SIKAP APARATUR SIPIL NEGARA TENTANG KEBI
SIKAP APARATUR SIPIL NEGARA TENTANG KEBIJAKAN
PENSIUN DINI DAN DAMPAK PSIKOLOGISNYA
(STUDI KOMPARASI DI PTU DAN PTKI SUMBAR)
Tim Peneliti :
H. Reza fahmi, MA
Prof. Dr. H. Syafruddin Nurdin, M.Pd.
Prof. Dr. H. Asnawir
Try Ananda (Mahasiswa)
Penelitian Ini Diajukan Untuk Memperoleh Dana Bantuan Penelitian
Tahun Akademik 2016
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
IMAM BONJOL
PADANG
2016
[Proposal Penelitian Kompetitif 2016]
Page 1
a. Topik Penelitian : SIKAP APARATUR SIPIL NEGARA TENTANG KEBIJAKAN PENSIUN
DINI DAN DAMPAK PSIKOLOGISNYA (STUDI KOMPARASI DI
PTU DAN PTKI SUMBAR)
b. Latar Belakang
Pensiun merupakan tahapan akhir perkembangan yang akan dialami oleh setiap orang
yang bekerja dimana pada masa tersebut seseorang akan mengalami perobahaan peran maupun
pola hidup dari kondisi bekerja menjadi kondisi tidak bekerja yang akan membawa dampak bagi
pensiunan itu sendiri dan keluarganya Para aparatur Sipil Negara (ASN) atau Pegawai Negeri
Sipil (PNS) harus siap-siap menghadapi pensiun dini. Kebijakan ini diberlakukan bagi pegawai
yang kompetensinya rendah dan tidak bisa dikembangkan lagi. "Dalam rangka penataan struktur
organisasi kepegawaian, pemerintah akan mengambil kebijakan pensiun dini. Pensiun dini akan
dikenakan secara nasional mulai tahun 2016, kepada pegawai yang kualitasnya rendah," tegas
Deputi SDM Aparatur Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
(KemenPAN-RB) Setiawan Wangsaatmaja, Minggu (16/11). Kemudian Untuk menilai mana PNS
yang berkualitas super, menengah, biasa,dan rendah, akan diterbitkan Surat Edaran MenPAN-RB
tentang kewajiban seluruh instansi baik pusat maupun daerah melakukan uji kompetensi
pegawainya. Agar hasilnya objektif, menurut Setiawan, pemerintah akan memberlakukan format
baku agar pejabat pembina kepegawaian (PPK) tidak membuat rekomendasi berdasarkan like and
dislike1.
Dengan alasan tuntutan globalisasi2 serta pengurangan belanja pegawai, pemerintah
berencana melakukan rasionalisasi (pensiun dini) pegawai sejuta orang ditambah 560 ribu PNS
yang masuk batas usia pensiun. Pemerintahan Jokowi-JK menargetkan, jumlah PNS di Indonesia
pada 2019 mendatang menciut ke angka 3,5 juta dari 4,517 juta PNS yang ada. Argumentasi di
atas didukung oleh pernyataan Ketua Komisi II DPR Rambe Kamarulzaman menyatakan
1
http://www.menpan.go.id/ Diakses 12 April 2016.
Persoalan pensiun bukan hanya terjadi di Indonesia bahkan di Inggris fakta tersebut telah menjadi persoalan
tersendiri di negara monarki tersebut, lebih jauh GERRI PEEV menjelaskan bahwa “.... More than 100,000 civil
servants taking voluntary redundancy in the state spending cuts will be able to retire at 50 on gold-plated final salary
pensions, it emerged yesterday. Critics said it was cheaper to keep many of them in employment rather than paying
out the ‘outrageous’ pensions. Around 80,000 bureaucrats in Whitehall are expected to qualify, while thousands more
in police forces, the NHS and councils are set to do the same. They will be able to retire 15 years earlier than most
private sector workers, and will receive tens of thousands of pounds a year”. Berdasarkan penjelasan di atas
diperoleh gambaran bahwa terdapat lebih dari seratus ribu orang akan pensiun di usia lima puluh tahun. Sungguh
demikian kritik terhadap kebijakan tersebut juga telah mengemuka ditengah-tengah masyrakat.
www.dailymail.co.uk. Diakses 11 April 2016.
2
[Proposal Penelitian Kompetitif 2016]
Page 2
mendukung kebijakan MenPAN-RB Yuddy Chrisnandi yang akan menerapkan rasionalisasi alias
pemangkasan jumlah PNS3. Namun upaya pensiun dini itu harus diawali dengan road map yang
jelas. Mulai dari data data jumlah PNS dan kompetensinya. Termasuk juga data mengenai kinerja
tenaga honorer atau sukarelawan. “Kalau ada road map, datanya jelas, silakan saja PNS yang
kompetensinya rendah cepat saja dipensiunkan (pensiun dini, red),” terang Rambe
Kamarulzaman4.
Fakta implementasi pensiun dini telah dijalankan oleh pemerintah propinsi Jawa Barat di
mana “..Kamis tanggal 5 Agustus 2010 merupakan tonggak baru bagi Pemerintah Provinsi Jawa
Barat. Hari itu Pemprov Jabar mulai menerapkan kebijakan rasionalisasi pegawai negeri sipil
(PNS) melalui program pensiun dini”. Sebanyak 53 PNS Pemprov Jabar menerima Surat
Keputusan (SK) Gubernur Jabar tentang rasionalisasi sekaligus uang kompensasinya 5. kebijakan
ini ditetapkan dengan Peraturan Gubernur (Pergub) Jabar No 81 Tahun 2009 yang diundangkan
pada 2 Juli 2009, yang selanjutnya diubah menjadi Pergub Jabar No 100/2009 dengan
menyisipkan Bab VA di antara Bab V dan Bab VI, yang menyebutkan pembiayaan program
pensiun dini dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jabar.
Disisi lain terdapat Badan Usaha Milik Negara yang telah melaksanakan Program Pensiun
Dini adalah PT. Telekomunikasi Indonesia (Telkon Indonesia), sejalan dikeluarkannya Keputusan
Direktur Sumber Daya Manusia No. KR18/PS900/COP-B0010000/2006 yang mengacu pada UU
No. 13 tahun 2003 tentang Ketenaga Kerjaan. Perusahaan memberikan penawaran kepada
3
Kendati demikian, sambung Rambe, upaya "PHK massal" PNS ini harus disertai dengan upaya
meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang memumpuni. Artinya setelah PNS diramping, pegawai
honorer yang belum diangkat jika berkompetensi dapat diangkat jadi PNS. Sebagaimana diketahui,
MenPAN-RB Yuddy Chrisnandi berupaya merampingkan jumlah PNS di Indonesia. Tujuannya untuk
menekan belanja pegawai, juga meningkatkan pelayanan publik. Pasalnya ada 42 persen PNS di Indonesia
dengan kualifikasi pendidikan SMA ke bawah yang mereka datang ke kantor tapi tidak ada pekerjaan yang
dilakukan. Hal itu sangat membebankan keuangan negara maupun daerah. http://www.menpan.go.id/
Diakses 12 April 2016.
4
www.jawapos.com 12 Maret 2016.
5
Dari pelaksanaan rasionalisasi tahun 2010 telah dilaksanakan kepada 53 orang PNS, anggarannya mencapai Rp 50
miliar. Untuk tahun 2011 telah direalisasikan pada 83 PNS dengan anggaran Rp 9,9 miliar. Untuk tahun 2012,
disediakan anggaran Rp 9.535.200.000. “Ini termasuk dalam program pembinaan dan pengembangan aparatur,”
lanjut Dani. Program pensiun dini ini ternyata cukup memberikan daya tarik bagi para PNS, tetapi banyak yang
terbentur pada persyaratan. Sekitar 200 orang yang berminat, terpaksa tidak semua bisa lolos, karena banyak yang
masih lima tahun ikut mengajukan permohonan, sementara anggarannya hanya terbatas Rp 10 miliar. Menurut Dani,
para pengambil pensiun dini ini paling besar mendapatkan Rp 150 juta, yang paling kecil Rp 25 juta. “Yang
ditakutkan justru yang potensial mengambil pensiun dini. Memang ada juga yang S-1, tetapi memang sudah sangat
lemah, akhirnya diloloskan ketimbang menjadi beban,” kata Dani (http://www.menpan.go.id/ Diakses 10 April
2016)..
[Proposal Penelitian Kompetitif 2016]
Page 3
karyawan yang memenuhi persyaratan untuk mengajukan pensiun dini, sebagaimana dimaksud
dalam Keputusan ini bersifat sukarela6.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat difahami bahwa pensiun dini merupakan bagian dari
sebuah realita sosial yang telah dijalankan oleh Pemerintah Daerah dan BUMN di Indonesia.
Bahkan sejak 2004-2007 telah terjadi penurnan jumlah karyawan yang signifikan di PT. Telkom
Indonesia yakni dari 30.000 orang karyawan lebih menjadi 27.000 orang karyawan. Dengan
demikian persoalan pensiun dini bukan merupakan wacana didalam masyarakat, namun telah
diaplikasikan. Hanya saja kebijakan pemerintah pusat untuk mempesiundinikan Aparatur Sipil
Negara secara nasional masih meruapakan persoalan hangat ditingkat nasional.
Bila ditelaah lebih lanjut golongan pensiun sendiri terbagi menjadi kelompok yang
optimis dan kelompok yang pesimis7.Ada yang bahagia karena dapat menyelesaikan tugas dan
pengabdian dengan baik sehingga tidak memiliki rasa penyesalan setelah pensiun.Hal ini sejalan
dengan Rosyid yang menyatakan bahwa, ‘...pensiun akan menghasilkan suatu keadaan yang
membahagiakan. Setelah menjalankan tugas dan melakukan peran sesuai dengan tuntutan
perusahaan, dan pengabdian kepada organisasi, maka tiba saatnya seseorang untuk memperoleh
penghargaan yang tinggi atas jerih payah dan usahanya tersebut. Akan tetapi hal ini tidak dapat
dipisahkan dari bagaimana pengalaman bekerja dan tingkat kepuasan kerja seseorang selama
memainkan peran yang dipercayakan oleh perusahaan.Individu tersebut harus ikhlas melepaskan
segala atribut dan kebanggan yang disandangnya selama melaksanakan tugas, dan bersiap
memasuki masa kehidupan yang tanpa peran, kondisi yang demikian memungkinkan pula
munculnya perasaan sayang untuk melepaskan jabatan yang telah digeluti”8.
Selanjutnya sebagian kecil individu menjalani masa pensiun dengan perasaan bahagia
karena sebentar lagi akan terbebas dari kewajiban masuk kantor, namun bagi kebanyakan orang,
masa pensiun akan dijalani dengan perasaan was-was dan khawatir terhadap masa depan. Hal ini
6
Angliza, B. 2010. Implementasi Program Kebijakan Pensiun Dini oleh PT. Telekomunikasi Indonesia. Tesis.
Jakanrta : Universitas Indonesia. www.ui.ac.id Diakses 10 April 2016.
7
Bentuk reaksi negatif yang muncul dalam menghadapi masa pensiun seperti susah tidur, malas bekerja, sering
pusing, atau muncul kecemasan bahkan berbagai penyakit dan tidak jarang pula individu merasa powerless dan
muncul sindrom pasca kekuasaan yang lebih dikenal dengan post power syndrome (Helmi, 2000, h. 43). Post power
syndrome banyak dialami oleh individu yang baru saja menjalani masa pension. Gejala ini umumnya terjadi pada
orang-orang yang tadinya mempunyai kekuasaan atau mempunyai suatu jabatan di tempat kerja, sehingga ketika
sudah tidak menjabat atau bekerja lagi, akan terlihat gejala-gejala emosi yang kurang stabil. Gejala-gejala itu
biasanya bersifat negatif dan akan semakin memburuk jika individu merasakan adanya gangguan fisik (Elia, 2015).
8
Menurut Floyd, dkk menyatakan “...pensiun juga mengacu kepada transisi psikologis, suatu perubahan yang
terprediksi dan normatif yang melibatkan persiapan, pengertian kembali tentang peran dan perilaku, serta
penyesuaian psikologis dari seorang pekerja yang dibayar menjadi melakukan aktivitas yang lain”.
[Proposal Penelitian Kompetitif 2016]
Page 4
menunjukkan bahwa tekanan yang sama, yaitu pensiun dapat menimbulkan respon yang berbeda
yaitu kegembiraan melawan kekhawatiran9. Fakta di masyarakat menunjukkan bahwa individu
yang sudah berhenti bekerja akan mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
fisik, psikologis, dan sosial. Hal ini disebabkan karena pensiun sering diartikan sebagai
kehilangan kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status, dan harga diri10.
Penjelasan di atas memberikan pemahaman bahwa pensiun dini baik secara suka maupun
tidak suka telah harus diterima oleh masyarakat. Sungguhpun demikian pensiun dini pada
tahapan awal secara nasional diutamakan kepada ASN yang hanya berpendidikan Sekolah
Menengah Atas ke bawah.
c. Rumusan Masalah
Berangkat
dari
latar
belakang
di
atas
diperoleh
gambaran
bahwa,
telah
dimplementasikannya Peraturan Pensiun Dini bagi Aparatur Sipil Negara (ASN/PNS) di
beberapa daerah di tanah air, sejak tahun 2010. Selanjutnya Peraturan Pensiun Dini tersebut akan
diterapkan secara nasional mulai pada tahun 2016. Hanya saja Aparatur Sipil Negara yang akan
dipensiunkan dini baru sebatas pada pegawai yang memiliki pendidikan Sekolah Menangah Atas
ke bawah. Apakah fakta di atas membawa polemik psikologis ditengah-tengah masyarakat?
d. Pertanyaan Penelitian
Secara spesifik pertanyaan penelitian ini adalah : Apakah Sikap Aparatur Sipil Negara
dalam Menghadapi Program Pensiun Dini yang Diterapkan Sebagai Kebijakan Nasional
Memberi Dampak Psikologis pada para Aparatur Sipil Negara (Dampak psikologis berupa;
Depresi, Kecemasan atau Anxiety dan Stres)?
e. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah: (1) Memperoleh gambaran tentang sikap (kognitif,
afektif dan psikomotorik) Aparatur Sipil Negara terhadap kebijakan pemerintah mengenai
Program Pensiun Dini. (2) Mengidentifikasi kemungkinan munculnya berbagai ganguan
9
Helmi, A. F. (2011). Pengelolaan Stress Pra-Purna Bakti. Jurnal Psikologika : No. 9 (42-55). Yogyakarta
:Universitas Gadjah Mada
10
Kuncoro,J.,Sari,E.D.(2012).Kecemasan dalam Menghadapi Masa Pensiun Ditinjau dari Dukungan Sosial pada
PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Jurnal Psikologi Proyeksi Vol.1, No. 1
[Proposal Penelitian Kompetitif 2016]
Page 5
psikologis (depresi, kecemasan atau stres) yang akan terjadi sebagai dampak psikologis dari
kebijakan pensiun dini yang dilaksanakan pemerintah kepada para Aparatur Sipil Negara. (3)
Mengkaji pengaruh sikap Aparatur Sipil Negara tentang pensiun dini terhadap ganguan
psikologis yang dialaminya (4) Mengkaji perbedaan sikap Aparatur Sipil Negara tentang pensiun
dini dan dampak psikologisnya.
f. Signifikansi
Penelitian ini berguna bagi pembuat kebijakan, khususnya Kementerian Agama dan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Mengingat kebijakan pensiun dini juga melibatkan
aparatur sipil negara yang berada di bawah kementerian tersebut. Di mana hal ini bisa
mengantisipasi sikap negatif dari aparatur sipil negara terhadap kebijakan program Pensiun Dini
yang memungkinkan terjadinya aktivitas yang anarkhis ditengah-tengah masyarakat terhadap
kebijakan yang diambil pemerintah tadi. (2) Disamping itu melalui penelitian ini dapat dikaji
secara komprehensif segala bentuk dampak psikologis yang mungkin timbul sebagai akibat dari
Program Pensiun Dini. Di mana diantara ganguan psikologis yang mungkin muncul adalah
deoresi, kecemasan dan stres. (3) Tentunya kajian ini akan sangat bermanfaat bagi masyarakat
dalam mempersiapkan diri untuk timbulnya ganguan psikologis dari Program Pensiun Dini yang
akan dilaksanakan secara nasional.
g. Studi Literatur
Memasuki masa pensiun11 merupakan salah satu peristiwa di kehidupan yang
membutuhkan adaptasi bagi siapa saja yang akan menjalankannya. Setiap individu yang akan
memasuki masa pensiun perlu mempersiapkan dirinya agar mampu menyesuaikan diri dengan
tuntutan lingkungannya. Kesiapan seorang individu dalam menyesuaikan diri dengan masa
pensiun tergantung dari kesiapan dari individu itu sendiri dan lingkungannya. Bagaimana dia
mampu menyikapi berbagai tekanan yang muncul sebagai konsekuensi dari penyesuaian pada
masa pensiun dan bagaimana dia mampu bertahan mengelola berbagai tekanan terhadap
11
Di Indonesia menurut Undang Undang Pemerintah Nomor 65 Tahun 2008, batas usia pensiun Pegawai Negeri
Sipil pada dasarnya telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian Pegawai
Negeri Sipil, yaitu 56 tahun. Pada usia 56 tahun, Namun kini batas usia pensiun (BUP) ASN/PNS, seperti diatur
dalam RUU Aparatur Sipil Negara (ASN) bertambah menjadi 58 tahun, tetapi ada sedikit kelonggaran bagi PNS
yang ingin pensiun dini. Hal ini dimungkinkan bagi PNS yang masa kerjanya sudah 20 tahun, meskipun usianya
belum menginjak usia 50 tahun. (Laporan Humas MENPANRB, Desember 2013).
[Proposal Penelitian Kompetitif 2016]
Page 6
perubahan-perubahan yang kelak akan dihadapi untuk dapat menyesuaikan diri setelah memasuki
masa pensiun.
Selanjutnya pensiun dini ini dimungkinkan sebagai antisipasi dampak dari penataaan
manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) dalam pelaksanaan reformasi birokrasi. Beberapa
penelitian yang dilakukan mengenai pensiun, antara lain : Penelitian yang dilakukan oleh Ganang
Septian Pradono dan Santi Esterlita Purnamasari pada Fakultas Psikologi Universitas Mercu
Buana Yogyakarta yang berjudul “Hubungan antara Penyesuaian Diri dengan Kecemasan dalam
Menghadapi Masa Pensiun pada Pegawai Negeri Sipil di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”,
menyatakan bahwa kecemasan menghadapi masa pensiun adalah suatu keadaan atau perasaan
yang tidak menyenangkan dan bersifat subjektif yang dialami oleh individu yang akan memasuki
masa berhenti bekerja. Sumbernya yang bersifat tidak jelas mengakibatkan individu merasa takut,
tidak nyaman pikiran, dan menimbulkan perasaan bingung. Individu yang akan memasuki masa
pensiun akan mengalami suatu pengalaman emosional subjektif, yaitu suatu keadaan tertentu
yang dapat mencemaskan seseorang sementara orang lain belum tentu demikian.
Pengalaman emosional subjektif tersebut muncul dikarenakan adanya suatu keadaan yang
dianggap mengancam keberadaan individu dan sumber yang mengancam itu bersifat tidak jelas
sehingga individu merasa tidak tahu ataupun bingung dan takut untuk dapat menghadapi masa
yang akan datang sehingga timbul adanya kecemasan. Individu yang akan memasuki masa
pensiun tentunya akan menghadapi berbagai macam perubahan-perubahan dalam pola
kehidupannya, seperti bertambahnya waktu luang, berkurangnya penghasilan, hilangnya status
jabatan ketika masih bekerja, dan hilangnya fasilitas yang didapat ketika masih bekerja.
Berubahnya pola kehidupan tentunya akan menimbulkan berbagai macam permasalahan.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan
bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara penyesuaian diri dengan kecemasan
menghadapi masa pensiun. Hal tersebut membuktikan bahwa semakin tinggi penyesuaian diri
seorang pegawai maka akan semakin rendah tingkat kecemasannya dalam menghadapi masa
pensiun. Sebaliknya semakin rendah penyesuaian diri seorang pegawai maka semakin tinggi pula
tingkat kecemasan yang dimilikinya dalam menghadapi masa pensiun.
Penelitian yang dilakukan oleh Rika Eliana pada Program Studi Psikologi di Universitas
Sumatera Utara mengenai Konsep Diri Pensiunan, menyatakan masa pensiun bisa mempengaruhi
konsep diri karena pensiun menyebabkan seseorang kehilangan peran (role), identitas dalam
[Proposal Penelitian Kompetitif 2016]
Page 7
masyarakat yang dapat mempengaruhi harga diri mereka. Pensiun akan menyebabkan seseorang
kehilangan perannya dalam masyarakat yang selanjutnya mempengaruhi statusnya dan pada
akhirnya bisa mempengaruhi konsep diri menjadi negatif. Akibat psikologis dari hal ini adalah
nantinya akan mempengaruhi kesehatan mental seseorang dan juga proses penyesuaian dirinya.
Sedangkan akibat dari fisik adalah bisa menimbulkan gangguan penyakit yang dikenal
dengan istilah retirement syndrome. Penyesuaian diri yang positif ditentukan oleh berbagai faktor
antara lain kesehatan, sosial ekonomi, status, usia, jenis kelamin, dan pemahaman seseorang
terhadap masa pensiun itu. Untuk itu intervensi yang dilakukan untuk mencegah proses
penyesuaian diri yang kurang baik perlu dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor di
atas. Penyesuaian diri yang positif akan memberikan dampak positif pula pada aspek psikologis
seorang pensiunan. Ia akan melewatkan masa pensiun dengan rasa bahagia, bahkan bisa kembali
aktif mencari pekerjaan lain.
Penelitian oleh Jati Setiowati yang berjudul “Stres dan Strategi Coping Stres menghadapi
Pensiun” pada Fakultas Psikologi Universitas Atmajaya menunjukkan bahwa stressor yang
muncul pada kedua subyek berada pada area masalah penyesuaian diri dalam aspek finansial dan
sosial, serta psikologis. Gaya coping stres yang digunakan oleh kedua subyek berbeda
berdasarkan area masalah. Pada area masalah finansial, kedua subyek menggunakan gaya coping
problem-focused yang didominasi dengan strategi coping merencanakan pemecahan masalah
(planful problem solving). Sedangkan untuk area masalah sosial, yaitu kehilangan relasi kerja,
gaya coping yang digunakan didominasi oleh emotion-focused coping, yaitu melepaskan diri
(distancing).
Penelitian oleh Fendy Suhariadi untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara
dukungan sosial dengan penyesuaian diri masa persiapan pensiun pada karyawan PT Pupuk
Kaltim. Penelitian ini dilakukan pada saat sedang menjalani masa persiapan pensiun selama bulan
Oktober 2012 sampai Maret 2013 sejumlah 44 orang. Alat pengumpul data berupa kuesioner
Interpersonal Support Evaluation List (ISEL) disusun oleh Sheldon Cohen dan Harry M.
Hoberman terdiri dari 24 butir dengan reliabilitas sebesar 0,883 dan alat ukur penyesuaian diri
terdiri dari 27 butir dengan reliabilitas sebesar 0.918. Analisis data dilakukan dengan teknik
statistik korelasi product moment dari Pearson menggunakan SPSS 17.0. Hasil analisis data yang
diperoleh adalah nilai signifikansi sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan
[Proposal Penelitian Kompetitif 2016]
Page 8
antara dukungan sosial dengan penyesuaian diri masa persiapan pensiun pada karyawan PT
Pupuk Kaltim12.
Penelitian oleh Santi Setyaningsih dkk tentang “DUKUNGAN SOSIAL DAN TINGKAT
KECEMASAN PADA KELOMPOK PEKERJA PNS YANG MENGHADAPI MASA
PENSIUN“ mendapati adanya hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan tingkat
kecemasan menghadapi masa pensiun. Dukungan sosial yang telah diberikan seharusnya
ditingkatkan, tidak hanya bersumber dari dukungan informal tetapi juga dari dukungan formal
yaitu pihak instansi agar kecemasan dalam menghadapi pensiun dapat dicegah atau dikurangi
secara optimal13.
Berdasarkan beberapa penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa masa pensiun
merupakan masa perubahan yang menuntut proses penyesuaian diri bagi karyawan yang akan
memasuki masa pensiun. Proses penyesuaian diri dapat menimbulkan kecemasan karena
karyawan tidak mengetahui apa yang akan terjadi pada saat memasuki masa pensiun. Selain
menimbulkan kecemasan, penyesuaian diri yang kurang baik mempengaruhi konsep diri menjadi
negatif karena pada saat memasuki masa pensiun karyawan akan kehilangan peran (role),
identitas dalam masyarakat yang dapat mempengaruhi harga diri mereka. Kesulitan dalam
penyesuaian diri menghadapi pensiun dapat menimbulkan tekanan (stres).
Hal yang membedakan penelitian ini berbanding beberapa penelitian terdahulu adalah :
(1) Penelitian ini lebih komprehensif melihat persoalan ganguan psikologis (depresi, kecemasan
dan stres) yang dimungkinkan timbul sebagai akibat Program Pensiun Dini. (2) Penelitian ini
menggunakan skala DASS (Depression Anxiety Stress Scales) yakni; skala psikologi yang tidak
saja mengukur satu atribut psikologi (kecemasan) akan tetapi juga menguji beberapa atribut
psikologi lain (depresi dan stres). (3) Penelitian ini tidak saja menguji korelasi antara variabel
penelitian, namun juga mengkaji pengaruh antar variabel yang satu terhadap variabel yang lain.
Bahkan penelitian ini juga berusaha untuk membandingkan kemungkinan terjadinya gangguan
psikologis antara Aparatur Sipil Negara yang bekerja di Perguruan Tinggi Umum (PTU);
Universitas Andalas dan Universitas Negeri Padang. Manakala Perguruan Tinggi Ke-Islaman
12
Fendy Suhariadi. 2013. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Penyesuaian Diri Masa Persiapan Pensiun Pada
Karyawan PT Pupuk Kaltim. Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi Vol. 02 No.1.
13
Santi Setyaningsih dkk. 2013. DUKUNGAN SOSIAL DAN TINGKAT KECEMASAN PADA KELOMPOK
PEKERJA PNS YANG MENGHADAPI MASA PENSIUN. Jurnal Keperawatan Komunitas. Volume 1, No. 2,
November 2014; 116-121
[Proposal Penelitian Kompetitif 2016]
Page 9
yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah Institut Agama Islam Negeri Imam Bonjol Padang
dan Institut Agama Islam Negeri Djamil Djambek di Bukittinggi). Sehingga cakupan penelitian
ini lebih luas berbanding penelitian terdahulu.
h. Kerangka Teori
Aparatur Sipil Negara
Memiliki Sikap;
Sikap;
Memiliki
Kognitf ,,
Kognitf
Afektf dan
dan
Afektf
Psikomotor
Psikomotor
(Positf/Negatf)
(Positf/Negatf)
Dampak Psikologis
DASS (Depression/Depresi,
Anxiety/Kecemasan, Stress/Stres)
Program Pensiun Dini
Pemerintah
Menemukan Ganguan Psikologis yang Timbul dan Mencari
Solusi dari Ganguan Psikologis yang Dihadapi
Aparatur Sipil Negara Yang Terdampak Program Pensiun Dini
i. Hipotesis Penelitian
Terdapat tiga hipotesis didalam penelitian ini : (1) Adanya hubungan antara sikap
Aparatur Sipil Negara dalam menghadapi Program Pendiun Dini dan dampak psikologis yang
dialaminya (depresi, kecemasan dan stres)?. (2) Adanya pengaruh sikap Aparatur Sipil Negara
dalam menghadapi Program Pendiun Dini terhadap kondisi psikologis ASN (depresi, kecemasan
dan stres)? (3) Adanya perbedaan sikap Aparatur Sipil Negara dalam menghadapi Program
Pendiun Dini dan dampak psikologis yang dialaminya (depresi, kecemasan dan stres) antara
Aparatur Sipil Negara yang bekerja di Perguruan Tinggi Umum (PTU); Universitas Andalas dan
Universitas Negeri Padang serta Perguruan Tinggi Ke-Islaman (PTKI); IAIN Imam Bonjol
Padang dan IAIN Djamil Djambek Bukittinggi?
j. Metodologi Penelitian
[Proposal Penelitian Kompetitif 2016]
Page 10
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini
sebanyak 534 orang Aparatur Sipil Negara yang berpendidikan Sekolah menengah Atas ke
bawah. Lokasi penelitian di empat perguruan tinggi yang ada di Sumatera Barat: Dua Perguruan
Tinggi Umum (PTU); Universitas Andalas, Universitas Negeri Padang dan Dua Perguruan Tinggi
Ke-islaman (PTKI); Institut Agama Islam Negeri Imam Bonjol Padang serta Institut Agama
Islam Negeri Djamil Djambek, Bukittinggi. Pemlihan responden dengan menggunakan metode
stratified random sampiling, mengingat sampel dalam penelitian ini memiliki kerangka sampel
yang berjenjang (Gol I, Gol II, Gol III dan Gol IV). Teknik pengumpulan data melalui; skala
psikologi, observasi dan wawancara serta studi dokumentasi. Analisa data menggunakan
Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 18 dengan teknik analisis statistik yang
digunakan pearson correlation, regresi berganda dan ANOVA (Analysis of Variance).
k. Sumber Bacaan
Pengantar Psikologi.Klinis Sutardjo Wiramiharja ( 2005 )
Baron, R.A., & Byrne, D. (2000).Social psychology, 9thed. Boston: Allyn& Bacon.
Dinsi, V,.Setiati, E., &Yuliasari, E. (2006).Ketikapensiuntiba.Jakarta :Wijayata Media Utama.
Elia.2015.Post Power Syndrome.http://www.sabda.org/ Diakses 10 April 2016
Helmi, A. F. (2011). Pengelolaan Stress Pra-Purn Bakti.Psikologika : No. 9 (42-55).
Yogyakarta :UniversitasGadjahMada.
Kuncoro,J.,Sari,E.D.(2012).Kecemasan dalam Menghadapi Masa Pensiun Ditinjau dari
Dukungan Sosial pada
PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Jurnal Psikologi
Proyeksi Vol.1, No. 1
Lestari,R.P.2012.Hubungan Antara Religiusitas dengan Tingkah Laku Koping Indigeneous.
Jurnal IlmiahPsikologi: Vol. 6 No.1.
Rini, J. F. (2011). Pensiun Dan Pengaruhnya. http://www.e-psikologi.com Diakses 10 April
2016.
Rosyid,HaryantoF.(2015).PHK: Masihkah Mencemaskan? Buletin Psikologi Fakultas Psikologi
UGM, Th IX no 2.
Sofia,K.(2011).Pengaruh Konsep Diri Terhadap Tingkat Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun
Pada Pegawai Negri Sipil Dinas Perindustrian, Perdagangan, danPenanaman Modal
[Proposal Penelitian Kompetitif 2016]
Page 11
KabupatenSumenep. Skripsi. Malang : Fakultas Psikologi Unviersitas Islam Negri (UIN)
Malang. www.uin-malang.ac.id. Diakses 14 April 2016.
Suara Pembaharuan, 6 Juni 2012.
l. Instrumen
Depression Anxiety Stress Scales (DASS)
DAS S
Name:
Date:
Please read each statement and circle a number 0, 1, 2 or 3 that indicates how much the statement applied to you
over the past week. There are no right or wrong answers. Do not spend too much time on any statement.
The rating scale is as follows:
0
1
2
3
Did not apply to me at all
Applied to me to some degree, or some of the time
Applied to me to a considerable degree, or a good part of time
Applied to me very much, or most of the time
1
I found myself getting upset by quite trivial things
0
1
2
3
2
I was aware of dryness of my mouth
0
1
2
3
3
I couldn't seem to experience any positive feeling at all
0
1
2
3
4
I experienced breathing difficulty (eg, excessively rapid breathing,
breathlessness in the absence of physical exertion)
0
1
2
3
5
I just couldn't seem to get going
0
1
2
3
6
I tended to over-react to situations
0
1
2
3
7
I had a feeling of shakiness (eg, legs going to give way)
0
1
2
3
8
I found it difficult to relax
0
1
2
3
9
I found myself in situations that made me so anxious I was most
relieved when they ended
0
1
2
3
10
I felt that I had nothing to look forward to
0
1
2
3
11
I found myself getting upset rather easily
0
1
2
3
12
I felt that I was using a lot of nervous energy
0
1
2
3
13
I felt sad and depressed
0
1
2
3
14
I found myself getting impatient when I was delayed in any way
(eg, elevators, traffic lights, being kept waiting)
0
1
2
3
[Proposal Penelitian Kompetitif 2016]
Page 12
15
I had a feeling of faintness
0
1
2
3
16
I felt that I had lost interest in just about everything
0
1
2
3
17
I felt I wasn't worth much as a person
0
1
2
3
18
I felt that I was rather touchy
0
1
2
3
19
I perspired noticeably (eg, hands sweaty) in the absence of high
temperatures or physical exertion
0
1
2
3
20
I felt scared without any good reason
0
1
2
3
21
I felt that life wasn't worthwhile
0
1
2
3
22
I found it hard to wind down
0
1
2
3
23
I had difficulty in swallowing
0
1
2
3
24
I couldn't seem to get any enjoyment out of the things I did
0
1
2
3
25
I was aware of the action of my heart in the absence of physical
exertion (eg, sense of heart rate increase, heart missing a beat)
0
1
2
3
26
I felt down-hearted and blue
0
1
2
3
27
I found that I was very irritable
0
1
2
3
28
I felt I was close to panic
0
1
2
3
29
I found it hard to calm down after something upset me
0
1
2
3
30
I feared that I would be "thrown" by some trivial but
unfamiliar task
0
1
2
3
31
I was unable to become enthusiastic about anything
0
1
2
3
32
I found it difficult to tolerate interruptions to what I was doing
0
1
2
3
33
I was in a state of nervous tension
0
1
2
3
34
I felt I was pretty worthless
0
1
2
3
35
I was intolerant of anything that kept me from getting on with
what I was doing
0
1
2
3
36
I felt terrified
0
1
2
3
37
I could see nothing in the future to be hopeful about
0
1
2
3
38
I felt that life was meaningless
0
1
2
3
39
I found myself getting agitated
0
1
2
3
40
I was worried about situations in which I might panic and make
0
1
2
3
[Proposal Penelitian Kompetitif 2016]
Page 13
a fool of myself
41
I experienced trembling (eg, in the hands)
0
1
2
3
42
I found it difficult to work up the initiative to do things
0
1
2
3
m. Rincian Anggaran Biaya
[Proposal Penelitian Kompetitif 2016]
Page 14
n. Road Map Penelitian
Tabel 2: Jadwal Pelaksanaan Penelitian Kompetitif 2016
No.
Uraian Kegiatan
4
1
2
3.
4.
5.
6.
Pembuatan
Proposal
a. Pengumpulan
Bahan literatur
b. Penelitian
Pendahuluan
c. Pengetikan
Proposal
Pembuatan dan
Pengujian
Instrumen
Pengumpulan Data:
Observasi,
Kuesioner dan
Dokumentasi
Analisa Data
Penyusunan
Laporan Penelitian
Revisi Laporan
5
6
Bulan
8
7
9
10
11
XX
XX
X
XXX
X
[Proposal Penelitian Kompetitif 2016]
XXXX
XXX
X
XXX
X
XXX
X
XXXX
Page 15
Penelitian
Penyerahan
Laporan
Catatan : x adalah dalam satuan minggu.
XXXX
7.
o. Kompetensi Peneliti
Nama
: H. Reza Fahmi. S.Sos. MA.
NIP / NIDN
: 19690829 200212 1 002 / 2029086901
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Golongan / Pangkat
: IVa / Pembina
Alamat Rumah
: Jl. Napak Tilas No. 10 Balai Gadang Koto Tangah
Telp. / Faks
: 081270251544 /082172215044 / 08887255820
(HP) / 0751-484088 (Rumah)
E-mail
: [email protected]; [email protected]
H. Reza Fahmi. MA. adalah Dosen Psikologi Umum di Fakultas Ushuluddin, penulis
buku Psikologi Umum, Psikologi Sosial dan Modifikasi Tingkah Laku serta Psikologi Industri
dan Organisasi. Beliau terlibat dalam beberapa penelitian psikologi; Character Building and
Peaceful Thinking of Students at Darussalam Islamic Boarding School, East Java (2013).
Prejudice and Rebelliance Behavior of Students at Darul Ma’rifat Modern Islamic Boarding
School in East Java (2014). Empowering Madrasa Through Small and Medium Industry (Study
at Gontor Darusslam Modern Islamic Boarding School in East Java) (2015).
======================
Nama
: Prof. Dr. H. Syafruddin Nurdin, M. Pd.
NIP
: 19511107 198603 1001
Pangkat/Golongan
: Pembina Utama /Guru Besar IV/e
Al amat
: Ampang Kampung Jambak RT 2 /RW V No.13 C
Padang-25154.
Alamat Kantor
: Jl.Prof Mahmud Yunus Lubuk Lintah Padang-25153.
Beliau aktif menulis buku dan artikel di berbagai jurnal pendidikan serta melakukan
penelitian diantaranya: Hubungan Pengaruh Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
(RSBI) Terhadap Kinerja Profesional Guru Motivasi Berprestasi Siswa di SMAN Kota Padang
(2012). Pengaruh Penerapan Kurikulum 2013 Terhadap Sikap Kreatif, Inovatif, Produktif dan
Afektif Siswa Sekolah Dasar Negeri di Kota Padang (2013). Pengaruh Penerapan Model Belajar
[Proposal Penelitian Kompetitif 2016]
Page 16
Trait Treatment Interaction Terhadap Peningkatan Kemampuan Bahasa Arab Mahasiswa di IAIN
Imam Bonjol Padang (2014). Implementasi Model Pendidikan Surau Bagi Peningkatan
Kemampuan Pemahaman Agama Peserta Didik di Sumatera Barat (2015).
===========================
Nama
: Prof. Dr. H. Asnawir
NIP/NIK
:
Jenis Kelamin
: □ Laki-laki
Golongan / Pangkat
: IVd / Pembina Utama Madya
Alamat Rumah
: Jl. Bondo No. 10 Air Tawar Barat Padang
Telp./Faks.
Alamat e-mail
: 0751-442166
: [email protected]
Prof. Dr. H. Asnawir adalah Guru Besar Ilmu Administrasi Pendidikan, beliau banyak
terlibat dalam penelitian: (1) Pola Kebijakan IAIN Ke Depan (2013). (2) Penerapan High TechHigh Touch Dalam Pembelajaran di Perguruan Tinggi. (2014). Beliau juga aktif menulis.
Diantara buku Beliau adalah Adiministrasi Pendidikan, Supervisi Pendidikan, Profesi Keguruan
[Proposal Penelitian Kompetitif 2016]
Page 17
PENSIUN DINI DAN DAMPAK PSIKOLOGISNYA
(STUDI KOMPARASI DI PTU DAN PTKI SUMBAR)
Tim Peneliti :
H. Reza fahmi, MA
Prof. Dr. H. Syafruddin Nurdin, M.Pd.
Prof. Dr. H. Asnawir
Try Ananda (Mahasiswa)
Penelitian Ini Diajukan Untuk Memperoleh Dana Bantuan Penelitian
Tahun Akademik 2016
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
IMAM BONJOL
PADANG
2016
[Proposal Penelitian Kompetitif 2016]
Page 1
a. Topik Penelitian : SIKAP APARATUR SIPIL NEGARA TENTANG KEBIJAKAN PENSIUN
DINI DAN DAMPAK PSIKOLOGISNYA (STUDI KOMPARASI DI
PTU DAN PTKI SUMBAR)
b. Latar Belakang
Pensiun merupakan tahapan akhir perkembangan yang akan dialami oleh setiap orang
yang bekerja dimana pada masa tersebut seseorang akan mengalami perobahaan peran maupun
pola hidup dari kondisi bekerja menjadi kondisi tidak bekerja yang akan membawa dampak bagi
pensiunan itu sendiri dan keluarganya Para aparatur Sipil Negara (ASN) atau Pegawai Negeri
Sipil (PNS) harus siap-siap menghadapi pensiun dini. Kebijakan ini diberlakukan bagi pegawai
yang kompetensinya rendah dan tidak bisa dikembangkan lagi. "Dalam rangka penataan struktur
organisasi kepegawaian, pemerintah akan mengambil kebijakan pensiun dini. Pensiun dini akan
dikenakan secara nasional mulai tahun 2016, kepada pegawai yang kualitasnya rendah," tegas
Deputi SDM Aparatur Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
(KemenPAN-RB) Setiawan Wangsaatmaja, Minggu (16/11). Kemudian Untuk menilai mana PNS
yang berkualitas super, menengah, biasa,dan rendah, akan diterbitkan Surat Edaran MenPAN-RB
tentang kewajiban seluruh instansi baik pusat maupun daerah melakukan uji kompetensi
pegawainya. Agar hasilnya objektif, menurut Setiawan, pemerintah akan memberlakukan format
baku agar pejabat pembina kepegawaian (PPK) tidak membuat rekomendasi berdasarkan like and
dislike1.
Dengan alasan tuntutan globalisasi2 serta pengurangan belanja pegawai, pemerintah
berencana melakukan rasionalisasi (pensiun dini) pegawai sejuta orang ditambah 560 ribu PNS
yang masuk batas usia pensiun. Pemerintahan Jokowi-JK menargetkan, jumlah PNS di Indonesia
pada 2019 mendatang menciut ke angka 3,5 juta dari 4,517 juta PNS yang ada. Argumentasi di
atas didukung oleh pernyataan Ketua Komisi II DPR Rambe Kamarulzaman menyatakan
1
http://www.menpan.go.id/ Diakses 12 April 2016.
Persoalan pensiun bukan hanya terjadi di Indonesia bahkan di Inggris fakta tersebut telah menjadi persoalan
tersendiri di negara monarki tersebut, lebih jauh GERRI PEEV menjelaskan bahwa “.... More than 100,000 civil
servants taking voluntary redundancy in the state spending cuts will be able to retire at 50 on gold-plated final salary
pensions, it emerged yesterday. Critics said it was cheaper to keep many of them in employment rather than paying
out the ‘outrageous’ pensions. Around 80,000 bureaucrats in Whitehall are expected to qualify, while thousands more
in police forces, the NHS and councils are set to do the same. They will be able to retire 15 years earlier than most
private sector workers, and will receive tens of thousands of pounds a year”. Berdasarkan penjelasan di atas
diperoleh gambaran bahwa terdapat lebih dari seratus ribu orang akan pensiun di usia lima puluh tahun. Sungguh
demikian kritik terhadap kebijakan tersebut juga telah mengemuka ditengah-tengah masyrakat.
www.dailymail.co.uk. Diakses 11 April 2016.
2
[Proposal Penelitian Kompetitif 2016]
Page 2
mendukung kebijakan MenPAN-RB Yuddy Chrisnandi yang akan menerapkan rasionalisasi alias
pemangkasan jumlah PNS3. Namun upaya pensiun dini itu harus diawali dengan road map yang
jelas. Mulai dari data data jumlah PNS dan kompetensinya. Termasuk juga data mengenai kinerja
tenaga honorer atau sukarelawan. “Kalau ada road map, datanya jelas, silakan saja PNS yang
kompetensinya rendah cepat saja dipensiunkan (pensiun dini, red),” terang Rambe
Kamarulzaman4.
Fakta implementasi pensiun dini telah dijalankan oleh pemerintah propinsi Jawa Barat di
mana “..Kamis tanggal 5 Agustus 2010 merupakan tonggak baru bagi Pemerintah Provinsi Jawa
Barat. Hari itu Pemprov Jabar mulai menerapkan kebijakan rasionalisasi pegawai negeri sipil
(PNS) melalui program pensiun dini”. Sebanyak 53 PNS Pemprov Jabar menerima Surat
Keputusan (SK) Gubernur Jabar tentang rasionalisasi sekaligus uang kompensasinya 5. kebijakan
ini ditetapkan dengan Peraturan Gubernur (Pergub) Jabar No 81 Tahun 2009 yang diundangkan
pada 2 Juli 2009, yang selanjutnya diubah menjadi Pergub Jabar No 100/2009 dengan
menyisipkan Bab VA di antara Bab V dan Bab VI, yang menyebutkan pembiayaan program
pensiun dini dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jabar.
Disisi lain terdapat Badan Usaha Milik Negara yang telah melaksanakan Program Pensiun
Dini adalah PT. Telekomunikasi Indonesia (Telkon Indonesia), sejalan dikeluarkannya Keputusan
Direktur Sumber Daya Manusia No. KR18/PS900/COP-B0010000/2006 yang mengacu pada UU
No. 13 tahun 2003 tentang Ketenaga Kerjaan. Perusahaan memberikan penawaran kepada
3
Kendati demikian, sambung Rambe, upaya "PHK massal" PNS ini harus disertai dengan upaya
meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang memumpuni. Artinya setelah PNS diramping, pegawai
honorer yang belum diangkat jika berkompetensi dapat diangkat jadi PNS. Sebagaimana diketahui,
MenPAN-RB Yuddy Chrisnandi berupaya merampingkan jumlah PNS di Indonesia. Tujuannya untuk
menekan belanja pegawai, juga meningkatkan pelayanan publik. Pasalnya ada 42 persen PNS di Indonesia
dengan kualifikasi pendidikan SMA ke bawah yang mereka datang ke kantor tapi tidak ada pekerjaan yang
dilakukan. Hal itu sangat membebankan keuangan negara maupun daerah. http://www.menpan.go.id/
Diakses 12 April 2016.
4
www.jawapos.com 12 Maret 2016.
5
Dari pelaksanaan rasionalisasi tahun 2010 telah dilaksanakan kepada 53 orang PNS, anggarannya mencapai Rp 50
miliar. Untuk tahun 2011 telah direalisasikan pada 83 PNS dengan anggaran Rp 9,9 miliar. Untuk tahun 2012,
disediakan anggaran Rp 9.535.200.000. “Ini termasuk dalam program pembinaan dan pengembangan aparatur,”
lanjut Dani. Program pensiun dini ini ternyata cukup memberikan daya tarik bagi para PNS, tetapi banyak yang
terbentur pada persyaratan. Sekitar 200 orang yang berminat, terpaksa tidak semua bisa lolos, karena banyak yang
masih lima tahun ikut mengajukan permohonan, sementara anggarannya hanya terbatas Rp 10 miliar. Menurut Dani,
para pengambil pensiun dini ini paling besar mendapatkan Rp 150 juta, yang paling kecil Rp 25 juta. “Yang
ditakutkan justru yang potensial mengambil pensiun dini. Memang ada juga yang S-1, tetapi memang sudah sangat
lemah, akhirnya diloloskan ketimbang menjadi beban,” kata Dani (http://www.menpan.go.id/ Diakses 10 April
2016)..
[Proposal Penelitian Kompetitif 2016]
Page 3
karyawan yang memenuhi persyaratan untuk mengajukan pensiun dini, sebagaimana dimaksud
dalam Keputusan ini bersifat sukarela6.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat difahami bahwa pensiun dini merupakan bagian dari
sebuah realita sosial yang telah dijalankan oleh Pemerintah Daerah dan BUMN di Indonesia.
Bahkan sejak 2004-2007 telah terjadi penurnan jumlah karyawan yang signifikan di PT. Telkom
Indonesia yakni dari 30.000 orang karyawan lebih menjadi 27.000 orang karyawan. Dengan
demikian persoalan pensiun dini bukan merupakan wacana didalam masyarakat, namun telah
diaplikasikan. Hanya saja kebijakan pemerintah pusat untuk mempesiundinikan Aparatur Sipil
Negara secara nasional masih meruapakan persoalan hangat ditingkat nasional.
Bila ditelaah lebih lanjut golongan pensiun sendiri terbagi menjadi kelompok yang
optimis dan kelompok yang pesimis7.Ada yang bahagia karena dapat menyelesaikan tugas dan
pengabdian dengan baik sehingga tidak memiliki rasa penyesalan setelah pensiun.Hal ini sejalan
dengan Rosyid yang menyatakan bahwa, ‘...pensiun akan menghasilkan suatu keadaan yang
membahagiakan. Setelah menjalankan tugas dan melakukan peran sesuai dengan tuntutan
perusahaan, dan pengabdian kepada organisasi, maka tiba saatnya seseorang untuk memperoleh
penghargaan yang tinggi atas jerih payah dan usahanya tersebut. Akan tetapi hal ini tidak dapat
dipisahkan dari bagaimana pengalaman bekerja dan tingkat kepuasan kerja seseorang selama
memainkan peran yang dipercayakan oleh perusahaan.Individu tersebut harus ikhlas melepaskan
segala atribut dan kebanggan yang disandangnya selama melaksanakan tugas, dan bersiap
memasuki masa kehidupan yang tanpa peran, kondisi yang demikian memungkinkan pula
munculnya perasaan sayang untuk melepaskan jabatan yang telah digeluti”8.
Selanjutnya sebagian kecil individu menjalani masa pensiun dengan perasaan bahagia
karena sebentar lagi akan terbebas dari kewajiban masuk kantor, namun bagi kebanyakan orang,
masa pensiun akan dijalani dengan perasaan was-was dan khawatir terhadap masa depan. Hal ini
6
Angliza, B. 2010. Implementasi Program Kebijakan Pensiun Dini oleh PT. Telekomunikasi Indonesia. Tesis.
Jakanrta : Universitas Indonesia. www.ui.ac.id Diakses 10 April 2016.
7
Bentuk reaksi negatif yang muncul dalam menghadapi masa pensiun seperti susah tidur, malas bekerja, sering
pusing, atau muncul kecemasan bahkan berbagai penyakit dan tidak jarang pula individu merasa powerless dan
muncul sindrom pasca kekuasaan yang lebih dikenal dengan post power syndrome (Helmi, 2000, h. 43). Post power
syndrome banyak dialami oleh individu yang baru saja menjalani masa pension. Gejala ini umumnya terjadi pada
orang-orang yang tadinya mempunyai kekuasaan atau mempunyai suatu jabatan di tempat kerja, sehingga ketika
sudah tidak menjabat atau bekerja lagi, akan terlihat gejala-gejala emosi yang kurang stabil. Gejala-gejala itu
biasanya bersifat negatif dan akan semakin memburuk jika individu merasakan adanya gangguan fisik (Elia, 2015).
8
Menurut Floyd, dkk menyatakan “...pensiun juga mengacu kepada transisi psikologis, suatu perubahan yang
terprediksi dan normatif yang melibatkan persiapan, pengertian kembali tentang peran dan perilaku, serta
penyesuaian psikologis dari seorang pekerja yang dibayar menjadi melakukan aktivitas yang lain”.
[Proposal Penelitian Kompetitif 2016]
Page 4
menunjukkan bahwa tekanan yang sama, yaitu pensiun dapat menimbulkan respon yang berbeda
yaitu kegembiraan melawan kekhawatiran9. Fakta di masyarakat menunjukkan bahwa individu
yang sudah berhenti bekerja akan mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
fisik, psikologis, dan sosial. Hal ini disebabkan karena pensiun sering diartikan sebagai
kehilangan kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status, dan harga diri10.
Penjelasan di atas memberikan pemahaman bahwa pensiun dini baik secara suka maupun
tidak suka telah harus diterima oleh masyarakat. Sungguhpun demikian pensiun dini pada
tahapan awal secara nasional diutamakan kepada ASN yang hanya berpendidikan Sekolah
Menengah Atas ke bawah.
c. Rumusan Masalah
Berangkat
dari
latar
belakang
di
atas
diperoleh
gambaran
bahwa,
telah
dimplementasikannya Peraturan Pensiun Dini bagi Aparatur Sipil Negara (ASN/PNS) di
beberapa daerah di tanah air, sejak tahun 2010. Selanjutnya Peraturan Pensiun Dini tersebut akan
diterapkan secara nasional mulai pada tahun 2016. Hanya saja Aparatur Sipil Negara yang akan
dipensiunkan dini baru sebatas pada pegawai yang memiliki pendidikan Sekolah Menangah Atas
ke bawah. Apakah fakta di atas membawa polemik psikologis ditengah-tengah masyarakat?
d. Pertanyaan Penelitian
Secara spesifik pertanyaan penelitian ini adalah : Apakah Sikap Aparatur Sipil Negara
dalam Menghadapi Program Pensiun Dini yang Diterapkan Sebagai Kebijakan Nasional
Memberi Dampak Psikologis pada para Aparatur Sipil Negara (Dampak psikologis berupa;
Depresi, Kecemasan atau Anxiety dan Stres)?
e. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah: (1) Memperoleh gambaran tentang sikap (kognitif,
afektif dan psikomotorik) Aparatur Sipil Negara terhadap kebijakan pemerintah mengenai
Program Pensiun Dini. (2) Mengidentifikasi kemungkinan munculnya berbagai ganguan
9
Helmi, A. F. (2011). Pengelolaan Stress Pra-Purna Bakti. Jurnal Psikologika : No. 9 (42-55). Yogyakarta
:Universitas Gadjah Mada
10
Kuncoro,J.,Sari,E.D.(2012).Kecemasan dalam Menghadapi Masa Pensiun Ditinjau dari Dukungan Sosial pada
PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Jurnal Psikologi Proyeksi Vol.1, No. 1
[Proposal Penelitian Kompetitif 2016]
Page 5
psikologis (depresi, kecemasan atau stres) yang akan terjadi sebagai dampak psikologis dari
kebijakan pensiun dini yang dilaksanakan pemerintah kepada para Aparatur Sipil Negara. (3)
Mengkaji pengaruh sikap Aparatur Sipil Negara tentang pensiun dini terhadap ganguan
psikologis yang dialaminya (4) Mengkaji perbedaan sikap Aparatur Sipil Negara tentang pensiun
dini dan dampak psikologisnya.
f. Signifikansi
Penelitian ini berguna bagi pembuat kebijakan, khususnya Kementerian Agama dan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Mengingat kebijakan pensiun dini juga melibatkan
aparatur sipil negara yang berada di bawah kementerian tersebut. Di mana hal ini bisa
mengantisipasi sikap negatif dari aparatur sipil negara terhadap kebijakan program Pensiun Dini
yang memungkinkan terjadinya aktivitas yang anarkhis ditengah-tengah masyarakat terhadap
kebijakan yang diambil pemerintah tadi. (2) Disamping itu melalui penelitian ini dapat dikaji
secara komprehensif segala bentuk dampak psikologis yang mungkin timbul sebagai akibat dari
Program Pensiun Dini. Di mana diantara ganguan psikologis yang mungkin muncul adalah
deoresi, kecemasan dan stres. (3) Tentunya kajian ini akan sangat bermanfaat bagi masyarakat
dalam mempersiapkan diri untuk timbulnya ganguan psikologis dari Program Pensiun Dini yang
akan dilaksanakan secara nasional.
g. Studi Literatur
Memasuki masa pensiun11 merupakan salah satu peristiwa di kehidupan yang
membutuhkan adaptasi bagi siapa saja yang akan menjalankannya. Setiap individu yang akan
memasuki masa pensiun perlu mempersiapkan dirinya agar mampu menyesuaikan diri dengan
tuntutan lingkungannya. Kesiapan seorang individu dalam menyesuaikan diri dengan masa
pensiun tergantung dari kesiapan dari individu itu sendiri dan lingkungannya. Bagaimana dia
mampu menyikapi berbagai tekanan yang muncul sebagai konsekuensi dari penyesuaian pada
masa pensiun dan bagaimana dia mampu bertahan mengelola berbagai tekanan terhadap
11
Di Indonesia menurut Undang Undang Pemerintah Nomor 65 Tahun 2008, batas usia pensiun Pegawai Negeri
Sipil pada dasarnya telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian Pegawai
Negeri Sipil, yaitu 56 tahun. Pada usia 56 tahun, Namun kini batas usia pensiun (BUP) ASN/PNS, seperti diatur
dalam RUU Aparatur Sipil Negara (ASN) bertambah menjadi 58 tahun, tetapi ada sedikit kelonggaran bagi PNS
yang ingin pensiun dini. Hal ini dimungkinkan bagi PNS yang masa kerjanya sudah 20 tahun, meskipun usianya
belum menginjak usia 50 tahun. (Laporan Humas MENPANRB, Desember 2013).
[Proposal Penelitian Kompetitif 2016]
Page 6
perubahan-perubahan yang kelak akan dihadapi untuk dapat menyesuaikan diri setelah memasuki
masa pensiun.
Selanjutnya pensiun dini ini dimungkinkan sebagai antisipasi dampak dari penataaan
manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) dalam pelaksanaan reformasi birokrasi. Beberapa
penelitian yang dilakukan mengenai pensiun, antara lain : Penelitian yang dilakukan oleh Ganang
Septian Pradono dan Santi Esterlita Purnamasari pada Fakultas Psikologi Universitas Mercu
Buana Yogyakarta yang berjudul “Hubungan antara Penyesuaian Diri dengan Kecemasan dalam
Menghadapi Masa Pensiun pada Pegawai Negeri Sipil di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”,
menyatakan bahwa kecemasan menghadapi masa pensiun adalah suatu keadaan atau perasaan
yang tidak menyenangkan dan bersifat subjektif yang dialami oleh individu yang akan memasuki
masa berhenti bekerja. Sumbernya yang bersifat tidak jelas mengakibatkan individu merasa takut,
tidak nyaman pikiran, dan menimbulkan perasaan bingung. Individu yang akan memasuki masa
pensiun akan mengalami suatu pengalaman emosional subjektif, yaitu suatu keadaan tertentu
yang dapat mencemaskan seseorang sementara orang lain belum tentu demikian.
Pengalaman emosional subjektif tersebut muncul dikarenakan adanya suatu keadaan yang
dianggap mengancam keberadaan individu dan sumber yang mengancam itu bersifat tidak jelas
sehingga individu merasa tidak tahu ataupun bingung dan takut untuk dapat menghadapi masa
yang akan datang sehingga timbul adanya kecemasan. Individu yang akan memasuki masa
pensiun tentunya akan menghadapi berbagai macam perubahan-perubahan dalam pola
kehidupannya, seperti bertambahnya waktu luang, berkurangnya penghasilan, hilangnya status
jabatan ketika masih bekerja, dan hilangnya fasilitas yang didapat ketika masih bekerja.
Berubahnya pola kehidupan tentunya akan menimbulkan berbagai macam permasalahan.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan
bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara penyesuaian diri dengan kecemasan
menghadapi masa pensiun. Hal tersebut membuktikan bahwa semakin tinggi penyesuaian diri
seorang pegawai maka akan semakin rendah tingkat kecemasannya dalam menghadapi masa
pensiun. Sebaliknya semakin rendah penyesuaian diri seorang pegawai maka semakin tinggi pula
tingkat kecemasan yang dimilikinya dalam menghadapi masa pensiun.
Penelitian yang dilakukan oleh Rika Eliana pada Program Studi Psikologi di Universitas
Sumatera Utara mengenai Konsep Diri Pensiunan, menyatakan masa pensiun bisa mempengaruhi
konsep diri karena pensiun menyebabkan seseorang kehilangan peran (role), identitas dalam
[Proposal Penelitian Kompetitif 2016]
Page 7
masyarakat yang dapat mempengaruhi harga diri mereka. Pensiun akan menyebabkan seseorang
kehilangan perannya dalam masyarakat yang selanjutnya mempengaruhi statusnya dan pada
akhirnya bisa mempengaruhi konsep diri menjadi negatif. Akibat psikologis dari hal ini adalah
nantinya akan mempengaruhi kesehatan mental seseorang dan juga proses penyesuaian dirinya.
Sedangkan akibat dari fisik adalah bisa menimbulkan gangguan penyakit yang dikenal
dengan istilah retirement syndrome. Penyesuaian diri yang positif ditentukan oleh berbagai faktor
antara lain kesehatan, sosial ekonomi, status, usia, jenis kelamin, dan pemahaman seseorang
terhadap masa pensiun itu. Untuk itu intervensi yang dilakukan untuk mencegah proses
penyesuaian diri yang kurang baik perlu dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor di
atas. Penyesuaian diri yang positif akan memberikan dampak positif pula pada aspek psikologis
seorang pensiunan. Ia akan melewatkan masa pensiun dengan rasa bahagia, bahkan bisa kembali
aktif mencari pekerjaan lain.
Penelitian oleh Jati Setiowati yang berjudul “Stres dan Strategi Coping Stres menghadapi
Pensiun” pada Fakultas Psikologi Universitas Atmajaya menunjukkan bahwa stressor yang
muncul pada kedua subyek berada pada area masalah penyesuaian diri dalam aspek finansial dan
sosial, serta psikologis. Gaya coping stres yang digunakan oleh kedua subyek berbeda
berdasarkan area masalah. Pada area masalah finansial, kedua subyek menggunakan gaya coping
problem-focused yang didominasi dengan strategi coping merencanakan pemecahan masalah
(planful problem solving). Sedangkan untuk area masalah sosial, yaitu kehilangan relasi kerja,
gaya coping yang digunakan didominasi oleh emotion-focused coping, yaitu melepaskan diri
(distancing).
Penelitian oleh Fendy Suhariadi untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara
dukungan sosial dengan penyesuaian diri masa persiapan pensiun pada karyawan PT Pupuk
Kaltim. Penelitian ini dilakukan pada saat sedang menjalani masa persiapan pensiun selama bulan
Oktober 2012 sampai Maret 2013 sejumlah 44 orang. Alat pengumpul data berupa kuesioner
Interpersonal Support Evaluation List (ISEL) disusun oleh Sheldon Cohen dan Harry M.
Hoberman terdiri dari 24 butir dengan reliabilitas sebesar 0,883 dan alat ukur penyesuaian diri
terdiri dari 27 butir dengan reliabilitas sebesar 0.918. Analisis data dilakukan dengan teknik
statistik korelasi product moment dari Pearson menggunakan SPSS 17.0. Hasil analisis data yang
diperoleh adalah nilai signifikansi sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan
[Proposal Penelitian Kompetitif 2016]
Page 8
antara dukungan sosial dengan penyesuaian diri masa persiapan pensiun pada karyawan PT
Pupuk Kaltim12.
Penelitian oleh Santi Setyaningsih dkk tentang “DUKUNGAN SOSIAL DAN TINGKAT
KECEMASAN PADA KELOMPOK PEKERJA PNS YANG MENGHADAPI MASA
PENSIUN“ mendapati adanya hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan tingkat
kecemasan menghadapi masa pensiun. Dukungan sosial yang telah diberikan seharusnya
ditingkatkan, tidak hanya bersumber dari dukungan informal tetapi juga dari dukungan formal
yaitu pihak instansi agar kecemasan dalam menghadapi pensiun dapat dicegah atau dikurangi
secara optimal13.
Berdasarkan beberapa penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa masa pensiun
merupakan masa perubahan yang menuntut proses penyesuaian diri bagi karyawan yang akan
memasuki masa pensiun. Proses penyesuaian diri dapat menimbulkan kecemasan karena
karyawan tidak mengetahui apa yang akan terjadi pada saat memasuki masa pensiun. Selain
menimbulkan kecemasan, penyesuaian diri yang kurang baik mempengaruhi konsep diri menjadi
negatif karena pada saat memasuki masa pensiun karyawan akan kehilangan peran (role),
identitas dalam masyarakat yang dapat mempengaruhi harga diri mereka. Kesulitan dalam
penyesuaian diri menghadapi pensiun dapat menimbulkan tekanan (stres).
Hal yang membedakan penelitian ini berbanding beberapa penelitian terdahulu adalah :
(1) Penelitian ini lebih komprehensif melihat persoalan ganguan psikologis (depresi, kecemasan
dan stres) yang dimungkinkan timbul sebagai akibat Program Pensiun Dini. (2) Penelitian ini
menggunakan skala DASS (Depression Anxiety Stress Scales) yakni; skala psikologi yang tidak
saja mengukur satu atribut psikologi (kecemasan) akan tetapi juga menguji beberapa atribut
psikologi lain (depresi dan stres). (3) Penelitian ini tidak saja menguji korelasi antara variabel
penelitian, namun juga mengkaji pengaruh antar variabel yang satu terhadap variabel yang lain.
Bahkan penelitian ini juga berusaha untuk membandingkan kemungkinan terjadinya gangguan
psikologis antara Aparatur Sipil Negara yang bekerja di Perguruan Tinggi Umum (PTU);
Universitas Andalas dan Universitas Negeri Padang. Manakala Perguruan Tinggi Ke-Islaman
12
Fendy Suhariadi. 2013. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Penyesuaian Diri Masa Persiapan Pensiun Pada
Karyawan PT Pupuk Kaltim. Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi Vol. 02 No.1.
13
Santi Setyaningsih dkk. 2013. DUKUNGAN SOSIAL DAN TINGKAT KECEMASAN PADA KELOMPOK
PEKERJA PNS YANG MENGHADAPI MASA PENSIUN. Jurnal Keperawatan Komunitas. Volume 1, No. 2,
November 2014; 116-121
[Proposal Penelitian Kompetitif 2016]
Page 9
yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah Institut Agama Islam Negeri Imam Bonjol Padang
dan Institut Agama Islam Negeri Djamil Djambek di Bukittinggi). Sehingga cakupan penelitian
ini lebih luas berbanding penelitian terdahulu.
h. Kerangka Teori
Aparatur Sipil Negara
Memiliki Sikap;
Sikap;
Memiliki
Kognitf ,,
Kognitf
Afektf dan
dan
Afektf
Psikomotor
Psikomotor
(Positf/Negatf)
(Positf/Negatf)
Dampak Psikologis
DASS (Depression/Depresi,
Anxiety/Kecemasan, Stress/Stres)
Program Pensiun Dini
Pemerintah
Menemukan Ganguan Psikologis yang Timbul dan Mencari
Solusi dari Ganguan Psikologis yang Dihadapi
Aparatur Sipil Negara Yang Terdampak Program Pensiun Dini
i. Hipotesis Penelitian
Terdapat tiga hipotesis didalam penelitian ini : (1) Adanya hubungan antara sikap
Aparatur Sipil Negara dalam menghadapi Program Pendiun Dini dan dampak psikologis yang
dialaminya (depresi, kecemasan dan stres)?. (2) Adanya pengaruh sikap Aparatur Sipil Negara
dalam menghadapi Program Pendiun Dini terhadap kondisi psikologis ASN (depresi, kecemasan
dan stres)? (3) Adanya perbedaan sikap Aparatur Sipil Negara dalam menghadapi Program
Pendiun Dini dan dampak psikologis yang dialaminya (depresi, kecemasan dan stres) antara
Aparatur Sipil Negara yang bekerja di Perguruan Tinggi Umum (PTU); Universitas Andalas dan
Universitas Negeri Padang serta Perguruan Tinggi Ke-Islaman (PTKI); IAIN Imam Bonjol
Padang dan IAIN Djamil Djambek Bukittinggi?
j. Metodologi Penelitian
[Proposal Penelitian Kompetitif 2016]
Page 10
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini
sebanyak 534 orang Aparatur Sipil Negara yang berpendidikan Sekolah menengah Atas ke
bawah. Lokasi penelitian di empat perguruan tinggi yang ada di Sumatera Barat: Dua Perguruan
Tinggi Umum (PTU); Universitas Andalas, Universitas Negeri Padang dan Dua Perguruan Tinggi
Ke-islaman (PTKI); Institut Agama Islam Negeri Imam Bonjol Padang serta Institut Agama
Islam Negeri Djamil Djambek, Bukittinggi. Pemlihan responden dengan menggunakan metode
stratified random sampiling, mengingat sampel dalam penelitian ini memiliki kerangka sampel
yang berjenjang (Gol I, Gol II, Gol III dan Gol IV). Teknik pengumpulan data melalui; skala
psikologi, observasi dan wawancara serta studi dokumentasi. Analisa data menggunakan
Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 18 dengan teknik analisis statistik yang
digunakan pearson correlation, regresi berganda dan ANOVA (Analysis of Variance).
k. Sumber Bacaan
Pengantar Psikologi.Klinis Sutardjo Wiramiharja ( 2005 )
Baron, R.A., & Byrne, D. (2000).Social psychology, 9thed. Boston: Allyn& Bacon.
Dinsi, V,.Setiati, E., &Yuliasari, E. (2006).Ketikapensiuntiba.Jakarta :Wijayata Media Utama.
Elia.2015.Post Power Syndrome.http://www.sabda.org/ Diakses 10 April 2016
Helmi, A. F. (2011). Pengelolaan Stress Pra-Purn Bakti.Psikologika : No. 9 (42-55).
Yogyakarta :UniversitasGadjahMada.
Kuncoro,J.,Sari,E.D.(2012).Kecemasan dalam Menghadapi Masa Pensiun Ditinjau dari
Dukungan Sosial pada
PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Jurnal Psikologi
Proyeksi Vol.1, No. 1
Lestari,R.P.2012.Hubungan Antara Religiusitas dengan Tingkah Laku Koping Indigeneous.
Jurnal IlmiahPsikologi: Vol. 6 No.1.
Rini, J. F. (2011). Pensiun Dan Pengaruhnya. http://www.e-psikologi.com Diakses 10 April
2016.
Rosyid,HaryantoF.(2015).PHK: Masihkah Mencemaskan? Buletin Psikologi Fakultas Psikologi
UGM, Th IX no 2.
Sofia,K.(2011).Pengaruh Konsep Diri Terhadap Tingkat Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun
Pada Pegawai Negri Sipil Dinas Perindustrian, Perdagangan, danPenanaman Modal
[Proposal Penelitian Kompetitif 2016]
Page 11
KabupatenSumenep. Skripsi. Malang : Fakultas Psikologi Unviersitas Islam Negri (UIN)
Malang. www.uin-malang.ac.id. Diakses 14 April 2016.
Suara Pembaharuan, 6 Juni 2012.
l. Instrumen
Depression Anxiety Stress Scales (DASS)
DAS S
Name:
Date:
Please read each statement and circle a number 0, 1, 2 or 3 that indicates how much the statement applied to you
over the past week. There are no right or wrong answers. Do not spend too much time on any statement.
The rating scale is as follows:
0
1
2
3
Did not apply to me at all
Applied to me to some degree, or some of the time
Applied to me to a considerable degree, or a good part of time
Applied to me very much, or most of the time
1
I found myself getting upset by quite trivial things
0
1
2
3
2
I was aware of dryness of my mouth
0
1
2
3
3
I couldn't seem to experience any positive feeling at all
0
1
2
3
4
I experienced breathing difficulty (eg, excessively rapid breathing,
breathlessness in the absence of physical exertion)
0
1
2
3
5
I just couldn't seem to get going
0
1
2
3
6
I tended to over-react to situations
0
1
2
3
7
I had a feeling of shakiness (eg, legs going to give way)
0
1
2
3
8
I found it difficult to relax
0
1
2
3
9
I found myself in situations that made me so anxious I was most
relieved when they ended
0
1
2
3
10
I felt that I had nothing to look forward to
0
1
2
3
11
I found myself getting upset rather easily
0
1
2
3
12
I felt that I was using a lot of nervous energy
0
1
2
3
13
I felt sad and depressed
0
1
2
3
14
I found myself getting impatient when I was delayed in any way
(eg, elevators, traffic lights, being kept waiting)
0
1
2
3
[Proposal Penelitian Kompetitif 2016]
Page 12
15
I had a feeling of faintness
0
1
2
3
16
I felt that I had lost interest in just about everything
0
1
2
3
17
I felt I wasn't worth much as a person
0
1
2
3
18
I felt that I was rather touchy
0
1
2
3
19
I perspired noticeably (eg, hands sweaty) in the absence of high
temperatures or physical exertion
0
1
2
3
20
I felt scared without any good reason
0
1
2
3
21
I felt that life wasn't worthwhile
0
1
2
3
22
I found it hard to wind down
0
1
2
3
23
I had difficulty in swallowing
0
1
2
3
24
I couldn't seem to get any enjoyment out of the things I did
0
1
2
3
25
I was aware of the action of my heart in the absence of physical
exertion (eg, sense of heart rate increase, heart missing a beat)
0
1
2
3
26
I felt down-hearted and blue
0
1
2
3
27
I found that I was very irritable
0
1
2
3
28
I felt I was close to panic
0
1
2
3
29
I found it hard to calm down after something upset me
0
1
2
3
30
I feared that I would be "thrown" by some trivial but
unfamiliar task
0
1
2
3
31
I was unable to become enthusiastic about anything
0
1
2
3
32
I found it difficult to tolerate interruptions to what I was doing
0
1
2
3
33
I was in a state of nervous tension
0
1
2
3
34
I felt I was pretty worthless
0
1
2
3
35
I was intolerant of anything that kept me from getting on with
what I was doing
0
1
2
3
36
I felt terrified
0
1
2
3
37
I could see nothing in the future to be hopeful about
0
1
2
3
38
I felt that life was meaningless
0
1
2
3
39
I found myself getting agitated
0
1
2
3
40
I was worried about situations in which I might panic and make
0
1
2
3
[Proposal Penelitian Kompetitif 2016]
Page 13
a fool of myself
41
I experienced trembling (eg, in the hands)
0
1
2
3
42
I found it difficult to work up the initiative to do things
0
1
2
3
m. Rincian Anggaran Biaya
[Proposal Penelitian Kompetitif 2016]
Page 14
n. Road Map Penelitian
Tabel 2: Jadwal Pelaksanaan Penelitian Kompetitif 2016
No.
Uraian Kegiatan
4
1
2
3.
4.
5.
6.
Pembuatan
Proposal
a. Pengumpulan
Bahan literatur
b. Penelitian
Pendahuluan
c. Pengetikan
Proposal
Pembuatan dan
Pengujian
Instrumen
Pengumpulan Data:
Observasi,
Kuesioner dan
Dokumentasi
Analisa Data
Penyusunan
Laporan Penelitian
Revisi Laporan
5
6
Bulan
8
7
9
10
11
XX
XX
X
XXX
X
[Proposal Penelitian Kompetitif 2016]
XXXX
XXX
X
XXX
X
XXX
X
XXXX
Page 15
Penelitian
Penyerahan
Laporan
Catatan : x adalah dalam satuan minggu.
XXXX
7.
o. Kompetensi Peneliti
Nama
: H. Reza Fahmi. S.Sos. MA.
NIP / NIDN
: 19690829 200212 1 002 / 2029086901
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Golongan / Pangkat
: IVa / Pembina
Alamat Rumah
: Jl. Napak Tilas No. 10 Balai Gadang Koto Tangah
Telp. / Faks
: 081270251544 /082172215044 / 08887255820
(HP) / 0751-484088 (Rumah)
: [email protected]; [email protected]
H. Reza Fahmi. MA. adalah Dosen Psikologi Umum di Fakultas Ushuluddin, penulis
buku Psikologi Umum, Psikologi Sosial dan Modifikasi Tingkah Laku serta Psikologi Industri
dan Organisasi. Beliau terlibat dalam beberapa penelitian psikologi; Character Building and
Peaceful Thinking of Students at Darussalam Islamic Boarding School, East Java (2013).
Prejudice and Rebelliance Behavior of Students at Darul Ma’rifat Modern Islamic Boarding
School in East Java (2014). Empowering Madrasa Through Small and Medium Industry (Study
at Gontor Darusslam Modern Islamic Boarding School in East Java) (2015).
======================
Nama
: Prof. Dr. H. Syafruddin Nurdin, M. Pd.
NIP
: 19511107 198603 1001
Pangkat/Golongan
: Pembina Utama /Guru Besar IV/e
Al amat
: Ampang Kampung Jambak RT 2 /RW V No.13 C
Padang-25154.
Alamat Kantor
: Jl.Prof Mahmud Yunus Lubuk Lintah Padang-25153.
Beliau aktif menulis buku dan artikel di berbagai jurnal pendidikan serta melakukan
penelitian diantaranya: Hubungan Pengaruh Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
(RSBI) Terhadap Kinerja Profesional Guru Motivasi Berprestasi Siswa di SMAN Kota Padang
(2012). Pengaruh Penerapan Kurikulum 2013 Terhadap Sikap Kreatif, Inovatif, Produktif dan
Afektif Siswa Sekolah Dasar Negeri di Kota Padang (2013). Pengaruh Penerapan Model Belajar
[Proposal Penelitian Kompetitif 2016]
Page 16
Trait Treatment Interaction Terhadap Peningkatan Kemampuan Bahasa Arab Mahasiswa di IAIN
Imam Bonjol Padang (2014). Implementasi Model Pendidikan Surau Bagi Peningkatan
Kemampuan Pemahaman Agama Peserta Didik di Sumatera Barat (2015).
===========================
Nama
: Prof. Dr. H. Asnawir
NIP/NIK
:
Jenis Kelamin
: □ Laki-laki
Golongan / Pangkat
: IVd / Pembina Utama Madya
Alamat Rumah
: Jl. Bondo No. 10 Air Tawar Barat Padang
Telp./Faks.
Alamat e-mail
: 0751-442166
: [email protected]
Prof. Dr. H. Asnawir adalah Guru Besar Ilmu Administrasi Pendidikan, beliau banyak
terlibat dalam penelitian: (1) Pola Kebijakan IAIN Ke Depan (2013). (2) Penerapan High TechHigh Touch Dalam Pembelajaran di Perguruan Tinggi. (2014). Beliau juga aktif menulis.
Diantara buku Beliau adalah Adiministrasi Pendidikan, Supervisi Pendidikan, Profesi Keguruan
[Proposal Penelitian Kompetitif 2016]
Page 17