metodologi penelitian L B M 3
1. Apa itu desain penelitian dan fungsi dari desain penelitian ?
Desain penelitian
Rancangan penelitian yang disusun sehingga dapat
menuntun peneliti untuk memperoleh jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan penelitian
Suatu rancangan atau cara untuk mengumpulan atau
mengolah data untuk mencapai tujuan penelitian
Fungsi
Sebagai sarana bagi peneliti untuk memperoleh
jawaban atau alat bagi peneliti untuk
mengendalikan atau mengontrol variabel
Membantu peneliti untuk mendapat jawaban
yang tepat dan objektif dan akurat
Mengekspresikan struktur permasalahan
penelitian dan rencana investigasi yang
digunakan untuk memperoleh bukti-bukti yang
berkaitan dangan masalah
2. Apa yang perlu di kaji sebelum menentukan jenis desain
penelitian ?
Tentukan jenis penelitian eksperimen atau observasi
Observasi tentukan waktunya follow up atau
longitudinal.
Evaluasi pristiwa yang berlangsung prospektif
( memperkirakan kasus) dan retrospektif
Contoh kasus PPOK
Cross sektional : dari rekap medik pasien dilihat jumlah
PPOK dikross cek apakah perokok atau tidak
Case kontrol : kasusdari PPOK
Subjek dari masa sekarang ditelusur ke masa lalu
apakah PPOK merupak penyebabdari rokok (efek dan
faktor resiko, data dan sumber data primer dan
sekunder )kata kunci !!!!
3. Apa saja macam-macam desain penelitian ?
Penelitian ekspreimental
Ialah penelitian yg observasinya dilakukan terhadap efek dari manipulasi peneliti
terhadap satu atau sejumlah ciri (variabel) subyek penelitian.
Dikenal 2 macam penelitian eksperimental :
1) Penelitian eksperimental MURNI
Ialah penelitian yg memungkinkan peneliti mengendalikan hampir semua variabel
luar (variabel pengacau), sehingga perubahan yg terjadi pada efek (variabel yg
dipelajari) hampir sepenuhnya karena pengaruh perlakuan (variabel eksperimental).
2) Penelitian eksperimental KUASI/ SEMU
Ialah bila peneliti tidak mungkin mengontrol semua variabel luar, sehingga perubahan
yg terjadi pada efek tidak sepenuhnya oleh pengaruh perlakuan.
a. Penelitian non eksperimental
Ialah penelitian yang observasinya dilakukan terhadap sejumlah ciri (variabel) subyek
menurut keadaan apa adanya (in nature), tanpa ada manipulasi atau intervensi peneliti.
Dalam bidang kedokteran, dikenal beberapa macam penelitian yang terpilah secara
tumpang-tindih, yaitu
a. Penelitian epidemiologik
Adalah jenis penelitian kedokteran yg mengkaji problema kesehatan dengan
menggunakan pendekatan komunitas.
Dengan penelitian ini dapat diungkap :
- kejadian, distribusi dan determinan suatu penyakit atau status
kesehatan tertentu dalam masyarakat.
- Faktor2 risiko apa yg berperan pada suatu status kesehatan atau
penyakit tertentu.
Secara umum, penelitian epidemiologik mempunyai 3 kegunaan :
1) Untuk kepentingan diagnosis, yaitu untuk menyusun diagnosis
komunitas atau diagnosis kelompok.
2) Untuk kepentingan penelusuran patogenesis penyakit, yaitu
mempelajari aspek etiologi dan perkembangan penyakit
3) Untuk kepentingan evaluasi program, yaitu sebagai sarana
untuk menilai suatu tindakan pelayanan kesehatan masyarakat
tertentu.
Dikenal 2 macam penelitian epidemiologik, yaitu :
1. Penelitian epidemiologik intervensi
Adalah penelitian eksperimental yg dilakukan terhadap masyarakat. Peneliti
memberikan perlakuan atau manipulasi pada masyarakat, kemudian efek perlakuan
tsb diobservasi, baik secara individual maupun kelompok. Dalam kaitan fungsi
penelusuran patogenesis penyakit, penelitian intervensi mempunyai potensi untuk
mengungkap mekanisme sebab-akibat antara faktor resiko (penyebab penyakit)
dengan efek (penyakit atau status kesehatan tertentu). Sebagai contoh terhadap angka
kematian anak balita di suatu daerah.
2. Survei epidemiologik
Surve epidemiologik, baik deskriptif maupun analitik (sbg penelitian epidemiologik
non eksperimental) kedalaman analisis mekanisme sebab-akibat tidak dapat diperoleh.
Hal ini disebabkan karena pada survei epidemiologik observasi dilakukan pada
fenomena kesehatan (faktor2 risiko dan efek) dalam keadaaan “apa adanya”, tanpa
manipulasi.
Survei deskriptif. Ialah suatu penelitian yg tujuan utamanya melakukan eksplorasideskriptif terhadap fenomena kesehatan masyarakat, baik yang berupa faktor resiko
maupun efek. Penelitian ini hanya menyuguhkan sedeskriptif mungkin fenomena tsb,
tanpa mencoba menganalisis bagaimana dan mengapa fenomena tsb terjadi. Sebagai
contoh misalnya, survei angka kematian dan angka kelahiran pada suatu daerah
tertentu, atau survei tentang insidensi dan prevalensi peyakit tertnetu di suatu daerah.
Survei analitik. Pada survei epidemiologik analitik, peneliti mencoba menggali
bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan masyarakat itu terjaid, yaitu dengan
melakukan analisis dinamika korelasi antar fenomen, baik antara faktor risiko dengan
defek, antar faktor risiko, maupun antar efek. Dari analisis korelasi tsb dapat didekati
seberapa besarkontribusi fakktor tertentu terhadap kejadian efek yg dipelajari.
Dikenal 3 macam survei epidemiologik analitik, yaitu
a) Penelitian cross sectional
Merupakan penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor2 resiko
dengan efek, dengan model pendekatan atau observasi sekaligus pada satu saat, atau
point time aproach. Dengan pendektan :”satu saat” bukan dimaksudkan semua
subyek diamati tepat pada saat yang sama melainkan tiap subyek hanya diobservasi
sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atua variabel subyek
pada saat pemeriksaan.
b) Penelitian case control
Model pendekatan yg digunakan pada penelitian ini dan cohort ialah pendekatan
waktu secara longitudinal, atau period time approach. Karakter subyek yang
diobservasi bukan hanya status pada saat dilakukan penelitian, tetapi dilihat
perkembangannya pada periode tertentu, baik ke belakang (retropsektif) maupun ke
depan (prospektif).
Penelitian dilakukan dengan mengidentifikasi subyek2 yg merupakan kasus case
adalah subyek dengan karakter efek positif kemudian diikuti secara retrospektif ada
tidaknya faktor risiko (kausa) yg diduga berperan. Penetapan ada tidaknya kontribusi
pengaruh faktor risiko terhadap terjadinya efek dilakukan dengan membandingkan
adanya faktor2 risiko tsb pada subyek kontrol, yg juga dilihat secara retrospektif.
Kelompok subyek kontrol dipilih dari individu yg sejauh mungkin sama kondisinya
dengan subyek kasus (dipilih secara matching), kecuali individu tsb tidak
menunjukkan adanya penyakit atau status kesehatan tertentu yg diteliti control adalah
subyek dengan karakter efek negatif.
c) Penelitian cohort
Pada penelitian cohort bukan efek yang “dipegang” dulu, tetapi kausa (faktor risiko)
diidentifikasi, kemudian diikuti secara prospektif sampai periode tertentu untuk
kemudian ditentukan ada tidaknya efek (penyakit atau status kesehatan tertentu yg
diteliti). Berbeda dengan case control pada penelitian cohort yg diidentifikasi dulu
justru individu yg tidak berpenyakit (karakter efek negatif), kemudain dari mereka
dipilih subyek2 dengan faktor risiko (kausa) positif. Sebagai kelompok kontrol,
diambil individu2 yg tanpa kasus. Kedua kelompok diikuti perkembangannya sampai
periode tertentu, selanjutnya dibandingkan banyaknya subyek yg kemudian menjadi
berpenyakit (efek positif) antar kedua kelompok tsb.
b. Penelitian evaluatif
Adalah penelitian yg dimaksudkan untuk menilai tingkat kesehatan, usaha penyehatan
atau tindakan medik tertentu yg ada pada masyarakat maupun di klinik. Dikenal 2
macam penelitian evaluatif, yaitu :
1. Reviu program
Bertujuan untuk menilai kelengkapan sarana atau uupaya peningkatan kesehatan
dalam masyarakat. Reviu program tidak mengobservasi bagaimana tingkat kesehatan
anggota masyarakat, melainkan mengobservasi program atau pelayanan penyehatan
tertentu.
Sebagai contoh upaya yg dinilai ialah : imunisasi, abatisasi air, puskesmas atau
institusi pelayanan kesehatan lain.
Dari uraian diatas diketahui bahwa sesungguhnya reviu program bukan merupakan
suatu penelitian, tetapi lebih merupakan suatu observasi atau survei superfisial.
2. Trial
Trial benar2 suatu jenis penelitian, oleh karena langkah2 metodologik sebagaimana
diuraikan didepan dilalui. Tujuan utama trial ialah menilai atau menguji suatu
tindakan medik tertentu, baik yg dilakukan terhadap individu maupun terhadap
masyarakat
Dikenal 2 macam trial yaitu trial yang ditujukan pada individu, disebut trial
klinik dan yang ditujukan pada masyarakat disebut trial program.
c. Penelitian laboratorium
Adalah penelitian yg pelaksanannya dilakukan di laboratorium. Penelitian bukan
merupakan jenis penelitian mandiri atau eksklusif, melainkan dapat merupakan
penelitian apa pun yang pengukurannya terutama dilakukan dilaboratorium.
(DASAR2
METODOLOGI
PENELITIAN
KEDOKTERAN
DAN
KESEHATAN. A. WATIK P)
4. Bagaimana langkah-langkah menyusun desain penelitian ?
Penentuan jenis penelitian
Sumber data
Variabel penelitian
Menentuka populasi dan sample
Tehnik pengambilan sample
Pendekatan yang digunakan sesuai dengan masalah
penelitian
Hipotesis
tehnik analis data
5. Bagaimana cara pengambilan sample ?
a. menentukan tujuan penelitian
tujuan penelitian adalah suatu langkah pokok bagi suatu penelitian, karena tujuan
penelitian tersebut merupakan arah untuk elemen-elemen yang lain dari penelitian.
Demikian pula dalam menentukan sampel tergantung pula pada tujuan penelitian.
Oleh sebab itu langkah pertama dalam mengambil sampel dari populasi adalah
menentukan tujuan penelitian.
b. menentukan populasi penelitian
sebelum sampel ditentukan harus ditentukan dengan jelas kriteria atau batasan
populasinya. Dengan demikian maka akan menjamin pengambilan sampel secara
tepat.
c. menentukan janis data yang diperlukan
jenis data yang akan dikumpulkan dari suatu penelitian harus dirumuskan secara jelas.
Apabila jenis data yang akan dikumpulkan telah dirumuskan secara jelas, maka dapat
dengan mudah ditentukan dari mana data tersebut diperoleh atau ditentukan sumber
datanya.
d. menentukan tehnik sampling
penentuan teknik sampling yang akan digunakan dalam pengambilan sampel dengan
sendirinya akan tergantung dari tujuan penelitian dan sifat-sifat populasi.
e. menentukan besarnya sampel ( sampel size )
meskipun besar kecilnya sampel belum menjamin representatifnya atau tidaknya
suatu sampel, tetapi penentuan besarnya sampel dapat merupakan langkah penting
dalam pengambilan sampel. Secara statistik penentuan besarnya sampel ini akan
tergantung pada jenis dan besarnya sampel.
f. menentukan unit sampel yang diperlukan
sebelum menentukan sampel yang diperlukan,terlebih dahulu akan ditentukan unitunit yang menjadi anggota populasi. Hal ini akan memudahkan dalam menentukan
unit yang mana akan dijadikan sampel.
g. memilih sampel
apabila karakteristik populasi sudah ditentukan dengan jelas,maka kita dapat dengan
mudah memilih sampel sesuai dengan karakteristik populasi tersebut. Dalam memilih
sampel dari populasi ini dengan sendirinya berdasarkan teknik-teknik pengambilan
sampel.
Sumber : Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan.
Jakarta : PT Rineka Cipta.
b.
Probability Sampling
Probability Sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang sama
bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sample. Teknik ini
meliputi :
i.
Simple random sampling
Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan sample anggota populasi dilakukan
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian
dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.
Contoh :
Misalkan sebuah sekolah dasar memiliki murid sebanyak 300 orang dan hendak
diperiksa 50 murid untuk kelainan jantung dan paru. Pertama-tama murid diberi
nomor dahulu dari 1 sampai 300, kemudian berdasarkan Tabel random numbers
dipilih 50 murid sekolah.
ii.
Proportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen
dan berstrata secara proporsional.
Contoh :
Suatu organisasi yang mempunyai pegawai dari latar belakang pendidikan, maka
populasi pegawai itu berstrata. Misalnya jumlah pegawai yang lulus S1 = 45, S2 = 30,
STM = 800, ST = 900, SMEA = 400, SD = 300. Jumlah sample yang harus diambil
meliputi strata pendidikan tersebut diambil secara proporsional.
iii.
Disproportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sample, bila populasi berstrata tetapi
kurang proporsional.
Contoh :
Pegawai PT tertentu mempunyai; 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang
S1, 800 orang SMU, 700 orang SMP, maka tiga orang lulusan S3 dan empat orang
lulusan S2 itu diambil semuanya sebagai sampel. Karena dua kelompok ini terlalu
kecil bil dibandingkan dengan kelompok S1, SMU, dan SMP.
iv.
Cluster sampling (Area Sampling)
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sample bila obyek yang akan
diteliti atau sumber data sangat luas, missal penduduk dari suatu Negara, propinsi atau
kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data,
maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan.
Contoh :
Di Indonesia terdapat 27 propinsi, dan sampelnya akan menggunakan 10 propinsi,
maka pengambilan 10 propinsi itu dilakukan secara random. Tetapi perlu diingat,
karena propinsi-propinsi di Indonesia berstrata maka pengambilan sampelnya perlu
menggunakan stratified random sampling.
Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama
menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada
pada daerah itu secara sampling juga.
c.
Nonprobability sampling
Nonprobability Sampling adalah teknik yang tidak memberi peluang/kesempatan
sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik
sample ini meliputi :
i.
Sampling Sistematis
Sampling sistematis adalah teknik penentuan sample berdasarkan urutan dari anggota
populasi yang telah diberi nomor urut.
Contoh :
Anggota populasi terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota itu diberi nomor urut,
yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100. pengambilan sampel dapat dilakukan
dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya
kelipatan dari bilangan lima. Untuk itu maka yang diambil sebagai sampel adalah
nomor 5, 19, 15, 20, dan seterusnya sampai 100.
ii.
Sampling kuota
Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.
Contoh :
Akan dilakukan penelitian terhadap pegawai golongan II, dan penelitian dilakukan
secara kelompok. Setelah jumlah sampel ditentukan 100, dan jumlah anggota peneliti
berjumlah 5 orang, maka setiap anggota peneliti dapat memilih sampel secara bebas
sesuai dengan karakteristik yang ditentukan (golongan II) sebanyak 20 orang.
iii.
Sampling Aksidental
Sampling Aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu
siapa saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel,
bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
iv.
Sampling Purposive
Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Contoh :
Akan dilakukan penelitian tentang disiplin pegawai, maka sampel yang dipilih adalah
orang yang ahli dalam bidang kepegawaian saja.
v.
Sampling Jenuh
Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil,
kurang dari 30 orang. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota
populasi dijadikan sampel.
vi.
Snowball Sampling
Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil,
kemudian sampel ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel.
Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak. Ibarat bola salju yang
menggelinding, semakin lama semakin besar. Pada penelitian kualitatif banyak
menggunakan Sampel purposive dan Snowball.
Sumber : Prof. DR. Sugiyono, 2005. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : CV.
Alfabeta
Representatif : apabila ciri2 sampel yang berkaitan dengan tujuan penelitian
sama/hampir sama dengan ciri2 populasinya.
2 syarat pokok kerepresentatifan :
a. Kecukupan jumlah sample
Artinya jumlah sample cukup besar untuk mewakili populasi yang menjadi sasaran
penelitian.
b. Metoda sampling berdasarkan equal chance
Artinya setiap individu yang terdapat dalam populasi mendapat kesempatan yang
sama untuk dipilih sebagai sample penelitian.
(Azrul Azwar dan Joedo Prihartono, 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran
dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Binarupa Aksara.)
Memadai : apabila ukuran sampelnya cukup untuk menyakinkan kestabilan ciri2nya.
(Pokok – Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya,Ir.M.Iqbal
Hasan,MM)
6. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengambilan
sample?
Bentuk kesalahan pengukuran :
kesalahan sistematis
ialah kesalahan yang terjadi karena faktor alat dan pengukuran itu sendiri.Yang
menyangkut alat ukur ialah ketidakvalidan atau ketidakreliabelan alat ukur yang
digunakan.Yang menyangkut pengukuran berupa kesalahan yang bersumber pada
pengukur sendiri , pada suasana atau lingkungan pengukuran serta pada administrasi
(pencatatan)pengukurannya
untuk menghindari kesalahan sistematis terhadap alat dan instrumen penelitian:
dipilih alat yang sudah dibakukan
dilakukan peneraan lebih dulu
dilakukan uji coba untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya
dikasih cairan untuk mengukur kadar macam2 ex : SGPT
kesalahan sampling
ialah kesalahan hasil pengukuran yang terjadi karena sampling pengukuran yang
dilakukan tidak representatif.Sampling disini dapat dimaksudkan terhadap obyek ukur
sendiri atau terhadap subyek penelitian
dasar – dasar metodologi penelitian kedokteran & kesehatan oleh : Dr.Ahmad
watik Pratiknya
Adanya kesalahan dalam pengambilan sampel
Design error : kesalahan pada designnya pada populasi target, pemilihan sampel,
accesible population
Implementation error (kesalahan dalam mengimplementasikan)
random error : kesalahan pd teknik pengambilan sampel
sampel yg tidak representatif
(Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta)
7. Mengapa digunakan sample bukan populasi?
1.
Lebih murah. Karena hanya meneliti
sebagian subyek dari populasi.
2.
Lebih mudah. Hanya melakukan
pengukuran pada sebagian subyekdari populasi.
3.
Lebih cepat.dengan meneliti lebih
sedikit subyek,maka hasil yang diperoleh juga lebih cepat.
4.
Lebih akurat. Pemeriksaan atau
pengukuran terhadap sedikit subyek memungkinkan
pemeriksaan yang lebih teliti dan akurat.
5.
Mewakili populasi. Bila dipilih
dengan cara yang benar, maka sampel dapat mewakili populasi.
6.
Lebih spesifik. Dengan memilih
sampel, maka dapat direkrut pasien dengan sifat tertentu,
sehingga dapat diperoleh data pada kelompok pasien yang lebih
homogen.
Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi 4.
8. Apa saja macam-macam populasi ?
Populasi target (Target Population)
Populasi target merupakan sasaran akhir penerapan hasil penelitian. Disebut
pula ranah atau domain populasi target ini bersifat umum, yang pada
penelitian klinis biasanya dibatasi oleh karakteristik demografi (kelompok
usia, jenis kelamin) dan karakteristik klinis.
Populasi terjangkau (Accessible Population) atau Populasi Sumber (Source
Population)
Populasi terjangkau merupakan bagian dari populasi target yang dapat
dijangkau oleh peneliti.
Sumber : Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi II, 2002, Prof. DR. Dr.
Sudigdo Sastroasmoro, Sp. A(K), Dkk, Jakarta : CV.Sagung Seto)
populasi target (=target population)
populasi yg merupakan sasaran akhir penerapan hasil penelitian, bersifat umum,
dibatasi oleh karakteristik demografis (kelompok usia, jenis kelamin) dan
karakteristik klinis.
Co :
anak sehat
remaja pengguna narkoba
pasangan usia subur
neonatus dengan sepsis
efektivitas antibiotik baru A dengan antibiotik standar B pada bayi yang
menderita sepsis semua bayi yg menderita sepsis (populasi target)
populasi terjangkau (= accessible population) atau populasi sumber (=source
population)
bagian populasi target yg dapat dijangkau peneliti, dibatasi oleh tempat dan waktu.
Co :
Pasien Morbus Hansen yang berobat di RS Dwikora pada tahun 1999.
Populasi sasaran (=populasi target=populasi referensi)
keseluruhan subjek (misal manusia), yg karakteristiknya ingin diketahui riset.
Co :
Dalam suatu studi kohort pengaruh kontrasepsi oral terhadap infark miokard
populasi sasaran : semua wanita Indonesia keturunan Cina berusia 25-49 tahun yang
tinggal di perkotaan.
Populasi aktual (=populasi sumber)
kumpulan subjek dari populasi sasaran yg layak digunakan sebagai sumber subjek
penelitian.
Co :
Pada studi tentang kontrasepsi oral terhadap infark miokard populasi aktual
: wanita Indonesia keturunan Cina berusia 25-49 tahun yang tinggal di perkotaan,
yang mengunjungi klinik keluarga berencana rumah sakit.
Populasi studi (=sampel)
subjek2 dari populasi aktual yg benar2 akan diteliti oleh peneliti.
Tidak semua calon subjek dalam populasi aktual diamati karena :
Subjek menolak partisipasi
Subjek bersedia tetapi tidak memenuhi syarat/kriteria eligibilitas
Syarat itu adalah :
Belum/tidak sedang mengalami penyakit yg diteliti
Tidak membutuhkan pengobatan intensif/definitif
Tidak ada kontraindikasi
Tidak ada komplikasi
Tidak ada faktor2 yg mempengaruhi validitas rancangan studi maupun etika
Populasi eksternal
populasi di luar sasaran pokok riset tetapi peneliti masih berminat membuat
generalisasi temuan riset.
Co :
Jika pemakaian OC meningkatkan risiko terkena MI pada wanita Indonesia
perkotaan keturunan Cina berusia 25-49th, maka ada kemungkinan peneliti masih
ingin menarik kesimpulan bahwa pemakaian OC juga meningkatkan risiko MI pada
wanita Indonesia perkotaan umur yg sama, dg pertimbangan bahwa ras tidak ada
hubungannya dg pemakaian OC maupun kejadian MI.
Ras bukan faktor perancu (confounding factor) dalam hub OC dan MI
Populasi eksternal : populasi wanita Indonesia pribumi perkotaan berusia 2549th
Bhisma Murti. “Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi”. UGM Press.
Yang perlu Diperhatikan
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan populasi penelitian
a. pertimbangan keterkaitan atau ketergayutan subyek dlm populasi dg
permasalahan penelitian. Pertimbangan ini terutama menyangkut substansi
atau ikhwal (hal) yg akan diteliti.
b. Pertimbangan yg menyangkut prosedur atau jenis penelitian yg dilakukan.
Pertimbangan ini teruatama menyangkut aspek teknik metodologik,
maksudnya apakah variabel2 penelitian yg akan dimunculkan atau diukur dg
menggunakan teknik penelitian (eksperimental atau non-eksperimental) dpt
diperoleh dari subyek dlm populasi yg dimaksud
Sumber : Pratiknya, A. Watik. 1986. Dasar – Dasar Metodologi Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan
9. Bagaimana cara menentuka kriteria inklusi dan eksklusi ?
10.
Bagaimana cara menetapkan validitas dan reabilitas ?
Validitas dan reliabilitas di uji dengan uji statistik :
Dengan program komputer yang mampu menguji validitas dan reliabilitas
kuesioner, seperti misalnya program Statistical Product and Service Solutions (SPSS).
Dengan cara manual :
1.
Untuk uji reliabilitas :Uji ulang (test Retest), Split test, test paralel.
2.
Untuk uji validitas : Dengan mencocokan kuesioner dengan tujuan penelitian,
dapat pula diuji secar statistik.
Panduan Penelitian Dr. B. Sandjaja, MSPH dan Albertus Heriyanto,M. Hum
cara pendekatan atau pengujian terhadap reliabilitas pengukuran
pendekatan konsistensi dalam
prinsip : melakukan uji coba instrumen pada sekelompok subyek dengan : satu alat
ukur , satu kali pengukuran
pendekatan konsistensi luar
dilakukan dengan dua kali pengukuran pada sekelompok subyek yang
sama.Dikenal 2 teknik pendekatan :
teknik uji ulang
prinsip : ialah melakukan uji coba instrumen pada sekelompok subyek dengan : satu
alat ukur dan dua kali pengukuran
teknik uji paralel
hasil pengukuran instrumen yang dicoba dibandingkan atau dikorelasikan dengan
hasil pengukuran dengan instrumen yang telah baku atau relaibel.Ui coba dilakukan
pada sekelompok obyek dengan : dua alat ukur dan dua kali pengukuran
Sumber : dasar – dasar metodologi penelitian kedokteran & kesehatan oleh :
Dr.Ahmad watik Pratiknya
Penilaian keandalan(reliabilitas) pengukuran:
Keandalan pengukuran variabel numerik
Dilakukan dengan menggunakan simpangan baku (standard deviation)Statistik yang
bermanfaat untuk keperluan ini adalah koefisien variasi.Pengukuran yang andal
mempunyai koefisien variasi yang sempit.
Keandalan pengukuran variabel berskala nominal
Untuk menilai keandalan berskala nominal ini digunakan penentuan nialai
kappa(suatu statistik yang mengukur kesesuaian antara variabel berskala nominal
dikotom).
Sumber:Dasar-Dasar
Metodologi
Penelitian
Klinis.Prof.DR.Dr.Sudigdo
Sastroasmoro & Prof.Dr.Sofyan Ismael,SpA(K).Hal.66-67
penilaian ke valid-an:
Kesahihan alat ukur Numerik
Dilakukan dengan cara membandingkan alat ukur tersebut dengan alat ukur yang
baku sebagai penera.
Kesahihan alat ukur Nominal
Dinilai dengan cara membandingkan dengan alat diagnostik terbaik (gold standard).
Sumber:Dasar-Dasar
Metodologi
Penelitian
Klinis.Prof.DR.Dr.Sudigdo
Sastroasmoro & Prof.Dr.Sofyan Ismael,SpA(K)hal 71-72
11.
Apa saja jenis-jenis validitas dan reabilitas ? dan sebutkan
ciri-cirinya !
Validitas
Validitas Penelitian :
o Validitas dalam ( internal validity )
ikhwal kesahihan penelitian yang menyangkut pertanyaan : sejauh mana perubahan
yang diamati dalam suatu penelitian ( terutama penelitian eksperimental ) benar2
hanya terjadi karena perlakuan yang diberikan ( variable pengakuan ) dan bukan
karena pengaruh faktor lain ( variable luar )
o Validitas luar ( eksternal validity )
ikhwal penelitian yang menyangkut pertanyaan : sejauh mana hasil suatu penelitian
dapat dirampatkan ( digeneralisasikan ) pada populasi induk ( asal sample penelitian
diambil )
Validitas pengukuran :
o Validitas isi tingkat representativitas isi atau substansi pengukuran
thd konsep ( pengertian ) variabel sebagaimana dirumuskan dalam
definisi operasional
o Validitas kriterium ( validitas prediksi ) sifat yang menggambarkan
tingkat keterandalan suatu instrument pengukuran ( predictor )untuk
meramal keadaan atau kemampuan tertentu ( kriterium ) subyek
o Validitas konstruk ketepatan pengukuran dalam menilai ciri atau
keadaan subyek yang diukur, sehubungan dengan teori atau hipotesis
yang melatarbelakanginya.
( Dasar – dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, Dr. Ahmad
Watik Pratiknya )
Validitas isi (content validity)
Validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional
atau lewat proffesionla judgment. Validitas isi dibagi menjadi dua tipe, yaitu :
a. Validitas muka (face validity)
Tipe validitas yang paling rendah signifikannya karena hanya didasarkan pada
penilaian terhadap format penampilan tes.
b. Validitas logic (logical validity)
Disebut juga sebagai validitas sampling. Validitas tipe ini menunjukkan pada
sejauhmana isi tes yang merupakan isi representasi dari ciri – cirri atribut yang akan
diukur.
Validitas konstrak (construct validity)
Merupakan tipe validitas yang menunjukkan sejauhmana tes mengungkapkan suatu
trait atau konstrak teoritik yang hendak diukur.
Validitas berdasar kriteria (criterion related validity)
Prosedur pendekatan validits berdasar kriteria menghendaki tersedianya criteria
eksternal yang dapat dijadikan dasar pengujian skor tes. Prosedur validitas berdasar
kriteria menghasilkan dua macam validitas, yaitu :
a. Validitas prediktif (predictive validity)
Validitas ini sangat penting artinya bila tes dimaksudkan untuk berfungsi sebagai
prediktor bagi performansi diwaktu yang akan datang.
b. Validitas konkuren (concurrent validity)
Apabila skor tes dan skor kriteria dapat diperoleh dalam waktu yang sama, maka
korelasi antara kedua skor termaksud merupa kan koefisien validitas konkuren.
(Azwar, Saifuddin. 1997. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.)
12.
Macam-macam alat ukur yang dapat dipakai dalam
penelitian
Desain penelitian
Rancangan penelitian yang disusun sehingga dapat
menuntun peneliti untuk memperoleh jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan penelitian
Suatu rancangan atau cara untuk mengumpulan atau
mengolah data untuk mencapai tujuan penelitian
Fungsi
Sebagai sarana bagi peneliti untuk memperoleh
jawaban atau alat bagi peneliti untuk
mengendalikan atau mengontrol variabel
Membantu peneliti untuk mendapat jawaban
yang tepat dan objektif dan akurat
Mengekspresikan struktur permasalahan
penelitian dan rencana investigasi yang
digunakan untuk memperoleh bukti-bukti yang
berkaitan dangan masalah
2. Apa yang perlu di kaji sebelum menentukan jenis desain
penelitian ?
Tentukan jenis penelitian eksperimen atau observasi
Observasi tentukan waktunya follow up atau
longitudinal.
Evaluasi pristiwa yang berlangsung prospektif
( memperkirakan kasus) dan retrospektif
Contoh kasus PPOK
Cross sektional : dari rekap medik pasien dilihat jumlah
PPOK dikross cek apakah perokok atau tidak
Case kontrol : kasusdari PPOK
Subjek dari masa sekarang ditelusur ke masa lalu
apakah PPOK merupak penyebabdari rokok (efek dan
faktor resiko, data dan sumber data primer dan
sekunder )kata kunci !!!!
3. Apa saja macam-macam desain penelitian ?
Penelitian ekspreimental
Ialah penelitian yg observasinya dilakukan terhadap efek dari manipulasi peneliti
terhadap satu atau sejumlah ciri (variabel) subyek penelitian.
Dikenal 2 macam penelitian eksperimental :
1) Penelitian eksperimental MURNI
Ialah penelitian yg memungkinkan peneliti mengendalikan hampir semua variabel
luar (variabel pengacau), sehingga perubahan yg terjadi pada efek (variabel yg
dipelajari) hampir sepenuhnya karena pengaruh perlakuan (variabel eksperimental).
2) Penelitian eksperimental KUASI/ SEMU
Ialah bila peneliti tidak mungkin mengontrol semua variabel luar, sehingga perubahan
yg terjadi pada efek tidak sepenuhnya oleh pengaruh perlakuan.
a. Penelitian non eksperimental
Ialah penelitian yang observasinya dilakukan terhadap sejumlah ciri (variabel) subyek
menurut keadaan apa adanya (in nature), tanpa ada manipulasi atau intervensi peneliti.
Dalam bidang kedokteran, dikenal beberapa macam penelitian yang terpilah secara
tumpang-tindih, yaitu
a. Penelitian epidemiologik
Adalah jenis penelitian kedokteran yg mengkaji problema kesehatan dengan
menggunakan pendekatan komunitas.
Dengan penelitian ini dapat diungkap :
- kejadian, distribusi dan determinan suatu penyakit atau status
kesehatan tertentu dalam masyarakat.
- Faktor2 risiko apa yg berperan pada suatu status kesehatan atau
penyakit tertentu.
Secara umum, penelitian epidemiologik mempunyai 3 kegunaan :
1) Untuk kepentingan diagnosis, yaitu untuk menyusun diagnosis
komunitas atau diagnosis kelompok.
2) Untuk kepentingan penelusuran patogenesis penyakit, yaitu
mempelajari aspek etiologi dan perkembangan penyakit
3) Untuk kepentingan evaluasi program, yaitu sebagai sarana
untuk menilai suatu tindakan pelayanan kesehatan masyarakat
tertentu.
Dikenal 2 macam penelitian epidemiologik, yaitu :
1. Penelitian epidemiologik intervensi
Adalah penelitian eksperimental yg dilakukan terhadap masyarakat. Peneliti
memberikan perlakuan atau manipulasi pada masyarakat, kemudian efek perlakuan
tsb diobservasi, baik secara individual maupun kelompok. Dalam kaitan fungsi
penelusuran patogenesis penyakit, penelitian intervensi mempunyai potensi untuk
mengungkap mekanisme sebab-akibat antara faktor resiko (penyebab penyakit)
dengan efek (penyakit atau status kesehatan tertentu). Sebagai contoh terhadap angka
kematian anak balita di suatu daerah.
2. Survei epidemiologik
Surve epidemiologik, baik deskriptif maupun analitik (sbg penelitian epidemiologik
non eksperimental) kedalaman analisis mekanisme sebab-akibat tidak dapat diperoleh.
Hal ini disebabkan karena pada survei epidemiologik observasi dilakukan pada
fenomena kesehatan (faktor2 risiko dan efek) dalam keadaaan “apa adanya”, tanpa
manipulasi.
Survei deskriptif. Ialah suatu penelitian yg tujuan utamanya melakukan eksplorasideskriptif terhadap fenomena kesehatan masyarakat, baik yang berupa faktor resiko
maupun efek. Penelitian ini hanya menyuguhkan sedeskriptif mungkin fenomena tsb,
tanpa mencoba menganalisis bagaimana dan mengapa fenomena tsb terjadi. Sebagai
contoh misalnya, survei angka kematian dan angka kelahiran pada suatu daerah
tertentu, atau survei tentang insidensi dan prevalensi peyakit tertnetu di suatu daerah.
Survei analitik. Pada survei epidemiologik analitik, peneliti mencoba menggali
bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan masyarakat itu terjaid, yaitu dengan
melakukan analisis dinamika korelasi antar fenomen, baik antara faktor risiko dengan
defek, antar faktor risiko, maupun antar efek. Dari analisis korelasi tsb dapat didekati
seberapa besarkontribusi fakktor tertentu terhadap kejadian efek yg dipelajari.
Dikenal 3 macam survei epidemiologik analitik, yaitu
a) Penelitian cross sectional
Merupakan penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor2 resiko
dengan efek, dengan model pendekatan atau observasi sekaligus pada satu saat, atau
point time aproach. Dengan pendektan :”satu saat” bukan dimaksudkan semua
subyek diamati tepat pada saat yang sama melainkan tiap subyek hanya diobservasi
sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atua variabel subyek
pada saat pemeriksaan.
b) Penelitian case control
Model pendekatan yg digunakan pada penelitian ini dan cohort ialah pendekatan
waktu secara longitudinal, atau period time approach. Karakter subyek yang
diobservasi bukan hanya status pada saat dilakukan penelitian, tetapi dilihat
perkembangannya pada periode tertentu, baik ke belakang (retropsektif) maupun ke
depan (prospektif).
Penelitian dilakukan dengan mengidentifikasi subyek2 yg merupakan kasus case
adalah subyek dengan karakter efek positif kemudian diikuti secara retrospektif ada
tidaknya faktor risiko (kausa) yg diduga berperan. Penetapan ada tidaknya kontribusi
pengaruh faktor risiko terhadap terjadinya efek dilakukan dengan membandingkan
adanya faktor2 risiko tsb pada subyek kontrol, yg juga dilihat secara retrospektif.
Kelompok subyek kontrol dipilih dari individu yg sejauh mungkin sama kondisinya
dengan subyek kasus (dipilih secara matching), kecuali individu tsb tidak
menunjukkan adanya penyakit atau status kesehatan tertentu yg diteliti control adalah
subyek dengan karakter efek negatif.
c) Penelitian cohort
Pada penelitian cohort bukan efek yang “dipegang” dulu, tetapi kausa (faktor risiko)
diidentifikasi, kemudian diikuti secara prospektif sampai periode tertentu untuk
kemudian ditentukan ada tidaknya efek (penyakit atau status kesehatan tertentu yg
diteliti). Berbeda dengan case control pada penelitian cohort yg diidentifikasi dulu
justru individu yg tidak berpenyakit (karakter efek negatif), kemudain dari mereka
dipilih subyek2 dengan faktor risiko (kausa) positif. Sebagai kelompok kontrol,
diambil individu2 yg tanpa kasus. Kedua kelompok diikuti perkembangannya sampai
periode tertentu, selanjutnya dibandingkan banyaknya subyek yg kemudian menjadi
berpenyakit (efek positif) antar kedua kelompok tsb.
b. Penelitian evaluatif
Adalah penelitian yg dimaksudkan untuk menilai tingkat kesehatan, usaha penyehatan
atau tindakan medik tertentu yg ada pada masyarakat maupun di klinik. Dikenal 2
macam penelitian evaluatif, yaitu :
1. Reviu program
Bertujuan untuk menilai kelengkapan sarana atau uupaya peningkatan kesehatan
dalam masyarakat. Reviu program tidak mengobservasi bagaimana tingkat kesehatan
anggota masyarakat, melainkan mengobservasi program atau pelayanan penyehatan
tertentu.
Sebagai contoh upaya yg dinilai ialah : imunisasi, abatisasi air, puskesmas atau
institusi pelayanan kesehatan lain.
Dari uraian diatas diketahui bahwa sesungguhnya reviu program bukan merupakan
suatu penelitian, tetapi lebih merupakan suatu observasi atau survei superfisial.
2. Trial
Trial benar2 suatu jenis penelitian, oleh karena langkah2 metodologik sebagaimana
diuraikan didepan dilalui. Tujuan utama trial ialah menilai atau menguji suatu
tindakan medik tertentu, baik yg dilakukan terhadap individu maupun terhadap
masyarakat
Dikenal 2 macam trial yaitu trial yang ditujukan pada individu, disebut trial
klinik dan yang ditujukan pada masyarakat disebut trial program.
c. Penelitian laboratorium
Adalah penelitian yg pelaksanannya dilakukan di laboratorium. Penelitian bukan
merupakan jenis penelitian mandiri atau eksklusif, melainkan dapat merupakan
penelitian apa pun yang pengukurannya terutama dilakukan dilaboratorium.
(DASAR2
METODOLOGI
PENELITIAN
KEDOKTERAN
DAN
KESEHATAN. A. WATIK P)
4. Bagaimana langkah-langkah menyusun desain penelitian ?
Penentuan jenis penelitian
Sumber data
Variabel penelitian
Menentuka populasi dan sample
Tehnik pengambilan sample
Pendekatan yang digunakan sesuai dengan masalah
penelitian
Hipotesis
tehnik analis data
5. Bagaimana cara pengambilan sample ?
a. menentukan tujuan penelitian
tujuan penelitian adalah suatu langkah pokok bagi suatu penelitian, karena tujuan
penelitian tersebut merupakan arah untuk elemen-elemen yang lain dari penelitian.
Demikian pula dalam menentukan sampel tergantung pula pada tujuan penelitian.
Oleh sebab itu langkah pertama dalam mengambil sampel dari populasi adalah
menentukan tujuan penelitian.
b. menentukan populasi penelitian
sebelum sampel ditentukan harus ditentukan dengan jelas kriteria atau batasan
populasinya. Dengan demikian maka akan menjamin pengambilan sampel secara
tepat.
c. menentukan janis data yang diperlukan
jenis data yang akan dikumpulkan dari suatu penelitian harus dirumuskan secara jelas.
Apabila jenis data yang akan dikumpulkan telah dirumuskan secara jelas, maka dapat
dengan mudah ditentukan dari mana data tersebut diperoleh atau ditentukan sumber
datanya.
d. menentukan tehnik sampling
penentuan teknik sampling yang akan digunakan dalam pengambilan sampel dengan
sendirinya akan tergantung dari tujuan penelitian dan sifat-sifat populasi.
e. menentukan besarnya sampel ( sampel size )
meskipun besar kecilnya sampel belum menjamin representatifnya atau tidaknya
suatu sampel, tetapi penentuan besarnya sampel dapat merupakan langkah penting
dalam pengambilan sampel. Secara statistik penentuan besarnya sampel ini akan
tergantung pada jenis dan besarnya sampel.
f. menentukan unit sampel yang diperlukan
sebelum menentukan sampel yang diperlukan,terlebih dahulu akan ditentukan unitunit yang menjadi anggota populasi. Hal ini akan memudahkan dalam menentukan
unit yang mana akan dijadikan sampel.
g. memilih sampel
apabila karakteristik populasi sudah ditentukan dengan jelas,maka kita dapat dengan
mudah memilih sampel sesuai dengan karakteristik populasi tersebut. Dalam memilih
sampel dari populasi ini dengan sendirinya berdasarkan teknik-teknik pengambilan
sampel.
Sumber : Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan.
Jakarta : PT Rineka Cipta.
b.
Probability Sampling
Probability Sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang sama
bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sample. Teknik ini
meliputi :
i.
Simple random sampling
Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan sample anggota populasi dilakukan
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian
dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.
Contoh :
Misalkan sebuah sekolah dasar memiliki murid sebanyak 300 orang dan hendak
diperiksa 50 murid untuk kelainan jantung dan paru. Pertama-tama murid diberi
nomor dahulu dari 1 sampai 300, kemudian berdasarkan Tabel random numbers
dipilih 50 murid sekolah.
ii.
Proportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen
dan berstrata secara proporsional.
Contoh :
Suatu organisasi yang mempunyai pegawai dari latar belakang pendidikan, maka
populasi pegawai itu berstrata. Misalnya jumlah pegawai yang lulus S1 = 45, S2 = 30,
STM = 800, ST = 900, SMEA = 400, SD = 300. Jumlah sample yang harus diambil
meliputi strata pendidikan tersebut diambil secara proporsional.
iii.
Disproportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sample, bila populasi berstrata tetapi
kurang proporsional.
Contoh :
Pegawai PT tertentu mempunyai; 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang
S1, 800 orang SMU, 700 orang SMP, maka tiga orang lulusan S3 dan empat orang
lulusan S2 itu diambil semuanya sebagai sampel. Karena dua kelompok ini terlalu
kecil bil dibandingkan dengan kelompok S1, SMU, dan SMP.
iv.
Cluster sampling (Area Sampling)
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sample bila obyek yang akan
diteliti atau sumber data sangat luas, missal penduduk dari suatu Negara, propinsi atau
kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data,
maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan.
Contoh :
Di Indonesia terdapat 27 propinsi, dan sampelnya akan menggunakan 10 propinsi,
maka pengambilan 10 propinsi itu dilakukan secara random. Tetapi perlu diingat,
karena propinsi-propinsi di Indonesia berstrata maka pengambilan sampelnya perlu
menggunakan stratified random sampling.
Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama
menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada
pada daerah itu secara sampling juga.
c.
Nonprobability sampling
Nonprobability Sampling adalah teknik yang tidak memberi peluang/kesempatan
sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik
sample ini meliputi :
i.
Sampling Sistematis
Sampling sistematis adalah teknik penentuan sample berdasarkan urutan dari anggota
populasi yang telah diberi nomor urut.
Contoh :
Anggota populasi terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota itu diberi nomor urut,
yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100. pengambilan sampel dapat dilakukan
dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya
kelipatan dari bilangan lima. Untuk itu maka yang diambil sebagai sampel adalah
nomor 5, 19, 15, 20, dan seterusnya sampai 100.
ii.
Sampling kuota
Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.
Contoh :
Akan dilakukan penelitian terhadap pegawai golongan II, dan penelitian dilakukan
secara kelompok. Setelah jumlah sampel ditentukan 100, dan jumlah anggota peneliti
berjumlah 5 orang, maka setiap anggota peneliti dapat memilih sampel secara bebas
sesuai dengan karakteristik yang ditentukan (golongan II) sebanyak 20 orang.
iii.
Sampling Aksidental
Sampling Aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu
siapa saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel,
bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
iv.
Sampling Purposive
Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Contoh :
Akan dilakukan penelitian tentang disiplin pegawai, maka sampel yang dipilih adalah
orang yang ahli dalam bidang kepegawaian saja.
v.
Sampling Jenuh
Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil,
kurang dari 30 orang. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota
populasi dijadikan sampel.
vi.
Snowball Sampling
Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil,
kemudian sampel ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel.
Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak. Ibarat bola salju yang
menggelinding, semakin lama semakin besar. Pada penelitian kualitatif banyak
menggunakan Sampel purposive dan Snowball.
Sumber : Prof. DR. Sugiyono, 2005. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : CV.
Alfabeta
Representatif : apabila ciri2 sampel yang berkaitan dengan tujuan penelitian
sama/hampir sama dengan ciri2 populasinya.
2 syarat pokok kerepresentatifan :
a. Kecukupan jumlah sample
Artinya jumlah sample cukup besar untuk mewakili populasi yang menjadi sasaran
penelitian.
b. Metoda sampling berdasarkan equal chance
Artinya setiap individu yang terdapat dalam populasi mendapat kesempatan yang
sama untuk dipilih sebagai sample penelitian.
(Azrul Azwar dan Joedo Prihartono, 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran
dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Binarupa Aksara.)
Memadai : apabila ukuran sampelnya cukup untuk menyakinkan kestabilan ciri2nya.
(Pokok – Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya,Ir.M.Iqbal
Hasan,MM)
6. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengambilan
sample?
Bentuk kesalahan pengukuran :
kesalahan sistematis
ialah kesalahan yang terjadi karena faktor alat dan pengukuran itu sendiri.Yang
menyangkut alat ukur ialah ketidakvalidan atau ketidakreliabelan alat ukur yang
digunakan.Yang menyangkut pengukuran berupa kesalahan yang bersumber pada
pengukur sendiri , pada suasana atau lingkungan pengukuran serta pada administrasi
(pencatatan)pengukurannya
untuk menghindari kesalahan sistematis terhadap alat dan instrumen penelitian:
dipilih alat yang sudah dibakukan
dilakukan peneraan lebih dulu
dilakukan uji coba untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya
dikasih cairan untuk mengukur kadar macam2 ex : SGPT
kesalahan sampling
ialah kesalahan hasil pengukuran yang terjadi karena sampling pengukuran yang
dilakukan tidak representatif.Sampling disini dapat dimaksudkan terhadap obyek ukur
sendiri atau terhadap subyek penelitian
dasar – dasar metodologi penelitian kedokteran & kesehatan oleh : Dr.Ahmad
watik Pratiknya
Adanya kesalahan dalam pengambilan sampel
Design error : kesalahan pada designnya pada populasi target, pemilihan sampel,
accesible population
Implementation error (kesalahan dalam mengimplementasikan)
random error : kesalahan pd teknik pengambilan sampel
sampel yg tidak representatif
(Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta)
7. Mengapa digunakan sample bukan populasi?
1.
Lebih murah. Karena hanya meneliti
sebagian subyek dari populasi.
2.
Lebih mudah. Hanya melakukan
pengukuran pada sebagian subyekdari populasi.
3.
Lebih cepat.dengan meneliti lebih
sedikit subyek,maka hasil yang diperoleh juga lebih cepat.
4.
Lebih akurat. Pemeriksaan atau
pengukuran terhadap sedikit subyek memungkinkan
pemeriksaan yang lebih teliti dan akurat.
5.
Mewakili populasi. Bila dipilih
dengan cara yang benar, maka sampel dapat mewakili populasi.
6.
Lebih spesifik. Dengan memilih
sampel, maka dapat direkrut pasien dengan sifat tertentu,
sehingga dapat diperoleh data pada kelompok pasien yang lebih
homogen.
Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi 4.
8. Apa saja macam-macam populasi ?
Populasi target (Target Population)
Populasi target merupakan sasaran akhir penerapan hasil penelitian. Disebut
pula ranah atau domain populasi target ini bersifat umum, yang pada
penelitian klinis biasanya dibatasi oleh karakteristik demografi (kelompok
usia, jenis kelamin) dan karakteristik klinis.
Populasi terjangkau (Accessible Population) atau Populasi Sumber (Source
Population)
Populasi terjangkau merupakan bagian dari populasi target yang dapat
dijangkau oleh peneliti.
Sumber : Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi II, 2002, Prof. DR. Dr.
Sudigdo Sastroasmoro, Sp. A(K), Dkk, Jakarta : CV.Sagung Seto)
populasi target (=target population)
populasi yg merupakan sasaran akhir penerapan hasil penelitian, bersifat umum,
dibatasi oleh karakteristik demografis (kelompok usia, jenis kelamin) dan
karakteristik klinis.
Co :
anak sehat
remaja pengguna narkoba
pasangan usia subur
neonatus dengan sepsis
efektivitas antibiotik baru A dengan antibiotik standar B pada bayi yang
menderita sepsis semua bayi yg menderita sepsis (populasi target)
populasi terjangkau (= accessible population) atau populasi sumber (=source
population)
bagian populasi target yg dapat dijangkau peneliti, dibatasi oleh tempat dan waktu.
Co :
Pasien Morbus Hansen yang berobat di RS Dwikora pada tahun 1999.
Populasi sasaran (=populasi target=populasi referensi)
keseluruhan subjek (misal manusia), yg karakteristiknya ingin diketahui riset.
Co :
Dalam suatu studi kohort pengaruh kontrasepsi oral terhadap infark miokard
populasi sasaran : semua wanita Indonesia keturunan Cina berusia 25-49 tahun yang
tinggal di perkotaan.
Populasi aktual (=populasi sumber)
kumpulan subjek dari populasi sasaran yg layak digunakan sebagai sumber subjek
penelitian.
Co :
Pada studi tentang kontrasepsi oral terhadap infark miokard populasi aktual
: wanita Indonesia keturunan Cina berusia 25-49 tahun yang tinggal di perkotaan,
yang mengunjungi klinik keluarga berencana rumah sakit.
Populasi studi (=sampel)
subjek2 dari populasi aktual yg benar2 akan diteliti oleh peneliti.
Tidak semua calon subjek dalam populasi aktual diamati karena :
Subjek menolak partisipasi
Subjek bersedia tetapi tidak memenuhi syarat/kriteria eligibilitas
Syarat itu adalah :
Belum/tidak sedang mengalami penyakit yg diteliti
Tidak membutuhkan pengobatan intensif/definitif
Tidak ada kontraindikasi
Tidak ada komplikasi
Tidak ada faktor2 yg mempengaruhi validitas rancangan studi maupun etika
Populasi eksternal
populasi di luar sasaran pokok riset tetapi peneliti masih berminat membuat
generalisasi temuan riset.
Co :
Jika pemakaian OC meningkatkan risiko terkena MI pada wanita Indonesia
perkotaan keturunan Cina berusia 25-49th, maka ada kemungkinan peneliti masih
ingin menarik kesimpulan bahwa pemakaian OC juga meningkatkan risiko MI pada
wanita Indonesia perkotaan umur yg sama, dg pertimbangan bahwa ras tidak ada
hubungannya dg pemakaian OC maupun kejadian MI.
Ras bukan faktor perancu (confounding factor) dalam hub OC dan MI
Populasi eksternal : populasi wanita Indonesia pribumi perkotaan berusia 2549th
Bhisma Murti. “Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi”. UGM Press.
Yang perlu Diperhatikan
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan populasi penelitian
a. pertimbangan keterkaitan atau ketergayutan subyek dlm populasi dg
permasalahan penelitian. Pertimbangan ini terutama menyangkut substansi
atau ikhwal (hal) yg akan diteliti.
b. Pertimbangan yg menyangkut prosedur atau jenis penelitian yg dilakukan.
Pertimbangan ini teruatama menyangkut aspek teknik metodologik,
maksudnya apakah variabel2 penelitian yg akan dimunculkan atau diukur dg
menggunakan teknik penelitian (eksperimental atau non-eksperimental) dpt
diperoleh dari subyek dlm populasi yg dimaksud
Sumber : Pratiknya, A. Watik. 1986. Dasar – Dasar Metodologi Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan
9. Bagaimana cara menentuka kriteria inklusi dan eksklusi ?
10.
Bagaimana cara menetapkan validitas dan reabilitas ?
Validitas dan reliabilitas di uji dengan uji statistik :
Dengan program komputer yang mampu menguji validitas dan reliabilitas
kuesioner, seperti misalnya program Statistical Product and Service Solutions (SPSS).
Dengan cara manual :
1.
Untuk uji reliabilitas :Uji ulang (test Retest), Split test, test paralel.
2.
Untuk uji validitas : Dengan mencocokan kuesioner dengan tujuan penelitian,
dapat pula diuji secar statistik.
Panduan Penelitian Dr. B. Sandjaja, MSPH dan Albertus Heriyanto,M. Hum
cara pendekatan atau pengujian terhadap reliabilitas pengukuran
pendekatan konsistensi dalam
prinsip : melakukan uji coba instrumen pada sekelompok subyek dengan : satu alat
ukur , satu kali pengukuran
pendekatan konsistensi luar
dilakukan dengan dua kali pengukuran pada sekelompok subyek yang
sama.Dikenal 2 teknik pendekatan :
teknik uji ulang
prinsip : ialah melakukan uji coba instrumen pada sekelompok subyek dengan : satu
alat ukur dan dua kali pengukuran
teknik uji paralel
hasil pengukuran instrumen yang dicoba dibandingkan atau dikorelasikan dengan
hasil pengukuran dengan instrumen yang telah baku atau relaibel.Ui coba dilakukan
pada sekelompok obyek dengan : dua alat ukur dan dua kali pengukuran
Sumber : dasar – dasar metodologi penelitian kedokteran & kesehatan oleh :
Dr.Ahmad watik Pratiknya
Penilaian keandalan(reliabilitas) pengukuran:
Keandalan pengukuran variabel numerik
Dilakukan dengan menggunakan simpangan baku (standard deviation)Statistik yang
bermanfaat untuk keperluan ini adalah koefisien variasi.Pengukuran yang andal
mempunyai koefisien variasi yang sempit.
Keandalan pengukuran variabel berskala nominal
Untuk menilai keandalan berskala nominal ini digunakan penentuan nialai
kappa(suatu statistik yang mengukur kesesuaian antara variabel berskala nominal
dikotom).
Sumber:Dasar-Dasar
Metodologi
Penelitian
Klinis.Prof.DR.Dr.Sudigdo
Sastroasmoro & Prof.Dr.Sofyan Ismael,SpA(K).Hal.66-67
penilaian ke valid-an:
Kesahihan alat ukur Numerik
Dilakukan dengan cara membandingkan alat ukur tersebut dengan alat ukur yang
baku sebagai penera.
Kesahihan alat ukur Nominal
Dinilai dengan cara membandingkan dengan alat diagnostik terbaik (gold standard).
Sumber:Dasar-Dasar
Metodologi
Penelitian
Klinis.Prof.DR.Dr.Sudigdo
Sastroasmoro & Prof.Dr.Sofyan Ismael,SpA(K)hal 71-72
11.
Apa saja jenis-jenis validitas dan reabilitas ? dan sebutkan
ciri-cirinya !
Validitas
Validitas Penelitian :
o Validitas dalam ( internal validity )
ikhwal kesahihan penelitian yang menyangkut pertanyaan : sejauh mana perubahan
yang diamati dalam suatu penelitian ( terutama penelitian eksperimental ) benar2
hanya terjadi karena perlakuan yang diberikan ( variable pengakuan ) dan bukan
karena pengaruh faktor lain ( variable luar )
o Validitas luar ( eksternal validity )
ikhwal penelitian yang menyangkut pertanyaan : sejauh mana hasil suatu penelitian
dapat dirampatkan ( digeneralisasikan ) pada populasi induk ( asal sample penelitian
diambil )
Validitas pengukuran :
o Validitas isi tingkat representativitas isi atau substansi pengukuran
thd konsep ( pengertian ) variabel sebagaimana dirumuskan dalam
definisi operasional
o Validitas kriterium ( validitas prediksi ) sifat yang menggambarkan
tingkat keterandalan suatu instrument pengukuran ( predictor )untuk
meramal keadaan atau kemampuan tertentu ( kriterium ) subyek
o Validitas konstruk ketepatan pengukuran dalam menilai ciri atau
keadaan subyek yang diukur, sehubungan dengan teori atau hipotesis
yang melatarbelakanginya.
( Dasar – dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, Dr. Ahmad
Watik Pratiknya )
Validitas isi (content validity)
Validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional
atau lewat proffesionla judgment. Validitas isi dibagi menjadi dua tipe, yaitu :
a. Validitas muka (face validity)
Tipe validitas yang paling rendah signifikannya karena hanya didasarkan pada
penilaian terhadap format penampilan tes.
b. Validitas logic (logical validity)
Disebut juga sebagai validitas sampling. Validitas tipe ini menunjukkan pada
sejauhmana isi tes yang merupakan isi representasi dari ciri – cirri atribut yang akan
diukur.
Validitas konstrak (construct validity)
Merupakan tipe validitas yang menunjukkan sejauhmana tes mengungkapkan suatu
trait atau konstrak teoritik yang hendak diukur.
Validitas berdasar kriteria (criterion related validity)
Prosedur pendekatan validits berdasar kriteria menghendaki tersedianya criteria
eksternal yang dapat dijadikan dasar pengujian skor tes. Prosedur validitas berdasar
kriteria menghasilkan dua macam validitas, yaitu :
a. Validitas prediktif (predictive validity)
Validitas ini sangat penting artinya bila tes dimaksudkan untuk berfungsi sebagai
prediktor bagi performansi diwaktu yang akan datang.
b. Validitas konkuren (concurrent validity)
Apabila skor tes dan skor kriteria dapat diperoleh dalam waktu yang sama, maka
korelasi antara kedua skor termaksud merupa kan koefisien validitas konkuren.
(Azwar, Saifuddin. 1997. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.)
12.
Macam-macam alat ukur yang dapat dipakai dalam
penelitian