GBE Social Tradisi Mudik Sebagai Fenomen

GENERAL BUSINESS ENVIRONMENT
SOCIAL ENVIRONMENT
Tradisi Mudik Sebagai Fenomena Sosial Masyarakat Indonesia dan
Pengaruhnya Bagi Kegiatan Bisnis

Pengajar:
Prof. Sjafri Sairin, MA, Ph.D

Oleh:
Robi Aprilianto
12/343598/PEK/18014
Angkatan 61 Reguler Kelas B

MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
I. Pendahuluan
0


Secara umum bisnis diartikan sebagai usaha yang dilakukan oleh perseorangan atau
umum dengan menjual barang dan/atau jasa dengan tujuan untuk mencari keuntungan. Dalam
pelaksanaannya karena bisnis merupakan suatu kegiatan yang melibatkan lebih dari satu
pihak dengan syarat-syarat tertentu maka akan terdapat banyak faktor yang memiliki
pengaruh terhadap bisnis. Dari berbagai faktor yang mempengaruhi bisnis salah satunya
adalah faktor lingkungan sosial. Menurut Djamaludin Ancok (2013), lingkungan sosial
didefinisikan sebagai berbagai aspek dari interaksi sosial, melalui sekelompok orang, baik
jauh maupun dekat, yang mempengaruhi kelangsungan hidup atau perkembangan organisasi.
Sjafri Sairin (2013) menyatakan bahwa manusia berinteraksi dengan lingkungan sosialnya
melalui hubungan keluarga, komunitas dan masyarakat. Adanya perubahan pola perilaku
individu lambat laun akan berpengaruh juga terhadap lingkungan sosialnya demikian juga
berlaku sebaliknya.
Adanya fenomena terjadinya perubahan lingkungan sosial harus diwaspadai oleh
pelaku bisnis karena perubahan tersebut terkadang mampu mempengaruhi keberlangsungan
proses bisnis. Hal ini bisa diartikan bahwa pengaruh lingkungan sosial sangat penting
diperhatikan oleh pelaku bisnis karena selain bisa menjadi ancaman namun juga bisa
dimanfaatkan sebagai peluang jika pelaku bisnis jeli memahami situasi lingkungan sosial.
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan sosial masyarakat menjadi tantangan
bagi pelaku bisnis untuk mempertahankan bahkan meningkatkan kapasitas bisnisnya. Adanya
perubahan-perubahan lingkungan sosial harus mampu diadaptasi atau disiasati bahkan

dimanfaatkan agar proses bisnis yang dijalankan bisa tetap berjalan dengan lancar dan tidak
timbul permasalahan yang mampu mengancam kinerja bisnisnya. Hubungan antara
lingkungan sosial dengan bisnis adalah hubungan dua arah yang saling mempengaruhi
dimana masalah sosial mampu mempengaruhi bisnis dan bisnis juga bisa menimbulkan
masalah sosial.
Salah satu fenomena sosial yang dianggap memiliki pengaruh yang bisa dimanfaatkan
oleh dunia bisnis adalah tradisi mudik yang dilakukan masyarakat Indonesia yang biasanya
dilakukan bertepatan dengan datangnya hari raya umat Islam yang merupakan agama
mayoritas penduduk Indonesia yang datang tiap satu tahun sekali. Mudik merupakan kegiatan
rutin tahunan pulang ke kampung halaman yang dilakukan berbondong-bondong oleh
masyarakat dalam rangka merayakan lebaran dan bersilaturahmi dengan sanak keluarga

1

dikampung halaman. Dalam makalah ini akan membahas mengenai tradisi mudik sebagai
fenomena sosial masyarakat Indonesia dan pengaruhnya bagi kegiatan bisnis.
II. Tradisi Mudik Sebagai Fenomena Sosial
Menurut Maman S. Mahayana (Dosen FIB UI) yang disampaikan pada International
Conference of Law and Culture in South East Asia, diselenggarakan Fakultas Hukum
Universitas Indonesia 13 Juli 2011 yang dimuat di website http://www.lenteratimur.com

menjelaskan bahwa kata mudik itu lebih dekat pada pengertian pergi ke udik, juga dapat
ditelusuri dari kata bentukan dari kata dasar udik: memudik yang bermakna berlayar mudik
(ke hulu), dan memudikkan yang bermakna menjalankan perahu kearah hulu. Mengingat udik
berada di daerah atau wilayah hulu yang jauh di pegunungan atau pedalaman, maka kata udik
mengacu pada suatu daerah atau wilayah yang berada di kawasan pedalaman, pedusunan,
pedesaan atau perkampungan. Sampai di sini, sesungguhnya kata udik masih berkonotasi
netral. Ketika seseorang dikatakan sebagai orang udik, artinya orang itu berasal dari daerah
hulu atau daerah pedalaman. Dalam perkembangannya, ketika bermunculan wilayah
perkotaan, dan kota dianggap sebagai pusat kemajuan, makna kata udik bergeser menjadi
wilayah yang belum tersentuh oleh kemajuan. Wilayah-wilayah itu berada di daerah
pedalaman, pedusunan, pedesaan atau perkampungan yang dianggap masih terbelakang.
Maka, konsep udik dalam pengertian sebagai wilayah pedalaman, pedusunan, pedesaan atau
perkampungan berseberangan maknanya dengan konsep kota dan perkotaan. Jadilah
hubungan kota—desa atau kota—udik, sebagai hubungan yang maknanya berkaitan dengan
kemajuan dan keterbelakangan.
Mudik pada hari Lebaran di Indonesia sesungguhnya disebabkan oleh problem sosial
akibat sistem pemerintahan yang sentralistik dengan Jakarta sebagai pusat segala-galanya.
Fenomena mudik yang dikaitkan dengan lebaran, terjadi pada awal pertengahan dasawarsa
1970-an ketika Jakarta tampil sebagai kota besar satu-satunya di Indonesia yang mengalami
kemajuan luar biasa. Jakarta di bawah kepemimpinan Gubernur Ali Sadikin (1966—1977)

berhasil disulap menjadi kota metropolitan. Tanpa disadari, sistem pemerintahan sentralistik
yang diterapkan penguasa Orde Baru memperoleh legitimasi sosiologis ketika ibukota negara
melesat dengan berbagai kemajuannya dibandingkan kota-kota lain di Tanah Air. Jakarta
seketika menjadi pusat orientasi sosial, budaya, politik, dan pemerintahan. Bagi penduduk
kota-kota lain, dan terutama orang-orang udik, Jakarta menjelma sebagai kota impian.
Dengan begitu, Jakarta menjadi tempat penampungan orang-orang udik yang di kampung tak
2

beruntung dan di Jakarta seolah-olah akan kaya. Boleh jadi, lebih dari 80 % para urbanis ini
datang ke Jakarta hanya untuk mencari pekerjaan. Dari jumlah itu, lebih setengahnya adalah
masyarakat tidak terdidik atau setengah terdidik. Jadi, secara sosiologis, mereka adalah
kelompok masyarakat menengah ke bawah yang secara kultural satu kakinya berada di
kampung halaman dan satu kakinya lagi enggan berada di Jakarta.
Dengan kesadaran itu, bagi mereka yang belum dapat menetap dan hidup mapan di
Jakarta, secara psikologis, tidak hanya merasa perlu mendapatkan legitimasi sosial atas
keberadaannya di Jakarta, tetapi juga sekaligus ingin menunjukkan kehadirannya,
keberadaannya, eksistensinya. Di Jakarta, eksistensi mereka tenggelam, sementara legitimasi
sosial atas keberadaan mereka juga tak kunjung datang. Itulah sebabnya, kehadiran mereka di
kampung halaman akan dapat memenuhi harapan itu. Lebaran adalah momentum yang tepat
untuk itu. Sebab, pada hari lebaran ada dimensi keagamaan dan ada legitimasi seolah-olah

lebaran adalah waktu yang tepat untuk berziarah. Pergi ke kampung halaman adalah
kamuflase dari semangat memperoleh legitimasi sosial dan menunjukkan eksistensinya.
Tetapi hal ini tidak berarti bahwa semua pelaku mudik adalah dari kalangan menengah ke
bawah, karena baik kalangan atas pun juga menjadi pelaku kegiatan mudik dengan pilihan
transportasi yang lebih baik.
Menurut konsep Hirarki Kebutuhan Individu Abraham Maslow (Kreitner&Kinicki,
2010), manusia didorong oleh kebutuhan-kebutuhan universal dan dibawa sejak lahir.
Kebutuhan ini tersusun dalam tingkatan-tingkatan dari yang terendah sampai tertinggi.
Kebutuhan paling rendah dan paling kuat harus dipuaskan terlebih dahulu sebelum muncul
kebutuhan tingkat selanjutnya. Kebutuhan paling tinggi dalam hirarki kebutuhan individu
Abraham Maslow adalah Aktualisasi Diri. Jadi prasyarat untuk mencapai aktualisasi diri
adalah memuaskan empat kebutuhan yang berada dalam tingkat yang lebih rendah: 1.
Kebutuhan-kebutuhan fisiologis, 2. kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman 3. kebutuhankebutuhan akan memiliki dan cinta 4. kebutuhan-kebutuhan penghargaan. Kebutuhankebutuhan ini harus sekurang-kurangnya sebagian dipuaskan dalam urutan ini, sebelum
timbul kebutuhan akan aktualisasi diri. Namun fenomena sosial mudik ini memang spesial
karena kebutuhan akan aktualisasi diri ini hampir dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat
bahkan terkadang banyak juga yang memaksakan diri untuk mudik meskipun dipandang
menurut piramid teori kebutuhan belum layak untuk mencapai tingkatan aktualisasi diri
karena masih belum bisa memenuhi tingkatan kebutuhan dibawahnya. Terkesan ironi tetapi
3


inilah fakta sosial yang terjadi di Indonesia dimana masyarakat rela berdesak-desakan dalam
angkutan, bermacet ria dijalan demi menuntaskan hasrat untuk pulang ke kampung halaman.

4

III.Peluang Bisnis Atas Fenomena Mudik
Fenomena mudik dimana jutaan orang melakukan perjalanan pulang balik menuju dan
dari kampung halaman dengan menggunakan transportasi darat laut dan udara merupakan
suatu peluang jika dilihat dari kacamata bisnis. Dari data Kementerian Perhubungan, total
jumlah pemudik tahun 2013 mencapai 30 juta orang. Para pemudik tersebut dibagi ke dalam
dua bagian yakni pengguna kendaraan pribadi dan pengguna kendaraan umum. Pada tahun
2013 diperkirakan jumlah yang melakukan perjalanan mudik menggunakan angkutan umum
saja ada 18.098.837 orang. Sementara itu jumlah kendaraan pribadi yang akan dipergunakan
untuk perjalanan mudik tahun ini adalah diperkirakan sebanyak 3.027.263 unit untuk sepeda
motor dan mobil pribadi sebanyak 1.756.775 unit. Menariknya, dengan segala persoalan yang
muncul seperti kemacetan dan risiko kecelakaan lalu lintas, kegiatan mudik sebelum dan
sesudah perayaan Idul Fitri ternyata memliliki multiplier effect yang luar biasa besar bagi
kegiatan ekonomi di Negeri ini.
Selama kurun waktu mudik itu, aktivitas bisnis di daerah tujuan dan wilayah-wilayah
sepanjang jalur mudik, bahkan kota yang ditinggalkan pemudik meningkat tajam. Tak hanya

transportasi, sejumlah sektor seperti perdagangan, pariwisata, kuliner, dan retail consumer
pun bergerak cepat lantaran permintaan yang melonjak dibanding hari biasa. Denyut bisnis
sekencang itu, tak lain lantaran spending dana dengan jumlah luar biasa besar, hingga lebih
dari Rp 80 triliun. Data Bank Indonesia yang menunjukkan bahwa besarnya arus dana mudik
setidaknya tercermin dari transaksi pembayaran nontunai lewat transfer RTGS (real time
gross settlement) dari kota X ke kota Y atau data penarikan uang kartal di masing-masing
kantor BI di daerah. Sangat lumrah bila seluruh sektor bisnis terkait berlomba-lomba
menawarkan selling program terbaiknya untuk memburu berkah dari kegiatan mudik lebaran.
Karena di sana terdapat kelezatan bisnis tiada tara, yakni keuntungan berlipat yang jarang
dijumpai di luar momen mudik. Saat mudik lebaran, para pelaku bisnis setidaknya dapat
meraup laba 30 persen lebih besar dibanding momen biasa.
Secara umum peluang bisnis memanfaatkan momen mudik ini dapat menghasilkan
keuntungan bagi pelaku bisnis. Keuntungan yang diperoleh dapat dikategorikan menjadi dua
yaitu keuntungan langsung dan keuntungan tidak langsung. Keuntungan langsung diperoleh
dengan peningkatan omzet dan laba yang diperoleh dari bisnis saat momen mudik lebaran
dimana transaksi bisnis melonjak tajam dibanding dengan hari-hari biasa. Sedangkan
5

keuntungan tidak langsung yang bisa diambil oleh pelaku bisnis adalah memanfaatkan
momen mudik ini untuk meningkatkan hubungan dengan pelanggan, sebagai media promosi

dan peningkatan brand image perusahaan. Peliputan besar-besaran oleh media terkait mudik
juga bisa dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan untuk ikut membonceng momen tersebut
sebagai wahana peningkatan image perusahaan. Sehingga tak pelak banyak perusahaan yang
menyelenggarakan acara-acara spesial seperti mudik bareng pelanggan dengan biaya
ditanggung perusahaan, penyediaan posko mudik disepanjang jalur mudik, dan pemberian
discount kepada pemudik, dan lain sebagainya.
Beberapa fakta peluang bisnis atas fenomena mudik yang bisa menghasilkan
keuntungan langsung berupa peningkatan omzet dan laba antara lain :
-

Peningkatan jumlah penumpang baik angkutan darat (bus, travel, kereta api),
angkutan laut dan udara saat arus mudik dan arus balik selama kurun waktu seminggu
sebelum dan sesudah lebaran.

-

Penambahan pasokan BBM sebesar 14% untuk mengantisipasi kebutuhan angkutan
mudik oleh pertamina diikuti peningkatan omzet periode waktu tersebut.

-


Keuntungan penghasilan bengkel meningkat 2-3 kali lipat, karena menjelang mudik
permintaan pengecekan dan servis kendaraan yang akan digunakan untuk mudik
melonjak drastis.

-

Jasa sewa kendaraan meningkat.

-

Omzet pedagang disepanjang jalur mudik meningkat yang diikuti dengan
penambahan jam operasional bahkan sampai 24 jam pada saat arus mudik dan arus
balik.

Sedangkan beberapa contoh kegiatan-kegiatan yang dilakukan banyak perusahaan yang
menghasilkan keuntungan tidak langsung dengan memanfaatkan momen mudik untuk
meningkatkan hubungan dengan pelanggan, sebagai media promosi dan peningkatan brand
image perusahaan antara lain :
-


Puluhan ribu warga mudik gratis bersama XL

-

Sido Muncul gelar mudik gratis bagi 200.000 pedagang jamu
6

-

Kuis mudik gratis bersama ANTV

-

Penyediaan posko-posko peristirahatan oleh perusahaan-perusahaan disepanjang jalur
mudik yang menyediakan tempat istirahat sementara yang dilengkapi fasilitas-fasilitas
seperti pijat gratis, snack dan minuman ringan gratis dan lain sebagainya.

Dari uraian diatas dapat disampaikan bahwa pada hakikatnya, fenomena mudik mempunyai
pengaruh yang positif, baik bagi pertumbuhan ekonomi regional maupun nasional. Sehingga

bila dikelola secara lebih baik, niscaya potensi manfaat dan nilai tambah tradisi mudik ini
akan jauh lebih besar dari selama ini dan peluang bisnis tahunan ini akan sangat bermanfaat
bila mampu dimanfaatkan secara jeli oleh para pelaku bisnis baik dari tingkat kecil seperti
pedagang-pedagang disepanjang jalur mudik sampai dengan perusahaan-perusahaan besar
yang sudah memiliki basis dan struktur ekonomi yang kuat.

IV. Kesimpulan
Lingkungan sosial sebagai salah satu faktor eksternal yang mampu mempengaruhi
bisnis dimana memiliki hubungan dua arah yang saling mempengaruhi dimana masalah sosial
mampu mempengaruhi bisnis dan bisnis juga bisa menimbulkan masalah sosial. Pengaruh
lingkungan sosial sangat penting diperhatikan oleh pelaku bisnis karena selain bisa menjadi
ancaman namun juga bisa dimanfaatkan sebagai peluang jika pelaku bisnis jeli memahami
situasi lingkungan sosial. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan sosial
masyarakat menjadi tantangan bagi pelaku bisnis untuk mempertahankan bahkan
meningkatkan kapasitas bisnisnya.
Tradisi mudik sebagai fenomena sosial mempunyai pengaruh yang positif bagi dunia
bisnis. Apabila peluang bisnis atas tradisi mudik ini mampu dimanfaatkan secara jeli oleh
para pelaku bisnis maka akan menghasilkan keuntungan-keuntungan baik berupa keuntungan
langsung berupa peningkatan omzet dan laba yang melonjak tajam dibanding dengan harihari biasa maupun keuntungan tidak langsung dengan memanfaatkan momen mudik ini untuk
meningkatkan hubungan dengan pelanggan, sebagai media promosi dan peningkatan brand
image perusahaan. Sehingga bisa disimpulkan bahwa fenomena mudik mempunyai pengaruh
yang positif, baik bagi pertumbuhan ekonomi regional maupun nasional dan bila dikelola

7

secara lebih baik, niscaya potensi manfaat dan nilai tambah tradisi mudik ini akan jauh lebih
besar dimasa yang akan datang.

8

Referensi
Sairin, Sjafri. 2013. Social Environment and Business. Bahan ajar disampaikan dalam kelas
General Business Environment MMUGM.
Ancok, Djamaludin. 2013. Social Environment and Business. Paper diunduh dari SINTESIS
MM UGM untuk materi General Business Environment MMUGM.
Kreitner, R, Kinicki, A. 2010, Organizational Behavior (9th edition), McGrawHill
International edition
Kompas, 2011. Akar Sosiologis Mudik. 2 September 2011. Diakses dari
http://megapolitan.kompas.com/read/2011/09/02/0253314/Akar.Sosiologis.Mudik.Le
baran
Transportasi indonesia, 2013. Mudik…. Tradisi dan Peluang Bisnis. Selasa, 30 Juli 2013.
Diakses dari :
http://transportasi-indonesia.com/mudik_tradisi_dan_peluang_bisnis_berita136.html
Tribun, 2013. Jumlah Pemudik Tahun 2013 Capai 30 juta Orang. 1 Agustus 2013. Diakses
dari http://www.tribunnews.com/nasional/2013/08/01/jumlah-pemudik-tahun-2013capai-30-juta-orang
Sinar

Harapan, 2013. Meraup Keuntungan dari Pemudik. Diakses
http://shnews.co/detile-23286-meraup-keuntungan-dari-pemudik--.html

dari

Website Badan Kebijakan Fiskal, 2010. Dampak Ekonomi Mudik Lebaran. Senin, 27
September 2010. Diakses dari http://www.fiskal.depkeu.go.id/2010/m/edef-kontenview-mobile.asp?id=2010092715201243883416
Detik Finance, 2013. Pertamina Tambah Pasokan Premium 14% Jelang Mudik. Minggu
21/07/2013. Diakses dari :
http://finance.detik.com/read/2013/07/21/201216/2309370/1034/pertamina-tambahpasokan-premium-14-jelang-mudik

9

Dokumen yang terkait

Analisis Komposisi Struktur Modal Yang Optimal Sebagai Upaya Peningkatan Kinerja Operasional Pada PT Telagamas Pertiwi Di Surabaya

1 65 76

Kajian Karakteristik Fisik, Kimia dan Mikrobiologis Edible Film dari Tiga Jenis Pati (Kimpul, Ubi Jalar Putih dan Singkong) dengan Penambahan Filtrat Kunyit (Curcuma longa Linn.) Sebagai Penghambat Bakteri Salmonella.

16 119 21

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Pengelolaan Publikasi MelaluiMedia Sosial Sebagai sarana Pengenalan Kegiatan Nandur Dulur( Studi deskriptif pada tim publikasi Nandur Dulur)

0 66 19

FUNGSI MEDIA KOMUNIKASI TRADISIONAL WAYANG KULIT DALAM ACARA RUWATAN ALAM (Studi Pada Tradisi Ruwatan Alam Di Desa Sendi, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto)

0 94 37

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121

Analisis Prioritas Program Pengembangan Kawasan "Pulau Penawar Rindu" (Kecamatan Belakang Padang) Sebagai Kecamatan Terdepan di Kota Batam Dengan Menggunakan Metode AHP

10 65 6

Peranan Deposito Sebagai Sumber Dana Pada PT. Bank X,Tbk. Cabang Buah Batu Bandung

3 47 1

Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Komitmen Organisasi Melalui Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Mediasi pada Bank DKI Kantor Cabang Surabaya

0 1 21

Asas Tanggung Jawab Negara Sebagai Dasar Pelaksanaan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

0 19 17