APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK PEMANTA
Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Pemantauan Perubahan Ruang Terbuka Hijau……………………………………..(Ardiawan
Jati)
APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK PEMANTAUAN PERUBAHAN
RUANG TERBUKA HIJAU
STUDI KASUS: WILAYAH BARAT KABUPATEN PASURUAN
(Application Of Remote Sensing for Monitoring Green Spaces Change
Case Study: West Regional Pasuruan District)
Ardiawan Jati
Badan Informasi Geospasial
Email: ardiawan.jati@gmail.com
Diterima (received) : 25 Mei 2014;
Direvisi(revised) : 20 Juni 2014;
Disetujui dipublikasikan (accepted) : 29 Juli 2014
ABSTRAK
Kawasan Pasuruan Industrial Estate Rembang (PIER) mempengaruhi pesatnya laju pertumbuhan pembangunan di
Kabupaten Pasuruan sehingga mengakibatkan perubahan lahan atau bentang alam menjadi kawasan terbangun. Hal
tersebut membuat keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang sering dianggap sebagai lahan cadangan tidak
diperhatikan, padahal keberadaan RTH harus sesuai dengan peraturan yang ada bahwa proporsi ruang terbuka hijau
pada wilayah kota paling sedikit 30 % dari luas wilayah kota (UU No.26 Tahun 2007). Dalam penelitian ini, pemantauan
RTH dilakukan pada tahun 1993 dan 2009 yang dipetakan menggunakan metode penginderaan jauh. Data dasar yang
digunakan adalah peta RBI digital dan citra satelit ALOS AVNIR-2. Selain itu juga digunakan algoritma NDVI untuk
mendapatkan nilai kerapatan vegetasi dan klasifikasi terselia berdasarkan maximum likelihood (kemiripan maksimum)
untuk mengidentifikasi kelas RTH beserta luasannya di Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa luas ruang terbuka hijau Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan pada tahun 1993 sebesar 26346,299
Ha dan pada tahun 2009 sebesar 15987,021 Ha. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi penyusutan luas
ruang terbuka hijau sebesar 10359,278 Ha. Meski mengalami penyusutan, Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan telah
memenuhi persyaratan luas ideal wilayah perkotaan dengan jumlah persentase sebesar 46,846 persen. Selain itu,
kawasan PIER juga memenuhi persyaratan kawasan industri dengan jumlah persentase sebesar 74,601 persen.
Kata Kunci : ALOS AVNIR-2, NDVI, Peta RBI Digital, PIER, Ruang Terbuka Hijau
ABSTRACT
Regions Pasuruan Industrial Estate Rembang (PIER) affect the rapid rate of growth on development in Pasuruan
District resulting land change or nature be becoming a region woke. It is making existence Green Space that is often
regarded as land-backup not payed, whereas existence of Green Space must be in accordance with existing regulations
as listed in Law-Act No. 26 Year 2007 About Structuring The Space stating that the proportion green space on the region
most city slightly 30 percent of the wide city. In this research, monitoring green space is performed in 1993 and 2009
with mapped using remote sensing methods. RBI digital map and satellite imagery ALOS AVNIR-2 are used as base data.
Besides that, this research uses NDVI algorithm to get the vegetation density value and supervised classification based
maximum likelihood to identify a class green space with that wide in Western Region Pasuruan District. Results of this
research indicate us that extensive green space of the Western Region Pasuruan District in 1993 amounted to 26346.299
Ha and in the year 2009 amounted to 15987.021 Ha. Based on these results can be concluded that green space
decrease amounted to 10359.278 Ha. Despite decrease, the Western Region Pasuruan District has been appropriate the
requirements of widely ideal urbanized area by the number of percentage amounting to 46.846 percent. Besides it, PIER
area is also appropriate the requirements industrial area by the number of percentage amounting to 74,601 percent.
Keywords : ALOS AVNIR-2, NDVI, RBI digital map, PIER, Green Space
Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Pemantauan Perubahan Ruang Terbuka Hijau……………………………………..(Ardiawan
Jati)
PENDAHULUAN
Latar belakang
Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area
memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat
tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman
secara alamiah maupun yang sengaja ditanam
(Peraturan Menteri PU No. 12 Tahun 2009).
Penginderaan jauh merupakan salah satu alternatif
dalam
melakukan
pemantauan
terhadap
perubahan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di suatu
kawasan yang dalam penelitian ini adalah Wilayah
Barat Kabupaten Pasuruan yang didalamnya
terdapat
kawasan
PIER
yang
mengalami
pertumbuhan pembangunan yang cukup pesat.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan citra
The Advanced land Observing Satellite (ALOS)
dengan metode algoritma NDVI dari band merah
dan inframerah dekat pada Advanced Visible and
Near Infrared Radiometer type 2 (AVNIR-2)
dengan klasifikasi terselia berdasarkan maximum
likelihood untuk pemetaan RTH (Kartasasmita,
2011).
Hasil metode tersebut diharapkan dapat
membantu dalam mengidentifikasi kelas penutup
lahan yang termasuk dalam RTH, sehingga peta
penggunaan lahan RTH yang dihasilkan dapat
membantu dalam pemantauan dan pengelolaan
RTH untuk Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan
serta sebagai bahan dalam perencanaan penataan
ruang. Sebagaimana tujuan dari penelitian ini
adalah
Membuat Peta Ruang Terbuka Hijau Wilayah
Barat Kabupaten Pasuruan tahun 1993 dan 2009,
mengetahui perubahan RTH di Wilayah Barat
Kabupaten Pasuruan antara tahun 1993 sampai
2009 dan menganalisis kesesuaian RTH Wilayah
Barat Kabupaten Pasuruan dengan UndangUndang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang dan Peraturan Menteri Perindustrian
Republik
Indonesia
No.35/M-IND/PER/3/2010
tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri untuk
kawasan PIER.
Gambar 1.
Lokasi Penelitian (Peta RBI Digital
Kabupaten Pasuruan tahun 1993).
Dalam penelitian ini, pemantauan ruang
terbuka
hijau
menggunakan
teknologi
penginderaan jauh memanfaatkan data peta RBI
digital tahun 1993 dan citra satelit ALOS AVNIR-2
tahun 2009. Pada citra satelit ALOS AVNIR-2
dilakukan tahap georeference agar citra satelit
memiliki koordinat untuk mendapatkan koordinat
citra sesuai dengan koordinat sebenarnya di
permukaan bumi (Danoedoro, 1996). Kemudian
dilakukan koreksi geometrik berdasarkan peta RBI.
Lalu dilakukan pemotongan citra satelit sesuai
wilayah penelitian ini. Setelah itu, menggunakan
metode algoritma NDVI dengan klasifikasi terselia
berdasarkan
maximum
likelihood
untuk
mendapatkan luas ruang terbuka hijau di Wilayah
Barat Kabupaten Pasuruan.
Selain data primer, data sekunder juga
diperlukan untuk menunjang analisa seperti data
curah hujan, jumlah penduduk, dasar hukum dan
penelitian lain. Adapun analisa yang dilakukan
adalah analisa nilai NDVI, analisa ketelitian nilai
NDVI, analisa perubahan ruang terbuka hijau,
analisa kesesuaian hasil algoritma NDVI citra ALOS
AVNIR-2 dengan Undang-Undang No. 26 Tahun
2007 dan Peraturan Menteri Perindustrian No. 35
Tahun 2010.
METODE
Lokasi yang digunakan pada penelitian ini
meliputi Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan yang
terdiri dari tujuh kecamatan yaitu Kecamatan
Rembang, Bangil, Beji, Pandaan, Sukorejo,
Wonorejo dan Kraton.
Gambar 2. Diagram Alir Pengolahan Data.
Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Pemantauan Perubahan Ruang Terbuka Hijau……………………………………..(Ardiawan
Jati)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau dari
Peta RBI Digital
Koreksi Geometrik
Proses pengolahan untuk mendapatkan RTH
pada peta RBI digital yaitu dengan cara
reklasifikasi.
Hasil dari reklasifikasi tersebut terdiri dari enam
kelas yang ditunjukkan pada tabel 1 dan tabel 2.
Tabel 1. Luas Area Tutupan Lahan Wilayah Barat
Kabupaten Pasuruan tahun 1993.
Kelas
Area
Terbangun
Sawah
Tegalan
Kawasan
Hijau
Lapangan
Badan Air
Total
Luas (Ha)
%
4670,308
13,685
17741,347
1617,750
51,987
4,740
6042,252
17,705
944,950
3110,000
34126,607
2,769
9,113
100
Gambar 3. Sebaran Ground Control Point
Untuk koreksi geometrik diberikan toleransi
nilai RMSE ≤ 1 piksel dan untuk jaring titik kontrol
ditentukan dengan meletakkan titik-titik kontrol
yang merata mencakup daerah studi dengan nilai
toleransi SOF mendekati nol (Sukojo, 2010).
Berikut hasil perhitungan RMSE dan SOF.
Tabel 2. Luas Area Tutupan Lahan Kawasan PIER
tahun 1993
Kelas
Area Terbangun
Luas
(Ha)
0,282
0,056
Sawah
6,424
1,285
0
0
Kawasan Hijau
283,149
56,630
Lapangan
210,013
42,003
Badan Air
0,132
0,026
500
100
Tegalan
Total
%
Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Pemantauan Perubahan Ruang Terbuka Hijau……………………………………..(Ardiawan
Jati)
Tabel 3. Perhitungan RMS Error pada Citra
Koordinat Citra
Koordinat Citra
(Actual)
(Predict)
Kesalahan
RMS
Error
X
Y
X
Y
Error X
Error Y
4302
4872,50
4301,83
4872,41
-0,16
-0,08
0,18
5430
4981,75
5430,26
4982,12
0,26
0,37
0,45
5830
5300
5830,10
5300,05
0,10
0,05
0,11
6294
5833,50
6293,51
5833,28
-0,48
-0,21
0,53
6143,50
6566,50
6143,56
6566,43
0,06
-0,06
0,09
5209,75
7154,63
5209,92
7155,02
0,17
0,39
0,42
5896
6137
5896,23
6137,26
0,23
0,26
0,35
5258,75
6450,25
5258,61
6449,94
-0,13
-0,30
0,33
4804
6559
4803,73
6558,70
-0,26
-0,29
0,39
5064
5767,25
5063,91
5767,10
-0,08
-0,14
0,16
5079,75
5442,25
5079,68
5442,03
-0,06
-0,21
0,22
4985,50
6164
4985,89
6164,27
0,39
0,27
0,48
4443,75
5391,25
4443,87
5391,06
0,12
-0,18
0,22
4439,13
6039,50
4438,90
6039,26
-0,22
-0,23
0,32
3977,75
5565
3977,81
5565,39
0,06
0,39
0,40
Total RMS Error
5,11
Rata-rata RMS Error
0,34
AVNIR-2
Besar SoF =
[
]
= 0,57
Hasil Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau dari
Citra
Proses pengolahan citra dengan menggunakan
algoritma NDVI menghasilkan nilai spektral indeks
vegetasi untuk seluruh daerah penelitian penelitian
(Lillesand, T. M., dan Kiefer, R. W, 1997). Untuk
itu
dilakukan
klasifikasi
terselia
berdasarkan
maximum likelihood untuk mendapatkan kelas
tutupan lahan. Hasil dari klasifikasi ditunjukkan
pada tabel 2. Kelas yang termasuk RTH adalah
area terbangun, sawah, tegalan, kawasan hijau,
lapangan dan badan air.
Tabel 4. Luas Area Tutupan Lahan Tahun 2009
Kelas
Luas (Ha)
%
Area Terbangun
14458,866
42,368
Sawah
13122,756
38,453
Tegalan
410,463
1,203
Kawasan hijau
1822,336
5,340
Lapangan
631,466
1,850
Badan Air
3680,72
10,785
Total
34126,607
100
Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Pemantauan Perubahan Ruang Terbuka Hijau……………………………………..(Ardiawan
Jati)
Tabel 5.Luas Area Tutupan Lahan Kawasan PIER tahun 2009
Kelas
Luas (Ha)
%
Area Terbangun
126,997
25,399
Sawah
0
0
Tegalan
0
0
Kawasan Hijau
277,822
55,564
Lapangan
95,181
19,036
Badan Air
0
0
Total
500
100
Analisis Nilai NDVI
Tabel 6. Nilai NDVI Tiap Kelas
Kelas
Nilai NDVI
min
Area
Terbangun
Sawah
max
mean
-0,241
-0,103
-0,172
0,029
0,550
0,290
0,004
0,029
0,016
Kawasan
Hijau
Tegalan
-0,090
0,004
-0,044
Lapangan
-0,103
-0,090
-0,096
Data curah hujan pada bulan Agustus 2009
menunjukkan angka nol (nilai yang rendah)
(Kabupaten Pasuruan Dalam Angka 2010)
sehingga hal itu mempengaruhi nilai NDVI untuk
setiap obyek. Dalam hal ini, nilai NDVI untuk obyek
kawasan hijau, tegalan dan lapangan cenderung
lebih rendah dibandingkan pada bulan lain dengan
jumlah curah hujan tinggi.
Akan tetapi, nilai NDVI untuk obyek sawah
cenderung meningkat. Hal ini didasarkan pada
bulan Agustus 2009, sawah telah mengalami fase
vegeratif sehingga menyebabkan nilai NDVI
menjadi lebih tinggi dari bulan lainnya pada saat
fase awal tanam, fase generatif, dan fase bera.
Analisis Ketelitian Nilai NDVI
Statistik nilai NDVI untuk masing-masing kelas
adalah sebagai berikut :
Tabel 7. Statistik Nilai NDVI Tiap Kelas
Kelas
Nilai NDVI
n
stdev
CSE
25
0,421
0,016
20
0,124
0,006
Tegalan
Kawasan
hijau
Lapangan
16
0,179
0,011
17
0,280
0,017
18
0,337
0,019
Badan Air
10
0,639
0,071
Area
Terbangun
Sawah
Keterangan :
n
: jumlah sampel
Stdev
: standar deviasi sampel
CSE
: Coefficient Standard Error / koefisien
kesalahan standar
Tingkat presisi diukur dengan koefisien
kesalahan standar. Semakin kecil koefisien
standard error, semakin tinggi presisi dari sampel
itu (Wolf dan Ghilani, 1980). Presisi yang didapat
cukup baik dengan nilai presisi sampel terbaik
adalah sawah karena jumlah sampel yang diambil
memang lebih banyak dari kelas lain selain area
terbangun. Area terbangun memiliki presisi yang
lebih rendah daripada sawah padahal area
terbangun memilki jumlah sampel yang lebih
banyak. Hal ini disebabkan karena sampel dari
area terbangun kurang mewakili dari populasi area
terbangun. Akan tetapi secara keseluruhan, nilai
sampel NDVI untuk daerah penelitian ini baik
karena memiliki nilai kecil.
Hal yang paling mungkin untuk mengetahui
tingkat akurasi adalah membandingkan dengan
data penelitian lain. Dalam penelitian ini hal
tersebut tidak dapat dilakukan karena tidak ada
penelitian lain yang memungkinkan untuk
dibandingkan. Ketidakmungkinan itu disebabkan
karena tidak adanya penelitian lain yang sama
dalam hal lokasi, waktu, dan citra.
Analisis Perubahan Ruang Terbuka Hijau
Persentase luas tutupan lahan hasil klasifikasi
tahun 1993 dan 2009 dapat dilihat pada gambar 4,
5, dan 6. Grafik pada gambar tersebut
menunjukkan luas ruang terbuka hijau (sawah,
tegalan, kawasan hijau, dan lapangan) Wilayah
Barat Kabupaten Pasuruan pada tahun 1993
sebesar 26346,299 Ha dan pada tahun 2009
sebesar 15987,021 Ha. Peta Ruang Tutupan Lahan
Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan Tahun 1993
ditunjukkan pada gambar 9 dan Peta Ruang
Tutupan Lahan Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan
Tahun 2009 ditunjukkan pada gambar 10.
Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Pemantauan Perubahan Ruang Terbuka Hijau……………………………………..(Ardiawan
Jati)
Tabel 8. Perubahan RTH Per Kecamatan
Persentase Luas Tutupan Lahan
Tahun 1993
2,769
9,113 13,685
RTH
Area Terbangun
17,705
Kecama
tan
1993
%
2009
%
Perubahan
5262,455
87,646
2224,088
37,042
-3038,36746
3757,199
85,991
2534,571
58,009
-1222,628
Sukorejo
5010,862
85,992
2825,789
48,494
-2185,073
Pandaan
3511,022
80,675
2709,364
62,255
-801,658
Kraton
4005,24
71,483
2683,685
47,897
-1321,555
Beji
3167,01
81,172
2092,432
53,630
-1074,578
Bangil
1623,663
39,900
908,245
30,319
-715,41854
Sawah
Tegalan
51,987
Kawasan Hijau
4,740
Lapangan
Gambar 4. Persentase Luas Tutupan Lahan Tahun
1993
Persentase Luas Tutupan Lahan
Tahun 2009
1,850
5,340
1,203
10,785
42,368
Remban
g
Wonorej
o
Total
-10359,278
Area Terbangun
Berikut adalah grafik perubahan ruang terbuka
hijau antara tahun 1993 dan 2009.
Sawah
38,453
Luas Area (Ha)
Tegalan
Kawasan Hijau
Gambar 5. Persentase Luas Tutupan Lahan Tahun
2009
20000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
Tahun 1993
Tahun 2009
15000
10000
5000
0
Tahun 1993
Tahun 2009
Gambar 6. Grafik perbandingan luas tutupan lahan
tahun 1993 dan 2009
Dari grafik di atas dapat pula disimpulkan
bahwa untuk kelas RTH yaitu kelas sawah,
kawasan hijau, tegalan, lapangan mengalami
penurunan luas. Sedangkan untuk kelas area
terbangun mengalami peningkatan luas hingga
hampir tiga kali lipat.
Kelas area terbangun mengalami peningkatan
yang signifikan hingga hampir tiga kali lipat, hal ini
juga disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
peningkatan jumlah penduduk. Pada tahun 1993
penduduk
Kabupaten
Pasuruan
berjumlah
1.130.282 jiwa sedangkan pada tahun 2009
meningkat menjadi 1.500.533 jiwa (Badan Pusat
Statistik Jawa Timur) sehingga area pemukiman
juga meningkat dan pembangunan kawasan
industri yang terus berkembang dimana sesuai
tujuan perencanaan wilayah Kabupaten Pasuruan
sebagai kota industri.
Disajikan detil perubahan ruang terbuka hijau
per-kecamatan di Wilayah Barat Kabupaten
Pasuruan pada tabel 5.
Gambar 7. Perubahan RTH Per Kecamatan
300
250
200
150
100
50
0
Tahun 1993
Tahun 2009
Gambar 8. Perubahan Tutupan Lahan Kawasan PIER
Dari tabel 8 menunjukkan luas ruang terbuka
hijau (kelas sawah, tegalan, kawasan hijau,
lapangan) Kawasan PIER pada tahun 1993 sebesar
499,586 Ha dan pada tahun 2009 sebesar 373,003
Ha. Hal ini memperlihatkan perubahan RTH dari
tahun 1993 hingga 2009 mengalami penurunan
sebesar 126,583 Ha. Jika dibuat presentase maka
RTH tahun 1993 sebesar 99,917% dan tahun 2009
sebesar 74,601% sehingga RTH mengalami
penurunan sebesar 25,317%. Peta Ruang Terbuka
Hijau Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan Tahun
1993 ditunjukkan pada gambar 11 dan Peta Ruang
Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Pemantauan Perubahan Ruang Terbuka Hijau……………………………………..(Ardiawan
Jati)
Terbuka Hijau Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan
Tahun 1993 ditunjukkan pada gambar 12.
Analisis Kesesuaian Hasil Algoritma NDVI
Citra ALOS AVNIR-2 dengan Undang-Undang
No. 26 Tahun 2007 dan Peraturan Menteri
Perindustrian No. 35 tahun 2010
Dari hasil pengolahan citra satelit ALOS AVNIR2 dengan klasifikasi terselia, diklasifikasikan yang
termasuk kelas RTH yaitu sawah, tegalan,
kawasan hijau dan lapangan. Sedangkan yang
bukan merupakan RTH dimasukkan dalam kelas
area
terbangun
(pemukiman,
kawasan
perdagangan, kawasan perindustrian) dan kelas
badan air.
RTH Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan
meliputi tujuh kecamatan yaitu Kecamatan
Rembang, Bangil, Beji, Pandaan, Sukorejo,
Wonorejo, Kraton yaitu sebesar 15987,021 Ha
diperoleh persentase luasan RTH sebesar
46,846%.
Sedangkan untuk Kawasan PIER memiliki luas
RTH seluas 373,003 Ha diperoleh persentase
luasan RTH sebesar 74,601%. Berdasarkan
Undang-Undang No.26 Tahun 2007 Tentang
Penataan Ruang Pasal 29 ayat 2 yang berbunyi
“Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota
paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas
wilayah kota.” maka dari itu kawasan perkotaan
Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan yang meliputi
Kecamatan Rembang, Bangil, Beji, Pandaan,
Sukorejo, Wonorejo, Kraton dapat dikategorikan
sebagai kawasan perkotaan yang telah memenuhi
luas ideal RTH dan mencakup RTH publik maupun
privat yang telah tercantum dalam tipologi RTH.
Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian
Republik
Indonesia
No.35/M-IND/PER/3/2010
tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri yang
berbunyi
“Pola
penggunaan
lahan
untuk
pengembangan kawasan industri adalah dengan
luas ruang terbuka hijau (RTH) minimum 10% dari
total luas wilayah” maka dari itu kawasan PIER di
Kecamatan
Rembang
dikateorikan
sebagai
kawasan yang telah memenuhi luas ideal RTH.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil
penelitian
mengenai
pemantauan perubahan ruang terbuka hijau (RTH)
dengan menggunakan citra satelit ALOS AVNIR-2,
maka didapatkan beberapa kesimpulan akhir yaitu:
a. RTH Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan tahun
1993 yang paling besar adalah kelas sawah
sebesar 51,987 % dan paling kecil adalah kelas
lapangan sebesar 2,769 % dari luas wilayah.
b. RTH Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan tahun
2009 yang paling besar adalah kelas sawah
sebesar 38,453 % dan paling kecil adalah kelas
tegalan sebesar 1,203 % dari luas wilayah.
c. Perubahan luas untuk kelas RTH dari tahun
1993 sampai 2009 yaitu seluas 10359,278 Ha
yang meliputi kelas sawah seluas 4618,591 Ha,
kelas kawasan hijau seluas 4219,916 Ha, kelas
tegalan seluas 1207,287 Ha, kelas lapangan
seluas 313,484 Ha. Kelas yang mengalami
perubahan paling besar adalah kelas sawah dan
perubahan paling kecil adalah kelas lapangan.
d. Luas ideal RTH Wilayah Barat Kabupaten
Pasuruan meliputi Kecamatan Rembang, Bangil,
Beji, Pandaan, Sukorejo, Wonorejo, Kraton
telah memenuhi luas ideal yaitu sebesar 30%
yang tercantum dalam Undang-Undang No.26
Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Pasal 29
ayat 2 yaitu dengan besar persentase 46,846%
dari luas wilayah.
e. Luas ideal RTH Kawasan PIER telah memenuhi
luas ideal yaitu sebesar 10% yang tercantum
dalam Peraturan Menteri Perindustrian Republik
Indonesia No.35/M-IND/PER/3/2010 tentang
Pedoman Teknis Kawasan Industri yaitu dengan
besar persentase 74,601% dari luas wilayah.
UCAPAN TERIMA KASIH
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada para
mitra bestari, BPS Kabupaten Pasuruan serta
Badan
Informasi
Geospasial
yang
telah
menfasilitasi akan ketersediaan data serta hal-hal
lain yang mendukung dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Jawa Timur. Jumlah
Penduduk Kabupaten Pasuruan Tahun 1993
dan 2009.
Danoedoro, P. (1996). Pengolahan Citra Digital.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Kabupaten Pasuruan Dalam Angka 2010. Data
curah hujan pada bulan Agustus 2009.
Kartasasmita, Mahdi. (2011). Maximum likelihood
Classification for User Service. Lapan, Jakarta.
Lillesand, T. M., dan Kiefer,
R. W. (1997).
Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra.
Dulbahri et al, penerjemah. Gadjah Mada
Unversity Press, Yogyakarta.
Peraturan
Menteri
Perindustrian
Republik
Indonesia No.35/M-IND/PER/3/2010 tentang
Pedoman Teknis Kawasan Industri.
Peraturan Menteri PU no.12 tahun 2009. Pedoman
Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka.
Sukojo, B. M. (2012). Penginderaan Jauh (Dasar
Teori & Terapan). ITS-Press, Surabaya.
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang
Penataan Ruang.
Wolf dan Ghilani. (1980). Adjustment Computation
Practical Least Squares for Surveyors.
Jati)
APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK PEMANTAUAN PERUBAHAN
RUANG TERBUKA HIJAU
STUDI KASUS: WILAYAH BARAT KABUPATEN PASURUAN
(Application Of Remote Sensing for Monitoring Green Spaces Change
Case Study: West Regional Pasuruan District)
Ardiawan Jati
Badan Informasi Geospasial
Email: ardiawan.jati@gmail.com
Diterima (received) : 25 Mei 2014;
Direvisi(revised) : 20 Juni 2014;
Disetujui dipublikasikan (accepted) : 29 Juli 2014
ABSTRAK
Kawasan Pasuruan Industrial Estate Rembang (PIER) mempengaruhi pesatnya laju pertumbuhan pembangunan di
Kabupaten Pasuruan sehingga mengakibatkan perubahan lahan atau bentang alam menjadi kawasan terbangun. Hal
tersebut membuat keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang sering dianggap sebagai lahan cadangan tidak
diperhatikan, padahal keberadaan RTH harus sesuai dengan peraturan yang ada bahwa proporsi ruang terbuka hijau
pada wilayah kota paling sedikit 30 % dari luas wilayah kota (UU No.26 Tahun 2007). Dalam penelitian ini, pemantauan
RTH dilakukan pada tahun 1993 dan 2009 yang dipetakan menggunakan metode penginderaan jauh. Data dasar yang
digunakan adalah peta RBI digital dan citra satelit ALOS AVNIR-2. Selain itu juga digunakan algoritma NDVI untuk
mendapatkan nilai kerapatan vegetasi dan klasifikasi terselia berdasarkan maximum likelihood (kemiripan maksimum)
untuk mengidentifikasi kelas RTH beserta luasannya di Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa luas ruang terbuka hijau Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan pada tahun 1993 sebesar 26346,299
Ha dan pada tahun 2009 sebesar 15987,021 Ha. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi penyusutan luas
ruang terbuka hijau sebesar 10359,278 Ha. Meski mengalami penyusutan, Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan telah
memenuhi persyaratan luas ideal wilayah perkotaan dengan jumlah persentase sebesar 46,846 persen. Selain itu,
kawasan PIER juga memenuhi persyaratan kawasan industri dengan jumlah persentase sebesar 74,601 persen.
Kata Kunci : ALOS AVNIR-2, NDVI, Peta RBI Digital, PIER, Ruang Terbuka Hijau
ABSTRACT
Regions Pasuruan Industrial Estate Rembang (PIER) affect the rapid rate of growth on development in Pasuruan
District resulting land change or nature be becoming a region woke. It is making existence Green Space that is often
regarded as land-backup not payed, whereas existence of Green Space must be in accordance with existing regulations
as listed in Law-Act No. 26 Year 2007 About Structuring The Space stating that the proportion green space on the region
most city slightly 30 percent of the wide city. In this research, monitoring green space is performed in 1993 and 2009
with mapped using remote sensing methods. RBI digital map and satellite imagery ALOS AVNIR-2 are used as base data.
Besides that, this research uses NDVI algorithm to get the vegetation density value and supervised classification based
maximum likelihood to identify a class green space with that wide in Western Region Pasuruan District. Results of this
research indicate us that extensive green space of the Western Region Pasuruan District in 1993 amounted to 26346.299
Ha and in the year 2009 amounted to 15987.021 Ha. Based on these results can be concluded that green space
decrease amounted to 10359.278 Ha. Despite decrease, the Western Region Pasuruan District has been appropriate the
requirements of widely ideal urbanized area by the number of percentage amounting to 46.846 percent. Besides it, PIER
area is also appropriate the requirements industrial area by the number of percentage amounting to 74,601 percent.
Keywords : ALOS AVNIR-2, NDVI, RBI digital map, PIER, Green Space
Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Pemantauan Perubahan Ruang Terbuka Hijau……………………………………..(Ardiawan
Jati)
PENDAHULUAN
Latar belakang
Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area
memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat
tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman
secara alamiah maupun yang sengaja ditanam
(Peraturan Menteri PU No. 12 Tahun 2009).
Penginderaan jauh merupakan salah satu alternatif
dalam
melakukan
pemantauan
terhadap
perubahan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di suatu
kawasan yang dalam penelitian ini adalah Wilayah
Barat Kabupaten Pasuruan yang didalamnya
terdapat
kawasan
PIER
yang
mengalami
pertumbuhan pembangunan yang cukup pesat.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan citra
The Advanced land Observing Satellite (ALOS)
dengan metode algoritma NDVI dari band merah
dan inframerah dekat pada Advanced Visible and
Near Infrared Radiometer type 2 (AVNIR-2)
dengan klasifikasi terselia berdasarkan maximum
likelihood untuk pemetaan RTH (Kartasasmita,
2011).
Hasil metode tersebut diharapkan dapat
membantu dalam mengidentifikasi kelas penutup
lahan yang termasuk dalam RTH, sehingga peta
penggunaan lahan RTH yang dihasilkan dapat
membantu dalam pemantauan dan pengelolaan
RTH untuk Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan
serta sebagai bahan dalam perencanaan penataan
ruang. Sebagaimana tujuan dari penelitian ini
adalah
Membuat Peta Ruang Terbuka Hijau Wilayah
Barat Kabupaten Pasuruan tahun 1993 dan 2009,
mengetahui perubahan RTH di Wilayah Barat
Kabupaten Pasuruan antara tahun 1993 sampai
2009 dan menganalisis kesesuaian RTH Wilayah
Barat Kabupaten Pasuruan dengan UndangUndang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang dan Peraturan Menteri Perindustrian
Republik
Indonesia
No.35/M-IND/PER/3/2010
tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri untuk
kawasan PIER.
Gambar 1.
Lokasi Penelitian (Peta RBI Digital
Kabupaten Pasuruan tahun 1993).
Dalam penelitian ini, pemantauan ruang
terbuka
hijau
menggunakan
teknologi
penginderaan jauh memanfaatkan data peta RBI
digital tahun 1993 dan citra satelit ALOS AVNIR-2
tahun 2009. Pada citra satelit ALOS AVNIR-2
dilakukan tahap georeference agar citra satelit
memiliki koordinat untuk mendapatkan koordinat
citra sesuai dengan koordinat sebenarnya di
permukaan bumi (Danoedoro, 1996). Kemudian
dilakukan koreksi geometrik berdasarkan peta RBI.
Lalu dilakukan pemotongan citra satelit sesuai
wilayah penelitian ini. Setelah itu, menggunakan
metode algoritma NDVI dengan klasifikasi terselia
berdasarkan
maximum
likelihood
untuk
mendapatkan luas ruang terbuka hijau di Wilayah
Barat Kabupaten Pasuruan.
Selain data primer, data sekunder juga
diperlukan untuk menunjang analisa seperti data
curah hujan, jumlah penduduk, dasar hukum dan
penelitian lain. Adapun analisa yang dilakukan
adalah analisa nilai NDVI, analisa ketelitian nilai
NDVI, analisa perubahan ruang terbuka hijau,
analisa kesesuaian hasil algoritma NDVI citra ALOS
AVNIR-2 dengan Undang-Undang No. 26 Tahun
2007 dan Peraturan Menteri Perindustrian No. 35
Tahun 2010.
METODE
Lokasi yang digunakan pada penelitian ini
meliputi Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan yang
terdiri dari tujuh kecamatan yaitu Kecamatan
Rembang, Bangil, Beji, Pandaan, Sukorejo,
Wonorejo dan Kraton.
Gambar 2. Diagram Alir Pengolahan Data.
Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Pemantauan Perubahan Ruang Terbuka Hijau……………………………………..(Ardiawan
Jati)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau dari
Peta RBI Digital
Koreksi Geometrik
Proses pengolahan untuk mendapatkan RTH
pada peta RBI digital yaitu dengan cara
reklasifikasi.
Hasil dari reklasifikasi tersebut terdiri dari enam
kelas yang ditunjukkan pada tabel 1 dan tabel 2.
Tabel 1. Luas Area Tutupan Lahan Wilayah Barat
Kabupaten Pasuruan tahun 1993.
Kelas
Area
Terbangun
Sawah
Tegalan
Kawasan
Hijau
Lapangan
Badan Air
Total
Luas (Ha)
%
4670,308
13,685
17741,347
1617,750
51,987
4,740
6042,252
17,705
944,950
3110,000
34126,607
2,769
9,113
100
Gambar 3. Sebaran Ground Control Point
Untuk koreksi geometrik diberikan toleransi
nilai RMSE ≤ 1 piksel dan untuk jaring titik kontrol
ditentukan dengan meletakkan titik-titik kontrol
yang merata mencakup daerah studi dengan nilai
toleransi SOF mendekati nol (Sukojo, 2010).
Berikut hasil perhitungan RMSE dan SOF.
Tabel 2. Luas Area Tutupan Lahan Kawasan PIER
tahun 1993
Kelas
Area Terbangun
Luas
(Ha)
0,282
0,056
Sawah
6,424
1,285
0
0
Kawasan Hijau
283,149
56,630
Lapangan
210,013
42,003
Badan Air
0,132
0,026
500
100
Tegalan
Total
%
Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Pemantauan Perubahan Ruang Terbuka Hijau……………………………………..(Ardiawan
Jati)
Tabel 3. Perhitungan RMS Error pada Citra
Koordinat Citra
Koordinat Citra
(Actual)
(Predict)
Kesalahan
RMS
Error
X
Y
X
Y
Error X
Error Y
4302
4872,50
4301,83
4872,41
-0,16
-0,08
0,18
5430
4981,75
5430,26
4982,12
0,26
0,37
0,45
5830
5300
5830,10
5300,05
0,10
0,05
0,11
6294
5833,50
6293,51
5833,28
-0,48
-0,21
0,53
6143,50
6566,50
6143,56
6566,43
0,06
-0,06
0,09
5209,75
7154,63
5209,92
7155,02
0,17
0,39
0,42
5896
6137
5896,23
6137,26
0,23
0,26
0,35
5258,75
6450,25
5258,61
6449,94
-0,13
-0,30
0,33
4804
6559
4803,73
6558,70
-0,26
-0,29
0,39
5064
5767,25
5063,91
5767,10
-0,08
-0,14
0,16
5079,75
5442,25
5079,68
5442,03
-0,06
-0,21
0,22
4985,50
6164
4985,89
6164,27
0,39
0,27
0,48
4443,75
5391,25
4443,87
5391,06
0,12
-0,18
0,22
4439,13
6039,50
4438,90
6039,26
-0,22
-0,23
0,32
3977,75
5565
3977,81
5565,39
0,06
0,39
0,40
Total RMS Error
5,11
Rata-rata RMS Error
0,34
AVNIR-2
Besar SoF =
[
]
= 0,57
Hasil Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau dari
Citra
Proses pengolahan citra dengan menggunakan
algoritma NDVI menghasilkan nilai spektral indeks
vegetasi untuk seluruh daerah penelitian penelitian
(Lillesand, T. M., dan Kiefer, R. W, 1997). Untuk
itu
dilakukan
klasifikasi
terselia
berdasarkan
maximum likelihood untuk mendapatkan kelas
tutupan lahan. Hasil dari klasifikasi ditunjukkan
pada tabel 2. Kelas yang termasuk RTH adalah
area terbangun, sawah, tegalan, kawasan hijau,
lapangan dan badan air.
Tabel 4. Luas Area Tutupan Lahan Tahun 2009
Kelas
Luas (Ha)
%
Area Terbangun
14458,866
42,368
Sawah
13122,756
38,453
Tegalan
410,463
1,203
Kawasan hijau
1822,336
5,340
Lapangan
631,466
1,850
Badan Air
3680,72
10,785
Total
34126,607
100
Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Pemantauan Perubahan Ruang Terbuka Hijau……………………………………..(Ardiawan
Jati)
Tabel 5.Luas Area Tutupan Lahan Kawasan PIER tahun 2009
Kelas
Luas (Ha)
%
Area Terbangun
126,997
25,399
Sawah
0
0
Tegalan
0
0
Kawasan Hijau
277,822
55,564
Lapangan
95,181
19,036
Badan Air
0
0
Total
500
100
Analisis Nilai NDVI
Tabel 6. Nilai NDVI Tiap Kelas
Kelas
Nilai NDVI
min
Area
Terbangun
Sawah
max
mean
-0,241
-0,103
-0,172
0,029
0,550
0,290
0,004
0,029
0,016
Kawasan
Hijau
Tegalan
-0,090
0,004
-0,044
Lapangan
-0,103
-0,090
-0,096
Data curah hujan pada bulan Agustus 2009
menunjukkan angka nol (nilai yang rendah)
(Kabupaten Pasuruan Dalam Angka 2010)
sehingga hal itu mempengaruhi nilai NDVI untuk
setiap obyek. Dalam hal ini, nilai NDVI untuk obyek
kawasan hijau, tegalan dan lapangan cenderung
lebih rendah dibandingkan pada bulan lain dengan
jumlah curah hujan tinggi.
Akan tetapi, nilai NDVI untuk obyek sawah
cenderung meningkat. Hal ini didasarkan pada
bulan Agustus 2009, sawah telah mengalami fase
vegeratif sehingga menyebabkan nilai NDVI
menjadi lebih tinggi dari bulan lainnya pada saat
fase awal tanam, fase generatif, dan fase bera.
Analisis Ketelitian Nilai NDVI
Statistik nilai NDVI untuk masing-masing kelas
adalah sebagai berikut :
Tabel 7. Statistik Nilai NDVI Tiap Kelas
Kelas
Nilai NDVI
n
stdev
CSE
25
0,421
0,016
20
0,124
0,006
Tegalan
Kawasan
hijau
Lapangan
16
0,179
0,011
17
0,280
0,017
18
0,337
0,019
Badan Air
10
0,639
0,071
Area
Terbangun
Sawah
Keterangan :
n
: jumlah sampel
Stdev
: standar deviasi sampel
CSE
: Coefficient Standard Error / koefisien
kesalahan standar
Tingkat presisi diukur dengan koefisien
kesalahan standar. Semakin kecil koefisien
standard error, semakin tinggi presisi dari sampel
itu (Wolf dan Ghilani, 1980). Presisi yang didapat
cukup baik dengan nilai presisi sampel terbaik
adalah sawah karena jumlah sampel yang diambil
memang lebih banyak dari kelas lain selain area
terbangun. Area terbangun memiliki presisi yang
lebih rendah daripada sawah padahal area
terbangun memilki jumlah sampel yang lebih
banyak. Hal ini disebabkan karena sampel dari
area terbangun kurang mewakili dari populasi area
terbangun. Akan tetapi secara keseluruhan, nilai
sampel NDVI untuk daerah penelitian ini baik
karena memiliki nilai kecil.
Hal yang paling mungkin untuk mengetahui
tingkat akurasi adalah membandingkan dengan
data penelitian lain. Dalam penelitian ini hal
tersebut tidak dapat dilakukan karena tidak ada
penelitian lain yang memungkinkan untuk
dibandingkan. Ketidakmungkinan itu disebabkan
karena tidak adanya penelitian lain yang sama
dalam hal lokasi, waktu, dan citra.
Analisis Perubahan Ruang Terbuka Hijau
Persentase luas tutupan lahan hasil klasifikasi
tahun 1993 dan 2009 dapat dilihat pada gambar 4,
5, dan 6. Grafik pada gambar tersebut
menunjukkan luas ruang terbuka hijau (sawah,
tegalan, kawasan hijau, dan lapangan) Wilayah
Barat Kabupaten Pasuruan pada tahun 1993
sebesar 26346,299 Ha dan pada tahun 2009
sebesar 15987,021 Ha. Peta Ruang Tutupan Lahan
Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan Tahun 1993
ditunjukkan pada gambar 9 dan Peta Ruang
Tutupan Lahan Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan
Tahun 2009 ditunjukkan pada gambar 10.
Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Pemantauan Perubahan Ruang Terbuka Hijau……………………………………..(Ardiawan
Jati)
Tabel 8. Perubahan RTH Per Kecamatan
Persentase Luas Tutupan Lahan
Tahun 1993
2,769
9,113 13,685
RTH
Area Terbangun
17,705
Kecama
tan
1993
%
2009
%
Perubahan
5262,455
87,646
2224,088
37,042
-3038,36746
3757,199
85,991
2534,571
58,009
-1222,628
Sukorejo
5010,862
85,992
2825,789
48,494
-2185,073
Pandaan
3511,022
80,675
2709,364
62,255
-801,658
Kraton
4005,24
71,483
2683,685
47,897
-1321,555
Beji
3167,01
81,172
2092,432
53,630
-1074,578
Bangil
1623,663
39,900
908,245
30,319
-715,41854
Sawah
Tegalan
51,987
Kawasan Hijau
4,740
Lapangan
Gambar 4. Persentase Luas Tutupan Lahan Tahun
1993
Persentase Luas Tutupan Lahan
Tahun 2009
1,850
5,340
1,203
10,785
42,368
Remban
g
Wonorej
o
Total
-10359,278
Area Terbangun
Berikut adalah grafik perubahan ruang terbuka
hijau antara tahun 1993 dan 2009.
Sawah
38,453
Luas Area (Ha)
Tegalan
Kawasan Hijau
Gambar 5. Persentase Luas Tutupan Lahan Tahun
2009
20000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
Tahun 1993
Tahun 2009
15000
10000
5000
0
Tahun 1993
Tahun 2009
Gambar 6. Grafik perbandingan luas tutupan lahan
tahun 1993 dan 2009
Dari grafik di atas dapat pula disimpulkan
bahwa untuk kelas RTH yaitu kelas sawah,
kawasan hijau, tegalan, lapangan mengalami
penurunan luas. Sedangkan untuk kelas area
terbangun mengalami peningkatan luas hingga
hampir tiga kali lipat.
Kelas area terbangun mengalami peningkatan
yang signifikan hingga hampir tiga kali lipat, hal ini
juga disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
peningkatan jumlah penduduk. Pada tahun 1993
penduduk
Kabupaten
Pasuruan
berjumlah
1.130.282 jiwa sedangkan pada tahun 2009
meningkat menjadi 1.500.533 jiwa (Badan Pusat
Statistik Jawa Timur) sehingga area pemukiman
juga meningkat dan pembangunan kawasan
industri yang terus berkembang dimana sesuai
tujuan perencanaan wilayah Kabupaten Pasuruan
sebagai kota industri.
Disajikan detil perubahan ruang terbuka hijau
per-kecamatan di Wilayah Barat Kabupaten
Pasuruan pada tabel 5.
Gambar 7. Perubahan RTH Per Kecamatan
300
250
200
150
100
50
0
Tahun 1993
Tahun 2009
Gambar 8. Perubahan Tutupan Lahan Kawasan PIER
Dari tabel 8 menunjukkan luas ruang terbuka
hijau (kelas sawah, tegalan, kawasan hijau,
lapangan) Kawasan PIER pada tahun 1993 sebesar
499,586 Ha dan pada tahun 2009 sebesar 373,003
Ha. Hal ini memperlihatkan perubahan RTH dari
tahun 1993 hingga 2009 mengalami penurunan
sebesar 126,583 Ha. Jika dibuat presentase maka
RTH tahun 1993 sebesar 99,917% dan tahun 2009
sebesar 74,601% sehingga RTH mengalami
penurunan sebesar 25,317%. Peta Ruang Terbuka
Hijau Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan Tahun
1993 ditunjukkan pada gambar 11 dan Peta Ruang
Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Pemantauan Perubahan Ruang Terbuka Hijau……………………………………..(Ardiawan
Jati)
Terbuka Hijau Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan
Tahun 1993 ditunjukkan pada gambar 12.
Analisis Kesesuaian Hasil Algoritma NDVI
Citra ALOS AVNIR-2 dengan Undang-Undang
No. 26 Tahun 2007 dan Peraturan Menteri
Perindustrian No. 35 tahun 2010
Dari hasil pengolahan citra satelit ALOS AVNIR2 dengan klasifikasi terselia, diklasifikasikan yang
termasuk kelas RTH yaitu sawah, tegalan,
kawasan hijau dan lapangan. Sedangkan yang
bukan merupakan RTH dimasukkan dalam kelas
area
terbangun
(pemukiman,
kawasan
perdagangan, kawasan perindustrian) dan kelas
badan air.
RTH Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan
meliputi tujuh kecamatan yaitu Kecamatan
Rembang, Bangil, Beji, Pandaan, Sukorejo,
Wonorejo, Kraton yaitu sebesar 15987,021 Ha
diperoleh persentase luasan RTH sebesar
46,846%.
Sedangkan untuk Kawasan PIER memiliki luas
RTH seluas 373,003 Ha diperoleh persentase
luasan RTH sebesar 74,601%. Berdasarkan
Undang-Undang No.26 Tahun 2007 Tentang
Penataan Ruang Pasal 29 ayat 2 yang berbunyi
“Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota
paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas
wilayah kota.” maka dari itu kawasan perkotaan
Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan yang meliputi
Kecamatan Rembang, Bangil, Beji, Pandaan,
Sukorejo, Wonorejo, Kraton dapat dikategorikan
sebagai kawasan perkotaan yang telah memenuhi
luas ideal RTH dan mencakup RTH publik maupun
privat yang telah tercantum dalam tipologi RTH.
Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian
Republik
Indonesia
No.35/M-IND/PER/3/2010
tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri yang
berbunyi
“Pola
penggunaan
lahan
untuk
pengembangan kawasan industri adalah dengan
luas ruang terbuka hijau (RTH) minimum 10% dari
total luas wilayah” maka dari itu kawasan PIER di
Kecamatan
Rembang
dikateorikan
sebagai
kawasan yang telah memenuhi luas ideal RTH.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil
penelitian
mengenai
pemantauan perubahan ruang terbuka hijau (RTH)
dengan menggunakan citra satelit ALOS AVNIR-2,
maka didapatkan beberapa kesimpulan akhir yaitu:
a. RTH Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan tahun
1993 yang paling besar adalah kelas sawah
sebesar 51,987 % dan paling kecil adalah kelas
lapangan sebesar 2,769 % dari luas wilayah.
b. RTH Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan tahun
2009 yang paling besar adalah kelas sawah
sebesar 38,453 % dan paling kecil adalah kelas
tegalan sebesar 1,203 % dari luas wilayah.
c. Perubahan luas untuk kelas RTH dari tahun
1993 sampai 2009 yaitu seluas 10359,278 Ha
yang meliputi kelas sawah seluas 4618,591 Ha,
kelas kawasan hijau seluas 4219,916 Ha, kelas
tegalan seluas 1207,287 Ha, kelas lapangan
seluas 313,484 Ha. Kelas yang mengalami
perubahan paling besar adalah kelas sawah dan
perubahan paling kecil adalah kelas lapangan.
d. Luas ideal RTH Wilayah Barat Kabupaten
Pasuruan meliputi Kecamatan Rembang, Bangil,
Beji, Pandaan, Sukorejo, Wonorejo, Kraton
telah memenuhi luas ideal yaitu sebesar 30%
yang tercantum dalam Undang-Undang No.26
Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Pasal 29
ayat 2 yaitu dengan besar persentase 46,846%
dari luas wilayah.
e. Luas ideal RTH Kawasan PIER telah memenuhi
luas ideal yaitu sebesar 10% yang tercantum
dalam Peraturan Menteri Perindustrian Republik
Indonesia No.35/M-IND/PER/3/2010 tentang
Pedoman Teknis Kawasan Industri yaitu dengan
besar persentase 74,601% dari luas wilayah.
UCAPAN TERIMA KASIH
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada para
mitra bestari, BPS Kabupaten Pasuruan serta
Badan
Informasi
Geospasial
yang
telah
menfasilitasi akan ketersediaan data serta hal-hal
lain yang mendukung dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Jawa Timur. Jumlah
Penduduk Kabupaten Pasuruan Tahun 1993
dan 2009.
Danoedoro, P. (1996). Pengolahan Citra Digital.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Kabupaten Pasuruan Dalam Angka 2010. Data
curah hujan pada bulan Agustus 2009.
Kartasasmita, Mahdi. (2011). Maximum likelihood
Classification for User Service. Lapan, Jakarta.
Lillesand, T. M., dan Kiefer,
R. W. (1997).
Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra.
Dulbahri et al, penerjemah. Gadjah Mada
Unversity Press, Yogyakarta.
Peraturan
Menteri
Perindustrian
Republik
Indonesia No.35/M-IND/PER/3/2010 tentang
Pedoman Teknis Kawasan Industri.
Peraturan Menteri PU no.12 tahun 2009. Pedoman
Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka.
Sukojo, B. M. (2012). Penginderaan Jauh (Dasar
Teori & Terapan). ITS-Press, Surabaya.
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang
Penataan Ruang.
Wolf dan Ghilani. (1980). Adjustment Computation
Practical Least Squares for Surveyors.