Proposal Kewirausahaan Budi Daya Jamur T

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
keridhoannya, kami bisa membuat suatu gagasan usaha yang Insya Allah
akan bermanfaat bagi kami sebagai pemilik usaha, dan umumnya
masyarakat. Payung Sejati ialah nama yang kami buat untuk kegiatan usaha
ini, yang begerak di bidang produksi jamur tiram.

Kami sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung,
memberi saran, dan masukan–masukannya untuk kelancaran usaha ini.
Khususnya kepada dosen pengampu mata kuliah kewirausahaan, yang
sangat berperan dalam penyusunan proposal ini.

Pringsewu, 15 – Mei –
2013

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
Berangkat dari niat untuk mendalami dunia usaha yang terbuka lebar serta

keinginan untuk memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat
maka dengan segenap pengalaman, pengetahuan, dan berbagai hasil survey
serta konsultasi, penulis menyusun proposal pengembangan usaha jamur
tiram ini. Pengembangan usaha ini dipilih atas beberapa pertimbangan
diantaranya daya serap pasar yang masih sangat tinggi dan potensial,
kebutuhan skill yang tidak begitu tinggi, biaya investasi yang relatif rendah
serta telah tersedianya sarana dan prasarana utama sehingga investasi yang
masuk akan dialokasikan untuk dana operasional usaha.
Budidaya jamur tiram putih yang bernama latin Pleurotus ostreatus ini
masih tergolong baru. Di Indonesia budidaya jamur tiram mulai dirintis dan
diperkenalkan kepada para petani terutama di Cisarua, Lembang, Jawa
Barat pada tahun 1988, dan pada waktu itu petani dan pengusaha jamur
tiram masih sangat sedikit. Sekitar tahun 1995, para petani di kawasan
Cisarua, yang semula merupakan petani bunga, peternak ayam dan sapi
mulai beralih menjadi petani jamur tiram meski masih dalam skala rumah
tangga. Dalam perkembangannya, beberapa industri berskala rumah tangga
bergabung hingga terbentuk CV dan memiliki badan hukum.

Sekilas Tentang Jamur Tiram.
Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jamur kayu

yang sangat baik untuk dikonsumsi manusia. Selain karena memiliki cita
rasa yang khas, jamur tiram juga memiliki nilai gizi yang tinggi. Jamur
tiram mengandung protein sebanyak 19 – 35 % dari berat kering jamur, dan
karbohidrat sebanyak 46,6 – 81,8 %. Selain itu jamur tiram mengandung
tiamin atau vit. B1, riboflavin atau vit. B2, niasin, biotin serta beberapa
garam mineral dari unsur-unsur Ca, P, Fe, Na, dan K dalam komposisi yang
seimbang. Bila dibandingkan dengan daging ayam yang kandungan
proteinnya 18,2 gram, lemaknya 25,0 gram, namun karbohidratnya 0,0
gram, maka kandungan gizi jamur masih lebih lengkap sehingga tidak salah
apabila dikatakan jamur merupakan bahan pangan masa depan.
Selain itu juga jamur tiram juga bermanfaat dalam pengobatan yaitu :
dapat menurunkan tingkat kolesterol dalam darah. Memiliki kandungan
serat mulai 7,4 % sampai 24,6% yang sangat baik bagi pencernaan.
Antitumor, antioksidan dan lain lain.
Budidaya jamur tiram memiliki prospek ekonomi yang baik. Jamur tiram
merupakan salah satu produk komersial dan dapat dikembangkan dengan
teknik yang sederhana. Selain itu, konsumsi masyarakat akan jamur tiram

cukup tinggi, sehingga produksi jamur tiram mutlak diperlukan dalam skala
besar.

Jamur tiram tumbuh pada serbuk kayu, khususnya yang memiliki serat
lunak seperti jenis kayu albasiah. Suhu optimum untuk pertumbuhan tubuh
buah jamur tiram adalah 20° – 28°C, dengan kelembaban 80 – 90 %.
A. Latar Belakang
Pemilihan bentuk usaha budidaya jamur tiram ini dilatarbelakangi
oleh :
 Budidaya jamur tiram memiliki prospek ekonomi yang baik.
Pasar jamur tiram yang telah jelas serta permintaan pasar yang
selalu tinggi memudahkan para pembudidaya memasarkan hasil
produksi jamur tiram.
 Merupakan salah satu jenis usaha yang memiliki tingkat
kerumitan sederhana dan membutuhkan modal yang terjangkau.
 Jamur tiram merupakan salah satu produk komersial dan dapat
dikembangkan dengan teknik yang sederhana. Bahan baku yang
dibutuhkan tergolong bahan yang murah dan mudah diperoleh
seperti serbuk gergaji, dedak dan kapur, sementara proses
budidaya sendiri tidak membutuhkan berbagai pestisida atau
bahan kimia lainnya.
 Membuka


lapangan

pekerjaan

bagi

masyarakat

sekitar

pertanian jamur tiram.
 Media pembelajaran yang bertanggung jawab bagi penulis
dalam memasuki dunia bisnis.

B. Visi
Menjadi industri budidaya jamur tiram yang dapat bersaing,
menghasilkan produk dengan kualitas baik serta memenuhi
kebutuhan jamur tiram dalam negeri khususnya daerah Lampung
sekitarnya dan Indonesia pada umumnya.


C. Misi
 Meningkatkan taraf hidup petani dengan menghasilkan jamur
berkualitas baik.
 Memperkenalkan jamur tiram secara luas kepada masyarakat
melalui pendekatan kualitas (cita rasa, mutu dan kesegaran) dan
pendekatan pelayanan konsumen.
 Membuka pelatihan budidaya jamur tiram kepada masyarakat
secara luas.
 Mensosialisasikan

manfaat

jamur

tiram

bagi

kesehatan


masyarakat sekitar Bandung pada khususnya dan Indonesia
pada umumnya.

BAB II
ANALISIS PASAR

A. Deskripsi Produk
Produk jamur tiram yang dihasilkan berupa :
 Menghasilkan berbagai jenis jamur tiram yang berkualitas baik.
B. Prospek Pasar
Budidaya jamur tiram di Kecamatan Pringsewu telah memiliki
pasar yang jelas. Hampir semua petani jamur tiram memiliki
hubungan dengan pedagang yang siap menerima hasil produksi
jamur tiram dari petani dengan harga yang cukup tinggi bila
dibandingkan dengan tanaman sayuran lainnya.
1. Dari hasil analisis pemesanan yang dilakukan oleh para
pedagang jamur terhadap petani jamur tiram sangat jelas
terlihat prospek yang sangat baik, petani jamur tiram hanya
mampu memnuhi permintaan pasar sekitar 75 % dari 1,25 ton/


hari yang dibutuhkan , dengan begitu petani sangat besar
kemungkinan untuk membesarkan usahanya untuk memenuhi
permintaan pasar.
2. Masyarakat semakin sadar pentingnya mengkonsumsi jamur
untuk tujuan kesehatan.
3. Jamur saat ini dikonsumsi sebagai pengganti daging selain
dari beralihnya pola makan masyarakat kepada bahan pangan
organik.

C. Kebutuhan dan Kecenderungan Pasar
Target ‘market’ usaha ini adalah konsumen jamur dari ‘house need’
sehingga kebutuhan akan jamur tiram masih tergolong tinggi dan
pemenuhannya masih terbatas pada pasar tradisional pada
umumnya dan beberapa ‘retail’ pada beberapa kota besar.
Sementara itu kecenderungan pasar akan jamur tiram masih
tergolongkan pada secondary goods, namun permintaan pasar masih
tinggi. Sebaliknya pada segmen hotel dan restoran yang kebutuhan
akan jamur tiramnya cukup tinggi ‘suppliers’ jamur tiram masih
minim


dan

masih

sangat

dibutuhkan.

Kecenderungan dari hotel dan restoran yang paling penting untuk
disikapi adalah pelayanan akan faktor ‘satisfaction’ penyediaan
barang, mulai dari ketepatan waktu, jenis pambayaran, layanan
purna jual, dan yang paling utama penurunan harga jual.

D. Target Pasar
Pada tahun-tahun awal, pemasaran produk difokuskan pada pasar
domestik, ‘traditional market’, dan ‘house need’.
Produk jamur segar yang dihasilkan akan dipasarkan ke / melalui :
1. Agen baik dalam skala besar maupun kecil, yang selanjutnya
akan dikirim ke berbagai wilayah di Lanpung dan sekitarnya.
2. Pasar Terminal Pringsewu dan sekitarnya. Sebagai gambaran,

permintaan pasar induk seperti pasar Pringsewu, pasar Baru

3. Pringsewu, pasar Sukoharjo permintaan atas produk jamur tiram
ini sangat tinggi sehingga untuk skala produksi yang
direncanakan dalam proposal ini pemasarannya sudah cukup
melalui pasar induk.
4. Pasar swalayan, restoran, dan hotel. Pemasaran direncanakan
akan dilaksanakan melalui sektor tersebut apabila produksi telah
stabil serta sarana dan prasarana telah memadai.
E. Proyeksi Pengembangan Usaha
Usaha ini diorientasikan sebagai usaha kecil menurut banyak pakar
ekonomi, namun usaha tersebut dipandang sebagai tulang punggung
dalam salah satu pemulihan ekonomi Indonesia. Untuk itu
pengembangan budidaya jamur ini akan dibagi dalam tiga tahap,
yaitu: tahap industri kecil awal, tahap industri kecil lanjut, dan tahap

industri menengah. Penjelasan mengenai ketiga tahap industri
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tahap Industri Kecil Awal
 Tahap ini merupakan langkah awal menuju terbentuknya

industri padat karya yang kuat dan kokoh.
 Menerapkan

standar

produksi

yang

tepat

untuk

mengoptimalkan hasil budidaya jamur.
 Penyempurnaan sistem produksi, keuangan dan distribusi.
 Penambahan tenaga kerja.
 Pencarian investor (guna penambahan modal usaha yang di
orientasikan perkembangan perusahaan).

Tahap industri kecil awal ini merupakan jembatan menuju

berdirinya industri kecil yang kokoh.
2. Tahap Industri Kecil Lanjut.
Tahap ini merupakan pengembangan dari tahap industri kecil
awal. Setelah kebutuhan dana mencukupi, dan seluruh
kekurangan telah dapat diatasi, maka dimulailah industri kecil
lanjut

yang

ditargetkan

untuk

memiliki

perijinan

dan

pembentukan badan usaha. Industri ini diharapkan mampu
menyerap banyak tenaga kerja, mulai dari pekerja kasar di
bagian produksi hingga profesional di bidang pemasaran, R & D
dan administrasi. Tahap industri kecil lanjut ini merupakan

jembatan menuju berdirinya industri menengah yang mampu
menghasilkan jamur tiram hingga 75 % kebutuhan pasar.
3. Tahap Industri Menengah Nasional.
Secara umum, tahap industri menengah adalah perluasan dari
industri kecil, mulai dari sistem, kapasitas produksi hingga
ekspansi distribusinya. Tidak tertutup kemungkinan untuk
melakukan ekspor. Tahap ini diharapkan dapat menyerap
menyerap tenaga kerja lebih banyak.

BAB III
FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG

Setiap usaha yang dijalankan, pasti ada yang sukses dan ada
yang belum sukses seperti halnya usaha ini. Ada beberapa hal
yang menurut kami akan menghambat dan sangat mendukung
dalam menjalankan usaha ini.
A. Faktor penghambat tersebut diantaranya :
1. Banyaknya usaha yang sama.

2. Harga bahan baku yang tidak stabil.
Tapi kami sudah merencanakan untuk memecahkan
masalah faktor penghambat tersebut diantaranya yaitu
dengan berhati–hati dalam mengelola setiap anggaran dana
yang akan dikeluarkan. Sedangkan untuk mengatasi faktor
yang kedua, yakni harga bahan baku tidak stabil, kami
menyiasatinya dengan membeli bahan baku langsung
kepada petani setempat agar memperoleh harga yang lebih
murah.
B. Faktor Pendukung Usaha Ini Diantaranya :
1. Kondisi tempat, dan peralatan yang memadai.
2. Higienis dan harga yang relatif terjangkau.
3. Merupakan salah satu bagian produk yang banyak
dibutuhkan oleh masyarakat.

BAB IV
ANALISIS OPERASIONAL
A. Lokasi Produksi
Lokasi usaha terletak Satria Kuncup Pringsewu Utara Kabupaten
Pringsewu.
B. Kapasitas Produksi
Diperkirakan dalam tahap awal memproduksi sekitar 3750 baglog.
Panen dilakukan setelah 2 minggu penanaman jamur tiram dan

panen dilakukan 3 kali dalam 1 minggu penanaman tersebut hanya
mampu memenuhi 75 % kebutuhan pasar.
C. Proses Produksi
Proses produksi dijelaskan dalam bagan sebagai berikut.
D. Investasi Yang Dibutuhkan.
Investasi awal yang dibutuhkan adalah sebesar 70

juta rupiah.

Investasi diperoleh dari uang yang terkumpul pada setiap pendiri
usaha.
E. Rancangan Produksi
Sebagai gambaran, sarana dan prasarana utama seperti bangunan
kumbung dan kelengkapannya dalam pengembangan usaha ini telah
tersedia sehingga investasi yang ada akan difokuskan untuk biaya
operasional usaha.

F. Profil dan Struktur Kepengurusan.
Struktur kepengurusan dibuat sesederhana mungkin sehingga
selama tahap industri rumah tangga, tiap pengurus memegang
jabatan rangkap. Susunan kepengurusannya adalah sebagai berikut :
 Satu orang Manajer Utama merangkap Manager Pemasaran
bertugas mengelola perusahaan secara umum. Sebagai seorang
Manager Pemasaran, ia pun bertugas membuka pasar, melakukan

negosiasi bisnis dan memastikan produk dipasarkan dengan baik
dan sampai ke konsumen tanpa masalah.
 Satu orang Manajer Operasional Harian merangkap Manager
Produksi.

Direktur

bertanggung

jawab

Operasional
terhadap

dan

Manajer

kelancaran

Produksi

produksi

secara

keseluruhan, melakukan pengembangan bibit, memastikan
produk berada dalam kondisi baik.
 Satu orang Manajer Keuangan. Manajer Keuangan bertugas
melakukan analisis keuangan dan memiliki pertanggungjawaban
penuh pada pengaturan arus pengembalian modal dan pembagian
keuntungan pada investor. Bersama dengan manajer lainnya juga
berkordinasi dalam melakukan pengembangan dan ekspansi
skala produksi secara bertahap.
Dalam target jangka panjang, setelah memasuki tahap industri
menengah, susunan kepengurusan akan disempurnakan dengan
penambahan pengurus baru dan tidak ada lagi jabatan rangkap.
Divisi produksi akan diorientasikan sebagai divisi padat karya,
sehingga mampu menyerap banyak tenaga kerja. Tenaga kerja
terlatih akan direkrut dari lulusan yang cakap dan ulet, dan
tenaga pemasaran akan ditambah sesuai dengan kapasitas
produksi berjalan.

BAB V
ANALISIS KEUANGAN

A. Analisis Modal Yang Di Butuhkan (Skala Produksi 3750
log)
1. Modal tetap
Lahan (10 m x 7 m) = Rp. 25.000.000
2. Biaya Penyusutan
Biaya pembuatan Gubuk = Rp. 10.000.000
3. Modal kerja (Biaya operasional)
a. Bahan baku untuk 3750 log
Biaya 3750 baglog = Rp. 7.500.000
b. Gaji pegawai
Jumlah total per musim = Rp.3.000.000
c. Operasional = Rp. 500.000
4.

Total Modal = Modal tetap + modal Penyusutan + Modal
Kerja
= Rp. 25.000.000 + Rp. 10.000.000 + Rp. 11.000.000
= Rp. 46.000.000

B. Modal Yang Terkumpul
Diperoleh dari 3 orang pendiri Usaha :
3 orang x Rp. 10.000.000 = Rp. 30.000.000

C. Tambahan Modal Yang Dibutuhkan
Total Modal – Modal Yang Terkumpul = Rp. 46.000.000 -

Rp. 30.000.000
= Rp. 16.000.000
D. Perhitungan Pendapatan
1. Pendapatan kotor
Produksi jamur (kegagalan 20%) = (3750 x 20%)log x 0,25
kg
= 750 kg
750 kg x 7000 = Rp. 5.250.000/hari
2. Biaya Produksi 1 kali penanaman = Biaya bahan baku +
Biaya
Pekerja +
operasional
= Rp. 7.500.000 + Rp. 3.000.000 + Rp. 500.000
= Rp. 11.000.000
3. Pendapatan bersih (Net Profit) = pendapatan kotor – biaya
produksi
= Rp. (5.250.000 x 7) – Rp. 11.000.000
= Rp.25.750.000
4.

Break Event Point
BEP Produksi = Total biaya produksi / harga satuan
= 11.000.000 / 7000
= 1571,4 kg
Artinya budidaya jamur tiram tidak mendapat untung dan
juga tidak mengalami kerugian bila jumlah produksi

sebesar 1571,4 kg
BEP Harga = Total biaya produksi / jumlah produksi
= 11.000.000 / 3750
= Rp. 2933,33
Artinya usaha ini tidak mendapatkan untung dan juga tidak
mengalami kerugian bila harga jual Rp. 2933,33 per kilo
5. Benefit Cost Ratio
BC Ratio = Rp. 25.750.000/ Rp. 11.000.000
= 2,34
Artinya pendapatan bersih yang diperoleh dalam usaha
pembibitan bibit jamur adalah 2,34 di atas total biaya.
6. Masa Pengembalian Modal
dengan penghasilan bersih sebanyak Rp. 25.750.000
dalam setiap 1 kali penanaman jamur dihitung modal usaha
dapat diperkirakan akan kembali pada 2 kali penanaman
jamur tiram dengan waktu kurang lebih 1 bulan 1 minggu.
7. Pembagian keuntungan
Pembagian keuntungan bersih direncanakan adalah sebagai
berikut:
Kepentingan sosial : 5% (zakat 2,5% + kepentingan sosial
2,5%)
profit
Pengembangan usaha : 25 % profit
Pengelola : 20 % profit

Dividen investor : 50 % profit (20% profit share ; 30%
pengembalian modal)

BAB VI
ANALISIS MANAJEMEN

A. Manajemen Pengelolaan
Dalam kurun waktu tahun 2013 sampai dengan 2014
difokuskan pada pemantapan produksi. Maksudnya adalah
membuat usaha perdagangan jamur tiram tersebut menjadi
dikenal dan tersosialisasi dengan baik untuk seluruh lapisan
masayarakat, bahwasannya jamur tiram yang dikembangkan
ternyata dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.

Sumber daya manusia yang dikelola dalam pembudidayaan
jamur tiram

juga masih sangat minim pengetahuannya.

Sehingga perlu sekali pemahaman dengan cara pembelajaran
terlebih dahulu. Hal ini dilakukan dengan beberapa cara,
misalnya studi banding, mengikuti pelatihan, ataupun studi
literatur dari berbagai media cetak maupun elektronik, baik
lokal maupun internasional. Kebanyakan karyawan juga berasal
dari daerah sekitar lokasi usaha, dengan kondisi yang cukup

minim untuk kualifikasinya, sehingga banyak sebagai tenaga
kasar pada bagian produksi.
Pada awal usaha ini memang tidak memiliki manejemen yang
baik, apalagi tentang keuangan. Pembukuan masih sangat
sederhana, bahkan bisa dikatakan tidak ada. Baru dirintis
pembukuan sederhana pada awal tahun 2012. Tetap dikemas
secara sederhana namun minimal bisa

mulai dipilah tentang pembukuan keluarga dan usaha itu sendiri.
Strategi marketing juga dilakukan melalui blog-blog di internet
dan Home page berupa Website resmi dan khusus tentang Profil
usaha dan marketingnya. Bahkan yang sudah berjalan adalah
konsultasi mengenai budi daya jamur melalui email yang sudah
berjalan sejak tahun 2000.
Pemasaran

sudah

mengalami

inovasi

yang

lebih

luas.

Segementasi pasar dan target juga sudah berkembang jauh.
Jangkauan pasar bukan hanya ditingkat lokal, bahkan sudah
mencapai seluruh nusantara. Untuk penjualan sudah mencapai
luar pulau, diantaranya, Medan, Palembang, Lampung, Jambi,
Batam,

Banjarmasin,

Samarinda,

Palangkaraya,

Sampit,

Tenggarong, Makasar, Ambon, Nusa Tenggara Timur, dan Bali.
Manajerial masih dilakukan secara sederhana, namun sudah
lebih terkonsep dan penuh strategi, sedangkan pendataan,
administrasi dan keuangan sudah terkomputerisasi. Sehingga

untuk keuangan sudah lebih tertata rapi dan terpilah antara
keuangan

keluarga

dan

usaha.

Sedangkan legalitas usaha berubah nama dan lebih difokuskan
pada
perdagangan Jamur Tiram dan agrobisnis.

BAB VII
PENUTUP

A. Antisipasi Masa Depan
Sebagai wirausahawan yang baik, kami tidak akan membiarkan
usaha ini berjalan secara mendatar. Kami akan terus mencoba
memperbaiki kualitas pekerjaan kami, agar para peminat dan
konsumen puas atas kue yang kami buat. Karena apabila
kualitas jamur tiram kami tidak kami tingkatkan kemungkinan
besar usaha ini tidak akan maju, dan terancam bangkrut.

B. Kesimpulan
Menurut kami usaha ini dapat berkembang dan akan mencapai

keberhasilan. Kami sangat yakin bahwa usaha ini akan maju dan
terus berkembang karena dilakukan oleh orang–orang yang
mempunyai kualitas dalam menjalankan setiap pekerjaan. Kami
sadar bahwa usaha ini tak akan langsung berkembang pesat tapi
kami akan terus berjuang untuk terus menjalankan dan
mengembangkan usaha ini.
C. Saran
Demikian proposal pengembangan usaha jamur tiram ini penulis
susun. Dari hasil analisis penulis mengenai peluang pemasaran,
operasional, dan keuangan, penulis optimis bahwa budidaya
jamur tiram ini layak dan berpotensi tinggi untuk
dikembangkan.

Dokumen yang terkait

AN ALIS IS YU RID IS PUT USAN BE B AS DAL AM P E RKAR A TIND AK P IDA NA P E NY E RTA AN M E L AK U K A N P R AK T IK K E DO K T E RA N YA NG M E N G A K IB ATK AN M ATINYA P AS IE N ( PUT USA N N O MOR: 9 0/PID.B /2011/ PN.MD O)

0 82 16

Anal isi s L e ve l Pe r tanyaan p ad a S oal Ce r ita d alam B u k u T e k s M at e m at ik a Pe n u n jang S MK Pr ogr a m Keahl ian T e k n ologi , Kese h at an , d an Pe r tani an Kelas X T e r b itan E r lan gga B e r d asarkan T ak s on om i S OL O

2 99 16

Analisis Pengaruh Pengangguran, Kemiskinan dan Fasilitas Kesehatan terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia di Kabupaten Jember Tahun 2004-2013

21 388 5

Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Peningkatan Produktivitas sekolah : penelitian di SMK al-Amanah Serpong

20 218 83

Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhada Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha (Pstw) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur

10 166 162

Laporan hasil kerja praktek di Pusat Litbang Sumber Daya Air

1 82 1

Pengaruh Kemampuan Manajerial Dan Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha Di Unit Agro Bisnis Pada Yayasan Al-Anshor Bandung (survey pada petani unit Agro Bisnis Yayasan Al-Anshor Bandung)

5 61 1

Sistem Penilaian Kinerja Pegawai di PT. Daya Adicipta Mustika Menggunakan Metode Personal Balanced Scorecard

0 12 1

Proposal Budidaya Tanaman Jagung

7 69 11

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59