manusia sebagai makhluk yang paling semp

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk-Nya yang paling sempurna dan sebaik-baik ciptaan
dibandingkan makhluk-makhluk-Nya yang lain. Manusia dilengkapi akal untuk
berfikir dan di beri tugas untuk menjadi khalifah di bumi yang membedakannya
dengan binatang. Mengenai proses kejadian manusia, dalam Al-Qur’an (QS. Al-Hijr
(15) : 28-29) diterangkan bahwa manusia diciptakan dari tanah dengan bentuk yang
sebaik-baiknya kemudian ditiupkan ruh kepadanya hingga menjadi hidup. Banyak
ahli ilmu pengetahuan mendukung teori evolusi yang mengatakan bahwa manusia
berasal dari makhluk yang mempunyai bentuk maupun kemampuan yang sederhana
kemudian mengalami evolusi dan kemudian menjadi manusia seperti sekarang ini. Di
lain pihak banyak ahli agama yang menentang adanya proses evolusi manusia
tersebut. khususnya agama islam yang meyakini bahwa manusia pertama adalah Nabi
Adam a.s, disusul Siti Hawa dan kemudian keturunan-keturunannya hingga menjadi
banyak seperti sekarang ini. Hal ini didasarkan pada berita-berita dan informasiinformasi yang terdapat pada kitab suci masing-masing agama yang mengtakan
bahwa Adam adalah manusia pertama.

B. Rumusan Masalah
1.


Apa pengertian Manusia menurut Islam ?

2. Mengapa manusia disebut makhluk yang sempurna?
3. Apa tujuan allah SWT mencipakan manusia?
4. Bagaimana pandangan Al-Qur’an terhadap Manusia sebagai Makhluk ciptaan
Tuhan yang paling sempurna ?

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK YANG PALING SEMPURNA | 4

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian manusia menurut islam
2. Untuk mengeahui mengapa manusia dikatakan makhluk ciptaan allah yang
paling sempurna
3. Untuk mengeatahui tujuan allah SWT mencipakan manusia
4.

Untuk mengetahuibagaimana pandangan Al-Qur’an terhadap Manusia sebagai
Makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna


MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK YANG PALING SEMPURNA | 5

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manusia
Manusia dalam pandangan kebendaan (materialis) hanyalah merupakan
sekepal tanah di bumi. Manusia dalam pandangan kaum materialism, tidak lebih dari
kumpulan daging, darah, urat, tulang, urat-urat darah dan alat pencernaan. Akal dan
pikiran dianggapnya barang benda, yang dihasilkan oleh otak. Pandangan ini
menimbulkan kesan seolah-olah manusia ini makhluk rendah dan hina, sama dengan
hewan yang hidupnya hanya untuk memenuhi keperluan dan kepuasan semata.
Dalam pandangan Islam, manusia itu makhluk yang mulia dan terhormat di
sisi-Nya, yang diciptakan Allah dalam bentuk yang amat baik. Manusia diberi akal
dan hati, sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa Al-Qur’an
menurut sunah rasul. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan
dalam keadaan sebaik-baiknya (At-Tiin : 95:4). Manusia adalah makhluk ciptaan
Allah yang paling mulia diantara Makhluk ciptaan-Nya. Oleh sebab itu manusia
diharuskan mengenal siapa yang menciptakan dirinya sebelum mengenal lainnya.


B. Manusia Makhluk Ciptaan Allah Yang Paling Sempurna
Manusia adalah ciptaan Allah swt yang paling indah, paling tinggi, paling
mulia dan paling sempurna, dengan demikian tidak ada makhluk lain dialam ini yang
menyamai keberadaan manusia. Kesempurnaan manusia dengan makhhluk Tuhan
berpangkal dari manusia itu sendiri yang memang sempurna dari fisik, akal fikiran,
kemampuan dan karya-karyanya. Manusia mampu berbicara untuk menjelaskan,
mendengar untuk mneyadari dan mengerti, melohat untuk dapat membedakan dan
mendapatkan petunjuk. Jika kemampuan-kemampuan ini hilang maka hilanglah
derajat manusia, hilanglah sifat kemanusiaannya dan derajatnya turun setara dengan
binatang.
Demikianlah, segala kelengkapan dan piranti manusia seperti panca indera,
otak, bahkan rambut, kulit dan kuku dan sebagainnya yang melekat pada diri manusia
memiliki makna yang melebihi apa yang dimiliki binatang. Belum lagi kelengkapan

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK YANG PALING SEMPURNA | 6

fungsi akal fikiran manusia dengan berbagai kemampuannya seperti mencipta,
berfikir, berintropeksi dan sebgaiannya.
Dalam pandangan islam, manusia dikaitkan dengan kisah tersendiri. Menurut
Al-Qur’an manusia lebih luhur dari apa yang didefinisikan oleh kata-kata tersebut.

Dalam Al-Qur’an manusia disebut makhluk yang amat terpuji dan disebut pula
sebagai makhluk yang amat tercela.
Allah SWT berfirman :
‘Dan sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka jahannam) kebanyakan
dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk
memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mmepunyai mata ( tetapi) tidak
dipergunakan melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga
(tetapi) tidak dipergunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagaikan
binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Merka itulah orang-orang lalai. (AlA’raaf[7]: ayat 179)
Apapun yang ada diri kita ini adalah yang terbaik menurut Allah SWT, jadi
kita wajib mensyukuri apapun yang ada pada diri kita masing-masing.

C. Tujuan Allah Menciptakan Manusia
Allah menciptakan alam semesta (termasuk manusia) tidaklah dengan palsu
dan sia-sia (QS. As-Shod ayat 27). Segala ciptaan-Nya mengandung maksud dan
manfaat. Oleh karena itu, sebagai makhluk yang paling mulia, sekaligus sebagai
khalifah di muka bumi, manusia harus meyadari terhadap tujuan hidupnya. Dalam
konteks ini, al-Qur’an menjelaskan, bahwa manusia memiliki bebrapa tujuan hidup,
diantaranya adalah sebagai berikut;
1. Menyembah Kepada Allah (Beriman)

Keberadaan manusia di muka bumi ini bukanlah ada dengan sendirinya.
Manusia diciptakan oleh Allah, dengan dibekali potensi dan infrastruktur yang
sangat unik. Keunikan dan kesempurnaan bentuk manusia ini bukan saja dilihat
dari bentuknya, akan tetapi juga dari karakter dan sifat yang dimiliki oleh
manusia. Sebagai ciptaan, manusia dituntut memiliki kesadaran terhadap posisi
dan kedudukan dirinya di hadapan Tuhan. Dalam konteks ini, posisi manusia
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK YANG PALING SEMPURNA | 7

dihadapan Tuhan adalah bagaikan “hamba” dengan “majikan” atau “abdi” dengan
“raja”, yang harus menunjukan sifat pengabdiaan dan kepatuhan.
Sebagai agama yang haq, Islam menegaskan bahwa posisi manusia di
dunia ini adalah sebagai ‘abdullah (hamba Allah). Posisi ini menunjukan bahwa
salah satu tujuan hidup manusia di dunia adalah untuk mengabdi atau beribadah
kepada Allah. Yang dimaksud dengan mengabdi kepada Allah adalah taat dan
patuh terhadap seluruh perintah Allah, dengan cara menjalankan seluruh perintahperintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya dalam segala aspek kehidupan.
Dalam hal ini, Allah Swt. menjelaskan dalam firman-Nya, bahwa tujuan hidup
manusia adalah semata-mata untuk mengabdi (beribadah) kepada-Nya (QS. AdzDzariyat ayat 56 dan QS. Al-Bayyinah ayat 5).
Makan beribadah sebagaimana dikemukakan di atas (mentaati segala
perintah dan menjauhi larangan Allah) merupakan makna ibdah secara umum.
Dalam tataran praktis, ibadah secara umum dapat diimplementasikan dalam setiap

aktivitas yang diniatkan untuk menggapai keridlaan-Nya, seperti bekerja secara
professional, mendidik anak, berdakwah dan lain sebagainya. Dengan demikian,
misi hidup manusia untuk beribadah kepada Allah dapat diwujudkan dalam segala
aktivitas yang bertujuan mencari ridla Allah (mardlotillah).
Sedangkan secara khusus, ibadah dapat dipahami sebagai ketaatan
terhadap hukum syara’ yang mengatur hubungan vertical-transendental (manusia
dengan Allah). Hukum syara’ ini selalu berkaitan dengan amal manusia yang
diorientasikan untuk menjalankan kewajiban ‘ubudiyah manusia, seperti
menunaikan ibadah shalat, menjalankan ibadah puasa, memberikan zakat, pergi
haji dan lain sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan hidup
manusia yang pertama adalah menyembah kepada Allah. Dalam pengertian yang
lebih sederhana, tujuan ini dapat disebut dengan “beriman”. Manusia memiliki
keharusan menjadi individu yang beriman kepada Allah (tauhid). Beriman
merupakan kebalikan dari syirik, sehingga dalam kehidupannya manusa sama
sekali tidak dibenarkan menyekutukan Allah dengan segala sesuatu yang ada
dimuka bumi ini (Syirik).
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK YANG PALING SEMPURNA | 8

2. Memanfaatkan Alam Semesta (Beramal)

Manusia adalah puncak ciptaan dan makhluk Allah yang tertinggi (QS.
at-Tien ayat 4). Sebagai makhluk tertinggi, disamping menjadi hamba Allah,
manusia juga dijadikan sebagai khalifah atau wakil Tuhan dimuka bumi (QS. alIsra’ ayat 70). Di samping itu, Allah juga menegaskan bahwa manusia
ditumbuhkan

(diciptakan)

dari

bumi

dan

selanjutnya

diserahi

untuk

memakmurkannya (QS. Hud ayat 16 dan QS. al-An’am ayat 165). Dengan

demikian, seluruh urusan kehidupan manusia dan eksistensi alam semesta di dunia
ini telah diserahkan oleh Allah kepada manusia.
Perintah memakmurkan alam, berarti perintah untuk menjadikan alam
semesta sebagai media mewujudkan kemaslahatan hidup manusia di muka bumi.
Al-Qur’an menekankan bahwa Allah tidak pernah tak perduli dengan ciptaan-Nya.
Ia telah menciptakan bumi sebanyak Ia menciptakan langit, yang kesemuanya
dimaksudkan untuk menjamin kesejahteraan lahir dan batin manusia. Ia telah
menciptakan segala sesuatu untuk kepentingan manusia. Bintang diciptakan untuk
membantu manusia dalam pelayaran, bulan dan matahari diciptakan sebagai dasar
penanggalan. Demikian juga dengan realitas kealaman yang lainnya, diciptakan
adalah dengan membekal maksud untuk kemaslahatan manusia.
Untuk menjadikan realitas kealaman dapat dimanfaatkan oleh manusia,
Allah telah membekalinya dengan potensi akal. Di samping itu, Allah juga telah
mengajarkan kepada manusia terhadap nama-nama benda yang ada di alam
semesta. Semua ini diberikan oleh Allah adalah sebagai bekal untuk menjadikan
alam semesta sebagai media membentuk kehidupan yang sejahtera lahir dan batin.
Dalam hal ini Allah menegaskan bahwa manusia harus mengembara dimuka
bumi, dan menjadikan seluruh fenomena kelaman sebagai pelajaran untuk meraih
kebahagian hidupnya (QS. Al-Ankabut ayat 20 dan QS. Al-Qashash ayat 20).
Berdasarkan uraian di atas, maka sangat jelas bahwa dalam kehidupannya

manusia memiliki tujuan untuk memakmurkan alam semesta. Implementasi tujuan
ini dapat diwujudkan dalam bentuk mengambil i’tibar (pelajaran), menunjukan
sikap sportif dan inovatif serta selalu berbuat yang bermanfaat untuk diri dan
lingkungannya. Dalam konteks hubungannya dengan alam semesta, dalam
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK YANG PALING SEMPURNA | 9

kehidupannya manusia memiliki tujuan untuk melakukan kerja perekayasaan agar
segala yang ada di alam semesta ini dapat bermanfaat bagi kehidupannya. Dengan
kata lain, tujuan hidup manusia yang semacam ini dapat dikatakan dengan tujuan
untuk “beramal”.
3. Membentuk Sejarah Dan Peradaban (Berilmu)
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, Allah menciptakan alam semesta
ini dengan pasti dan tidak ada kepalsuan di dalamnya (QS. Shod ayat 27). Oleh
Karena itu, alam memiliki eksistensi yang riil dan obyektif, serta berjalan
mengikuti hukum-hukum yang tetap (sunnatullah). Di samping itu, sebagai
ciptaan dari Dzat yang merupakan sebaik-baiknya pencipta (QS. al-Mukminun
ayat 14), alam semesta mengandung nilai kebaikan dan nilai keteraturan yang
sangat harmonis. Nilai ini diciptakan oleh Allah untuk kepentingan manusia,
khususnya bagi keperluan perkembangan sejarah dan peradabannya (QS. Luqman
ayat 20). Oleh karena itu, salah satu tujuan hidup manusia menurut al-Qur’an di

muka bumi ini adalah melakukan penyelidikan terhadap alam, agar dapat
dimengerti hukum-hukum Tuhan yang berlaku di dalamnya, dan selanjutnya
manusia memanfaatkan alam sesuai dengan hukum-hukumnya sendiri, demi
kemajuan sejarah dan peradabannya.
Proses pemanfaatan alam semesta dalam kehidupan manusia diwujudkan
dengan perbuatan dan aktivitas riil yang memiliki nilai guna. Perbuatan atau
aktivitas riil yang dijalankan manusia dimuka bumi ini selanjutnya membentuk
rentetan peristiwa, yang disebut dengan “sejarah”. Dunia adalah wadah bagi
sejarah, dimana manusia menjadi pemilik atau rajanya. Hidup tanpa sejarah adalah
kehidupan yang dialami oleh manusia setelah kematian. Karena dalam kehidupan
pasca kematian manusia hanya diharuskan mempertanggungjawabkan terhadap
sejarah yang telah dibuat atau dibentuk selama dalam kehidupannya di dunia.
Dengan demikian, dalam kehidupannya di dunia, manusia juga memiliki tujuan
untuk membentuk sejarah dan peradabannya yang baik, dan selanjutnya harus
dipertanggungjawabkan di hadapatn Tuhannya.
Urain dapat membentuk sejarahnya, manusia harus selalu iqra’ atau
membaca alam semesta. Dengan kata lain, manusia harus menjadikan alam
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK YANG PALING SEMPURNA | 10

semesta sebagai media mengembangkan ilmu dan pengetahuannya. Oleh karena

itu, tujuan manusia membentuk sejarah dan peradaban ini dapat dikatakan sebagai
tujuan menjadi manusia yang “berilmu”.
Berdasarkan uraian tentang tujuan-tujuan hidup manusia di atas, dapat
ditarik benang merah, bahwa menurut al-Qur’an manusia setidaknya memiliki 3
tujuan dalam hidupnya. Ketiga tujuan tersebut adalah; pertama, menyembah
kepada Allah Swt. (beriman). Kedua, memakmurkan alam semesta untuk
kemaslahatan (beramal) dan Ketiga, membentuk sejarah dan peradabannya yang
bermartabat (berilmu). Dengan kata lain, menurut al-Qur’an, tugas atau tujuan
pokok hidup manusia dimuka bumi ini sebenarnya sangatlah sederhana, yakni
menjadi manusia yang “beriman”, “beramal” dan “berilmu”. Keterpaduan ketiga
tujuan hidup manusia inilah yang menjadikan manusia memiliki eksistensi dan
kedudukan yang berbeda dari makhluk Allah lainnya.
D. Pandangan Al-Qur’an Terhadap Manusia Sebagai Makhluk Ciptaan Tuhan
Yang Paling Sempurna
1. QS. AT-Tiin ayat 4
Dalam ayat-ayat yang lalu, Allah menerangkan tentang manusia agung
yaitu Nabi Muhammad saw dengan berbagai keistimewaannya, seperti keimanan
yang kokoh, kesucian diri dari dosa-dosa, dan kemuliaan namanya. Dalam ayatayat berikut, Allah bersumpah untuk menegaskan bahwa manusia pun telah Allah
ciptakan sebagai makhluk terbaik dan termulia. Oleh karena itu, jangan diubah
menjadi rendah derajatnya dan hina.
‫)(والتين والزيتون)( وطورسينين)( وهذااالللداناين)(لقدد خلقن اناسن فى احسن تقويم‬
Terjemah :
(1) Demi (buah)Tin dan (buah) Zaitun, (2) demi Gunung Sinai, (3) dan Demi
neger (Mekkah) yang aman ini. (4) Sesungguhnya kami telah menciptakan
manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. ( Q.S at-Tiin : 1-4 )
Tafsir Ayat
Setelah bersumpah dengan buah-buahan yang bermanfaat atau tempattempat yang mulia itu, Allah menegaskan bahwa dia telah menciptakan manusia
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK YANG PALING SEMPURNA | 11

dengan kondisi fisik dan psikis terbaik. Dari segi fisik, misalnya, hanya manusia
yang berdiri tegak sehingga otaknya bebas berpikir, yang menghasilkan ilmu, dan
tangannya juga bebas bergerak untuk merealisasikan ilmunya itu, sehingga
melahirkan teknologi. Bentuk manusia adalah yang paling indah dari semua
makhluk-Nya. Dari segi Psikis, hanya manusia yang memiliki pikiran dan
perasaan yang sempurna. Dan lebih-lebih lagi, hanya manusia yang beragama.
Banyak lagi keistimewaan manusia dari segi fisik dan psikis itu yang tidak
mungkin diuraikan disini. Penegasan Allah bahwa Dia telah menciptakan
manusia dengan kondisi fisik dan psikis terbaik itu mengandung arti bahwa fisik
dan psikis manusia itu perlu dipelihara dan ditumbuh kembangkan. Fisik manusia
dipelihara dan ditumbuh kembangkan dengan memberinya gizi yang cukup dan
menjaga

kesehatannya.

Dan

psikis

manusia

dipelihara

dan

ditumbuh

kembangkan dengan memberinya agama dan pendidikan yang baik. Bila fisik
dan psikis manusia dipelihara dan ditumbuh kembangkan, maka manusia akan
dapat memberikan kemanfaatan yang besar kepada ala mini. Dengan demikianlah
ia akan menjadi makhluk termulia.
Ayat inilah permulaan dari yang telah Allah muliakan terlebih dahulu
dengan sumpah. Yaitu bahwasannya diantara makhluk Allah diatas permukaan
bumi, manusialah yangb diciptakan oleh Allah dalam sebaik-baiknya bentuk.
Bentuk lahir dan bentuk batin. Bentuk tubuh dan bentuk nyawa. Bentuk tubuhnya
melebihi keindahan bentuk tubuh hewan lainnya. Tentang ukuran dirinya,
tentang manis air mukanya, sehingga dinamai basyar, artinya wajah yang
mengandung gembira, sangat berbeda dengan binatang yang lain. Dan manusia
diberi pula akal, bukan semata-mata nafasnya yang turun naik. Maka dengan
perseimbangan sebaik-baik tubuh dan pedoman pada akalnya itu dapatlah dia
hidup di permukaan bumi ini menjadi pengatur,
2. QS. Al-Isra ayat 70
‫ت َوفَض ّْلنَ هُ ْم َعلَى‬
ِ َ‫َولَقَ ْد َك ّر ْانَ بَنِ ْى آ َد َم َو َح َم ْلنَ هُ ْم فِي ْاللَ ّر َو ْاللَحْ ِر َو َر َز ْقنَ هُ ْم ّانَ الطّيّل‬
‫ضي لْل‬
ِ ‫َكثِي ٍْر ّا ّم ْن َخلَ ْقنَ تَ ْف‬
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan, dan Kami berikan mereka dari rezeki dari yang

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK YANG PALING SEMPURNA | 12

baik-baik dan Kami lebihkan mereka atas banyak dari siapa yang telah Kami
ciptakan, dengan kelebihan yang sempurna.”
Tafsir ayat
Dan sesungguhnya kami telah memuliakan anak cucu Adam dengan rupa
yang indah, tinggi tubuh dan akal yang sedang, sehingga ia dapat mengetahui
bermacam-macam keahlian dan mengenal bermacam-macam bahasa, bisa
berpikir dengan baik tentang cara-cara mencari penghidupan dan mengeksploitasi
apa yang ada di bumi, serta menundukkan apa saja yang ada di alam atas maupun
bawah. Dan kami angkut mereka diatas binatang-binatang, kereta-kereta,
pesawat-pesawat terbang, balon-balon dan bahtera-bahtera. Kami anugerahkan
rezeki kepada mereka, berupa makanan nabati maupun hewani, dan kami
lebihkan

mereka

atas

sebagian

besar makhluk-makhluk

kami dengan

kemenangan, kemuliaan dan kehormatan. Maka, wajiblah mereka untuk tidak
menyekutukan sesuatu dengan Tuhan mereka, dan membuang jauh-jauh
peribadatan kepada selain Allah yang mereka lakukan selama ini. Seperti, kepada
patung-patung dan berhala-berhala.
Setelah menggambarkan anugerah-Nya ketika berada di laut dan di darat,
baik terhadap yang taat maupun yang durhaka, ayat ini menjelaskan sebab
anugerah itu, yakni karena manusia adalah makhluk unik yang memiliki
kehormatan dalam kedudukannya sebagai manusia, baik ia taat beragama
maupun tidak. Dengan bersumpah sambil mengukuhkan pernyataan-Nya dengan
kata ( ‫ ) قد‬qad, ayat ini menyatakan bahwa dan Kami, yakni Allah, bersumpah
bahwa bagus, kemampuan berbicara dan berpikir, serta berpengetahuan dan
Kami beri juga mereka kebebasan memilah dan memilih. Dan Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan dengan aneka alat transport yang Kami ciptakan
dan tundukkan bagi mereka, atau yang Kami ilhami mereka pembuatannya, agar
mereka dapat menjelajahi bumi dan angkasa yang kesemuanya Kami ciptakan
untuk mereka. Dan Kami juga beri mereka rezeki dari yang baik-baik sesuai
kebutuhan mereka lagi lezat dan bermanfaat untuk pertumbuhan fisik dan
perkembangan jiwa mereka dan Kami lebihkan mereka atas banyak makhluk dari
siapa yang telah Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna. Kami lebihkan
mereka dari hewan dengan akal dan daya cipta sehingga menjadi makhluk
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK YANG PALING SEMPURNA | 13

bertanggung jawab. Kami lebihkan yang taat dari mereka atas malaikat karena
ketaatan manusia melalui perjuangan melawan setan dan nafsu, sedang ketaatan
malaikat tanpa tantangan. Demikian seterusnya dan masih banyak lainnya.
Kata ( َ‫) َك ّر ْان‬karramna terambil dari akar kata yang terdiri dari hurufhuruf kaf, ra’, dan mim yang mengandung makna kemuliaan serta keistimewaan
sesuai objeknya.
Terdapat perbedaan antara ( َ‫ ) فَض ّْلن‬fadldlolna dan ( َ‫ ) َك ّر ْان‬karramna. Yang
pertama terambil dari kata ( ‫) فضل‬fadl, yakni kelebihan, dan ini mengacu kepada
“penambahan” dari apa yang sebelumnya telah di milliki secara sama oleh orangorang lain. Rezeki, misalnya, di jamin dan di anugerahkan Allah kepada semua
makhluk. Kelebihan rezeki kepada seseorang menjadikan ia memiliki rezeki
melebihi dari rezeki yang di berikan-Nya kepada orang lain, dan ini
mengakibatkan terjadinya perbedaan antara seseorang dan yang lain dalam
bidang rezeki. Adapun yang kedua, yakni karramna, seperti di kemukakan di
atas, ia adalah anugerah berupa keistimewaan yang sifatnya internal. Dalam
konteks ayat ini, manusia di anugerahi Allah keistimewaan yang tidak di
anugerahkan-Nya

kepada

selainnya

dan

itulah

yang

menjadikan

manusia mulia serta harus di hormati dalam kedudukannya sebagai manusia.
Anugerah-Nya itu untuk semua manusia dan lahir bersama kelahirannya sebagai
manusia, tanpa membedakan seseorang dengan yang lain. Inilah yang
menjadikan Nabi Muhammad saw. Berdiri menghormati jenazah seorang yahudi,
yang ketika sahabat-sahabat Rasul saw. menanyakan sikap beliau itu, Nabi saw.
menjawab: “Bukankah yang mati itu juga manusia?”
Ayat di atas tidak menjelaskan bentuk kehormatan, kemuliaan, dan
keistimewaan yang di anugerahkan Allah kepada anak cucu Adam as. Itu
agaknya untuk mengisyaratkan bahwa kehormatan tersebut banyak dan ia tidak
khusus untuk satu ras atau generasi tertentu, tidak juga berdasar agama atau
keturunan, tetapi di anugerahkan untuk seluruh anak cucu Adam as. Sehingga di
raih oleh orang per orang, pribadi demi pribadi. Apa yang penulis sebutkan di
atas adalah sebagian dari kandungan penghormatan itu.
Ada beberapa kesan yang timbul berkaitan dengan firman-Nya:

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK YANG PALING SEMPURNA | 14

َ‫ْددر ِا ّم ْن خَ لَقن‬
ّ َ‫ ) ) َوف‬wa fadldlalnaahum ‘ala katsirin mimman
ٍ ‫ضدد ْلنَ هُ ْم َعلَى َكثِي‬
khalaqna; "dan Kami lebihkan mereka atas banyak makhluk dari siapa yang
telah Kami ciptakan.
Pertama, penggalan ayat ini tidak menyatakan bahwa Allah swt.
melebihkan manusia atas semua ciptaan atau kebanyakan ciptaan-Nya,
tetapibanyak di antara ciptaan-Nya. Atas dasar itu, sungguh ayat ini tidak dapat
di jadikan alasan untuk menyatakan bahwa manusia adalah makhluk Allah yang
paling mulia atau paling sempurna.Kedua, ayat di atas mengisyaratkan bahwa
kelebihan itu di banding dengan makhluk ciptaan Allah dari siapa yang telah di
ciptakan-Nya. Kata dari

siapamerupakan

terjemahan

dari

kata) (

‫ ِا ّم ْن‬mimman yang terdiri dari kata ( ‫) ِا ْن‬min dan ( ‫ ) َا ْن‬man. Kata man biasa di
gunakan untuk menunjuk makhluk berakal. Dari satu sisi, kita dapat berkata
bahwa, jika Allah melebihkan manusia atas banyak makhluk berakal, tentu saja
lebih-lebih lagi makhluk tidak berakal. Di tempat lain, al-Qur’an menegaskan
bahwa alam raya dan seluruh isinya telah di tundukkan Allah untuk manusia
(Q.S. al-Jatsiyah:[45]:13). Di sisi lain, kita juga dapat berkata bahwa paling tidak
ada dua makhluk berakal yang di perkenalkan al-Qur’an, yaitu jin dan malaikat.
Ini berarti manusia berpotensi untuk mempunyai kelebihan di banding dengan
banyak-bukan semua-jin dan malaikat.
Yang penulis maksud dengan manusia tentu saja manusia-manusia yang
taat karena manusia yang durhaka di nyatakan-Nya bahwa:
ّ‫ضل‬
َ َ‫إِ ْن هُ ْم إِنّ َك ْلَ ْا َع ِم بَلْ هُ ْم أ‬
“Mereka tidak lain kecuali bagaikan binatang ternak, bahkan lebih buruk”
(Q.S. al-Furqan (25) : 44).
Ayat ini merupakan salah satu dasar menyangkut pandangan Islam tentang
Hak-Hak Azazi Manusia. Manusia-siapa pun-harus di hormati hak-haknya tanpa
perbedaan. Semua memilik hak hidup, hak berbicara dan mengeluarkan
pendapat, hak beragama, hak memeroleh pekerjaan dan berserikat dan lain-lain
yang di cakup oleh Deklarasi Hak-Hak Azazi Manusia. Hanya saja, perlu di catat
bahwa hak-hak di maksud adalah anugerah Allah sebagaimana di pahami dari
kata karramna; kami muliakan dan, dengan demikian, hak-hak tersebut tidak
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK YANG PALING SEMPURNA | 15

boleh bertentangan dengan hak-hak Allah dan harus selalu berada dalam koridor
tuntunan agama-Nya.

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK YANG PALING SEMPURNA | 16

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian diatas, dalam pandangan Islam manusia dianggap Makhluk yang paling
sempurna karena manusia memiliki kemampuan intelegesi dan daya nalar sehingga manusia
mampu berifikir, berbuat, dan bertindak untuk membuat perubahan dengan maksud
pengembangan sebagai manusia yang utuh. Kemampuan seperti itulah yang tidak dimiliki
oleh makhluk Tuhan lainnya.Sesuai dengan sifatnya sebagai “Benda Ciptaan” / biasa disebut
Makhluk, manusia pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Dan sesungguhnya hanya Sang
Penciptalah yang Maha Sempurna. Oleh karna itu hal yang perlu kita sadari sepenuhnya
bukan supaya kita “rendah diri”, melainkan agar “tahu diri”. Bukannya menjadikan kita itu
sombong dan egoistis.

B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat untuk teman sekalian, makalah ini dibuat agar kita
tahu Manusia memang diciptakan sempurna namun memiliki kekurangan dan kelebihan, dan
tidak menjadikan kita sombong maupun egois.

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK YANG PALING SEMPURNA | 17

DAFTAR PUSTAKA

Daradjat, Zakiah Dkk., 1986,Dasar-dasar Agama Islam, Jakarta.
Al-Maragi, Ahmad Mustafa, 1993, Tafsir Al-Maragi,Semarang : PT. Karya Toha Putra.
Syueb, Sudono,2011, Buku Pintar Agama Islam, Percetakan Bushido Indonesia : Delta
Media.
Shihab, M. Quraish, 2002, Tafsir Al-Misbah, Jakarta : Lentara Hati.
Departemen Agama RI, 2010, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, Jakarta : Lentera Abadi.

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK YANG PALING SEMPURNA | 18

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan manajemen mutu terpadu pada Galih Bakery,Ciledug,Tangerang,Banten

6 163 90

Efek ekstrak biji jintan hitam (nigella sativa) terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diinduksi gentamisin

2 59 75

Pengaruh Rasio Kecukupan Modal dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Penyaluran Kredit (Studi Kasus pada BUSN Non Devisa Konvensional yang Terdaftar di OJK 2011-2014)

9 104 46

Perancangan media katalog sebagai sarana meningkatkan penjualan Bananpaper : laporan kerja praktek

8 71 19

Pengaruh Etika Profesi dan Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment (Penelitian pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung yang Terdaftar di BPK RI)

24 152 62

Peranan bunga kredit sebagai sumber dana bagi PT.Bank Jabar Cabang Soreang Bandung : laporan kerja praktek

2 62 68