INTERNALISASI PRINSIP PRINSIP ISLAM DALA

INTERNALISASI PRINSIP-PRINSIP ISLAM DALAM
PELAKSANAKAN HUMAS

MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
”Manajemen Humas”

Dosen Pembimbing:
Dr. Hj. Sulistyorini, M.Ag
Dr. Chusnul Khotimah, M.Ag

Disusun Oleh:

FIRDHA YUNITA NUR AISYIYAH
(1751154013)
Semester II

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
(MPI)
PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

TULUNGAGUNG
2016

1

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya yang telah
dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini disusun oleh penulis untuk memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Humas.
Penulis menyampaikan rasa hormat dan penghargaan serta terima kasih kepada :
1. Dr. Maftukhin, M.Ag

selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Tulungagung yang telah memberikan kesempatan untuk mengenyam pendidikan S2.
2. Prof. Dr. H. Achmad Patoni, M.Ag selaku Direktur Pascasarjana IAIN Tulungagung
atas izinnya untuk menuntut ilmu di jurusan Manajemen Pendidikan Islam.
3. Dr. Hj. Sulistyorini, M.Ag dan Dr. Chusnul Khotimah, M.Ag selaku dosen pengampu

mata kuliah Manajemen Humas yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian
makalah ini.
4. Seluruh civitas akademik IAIN Tulungagung yang telah ikut andil dalam kelancaran
penulisan makalah ini.
5. Seluruh keluarga dan teman-teman yang telah memberi bantuan dan dukungan baik
moril maupun materil.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini. Penulis sangat mengharap kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini.

Tulungagung, 10 Maret 2016

Penulis

2

DAFTAR ISI

COVER .....................................................................................................................


i

PRAKATA ................................................................................................................

ii

DAFTAR ISI .............................................................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................

1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................

1

B. Rumusan Masalah ..........................................................................................


2

C. Tujuan Pembahasan Masalah .........................................................................

2

D. Batasan Masalah ............................................................................................

2

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................

4

A. Prinsip-Prinsip Islam dalam Pelaksanaan Humas ..........................................

4

B. Internalisasi Prinsip-Prinsip Islam dalam Pelaksanaan Humas .....................


9

C. Korelasi antara Prinsip-Prinsip Umum dengan Prinsip-Prinsip Islam dalam
Pelaksanaan Humas .......................................................................................

10

D. Analisa Konteks .............................................................................................

11

BAB III PENUTUP ...................................................................................................

14

A. Kesimpulan ....................................................................................................

14

B. Saran ..............................................................................................................


15

DAFTAR RUJUKAN ..............................................................................................

16

3

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ketika kita berbicara tentang hubungan masyarakat, hal pertama yang
terlintas di benak kita pasti berkaitan dengan pekerjaan menyampaikan
informasi kepada publik, mengantarkan surat dari satu lembaga ke lembaga
lain, atau bahkan sebagai juru bicara mengenai kemajuan atau konflik-konflik
yang terdapat di dalam suatu lembaga tersebut. Namun sesungguhnya
pengertian humas tidak mengerucut pada hal tersebut saja, melainkan humas
bisa menjadi komponen inti apabila kinerja para praktisinya mampu
menunjukkan kualitas yang berdampak positif terhadap kemajuan sebuah

lembaga yang memayunginya.
Humas atau bisa juga disebut dengan public relations adalah upaya
organisasi untuk meraih kerja sama dengan sekelompok orang. PR juga
membantu organisasi berinteraksi dan berkomunikasi secara efektif dengan
publik.1 Dari situlah maka posisi humas (PR) sebenarnya merupakan posisi
yang cukup bergengsi sehingga didalam pelaksanaannya, seorang praktisi
humas juga membutuhkan prinsip-prinsip yang dapat dijadikan acuan untuk
menjalankan tugas. Prinsip-prinsip Islam merupakan salah satu prinsip yang
cukup diutamakan didalam pelaksanaan humas khususnya di lembaga
pendidikan Islam. Hal ini disebabkan didalam prinsip-prinsip Islam mengacu
segala hal yang memiliki kaitan erat dengan al-Qur’an dan as-Sunnah yang
notabene sebagai sumber rujukan utama umat Islam. Sehingga prinsip-prinsip
Islam cukup berperan dalam pelaksanaan humas.
Mengenai uraian singkat di atas, maka dalam makalah ini akan dibahas
kurang lebih 3 hal yang terkait dengan manajemen humas. Tiga hal tersebut
diantaranya prinsip-prinsip Islam dalam pelaksanaan humas, internalisasinya,
hingga korelasi antara prinsip-prinsip umum dengan prinsip-prinsip Islam
1

Keith Butterick, Pengantar Public Relations: Teori dan Praktik, (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2014), 9.

4

dalam pelaksanaan humas. Kemudian pemakalah menguraikan analisa
konteks mengenai topik yang terkait.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini, antara lain:
1. Bagaimana prinsip-prinsip Islam dalam pelaksanaan humas?
2. Bagaimana internalisasi prinsip-prinsip Islam dalam pelaksanaan humas?
3. Bagaimana korelasi antara prinsip-prinsip umum dengan prinsip-prinsip
Islam dalam pelaksanaan humas?
4. Bagaimana analisa konteks pemakalah mengenai internalisasi prinsipprinsip Islam dalam pelaksanaan humas?

C. TUJUAN PEMBAHASAN MASALAH
Tujuan pembahasan masalah dalam makalah ini, antara lain:
1. Untuk mengetahui prinsip-prinsip Islam dalam pelaksanaan humas.
2. Untuk mengetahui internalisasi prinsip-prinsip Islam dalam pelaksanaan

humas.
3. Untuk memahami korelasi antara prinsip-prinsip umum dengan prinsipprinsip Islam dalam pelaksanaan humas.
4. Untuk menguraikan analisa konteks pemakalah mengenai internalisasi
prinsip-prinsip Islam dalam pelaksanaan humas.

D. BATASAN MASALAH
Di dalam penulisan makalah ini, penulis memberikan batasan masalah
yang mana membahas 3 poin yang berkaitan dengan “Internalisasi PrinsipPrinsip Islam dalam Pelaksanaan Humas”, yakni prinsip-prinsip Islam,
internalisasi, hingga korelasi antara prinsip-prinsip umum dengan prinsipprinsip Islam dalam pelaksanaan humas. Selain itu, dalam penyusunan
makalah ini pemakalah menambah analisa konteks berkaitan dengan topik
agar mampu menguraikan pemaparan yang gamblang dan detail terkait topik
5

tersebut. Hal ini dibuat semata-mata bertujuan agar pembahasan mengenai
salah satu materi perkuliahan “Manajemen Humas” tidak keluar dari tema.

6

BAB II
PEMBAHASAN

A. PRINSIP-PRINSIP ISLAM DALAM PELAKSANAAN HUMAS
Public Relations dalam Islam dapat dikatakan sebagai dakwah
pengenalan Islam. Dakwah ini berfungsi sebagai pengenalan Islam kepada
masyarakat. Seorang pendakwah atau orang yang mensosialisasikan Islam
pada masyarakat yang paling sukses adalah Nabi Muhammad SAW.
Rasulullah SAW mengajak manusia ke jalan Allah dengan lemah lembut dan
kasih sayang, sesuai dengan firman Allah yang isinya: "Serulah (manusia) ke
jalan Tuhanmu dengan hikmah (kebijaksanaan) dan pelajaran yang baikdan
bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dijalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahuiorang-orang yang mendapat petunjuk”. (AnNahl:125).2
Lebih spesifik mengenai manajemen public relations dalam lembaga
pendidikan Islam, sesungguhnya tidak terlepas dari prinsip-prinsip Islam
dalam pelaksanaannya. Prinsip dapat diasumsikan sebagai dasar/landasan
dalam melakukan sesuatu. Di dalam pelaksanaan humas sendiri, prinsip juga
memiliki kontribusi, khususnya prinsip-prinsip Islam. Prinsip-prinsip Islam
yang dimaksudkan di sini, yakni dasar-dasar yang dapat dijadikan acuan
dalam melakukan sesuatu yang tetap mengacu pada al-Qur’an dan as-Sunnah.
Chusnul Chotimah menguraikan mengenai prinsip-prinsip Islam dalam
pelaksanaan humas berdasarkan pada al-Qur’an3, diantaranya:

a. Menggunakan perkataan yang benar
Dalam mengkomunikasikan kepada publik, seorang praktisi humas
seyogyanya mampu menggunakan kata-kata yang benar dalam artian

Yuke Rahmawati, “Manajemen Public Relations sebagai Alat Etika Komunikasi dalam
Bisnis Islam”, Jurnal Filsafat dan Budaya Hukum, (November, 2014), 190. Diakses melalui
https://www.academia.edu/9991531 pada tanggal 09 Maret 2016 19.12 WIB.
3
Chusnul Chotimah, Manajemen Publik Relation Integratif: Konsep, Teori, dan
Aplikasinya di Pesantren Tradisional, (Tulungagung: STAIN Tulungagung Press, 2013), 121-127.
2

7

sesuai dengan fakta dan bertata krama yang baik. Dalam hal ini juga
diperjelas melalui firman Allah didalam QS.An-Nisa (4): 9, yang
berbunyi:

Artinya: “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya
mereka meninggalkan keturunan yang lemah dibelakang mereka yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) nya. Oleh sebab itu, hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka berbicara dengan
tutur kata yang benar.4

b. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami serta berbekas pada pihak
lain
Didalam QS. Al-Nisa (4): 63 menerangkan:

Artinya: “Mereka itu adalah orang-orang yang (sesungguhnya) Allah
mengetahui apa yang ada didalam hatinya. Karena itu berpalinglah kamu
dari mereka, dan berilah mereka nasihat, dan katakanlah mereka perkataan
yang membekas pada jiwa”.5
Berangkat dari sinilah maka praktisi humas sudah selayaknya untuk
berkomunikasi dengan lugas agar mudah dipahami dan membekas pada
komunikan. Komunikasi yang membekas adalah komunikasi yang
mempunyai rasa dalam jiwa dan dapat tersimpan dalam hati. Komunikasi
yang seperti itu bisa dibangun dengan cara melatih praktisi humas untuk
berbicara di depan publik. Jika perlu, dalam melakukan public relations

4
5

Mushaf An-Nisa Al-Qur’an dan Terjemah, (Surabaya: Zafanara, 1987), 78.
Ibid., 88.

8

juga dibutuhkan kemampuan menguasai etika demi terwujud komunikasi
yang membekas dan mudah dipahami tersebut.

c. Menggunakan komunikasi yang menyenangkan pihak lain
Komunikasi yang menyenangkan pihak lain sama halnya dengan
seorang praktisi humas mampu memilih diksi yang tepat dan perkataan
yang sopan/mulia. Perkataan yang mulia manakala perkataan yang
diluncurkan seorang praktisi humas itu tidak mengandung unsur mencela
komunikan dan menjadikan suasana menjadi keruh. Dalam hal ini juga
sudah dituliskan dalam QS.Al-Isra (17): 23.

d. Menggunakan bahasa komunikasi yang mulia (menghormati dan
menghargai pihak lain)
Dalam prinsip ini diharapkan praktisi humas harus menghormati orang
lain dan juga senantiasa berharap rahmat Allah ketika melakukan
komunikasi agar tujuan komunikasi tersebut berhasil. Ini merupakan salah
satu karakteristik prinsip-prinsip Islam dalam pelaksanaan humas yang
mana tetap mengedepankan rahmat dari Allah SWT. Praktisi humas
senantiasa berusaha menyampaikan segala macam informasi kepada
publik, namun tidak mengesampingkan konsep tawakkal demi tercapainya
rahmat Allah SWT. Hal ini sebagaimana dalam QS. Al-Isra (17):28.

e. Menggunakan bahasa komunikasi yang agung dan memuliakan pihak lain.
Praktisi humas harus bisa menggunakan kata-kata yang mempunyai
daya tarik dalam momen-momen tertentu. Namun, penggunaan kata-kata
yang berlebihan juga tidak dianjurkan dalam hal ini dikhawatirkan akan
menimbulkan kesulitan pemahaman bagi para komunikan.

9

f. Menggunakan bahasa komunikasi yang baik

Artinya: Dan janganlah kamu serahkan kepada orang yang belum
sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaan) kamu yang
dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan
pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan
yang baik.6
Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk menjalin komunikasi
public relations yang baik, seroang praktisi harus bisa menyesuaikan
komunikasinya dengan keadaan masyarakat tersebut dan diucapkan
dengan lemah lembut. Pemilihan diksi juga memberikan pengaruh
terhadap gaya berkomunikasi seseorang, khususnya praktisi humas.
Humas seharusnya mampu memilih diksi yang tepat sesuai dengan lawan
bicara agar poin yang disampaikan bisa diterima oleh para komunikan
dengan baik.

g. Menggunakan bahasa yang lemah lembut
Bahasa yang lemah lembut bukan berarti bahasa yang disampaikan
tanpa ada greget dan tidak mengandung unsur meyakinkan. Lemah lembut
bagi seorang praktisi humas layaknya kata-kata yang bisa diterima oleh
akal dan menancap dalam hati. Efeknya yakni komunikan tidak segera
melupakan apa yang disampaikan oleh praktisi humas tersebut. Keahlian
semacam itu bisa dimiliki dengan cara dilatih terus menerus. Penggunaan
bahasa yang lemah lembut juga telah dijelaskan dalam QS. Taha (20): 44,
sebagaimana bunyinya:

6

Ibid., 77.

10

Artinya: “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata
yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut”.
h. Menggunakan sistem kelompok atau kerjasama dengan pihak lain dalam
suatu urusan (terorganisir)

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bersiap-siaplah kamu, dan
majulah (ke medan pertempuran) berkelompok-kelompok atau majulah
bersama-sama”.
Hal ini berarti dalam pelaksanaan humas itu tidak dapat dilakukan
secara personal, melainkan membutuhkan organisasi sebagai payungnya.
Sesuatu yang terorganisir dengan baik pastinya akan memudahkan para
pelakunya untuk melancarkan aksi-aksi demi mencapai tujuan organisasi
tersebut sekalipun organisasi tersebut mengandung unsur negatif.
Selain prinsip-prinsip Islam yang bersumber pada al-Qur’an, terdapat
juga prinsip-prinsip Islam yang mengacu pada as-Sunnah yang mana
keduanya sama-sama memiliki fungsi yang sama dalam melaksanakan public
relations. Prinsip-prinsip Islam yang mengacu pada as-Sunnah dalam
pelaksanaan humas7, diantaranya:
a. Menerapkan musyawarah untuk mencapai mufakat.
b. Menghormati, menghargai, dan mengakui hak asasi manusia.
c. Menggunakan perkataan yang baik.
d. Menggunakan bahasa yang lugas.
e. Menggunakan bahasa penjelasan.

Dari sekian prinsip-prinsip Islam baik yang bersumber dari al-Qur’an
maupun al-Hadits kesemuanya memiliki kontribusi positif dalam pelaksanaan
public relations, khususnya di lembaga pendidikan Islam. Seperti halnya
7

Chusnul Chotimah, Manajemen Publik Relation…, 136-139.

11

yang telah dijelaskan di bab sebelumnya yang mana peran humas sebagai
informator maupun persuator juga memerlukan prinsip-prinsip Islam dalam
realisasinya. Sehingga peran humas di lembaga pendidikan Islam bisa
terealisasi dengan baik dan hasilnya pun bisa tergolong maksimal.

B. INTERNALISASI

PRINSIP-PRINSIP

ISLAM

DALAM

PELAKSANAAN HUMAS
Sebelum merujuk ke tahap internalisasi prinsip-prinsip Islam dalam
pelaksanaan humas, perlu kita ketahui terlebih dahulu tentang internalisasi itu
sendiri. Secara etimologi, internalisasi berasal dari kata intern atau kata
internal yang berarti bagian dalam atau didalam. Sedangkan internalisasi
berarti penghayatan.8 Kemudian secara harfiah, internalisasi merupakan
penghayatan atau proses terhadap ajaran, doktrin, atau nilai sehingga
menyadari keyakinan akan kebenaran doktrin atau nilai yang diwujudkan
dalam sikap dan perilaku. Internalisasi merupakan tahap pembatinan kembali
hasil-hasil obyektivasi dengan mengubah struktur lingkungan lahiriah itu
menjadi struktur lingkungan batiniah, yaitu kesadaran subyektif.9 Lagi,
menurut buku Ilmu Pengetahuan Sosial Sosiologi internalisasi merupakan
proses penghayatan mengenai kebiasaan dalam kehidupan bersama sehingga
menjadi milik diri setiap anggota masyarakat.10
Dari definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa internalisasi
merupakan

proses

menghayati

hal-hal

yang disampaikan

sehingga

membangun kesadaran penerima dan hal-hal yang disampaikan tersebut
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Internalisasi mampu memberikan
kepemahaman kepada seseorang terhadap sesuatu yang perlu untuk dihayati
dan memudahkan seseorang mendalami sesuatu .

8

Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta:
Modern English Press, 1991), 576.
9
F. Budi Hardiman, Melampaui Positivisme dan Modernitas, (Yogyakarta: Kanisius,
2003), 101.
10
Hidayati, dkk, Ilmu Pengetahuan Sosial Sosiologi 2, (Jakarta: Erlangga, 2006), 45.

12

Terkait dengan manajemen humas, maka internalisasi prinsip-prinsip
Islam dalam pelaksanaan humas juga memiliki kontribusi. Dalam
internalisasinya, praktisi humas menjadikan prinsip-prinsip Islam sebagai
panduan dalam melakukan public relations. Prinsip-prinsip Islam yang
bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunnah tersebut dapat dipahami kemudian
diterapkan dalam pelaksanaan humas di lembaga pendidikan Islam. Seorang
praktisi humas berusaha untuk menjadikan prinsip-prinsip Islam tersebut
sebagai pegangan didalam menghadapi publik. Dari sinilah maka
kesungguhan seorang praktisi humas dalam mengemban tugasnya dapat
terlihat secara jelas.

C. KORELASI ANTARA PRINSIP-PRINSIP UMUM DENGAN PRINSIPPRINSIP ISLAM DALAM PELAKSANAAN HUMAS
Setelah membahas prinsip-prinsip umum dalam pelaksanaan humas di
makalah sebelumnya, maka dalam makalah ini mencoba membahas tentang
prinsip-prinsip Islam dalam pelaksanaan humas. Di poin awal, pemakalah
telah memaparkan secara gamblang mengenai prinsip-prinsip Islam dalam
pelaksanaan humas hingga di poin ini mencoba untuk mengkorelasikan antara
prinsip-prinsip umum dengan prinsip-prinsip Islam dalam pelaksanaan
humas.
Sekilas tentang prinsip-prinsip umum dalam pelaksanaan humas,
nampaknya praktisi public relation mengedepankan posisi dalam menghadapi
publik. Secara detail, prinsip-prinsip umum tersebut mencakup praktisi PR
bekerja dengan realitas (fakta), PR bekerja dengan publik, PR ahli dalam
membangun personal relations, PR menjembatani hubungan organisasi
dengan publik, bahkan PR senantiasa mengutamakan kepentingan publik.
Dari prinsip-prinsip umum tersebut, sesungguhnya tidak mengubah peran
praktisi PR dalam pelaksanaan humas meskipun disusul dengan kehadiran
prinsip-prinsip Islam. Prinsip-prinsip Islam yang hadir di tengah-tengah
humas sesungguhnya membantu posisi praktisi PR dalam tataran praktik.
Prinsip-prinsip Islam tersebut pastinya mengacu pada al-Qur’an dan as13

Sunnah sehingga yang tersurat pasti diperkuat dengan ayat al-Qur’an maupun
hadits.
Bagi lembaga pendidikan Islam khususnya, prinsip-prinsip Islam ini
penting untuk diterapkan dalam pelaksanaan public relations. Hal ini
dikarenakan apabila seorang praktisi PR melakukan tugasnya tidak hanya
mengacu pada prinsip umum semata, melainkan juga menekankan pada
prinsip Islam, maka kemungkinan besar seorang praktisi PR mampu
mengemban tugasnya dengan maksimal. Prinsip-prinsip Islam tersebut seperti
yang telah dipaparkan di poin awal, diantaranya PR menggunakan perkataan
yang benar, PR menggunakan bahasa yang mudah dipahami serta berbekas
pada pihak lain, PR menggunakan komunikasi yang menyenangkan pihak
lain, PR menggunakan bahasa komunikasi yang agung dan lemah lembut,
hingga PR bekerjasama dengan pihak lain (terorganisir). Selain itu dalam asSunnah juga diperjelas yang mana PR mampu menerapkan musyawarah
untuk mencapai mufakat, menghormati, menghargai, dan mengakui hak asasi
manusia, menggunakan bahasa yang lugas hingga bahasa penjelas. Seluruh
prinsip-prinsip tersebut baik itu prinsip umum maupun prinsip Islam
sesungguhnya semuanya bermuara pada satu titik yakni memaksimalkan
peran praktisi PR dalam melakukan tugasnya. Sehingga memberikan dampak
positif terhadap lembaga yang memayungi, khususnya lembaga pendidikan
Islam.

D. ANALISA KONTEKS

MENGENAI

INTERNALISASI

PRINSIP-

PRINSIP ISLAM DALAM PELAKSANAAN HUMAS
Humas atau bisa juga disebut dengan public relations (PR) merupakan
bidang atau fungsi tertentu yang diperlukan oleh setiap organisasi, baik itu
organisasi yang bersifat komersial (perusahaan) maupun organisasi yang nonkomersial. Mulai dari yayasan, perguruan tinggi, dinas militer, bahkan
lembaga pendidikan Islam pun memerlukan humas.11 Didalam menjalankan
11

M. Linggar Anggoro, Teori&Profesi Kehumasan: serta Aplikasinya di Indonesia,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2000), 1.

14

peran public relations, praktisi humas (PR) senantiasa bersinggungan dengan
prinsip-prinsip yang menjadi panduan dalam bertugas. Prinsip-prinsip Islam
merupakan salah satu prinsip yang memiliki andil dalam pelaksanaan humas.
Prinsip-prinsip Islam dalam pelaksanaan humas di sini memiliki karakteristik
yakni segala hal yang dituangkan bersumber pada pedoman hidup umat Islam
yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah. Poin-poin yang dikembangkan pun senantiasa
melibatkan ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits yang terkait. Sehingga
seorang praktisi humas (PR) khususnya di lembaga pendidikan Islam bisa
lebih mantap karena prinsip-prinsipnya memiliki dasar yang kuat dan tidak
memberatkan.
Tidak hanya berhenti sampai pada prinsip-prinsip Islam yang
bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah semata, melainkan prinsip profetik
yang melekat erat pada sosok Rasulullah SAW pun juga bisa dijadikan
panduan bagi seorang praktisi humas (PR) dalam melakukan public relations.
Prinsip profetik tersebut diantaranya siddiq, amanah, tabligh, dan fathanah.
Keempat prinsip tersebut mampu membentengi diri praktisi humas (PR)
dalam mengemban tugasnya.
Pertama, siddiq yang berarti jujur, dapat diasumsikan bahwa setiap
praktisi humas (PR) seyogyanya menanamkan sifat jujur dalam dirinya baik
dalam mengemban tugas maupun dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip siddiq
memang sudah amat sangat sulit untuk ditemukan dalam diri setiap individu
di zaman modern ini. Namun, bukan karena mayoritas yang lebih
mendominasi dalam kehidupan ini sehingga membuat praktisi humas (PR)
kian getol dalam mengedepankan keuntungan semata, melainkan praktisi PR
harus senantiasa tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran untuk
membangun citra positif yang bermanfaat tidak hanya pada diri praktisi
humas (PR) saja, akan tetapi juga citra positif bagi lembaga pendidikan Islam
tersebut.
Kedua amanah yang berarti bertanggung jawab. Peran humas (PR)
memang diwajibkan memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugas yang
diemban. Amat sangat tidak lazim jika seorang praktisi humas (PR)
15

melakukan tugasnya

hanya

dengan

niat “menggugurkan kewajiban

“ dan didalam realisasinya terlihat asal-asalan. Akan menjadi seperti apa jika
praktisi humas (PR) di sebuah lembaga pendidikan Islam berbuat seperti itu.
Maka, prinsip tanggung jawab merupakan pondasi utama bagi seorang
praktisi PR di manapun dan kapanpun dalam bertugas.
Selain itu, praktisi humas (PR) juga memerlukan prinsip yang mampu
menyampaikan segala jenis informasi secara lugas, jelas, dan bisa diterima
oleh publik. Prinsip itulah yang disebut dengan tabligh. Seorang praktisi
humas (PR) perlu memiliki kemampuan berkomunikasi yang flexible,
bertutur kata hangat, dan pandai bernegosiasi dengan khalayak. Semua itu
merupakan

skill

yang hanya dapat

bisa

dikuasai

melalui

latihan

berkomunikasi dengan publik. Melalui latihan yang sering, maka bisa
dipastikan bahwa seorang praktisi (PR) akan semakin mudah dalam
menyampaikan informasi dan menghadapi publik yang heterogen.
Yang terakhir yaitu fathanah (cerdas). Praktisi humas (PR) memerlukan
sosok yang mampu membuat perencanaan visi dan misi dari sebuah lembaga
pendidikan

Islam

yang

ditempati

kemudian

mampu

mengimplementasikannya. Menjadi praktisi humas (PR) sesungguhnya
memerlukan sosok yang berdedikasi tinggi, cerdas, dan tangguh dalam
menghadapi publik. Sulit jika seorang praktisi humas (PR) hanya
mengedepankan keahlian berkomunikasi semata tanpa memiliki dedikasi dan
integritas tinggi dalam mengemban tugas. Sehingga sinergi antara prinsip
yang satu dengan yang lain amat sangat dibutuhkan dalam melaksanakan
public relations.
Dalam kaitannya dengan hubungan komunikasi publik, public relations
sesungguhnya mencoba menerapkan konsep syiar dalam implementasinya.
Konsep syiar di sini dapat dilihat dari aktivitas yang dilakukan oleh praktisi
humas (PR) yang memiliki keterkaitan dengan masyarakat. Dalam hal ini
muncullah istilah simbiosis. Simbiosis yang dijalin oleh praktisi humas (PR)
dengan khalayak umum bertujuan untuk men-syiar-kan informasi yang terkait
dengan lembaga pendidikan Islam dimana praktisi humas (PR) tersebut
16

bertugas. Konsep syiar juga termasuk ke dalam prinsip-prinsip Islam dalam
pelaksanaan humas. Dikatakan demikian karena didalam konsep syiar juga
mengandung pengertian bahwasanya memberi jalan untuk menyampaikan
informasi kepada publik mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan
lembaga pendidikan Islam tempat mengabdi praktisi PR tersebut.
Keseluruhan prinsip-prinsip Islam tersebut kemudian diinternalisasikan
dalam pelaksanaan humas (PR) khususnya di lembaga pendidikan Islam.
Dalam internalisasinya, seorang praktisi humas perlu menghayati peran dan
fungsinya. Hal ini dikarenakan dalam paparan praktik, seorang praktisi humas
(PR) akan menghadapi publik yang beraneka ragam dengan karakteristiknya
masing-masing. Dengan alasan masyarakat yang heterogen tersebut, maka
seorang praktisi humas (PR) seyogyanya mampu untuk menghadapi dan
melakukan tugasnya secara maksimal dengan menginternalisasikan prinsipprinsip Islam tersebut.
Namun, di saat kita berbicara tentang konteks yang ada, perlu kita
ketahui bahwa teori tidak senantiasa berjalan seirama dengan praktik. Prinsipprinsip Islam yang tertuang jelas bahkan bersumber pada al-Qur’an dan asSunnah pun tidak bisa menjamin seorang praktisi PR agar mampu
menjalankan tugasnya di jalur lurus tanpa halangan. Mengingat praktisi PR
pun juga seorang manusia yang memiliki kelebihan dan kekurangan, maka
ada kalanya dalam tataran praktik, seorang praktisi PR masih terpengaruh
oleh ego. Akan tetapi, hal ini bukan sebagai alasan para praktisi PR untuk
berbalik arah dan melepaskan tugas yang seharusnya dilaksanakan demi
tercapainya tujuan sebuah lembaga pendidikan Islam yang memayunginya.
Justru dengan kondisi yang seperti itu, praktisi PR berusaha untuk lebih bijak
lagi dalam menghadapi publik yang beragam dan tetap berpegang teguh pada
prinsip-prinsip Islam yang diterapkan dalam pelaksanaan humas.

17

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Prinsip-prinsip Islam dalam pelaksanaan humas bersumber pada al-Qur’an
dan as-Sunnah. Prinsip-prinsip Islam yang bersumber pada al-Qur’an,
diantaranya PR menggunakan perkataan yang benar, PR menggunakan
bahasa yang mudah dipahami serta berbekas pada pihak lain, PR
menggunakan

komunikasi

yang

menyenangkan

pihak

lain,

PR

menggunakan bahasa komunikasi yang agung dan lemah lembut, hingga
PR bekerjasama dengan pihak lain (terorganisir). Sedangkan prinsipprinsip Islam yang bersumber pada as-Sunnah, diantaranya PR mampu
menerapkan musyawarah untuk mencapai mufakat, menghormati,
menghargai, dan mengakui hak asasi manusia, menggunakan bahasa yang
lugas hingga bahasa penjelas.
2. Internalisasi prinsip-prinsip Islam dalam pelaksanaan humas memiliki
kontribusi. Dalam internalisasinya, praktisi humas menjadikan prinsipprinsip Islam sebagai panduan dalam melakukan public relations. Prinsipprinsip Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunnah tersebut dapat
dipahami kemudian diterapkan dalam pelaksanaan humas di lembaga
pendidikan Islam. Seorang praktisi humas berusaha untuk menjadikan
prinsip-prinsip Islam tersebut sebagai pegangan didalam menghadapi
publik. Dari sinilah maka kesungguhan seorang praktisi humas dalam
mengemban tugasnya dapat terlihat secara jelas.
3. Korelasi antara prinsip umum maupun prinsip Islam dalam pelaksanaan
humas sesungguhnya semuanya bermuara pada satu titik yakni
memaksimalkan peran praktisi PR dalam melakukan tugasnya. Sehingga
memberikan dampak positif terhadap lembaga yang memayungi,
khususnya lembaga pendidikan Islam.

18

B. SARAN
Terdapat beberapa saran yang ditujukan kepada manajer sekolah,
praktisi humas, maupun pembaca, diantaranya:
1. Bagi manajer sekolah bisa mengkoordinir praktisi humas yang ditunjuk
dalam melaksanakan tugas dan senantiasa memantau kinerja praktisi
humas tersebut demi tercapainya tujuan lembaga pendidikan Islam yang
dinaunginya.
2. Bagi praktisi humas senantiasa berusaha menginternalisasikan prinsipprinsip Islam yang bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah dalam
pelaksanaan humas sehingga profesionalitas dalam mengemban tugas bisa
terwujud.
3. Bagi pembaca semoga makalah ini bisa menambah referensi tentang
manajemen humas.

19

DAFTAR RUJUKAN
Anggoro, M. Linggar. 2000. Teori&Profesi Kehumasan: serta Aplikasinya di
Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara
Butterick, Keith. 2014. Pengantar Public Relations: Teori dan Praktik. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada
Chotimah, Chusnul. 2013. Manajemen Publik Relation Integratif: Konsep, Teori,
dan

Aplikasinya

di

Pesantren

Tradisional.

Tulungagung:

STAIN

Tulungagung Press
Hardiman, F. Budi. 2003. Melampaui Positivisme dan Modernitas. Yogyakarta:
Kanisius
Hidayati, dkk. 2006. Ilmu Pengetahuan Sosial Sosiologi 2. Jakarta: Erlangga,
2006
Mushaf An-Nisa Al-Qur’an dan Terjemah. 1987. Surabaya: Zafanara
Rahmawati, Yuke, “Manajemen Public Relations sebagai Alat Etika Komunikasi
dalam Bisnis Islam”, Jurnal Filsafat dan Budaya Hukum, (November,
2014), 190. Diakses melalui https://www.academia.edu/9991531 pada
tanggal 09 Maret 2016 19.12 WIB.
Salim, Peter dan Salim, Yenny. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Kontemporer. Jakarta: Modern English Press

20