif utama kebersihan pada fasilitas publik termasuk barang

dalam layanan pengelolaan sampah. Pemerintah publik, sedangkan pengumpulan dan pengangkut-

harus tetap berperan aktif agar layanan tersebut an sampah langsung dari sumber, baik rumah tang-

tetap berdimensi publik. Namun, keberlanjutan

Triwibowo, D. & Halimatussadiah, A.

Gambar 2: Barang Publik dan Barang Privat dalam Sistem Pengelolaan Sampah Menurut Cointreau-Levine (1994)

Sumber: Cointreau-Levine (1994)

sistem terpadu pengelolaan sampah tidak bisa di-

Metode

pastikan tanpa memberikan insentif kepada sektor swasta yang menyediakan jasa pengelolaan sampah

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif (Chakrabarti et al., 2009).

untuk mencari solusi optimal dari permasalahan yang sedang dibahas, yaitu optimasi rute pengang-

kutan sampah di Kota Cilegon. Data-data yang Tahap pengangkutan sampah yang menjadi tang-

dibutuhkan meliputi jumlah TPS (berikut lokasi gung jawab dari DKP Kota Cilegon adalah pengang-

dan kapasitasnya), jumlah truk beserta kapasitas- kutan sampah dari TPS-TPS yang tersebar di ber-

nya, waktu dan jarak tempuh truk, serta biaya bagai lokasi di Kota Cilegon menuju ke TPA Ba-

yang dibutuhkan dalam pengangkutan sampah gendung. Pengangkutan sampah terbagi menjadi

di Kota Cilegon. Optimasi pengangkutan sampah dua sistem, yaitu sistem kontainer tetap dan sistem

dalam penelitian ini dilakukan secara terpisah anta- kontainer angkat (Tchobanoglous et al.,1993) seba-

ra pengangkutan sampah sistem kontainer angkat

dengan sistem kontainer tetap. Pada pengangkut- gunakan dump truck untuk pengangkutan sistem

gaimana pada Gambar 3 . DKP Kota Cilegon meng-

an sampah sistem kontainer angkat menggunakan kontainer tetap dan arm roll untuk sistem kontainer

arm roll, optimasi dilakukan secara manual dengan angkat.

memaksimalkan jumlah trip (ritasi) namun tidak melebihi jam kerja, sehingga didapatkan jumlah arm roll dan tenaga kerja yang efisien. Sementara itu, pa-

da sistem kontainer tetap menggunakan dump truck, an sampah menuju ke TPA, ada dua jenis model

Di dalam optimasi pengangkutan dan pemindah-

bahwa sebelum mengefisienkan penggunaan dump optimasi yang dapat dikembangkan, yaitu model

truck dan tenaga kerja, terlebih dahulu dilakukan untuk meminimalisasi waktu dan biaya. Kedua mo-

optimasi rute pengangkutannya. del tersebut memiliki tujuan yang sama, yaitu mem-

Optimasi rute pada pengangkutan sampah sistem peroleh rute optimum dalam mengangkut sampah

kontainer tetap menggunakan model vehicle routing menuju TPA. Model optimasi yang berdasarkan

problem (VRP) dan pengolahan datanya menggu- waktu lebih mudah dikembangkan dibandingkan

nakan perangkat lunak Lingo 9.0. Setelah didapat- dengan model optimasi biaya. Karena hanya de-

kan rute optimal, dapat dihitung kebutuhan biaya ngan informasi berupa jarak antar-titik dan waktu

untuk bahan bakar, operasional kendaraan, dan tempuh, model tersebut dapat diselesaikan. Mo-

tenaga kerja. Dari kedua sistem pengangkutan ter- del optimasi waktu dapat digunakan pada sistem

sebut, dihitung total biaya pengangkutan rutin dari pengangkutan sampah yang tidak menggunakan

pengangkutan sampah kondisi optimal, yang me- transfer depo (Komilis, 2008).

liputi biaya bahan bakar solar, biaya operasional

64 Aplikasi Model Optimasi untuk Meningkatkan Efisiensi...

Gambar 3: Ilustrasi Sistem Pengangkutan Sampah Sumber: Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi Wilayah 2, Wiyung, Surabaya (2010)

kendaraan (servis dan penggantian suku cadang), ngan node untuk depot. Model yang dikembangkan dan biaya tenaga kerja.

untuk optimasi dalam penelitian ini adalah mo- Sedangkan estimasi kebutuhan biaya modal dan

del VRP dengan pembatasan kapasitas (capacitated biaya rutin pengangkutan sampah, jika rasio pe-

VRP/CVRP) dengan tujuan untuk meminimalisasi ngangkutan sampah ditingkatkan sampai dengan

rute pengangkutan sampah dari kendaraan jenis 100% pada tahun 2019, dilakukan dengan mem-

dump truck yang akan menghasilkan biaya pengang- pertimbangkan estimasi jumlah timbulan sampah,

kutan sampah yang minimum pula. kebutuhan peralatan pengangkutan sampah, dan

Model yang disusun membutuhkan input data kebutuhan tenaga kerja. Hasil optimasi biaya terha-

berupa matriks jarak antar-node dan jumlah tim- dap pengangkutan sampah (kondisi saat ini) dan

bulan sampah setiap node (TPS). Dari 35 node yang estimasi biaya modal dan biaya rutin pengangkutan

ada, hanya 34 node yang akan masuk dalam opti- sampah rasio pengangkutan 100% akan menjadi

masi. Ada 1 node yang dikeluarkan dalam optimasi bahan dalam memberikan saran terhadap kebijak-

ini, yaitu node 14 (Pasar Kranggot), karena jumlah an pengelolaan sampah, khususnya pada tahap

timbulan sampahnya (35 m 3 ) melebihi kapasitas pengangkutan sampah di Kota Cilegon. Bagan ta-

kendaraan (8 m 3 ). Hal ini tidak memenuhi asum-

si di dalam model CVRP, yaitu jumlah timbulan Toth dan Vigo (2002) menjelaskan bahwa VRP bi-

hapan penelitian ini bisa dilihat pada Gambar 4 .

sampah tiap TPS tidak boleh melebihi kapasitas sa menjadi model untuk menentukan rute optimum

kendaraan. Model CVRP ini diadaptasi dari model dari sejumlah kendaraan yang melayani sejumlah

VRoute yang ada di Lingo User’s Guide. Pengolahan pelanggan. Solusi dari VRP merupakan himpunan

data menggunakan perangkat lunak Lingo 9.0 un- rute, yaitu masing-masing rute dijalankan oleh satu

tuk mendapatkan solusi optimal dari model yang kendaraan yang memulai dan mengakhiri perjalan-

disusun berikut ini.

an di depot. Rute harus memenuhi semua permin- taan pelanggan dan semua kendala, serta mengha-

Variabel dan Definisi Operasional

silkan total biaya perjalanan yang minimum. Selain itu, setiap pelanggan harus dikunjungi tepat satu

DIST : Jarak antar-node (km), yaitu jarak antara kali.

TPA ke TPS maupun jarak antar-TPS; Model VRP dalam pengangkutan sampah dike-

Q i : Jumlah timbulan sampah di node i (m 3 ); nal dengan waste collection vehicle routing problem

U i : Akumulasi jumlah sampah di node i (m 3 ), me- (WCVRP), yaitu setiap kendaraan harus mengunju-

rupakan jumlah akumulasi sampah yang ada ngi TPA terlebih dahulu sebelum kembali ke depot.

di dump truck ketika berada di suatu TPS i; Tujuan dari WCVRP secara umum adalah mengang-

VCAP : kapasitas kendaraan (m 3 ), merupakan ka- kut sampah dari semua pelanggan (TPS) dengan

pasitas maksimal setiap dump truck dalam biaya minimum (Sahoo et al., 2005). Saat ini, lokasi

mengangkut sampah dari TPS ke TPA; depot dan TPA di Kota Cilegon berada di tempat

i , j , k : indeks node, merupakan indeks dari TPA dan yang sama, yaitu di Bagendung, sehingga dalam

TPS, dengan indeks TPA adalah 1 dan indeks optimasi, node (titik) untuk TPA dianggap sama de-

TPS lebih besar dari 1;

Triwibowo, D. & Halimatussadiah, A.

Gambar 4: Bagan Tahapan Penelitian Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

x : aktivitas perjalanan dari TPA ke TPS atau antar- Untuk setiap node i ✘ k dan i ✘ 1 TPS.

d. U k adalah jumlah minimal sampah di k, tapi tidak boleh melebihi kapasitas kendaraan (VCAP). Variabel Keputusan:

★ Q k ↕U k ↕ VCAP (5)

1 , jika kendaraan dari i langsung ke j x ✏

e. Jika dari i ke k, maka :

0 , jika lainnya U k ➙U i Q k ✁ VCAP VCAP . ♣x ki x ik q Fungsi Tujuan:

✁ ♣Q (6)

Q i q . x ki

➳ 34 ➳ 34 f. Jika k adalah pemberhentian pertama, maka U k ✏ Minimalisasi Z ✏

DIST . x

U k ↕ VCAP ✁ ♣VCAP ✁ Q k q . x 1k (7) Fungsi Kendala:

i ✏1 j ✏1

g. Jika k bukan pemberhentian pertama: Untuk setiap node k → 1,

➳ a. Tidak ada perjalanan ke node itu sendiri: 34

h. Kendala Biner:

b. Setiap kendaraan harus masuk ke node ini (k): x ✏ t0 , 1 ✉

(9) ➳ 34 x ik ✏1 , dengan Q i Q k ↕ VCAP

i. Jumlah kendaraan minimum yang diperlukan:

i →1 VCAP (k) setelah mengambil sampah:

c. Setiap kendaraan harus meninggalkan node ini

Setelah didapatkan rute optimal, dapat dihitung ➳ 34

kebutuhan biaya untuk bahan bakar, tenaga kerja, x kj ✏1 , dengan Q j Q k ↕ VCAP

dan operasional kendaraan. Beberapa asumsi yang

i ✘k i ✏1

digunakan dalam perhitungan biaya ini terdapat

66 Aplikasi Model Optimasi untuk Meningkatkan Efisiensi...

pada Tabel 1 . Dari kedua sistem pengangkutan ter-

Hasil dan Analisis

sebut, diperoleh total biaya pengangkutan rutin dari pengangkutan sampah kondisi optimal, yang

Pengangkutan sampah saat ini dengan sistem konta- meliputi biaya bahan bakar solar, biaya tenaga kerja,

iner angkat menggunakan arm roll sebanyak 9 unit, dan biaya operasional kendaraan. Untuk mengeta-

melayani sebanyak 39 titik TPS (data lokasi ada di hui apakah di dalam pengangkutan sampah saat ini

Tabel 11 ). Setiap minggunya, 9 unit arm roll terse- terdapat inefisiensi adalah dengan membanding-

but mengangkut sampah sebanyak 336 kontainer kan biaya pengangkutan sampah saat ini dengan

dengan kapasitas masing-masing 6 m 3 . Sehingga biaya pengangkutan sampah kondisi optimal:

estimasi jumlah sampah yang terangkut arm ro- ll setiap minggunya adalah 2.016 m 3 . Total jarak • biaya pengangkutan saat ini ↕ biaya pengang-

tempuh dari 9 unit arm roll tersebut adalah 1.747,2 kutan optimal Ñ efisien

km/minggu atau 7.478,4 km/bulan. Berdasarkan da- • biaya pengangkutan saat ini ➙ biaya pengang-

ta operasional arm roll, setiap arm roll memiliki jarak kutan optimal Ñ inefisien

tempuh 4,47 km setiap 1 liter bahan bakar solar, dengan harga solar Rp6.900/liter. Oleh karena itu,

Estimasi kebutuhan biaya modal dan biaya rutin didapatkan besaran total biaya bahan bakar untuk pengangkutan sampah dengan rasio pengangkut-

9 unit arm roll tersebut, yaitu Rp11.543.839/bulan. an sampah 100% pada tahun 2019, meliputi biaya

Dari data kondisi pengangkutan sampah saat ini modal (capital cost) dan biaya rutin pengangkutan

menggunakan arm roll, dilakukan analisis pergerak- sampah. Biaya modal adalah biaya untuk pembe-

an arm roll berdasarkan jarak tempuh setiap arm lian peralatan pengangkutan sampah yang terdiri

roll saat ini. Dengan menggunakan asumsi kecepat- dari dump truck, arm roll, dan kontainer. Sedang-

an rata-rata perjalanan arm roll adalah 25 km/jam, kan biaya rutin meliputi biaya bahan bakar, biaya

maka bisa dihitung waktu perjalanan yang dibu- tenaga kerja, dan biaya operasional.

tuhkan setiap arm roll sesuai dengan jarak dan ritasi Untuk melakukan estimasi tersebut, diperlukan

masing-masing arm roll. Dalam setiap pergerakan beberapa langkah, yaitu mengestimasi timbulan

arm roll mengangkut kontainer sampah dari TPS sampah, jumlah peralatan, dan biaya yang diper-

ke TPA membutuhkan waktu operasi yang terdi- lukan. Jumlah timbulan sampah diestimasi berda-

ri dari beberapa komponen waktu. Selain waktu sarkan jumlah penduduk dan areanya. Proyeksi

perjalanan yang telah disebutkan, setiap arm roll jumlah penduduk menggunakan data dari BPS, se-

membutuhkan waktu loading/unloading kontainer dangkan jumlah timbulan sampah menggunakan

(1,1 jam/trip), waktu istirahat (1 jam/hari), dan wak- asumsi 3 liter/orang/hari, sesuai dengan Standar

tu off route (waktu tidak efektif dalam jam kerja, 20 Nasional Indonesia (SNI) 19-3983-1995 tentang Spe-

menit/hari). Pada Tabel 2 , dapat diketahui bahwa, sifikasi Timbulan Sampah Kota Sedang dan Kota

total waktu operasi dari 9 unit arm roll adalah 14.057 Kecil, bahwa standar angka timbulan sampah padat

menit/minggu atau 234,29 jam/minggu. Ketika di- untuk kota sedang adalah 2,75–3,25 liter/orang/hari

hitung dalam 1 hari, maka setiap arm roll rata-rata atau 0,7–0,8 kg/orang/hari. 234,29 jam beroperasi selama

6 hari x 9 unit , yaitu 4,339 jam. Jam Jumlah peralatan pengangkutan sampah diesti-

kerja harian setiap arm roll adalah 8 jam, sehingga masi berdasarkan jumlah penduduk dan timbulan

masih ada waktu kosong dan tidak efektif selama sampah pada tahun 2019. Estimasi kebutuhan pera-

3,661 jam/hari atau 11.862 menit/minggu. latan pengangkutan menggunakan standar spesifi-

Optimasi arm roll dilakukan dengan memaksi- kasi peralatan yang ada di SNI 3242-2008 tentang

malkan penggunaan arm roll pada jam kerja, namun Pengelolaan Sampah di Permukiman. Kemudian,

semua sampah saat ini tetap bisa terangkut semua- langkah ketiga adalah mengestimasi kebutuhan bi-

nya. Simulasi perhitungan untuk optimasi arm roll aya untuk pengangkutan sampah pada tahun 2019,

ada di Tabel 3 . Dari hasil optimasi arm roll diketa- yang meliputi biaya rutin dan biaya modal pem-

hui bahwa kebutuhan arm roll yang efisien untuk belian peralatan pengangkutan. Dalam melakukan

mengangkut jumlah sampah dengan sistem kon- perhitungan, ada beberapa data yang mengguna-

tainer angkat adalah 5 unit, sedangkan arm roll kan asumsi. Asumsi diambil dari beberapa sumber

yang beroperasi saat ini adalah 9 unit. Hal ini me- terkait dengan data yang diperlukan, sebagaimana

nunjukkan telah terjadi inefisiensi penggunaan arm tertera pada Tabel 1 .

roll. Dampak dari inefisiensi penggunaan arm roll

Triwibowo, D. & Halimatussadiah, A.

Tabel 1: Asumsi yang Digunakan

Jenis Asumsi

Keterangan Jarak Tempuh Dump Truck

Nilai Asumsi

Rencana Induk Sistem Pengelolan Sampah Terpadu di Cilegon, 2015 Upah Tenaga Kerja

4,4 km/liter

Jarak Tempuh Arm Roll

4,47 km/liter

UMK Tahun 2015 Biaya Operasional/unit truk

Rp2.760.590/bulan

Rp495.000/bulan

DKP, 2014

Harga Solar

Harga pasar saat ini Jumlah Timbulan Sampah per Kapita

Rp6.900

SNI 19-3983-1995 Harga Kontainer

3 liter/orang/hari

Rp30 juta/unit

Harga Dump Truck

Rencana Induk Sistem Pengelolan Sampah Terpadu di Cilegon, 2015 Harga Arm Roll

Rp330 juta/unit

Rp371,91 juta/unit

Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

Tabel 2: Analisis Kondisi Pengangkutan Sampah Menggunakan Arm Roll Saat Ini

Kode Truk Jumlah

Total wak- Selisih de- Trip/minggu puh/minggu Waktu

Jarak Tem-

tu opera- ngan Jam (kali)

hat/minggu

te/minggu

si/minggu Kerja Terse-

an/minggu

(menit) dia/minggu

14.057,28 11.862,72 Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

Tabel 3: Simulasi Perhitungan Optimasi Arm Roll

Uraian

Perhitungan

Jam kerja/truk/hari

8 jam = 480 menit

Jam kerja/truk/minggu (6 hari)

48 jam = 2.880 menit

Jumlah sampah terangkut dengan arm roll

2.016 m 3 / bulan = 504 m 3 / minggu

Total waktu operasi arm roll dalam 1 minggu (saat ini)

14.057 menit

Jumlah arm roll yang dibutuhkan

= 14.057 menit 2.880 menit = 4,88 ✓ 5 unit Biaya bahan bakar

waktu operasi semua arm roll/minggu

waktu kerja setiap arm roll/minggu

Rp11.543.839,-/bulan

Jumlah tenaga kerja 2 unit arm roll orang x 5 unit arm roll = 10 orang Biaya tenaga kerja

10 x Rp2.760.590,- = Rp27.605.900,-/bulan Biaya operasional kendaraan

5 unit x Rp495.000/unit = Rp2.475.000,-/bulan Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

68 Aplikasi Model Optimasi untuk Meningkatkan Efisiensi...

juga menyebabkan inefisiensi pada penggunaan nakan perangkat lunak Lingo 9.0 dengan mencoba tenaga kerja dan biaya operasional dari arm roll.

4 skenario. Skenario 1 dengan melakukan 1 kali Hasil estimasi perhitungan inefisiensi arm roll dan

running untuk 33 TPS, skenario 2 dengan pemba- perbandingan dengan kondisi saat ini ada di Tabel

gian TPS yang ada menjadi 2 kelompok (cluster),

8 . skenario 3 dengan pembagian menjadi 4 kelompok Pengangkutan sampah saat ini dengan sistem

(cluster), dan skenario 4 dengan dibagi menjadi 4 kontainer tetap menggunakan dump truck sebanyak

kelompok (cluster). Dari hasil keluaran perangkat

11 unit dan ditambah dengan arm roll yang beropera- lunak Lingo 9.0 didapatkan rute kendaraan beserta si seperti dump truck (yang selanjutnya dalam pem-

jarak tempuh untuk setiap skenario. Perbandingan bahasan artikel ini dianggap sebagai dump truck)

jarak tempuh dan biaya bahan bakar dump truck sebanyak 6 unit, dengan lokasi layanan sebanyak

antara kondisi saat ini dengan 4 skenario hasil ke-

34 titik TPS (data lokasi ada di Tabel 12 ). Dari ke

luaran Lingo 9.0 dapat dlihat pada Tabel 5 .

34 titik TPS dan 1 titik depot/TPA, dibuat matriks Efisiensi didapatkan melalui skenario 1 dan 2 jarak antara TPA ke TPS maupun jarak antar-TPS

(Tabel 5 ), karena jarak tempuh dan biaya bahan dengan menggunakan Google Maps, seperti yang

bakarnya lebih kecil dari kondisi pengangkutan ada di Gambar 11 .

saat ini. Skenario 2 ditetapkan sebagai pilihan rute Kondisi pengangkutan saat ini menggunakan 17

optimum, karena memiliki jarak tempuh dan biaya unit dump truck yang dapat mengangkut sampah

yang lebih kecil dibanding skenario 1. Selain itu,

solver status skenario 2 sudah optimum, sedangkan jarak tempuh 17 unit dump truck tersebut adalah

sebanyak 138 m 3 / hari atau 3.588 m 3 / bulan. Total

skenario 1 masih feasible. Hasil optimasi rute dump 461,3 km/hari atau 11.994 km/bulan. Berdasarkan

truck terdapat di Tabel 6 .

data operasional dump truck, setiap dump truck me- Hasil dari optimasi rute digunakan untuk meng- miliki jarak tempuh 4,4 km setiap 1 liter bahan

hitung kebutuhan bahan bakar, tenaga kerja dan bakar solar dengan harga solar Rp6.900.-/liter. Oleh

kendaraan yang efisien. Jumlah dump truck yang karena itu, didapatkan besaran total biaya peng-

digunakan dalam kondisi optimal adalah 10 unit. angkutan untuk 17 unit dump truck tersebut, yaitu

Hal ini berdampak pada efisiensi penggunaan tena- Rp723.402,3/hari atau Rp18.808.459,-/bulan. Rekapi-

ga kerja. Simulasi perhitungan optimasi dump truck tulasi kondisi pengangkutan saat ini menggunakan

dapat dilihat pada Tabel 7 .

Dari hasil optimasi diketahui bahwa telah terjadi Optimasi rute pengangkutan sampah sistem kon-

dump truck ada di Tabel 4 .

inefisiensi penggunaan dump truck pada kondisi pe- tainer tetap ini akan menghasilkan efisiensi pa-

ngangkutan saat ini. Inefisiensi biaya bahan bakar

da penggunaan bahan bakar, tenaga kerja, dan sebesar Rp13.957/hari atau Rp362.877/bulan. Ine- kendaraan. Optimasi rute dilakukan dengan mo-

fisiensi juga terjadi pada penggunaan kendaraan del VRP dengan pembatasan kapasitas (capacitated

sebanyak 7 unit, sedangkan inefisiensi penggunaan VRP/CVRP) yang diolah menggunakan perangkat

tenaga kerja sebanyak 28 orang. Hasil estimasi per- lunak Lingo 9.0, sedangkan optimasi penggunaan te-

hitungan inefisiensi dump truck dan perbandingan naga kerja dan kendaraan dilakukan dengan meng-

dengan kondisi saat ini ada pada Tabel 8 . optimalkan jumlah trip atau ritasi tanpa melebihi

Perbandingan yang dilakukan terhadap kondisi jam kerja dengan tetap memperhatikan kapasitas

pengangkutan saat ini dengan kondisi pengangkut- dump truck.

an optimal pada beberapa komponen biaya, yang Dalam model optimasi rute dump truck untuk

meliputi biaya bahan bakar, biaya tenaga kerja, dan mengangkut sampah dari 34 titik TPS, node 14 yaitu

biaya operasional kendaraan (servis dan pengganti- TPS Pasar Kranggot tidak dimasukkan ke dalam

an suku cadang). Dengan membandingkan kondisi model karena memiliki timbulan sampah yang me-

pengangkutan saat ini dan kondisi pengangkutan lebihi kapasitas kendaraan. Hal ini tidak memenuhi

optimal, maka akan diketahui besarnya inefisiensi persyaratan asumsi dalam CVRP, yaitu jumlah tim-

yang terjadi dalam pengangkutan saat ini. Hasil bulan sampah tidak boleh melebihi kapasitas ken-

perhitungan biaya pengangkutan saat ini dan biaya daraan. Oleh karena itu, untuk TPS Pasar Kranggot

optimal, baik sistem kontainer angkat dan tetap, akan dihitung secara terpisah setelah hasil optima-

dapat dilihat pada Tabel 8 dan Gambar 5 . si didapatkan. Sehingga jumlah TPS yang masuk

Gambar 5 menunjukkan adanya inefisiensi ka- model hanya 33 titik.

rena besarnya biaya pada pengangkutan saat ini Dari 33 TPS tersebut, dilakukan running menggu-

lebih besar dibanding pengangkutan pada kondi-

Triwibowo, D. & Halimatussadiah, A.

Tabel 4: Analisis Kondisi Pengangkutan Sampah Menggunakan Dump Truck Saat Ini Kode Truk

Biaya Bahan Bakar/Bulan (Rp) D1 1-6-7-8-1

Rute Saat ini *)/Hari

Total Jarak Tempuh/Bulan (km)

Sampah Terangkut/Bulan (m 3 )

764.489 D2 1-10-11-1

709.445 D3 1-4-3-1

815.455 D4 1-2-5-1

815.455 D5 1-12-13-1

719.639 D6 1-14-1

843.995 D7 1-14-1

843.995 D8 1-14-1

843.995 D9 1-14-1

1-14-1

1-16-1-19-1

1-20-21-22-1

1-25-24-23-26-1

1-27-18-15-1

1-28-1

1-30-29-1-32-31-1

1-33-34-35-1

18,808,459 Sumber: Hasil Pengolahan Penulis Keterangan: *) Rute berdasarkan node di Tabel 12

Tabel 5: Perbandingan Jarak Tempuh dan Biaya Bahan Bakar Hasil Optimasi Dump Truck Uraian

Keterangan Solver Status Kondisi Saat Ini

Total Jarak Tempuh/hari (km)

Biaya Bahan Bakar/hari (Rp)

Feasible Skenario 2

Optimum Skenario 3

Optimum Skenario 4

Optimum Sumber: Hasil Keluaran Lingo 9.0, diolah

Tabel 6: Hasil Optimasi Rute Dump Truck

Truk Kondisi Saat Ini (per hari) Kondisi Optimal (per hari) Rute *)

Volume Sampah (m 3 ) 1 1-6-7-8-1

Jarak (km)

Volume Sampah (m 3 )

Rute*)

Jarak (km)

40 14 2 1-10-11-1

8 1-2-5-1-4-3-1

16 3 1-4-3-1

7 1-6-34-35-1-8-10-7-1

16 4 1-2-5-1

20 7 1-13-11-1-15-12-33-1

14,5 5 1-12-13-1

20 7 1-16-1-27-18-17-9-1

14 6 1-14-1

7 1-19-1-30-29-1

14,5 7 1-14-1

7 1-21-22-20-1-32-31-1

14 8 1-14-1

7 1-25-24-23-26-1-28-1

14 9 1-14-1

7 1-14-1-14-1

14 10 1-14-1

7 1-14-1-14-1

7 11 1-16-1-19-1

7 1-14-1

12 1-20-21-22-1

13 1-25-24-23-26-1

14 1-27-18-15-1

15 1-28-1

16 1-30-29-1-32-31-1

17 1-33-34-35-1

138 Sumber: Hasil Pengolahan Penulis dan Keluaran Lingo 9.0 Keterangan: *) Rute berdasarkan node di Tabel 12

JUMLAH

JUMLAH

70 Aplikasi Model Optimasi untuk Meningkatkan Efisiensi...

Tabel 7: Simulasi Perhitungan Optimasi Dump Truck Uraian

Perhitungan

Jam kerja/truk/hari

8 jam = 480 menit

Jumlah sampah terangkut dengan dump truck

138 m 3 / hari

Jarak tempuh optimal 452,4 km/hari = 11.762 km/bulan Biaya bahan bakar

Rp709.445,4/hari = Rp18.445.582/bulan Biaya operasional kendaraan

10 unit x Rp495.000/unit = Rp4.950.000/bulan Jumlah tenaga kerja

4 unit dump truck orang x 10 unit dump truck = 40 orang Biaya tenaga kerja

40 x Rp2.760.590 = Rp110.423.600/bulan Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

Tabel 8: Perbandingan Biaya Pengangkutan pada Kondisi Saat Ini dan Optimal

Kondisi Optimal Inefisiensi 1. Sistem Kontainer Angkat (Arm Roll) Biaya Bahan Bakar

Kondisi Saat Ini

Rp11.543.839,- - Biaya Operasional

Rp11.543.839,-

Rp2.475.000,- Rp1.980.000,- Biaya Tenaga Kerja

Rp4.455.000,-

Rp27.605.900,- Rp22.084.720,- 2. Sistem Kontainer Tetap (Dump Truck) Biaya Bahan Bakar

Rp49.690.620,-

Rp18.445.582,- Rp362.877,- Biaya Operasional

Rp18.808.459,-

Rp4.950.000,- Rp3.465.000,- Biaya Tenaga Kerja

Rp8.415.000,-

Rp110.423.600,- Rp77.296.520,- JUMLAH

Rp187.720.120,-

Rp175.443.921,- Rp105.189.117,- Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

Rp280.633.038,-

Gambar 5: Perbandingan Biaya Pengangkutan Kondisi Saat Ini dengan Kondisi Optimal

Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

Triwibowo, D. & Halimatussadiah, A.

71 si optimal. Inefisiensi lebih besar terjadi pada pe-

ngangkutan sampah dengan sistem kontainer tetap. Hal ini terjadi karena di dalam sistem kontainer tetap, jarak tempuh, jumlah kendaraan, dan tenaga kerja yang terlibat lebih besar dibanding dengan sistem kontainer angkat, sehingga potensi terjadi- nya inefisiensi menjadi lebih besar. Besar kecilnya nilai inefisiensi bisa diartikan juga sebagai peng- hematan yang akan diperoleh jika ada perubahan operasional pengangkutan sampah dari kondisi saat ini ke kondisi optimal. Besar total inefisiensi adalah Rp105.189.117 atau senilai dengan 37,48% dibandingkan dengan besaran biaya pengangkutan saat ini. Atau dengan kata lain bahwa jika kondi- si pengangkutan optimal diterapkan, maka akan diperoleh penghematan sebesar 37,48%.

Komponen biaya tenaga kerja merupakan kom- ponen yang porsinya paling besar menyebabkan inefisiensi, yaitu 94,48% dari total inefisiensi sebesar Rp105.189.117/bulan, seperti terlihat pada Gambar

6 . Sedangkan porsi inefisiensi yang disebabkan karena jarak tempuh rute (biaya bahan bakar) sa- ngat kecil, hanya 0,34% dari keseluruhan inefisiensi. Biaya operasional merupakan fungsi dari jumlah kendaraan yang digunakan. Semakin banyak ken- daraan yang beroperasi tidak efisien, maka akan memperbesar komponen ini. Sedangkan tenaga ker- ja yang tidak efisien akan dipengaruhi oleh tidak efisiennya penggunaan kendaraan. Artinya, ketika ada kendaraan yang beroperasi tidak efisien, maka tenaga kerja yang ada di dalam kendaraan tersebut menjadi tidak efisien. Porsi inefisiensi dari biaya te- naga kerja ini sangat besar, karena jumlahnya akan berlipat dibanding dengan jumlah kendaraan yang beroperasi secara tidak efisien, yaitu di dalam arm roll melibatkan 2 orang, sedangkan dump truk ada 4 orang tenaga kerja.

Inefisiensi terbesar yang bersumber dari peng- gunaan tenaga kerja ini sejalan dengan penelitian oleh Cointreau-Levine (1994), bahwa pengangkut- an sampah oleh pemerintah di negara berkembang cenderung tidak efisien karena penggunaan tenaga kerja yang tinggi. Penggunaan tenaga kerja yang tinggi pada pengangkutan sampah di Kota Cilegon memang tidak bisa dihindarkan, karena hampir sebagian besar proses pengangkutan sampahnya dilakukan secara manual. Tingginya waktu off route juga menyebabkan besarnya inefisiensi pada kom-

ponen tenaga kerja ini. Sehingga salah satu cara untuk mengurangi inefisiensi yang terjadi adalah dengan mengurangi waktu off route, di antaranya dengan mengoptimalkan jumlah ritasi kendaraan

setiap harinya.

Estimasi biaya pengangkutan sampah pada ta- hun 2019 dengan rasio pengangkutan 100% melipu- ti estimasi biaya modal (capital cost) dan biaya rutin

pada pengangkutan sampah, yang dilakukan de- ngan beberapa langkah, yaitu melakukan estimasi timbulan sampah, estimasi jumlah peralatan peng- angkutan sampah, dan terakhir adalah mengestima- si biaya pengangkutan sampah. Estimasi timbulan

sampah di tahun 2019 adalah 478.740 m 3 / tahun, yang dihitung berdasarkan proyeksi jumlah pendu- duk di tahun 2019 dengan asumsi jumlah timbulan sampah per kapita, yaitu 3 liter/orang/hari sesuai

dengan SNI 19-3983-1995, seperti pada Gambar 7 . Estimasi jumlah peralatan pengangkutan sam- pah meliputi estimasi jumlah kontainer komunal kapasitas 8 m 3 dan kendaraan pengangkut sampah (dump truck dan arm roll). Jumlah kontainer dihitung menggunakan asumsi pada SNI 3242:2008, yaitu

wadah komunal sampai dengan 1 m 3 bisa melayani sampai dengan 200 orang, maka untuk kontainer berkapasitas 8 m 3 diperkirakan bisa melayani pen- duduk sejumlah 1.600 orang. Estimasi kebutuhan kendaraan pengangkut sampah dihitung berdasar- kan jumlah timbulan sampah, kapasitas kendaraan, faktor kompaksi, dan asumsi rata-rata jumlah ritasi

per harinya. Dengan mengambil asumsi pola peng- angkutan sampah 40% menggunakan dump truck

(sistem door to door dan kontainer komunal tetap) dan 60% menggunakan arm roll (sistem kontainer komunal angkat), didapatkan hasil estimasi kebu- tuhan peralatan pengangkutan sampah di tahun

2019 pada Tabel 9 .

Hasil estimasi kebutuhan jumlah peralatan pe- ngangkutan sampah digunakan untuk mengesti- masi kebutuhan biaya rutin dan biaya modal un- tuk pengangkutan sampah tahun 2019. Biaya ru- tin meliputi biaya bahan bakar, tenaga kerja, dan operasional kendaraan. Kebutuhan biaya tersebut dipengaruhi oleh mobilitas kendaraan, baik arm roll maupun dump truck. Dengan 8 jam kerja per hari, data asumsi untuk arm roll meliputi waktu off route

20 menit/hari, waktu loading/unloading 1,1 jam/rit dan waktu istirahat 60 menit/hari. Sedangkan data asumsi untuk dump truck meliputi waktu at site 5 me- nit/rit, waktu off route 60 menit/hari, waktu loading

10 menit/m 3 dan waktu istirahat 60 menit/hari. Dengan jumlah ritasi arm roll minimal 3 rit/hari dan dump truck minimal 2 rit/hari, akan didapatk- an waktu perjalanan, baik untuk arm roll maupun dump truck, yang dihitung dari jumlah waktu kerja

per hari dikurangi dengan beberapa asumsi wak-

72 Aplikasi Model Optimasi untuk Meningkatkan Efisiensi...

Gambar 6: Sumber Inefisiensi dan Porsinya dalam Pengangkutan Sampah di Kota Cilegon

Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

Gambar 7: Estimasi Jumlah Timbulan Sampah Menurut Kecamatan Tahun 2019

Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

Tabel 9: Estimasi Kebutuhan Peralatan Pengangkutan Sampah Menurut Kecamatan Tahun 2019

Kecamatan

Dump Truck

Arm Roll

JUMLAH TOTAL

Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

Triwibowo, D. & Halimatussadiah, A.

Tabel 10: Hasil Perhitungan Estimasi Biaya Rutin Pengangkutan Sampah Tahun 2019 Komponen Biaya

Jumlah (Rp/Bulan) 1. Biaya Bahan Bakar - Dump Truck

Volume

Harga Satuan (Rp/Bulan)

90.379.545 - Arm Roll

28 unit

148.630.425 Total Biaya Bahan Bakar

44 unit

239.009.970 2. Biaya Tenaga Kerja - Dump Truck

309.186.080 - Arm Roll

(28x4) orang

242.931.920 Total Biaya Tenaga Kerja

(44x2) orang

552.118.000 3. Biaya Operasional - Dump Truck

13.860.000 - Arm Roll

28 unit

21.780.000 Total Biaya Operasional

44 unit

35.640.000 JUMLAH TOTAL

826.767.970 Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

Gambar 8: Estimasi Biaya Rutin per Bulan Pengangkutan Sampah Tahun 2019 Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

74 Aplikasi Model Optimasi untuk Meningkatkan Efisiensi...

tu yang sudah disebutkan sebelumnya. Dari hasil Beban anggaran yang juga besar adalah kompo- perhitungan didapatkan hasil bahwa waktu perja-

nen biaya modal untuk penyediaan peralatan peng- lanan rata-rata untuk arm roll adalah 3,37 jam/hari

angkutan sampah sebesar Rp33,884 miliar atau seni- dan untuk dump truck adalah 3,17 jam/hari. Dengan

lai 1,46% terhadap proyeksi APBD tahun 2019. Biaya asumsi kecepatan rata-rata kendaraan 25 km/jam

modal tersebut jika dijumlahkan dengan biaya rutin

pengangkutan sampah tahun 2019 akan menjadi jarak tempuh dan harga solar tetap), maka dida-

dan beberapa asumsi yang ada di Tabel 1 (asumsi

Rp43,869 miliar atau 1,89% dari APBD tahun 2019. patkan hasil perhitungan biaya rutin pengangkutan

Pemerintah Kota Cilegon perlu memberikan perha-

tian khusus terkait dengan penyediaan anggaran Gambar 8 .

sampah pada tahun 2019 seperti pada Tabel 10 dan

tersebut untuk mencapai target rasio pengangkutan Selain biaya rutin, dibutuhkan biaya modal untuk

sampah sebesar 100%. Pada tahun 2014, Pemerintah pengadaan peralatan untuk pengangkutan sampah

Kota Cilegon baru mengalokasikan anggaran ke- pada tahun 2019, yaitu dump truck, arm roll, dan

pada DKP Kota Cilegon sebesar 1,73% dari APBD, kontainer. Berdasarkan hasil perhitungan dengan

yaitu untuk bidang kebersihan sebesar 0,47% dari

menggunakan asumsi data pada Tabel 1 , didapat-

APBD.

kan estimasi biaya modal untuk pengangkutan Beberapa daerah lain di Indonesia, telah membe-

rikan alokasi anggaran pengelolaan sampah yang tahun 2014, APDB Kota Cilegon sebesar Rp1,457

sampah di tahun 2019 seperti pada Gambar 9 . Pada

lebih besar 2% dari APBD-nya. Misalnya, Dinas Ke- triliun dengan rasio anggaran kebersihan (pengelo-

bersihan DKI Jakarta mendapatkan anggaran 3,3% laan sampah) 0,47% dari total APBD atau Rp6,848

dari APBD DKI Jakarta tahun 2011, Kota Bandung miliar. Dengan asumsi biaya pengangkutan sebesar

mengalokasikan 2,3% dari APBD-nya pada tahun 60% dari anggaran kebersihan, maka untuk kondisi

2010 untuk pengelolaan sampah, serta Kota Sura- saat ini, biaya rutin pengangkutan sampah besarnya

baya yang memiliki komitmen lebih besar dalam 0,28% dari total APBD atau Rp4,109 miliar.

pengelolaan sampah dengan mengalokasikan 5,5% Pada tahun 2019, nilai APBD Kota Cilegon dapat

dari APBD-nya pada tahun 2012 (KELOPAK, 2013). diproyeksikan menggunakan grafik tren kenaikan

Beberapa daerah tersebut bisa menjadi referensi APBD tahun 2011–2015, yaitu sebesar Rp2,32 tri-

bagi Pemerintah Kota Cilegon untuk meningkat- liun. Estimasi biaya rutin pengangkutan sampah

kan alokasi anggaran pengelolaan sampah di Kota di tahun 2019 adalah sebesar Rp826.767.970/bulan

Cilegon.

(Gambar 6 ) atau Rp9,921 miliar/tahun, yang setara dengan 0,43% dari proyeksi APBD tahun 2019. Ang- garan kebersihan bisa diperkirakan dengan meng-

Kesimpulan

gunakan asumsi bahwa anggaran pengangkutan sampah adalah 60% dari anggaran kebersihan, se-

Beberapa masalah persampahan di Kota Cilegon, hingga diperoleh porsi anggaran bidang kebersihan

di antaranya adalah meningkatnya jumlah timbul- pada 2019 adalah 0,72% dari APBD atau Rp16,641

an sampah sebesar 8,72% per tahun, tetapi rasio miliar. Perbandingan anggaran pengangkutan sam-

pengangkutan sampah masih rendah, yaitu 51,98%

pada tahun 2014. Di sisi lain, hanya 0,47% saja dari Dari perbandingan anggaran pengangkutan sam-

pah pada tahun 2014 dan 2019 ada di Gambar 10 .

total APBD Kota Cilegon yang dialokasikan untuk pah di tahun 2014 dan perkiraan pada tahun 2019

anggaran bidang kebersihan yang bertanggung ja-

wab dalam teknis pengelolaan sampah di DKP Kota aran biaya pengangkutan sampah pada tahun 2019

terhadap APBD seperti pada Gambar 10 , pengelu-

Cilegon. Selain itu, rasio penerimaan retribusi sam- meningkat sebesar Rp5,876 miliar atau meningkat

pah dibanding dengan pengeluaran pemerintah 143% dibanding biaya pengangkutan tahun 2014.

untuk program kebersihan dan pertamanan masih Dengan melihat kecenderungan anggaran kebersih-

sangat kecil, yaitu 3,45%. Oleh karena itu, efisiensi an beberapa tahun terakhir, untuk mewujudkan tar-

penggunaan anggaran dan sarana (sumber daya) get rasio pengangkutan 100% dengan pembiayaan

yang ada perlu dilakukan.

APBD, maka dibutuhkan kemauan dan tekad yang Pengangkutan sampah adalah tahapan pengelo- kuat dari para pengambil kebijakan untuk mem-

laan sampah dengan porsi anggaran terbesar. Po- berikan alokasi dana yang cukup untuk bidang

tensi terjadinya inefisiensi dalam pengangkutan kebersihan, lebih khusus lagi untuk pengangkutan

sampah, baik dari rute pengangkutan sampah yang sampah.

tidak optimal serta tidak efisiennya tenaga kerja

Triwibowo, D. & Halimatussadiah, A.

Gambar 9: Estimasi Biaya Modal untuk Pengangkutan Sampah Tahun 2019 Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

Gambar 10: Perbandingan Anggaran Pengangkutan Sampah Tahun 2014 dan 2019 Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

76 Aplikasi Model Optimasi untuk Meningkatkan Efisiensi...

dan operasional kendaraan, perlu diantisipasi agar dengan mengoptimalkan kendaraan pengangkut pengangkutan sampah bisa berjalan efisien. Dari ha-

sampah yang tidak terpakai dari hasil optimasi. sil optimasi diketahui bahwa telah terjadi inefisiensi

Dengan cara ini, dengan jumlah pengeluaran yang dalam pengangkutan saat ini di Kota Cilegon, yaitu

sama, DKP Kota Cilegon akan mampu menaikkan sebesar Rp105.189.117 atau 37,48% dari total biaya

rasio pengangkutan sampahnya. pengangkutan saat ini. Inefisiensi terbesar ada pada

Terkait dengan pembiayaan pengelolaan sampah, komponen biaya tenaga kerja, yaitu 94,48%. Sisanya,

analisis biaya dan manfaat bisa dilakukan untuk 5,18% berasal dari biaya operasional kendaraan dan

membandingkan pembiayaan: apakah pembiayaan 0,34% dari biaya bahan bakar. Dengan menerapkan

hanya dengan APBD, menyerahkan kepada sektor pola pengangkutan sampah optimal, maka akan

swasta, atau kombinasi keduanya. Jika pembiaya- didapatkan penghematan sebesar 37,48%. DKP Ko-

an dengan APBD, apakah pengadaan peralatan ta Cilegon bisa meningkatkan rasio pengangkutan

pengangkutan sampah tersebut dalam bentuk pem- sampah tanpa menambahkan anggaran saat ini, yai-

belian barang modal atau dalam bentuk sewa. Peli- tu dengan mengoptimalkan kendaraan pengangkut

batan seluruh pengambil kebijakan dalam kegiatan sampah yang tidak terpakai dari hasil optimasi.

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24