2 ETIKA PROFESI 2013 rev okt 1
IRJEN POL (P) DRS. I KETUT ASTAWA
2
ETIKA PROFESI KEPOLISIAN
TYPE NEGARA
FUNGSI
KEMANDIRIAN & PROFESIONALISME
TUGAS/KEWAJIBAN
INTERNALISASI ETIKA PROFESI POLRI
WEWENANG
INDIVIDU
POLRI
ADM
POLRI
MANAJEMEN
KEPEMIMPINAN
PIMPINAN
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
TINDAKAN ETIS
SITUASI LINGKUNGAN, MASY,
DEMOKRATISASI, HUKUM, HAM.
DAN KETERBATASAN POLRI
TEGAKNYA HUKUM
TERWUJUDNYA
KAMTIBMAS
TATA TENTERAM
KERTA RAHARJA
3
ETIKA POLRI
BAB – I
HUBUNGAN ETIKA DENGAN PROFESI POLRI
1.
2.
3.
4.
5.
BAB – II
LATAR BELAKANG
PENGERTIAN ETIKA
PERANAN ETIKA DALAM PELAKSANAAN TUGAS POLRI
UNTUK APA ANGGOTA POLRI MEMPELAJARI ETIKA PROFESI POLRI
SISTIMATIKA
NILAI MORAL, NORMA MORAL, TEORI ETIKA DAN ETIKA KEWAJIBAN, ETIKA KEUTAMAAN, DAN ETOS KERJA
1.
2.
3.
4.
BAB – III
KEKHASAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
1.
2.
3.
4.
5.
BAB – IV
NILAI MORAL
NORMA MORAL
TEORI ETIKA
ETIKA KEWAJIBAN, ETIKA KEUTAMAAN DAN ETOS KERJA
TUGAS POLRI
WEWENANG POLRI
POLRI POLISI NASIONAL
POLRI POLISI PEJUANG
POLRI SIPIL BERUNIFORM DAN BERSENJATA
SITUASI DAN KONDISI YANG DIHADAPI POLRI
1.
2.
3.
4.
5.
TREND GANGGUAN KAMTIBMAS
MASYARAKAT
DEMOKRATISASI, HUKUM DAN HAM
ERA REFORMASI : POLRI PROFESIONAL DAN MANDIRI
KETERBATASAN POLRI
4
BAB – V
TINDAKAN POLRI DAN ASAS-ASAS PELAKSANAAN TUGAS POLRI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
TINDAKAN POLRI
BENTUK-BENTUK TINDAKAN POLRI
TINDAKAN YANG BENAR
ASAS-ASAS UMUM PELAKSANAAN TUGAS POLRI
PRINSIP-PRINSIP DASAR PENEGAKKAN HUKUM
RAMBU-RAMBU / UKURAN TENTANG KEABSAHAN BEBERAPA TINDAKAN
POLRI
7. ASAS-ASAS MORAL POLRI
8. ASAS-ASAS UMUM PENYELENGGARAAN NEGARA
9. PRINSIP-PRINSIP UNIVERSAL PEMOLISIAN DEMOKRATIS
BAB – VI
LANDASAN PELAKSANAAN TUGAS POLRI
1. LANDASAN YURIDIS
A. UNDANG-UNDANG NO. 2 / 2002
B. UNDANG-UNDANG NO. 8 / 1981
C. UNDANG-UNDANG NO. 39 / 1999
2. LANDASAN KEBIJAKAN
BAB – VII
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1.
2.
3.
4.
KEBEBASAN
KEWAJIBAN
HATI NURANI DAN PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
TANGGUNG JAWAB
5
BAB – VIII
ETIKA DAN KODE ETIK PROFESI POLRI
1. PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN
2. KRONOLOGIS LAHIRNYA TRIBRATA SAMPAI DENGAN LAHIRNYA KODE ETIK
PROFESI POLRI
3. SUMBER KODE ETIK POLRI
A. TRIBRATA
B. CATUR PRASETYA
4. TRI BRATA
5. CATUR PRASETYA
6. HUBUNGAN TRI BRATA DENGAN PANCASILA
7. HUBUNGAN TRIBRATA DENGAN CATUR PRASETYA
8. LAMBANG POLRI
9. PEMAKNAAN BARU TRI BRATA
10. PEMAKNAAN BARU CATUR PRASETYA
11. KODE ETIK PROFESI POLRI
12. INSTRUMEN-INSTRUMEN PBB
13. INTERNALISASI ETIKA PROFESI POLRI
6
BAB – I
HUBUNGAN ETIKA DAN PROFESI KEPOLISIAN
7
LATAR BELAKANG
Proklamasi Kemerdekaan
RI
17-8-1945
Indonesia Negara yg
merdeka
UUD 1945
18-8-1945
Tujuan Negara
Pembukaan
Dasar Negara (Pancasila)
Psl 1 ayat (2)
Kedaulatan ditangan rakyat
(Negara Demokrasi)
Batang tubuh
Sistim pemerintahan negara
Indonesia Negara Hukum
(Rechstaat)
- Pemerintahan berdasarkan
sistim konstitusi
Indonesia Negara
Demokrasi
berdasarkan hukum.
Indonesia negara
hukum materiil
-
Penjelasan
Pokok pikiran IV yg terkandung
dlm pembukaan : Negara
berdasar atas Ketuhanan YME
menurut dasar kemanusiaan
yg adil dan beradab
Rapat Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia
tgl 19 Agustus 1945
Ada 4 hal yg harus
mendapat perhatian a.l. ttg
pimpinan Kepolisian
Mewajibkan pemerintah
dan lain-lain
penyelenggara negara
untuk memelihara Budi
pekerti kemanusiaan yg
luhur dan memegang
teguh cita-cita moral
rakyat yg luhur
Supaya diperintahkan
dgn petunjuk2 sikap
baru terhadap rakyat
Polri adalah abdi :
Pelayan, pelindung
dan pengayom rakyat,
masyarakat. Polri
bukan alat penguasa
Polri adalah alat
negara yg
bertugas :
memelihara
kamtibmas,
penegak hukum
yg menjunjung
tinggi hukum,
HAM,
transparansi dan
bertanggung
jawab
Perilaku Polri
berpedoman
pada etika profesi
Polri yg dijiwai
Pancasila
Harus ada peruba-han
sikap polisi sejalan
dgn tuntutan negara
merdeka
Tindakan/
sikap
perilaku Polri
berpedoman
kepada etika
profesi
Polri : Tri
Brata sbg
pedoman
hidup. Catur
Prasetya
sbg
pedoman
karya. Kode
etik profesi
Polri yg
merupakan
kristalisasi
dari nilainilai Tri
Brata dan
Catur
Prasetya yg
dijiwai oleh
Pancasila
8
Penelitian Prof. Djoko
Soetono SH tentang
perkembangan fungsi
Kepolisian sejalan dg
perkembangan type
Negara di beberapa
Negara
Tri Brata sbg
Pedoman hidup
TRI BRATA
3 jalan menuju Polisi
yang ideal
1 Juli
1955
Panji-panji Polri
Rastra
sewakotama
Polri adalah abdi
utama negara
dan bangsa :
pelayan,
pelindung dan
pengayom
masyarakat
Polri yg
dipercaya
dan
dicintai
masyarakat
9
Era Orde Lama
1945 – 1966
Demokrasi
Terpimpin
UUD 1945
UUD RIS
UUD Sementara 1950
Semua UUD
menyatakan
Indonesia
sebagai Negara
Demokratis,
Negara Hukum
UUD / setelah amandemen
TAP MPR No VI Th. 2000
TAP MPR No VII Th 2000
TAP MPR No VI Th 2001
tentang Etika Kehidupan
Berbangsa
Psl 31 (1) sistim
pendidikan yg
meningkatkan
keimanan dan
ketakwaan serta
akhlak mulia dlm
rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa
Semakin demokratis suatu negara
semakin dituntut polisi yg
profeional dan mandiri
Era Orde Baru
1966 – 1998
Demokrasi
Pancasila
Polisi yg profesional dan mandiri
Reformasi Polri
Era Reformasi
1998 – skrng
Kebangkitan
Demokrasi
UU No. 28 thn 1999 ttg
Penyelengara Negara yg bersih dan
bebas dari KKN diletakkan asasasas umum penyelenggaraan
negara, asas tertib penyelenggara
negara, asas kepentingan umum,
asas keterbukaan, asas
proporsional, asas profesionalitas
dan asas akuntabilitas.
Struktural
Instrumental
Kultural
Polri berdiri
sendiri
dibawah
Presiden
Perubahan UU
Polri.
UU No. 2/2002
ttg Polri
Memperbaiki
tingkah laku
Polri
Bab V
Pembinaan Profesi
Psl 31 Pejabat
Polri harus
mempunyai
kemampuan
Profesi
Psl 32(1)
Pembinaan
kemampuan melalui
pembinaan etika
profesi dan
pengembangan
pengetahuan teknis
Tingkah laku / sikap
Polri yg profesional
dan mandiri
Intake/ seleksi
personil,
Lemdik dan
kepemimpinan
atasan /
komandan
10
PENGERTIAN ETIKA
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (yang baru) :
1.
2.
3.
Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (Ahlak)
Kumpulan azas / nilai yang berkenaan dengan ahlak
Nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat
Menurut K. Bertens :
1.
2.
3.
Nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya (Sistem nilai)
Kumpulan azas atau nilai moral (kode etik)
Ilmu tentang apa yang baik atau buruk sebagai hasil penelitian sistimatis & metodis (flsafat moral)
Menurut Jenderal Kunarto
1.
2.
3.
4.
Etika adalah ilmu dan pengetahuan tentang perilaku manusia yang terkait dengan norma, nilai-nilai atau
ukuran,buruk baiknya yang berlaku pada masyarakatnya
Etika kepolisian : Norma tentang perilaku Polisi untuk dijadikan pedoman dalam mewujudkan pelaksanaan
tugas yang baik bagi penegakan hukum, ketertiban umum dan keamanan masyarakat.
Etika Polri adalah perilaku etis setiap anggota Polri dalam semua bentuk penugasan agar semua tugas dapat
dilaksanakan secara baik sehingga terwujud kondisi keamanan serta ketertiban dengan derajat tinggi di
lingkungan masyarakat Indonesia.
Kode etik adalah kumpulan inti-inti etika.
11
PENGERTIAN ETIKA YANG DIGUNAKAN DALAM NASKAH INI
1. Nilai dan norma moral yg
dijadikan pedoman
mengatur tingkah laku
Etis anggota Polri dalam
semua bentuk penugasan
2. Sbg. Etika yg diterapkan
di lingkungan Polri
merupakan cabang dari
ilmu etika atau filsafat
moral yg diterapkan
dilingkungan Polri.
SEMUA TUGASTUGAS YG
MENJADI
KEWAJIBANNYA
DAPAT
DILAKSANAKAN
SECARA BAIK
12
FUNGSI, TUGAS DAN TUJUAN POLRI
1. Fungsi Polri (Pasal 2 UU No. 2/2002)
Salah Satu fungsi pemerintahan Negara di bidang pemeliharaan keamanan dan penertiban masyarakat,
penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.
2. Tugas Polri (Pasal 13 UU No. 2/2002)
a.
b.
c.
Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.
Menegakkan hukum.
Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.
3. Tujuan Polri (Pasal 4 UU No. 2/2002)
Mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib
dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat serta terbinanya
ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi Hak Azasi Manusia.
PERANAN ETIKA POLRI DALAM PELAKSANAAN TUGAS POLRI
UNTUK MEWUJUDKAN TUJUAN POLRI
Menurut Frans Magnis Suseno dalam bukunya Etika Dasar Masalah-masalah pokok Filsafat Moral hal
13 dan 14 menyatakan bahwa Etika merupakan sarana orientasi bagi usaha manusia menjawab suatu
pertanyaan yang amat fundamental bagaimana saya harus hidup dan bertindak? Sebenarnya banyak
pihak yang menjawab pertanyaan itu bagi kita orang tua, guru, adat istiadat dan tradisi, teman,
lingkungan soaial, agama, Negara, pelbagai ideology. Tetapi apakah benar yang mereka katakan? Dan
bagaimana kalau mereka masing-masing memberikan nasehat yang berlainan? Lalu siapa yang harus
diikuti? Dalam situasi ini etika mau membantu kita untuk mencari orientasi. Tujuannya agar kita tidak
hidup dengan cara ikut-ikutan saja terhadap berbagai pihak yang mau menetapkan bagaimana kita
harus hidup, melainkan agar kita dapat mengerti sendiri mengapa kita harus bersikap begini atau begitu.
Etika mau membantu, agar kita lebih mampu untuk mempertanggungjawabkan kehidupan kita.
Selanjutnya Frans Magnis Suseno pada halaman 14 membedakan etika dengan ajaran moral Dengan
ajaran moral dimaksudkan ajaran-ajaran, wejangan-wejangan, khotbah-khotbah, patokan-patokan,
kumpulan peraturan dan ketetapan, entah lisan atau tertulis, tentang bagaimana manusia harus hidup
dan bertindak agar menjadi orang baik. Etika bukan suatu sumber tambahan bagi ajaran moral,
melainkan merupakan filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan
moral. Etika adalah sebuah ilmu bukan sebuah ajaran.Jadi etika dan ajaran-ajaran moral tidak berada
pada tingkat yang sama. Yang mengatakan bagaimana kita harus hidup, bukan etika melainkan ajaran
moral . Etika mau mengerti mengapa kita harus mengikuti ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita
dapat mengambil sikap yang bertanggungnjawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral.
Prof. DR Awaloedin Djamin, MPA (Jenderal Polisi Pur) dalam bukunya Agenda Reformasi Polri Pasca
Sidang Istimewa MPR Tahun 2001 Hal 161 menyatakan Masalah pokok dalam penegakkan hukum dan
etika dalam proses Good Governance dewasa ini adalah disamping merosotnya kesadaran dan ketaatan
hukum masyarakat (law abiding citizen) dan masih lemahnya kemampuan teknis professional aparat
penegak hukum , adalah etika para pejabat penegak hukum. Tampa etika, wewenang yang dimiliki akan
mudah disalahgunakan.. Selanjutnya pada hal 162 beliau menyatakan Keadaan, masalah serta usaha
pembangunan penegakkan hokum dan etika adalah bagian integral dari seluruh usaha membangun
good governance, merobah perilaku sebagai penguasa menjadi pelayan masyarakat.
13
14
Kuantitas
SDM
(SUBYEK)
Keberhasilan
Lakgas Polri
utk wujudkan
tujuan Polri
Penguasan
keahlian
Kualitas
Sumber Daya
lain sbg
pendukung
Penghayatan
norma/nilai
moral (Etika
profesi Polri)
Perilaku Polri
yg etis (profesional dlm
pelaksanaan
tugas
Terwuj
udnya
tujuan
Polri
Tata
Tenteram
Karta
Raharja
Anggaran
Tersedianya
Sarana dan
Prasarana
materiil
Penguasaan keahlian dan penghayatan norma-norma nilai-nilai
etika Polri sama-sama menentukan sejauh mana kadar
profesionalisme anggota Polri yang bersangkutan.
Namun demikian dlm hal ini harus digaris bawahi bahwa etika
profesi adalah landasan /dasar untuk menanam dan menumbuh
kembangkan profesionalisme Polri yang semakin menjadi tuntutan
masyarakat.
15
UNTUK APA ANGGOTA POLRI MEMPELAJARI ETIKA PROFESI POLRI?
1.
2.
3.
4.
5.
Meningkatkan pemahaman dan penghayatan bahwa Etika Polri adalah dasar untuk menanam
dan menumbuh kembangkan profesionalisme Polri yang semakin menjadi tuntutan masyarakat.
Membantu meningkatkan kesadaran moral dan menjadi siap untuk mengambil keputusan etis
yang tepat dan berbobot dalam pengabdiannya selaku anggota Polri.
Menjaga martabat Polri dan menjaga kepercayaan masyarakat (pemuliaan profesi Polri)
Meningkatkan pemahaman dan penghayatan etika profesi sebagai pedoman moral yang
berfungsi sebagai pengawas dan pengendali tingkah laku sebagai anggota Polri dalam
pengabdiannya kepada negara dan bangsa Indonesia.
Bagi Perwira Polri dituntut untuk memahami dan menghayati etika profesi Polri secara
mendalam karena :
a.
b.
c.
Perwira harus memegang teguh kesetiaan dan ketaatan. Perwira adalah pemimpin yang menjadi suri
tauladan dari bawahannya.
Keputusan-keputusan dari Perwira selaku pemimpin mempunyai dampak yang luas dan mendalam,
menyangkut kehormatan dan martabat serta kebanggaan kesatuan yang dipimpinnya.
Sebagai Perwira dituntut keberanian untuk bertanggung jawab atas semua tindakannya termasuk tanggung
jawab terhadap tindakan dari bawahannya.
16
BAB – II
NILAI MORAL, NORMA MORAL, TEORI ETIKA
DAN ETIKA KEWAJIBAN, ETIKA KEUTAMAAN
DAN ETOS KERJA
1. Nilai Moral
2. Norma Moral
3. Teori Etika
4. Etika Kewajiban, Etika Keutamaan dan Etos Kerja
17
ETIKA
Nilai
&
Norma
moral
Menjadi
pegangan
bagi
seseorang /
kelompok
Berkaitan dengan apa yang baik dan
buruk, yang boleh dan yang dilarang,
yang patut dan yang tidak patut
dilakukan
Dalam
mengatur
tingkah
lakunya
Tindakan
etis
18
Nilai
Nilai
relatif
harga
intrinsik
martabat
ekonomi
Berkaitan dgn tanggung jawab
estetika
Berkaitan dengan hati nurani
moral
Ciri-ciri
Mewajibkan kewajiban moral
tdk datang dari luar tetapi
berakar dlm kemanusiaan itu
sendiri
19
Norma
Aturan/ kaidah
yang dipakai
sebagai tolok
ukur untuk
menilai sesuatu
Norma moral
Norma agama
Norma kesopanan
Norma hukum
Sanksi : pelanggaran norma moral adalah keluar
dari hati nurani berupa penyesalan
Norma moral menentukan
apakah perilaku kita baik
atau buruk dari sudut moral
Generalisasi the golden rule of ethics hendaklah
memperlakukan orang lain sebagaimana anda sendiri
ingin diperlakukan
Norma moral, norma yang tertinggi yang tidak bisa
ditaklukkan pada norma lain, sebaliknya norma moral
menilai norma lain
Jika ada UU yang dianggap tidak etis,
UU itu harus dihapus atau diubah. Apa
arti UU kalau tidak disertai moralitas
Sebaliknya moral membutuhkan
hukum, moral akan mengawangawang saja, kalau tdk diungkap-kan
dan dlembagakan dlm masy
20
Dasar Nilai dan norma moral
pada suatu kebudayaan
Adat / kebiasaan
Kodrat
Nilai-nilai dan norma
moral bisa berubah
Nilai dan norma moral
tidak bisa dirubah
Apa yang dinilai baik
hari ini, besok bisa
dinilai buruk
Sofistic – sofi
Ada nilai-nilai dan norma
moral yang tetap dan tidak
terubahkan
Socrates dan Plato
menentang para sofis
Teori-teori Etika
Sistim Filsafat Moral
Teologis
(Terarah pada tujuan)
Hedonisme
Eudonisme
21
Deontologis
Vdeon = Kewajiban
Utilitarisme
I. Kant
W.D. Ross
Aristoteles
(341-270 SM)
Aristippos
(433-355 SM)
Epikuros
(341-270 SM)
Klasik
Jeremy Bentham
(1748-1832)
Aturan
John Stuart Mill
(1806-1873)
Stephan
Toulmin
Richard B.
Brandt
Tidak ada satu sistimpun yang sama sekali memuaskan. Disamping segi-segi yang menarik, setiap sistim ada
kelemahannya juga. Hal itu berlaku juga untuk dua sistim yang paling berbobot dalam sejarah filsafat modern,
Utilitarisme dan Deontologi. Karena itu dalam filsafat moral dewasa ini sebenarnya tidak ada lagi utilitarisme
murni atau deontologi murni. Sekarang para filsuf berusaha menjadikan sintesis antara pendekatan utilitaristis
dan pendekatan deontologis. Disamping itu mereka seringkali memanfaatkan unsur-unsur dari sistim-sistim
lainnya khususnya Eudonisme Aristoteles.
Learning Point dari teori-teori etika sistim filsafat moral
Kewajiban
Pedoman Bertindak
Pengendalian diri
Kehendak baik
Tujuan
Kesenangan
Ada keseimbangan antara
kesenangan badaniah dan rohaniah.
- Tidak saja aktual saja tetapi juga
kesenangan masa depan.
- Ataraxia : ketenangan batin
-
Pola hidup sederhana
•
Bertindak
karena
kewajiban
•
Jalankan fungsi khas sebagai manusia
yg baik/ akal budi atau ratio sebagai
suatu sikap tetap. Berarti kegiatan2
rasionalnya harus dijalankan dengan
disertai keutamaan intelektual dan
keutamaan moral. Keutamaan
intelektual akan menyempurnakan
langsung rasio, dengan keutamaan
moral, rasio akan menjalankan pilihanpilihan yang perlu diadakan dalam
hidup sehari-hari (profesional).
Kegunaannya untuk masyarakat
Kalau ada beberapa kewajiban yang
tidak dapat dilaksanakan sekaligus
dipilih kewajiban yang terpenting
(pengambilan keputusan) tindakan yang
etis / profesional.
Kebahagiaan
Bernilai guna / bermanfaat untuk
kebahagiaan orang banyak
The greatest happines of the
greatest number (Benthorn)
- Everybody to count for one, no body
to count for more than one
(John Stuart Rill)
- Perbuatan baik secara moral bila
sesuai dgn sistim aturan moral yg
paling berguna bg suatu masyarakat
-
Tugas yang menjadi kewajiban dapat
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya
22
23
ETIKA KEWAJIBAN, ETIKA KEUTAMAAN DAN ETOS KERJA
Etika Profesi Polri
Etika
Kewajiban
Angg.
Polri
What should I do?
Apa yg seharusnya
saya perbuat sbg
anggota Polri
Angg.
Keutamaan Polri
Etika
Etika
Profesi
Polri
TB
CP
KEP
What kind of person
should I be? Menjadi
macam anggota Polri
apa seharusnya saya
Ethos
Polri sbg
Kesatuan
Menjadi / profesi
bagaimana
seharusnya Polri
TB, CP, KEP
Dijadikan penyaring
untuk ambil tindakan
oleh anggota Polri
didalam menghadapi
permasalahan di
lapangan
Pebuatan
anggota
polri yg
baik
TB, CP, KEP
Dijadikan sifat
keutamaan yg
merupakan
kecenderungan tetap
sikapnya oleh angg.
Polri
anggota
polri yg
baik
TB, CP, KEP
Menjadi sifat baik yang
merupakan karakteristik
/ identitas / ciri khas
Polri sbg kesatuan /
Profesi
Kesatuan/
Profesi
polri yg
baik
Etika profesi
Polri merupakan
landasan yg
kokoh membangun Polri yg
profesional dan
mandiri
Polri yg
dipercaya dan
di cintai
masyarakat
24
BAB – III
KEKHASAN KEPOLISIAN RI
1. Tugas Polri
2. Wewenang Polri
3. Polri Polisi Nasional
4. Polri Polisi Pejuang
5. Polri : Civil beruniform dan bersenjata
25
TUGAS POLRI
1. Berat dengan resiko Tinggi
a.
b.
c.
d.
e.
Trend Kriminilitas yang meningkat dan tidak mengenal batas-batas negara.
Ujung tombak penegakan hukum
Menyidik tersangka anggota Polri
Menyidik tersangka anggota TNI – tersangka pelaku tindak pidana umum (tergantung dari Undang-undang
yang baru yang akan menggantikan UU No. 31 tahun 1997 tentang Peradilan militer)
Resiko dengan mempertaruhkan nyawa “satu kaki di kuburan satu kaki di penjara”.
2. Terhormat dan Mulia :
a.
b.
c.
Tugas yang berat dengan resiko tinggi tersebut dipercayakan negara dan bangsa kepada Polri
Tugas Polri pada hakekatnya tugas kemanusiaan yang melindungi HAM.
Tugas Polri adalah tugas yang profesional yang membutuhkan keahlian dan memiliki kode etik profesi.
3. Membanggakan
a.
b.
c.
Untuk menjadi anggota Polri yang mengemban tugas berat serta mulia itu harus lulus dari seleksi dan
menyelesaikan pendidikan pembentukan, kejuruan, keahlian.
Tugas Polri adalah tugas yang strategis karena penegakan tata/aturan dan memelihara ketentraman adalah
syarat utama untuk mencapai dan menjamin terselenggaranya kesibukan kerja dalam pembangunan,
mewujudkan masyarakat yang raharja, masyarakat yang sejahtera adil dan makmur
Kalau tugas yang berat dengan resiko yang tinggi tapi merupakan tugas yang terhormat dan mulia tersebut
dapat dilaksanakan secara profesional akan merupakan kebanggaan karena pengabdiannya merupakan
kontribusi mencapai masyarakat tata tenteram karta raharja.
4. Nilai moral yang dituntut terhadap anggota Polri : Tekad untuk melaksanakan tugas yang dipercayakan rakyat
/ hukum melalui pengabdian yang terbaik, pantang menyerah, tidak terikat sesuatu dan rela berkorban.
26
WEWENANG POLRI
Psl. 15
Ayat 1 : Kewenangan secara
umum
Ayat 2 : Sesuai UU
Perundang-undangan lainnya
Wewenang
Polri UU
No. 2/2002
Psl. 16
Ayat (1)
Dibidang proses pidana
antara lain penangkapan,
penahanan, penggeledahan,
penyitaan, pemeriksaan,
penghentian penyidikan,
mengadakan tindakan lain
menurut hukum yg
bertanggung jawab
Psl. 18
Diskresi Kepolisian :
Bertindak menurut
penilaiannya sendiri untuk
kepentingan umum
Kewenangan yg sangat luas
dan diberi wewenang pelanggaran HAM secara sah
Kewenangan yg
mengandung potensi yg
besar utk disalahgunakan.
Dlm setiap tindakan Polri
harus memegang teguh
azas keabsahan (ada dasar
hukumnya), kebutuhan (hrs
sangat diperlukan), dan
keseimbangan (kekuasaan
atau wewenang yg
digunakan harus seimbang
dgn beratnya pelanggaran
dan tujuan penegakan
hukum yg akan dicapai)
NIlai Moral Anggota
Polri:
Menjunjung tinggi
hukum, kebenaran,
keadilan, kejujuran dan
HAM
Menjaga kerahasaiaan
Mampu mengendalikan
diri
Bertanggung jawab atas
tindakannya dan
tindakan anak buahnya.
Dari aspek pro yustisia kewenangan Polri & tata cara pelaksanaannya bersumber dari hukum bukan dari sumber kekuasaan
dan pelaksanaannya dipertanggungjawabkan pula kepada hukum, kewenangan Proyustisia bersifat fungsional terlepas dari
hierarkhi birokrasi intern Polri maupun dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara. Dengan demikian diberi
otonomi kewenangan penegakan hukum, bebas dari intervensi atasan maupun intervensi dari luar Instansi.
27
POLRI POLISI NASIONAL
Penetapan Pemerintah No. 11 s/d 1946
Sejak 1 Juli 1946 Jawatan Kepolisian Negara Keluar dari Departemen Dalam Negeri dan menjadi Jawatan tersendiri
langsung di bawah Presiden, 1 Juli diperingati sebagai hari Bhayangkara.
Nilai-nilai moral yang seharusnya dimiliki Polri antara lain :
Kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia
Kecintaan terhadap konstitusi.
Rasa senasib dan sepenanggungan dengan semua anggota Polri di seluruh Indonesia
Kesediaan untuk berkoordinasi
Pemimpin Polri yang mempunyai jiwa kepemimpinan yang terpilih yang mampu memimpin Polri yang merupakan
kesatuan yang besar dengan bentangan wilayah kepulauan yang luas.
28
POLRI POLISI PEJUANG
Semenjak lahirnya Polri adalah POLISI Pejuang bersama-sama angkatan perang dan rakyat
pejuang. Hal ini tampak pada peranan Polri dalam merebut kekuasaan dari tangan Jepang,
Peranan Polri dalam menghadapi sekutu dan Belanda, peranan Polri dalam menanggulangi
agresi militer I dan II. Pada permulaan kemerdekaan pasukan bersenjata yang paling solid dan
teratur adalah Pasukan Polisi.
Dengan menggunakan Polri sebagai modal kekuatan, disana sini Rakyat berhasil merampas
senjata dari Jepang. Polri menyatakan diri sebagai combatan.
Nilai-nilai yang diwariskan :
1. Kecintaan kepada Bangsa dan Negara.
2. Percaya pada kemampuan diri.
3. Tidak kenal menyerah / militansi yang tinggi tapi bukan militerisme.
4. Rela berkorban.
5. Tanpa pamrih.
29
POLRI ADALAH POLISI PEJUANG
Pada periode masa tahun 1945 – 1950 dalam pengabdian Polri terhadap Negara dan Bangsa. Polri adalah Polisi Pejuang tampak
pada peranan Polri dalam merebut kekuasaan di Jepang, peranan Polri dalam menghadapi sekutu dan Belanda, peranan Polri
dalam menanggulangi operasi militer I & II. Pada permulaan Kemerdekaan, pasukan bersenjata yang paling solid dan teratur
adalah Polisi. Dengan menggunakan Polri sebagai modal kekuatan, disana sini rakyat berhasil merampas senjata api dari Jepang
baik dengan jalan damai maupun dengan jalan kekerasan.
Selanjutnya fakta-fakta menyatakan bahwa Polri ikut serta secara aktif dalam merebut kekuasaan dari Tentara Jepang bahkan
dibeberapa daerah mereka itu merupakan pelopor-pelopor utama yang militan baik didalam tindakan penurunan bendera Jepang
menggantikan dengan Sang Merah Putih maupun dalam mengambil alih kekuasaan dari Tentara Jepang.
Polri bersama-sama dengan TNI dan Badan-badan Perjuangan lainnya dengan persenjataan yang dapat direbut dari Jepang
menyambut kedatangan tentara sekutu yang membawa NICA dengan pertempuran-pertempuran sengit yang terjadi diberbagai
tempat diseluruh Indonesia yang menimbulkan korban pada kedua belah pihak.
Misalnya di Surabaya, untuk menggempur Surabaya tentara Inggris mengerahkan seluruh kekuatannya baik di darat, dilaut
maupun di udara.
Dalam penggempuran tersebut salah satu tempat yang menjadi sasaran musuh adalah Markas Besar Polisi Istimewa Surabaya.
Peristiwa ini terjadi pada tanggal 10 Nopember 1945.
Kesatuan-kesatuan Polisi Istimewa Karesidenan Surabaya beserta anggota-anggota Kepolisian yang bertugas di seksi-seksi Polisi
diseluruh Kota Surabaya bersama-sama dengan pasukan-pasukan perjuangan lainnya melakukan perlawanan yang gigih terhadap
pasukan tentara Sekutu. Tanggal 10 Nopember inilah dijadikan Hari Pahlawan, memang Polisi senantiasa menjadi penjaga
keamanan dan ketertiban masyarakat walaupun dalam keadaan perang sejarah menunjukan bahwa Polisi kita adalah Polisi yang
dituntut pengabdiannya untuk memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan kita, kedaulatan negara dengan demikian
Polisi kita adalah Polisi yang combatan.
Karena itu pada setiap Polri telah diwariskan untuk dimiliki nilai-nilai kejuangan : nilai-nilai untuk cinta kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia percaya pada kemampuan sendiri, pantang menyerah, rela berkorban dalam pengabdiannya kepada Nusa dan
Bangsa.
30
POLRI CIVIL : BERUNIFORM DAN BERSENJATA
TUGAS POLRI YG BERAT DGN RESIKO YG TINGGI
POLRI ADALAH SIPIL YG MENGGUNAKAN UNFORM DAN BERSENJATA
TETAPI BUKAN ANGKATAN PERANG / MILITER
POLRI HARUS TUNDUK PADA HUKUM
MAHIR MENGGUNAKAN HUKUM SBG SENJATANYA
DIIKAT OLEH DISIPLIN DGN HIERARKHI YG JELAS DAN
KETAT
MENJUNJUNG TINGGI HAM
MEMPUNYAI ETIKA PROFESI
31
SERAGAM POLRI
TANDA
PANGKAT
TANDA
JABATAN
EMBLEM
Mencerminkan Hirarkhi
Kemampuan / keahlian
Keabsahan wewenang dan tanggung jawab
(Ta/Ba Polri tanda pangkatnya dipundak sama dgn Pa
menunjukkan semua anggota Polri mempunyai
tanggung jawab sendiri-sendiri)
Tanggung jawab dikaitkan dengan jabatan yang
dipangkunya
Bintang
tiga mengartikan Tri Brata sbg sumber kode
etik profesi Polri. Bintang bersudut lima berarti Tri
Brata dijiwai Pancasila.
Perisai – Pelindung
Obor – memberi penerangan
Tiang – Pilar negara
Tangkai Padi – kesejahteraan masyarakat
Jumlah tangkai Padi dan Kapas menunjukkan
diangkatnya Kepala Kepolisian Negara tanggal 29
September 1945
Rastra Sewa Kottama – menunjukkan Brata pertama
dari Tri Brata / Polri sbg abdi utama daripada Nusa dan
Menunjukkan Induk kesatuan dari anggota yang
Bangsa.
bersangkutan
INDUK SAT
NAMA
Menunjukkan identitas Pribadi dari anggota
Tanda kehormatan yang diberikan negara atas
pengabdiannya pada Negara dan Bangsa
TANDA JASA
•
DENGAN BERSERAGAM
SETIAP ANGGOTA
DIDORONG
BERPENAMPILAN
KOREK DAN
BERTINGKAH LAKU ETIS
•
DGN SERAGAM TANPA
BICARA PENAMPILAN
ANGGOTA PLRI
DITENGAH
MASYARAKAT TELAH
MEMANCARKAN
WIBAWA PETUGAS YG
MEMBERIKAN DAMPAK
PSICHOLOGIS KEPADA
ANGGOTA
MASYARAKAT
SEKITARNYA
•
DENGAN SERAGAM
MASYARAKAT CEPAT
MENGETAHUI
KEBERADAAN
ANGGOTA POLRI
•
SERAGAM ADALAH
KEBANGGAN BAGI
ANGGOTA
32
PENGGUNAAN SENJATA API
Penggunaan senjata api harus berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ada antara lain :
1. Polri hanya boleh menggunakan kekuatan jika sungguh-sungguh diperlukan dan hanya
sebatas yang dituntut untuk kelancaran pelaksanaan tugas.
2. Pemakaian Senpi dianggap sebagai tindakan ekstrim, tidak boleh digunakan kecuali ketika
tersangka melakukan perlawanan bersenjata atau membahayakan kehidupan orang lain.
3. Dalam pelaksanaan tugas sejauh mungkin dipilih cara yang tidak dapat menyakiti baru dipilih
penggunaan kekerasan dan senjata api apabila cara lain tidak mungkin berhasil dengan baik.
Karena itu bagi pemegang senjata api diberikan perhatian khusus kepada :
1. Isu-isu etika, penegakan hukum dan HAM.
2. Kemungkinan Penggunaan kekerasan dan Senpi termasuk penyelesaian sengketa secara
damai, bagaimana memahami prilaku masa, dan metoda-metoda pembujukan (persuation),
perundingan (negosiation), dan penengahan (mediation).
33
UNTUK ITU SEORANG PETUGAS POLRI HARUS :
1. Lulus tes psikologi.
2. Menguasai ketentuan-ketentuan hukum / peraturan yang berlaku yang berkaitan dengan senjata
api termasuk pula kumpulan standard, panduan dan instrumen internasional dari PBB antara lain :
a. Pedoman tindak tanduk untuk para penegak hukum (code of conduct for law enforcement
officials).
b. Prinsip-prinsip dasar penggunaan senjata api oleh petugas penegak hukum (basic principals
for the use of force and fire arm by law enforcements officials).
3. Memiliki kemampuan pengendalian diri.
4. Menghormati dan menjunjung tinggi HAM.
5. Dilengkapi oleh Pimpinan kepada anggota yang bertugas berbagai senjata api dan amunisi yang
memungkinkan penggunaan persenjataan / agar tidak mematikan / melukai.
34
BAB IV
SITUASI DAN KONDISI YANG DIHADAPI
POLRI
TREND GANGGUAN KAMTIBMAS
2. MASYARAKAT
3. DEMOKRATISASI, HUKUM dan HAM
ERA REFORMASI : POLRI PROFESIONAL DAN MANDIRI
5. KETERBATASAN POLRI
1.
4.
TREND GANGGUAN KAMTIBMAS
1. FKK antara lain :
a. Kemajuan tekhnologi
b. Kemajuan perdagangan
c. Kemajuan travelling
d. Pertumbuhan penduduk yang tinggi
e. Kesenjangan antara yang punya dan tidak punya
f. Lapangan kerja yang terbatas / pengangguran yang tinggi
2. AF meningkat secara kwalitatif maupun kuantitatif antara
lain :
a. Skala Internasional
- Penyelundupan narkoba
4.
- Terorisme
- Uang palsu
- Money loundring
- Kejahatan dengan menggunakan komputer
- Hak cipta
- Trans national crime
b. Skala Nasional
- Gangguan keamanan
- Kekerasan massal
- Korupsi (tertinggi di dunia)
- Terorisme
- Premanisme
- Kejahatan dengan kekerasan
- Kejahatan perbankan
- Narkotika
- Uang palsu
- Kemaksiatan
- Penyelundupan
- Pelanggaran hak cipta
- Kejahatan ekonomi
35
3. Pelaku :
a. Melibatkan sindikat Internasional
b. Mulai dari masyarakat awam sd pejabat tinggi negara
dan penguasa
c. Melibatkan oknum TNI/Polri, dan oknum-oknum Instansi
Pemerintah termasuk Instansi Depag, P & K dan aparat
penegak Gakkum
d. Melibatkan Institusi yang Independent yang anggotaanggota dipilih dan diyakini memiliki reputasi yang tidak
diragukan lagi.
Keterangan :
a. Apakah indikator ini dapat dianggap bahwa sekarang ini
tidak hanya masih dalam krisis ekonomi saja tetapi juga
mengalami krisis moral ?
b. Bagi anggota Polri :
1) Belum selesai satu masalah sudah timbul masalah lain
yang semuanya menuntut agar diselesaikan secepatnya
sesuai tuntutan masyarakat. Semuanya itu menuntut
anggota Polri pada umumnya harus bekerja keras
melebihi dari ukuran-ukuran yang normal sehingga dapat
mempengaruhi secara negatif terhadap kejiwaan
anggota yang bertugas. Untuk itu anggota Polri dituntut
memiliki semangat tinggi / pantang menyerah,dan
senantiasa
berupaya optimal menambah dan
mengembangkan
pengetahuan dan ketrampilannya.
2)
Ini adalah tantangan sebagai konsekwensi
memilih Polri
sebagai medan pengabdiannya dan
utamanya tantangan bagi anggota Polri yang dipercaya
sebagai pimpinan
kesatuan dari tingkat yang paling
rendah sampai dengan
Kapolri.
36
MASYARAKAT
1. Harapan masyarakat :
a. Polri mampu melaksanakan fungsi, tugas dan kewajibannya dengan baik, yakni menegakkan hukum,
memelihara kamtibmas, melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat sehingga masyarakat
senantiasa merasa aman, tentram dan damai.
b. Tuntutan-tuntutan masyarakat tersebut menuntut agar perlindungan, pelayanan dan pengayoman
masyarakat dengan segera, disini dan sekarang juga sering tanpa memperhatikan kondisi riel yang
ada pada Polri.
2.
Kritik masyarakat terhadap Polri
Kritik masyarakat terhadap Polri sering terlalu tajam dan pahit. Dalam hal ini Polri harus berpikir positif
terhadap kritik-kritik masyarakat tersebut :
a. Kritik masyarakat adalah wajar sebagai kontrol masyarakat dalam negara demokrasi.
b. Harus dianggap kepedulian masyarakat untuk memperbaiki Polisinya.
c. Kalau kritik tersebut mengandung kebenaran harus ditindak lanjuti dengan mengadakan pembenahan.
3
Kesadaran hukum masyarakat masih kurang
4.
Partisipasi masyarakat
a. Tanggung jawab menegakkan hukum dan kamtibmas adalah tugas bersama (Polri dan masyarakat).
b. Karena itu partisipasi masyarakat mutlak dibutuhkan dalam membina kamtibmas.
c. Karena itu keberhasilan pelaksanaan tugas Polri sangat tergantung dari sejauh mana keberhasilan
Polri dalam membina kemitraan dengan masyarakat (community policing).
5.
Karena tugas Polisi pada hakekatnya adalah tugas untuk melindungi, mengayomi dan melayani
masyarakat maka paradigma Polri harus berorientasi kepada kepentingan masyarakat.
37
NEGARA INDONESIA ADALAH NEGARA DEMOKRATIS (Psl 1 (2) UUD 1945)
CIRI-CIRI NEGARA DEMOKRATIS
Adanya
pembagian
kekuasaan
pemerintahan
dipilih secara
demokratis
Rule of Law
Memelihara
agar
pelaksanaan
pemilihan aman
dan lancar
Menegakkan
hukum
Polri adalah Pilar
Demokrasi
Penghormatan
HAM
Hakekat tugas
Polri adalah
menegakkan
HAM/melindungi
HAM
Polri yang kuat Mandiri &
Profesional
Polri secara kelembagaan
pisah dengan
Dep.Hankam/Mabes ABRI
berdiri sendiri langsung
dibawah Presiden RI
UU No. 2 / 2002
Anggaran &
Dukungan Polri
meningkat
Kadar Demokrasi Indonesia
Reformasi supermasi hukum
demokratisasi & HAM
DEMOKRASI
INDONESIA ?
Negara
demokrasi liberal
Negara Otoriter Polisi
sebagai alat penguasa
200 negara demokrasi di dunia
38
NEGARA INDONESIA ADALAH NEGARA HUKUM (Psl. 1 (3) UUD 1945)
CIRI-CIRI NEGARA HUKUM
Kekuasaan
dijalankan
sesuai
dengan
hukum
positif
Kegiatan
negara di
bawah
kontrol
kekuasaan
kehakiman
yang efektif
UUD
menjamin
HAM
Pembagian
kekuasaan
DILEMA YANG
DIHADAPI POLRI
Banyak hukum dari
Warisan Kolonial
POLRI
Semua
tindakannya harus
berdasarkan
hukum positif dan
menjunjung tinggi
HAM
Sebagai penegak
hukum Polri
menindak
pelanggaranpelanggaran
hukum yang terjadi
Ada hukum
yang tidak
sesuai dengan
rasa keadilan
masyarakat
Ada UndangUndang yang
belum sinkron
dengan peraturan
perundangundangan yang
lainnya.
Polri memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam
Memahami betul situasi dilapangan
Bijak dalam bertindak tetapi tetap bertanggung jawab
39
HAK AZASI MANUSIA (HAM)
1. HAM adalah salah satu Hak yang melekat secara kodrati pada manusia yang apabila hak itu tidak ada,
tidak akan bisa hidup sebagai manusia.
2. Nilai-nilai HAM kita dapatkan pada :
a. Pembukaan UUD 1945, dengan Pancasilanya.
b. Undang-Undang No. 8 / 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
c. Undang-Undang No. 39 / 1999 tentang HAM.
d. Undang-Undang No. 26 / 2000 tentang Peradilan HAM.
e. Undang-Undang No. 5 / 1998 tentang Pengesahan Konvensi menentang penyiksaan dan perlakuan
atau penghukuman lain yang kejam tidak manusiawi atau merendahkan martabat manusia.
f. Undang-Undang No. 2 / 2002 tentang Polri.
g. Tri Brata yang lahir juga karena pertimbangan HAM.
h. Kode etik Polri.
3. Kenyataan-kenyataan dilapangan tingkah laku anggota Polri masih banyak yang belum sesuai dengan
HAM sehingga menjadi fokus sorotan dari masyarakat.
4. Agar Polri mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dan menjadi pilar demokrasi yang kokoh, maka
Polri senantiasa menjunjung tinggi HAM dalam pelaksanaan tugasnya yang tercermin dari perbuatan
yang
senantiasa etis menjunjung dan menghormati HAM.
5. Tugas Polri untuk menegakkan hukum dan memelihara Kamtibmas pada hakekatnya adalah tugas untuk
menegakkan HAM itu sendiri.
40
6.
Masalah-masalah yang dihadapi Polri dilapangan.
a.
b.
c.
Masyarakat sering menuntut HAM untuk ditegakan tetapi mereka sendiri melakukan tindakantindakan yang melanggar HAM orang lain. Masyarakat banyak yang belum menyadari bahwa
disamping mereka memiliki HAM, mereka juga memiliki kewajiban azasi manusia. Kebebasan azasi
seseorang dibatasi oleh hak azasi orang lain. Dilapangan banyak dijumpai tindakan-tindakan
masyarakat yang menghakimi sendiri dan melawan serta menentang petugas.
Sebagai akibat tuntutan yang tinggi masyarakat terhadap HAM, masyarakat menyoroti setiap tindak
tanduk Polri, sehingga seolah-olah tindakan Polri semua salah, tindakan Polri tidak ada yang benar.
Hal ini menimbulkan dampak ada kecenderungan dari anggota Polri ragu dalam melaksanakan
tugasnya. Dalam hal ini perlu dihayati semua anggota Polri bahwa tidak perlu ragu-ragu bertindak
melaksanakan tugas sepanjang dalam penggunaan kekuasaan atau wewenang Polri senantiasa
memegang azas legality, necesity, proporsionality serta etis.
Dalam Era globalisasi sekarang ini dimana mobilitas orang sekarang ini sangat tinggi maka setiap
orang yang berada di yuridiksi Indonesia tidak hanya warga negara Indonesia tetapi juga warga
negara asing harus tunduk pada hukum Indonesia, karena itu tuntutan untuk menjunjung tinggi HAM
bukan hanya masyarakat Indonesia tetapi juga merupakan tuntutan dunia internasional, karena itu
Polri dalam menegakkan hukum disamping landasan hukum positif yang ada juga memperhatikan
ketentuan-ketentuan internasional dibidang HAM.
Era Reformasi : POLRI Profesional dan Mandiri
Ciri-Ciri Pekerjaan Profesional
1. Menurut Buku Hukum Biru Jalan menuju kode jabatan Polisi.
a.
b.
c.
d.
Nama jabatan yang terlindung
Pendidikan kejuruan sendiri
Perkumpulan jabatan sendiri
Mempunyai kode jabatan/ kode etik
2. Ledge dan Exley.
a.
b.
c.
d.
e.
Ketrampilan yang didasarkan atas pengetahuan teoritis
Memperoleh pendidikan yang tinggi dan latihan
Adanya organisasi profesi dan adanya kode etik profesi
Adanya nilai khusus diabadikan pada kemanusiaan
Hidup dari profesinya dan secara terus menerus berusaha meningkatkan keahlian dan ilmunya sendiri
3. Donald C. Whitlam.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Menggunakan teori ilmu pengetahuan untuk pekerjaan
Keahlian
Pelayanan terbaik bagi pelanggannya
Memiliki otonomi dan cara mengatur perilaku anggota profesi
Adanya organisasi Asosiasi profesi
Memiliki kode etik
Memiliki kebanggaan terhadap profesinya, bertanggung jawab penuh atas monopoli keahlian profesi
41
42
POLRI ADALAH KELOMPOK PEKERJAAN PROFESIONAL KARENA
MEMENUHI KRITERIA :
1. Polri adalah nama jabatan yang terlindung :
-
Orang hanya dapat mengatakan, bahwa ia adalah bhayangkara Polisi, Bintara Polisi, Perwira Polisi, jika
memiliki ijazah Tamtama, Seba Polri, Secapa atau Akademi Polisi atau Pendidikan Perwira Sumber Sarjana
(PPSS)
2.
Polri memiliki pendidikan kejuruan, adapula pendidikan keahlian seperti PTIK serta
ada juga pendidikan-pendidikan seperti : Selapa, Sespim Polri, Sespati Polri
3.
Ada organisasi Asosiasi Profesi seperti : ISIK
4.
Mempunyai kode etik profesi Polri
Jadi ciri-ciri yang dimiliki Polri telah memiliki ciri-ciri profesional seperti pada buku biru
Agar memenuhi ciri-ciri profesional menurut Ledge Exley serta Donald C Whitlam perlu harus betul-betul dapat
diwujudkan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat yang membutuhkan, ketaatan akan kode etik, meningkatkan
Kebanggan profesi, bertanggung jawab penuh atas keahlian profesi, senantiasa secara terus menerus
meningkatkan Keahlian serta ilmunya, meningkatkan control yang efektif terhadap tingkah laku anggota.
43
POLRI MANDIRI
Kemandirian struktural : telah
tercapai dgn mandirinya Polri
terpisah dari Mabes TNI dan
Dep. Han dan langsung berada
di bawah Presiden
KEMANDIRIAN
Kemandirian moral anggota
Polri (???)
Kemandirian adalah kebanggan yg harus
diiringi dgn tanggung jawab yg lebih
besar dari kemandirian harus dapat
diwujudkan secara konkrit di lapangan
dlm wujud kinerja Polri yg lebih baik
sehingga masyarakat lebih merasa
dilindungi, dilayani dan diayomi oleh
Polri. Hari ini lebih baik dari kemarin dan
hari esok lebih bagus dari hari ini
Untuk mandiri sebagai Penyidik
Untuk mandiri dalam mengambil
tindakan Diskresi
Untuk mandiri untuk bersifat
netral
Untuk mandiri berani menolak
perintah atasan yg bertentangan
dgn hukum
Untuk mandiri dalam mengambil
langkah-langkah yg benar dan
adil tanpa pengaruh harta,
kedudukan, jabatan dan wanita
Menurut Frans Magnis-Suseno dalam
bukunya Etika Dasar, Masalah-masalah
pokok Filsafat Moral, KLanisius, Jakarta 1987
hal 147 menyatak Kemandirian moral adalah
kekuatan batin un5tuk mengambil sikap
moral sendiri dan untuk bertindak sesuai
dengannya. Kekuatan untuk bagaimanapun
juga tidak mau berkongkalikong dalam suatu
urusan atau permainanyang kita sadarai
sebagai tidak jujur , korup atau melanggar
keadilan. Mandiri secara moral berarti kita
tidak dapat dibeli oleh mayoritas, bahwa kita
tidak pernah akan rukun hanya demi
kebersamaan kalau kerrukunan itu
melanggar keadilan.
44
Kemandirian Polri adalah otonomi dalam pelaksanaan tugas profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku wewenang dan tanggung jawabnya tanpa adanya campur tangan
lembaga lain
Polri harus mandiri karena :
1. Indonesia adalah negara hukum yang demokratis yang ciri-cirinya adanya supremasi hukum dan dihormati
serta dijunjung tingginya HAM. Tugas-tugas tersebut pada hakekatnya dipercayakan oleh Negara dan
Bangsa untuk diemban oleh Polri sehingga Polri adalah pilar utama tegaknya negara demokratis
berdasarkan hukum.
2. Penyidikan adalah bagian integral dari Criminal Justice System karena itu harus mandiri sebagaimana
Jaksa dan Hakim agar terdapat keadilan dalam penegakan hukum.
3. Polri mempunyai kewenangan diskresi.
4. Polri harus netral (Pasal 28 ayat 1 UU No. 2 / 2002).
5. Menurut kode etik profesi Polri dinyatakan setiap anggota Polri dibenarkan menolak perintah atasan yang
melanggar norma hukum..
6. Tugas Polri menegakkan hukum dan memelihara Kamtibmas merupakan tugas yang strategis dengan
kewenangan yang luas maka ada kecenderungan untuk adanya pihak-pihak yang ingin mengintervensi
Polri untuk melindungi kepentingannya.
45
KETERBATASAN POLRI
1.
Keterbatasan POLRI dan integrasi Polri dalam ABRI :
a.
b.
c.
Personil
1) Jumlah personil kurang
2) Profesionalisme rendah
Anggota POLRI kecil akibat daripada metode operasi dimana operasi Kamtibmas merupakan sub sistim dari operasi
Kamdagri. Operasi Kamtibmas sejajar dengan Operasi Terr, OPS Pur dan Operasi Intel. Semua bentuk Operasi itu
dibawah Kodal Pangab, sedangkan Operasi Kepolisian hanya merupakan Operasi rutin yang tidak didukung dengan
anggaran.
Saran dan prasarana serta Alut Polri sangat kecil.
2.
Dengan adanya reformasi maka secara struktural Polri telah mandiri lepas dari Dephan / Mabes TNI, berdiri sendiri langsung
di bawah Presiden serta anggaran dukungan untuk Polri sudah jauh meningkat.
3.
Dalam kaitan ini Polri harus dapat menunjukan pengabdian karya nyata yang dirasakan oleh masyarakat semakin
meningkat, kalau masih dirasakan adanya kekurangan harus dijadikan tantangan untuk lebih meningkatkan kinerjanya
sehingga walaupun masih ada keterbatasan Polri mampu mempersembahkan kinerja yang jauh lebih baik daripada
sebelumnya.
4.
Dalam kaitan keterbatasan ini harus disadari :
a. Keterbatasan sumber daya senantiasa dihadapi oleh semua organisasi
b. Polri harus tahu persis apa yang dibutuhkan dan berapa yang dibutuhkan
c. Senantiasa memanfaatkan sumber daya yang terbatas adanya secara optimal sehingga tercapai efisiensi dan efektivitas.
d. Berupaya memperjuangkan kepada atasan perlunya ada prioritas tambahan dukungan yang betul-betul diperlukan
dengan alasan-alasan yang rasional untuk mendukung peningkatan kinerja Polri yang baik.
5.
Untuk itu dituntut Polri yang efisien, efektif, membuat prioritas, hemat.
BAB V
TINDAKAN POLRI DAN ASAS-ASAS
PELAKSANAAN TUGAS POLRI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
TINDAKAN POLRI
BENTUK-BENTUK TINDAKAN POLRI
TINDAKAN YANG BENAR
ASAS-ASAS UMUM PELAKSANAAN TUGAS POLRI
PRINSIP-PRINSIP DASAR PENEGAKKAN HUKUM
RAMBU-RAMBU/UKURAN TENTANG KEABSAHAN
BEBERAPA TINDAKAN POLRI
ASAS-ASAS MORAL POLRI
ASAS-ASAS UMUM PENYELENGGARAAN NEGARA
PRINSIP-PRINSIP UNIVERSAL PEMOLISIAN
DEMOKRATIS
46
47
Tindakan Polri
Bentukbentuk
Tindakan
Preventif langsung
Preventif
Preventif tdk langsung
Represif non yustisial
Represif
Represif yustisial
Benar secara hukum
Tindakan yg
benar
Benar secara teknis
Benar secara sosiologis
Benar secara moral
Asas legalitas
Asas-asas
umum
pelaksanaan
tugas Polri
Asas kewajiban
Asas Partisipasi
Asas Preventip
Asas Subsidiaritas
Asas Oportunitas
Prinsip-prinsip
dasar
penegakkan
hukum
48
legalitas
nesesitas
proporsionalitas
noodzakelijk
zakelijk
Keabasahan atas kewajiban umum
kepolisian
dolmatig
evenridig
Tindakan lain yg bertanggung jawab
Rambu-rambu /
ukuran
keabsahan
beberapa
tindakan Polri
Diskresi
Vide pasal 5 dan 7 KUHAP
Vide Pasal 18 UU No. 2 / th 2002
Untuk kepentingan umum
Hanya dapat dilakukan dlm keadaan
yg sangat perlu
Memperhatikan peraturan per-UU-an
dan kode etik profesi Polri
Upaya paksa a.l.
Pemanggilan, penangkapan, pemeriksaan,
penggeledahan, penahanan, penyitaan,
penghentian penyidikan
Vide UU No. 8 thn
1981 ttg KUHAP
49
Pedoman Hidup Tri Brata
Lambang Polri
Lafal Sumpah
Asas-asas dan
Norma moral Polri
Pedoman Karya Catur Prasetya
Pemahaman Baru Tribrata
Pemaknaan Baru Catur Prasetya
Kode etik Profesi Polri
Asas kepastian hukum
Asas tertib penyelenggaraan Negara
Asas-asas umum
penyelenggaraan
negara
Asas Kepentingan Umum
Asas Keterbukaan
Asas Proporsionalitas
Asas Profesionalitas
Asas Akuntabilitas
50
Menurut David Bruce dan
Rachel Neild
Prinsip-prinsip Universal
Perpolisian Demokratis
Menurut Kevin Cordy
Menurut Negara-negara Afrika
51
BAB VI
LANDASAN PELAKSANAAN TUGAS POLRI
1. LANDASAN YURIDIS
a. UNDANG-UNDANG NO. 2 / 2002
b. UNDANG-UNDANG NO. 8 / 1981
c. UNDANG-UNDANG NO. 39 / 1999
2. LANDASAN KEBIJAKAN
LANDASAN YURIDIS
a.
Undang-undang yang menjadi landasan Yuridis dalam pelaksanaan tugas Polri yang syarat dengan nilainilai moral yang harus dipedomani Polri :
1) Undang-Undang No. 2 / 2002 tentang Polri
2) Undang-Undang No. 8 / 1981 tentang Hukum Acara Pidana
3) Undang-Undang No. 39 / 1999 tentang HAM
4) Berbagai Undang-Undang lainnya.
b.
Undang-Undang No. 2 / 2002 tentang Polri
1) Kemandirian dalam pelaksanaan tugas proyustitial
2) Lebih mengedepankan fungsi pelayanan dan perlindungan yang merupakan orientasi dari Polisi
negaranegara modern
3) Polisi tunduk pada peradilan umum
4) Ingin diwujudkan Polisi yang berwajah sipil, mandiri, profesional dan modern, bersih dan taat pada azas
hukum. Ada Lembaga Komisi Nasional yang independent.
5) Azas-azas pelaksanaan tugas Polri
6) Persyaratan untuk diangkat menjadi anggota Polri
7) Sumpah yang diucapkan oleh anggota Polri untuk menjadi anggota Polri
8) Bersifat netral
9) Memberikan landasan hukum adanya kode etik profesi Polri
10) Bertindak berdasarkan norma hukum dan mengindahkan norma agama, kesopanan, kesusilaan serta
menjunjungi tinggi HAM
52
Etika Profesi Polri dan UU No. 2 / 2002
Kewajiban
wewenang
Nilai/norma & landasan
pelaksanaan tugas
Tugas
Wewenang
umum psl.
15(1)
Pasal 19(1) Bertindak
berdasarkan hukum dan
mengindahkan norma agama,
kesopanan, kesusilaan serta
menjunjung tinggi HAM
Tugas Pokok Psl
13
Tugas-tugas Psl
14
Wewenang
sesuai peraturan per-UUan lain nya psl
15(2)
Wewng dlm
bid. proses
pidana psl
16(1)
Kehndak baik utk
melaksa-nakan
apa yg menjadi
kewajiban
Pasal 19(2) mengutamakan
pencegahan
Pasal 23 Lafal sumpah
Wewenang
diskresi psl
18(1) memperhatikan
peraturan perUU-an & kode
etik
Pasal 34(1) Kode Etik Profesi
Menggunakan
kewenangan
sesuai peraturan per-UUan & kode etik
Taat hukum,utamakan
pencegahan, perhatikan normanorma lain, junjung tinggi HAM,
pegang teguh sumpah
53
Pembinaan Profesi
Profesionalisme Polri
Psl 32(1)
Pembinaa
n Etika
Polri
Pembinaan
Profesi/
Kemamp
uan
Profesi
Psl 31
Psl 32(1)
Pengembangan
pengetahuan dan
pengalam
an di
bidang
teknis
kepolisi-an
Pembinaan Profesi meliputi
pembinaan Etika Profesi dan
pengembangan pengetahuan
dan pengalaman dibidang teknis
kepolisian
Tanggung
jawab
Tujuan
Psl 8(2)
Presiden
Psl 43 angka
2
Pidana
Psl 27(1)
disiplin
Psl 4
Tujuan
Polri
Psl 35(1)
sidang
komisi kode
etik
Psl 10(1)
2(2)
tanggung
jawab secara
hirarki
Pertanggungja
waban
pelaksanaan
tugas/
kewajiban
Tolok ukur
kebrhsilan
pelksnaan
tugas/kewaji
ban
54
c. Undang-Undang No. 8 / 1981 tentang Hukum Acara Pidana
1) Azas praduga tak bersalah
2) Persamaan dimuka hukum
3) Hak pemberian bantuan hukum
4) Peradilan yang cepat, sederhana dan biaya ringan
5) Upaya paksa harus dengan perintah tertulis
6) Kesalahan, kekeliruan upaya paksa dapat diajukan ganti rugi, pra peradilan, atau tuntutan pidana.
d. Undang-Undang No. 39 / 1999 tentang HAM
55
LANDASAN KEBIJAKAN
a.
Landasan kebijakan :
1) Cita-cita nasional yang termuat dalam UUD 1945.
2) Indonesia negara demokratis yang berdasarkan hukum ( pasal 1 (1) dan pasal 1 (3) UUD 1945).
b.
Fungsi dan tugas Polri :
1) Dikaitkan dengan cita-cita nasional maka fungsi dan tugas Polri berkaitan dengan melindungi
segenap bangsa Indonesia dan membantu melaksanakan ketertiban dunia.
2) Polri adalah pilar utama dari negara Indonesia merupakan negara demokratis yang berdasarkan
hukum.
3) Semuanya menuntut terwujudnya Polri yang kuat, mandiri dan profesional.
c.
Kebijakan yang menyangkut Polri, karena itu semua kebijakan yang menyangkut Polri diarahkan untuk
membangun Polri yang kuat, mandiri dan profesional agar dapat mengawal pelaksanaan demokrasi dan
pencapaian cita-cita nasional.
56
d.
Institusi-institusi yang berkaitan dengan kebijakan-kebijakan yang menyangkut tugas Polri adalah :
1) DPR :
a) Membuat Undang-Undang
b) Menetapkan Anggaran
c) Persetujuan Kapolri yang akan diangkat oleh Presiden
2) Pemerintah / Presiden :
a) Kebijakan yang menyangkut Polri
b) Peraturan Pemerintah yang menyangkut pelaksanaan tugas Polri.
c) Mengangkat Kapolri setelah mendapat persetujuan DPR.
3) Komisi Kepolisian Nasional :
a) Menyarankan kebijakan yang menyangkut Polri kepada Presiden.
b) Mengajukan saran calon Kapolri kepada Presiden.
4) Kapolri
a) Kebijakan teknis Polri.
b) Hubungan kerja dengan Badan, Lembaga serta instansi didalam dan luar negeri.
5) Kepala-kepala Kesatuan Polri :
a) Menentukan kebijakan Kepala Kesatuan yang dianalisa berdasarkan SWOT dan kebijakan
atasan serta kebijakan instansi-instansi samping.
b) Melakukan pengawasan dan pengendalian pembinaan etika profesi Polri yang merupakan
fungsi Komando.
57
BAB VIII
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
KEBEBASAN
2. KEWAJIBAN
3. HATI NURANI DAN
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
4. TANGGUNG JAWAB
1.
KEBEBASAN
1.
Kebebasan Struktural
Dengan terpisahnya Polri dengan Dep. Hankam dan Mabes ABRI men
2
ETIKA PROFESI KEPOLISIAN
TYPE NEGARA
FUNGSI
KEMANDIRIAN & PROFESIONALISME
TUGAS/KEWAJIBAN
INTERNALISASI ETIKA PROFESI POLRI
WEWENANG
INDIVIDU
POLRI
ADM
POLRI
MANAJEMEN
KEPEMIMPINAN
PIMPINAN
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
TINDAKAN ETIS
SITUASI LINGKUNGAN, MASY,
DEMOKRATISASI, HUKUM, HAM.
DAN KETERBATASAN POLRI
TEGAKNYA HUKUM
TERWUJUDNYA
KAMTIBMAS
TATA TENTERAM
KERTA RAHARJA
3
ETIKA POLRI
BAB – I
HUBUNGAN ETIKA DENGAN PROFESI POLRI
1.
2.
3.
4.
5.
BAB – II
LATAR BELAKANG
PENGERTIAN ETIKA
PERANAN ETIKA DALAM PELAKSANAAN TUGAS POLRI
UNTUK APA ANGGOTA POLRI MEMPELAJARI ETIKA PROFESI POLRI
SISTIMATIKA
NILAI MORAL, NORMA MORAL, TEORI ETIKA DAN ETIKA KEWAJIBAN, ETIKA KEUTAMAAN, DAN ETOS KERJA
1.
2.
3.
4.
BAB – III
KEKHASAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
1.
2.
3.
4.
5.
BAB – IV
NILAI MORAL
NORMA MORAL
TEORI ETIKA
ETIKA KEWAJIBAN, ETIKA KEUTAMAAN DAN ETOS KERJA
TUGAS POLRI
WEWENANG POLRI
POLRI POLISI NASIONAL
POLRI POLISI PEJUANG
POLRI SIPIL BERUNIFORM DAN BERSENJATA
SITUASI DAN KONDISI YANG DIHADAPI POLRI
1.
2.
3.
4.
5.
TREND GANGGUAN KAMTIBMAS
MASYARAKAT
DEMOKRATISASI, HUKUM DAN HAM
ERA REFORMASI : POLRI PROFESIONAL DAN MANDIRI
KETERBATASAN POLRI
4
BAB – V
TINDAKAN POLRI DAN ASAS-ASAS PELAKSANAAN TUGAS POLRI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
TINDAKAN POLRI
BENTUK-BENTUK TINDAKAN POLRI
TINDAKAN YANG BENAR
ASAS-ASAS UMUM PELAKSANAAN TUGAS POLRI
PRINSIP-PRINSIP DASAR PENEGAKKAN HUKUM
RAMBU-RAMBU / UKURAN TENTANG KEABSAHAN BEBERAPA TINDAKAN
POLRI
7. ASAS-ASAS MORAL POLRI
8. ASAS-ASAS UMUM PENYELENGGARAAN NEGARA
9. PRINSIP-PRINSIP UNIVERSAL PEMOLISIAN DEMOKRATIS
BAB – VI
LANDASAN PELAKSANAAN TUGAS POLRI
1. LANDASAN YURIDIS
A. UNDANG-UNDANG NO. 2 / 2002
B. UNDANG-UNDANG NO. 8 / 1981
C. UNDANG-UNDANG NO. 39 / 1999
2. LANDASAN KEBIJAKAN
BAB – VII
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1.
2.
3.
4.
KEBEBASAN
KEWAJIBAN
HATI NURANI DAN PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
TANGGUNG JAWAB
5
BAB – VIII
ETIKA DAN KODE ETIK PROFESI POLRI
1. PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN
2. KRONOLOGIS LAHIRNYA TRIBRATA SAMPAI DENGAN LAHIRNYA KODE ETIK
PROFESI POLRI
3. SUMBER KODE ETIK POLRI
A. TRIBRATA
B. CATUR PRASETYA
4. TRI BRATA
5. CATUR PRASETYA
6. HUBUNGAN TRI BRATA DENGAN PANCASILA
7. HUBUNGAN TRIBRATA DENGAN CATUR PRASETYA
8. LAMBANG POLRI
9. PEMAKNAAN BARU TRI BRATA
10. PEMAKNAAN BARU CATUR PRASETYA
11. KODE ETIK PROFESI POLRI
12. INSTRUMEN-INSTRUMEN PBB
13. INTERNALISASI ETIKA PROFESI POLRI
6
BAB – I
HUBUNGAN ETIKA DAN PROFESI KEPOLISIAN
7
LATAR BELAKANG
Proklamasi Kemerdekaan
RI
17-8-1945
Indonesia Negara yg
merdeka
UUD 1945
18-8-1945
Tujuan Negara
Pembukaan
Dasar Negara (Pancasila)
Psl 1 ayat (2)
Kedaulatan ditangan rakyat
(Negara Demokrasi)
Batang tubuh
Sistim pemerintahan negara
Indonesia Negara Hukum
(Rechstaat)
- Pemerintahan berdasarkan
sistim konstitusi
Indonesia Negara
Demokrasi
berdasarkan hukum.
Indonesia negara
hukum materiil
-
Penjelasan
Pokok pikiran IV yg terkandung
dlm pembukaan : Negara
berdasar atas Ketuhanan YME
menurut dasar kemanusiaan
yg adil dan beradab
Rapat Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia
tgl 19 Agustus 1945
Ada 4 hal yg harus
mendapat perhatian a.l. ttg
pimpinan Kepolisian
Mewajibkan pemerintah
dan lain-lain
penyelenggara negara
untuk memelihara Budi
pekerti kemanusiaan yg
luhur dan memegang
teguh cita-cita moral
rakyat yg luhur
Supaya diperintahkan
dgn petunjuk2 sikap
baru terhadap rakyat
Polri adalah abdi :
Pelayan, pelindung
dan pengayom rakyat,
masyarakat. Polri
bukan alat penguasa
Polri adalah alat
negara yg
bertugas :
memelihara
kamtibmas,
penegak hukum
yg menjunjung
tinggi hukum,
HAM,
transparansi dan
bertanggung
jawab
Perilaku Polri
berpedoman
pada etika profesi
Polri yg dijiwai
Pancasila
Harus ada peruba-han
sikap polisi sejalan
dgn tuntutan negara
merdeka
Tindakan/
sikap
perilaku Polri
berpedoman
kepada etika
profesi
Polri : Tri
Brata sbg
pedoman
hidup. Catur
Prasetya
sbg
pedoman
karya. Kode
etik profesi
Polri yg
merupakan
kristalisasi
dari nilainilai Tri
Brata dan
Catur
Prasetya yg
dijiwai oleh
Pancasila
8
Penelitian Prof. Djoko
Soetono SH tentang
perkembangan fungsi
Kepolisian sejalan dg
perkembangan type
Negara di beberapa
Negara
Tri Brata sbg
Pedoman hidup
TRI BRATA
3 jalan menuju Polisi
yang ideal
1 Juli
1955
Panji-panji Polri
Rastra
sewakotama
Polri adalah abdi
utama negara
dan bangsa :
pelayan,
pelindung dan
pengayom
masyarakat
Polri yg
dipercaya
dan
dicintai
masyarakat
9
Era Orde Lama
1945 – 1966
Demokrasi
Terpimpin
UUD 1945
UUD RIS
UUD Sementara 1950
Semua UUD
menyatakan
Indonesia
sebagai Negara
Demokratis,
Negara Hukum
UUD / setelah amandemen
TAP MPR No VI Th. 2000
TAP MPR No VII Th 2000
TAP MPR No VI Th 2001
tentang Etika Kehidupan
Berbangsa
Psl 31 (1) sistim
pendidikan yg
meningkatkan
keimanan dan
ketakwaan serta
akhlak mulia dlm
rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa
Semakin demokratis suatu negara
semakin dituntut polisi yg
profeional dan mandiri
Era Orde Baru
1966 – 1998
Demokrasi
Pancasila
Polisi yg profesional dan mandiri
Reformasi Polri
Era Reformasi
1998 – skrng
Kebangkitan
Demokrasi
UU No. 28 thn 1999 ttg
Penyelengara Negara yg bersih dan
bebas dari KKN diletakkan asasasas umum penyelenggaraan
negara, asas tertib penyelenggara
negara, asas kepentingan umum,
asas keterbukaan, asas
proporsional, asas profesionalitas
dan asas akuntabilitas.
Struktural
Instrumental
Kultural
Polri berdiri
sendiri
dibawah
Presiden
Perubahan UU
Polri.
UU No. 2/2002
ttg Polri
Memperbaiki
tingkah laku
Polri
Bab V
Pembinaan Profesi
Psl 31 Pejabat
Polri harus
mempunyai
kemampuan
Profesi
Psl 32(1)
Pembinaan
kemampuan melalui
pembinaan etika
profesi dan
pengembangan
pengetahuan teknis
Tingkah laku / sikap
Polri yg profesional
dan mandiri
Intake/ seleksi
personil,
Lemdik dan
kepemimpinan
atasan /
komandan
10
PENGERTIAN ETIKA
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (yang baru) :
1.
2.
3.
Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (Ahlak)
Kumpulan azas / nilai yang berkenaan dengan ahlak
Nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat
Menurut K. Bertens :
1.
2.
3.
Nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya (Sistem nilai)
Kumpulan azas atau nilai moral (kode etik)
Ilmu tentang apa yang baik atau buruk sebagai hasil penelitian sistimatis & metodis (flsafat moral)
Menurut Jenderal Kunarto
1.
2.
3.
4.
Etika adalah ilmu dan pengetahuan tentang perilaku manusia yang terkait dengan norma, nilai-nilai atau
ukuran,buruk baiknya yang berlaku pada masyarakatnya
Etika kepolisian : Norma tentang perilaku Polisi untuk dijadikan pedoman dalam mewujudkan pelaksanaan
tugas yang baik bagi penegakan hukum, ketertiban umum dan keamanan masyarakat.
Etika Polri adalah perilaku etis setiap anggota Polri dalam semua bentuk penugasan agar semua tugas dapat
dilaksanakan secara baik sehingga terwujud kondisi keamanan serta ketertiban dengan derajat tinggi di
lingkungan masyarakat Indonesia.
Kode etik adalah kumpulan inti-inti etika.
11
PENGERTIAN ETIKA YANG DIGUNAKAN DALAM NASKAH INI
1. Nilai dan norma moral yg
dijadikan pedoman
mengatur tingkah laku
Etis anggota Polri dalam
semua bentuk penugasan
2. Sbg. Etika yg diterapkan
di lingkungan Polri
merupakan cabang dari
ilmu etika atau filsafat
moral yg diterapkan
dilingkungan Polri.
SEMUA TUGASTUGAS YG
MENJADI
KEWAJIBANNYA
DAPAT
DILAKSANAKAN
SECARA BAIK
12
FUNGSI, TUGAS DAN TUJUAN POLRI
1. Fungsi Polri (Pasal 2 UU No. 2/2002)
Salah Satu fungsi pemerintahan Negara di bidang pemeliharaan keamanan dan penertiban masyarakat,
penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.
2. Tugas Polri (Pasal 13 UU No. 2/2002)
a.
b.
c.
Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.
Menegakkan hukum.
Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.
3. Tujuan Polri (Pasal 4 UU No. 2/2002)
Mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib
dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat serta terbinanya
ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi Hak Azasi Manusia.
PERANAN ETIKA POLRI DALAM PELAKSANAAN TUGAS POLRI
UNTUK MEWUJUDKAN TUJUAN POLRI
Menurut Frans Magnis Suseno dalam bukunya Etika Dasar Masalah-masalah pokok Filsafat Moral hal
13 dan 14 menyatakan bahwa Etika merupakan sarana orientasi bagi usaha manusia menjawab suatu
pertanyaan yang amat fundamental bagaimana saya harus hidup dan bertindak? Sebenarnya banyak
pihak yang menjawab pertanyaan itu bagi kita orang tua, guru, adat istiadat dan tradisi, teman,
lingkungan soaial, agama, Negara, pelbagai ideology. Tetapi apakah benar yang mereka katakan? Dan
bagaimana kalau mereka masing-masing memberikan nasehat yang berlainan? Lalu siapa yang harus
diikuti? Dalam situasi ini etika mau membantu kita untuk mencari orientasi. Tujuannya agar kita tidak
hidup dengan cara ikut-ikutan saja terhadap berbagai pihak yang mau menetapkan bagaimana kita
harus hidup, melainkan agar kita dapat mengerti sendiri mengapa kita harus bersikap begini atau begitu.
Etika mau membantu, agar kita lebih mampu untuk mempertanggungjawabkan kehidupan kita.
Selanjutnya Frans Magnis Suseno pada halaman 14 membedakan etika dengan ajaran moral Dengan
ajaran moral dimaksudkan ajaran-ajaran, wejangan-wejangan, khotbah-khotbah, patokan-patokan,
kumpulan peraturan dan ketetapan, entah lisan atau tertulis, tentang bagaimana manusia harus hidup
dan bertindak agar menjadi orang baik. Etika bukan suatu sumber tambahan bagi ajaran moral,
melainkan merupakan filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan
moral. Etika adalah sebuah ilmu bukan sebuah ajaran.Jadi etika dan ajaran-ajaran moral tidak berada
pada tingkat yang sama. Yang mengatakan bagaimana kita harus hidup, bukan etika melainkan ajaran
moral . Etika mau mengerti mengapa kita harus mengikuti ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita
dapat mengambil sikap yang bertanggungnjawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral.
Prof. DR Awaloedin Djamin, MPA (Jenderal Polisi Pur) dalam bukunya Agenda Reformasi Polri Pasca
Sidang Istimewa MPR Tahun 2001 Hal 161 menyatakan Masalah pokok dalam penegakkan hukum dan
etika dalam proses Good Governance dewasa ini adalah disamping merosotnya kesadaran dan ketaatan
hukum masyarakat (law abiding citizen) dan masih lemahnya kemampuan teknis professional aparat
penegak hukum , adalah etika para pejabat penegak hukum. Tampa etika, wewenang yang dimiliki akan
mudah disalahgunakan.. Selanjutnya pada hal 162 beliau menyatakan Keadaan, masalah serta usaha
pembangunan penegakkan hokum dan etika adalah bagian integral dari seluruh usaha membangun
good governance, merobah perilaku sebagai penguasa menjadi pelayan masyarakat.
13
14
Kuantitas
SDM
(SUBYEK)
Keberhasilan
Lakgas Polri
utk wujudkan
tujuan Polri
Penguasan
keahlian
Kualitas
Sumber Daya
lain sbg
pendukung
Penghayatan
norma/nilai
moral (Etika
profesi Polri)
Perilaku Polri
yg etis (profesional dlm
pelaksanaan
tugas
Terwuj
udnya
tujuan
Polri
Tata
Tenteram
Karta
Raharja
Anggaran
Tersedianya
Sarana dan
Prasarana
materiil
Penguasaan keahlian dan penghayatan norma-norma nilai-nilai
etika Polri sama-sama menentukan sejauh mana kadar
profesionalisme anggota Polri yang bersangkutan.
Namun demikian dlm hal ini harus digaris bawahi bahwa etika
profesi adalah landasan /dasar untuk menanam dan menumbuh
kembangkan profesionalisme Polri yang semakin menjadi tuntutan
masyarakat.
15
UNTUK APA ANGGOTA POLRI MEMPELAJARI ETIKA PROFESI POLRI?
1.
2.
3.
4.
5.
Meningkatkan pemahaman dan penghayatan bahwa Etika Polri adalah dasar untuk menanam
dan menumbuh kembangkan profesionalisme Polri yang semakin menjadi tuntutan masyarakat.
Membantu meningkatkan kesadaran moral dan menjadi siap untuk mengambil keputusan etis
yang tepat dan berbobot dalam pengabdiannya selaku anggota Polri.
Menjaga martabat Polri dan menjaga kepercayaan masyarakat (pemuliaan profesi Polri)
Meningkatkan pemahaman dan penghayatan etika profesi sebagai pedoman moral yang
berfungsi sebagai pengawas dan pengendali tingkah laku sebagai anggota Polri dalam
pengabdiannya kepada negara dan bangsa Indonesia.
Bagi Perwira Polri dituntut untuk memahami dan menghayati etika profesi Polri secara
mendalam karena :
a.
b.
c.
Perwira harus memegang teguh kesetiaan dan ketaatan. Perwira adalah pemimpin yang menjadi suri
tauladan dari bawahannya.
Keputusan-keputusan dari Perwira selaku pemimpin mempunyai dampak yang luas dan mendalam,
menyangkut kehormatan dan martabat serta kebanggaan kesatuan yang dipimpinnya.
Sebagai Perwira dituntut keberanian untuk bertanggung jawab atas semua tindakannya termasuk tanggung
jawab terhadap tindakan dari bawahannya.
16
BAB – II
NILAI MORAL, NORMA MORAL, TEORI ETIKA
DAN ETIKA KEWAJIBAN, ETIKA KEUTAMAAN
DAN ETOS KERJA
1. Nilai Moral
2. Norma Moral
3. Teori Etika
4. Etika Kewajiban, Etika Keutamaan dan Etos Kerja
17
ETIKA
Nilai
&
Norma
moral
Menjadi
pegangan
bagi
seseorang /
kelompok
Berkaitan dengan apa yang baik dan
buruk, yang boleh dan yang dilarang,
yang patut dan yang tidak patut
dilakukan
Dalam
mengatur
tingkah
lakunya
Tindakan
etis
18
Nilai
Nilai
relatif
harga
intrinsik
martabat
ekonomi
Berkaitan dgn tanggung jawab
estetika
Berkaitan dengan hati nurani
moral
Ciri-ciri
Mewajibkan kewajiban moral
tdk datang dari luar tetapi
berakar dlm kemanusiaan itu
sendiri
19
Norma
Aturan/ kaidah
yang dipakai
sebagai tolok
ukur untuk
menilai sesuatu
Norma moral
Norma agama
Norma kesopanan
Norma hukum
Sanksi : pelanggaran norma moral adalah keluar
dari hati nurani berupa penyesalan
Norma moral menentukan
apakah perilaku kita baik
atau buruk dari sudut moral
Generalisasi the golden rule of ethics hendaklah
memperlakukan orang lain sebagaimana anda sendiri
ingin diperlakukan
Norma moral, norma yang tertinggi yang tidak bisa
ditaklukkan pada norma lain, sebaliknya norma moral
menilai norma lain
Jika ada UU yang dianggap tidak etis,
UU itu harus dihapus atau diubah. Apa
arti UU kalau tidak disertai moralitas
Sebaliknya moral membutuhkan
hukum, moral akan mengawangawang saja, kalau tdk diungkap-kan
dan dlembagakan dlm masy
20
Dasar Nilai dan norma moral
pada suatu kebudayaan
Adat / kebiasaan
Kodrat
Nilai-nilai dan norma
moral bisa berubah
Nilai dan norma moral
tidak bisa dirubah
Apa yang dinilai baik
hari ini, besok bisa
dinilai buruk
Sofistic – sofi
Ada nilai-nilai dan norma
moral yang tetap dan tidak
terubahkan
Socrates dan Plato
menentang para sofis
Teori-teori Etika
Sistim Filsafat Moral
Teologis
(Terarah pada tujuan)
Hedonisme
Eudonisme
21
Deontologis
Vdeon = Kewajiban
Utilitarisme
I. Kant
W.D. Ross
Aristoteles
(341-270 SM)
Aristippos
(433-355 SM)
Epikuros
(341-270 SM)
Klasik
Jeremy Bentham
(1748-1832)
Aturan
John Stuart Mill
(1806-1873)
Stephan
Toulmin
Richard B.
Brandt
Tidak ada satu sistimpun yang sama sekali memuaskan. Disamping segi-segi yang menarik, setiap sistim ada
kelemahannya juga. Hal itu berlaku juga untuk dua sistim yang paling berbobot dalam sejarah filsafat modern,
Utilitarisme dan Deontologi. Karena itu dalam filsafat moral dewasa ini sebenarnya tidak ada lagi utilitarisme
murni atau deontologi murni. Sekarang para filsuf berusaha menjadikan sintesis antara pendekatan utilitaristis
dan pendekatan deontologis. Disamping itu mereka seringkali memanfaatkan unsur-unsur dari sistim-sistim
lainnya khususnya Eudonisme Aristoteles.
Learning Point dari teori-teori etika sistim filsafat moral
Kewajiban
Pedoman Bertindak
Pengendalian diri
Kehendak baik
Tujuan
Kesenangan
Ada keseimbangan antara
kesenangan badaniah dan rohaniah.
- Tidak saja aktual saja tetapi juga
kesenangan masa depan.
- Ataraxia : ketenangan batin
-
Pola hidup sederhana
•
Bertindak
karena
kewajiban
•
Jalankan fungsi khas sebagai manusia
yg baik/ akal budi atau ratio sebagai
suatu sikap tetap. Berarti kegiatan2
rasionalnya harus dijalankan dengan
disertai keutamaan intelektual dan
keutamaan moral. Keutamaan
intelektual akan menyempurnakan
langsung rasio, dengan keutamaan
moral, rasio akan menjalankan pilihanpilihan yang perlu diadakan dalam
hidup sehari-hari (profesional).
Kegunaannya untuk masyarakat
Kalau ada beberapa kewajiban yang
tidak dapat dilaksanakan sekaligus
dipilih kewajiban yang terpenting
(pengambilan keputusan) tindakan yang
etis / profesional.
Kebahagiaan
Bernilai guna / bermanfaat untuk
kebahagiaan orang banyak
The greatest happines of the
greatest number (Benthorn)
- Everybody to count for one, no body
to count for more than one
(John Stuart Rill)
- Perbuatan baik secara moral bila
sesuai dgn sistim aturan moral yg
paling berguna bg suatu masyarakat
-
Tugas yang menjadi kewajiban dapat
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya
22
23
ETIKA KEWAJIBAN, ETIKA KEUTAMAAN DAN ETOS KERJA
Etika Profesi Polri
Etika
Kewajiban
Angg.
Polri
What should I do?
Apa yg seharusnya
saya perbuat sbg
anggota Polri
Angg.
Keutamaan Polri
Etika
Etika
Profesi
Polri
TB
CP
KEP
What kind of person
should I be? Menjadi
macam anggota Polri
apa seharusnya saya
Ethos
Polri sbg
Kesatuan
Menjadi / profesi
bagaimana
seharusnya Polri
TB, CP, KEP
Dijadikan penyaring
untuk ambil tindakan
oleh anggota Polri
didalam menghadapi
permasalahan di
lapangan
Pebuatan
anggota
polri yg
baik
TB, CP, KEP
Dijadikan sifat
keutamaan yg
merupakan
kecenderungan tetap
sikapnya oleh angg.
Polri
anggota
polri yg
baik
TB, CP, KEP
Menjadi sifat baik yang
merupakan karakteristik
/ identitas / ciri khas
Polri sbg kesatuan /
Profesi
Kesatuan/
Profesi
polri yg
baik
Etika profesi
Polri merupakan
landasan yg
kokoh membangun Polri yg
profesional dan
mandiri
Polri yg
dipercaya dan
di cintai
masyarakat
24
BAB – III
KEKHASAN KEPOLISIAN RI
1. Tugas Polri
2. Wewenang Polri
3. Polri Polisi Nasional
4. Polri Polisi Pejuang
5. Polri : Civil beruniform dan bersenjata
25
TUGAS POLRI
1. Berat dengan resiko Tinggi
a.
b.
c.
d.
e.
Trend Kriminilitas yang meningkat dan tidak mengenal batas-batas negara.
Ujung tombak penegakan hukum
Menyidik tersangka anggota Polri
Menyidik tersangka anggota TNI – tersangka pelaku tindak pidana umum (tergantung dari Undang-undang
yang baru yang akan menggantikan UU No. 31 tahun 1997 tentang Peradilan militer)
Resiko dengan mempertaruhkan nyawa “satu kaki di kuburan satu kaki di penjara”.
2. Terhormat dan Mulia :
a.
b.
c.
Tugas yang berat dengan resiko tinggi tersebut dipercayakan negara dan bangsa kepada Polri
Tugas Polri pada hakekatnya tugas kemanusiaan yang melindungi HAM.
Tugas Polri adalah tugas yang profesional yang membutuhkan keahlian dan memiliki kode etik profesi.
3. Membanggakan
a.
b.
c.
Untuk menjadi anggota Polri yang mengemban tugas berat serta mulia itu harus lulus dari seleksi dan
menyelesaikan pendidikan pembentukan, kejuruan, keahlian.
Tugas Polri adalah tugas yang strategis karena penegakan tata/aturan dan memelihara ketentraman adalah
syarat utama untuk mencapai dan menjamin terselenggaranya kesibukan kerja dalam pembangunan,
mewujudkan masyarakat yang raharja, masyarakat yang sejahtera adil dan makmur
Kalau tugas yang berat dengan resiko yang tinggi tapi merupakan tugas yang terhormat dan mulia tersebut
dapat dilaksanakan secara profesional akan merupakan kebanggaan karena pengabdiannya merupakan
kontribusi mencapai masyarakat tata tenteram karta raharja.
4. Nilai moral yang dituntut terhadap anggota Polri : Tekad untuk melaksanakan tugas yang dipercayakan rakyat
/ hukum melalui pengabdian yang terbaik, pantang menyerah, tidak terikat sesuatu dan rela berkorban.
26
WEWENANG POLRI
Psl. 15
Ayat 1 : Kewenangan secara
umum
Ayat 2 : Sesuai UU
Perundang-undangan lainnya
Wewenang
Polri UU
No. 2/2002
Psl. 16
Ayat (1)
Dibidang proses pidana
antara lain penangkapan,
penahanan, penggeledahan,
penyitaan, pemeriksaan,
penghentian penyidikan,
mengadakan tindakan lain
menurut hukum yg
bertanggung jawab
Psl. 18
Diskresi Kepolisian :
Bertindak menurut
penilaiannya sendiri untuk
kepentingan umum
Kewenangan yg sangat luas
dan diberi wewenang pelanggaran HAM secara sah
Kewenangan yg
mengandung potensi yg
besar utk disalahgunakan.
Dlm setiap tindakan Polri
harus memegang teguh
azas keabsahan (ada dasar
hukumnya), kebutuhan (hrs
sangat diperlukan), dan
keseimbangan (kekuasaan
atau wewenang yg
digunakan harus seimbang
dgn beratnya pelanggaran
dan tujuan penegakan
hukum yg akan dicapai)
NIlai Moral Anggota
Polri:
Menjunjung tinggi
hukum, kebenaran,
keadilan, kejujuran dan
HAM
Menjaga kerahasaiaan
Mampu mengendalikan
diri
Bertanggung jawab atas
tindakannya dan
tindakan anak buahnya.
Dari aspek pro yustisia kewenangan Polri & tata cara pelaksanaannya bersumber dari hukum bukan dari sumber kekuasaan
dan pelaksanaannya dipertanggungjawabkan pula kepada hukum, kewenangan Proyustisia bersifat fungsional terlepas dari
hierarkhi birokrasi intern Polri maupun dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara. Dengan demikian diberi
otonomi kewenangan penegakan hukum, bebas dari intervensi atasan maupun intervensi dari luar Instansi.
27
POLRI POLISI NASIONAL
Penetapan Pemerintah No. 11 s/d 1946
Sejak 1 Juli 1946 Jawatan Kepolisian Negara Keluar dari Departemen Dalam Negeri dan menjadi Jawatan tersendiri
langsung di bawah Presiden, 1 Juli diperingati sebagai hari Bhayangkara.
Nilai-nilai moral yang seharusnya dimiliki Polri antara lain :
Kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia
Kecintaan terhadap konstitusi.
Rasa senasib dan sepenanggungan dengan semua anggota Polri di seluruh Indonesia
Kesediaan untuk berkoordinasi
Pemimpin Polri yang mempunyai jiwa kepemimpinan yang terpilih yang mampu memimpin Polri yang merupakan
kesatuan yang besar dengan bentangan wilayah kepulauan yang luas.
28
POLRI POLISI PEJUANG
Semenjak lahirnya Polri adalah POLISI Pejuang bersama-sama angkatan perang dan rakyat
pejuang. Hal ini tampak pada peranan Polri dalam merebut kekuasaan dari tangan Jepang,
Peranan Polri dalam menghadapi sekutu dan Belanda, peranan Polri dalam menanggulangi
agresi militer I dan II. Pada permulaan kemerdekaan pasukan bersenjata yang paling solid dan
teratur adalah Pasukan Polisi.
Dengan menggunakan Polri sebagai modal kekuatan, disana sini Rakyat berhasil merampas
senjata dari Jepang. Polri menyatakan diri sebagai combatan.
Nilai-nilai yang diwariskan :
1. Kecintaan kepada Bangsa dan Negara.
2. Percaya pada kemampuan diri.
3. Tidak kenal menyerah / militansi yang tinggi tapi bukan militerisme.
4. Rela berkorban.
5. Tanpa pamrih.
29
POLRI ADALAH POLISI PEJUANG
Pada periode masa tahun 1945 – 1950 dalam pengabdian Polri terhadap Negara dan Bangsa. Polri adalah Polisi Pejuang tampak
pada peranan Polri dalam merebut kekuasaan di Jepang, peranan Polri dalam menghadapi sekutu dan Belanda, peranan Polri
dalam menanggulangi operasi militer I & II. Pada permulaan Kemerdekaan, pasukan bersenjata yang paling solid dan teratur
adalah Polisi. Dengan menggunakan Polri sebagai modal kekuatan, disana sini rakyat berhasil merampas senjata api dari Jepang
baik dengan jalan damai maupun dengan jalan kekerasan.
Selanjutnya fakta-fakta menyatakan bahwa Polri ikut serta secara aktif dalam merebut kekuasaan dari Tentara Jepang bahkan
dibeberapa daerah mereka itu merupakan pelopor-pelopor utama yang militan baik didalam tindakan penurunan bendera Jepang
menggantikan dengan Sang Merah Putih maupun dalam mengambil alih kekuasaan dari Tentara Jepang.
Polri bersama-sama dengan TNI dan Badan-badan Perjuangan lainnya dengan persenjataan yang dapat direbut dari Jepang
menyambut kedatangan tentara sekutu yang membawa NICA dengan pertempuran-pertempuran sengit yang terjadi diberbagai
tempat diseluruh Indonesia yang menimbulkan korban pada kedua belah pihak.
Misalnya di Surabaya, untuk menggempur Surabaya tentara Inggris mengerahkan seluruh kekuatannya baik di darat, dilaut
maupun di udara.
Dalam penggempuran tersebut salah satu tempat yang menjadi sasaran musuh adalah Markas Besar Polisi Istimewa Surabaya.
Peristiwa ini terjadi pada tanggal 10 Nopember 1945.
Kesatuan-kesatuan Polisi Istimewa Karesidenan Surabaya beserta anggota-anggota Kepolisian yang bertugas di seksi-seksi Polisi
diseluruh Kota Surabaya bersama-sama dengan pasukan-pasukan perjuangan lainnya melakukan perlawanan yang gigih terhadap
pasukan tentara Sekutu. Tanggal 10 Nopember inilah dijadikan Hari Pahlawan, memang Polisi senantiasa menjadi penjaga
keamanan dan ketertiban masyarakat walaupun dalam keadaan perang sejarah menunjukan bahwa Polisi kita adalah Polisi yang
dituntut pengabdiannya untuk memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan kita, kedaulatan negara dengan demikian
Polisi kita adalah Polisi yang combatan.
Karena itu pada setiap Polri telah diwariskan untuk dimiliki nilai-nilai kejuangan : nilai-nilai untuk cinta kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia percaya pada kemampuan sendiri, pantang menyerah, rela berkorban dalam pengabdiannya kepada Nusa dan
Bangsa.
30
POLRI CIVIL : BERUNIFORM DAN BERSENJATA
TUGAS POLRI YG BERAT DGN RESIKO YG TINGGI
POLRI ADALAH SIPIL YG MENGGUNAKAN UNFORM DAN BERSENJATA
TETAPI BUKAN ANGKATAN PERANG / MILITER
POLRI HARUS TUNDUK PADA HUKUM
MAHIR MENGGUNAKAN HUKUM SBG SENJATANYA
DIIKAT OLEH DISIPLIN DGN HIERARKHI YG JELAS DAN
KETAT
MENJUNJUNG TINGGI HAM
MEMPUNYAI ETIKA PROFESI
31
SERAGAM POLRI
TANDA
PANGKAT
TANDA
JABATAN
EMBLEM
Mencerminkan Hirarkhi
Kemampuan / keahlian
Keabsahan wewenang dan tanggung jawab
(Ta/Ba Polri tanda pangkatnya dipundak sama dgn Pa
menunjukkan semua anggota Polri mempunyai
tanggung jawab sendiri-sendiri)
Tanggung jawab dikaitkan dengan jabatan yang
dipangkunya
Bintang
tiga mengartikan Tri Brata sbg sumber kode
etik profesi Polri. Bintang bersudut lima berarti Tri
Brata dijiwai Pancasila.
Perisai – Pelindung
Obor – memberi penerangan
Tiang – Pilar negara
Tangkai Padi – kesejahteraan masyarakat
Jumlah tangkai Padi dan Kapas menunjukkan
diangkatnya Kepala Kepolisian Negara tanggal 29
September 1945
Rastra Sewa Kottama – menunjukkan Brata pertama
dari Tri Brata / Polri sbg abdi utama daripada Nusa dan
Menunjukkan Induk kesatuan dari anggota yang
Bangsa.
bersangkutan
INDUK SAT
NAMA
Menunjukkan identitas Pribadi dari anggota
Tanda kehormatan yang diberikan negara atas
pengabdiannya pada Negara dan Bangsa
TANDA JASA
•
DENGAN BERSERAGAM
SETIAP ANGGOTA
DIDORONG
BERPENAMPILAN
KOREK DAN
BERTINGKAH LAKU ETIS
•
DGN SERAGAM TANPA
BICARA PENAMPILAN
ANGGOTA PLRI
DITENGAH
MASYARAKAT TELAH
MEMANCARKAN
WIBAWA PETUGAS YG
MEMBERIKAN DAMPAK
PSICHOLOGIS KEPADA
ANGGOTA
MASYARAKAT
SEKITARNYA
•
DENGAN SERAGAM
MASYARAKAT CEPAT
MENGETAHUI
KEBERADAAN
ANGGOTA POLRI
•
SERAGAM ADALAH
KEBANGGAN BAGI
ANGGOTA
32
PENGGUNAAN SENJATA API
Penggunaan senjata api harus berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ada antara lain :
1. Polri hanya boleh menggunakan kekuatan jika sungguh-sungguh diperlukan dan hanya
sebatas yang dituntut untuk kelancaran pelaksanaan tugas.
2. Pemakaian Senpi dianggap sebagai tindakan ekstrim, tidak boleh digunakan kecuali ketika
tersangka melakukan perlawanan bersenjata atau membahayakan kehidupan orang lain.
3. Dalam pelaksanaan tugas sejauh mungkin dipilih cara yang tidak dapat menyakiti baru dipilih
penggunaan kekerasan dan senjata api apabila cara lain tidak mungkin berhasil dengan baik.
Karena itu bagi pemegang senjata api diberikan perhatian khusus kepada :
1. Isu-isu etika, penegakan hukum dan HAM.
2. Kemungkinan Penggunaan kekerasan dan Senpi termasuk penyelesaian sengketa secara
damai, bagaimana memahami prilaku masa, dan metoda-metoda pembujukan (persuation),
perundingan (negosiation), dan penengahan (mediation).
33
UNTUK ITU SEORANG PETUGAS POLRI HARUS :
1. Lulus tes psikologi.
2. Menguasai ketentuan-ketentuan hukum / peraturan yang berlaku yang berkaitan dengan senjata
api termasuk pula kumpulan standard, panduan dan instrumen internasional dari PBB antara lain :
a. Pedoman tindak tanduk untuk para penegak hukum (code of conduct for law enforcement
officials).
b. Prinsip-prinsip dasar penggunaan senjata api oleh petugas penegak hukum (basic principals
for the use of force and fire arm by law enforcements officials).
3. Memiliki kemampuan pengendalian diri.
4. Menghormati dan menjunjung tinggi HAM.
5. Dilengkapi oleh Pimpinan kepada anggota yang bertugas berbagai senjata api dan amunisi yang
memungkinkan penggunaan persenjataan / agar tidak mematikan / melukai.
34
BAB IV
SITUASI DAN KONDISI YANG DIHADAPI
POLRI
TREND GANGGUAN KAMTIBMAS
2. MASYARAKAT
3. DEMOKRATISASI, HUKUM dan HAM
ERA REFORMASI : POLRI PROFESIONAL DAN MANDIRI
5. KETERBATASAN POLRI
1.
4.
TREND GANGGUAN KAMTIBMAS
1. FKK antara lain :
a. Kemajuan tekhnologi
b. Kemajuan perdagangan
c. Kemajuan travelling
d. Pertumbuhan penduduk yang tinggi
e. Kesenjangan antara yang punya dan tidak punya
f. Lapangan kerja yang terbatas / pengangguran yang tinggi
2. AF meningkat secara kwalitatif maupun kuantitatif antara
lain :
a. Skala Internasional
- Penyelundupan narkoba
4.
- Terorisme
- Uang palsu
- Money loundring
- Kejahatan dengan menggunakan komputer
- Hak cipta
- Trans national crime
b. Skala Nasional
- Gangguan keamanan
- Kekerasan massal
- Korupsi (tertinggi di dunia)
- Terorisme
- Premanisme
- Kejahatan dengan kekerasan
- Kejahatan perbankan
- Narkotika
- Uang palsu
- Kemaksiatan
- Penyelundupan
- Pelanggaran hak cipta
- Kejahatan ekonomi
35
3. Pelaku :
a. Melibatkan sindikat Internasional
b. Mulai dari masyarakat awam sd pejabat tinggi negara
dan penguasa
c. Melibatkan oknum TNI/Polri, dan oknum-oknum Instansi
Pemerintah termasuk Instansi Depag, P & K dan aparat
penegak Gakkum
d. Melibatkan Institusi yang Independent yang anggotaanggota dipilih dan diyakini memiliki reputasi yang tidak
diragukan lagi.
Keterangan :
a. Apakah indikator ini dapat dianggap bahwa sekarang ini
tidak hanya masih dalam krisis ekonomi saja tetapi juga
mengalami krisis moral ?
b. Bagi anggota Polri :
1) Belum selesai satu masalah sudah timbul masalah lain
yang semuanya menuntut agar diselesaikan secepatnya
sesuai tuntutan masyarakat. Semuanya itu menuntut
anggota Polri pada umumnya harus bekerja keras
melebihi dari ukuran-ukuran yang normal sehingga dapat
mempengaruhi secara negatif terhadap kejiwaan
anggota yang bertugas. Untuk itu anggota Polri dituntut
memiliki semangat tinggi / pantang menyerah,dan
senantiasa
berupaya optimal menambah dan
mengembangkan
pengetahuan dan ketrampilannya.
2)
Ini adalah tantangan sebagai konsekwensi
memilih Polri
sebagai medan pengabdiannya dan
utamanya tantangan bagi anggota Polri yang dipercaya
sebagai pimpinan
kesatuan dari tingkat yang paling
rendah sampai dengan
Kapolri.
36
MASYARAKAT
1. Harapan masyarakat :
a. Polri mampu melaksanakan fungsi, tugas dan kewajibannya dengan baik, yakni menegakkan hukum,
memelihara kamtibmas, melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat sehingga masyarakat
senantiasa merasa aman, tentram dan damai.
b. Tuntutan-tuntutan masyarakat tersebut menuntut agar perlindungan, pelayanan dan pengayoman
masyarakat dengan segera, disini dan sekarang juga sering tanpa memperhatikan kondisi riel yang
ada pada Polri.
2.
Kritik masyarakat terhadap Polri
Kritik masyarakat terhadap Polri sering terlalu tajam dan pahit. Dalam hal ini Polri harus berpikir positif
terhadap kritik-kritik masyarakat tersebut :
a. Kritik masyarakat adalah wajar sebagai kontrol masyarakat dalam negara demokrasi.
b. Harus dianggap kepedulian masyarakat untuk memperbaiki Polisinya.
c. Kalau kritik tersebut mengandung kebenaran harus ditindak lanjuti dengan mengadakan pembenahan.
3
Kesadaran hukum masyarakat masih kurang
4.
Partisipasi masyarakat
a. Tanggung jawab menegakkan hukum dan kamtibmas adalah tugas bersama (Polri dan masyarakat).
b. Karena itu partisipasi masyarakat mutlak dibutuhkan dalam membina kamtibmas.
c. Karena itu keberhasilan pelaksanaan tugas Polri sangat tergantung dari sejauh mana keberhasilan
Polri dalam membina kemitraan dengan masyarakat (community policing).
5.
Karena tugas Polisi pada hakekatnya adalah tugas untuk melindungi, mengayomi dan melayani
masyarakat maka paradigma Polri harus berorientasi kepada kepentingan masyarakat.
37
NEGARA INDONESIA ADALAH NEGARA DEMOKRATIS (Psl 1 (2) UUD 1945)
CIRI-CIRI NEGARA DEMOKRATIS
Adanya
pembagian
kekuasaan
pemerintahan
dipilih secara
demokratis
Rule of Law
Memelihara
agar
pelaksanaan
pemilihan aman
dan lancar
Menegakkan
hukum
Polri adalah Pilar
Demokrasi
Penghormatan
HAM
Hakekat tugas
Polri adalah
menegakkan
HAM/melindungi
HAM
Polri yang kuat Mandiri &
Profesional
Polri secara kelembagaan
pisah dengan
Dep.Hankam/Mabes ABRI
berdiri sendiri langsung
dibawah Presiden RI
UU No. 2 / 2002
Anggaran &
Dukungan Polri
meningkat
Kadar Demokrasi Indonesia
Reformasi supermasi hukum
demokratisasi & HAM
DEMOKRASI
INDONESIA ?
Negara
demokrasi liberal
Negara Otoriter Polisi
sebagai alat penguasa
200 negara demokrasi di dunia
38
NEGARA INDONESIA ADALAH NEGARA HUKUM (Psl. 1 (3) UUD 1945)
CIRI-CIRI NEGARA HUKUM
Kekuasaan
dijalankan
sesuai
dengan
hukum
positif
Kegiatan
negara di
bawah
kontrol
kekuasaan
kehakiman
yang efektif
UUD
menjamin
HAM
Pembagian
kekuasaan
DILEMA YANG
DIHADAPI POLRI
Banyak hukum dari
Warisan Kolonial
POLRI
Semua
tindakannya harus
berdasarkan
hukum positif dan
menjunjung tinggi
HAM
Sebagai penegak
hukum Polri
menindak
pelanggaranpelanggaran
hukum yang terjadi
Ada hukum
yang tidak
sesuai dengan
rasa keadilan
masyarakat
Ada UndangUndang yang
belum sinkron
dengan peraturan
perundangundangan yang
lainnya.
Polri memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam
Memahami betul situasi dilapangan
Bijak dalam bertindak tetapi tetap bertanggung jawab
39
HAK AZASI MANUSIA (HAM)
1. HAM adalah salah satu Hak yang melekat secara kodrati pada manusia yang apabila hak itu tidak ada,
tidak akan bisa hidup sebagai manusia.
2. Nilai-nilai HAM kita dapatkan pada :
a. Pembukaan UUD 1945, dengan Pancasilanya.
b. Undang-Undang No. 8 / 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
c. Undang-Undang No. 39 / 1999 tentang HAM.
d. Undang-Undang No. 26 / 2000 tentang Peradilan HAM.
e. Undang-Undang No. 5 / 1998 tentang Pengesahan Konvensi menentang penyiksaan dan perlakuan
atau penghukuman lain yang kejam tidak manusiawi atau merendahkan martabat manusia.
f. Undang-Undang No. 2 / 2002 tentang Polri.
g. Tri Brata yang lahir juga karena pertimbangan HAM.
h. Kode etik Polri.
3. Kenyataan-kenyataan dilapangan tingkah laku anggota Polri masih banyak yang belum sesuai dengan
HAM sehingga menjadi fokus sorotan dari masyarakat.
4. Agar Polri mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dan menjadi pilar demokrasi yang kokoh, maka
Polri senantiasa menjunjung tinggi HAM dalam pelaksanaan tugasnya yang tercermin dari perbuatan
yang
senantiasa etis menjunjung dan menghormati HAM.
5. Tugas Polri untuk menegakkan hukum dan memelihara Kamtibmas pada hakekatnya adalah tugas untuk
menegakkan HAM itu sendiri.
40
6.
Masalah-masalah yang dihadapi Polri dilapangan.
a.
b.
c.
Masyarakat sering menuntut HAM untuk ditegakan tetapi mereka sendiri melakukan tindakantindakan yang melanggar HAM orang lain. Masyarakat banyak yang belum menyadari bahwa
disamping mereka memiliki HAM, mereka juga memiliki kewajiban azasi manusia. Kebebasan azasi
seseorang dibatasi oleh hak azasi orang lain. Dilapangan banyak dijumpai tindakan-tindakan
masyarakat yang menghakimi sendiri dan melawan serta menentang petugas.
Sebagai akibat tuntutan yang tinggi masyarakat terhadap HAM, masyarakat menyoroti setiap tindak
tanduk Polri, sehingga seolah-olah tindakan Polri semua salah, tindakan Polri tidak ada yang benar.
Hal ini menimbulkan dampak ada kecenderungan dari anggota Polri ragu dalam melaksanakan
tugasnya. Dalam hal ini perlu dihayati semua anggota Polri bahwa tidak perlu ragu-ragu bertindak
melaksanakan tugas sepanjang dalam penggunaan kekuasaan atau wewenang Polri senantiasa
memegang azas legality, necesity, proporsionality serta etis.
Dalam Era globalisasi sekarang ini dimana mobilitas orang sekarang ini sangat tinggi maka setiap
orang yang berada di yuridiksi Indonesia tidak hanya warga negara Indonesia tetapi juga warga
negara asing harus tunduk pada hukum Indonesia, karena itu tuntutan untuk menjunjung tinggi HAM
bukan hanya masyarakat Indonesia tetapi juga merupakan tuntutan dunia internasional, karena itu
Polri dalam menegakkan hukum disamping landasan hukum positif yang ada juga memperhatikan
ketentuan-ketentuan internasional dibidang HAM.
Era Reformasi : POLRI Profesional dan Mandiri
Ciri-Ciri Pekerjaan Profesional
1. Menurut Buku Hukum Biru Jalan menuju kode jabatan Polisi.
a.
b.
c.
d.
Nama jabatan yang terlindung
Pendidikan kejuruan sendiri
Perkumpulan jabatan sendiri
Mempunyai kode jabatan/ kode etik
2. Ledge dan Exley.
a.
b.
c.
d.
e.
Ketrampilan yang didasarkan atas pengetahuan teoritis
Memperoleh pendidikan yang tinggi dan latihan
Adanya organisasi profesi dan adanya kode etik profesi
Adanya nilai khusus diabadikan pada kemanusiaan
Hidup dari profesinya dan secara terus menerus berusaha meningkatkan keahlian dan ilmunya sendiri
3. Donald C. Whitlam.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Menggunakan teori ilmu pengetahuan untuk pekerjaan
Keahlian
Pelayanan terbaik bagi pelanggannya
Memiliki otonomi dan cara mengatur perilaku anggota profesi
Adanya organisasi Asosiasi profesi
Memiliki kode etik
Memiliki kebanggaan terhadap profesinya, bertanggung jawab penuh atas monopoli keahlian profesi
41
42
POLRI ADALAH KELOMPOK PEKERJAAN PROFESIONAL KARENA
MEMENUHI KRITERIA :
1. Polri adalah nama jabatan yang terlindung :
-
Orang hanya dapat mengatakan, bahwa ia adalah bhayangkara Polisi, Bintara Polisi, Perwira Polisi, jika
memiliki ijazah Tamtama, Seba Polri, Secapa atau Akademi Polisi atau Pendidikan Perwira Sumber Sarjana
(PPSS)
2.
Polri memiliki pendidikan kejuruan, adapula pendidikan keahlian seperti PTIK serta
ada juga pendidikan-pendidikan seperti : Selapa, Sespim Polri, Sespati Polri
3.
Ada organisasi Asosiasi Profesi seperti : ISIK
4.
Mempunyai kode etik profesi Polri
Jadi ciri-ciri yang dimiliki Polri telah memiliki ciri-ciri profesional seperti pada buku biru
Agar memenuhi ciri-ciri profesional menurut Ledge Exley serta Donald C Whitlam perlu harus betul-betul dapat
diwujudkan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat yang membutuhkan, ketaatan akan kode etik, meningkatkan
Kebanggan profesi, bertanggung jawab penuh atas keahlian profesi, senantiasa secara terus menerus
meningkatkan Keahlian serta ilmunya, meningkatkan control yang efektif terhadap tingkah laku anggota.
43
POLRI MANDIRI
Kemandirian struktural : telah
tercapai dgn mandirinya Polri
terpisah dari Mabes TNI dan
Dep. Han dan langsung berada
di bawah Presiden
KEMANDIRIAN
Kemandirian moral anggota
Polri (???)
Kemandirian adalah kebanggan yg harus
diiringi dgn tanggung jawab yg lebih
besar dari kemandirian harus dapat
diwujudkan secara konkrit di lapangan
dlm wujud kinerja Polri yg lebih baik
sehingga masyarakat lebih merasa
dilindungi, dilayani dan diayomi oleh
Polri. Hari ini lebih baik dari kemarin dan
hari esok lebih bagus dari hari ini
Untuk mandiri sebagai Penyidik
Untuk mandiri dalam mengambil
tindakan Diskresi
Untuk mandiri untuk bersifat
netral
Untuk mandiri berani menolak
perintah atasan yg bertentangan
dgn hukum
Untuk mandiri dalam mengambil
langkah-langkah yg benar dan
adil tanpa pengaruh harta,
kedudukan, jabatan dan wanita
Menurut Frans Magnis-Suseno dalam
bukunya Etika Dasar, Masalah-masalah
pokok Filsafat Moral, KLanisius, Jakarta 1987
hal 147 menyatak Kemandirian moral adalah
kekuatan batin un5tuk mengambil sikap
moral sendiri dan untuk bertindak sesuai
dengannya. Kekuatan untuk bagaimanapun
juga tidak mau berkongkalikong dalam suatu
urusan atau permainanyang kita sadarai
sebagai tidak jujur , korup atau melanggar
keadilan. Mandiri secara moral berarti kita
tidak dapat dibeli oleh mayoritas, bahwa kita
tidak pernah akan rukun hanya demi
kebersamaan kalau kerrukunan itu
melanggar keadilan.
44
Kemandirian Polri adalah otonomi dalam pelaksanaan tugas profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku wewenang dan tanggung jawabnya tanpa adanya campur tangan
lembaga lain
Polri harus mandiri karena :
1. Indonesia adalah negara hukum yang demokratis yang ciri-cirinya adanya supremasi hukum dan dihormati
serta dijunjung tingginya HAM. Tugas-tugas tersebut pada hakekatnya dipercayakan oleh Negara dan
Bangsa untuk diemban oleh Polri sehingga Polri adalah pilar utama tegaknya negara demokratis
berdasarkan hukum.
2. Penyidikan adalah bagian integral dari Criminal Justice System karena itu harus mandiri sebagaimana
Jaksa dan Hakim agar terdapat keadilan dalam penegakan hukum.
3. Polri mempunyai kewenangan diskresi.
4. Polri harus netral (Pasal 28 ayat 1 UU No. 2 / 2002).
5. Menurut kode etik profesi Polri dinyatakan setiap anggota Polri dibenarkan menolak perintah atasan yang
melanggar norma hukum..
6. Tugas Polri menegakkan hukum dan memelihara Kamtibmas merupakan tugas yang strategis dengan
kewenangan yang luas maka ada kecenderungan untuk adanya pihak-pihak yang ingin mengintervensi
Polri untuk melindungi kepentingannya.
45
KETERBATASAN POLRI
1.
Keterbatasan POLRI dan integrasi Polri dalam ABRI :
a.
b.
c.
Personil
1) Jumlah personil kurang
2) Profesionalisme rendah
Anggota POLRI kecil akibat daripada metode operasi dimana operasi Kamtibmas merupakan sub sistim dari operasi
Kamdagri. Operasi Kamtibmas sejajar dengan Operasi Terr, OPS Pur dan Operasi Intel. Semua bentuk Operasi itu
dibawah Kodal Pangab, sedangkan Operasi Kepolisian hanya merupakan Operasi rutin yang tidak didukung dengan
anggaran.
Saran dan prasarana serta Alut Polri sangat kecil.
2.
Dengan adanya reformasi maka secara struktural Polri telah mandiri lepas dari Dephan / Mabes TNI, berdiri sendiri langsung
di bawah Presiden serta anggaran dukungan untuk Polri sudah jauh meningkat.
3.
Dalam kaitan ini Polri harus dapat menunjukan pengabdian karya nyata yang dirasakan oleh masyarakat semakin
meningkat, kalau masih dirasakan adanya kekurangan harus dijadikan tantangan untuk lebih meningkatkan kinerjanya
sehingga walaupun masih ada keterbatasan Polri mampu mempersembahkan kinerja yang jauh lebih baik daripada
sebelumnya.
4.
Dalam kaitan keterbatasan ini harus disadari :
a. Keterbatasan sumber daya senantiasa dihadapi oleh semua organisasi
b. Polri harus tahu persis apa yang dibutuhkan dan berapa yang dibutuhkan
c. Senantiasa memanfaatkan sumber daya yang terbatas adanya secara optimal sehingga tercapai efisiensi dan efektivitas.
d. Berupaya memperjuangkan kepada atasan perlunya ada prioritas tambahan dukungan yang betul-betul diperlukan
dengan alasan-alasan yang rasional untuk mendukung peningkatan kinerja Polri yang baik.
5.
Untuk itu dituntut Polri yang efisien, efektif, membuat prioritas, hemat.
BAB V
TINDAKAN POLRI DAN ASAS-ASAS
PELAKSANAAN TUGAS POLRI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
TINDAKAN POLRI
BENTUK-BENTUK TINDAKAN POLRI
TINDAKAN YANG BENAR
ASAS-ASAS UMUM PELAKSANAAN TUGAS POLRI
PRINSIP-PRINSIP DASAR PENEGAKKAN HUKUM
RAMBU-RAMBU/UKURAN TENTANG KEABSAHAN
BEBERAPA TINDAKAN POLRI
ASAS-ASAS MORAL POLRI
ASAS-ASAS UMUM PENYELENGGARAAN NEGARA
PRINSIP-PRINSIP UNIVERSAL PEMOLISIAN
DEMOKRATIS
46
47
Tindakan Polri
Bentukbentuk
Tindakan
Preventif langsung
Preventif
Preventif tdk langsung
Represif non yustisial
Represif
Represif yustisial
Benar secara hukum
Tindakan yg
benar
Benar secara teknis
Benar secara sosiologis
Benar secara moral
Asas legalitas
Asas-asas
umum
pelaksanaan
tugas Polri
Asas kewajiban
Asas Partisipasi
Asas Preventip
Asas Subsidiaritas
Asas Oportunitas
Prinsip-prinsip
dasar
penegakkan
hukum
48
legalitas
nesesitas
proporsionalitas
noodzakelijk
zakelijk
Keabasahan atas kewajiban umum
kepolisian
dolmatig
evenridig
Tindakan lain yg bertanggung jawab
Rambu-rambu /
ukuran
keabsahan
beberapa
tindakan Polri
Diskresi
Vide pasal 5 dan 7 KUHAP
Vide Pasal 18 UU No. 2 / th 2002
Untuk kepentingan umum
Hanya dapat dilakukan dlm keadaan
yg sangat perlu
Memperhatikan peraturan per-UU-an
dan kode etik profesi Polri
Upaya paksa a.l.
Pemanggilan, penangkapan, pemeriksaan,
penggeledahan, penahanan, penyitaan,
penghentian penyidikan
Vide UU No. 8 thn
1981 ttg KUHAP
49
Pedoman Hidup Tri Brata
Lambang Polri
Lafal Sumpah
Asas-asas dan
Norma moral Polri
Pedoman Karya Catur Prasetya
Pemahaman Baru Tribrata
Pemaknaan Baru Catur Prasetya
Kode etik Profesi Polri
Asas kepastian hukum
Asas tertib penyelenggaraan Negara
Asas-asas umum
penyelenggaraan
negara
Asas Kepentingan Umum
Asas Keterbukaan
Asas Proporsionalitas
Asas Profesionalitas
Asas Akuntabilitas
50
Menurut David Bruce dan
Rachel Neild
Prinsip-prinsip Universal
Perpolisian Demokratis
Menurut Kevin Cordy
Menurut Negara-negara Afrika
51
BAB VI
LANDASAN PELAKSANAAN TUGAS POLRI
1. LANDASAN YURIDIS
a. UNDANG-UNDANG NO. 2 / 2002
b. UNDANG-UNDANG NO. 8 / 1981
c. UNDANG-UNDANG NO. 39 / 1999
2. LANDASAN KEBIJAKAN
LANDASAN YURIDIS
a.
Undang-undang yang menjadi landasan Yuridis dalam pelaksanaan tugas Polri yang syarat dengan nilainilai moral yang harus dipedomani Polri :
1) Undang-Undang No. 2 / 2002 tentang Polri
2) Undang-Undang No. 8 / 1981 tentang Hukum Acara Pidana
3) Undang-Undang No. 39 / 1999 tentang HAM
4) Berbagai Undang-Undang lainnya.
b.
Undang-Undang No. 2 / 2002 tentang Polri
1) Kemandirian dalam pelaksanaan tugas proyustitial
2) Lebih mengedepankan fungsi pelayanan dan perlindungan yang merupakan orientasi dari Polisi
negaranegara modern
3) Polisi tunduk pada peradilan umum
4) Ingin diwujudkan Polisi yang berwajah sipil, mandiri, profesional dan modern, bersih dan taat pada azas
hukum. Ada Lembaga Komisi Nasional yang independent.
5) Azas-azas pelaksanaan tugas Polri
6) Persyaratan untuk diangkat menjadi anggota Polri
7) Sumpah yang diucapkan oleh anggota Polri untuk menjadi anggota Polri
8) Bersifat netral
9) Memberikan landasan hukum adanya kode etik profesi Polri
10) Bertindak berdasarkan norma hukum dan mengindahkan norma agama, kesopanan, kesusilaan serta
menjunjungi tinggi HAM
52
Etika Profesi Polri dan UU No. 2 / 2002
Kewajiban
wewenang
Nilai/norma & landasan
pelaksanaan tugas
Tugas
Wewenang
umum psl.
15(1)
Pasal 19(1) Bertindak
berdasarkan hukum dan
mengindahkan norma agama,
kesopanan, kesusilaan serta
menjunjung tinggi HAM
Tugas Pokok Psl
13
Tugas-tugas Psl
14
Wewenang
sesuai peraturan per-UUan lain nya psl
15(2)
Wewng dlm
bid. proses
pidana psl
16(1)
Kehndak baik utk
melaksa-nakan
apa yg menjadi
kewajiban
Pasal 19(2) mengutamakan
pencegahan
Pasal 23 Lafal sumpah
Wewenang
diskresi psl
18(1) memperhatikan
peraturan perUU-an & kode
etik
Pasal 34(1) Kode Etik Profesi
Menggunakan
kewenangan
sesuai peraturan per-UUan & kode etik
Taat hukum,utamakan
pencegahan, perhatikan normanorma lain, junjung tinggi HAM,
pegang teguh sumpah
53
Pembinaan Profesi
Profesionalisme Polri
Psl 32(1)
Pembinaa
n Etika
Polri
Pembinaan
Profesi/
Kemamp
uan
Profesi
Psl 31
Psl 32(1)
Pengembangan
pengetahuan dan
pengalam
an di
bidang
teknis
kepolisi-an
Pembinaan Profesi meliputi
pembinaan Etika Profesi dan
pengembangan pengetahuan
dan pengalaman dibidang teknis
kepolisian
Tanggung
jawab
Tujuan
Psl 8(2)
Presiden
Psl 43 angka
2
Pidana
Psl 27(1)
disiplin
Psl 4
Tujuan
Polri
Psl 35(1)
sidang
komisi kode
etik
Psl 10(1)
2(2)
tanggung
jawab secara
hirarki
Pertanggungja
waban
pelaksanaan
tugas/
kewajiban
Tolok ukur
kebrhsilan
pelksnaan
tugas/kewaji
ban
54
c. Undang-Undang No. 8 / 1981 tentang Hukum Acara Pidana
1) Azas praduga tak bersalah
2) Persamaan dimuka hukum
3) Hak pemberian bantuan hukum
4) Peradilan yang cepat, sederhana dan biaya ringan
5) Upaya paksa harus dengan perintah tertulis
6) Kesalahan, kekeliruan upaya paksa dapat diajukan ganti rugi, pra peradilan, atau tuntutan pidana.
d. Undang-Undang No. 39 / 1999 tentang HAM
55
LANDASAN KEBIJAKAN
a.
Landasan kebijakan :
1) Cita-cita nasional yang termuat dalam UUD 1945.
2) Indonesia negara demokratis yang berdasarkan hukum ( pasal 1 (1) dan pasal 1 (3) UUD 1945).
b.
Fungsi dan tugas Polri :
1) Dikaitkan dengan cita-cita nasional maka fungsi dan tugas Polri berkaitan dengan melindungi
segenap bangsa Indonesia dan membantu melaksanakan ketertiban dunia.
2) Polri adalah pilar utama dari negara Indonesia merupakan negara demokratis yang berdasarkan
hukum.
3) Semuanya menuntut terwujudnya Polri yang kuat, mandiri dan profesional.
c.
Kebijakan yang menyangkut Polri, karena itu semua kebijakan yang menyangkut Polri diarahkan untuk
membangun Polri yang kuat, mandiri dan profesional agar dapat mengawal pelaksanaan demokrasi dan
pencapaian cita-cita nasional.
56
d.
Institusi-institusi yang berkaitan dengan kebijakan-kebijakan yang menyangkut tugas Polri adalah :
1) DPR :
a) Membuat Undang-Undang
b) Menetapkan Anggaran
c) Persetujuan Kapolri yang akan diangkat oleh Presiden
2) Pemerintah / Presiden :
a) Kebijakan yang menyangkut Polri
b) Peraturan Pemerintah yang menyangkut pelaksanaan tugas Polri.
c) Mengangkat Kapolri setelah mendapat persetujuan DPR.
3) Komisi Kepolisian Nasional :
a) Menyarankan kebijakan yang menyangkut Polri kepada Presiden.
b) Mengajukan saran calon Kapolri kepada Presiden.
4) Kapolri
a) Kebijakan teknis Polri.
b) Hubungan kerja dengan Badan, Lembaga serta instansi didalam dan luar negeri.
5) Kepala-kepala Kesatuan Polri :
a) Menentukan kebijakan Kepala Kesatuan yang dianalisa berdasarkan SWOT dan kebijakan
atasan serta kebijakan instansi-instansi samping.
b) Melakukan pengawasan dan pengendalian pembinaan etika profesi Polri yang merupakan
fungsi Komando.
57
BAB VIII
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
KEBEBASAN
2. KEWAJIBAN
3. HATI NURANI DAN
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
4. TANGGUNG JAWAB
1.
KEBEBASAN
1.
Kebebasan Struktural
Dengan terpisahnya Polri dengan Dep. Hankam dan Mabes ABRI men