makalah islam dalam negara demokrasi

MAKALAH
BAB

ISLAM DALAM NEGARA DEMOKRASI

OLEH

: NENI LISTIANI (12.32.0025)

STIE SURAKARTA
2012/2013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Saat ini banyak sekali Negara yang menganut Sistem Demokrasi sebagai sistem
pemerintahannya. Demokrasi sendiri artinya sistem yang berasal dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat. Demokrasi sering diartikan sebagai penghargaan terhadap
hak-hak asasi manusia, partisipasi dalam pengambilan keputusan, dan persamaan
hukum. Dalam tradisi Barat, demokrasi didasarkan pada penekanan bahwa rakyat

seharusnya menjadi pemerintah bagi dirinya sendiri dan wakil rakyat seharusnya
menjadi pengendali yang bertanggung jawab terhadap tugasnya. Oleh karena rakyat
tidak mungkin rakyat mengambil keputusan karena jumlah terlalu besar maka
dibentuklah dewan perwakilan rakyat. Sistem ini popular karena melibatkan
masyarakat merupakan komponen utamanya. Pemerintah dipilih langsung oleh rakyat
yang berfungsi sebagai penyalur aspirasi dan membuat kebijakan untuk kepentingan
rakyat demi kesejahteraan rakyat. Sistem Demokrasi juga digunakan di Indonesia
dengan berdasarkan Pancasila. Indonesia memiliki Badan Legislatif yang anggotanya
merupakan wakil rakyat. Rakyat juga berwenang untuk memilih Presiden dan Wakil
Presiden secara langsung. Dalam Islam, demokrasi sudah diajarkan oleh Rasulullah
SAW. Contohnya, pada saat Perang Badar beliau mendengarkan saran sahabatnya
mengenai lokasi perang walaupun itu bukan pilihan yang diajukan olehnya. Pada saat
ini, banyak Negara yang mengadaptasi sistem Demokrasi yang berasal dari Negara
Barat. Padahal, sistem demokrasi tersebut belum tentu sesuai dengan kaidah-kaidah
Islam. Sistem Demokrasi di Barat memiliki tujuan-tujuan yang sifatnya duniawi dan
materialistis. Oleh karena itu, kita perlu mempelajari Sistem Demokrasi yang sejalan
dengan aturan Islam.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui Sistem Demokrasi dari
sudut pandang Agama Islam.


1.3 Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana demokrasi bila
ditilik menurut kaidah Islam sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist. Selain itu,
permasalahan juga dilihat berdasarkan persamaan dan perbedaan Islam dan
Demokrasi.

1.4 Sumber Data
Sumber data pembuatan makalah ini diperoleh dari studi literatur, yakni buku-buku
yang berkaitan dengan permasalahan yang terkait dan eksplorasi informasi melalui
internet.

BAB II
ISLAM DAN DEMOKRASI
2.1 Definisi Demokrasi
Demokrasi adalah sebuah tatanan Negara /pemerintahan yang bersumber dari rakyat, oleh
rakyat, untuk rakyat. (benyamin Franklin). Demokrasi memberikan kepada manusia dua
hal :
1. Hak membuat hukum
2. Hak memilih penguasa

2.2 Demokrasi dalam berbagai bidang

MEMAHAMI DEMOKRASI DALAM PEMBUATAN HUKUM :
1.

Dalam Islam membuat hukum adalah haram. Karena yang berhak membuat hukum
hanya Allah, bukan manusia
Firman Allah SWT (artinya) :
"Menetapkan hukum hanyalah hak Allah." (QS Al-An'aam : 57)
Walaupun ayat tersebut bersifat umum, tapi itulah titik kritis dalam demokrasi yang
sungguh bertentangan secara frontal dengan Islam. Pada titik itulah, demokrasi
disebut sebagai sistem kufur. Sebab sudah jelas,memberi hak kepada manusia
untuk membuat hukum yang bertentangan dengan hukum syara’ adalah suatu
kekufuran.
Firman Allah SWT (artinya) :
"Barangsiapa yang tidak menetapkan hukum dengan apa yang diturunkan Allah,
maka mereka itu adalah orang-orang kafir." (QS Al-Maa`idah : 44)

2.


Menentukan kesepakatan (musyawarah)
a. Bila sudah ada hukum nya maka memusyawarahkan nya haram. Manusia hanya
boleh membahas mengenai masalah teknis saja.
b. Bila yang dimusyawarahkan itu berkaitan dengan masalah Uslub (Teknis) maka
boleh pendapat manusia diminta.

contoh : dalam musyawarah itu akan dibahas masalah status minuman kemaksiatan,
maka dalam hal ini tidak boleh ada pendapat manusia yang mendukung . Sebab
statusnya sudah jelas Haram, yang perlu dimusyawarakan adalah masalah uslub
(teknis) pelarangannya dilapangan, misalnya siapa bagian operasi sweping di tokotoko minuman, siapa bagian memburu produsennya, siapa yang menghukum
pelakunya dll.
Contoh musyawarah (memasukkan pendapat orang lain) yang dilakukan nabi :
a.

Rasulullah saw pada waktu menentukan strategi di Perang Badar Al Kubra, Beliau
berpendapat untuk memenangkan pertempuran pasukan harus menguasai tempat
tertentu, tetapi kemudian ada seorang sahabat (Khubab bin Mundhir) yang
menanyakan kepada beliau apakah hal ini pendapat beliau ataukah wahyu dari
Allah. Bila wahyu maka tidak akan dibantah, tetapi bila hal ini pendapat nabi,
maka Khubab mengusulkan untuk menempati sebuah wadi (oase) di medan

Badar. Rasulullah kemudian menjelaskan ini bahwa hal ini adalah pendapat beliau
pribadi, dan kemudian beliau menarik pendapatnya dan kemudian menerima
pendapat Khubab sebab Khubab adalah orang yang tinggal di daerah tersebut dan
merupakan orang yang paling kenal dengan medan pertempuran, seraya
mengabaikan pendapat pribadi dan pendapat shahabat-shahabat yang lain.

b.

Kita dapat mengambil ibroh dari kisah terjadinya perang Uhud. Rasulullah
sebenarnya menginginkan pasukan bertahan di dalam kota, akan tetapi mayoritas
shahabat (terutama shahabat-shahabat yang usianya masih muda) memilih
menunggu musuh di luar kota Madinah. Karena suara mayoritas menghendaki
menunggu musuh di luar kota, maka Rasulpun memutuskan untuk menunggu
musuh di luar kota, walaupun beliau sendiri menginginkan di dalam kota.
Bertahan dalam kota atau menunggu musuh di luar kota adalah masalah-masalah
teknis (strategi) pertempuran yang diketahui oleh banyak orang, karena semua
shahabat adalah penduduk kota Medinah,yang mengerti seluk beluk kota
Medinah. Jadi masalah betahan di dalam kota atau menunggu musuh di luar kota
bukan masalah wahyu yang sudah dinash. Dari sinilah kita bisa mengambil ibroh
bahwa dalam masalah-masalah urusan teknis yang telah diketahui banyak orang,

maka boleh diambil suara terbanyak.

MEMAHAMI DEMOKRASI DALAM MEMILIH PEMIMPIN :
System memilih penguasa/ kepala negara hal tersebut masih dapat
didiskusikan.... dan bersifat furu’ (cabang).
Alasan :Rasul tidak pernah menentukan secara jelas bagaimanakah teknis
memilih khalifah/pemimpin negara. Begitu juga peralihan kekuasaan dari satu khalifah ke
khalifah yang lain semasa banyak sahabat masih hidup, sehingga menjadi Ijma' shahabat
bahwa boleh menggunakan beberapa uslub untuk memilih khalifah atau kepala negara.
Dengan demikian dalam memilih siapakah calon kepala negara/Khalifah boleh dengan
banyak teknis dalam hal ini mengambil suara mayoritas juga dapat dilakukan dan
menggunakan Ahlul hali wal aqdi (parlemen) Juga dapat dilakukan . Jadi untuk memilih
calon kepala negara (khalifah) dalam Islam bisa dicari dengan uslub (teknis) pemilihan
umum.

2.3 Persamaan dan Perbedaan Islam dan Demokrasi

Persamaan Islam & Demokrasi
Dr. Dhiyauddin ar Rais mengatakan, Ada beberapa persamaan yang mempertemukan
Islam dan demokrasi. Namun, perbedaannya lebih banyak. Persamaannya:

1. Jika demokrasi diartikan sebagai sistem yang diikuti asas pemisahan kekuasaan,
itu pun sudah ada di dalam Islam. Kekuasaan legislatif sebagai sistem terpenting
dalam sistem demokrasi diberikan penuh kepada rakyat sebagai satu kesatuan dan
terpisah dari kekuasaan Imam atau Presiden. Pembuatan Undang-Undang atau
hukum didasarkan pada alQuran dan Hadist, ijma, atau ijtihad. Dengan demikian,
pembuatan UU terpisah dari Imam, bahkan kedudukannya lebih tinggi dari Imam.
Adapun Imam harus menaatinya dan terikat UU. Pada hakikatnya, Imamah
(kepemimpinan) ada di kekuasaan eksekutif yang memiliki kewenangan
independen karena pengambilan keputusan tidak boleh didasarkan pada pendapat
atau keputusan penguasa atau presiden, jelainkan berdasarka pada hukum-hukum
syariat atau perintah Allah Swt.
2. Demokrasi seperti definisi Abraham Lincoln: dari rakyat dan untuk rakyat
pengertian itu pun ada di dalam sistem negara Islam dengan pengecualian bahwa
rakyat harus memahami Islam secara komprehensif.

3. Demokrasi adalah adanya dasar-dasar politik atau sosial tertentu (misalnya, asas
persamaan di hadapan undang-undang, kebebasan berpikir dan berkeyakinan,
realisasi keadilan sosial, atau memberikan jaminan hak-hak tertentu, seperti hak
hidup dan bebas mendapat pekerjaan). Semua hak tersebut dijamin dalam Islam.
Perbedaan Islam & Demokrasi

1. Demokrasi yang sudah populer di Barat, definisi bangsa atau umat dibatasi batas
wilayah, iklim, darah, suku-bangsa, bahasa dan adat-adat yang mengkristal.
Dengan kata lain, demokrasi selalu diiringi pemikiran nasionalisme atau
rasialisme yang digiring tendensi fanatisme. Adapun menurut Islam, umat tidak
terikat batas wilayah atau batasan lainnya. Ikatan yang hakiki di dalam Islam
adalah ikatan akidah, pemikiran dan perasaan. Siapa pun yang mengikuti Islam, ia
masuk salah satu negara Islam terlepas dari jenis, warna kulit, negara, bahasa atau
batasan lain. Dengan demikian, pandangan Islam sangat manusiawi dan bersifat
internasional
2. tujuan-tujuan demokrasi modern Barat atau demokrasi yang ada pada tiap masa
adalah tujuan-tujuan yang bersifat duniawi dan material. Jadi, demokrasi
ditujukan hanya untuk kesejahteraan umat (rakyat) atau bangsa dengan upaya
pemenuhan kebutuhan dunia yang ditempuh melalui pembangunan, peningkatan
kekayaan atau gaji. Adapun demokrasi Islam selain mencakup pemenuhan
kebutuhan duniawi (materi) mempunyai tujuan spiritual yang lebih utama dan
fundamental.
3. kedaulatan umat (rakyat) menurut demokrasi Barat adalah sebuah kemutlakan.
Jadi, rakyat adalah pemegang kekuasaan tertinggi tanpa peduli kebodohan,
kezaliman atau kemaksiatannya. Namun dalam Islam, kedaulatan rakyat tidak
mutlak, melainkan terikat dengan ketentuan-ketentuan syariat sehingga rakyat

tidak dapat bertindak melebihi batasan-batasan syariat, alQuran dan asSunnah
tanpa mendapat sanksi.

2.4 Pandangan Ulama tentang demokrasi
Yusuf al-Qardhawi
Menurut beliau, substasi demokrasi sejalan dengan Islam. Hal ini bisa dilihat dari
beberapa hal. Misalnya:
- Dalam demokrasi proses pemilihan melibatkkan banyak orang untuk mengangkat
seorang kandidat yang berhak memimpin dan mengurus keadaan mereka. Tentu saja,
mereka tidak boleh akan memilih sesuatu yang tidak mereka sukai. Demikian juga
dengan Islam. Islam menolak seseorang menjadi imam shalat yang tidak disukai oleh
makmum di belakangnya.
- Usaha setiap rakyat untuk meluruskan penguasa yang tiran juga sejalan dengan Islam.
Bahkan amar makruf dan nahi mungkar serta memberikan nasihat kepada pemimpin
adalah bagian dari ajaran Islam.
- Pemilihan umum termasuk jenis pemberian saksi. Karena itu, barangsiapa yang tidak
menggunakan hak pilihnya sehingga kandidat yang mestinya layak dipilih menjadi
kalah dan suara mayoritas jatuh kepada kandidat yang sebenarnya tidak layak, berarti ia
telah menyalahi perintah Allah untuk memberikan kesaksian pada saat dibutuhkan.
- Penetapan hukum yang berdasarkan suara mayoritas juga tidak bertentangan dengan

prinsip Islam. Contohnya dalam sikap Umar yang tergabung dalam syura. Mereka
ditunjuk Umar sebagai kandidat khalifah dan sekaligus memilih salah seorang di antara
mereka untuk menjadi khalifah berdasarkan suara terbanyak. Sementara, lainnya yang
tidak terpilih harus tunduk dan patuh. Jika suara yang keluar tiga lawan tiga, mereka
harus memilih seseorang yang diunggulkan dari luar mereka. Yaitu Abdullah ibn Umar.
Contoh lain adalah penggunaan pendapat jumhur ulama dalam masalah khilafiyah.
Tentu saja, suara mayoritas yang diambil ini adalah selama tidak bertentangan dengan
nash syariat secara tegas.
- Juga kebebasan pers dan kebebasan mengeluarkan pendapat, serta otoritas pengadilan
merupakan sejumlah hal dalam demokrasi yang sejalan dengan Islam.
Salim Ali al-Bahnasawi
Menurutnya, demokrasi mengandung sisi yang baik yang tidak bertentangan dengan
islam dan memuat sisi negatif yang bertentangan dengan Islam. Sisi baik demokrasi
adalah adanya kedaulatan rakyat selama tidak bertentangan dengan Islam. Sementara, sisi
buruknya adalah penggunaan hak legislatif secara bebas yang bisa mengarah pada sikap

menghalalkan yang haram dan menghalalkan yang haram. Karena itu, ia menawarkan
adanya islamisasi sebagai berikut:
- Menetapkan tanggung jawab setiap individu di hadapan Allah.
- Wakil rakyat harus berakhlak Islam dalam musyawarah dan tugas-tugas lainnya.

- Mayoritas bukan ukuran mutlak dalam kasus yang hukumnya tidak ditemukan dalam
Alquran dan Sunnah (al-Nisa 59) dan (al-Ahzab: 36).
- Komitmen terhadap islam terkait dengan persyaratan jabatan sehingga hanya yang
bermoral yang duduk di parlemen.
PEMILU & PEMUNGUTAN SUARA
Ada yang beranggapan bahwa Pemungutan suara atau Pemilu adalah bentuk perampasan
hak Allah Swt sebagai Hakim karena dalam Pemilu keputusan ditentukan manusia, bukan
Allah. Pernyataan ini tidak benar karena :
1.

kita bicara tentang Pemilu di negeri muslim: kandidatnya muslim, pemilihnya pun
muslim dan keterlibatan nonmuslim dalam proses itu sangat tidak signifikan.

2.

adanya campur tangan namusia untuk menentukan jalan hidupnya selama masih
dalam kaidah umum nash syariat Islam. Allah Swt berfirman, ”hadirkanlah dua
orang saksi yang adil di antara kamu”.(QS ath Thalaq:2). ”Jika kamu khawatir
adanya perselisihan antara keduanya, hendaklah kamu hadirkan seorang hakim
dari keluarga suami dan seorang hakim dari keluarga isteri”. (QS an Nisa:35).

3.

jika kita perhatikan dengan seksama Pemilu atau pemungutan suara menurut Islam
adalah pemberian kesaksian terhadap kelayakan calon pejabat negara atau calon
anggota dewan. Oleh karena itu, si pemilih harus punya kelayakan sebagai
seorang saksi adil dan baik perilakunya sehingga orang banyak ridha kepadanya.
Allah azza wa Jalla berfirman, ”hadirkanlah dua orang saksi yang adil di antara
kamu”. (QS ath Thalaq:2) ”dari saksi-saksi yang kamu ridhai.” (QS al
Baqarah:282).

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep demokrasi tidak sepenuhnya
bertentangan dan tidak sepenuhnya sejalan dengan Islam. Prinsip dan konsep demokrasi
yang sejalan dengan islam adalah keikutsertaan rakyat dalam mengontrol, mengangkat,
dan menurunkan pemerintah, serta dalam menentukan sejumlah kebijakan lewat
wakilnya. Adapun yang tidak sejalan adalah ketika suara rakyat diberikan kebebasan
secara mutlak sehingga bisa mengarah kepada sikap, tindakan, dan kebijakan yang keluar
dari ketetapan Hukum Allah.
Karena itu, maka perlu sebuah sistem yang sesuai dengan ajaran Islam. Yaitu di
antaranya:
1. Demokrasi tersebut harus berada di bawah payung agama.
2. Rakyat diberi kebebasan untuk menyuarakan aspirasinya.
3. Pengambilan keputusan senantiasa dilakukan dengan musyawarah.
4. Suara mayoritas tidaklah bersifat mutlak meskipun tetap menjadi pertimbangan utama
dalam musyawarah. Contohnya kasus Abu Bakr ketika mengambil suara minoritas
yang menghendaki untuk memerangi kaum yang tidak mau membayar zakat. Juga
ketika Umar tidak mau membagi-bagikan tanah hasil rampasan perang dengan
mengambil pendapat minoritas agar tanah itu dibiarkan kepada pemiliknya dengan
cukup mengambil pajaknya.
5. Musyawarah atau voting hanya berlaku pada persoalan ijtihadi; bukan pada persoalan
yang sudah ditetapkan secara jelas oleh Alquran dan Sunah.
6. Produk hukum dan kebijakan yang diambil tidak boleh keluar dari nilai-nilai agama.
7. Hukum dan kebijakan tersebut harus dipatuhi oleh semua warga.
Akhirnya, agar sistem islami di atas terwujud, langkah yang harus dilakukan:
- Seluruh warga atau sebagian besarnya harus diberi pemahaman yang benar tentang
Islam sehingga aspirasi yang mereka sampaikan tidak keluar dari ajarannya.
- Parlemen atau lembaga perwakilan rakyat harus diisi dan didominasi oleh orang-orang
Islam.

Daftar Pustaka

http://www.ditpertais.net/jurnal/vol62003k.asp
http://www.islamic-center.or.id/-slamiclearnings-mainmenu-29/syariah-mainmenu-44/27syariah/665-islam-dan-demokrasi
http://islamlib.com/id/artikel/islam-dan-demokrasi/
http://ummahonline.wordpress.com/2008/01/29/islam-dan-demokrasi/
http://www.zulkieflimansyah.com/in/kompatibilitas-islam-dan-demokrasi.html
http://www.arrahmah.com/index.php/news/read/6801/islam-dan-demokrasi-masih-jadiperdebatan-di-kalangan-muslim
http://www.indonesiaindonesia.com/f/3688-adakah-demokrasi-islam/
http://www.khabarislam.com/islam-dan-demokrasi.html
http://www.docstoc.com/docs/22801041/Lagi-Soal-Islam-dan-Demokrasi/
http://www.uin-malang.ac.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=676%3A30-01-2009&catid=25%3Aartikelrektor&Itemid=168
http://www.mujahidin.net/index.php?
option=com_content&view=article&id=69:pertemuan-islam-dandemokrasi&catid=40:resensi&Itemid=58