Makalah Pemikiran Pendidikan Islam Konse

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Proses berpikir merupakan rangkaian aktifitas manusia di dalam
membentuk peradaban dunia. Maka dengan berpikir dan berkeinginan,
manusia menciptakan konstruksi peradaban di sepanjang sejarah
kehidupannya di dunia.
Elaborasi berpikir, berhasrat, berkemauan inilah yang kemudian
akan melahirkan ilmu sehingga dalam tataran praktis, ilmu tersebut
membentuk konstruk yang menjadi instrument dalam melahirkan
peradaban-peradaban, produk-produk budaya yang hebat di bumi ini.
Proses tersebutlah yang membedakan antara manusia dan
makhluk lainnya, sehingga dalam tataran teologis, Allah swt.
menyebutkan manusia sebagai kreator budaya dan peradaban di Bumi
ini yang representatif, meskipun terjadi proses dialektika ketika itu
antara Allah swt. dan para malaikatNya mengenai pantas dan tidaknya

laqab sebagai khali>fah yang diberikan Allah swt. kepada manusia
ketika itu.1

Dalam proses berpikir tersebut mengalami perkembanganperkembangan yang signifikan hingga membentuk beragam aliranaliran

pemikiran.

Aliran-aliran

pemikiran

tersebut

merupakan

dinamisasi yang ideal terjadi di dalam diri seorang pemikir yang lebih
dikenal sebagai filosof.
Aliran-aliran pemikiran tersebut juga kemudian menghasilkan
berbagai disiplin ilmu. Salah satunya adalah teologi. Teologi
merupakan produk dari dinamisasi berpikirnya manusia yang ditempuh
melalui aliran pemikiran dalam sebuah perenungan yang mendalam.
Produk pemikiran teologi tersebut kemudian akan menjadi
landasan idiologis dari lahirnya beragam bidang di dalam kompleksitas

kehidupan dunia. Salah satunya adalah bidang pemikiran pendidikan
Islam. Dalam tataran praktis, akan ditemukan karakteristik yang
1

Lihat: Qs. AlBaqarah/2: 30

1
Makalah ini masih dalam proses Diskusi.......

2

menjadi ciri khas dari pemikiran pendidikan Islam yang dipengaruhi
oleh teologis. Pengaruh tersebut dapat dilihat dari berbagai indikasi, di
antaranya dapat dilihat dari perkembangannya di dalam khazanah
pemikiran Islam, tokoh-tokoh yang menjadi pelaku yang berperan
signifikan terhadap perkembangan teologis tersebut yang dapat dilacak
dan ditemukan di dalam karya-karya monumentalnya, serta jejak
teologi tersebut yang tertinggal di dalam pemikiran pendidikan Islam.
Berangkat dari hal tersebut makalah ini ditulis dengan judul
“Pengaruh Teologi dalam Pemikiran Pendidikan Islam”.

B. Batasan dan Fokus Masalah
Makalah ini membahas tentang beberapa fokus dan batasan, yaitu:
1. Perkembangan Teologi dalam kh{azanah pemikiran Islam
2. Tokoh dan karya monumental
3. Jejak Teologi dalam pemikiran pendidikan Islam.
C. Definisi Operasional
Makalah

ini

membahas

tentang

beberapa

istilah,

penulis


memberikan beberapa defenisi operasional terhadap istilah-istilah
tersebut. Adapun istilah-istilah tersebut antara lain:
1. Teologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu theos dan logos. Kata theos
bermakna Tuhan, dan kata logos bermakna ilmu dan pengetahuan. Dalam
bahasa Indonesia, teologi memiliki makna sebagai pengetahuan ketuhanan.
Secara etimologi, istilah teologi memiliki arti pengetahuan mengenai tuhan.2

2. Tokoh dan karya monumental merupakan aktor yang berperan di
dalam menggagas pemikiran teologis yang akan dapat dilihat melalui
karya-karya monumental yang ditinggalkannya
3. Jejak teologi dalam pemikiran pendidikan Islam dimaksud adalah
merupakan rekaman perkembangan teologi yang berupa gagasan para
ahli. Hal tersebut dapat ditemukan melalui tokoh-tokoh penggagasnya
dan karya yang ditinggalkannya.

2

Ibid, h. 9.

Makalah ini masih dalam proses Diskusi.......


3

BAB II
PERKEMBANGAN TEOLOGI DALAM
PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM
A. Perkembangan Teologi dalam Khazanah Pemikiran Islam
Proses berpikir manusia senantiasa mengalami perkembangan
dari masa ke masa. Dinamika perkembangan tersebut pada gilirannya
berpotensi menghadirkan sebuah pergumulan yang dialektis dan
terkadang mengancam kemapaman sebuah pemikiran yang ada ketika
itu.
Pertarungan pemikiran antara dua kubu tersebut setidaknya
memunculkan dua hal yang menarik untuk dapat diamati. Pertama,
dalam khazanah dunia intelektual, pergumulan tersebut memberikan
kontribusi

yang

positif


bagi

kalangan

ilmuwan

untuk

dapat

memperkaya kajian secara komparatif. Kedua, ketika pergumulan
pemikiran tersebut tidak dapat terjalin dengan akomodatif koperatif,
maka akan tampak kesenjangan yang bisa saja pada akhirnya memicu
sebuah pertikaian yang berakhir dengan konflik fisik.
Ketentuan-ketentuan agama memang tetap (al-tha>bit), tetapi
kondisi kehidupan terus berubah (al-muthaghayyir). Dan di antara
seseuatu yang tetap dan berubah itu harus tetap ada bentuk-bentuk
penyimpangan (al-mukha>laf>at). Penyimpangan yang dimaksud adalah
perubahan pada yang tetap dan ketetapan pada yang berubah. Karna

membuat tetap pada keadaan yang selalu berubah ini adalah merupakan
sesuatu yang mustahil, maka yang selalu terjadi adalah perubahan pada
apa-apa yang dianggap tetap di dalam agama, dan upaya mengubah
sesuatu yang dianggap tetap itulah yang dinamakan ijtihad. Ijtihda
memang tidak mutlak, tetapi ia harus tetap terjadi dan dimungkinkan.3
Deskripsi

yang disampaikan Fouda tersebut

cukup menjadi

bahan analisis dalam mencermati sebuah perbedaan pemikiran dan

3

Farag Fouda, Kebenaran yang Hilang: Sisi Kelam Praktik Politik dan
Kekuasaan dalam Sejarah Kaum Muslimin,terj. Novriantoni (Jakarta: Yayasan Waqaf
Paramadina: 2008), h. 86.

3

Makalah ini masih dalam proses Diskusi.......

4

pemahaman yang terjadi di sepanjang perjalanan sejarah pemikiran
Islam.
Secara historis aliran kalam (dalam hal ini ja’far menyamakan
teologi sebagai ilmu kalam menukil pendapat Nasr) muncul secara
signifikan bukan merupakan sejak periode kepemimpinan rasulullah
saw. namun pucak perkembangannya ketika terjadi peristiwa perang
shiffin, namun pada prinsipnya rasul telah mengajarkan ajaran-ajaran
teologis tersebut kepada para sahabatnya, dan ketika pecah perang
shiffin muncul beberapa aliran kalam seperti syi’ah, khawarij, Murji’ah,

Qadariyyah, Jabbariyah, Mu’tazilah, Asy ‘ariyah dan Maturidiyyah.4
1. Syi’ah
Secara etimologi, istilah syi’ah berasal dari bahasa Arab, yakni

Sya’a (jamak: Asyya’ dan Syiya’). istilah ini bisa berarti pengikut,
golongan, pendukung, pembela, dan pencinta.5

Syi’ah dikenal sebagai sebagai aliran pengikut ‘Ali bin Abi
Thalib yang terkenal aliran yang paing tua di dunia islam.6 Syi’ah lahir
setelah gagalnya perundingan antara pihak pasukan khalifah Ali dengan
pihak pasukan Mu’awiyah bin Abu Sufyan pada perang Siffin yang
dibut sebagai peristiwa at- Tahkim (arbitrasi) dan nampaknya pendapat
ini lebih populer berkembang di masyarakat.7
Secara umum ada empat aliran Syi’ah, yakni Syi’ah Ghullat
(ekstrimi), Zaidiyah, Isma’iliyah, dan Itsna ‘Asyariyah.

8

Dalam kitab

Bihar al- Anwar yang dikutip oleh Tim Aswaja NU Center dalam
bukunya yang berjudul khazanah Aswaja menuliskan, Ada beberapa
poin yang menjadi inti dari akidah dan ajaran Syi’ah di antaranya:
a. Mereka menyepakati bahwa para nabi dan imam Syiah adalah

ma’shum dari dosa kecil maupun dosa besar den mereka
4


Dja’far siddik dan Ja’far, Jejak Langkah Intelektual Islam: Epistimologi,
Tokoh dan Karya (Medan: IAIN Press, 2010), h.14.
5
Ibid.
6
Ibid., h. 15
7
Majelis Ulama Indonesia, Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syi’ah
di Indonesia, cet.2 (Jakarta: insanyah, 2013), h. 21.
8
Djafar, Jejak, h.15.

Makalah ini masih dalam proses Diskusi.......

5

berkewajiban menolong (tawalli) para imamnya dan meninggalkan
(tabarri) para musuh-musuhnya. Dalam hal ini kelompok Syiah
Zaidiyah tidak sependapat dengan mereka.

b. Dalam catatan sejarah Syiah, Nabi saw. memiliki shahifah, lembarlembar kertas yang selalu digantungkan di bahu pedang beliau
(Shahifah Dzu’abah as- Saif) . Kemudian beliau mendiktekan hadishadis kepada Imam Ali. Kemudian setelah wafat Rasul, Ali
memerlihara Shahifah tersebut dan kemudian dikenal dengan

Shuhufat Ali. Selain Shahifah tersebut, rasul juga menjelaskan
tentang hukum diyat dan dipercayai oleh kalangan Syiah juga selain
itu rasul menjelaskan persoalan-persoalan lainnya melalui lembaran
yang panjang kemudian dikenal dengan nama al-Jamiah.
c. Dalam penulisan hadis, kalangan Syiah mengklaim sudah menulis
hadis sejak zaman Nabi Muhammad saw. hidup, tetapi yang berbeda
adalah orang yang pertama sekali menulisnya adalah rasulullah saw.
melalui tangan imam pertama yaitu Ali bin Abi Thalib. Di dalam
Syiah ada al-Kutub al- Arba’ah sebagai acuan utama mereka. Kitab
itu antara lain:
1) Al-kafi
Disusun oleh al-Kulaini memuat bukan hanya tentang hadis-hadis
fiqih, ia juga mencakup tentang akidah, sejarah para ma’shumin
dan 14 orang-orang suci, yakni Nabi Muhammad saw., Sayyidah
Fatimah az-Zahra dan 12 Imam Syiah
2) Man La Yadhuruhul Faqih
Penyusun kitab ini adalah Abu Ja’far Muhammad bin Ali bin
Husain, memuat 5.963 hadis dengan 2050 hadis mursal, dan sisinya
adalah hadis-hadis musnad bersambung periwayatannya menurut
persepsi Syiah.
3) Tahdzib al-Ahkam dan 4). Al-istibshar
Kedua kitab ini disusun oleh Abu Ja’far Muhammad Ibnu Hasan atThusi (385-469 H) seorang yang dianggap utama di dalam maszhab
Syiah ini, kedua kitab ini memuat hadis-hadis ahkam juga memuat

Makalah ini masih dalam proses Diskusi.......

6

tentang isyarat-isyarat tentang kaidah ushul al-Fiqh dan rijal.
Dalam Tahdzib terdapat 13.590 hadis, sedangkan dalam dalam al-

Istibshar terdapat 5.511 hadis.9
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa aliran Syiah ini
merupakan salah satu aliran yang tertua dan ia merupakan produk
pemikiran Islam yang berkembang pada zaman Khalifah.
Jika dilihat dari keseluruhan ajaran dan doktrin yang terkandung
di dalam ajaran Syiah, pemikiran dan praktik politik sangat kentara jika
dilihat berdasarkan faktor terbesar lahirnya faham ini. Ada dua garis
besar yang terkandung di dalam nilai-nilai ajarannya. Pertama, doktrin
Imamah (kepemimpinan yang berhak setelah Rasul) kedua, ke
Maksuman para Imam mazhab ini yang kemudian pada gilirannya akan
menghasilkan praktek-praktek ibadah yang sedikit yang mempunyai
karakteristik yang khas dan tidak terdapat di dalam ajaran-ajaran Sunny.
2. Khawarij
Pada mulanya pengikut aliran ini berpihak kepada khali Ali bin
Abi Thalib (w. 661 M), lalu kemudian pada puncaknya perang Shiffin,
mereka termasuk pendukung Ali bin Abi Thalib yang tidak menyetujui
adanya Tahkim yang dilakukan Muawiyah bin Abu Sofyan lantas
kemudian mereka keluar dari barisan pendukung Ali. Mereka inilah
mendirikan aliran Khawarij. Dikatakan Khawarij karena mereka telah
keluar (kharaja, kharij, khawarij).10
Mereka memandang bahwa dirinya sebagai orang yang keluar
dari kampung halamannya untuk mengabdikan diri kepada Allah dan
rasulNya. Mereka beranggapan bahwa perundingan antara Ali dan
Muawiyah di dalam peristiwa tahkim tersebut adalah sebuah kesalahan
yang dilakukan oleh kedua belah pihak sehingga kemudian kelompok
ini berubah menjadi aliran teologi yang menganggap bahwa Ali dan
Muawiyyah mengambil perundingan bukan berdasarkan hukum Allah
9

Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur, Khazanah Aswaja: Memahami,
Mengamalkan dan Mendakwahkan Ahlussunnah Wal Jama’ah (Surabaya: Aswaja NU
Center PWNU Jawa Timur, 2016),h. 326-329.
10
Dja’far, Jejak,h. 16-17.

Makalah ini masih dalam proses Diskusi.......

7

karena tidak ada hukum selain hukum yang ada di sisi Allah swt. dan
kedua belah pihak (antara Ali dan Muawiyah) beserta para pengikutnya
dianggap telah berbuat dosa besar dan wajib diperangi serta dibunuh
oleh mereka.11
Muhammad Abu Zahrah menyebut perbedaan di dalam aliran
Khawarij sendiri sangat banyak sehingga menyebabkan kekalahan
meskipun di medan peperangan mereka memiliki pasukan yang
tangguh.12
Jika dianalisis dari uraian di atas, aliran Khawarij ini merupakan
aliran yang berada pada oposisi kedua belah pihak sehingga pada proses
selanjutnya mereka kemudian menjadi musuh bersama antara pihak Ali
maupun Muawiyah.
Belakangan gerakan ini kemudian sebagai Prototive radikalisme
hingga saat ini. Pemahaman radikalisme tersebut bukan hanya sebatas
ruang pemikiran saja tetapi kemudian berimplikasi terhadap gerakan
mereka. Mereka memahami alquran secara tekstual saja tanpa
melakukan penafsiran lebih jauh. Al-Azariqah, (salah satu sekte di
dalam Khawarij) misalnya, berpendapat bahwa pelaku dosa besar
disebut Musyrik dan sudah tidak terampuni lagi dosanya termasuk
kepada pihak yang tidak sepaham dengan mereka. Dan bahkan mereka
yang sefaham namun tidak mau hijrah ke daerah mereka dianggap
sebagi musuh.13
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa perkembangan fahamfaham radikalisme yang semakin subur akhir-akhir ini merupakan
bentuk lain dari aliran Khawarij yang ada pada zaman klasik saat itu.
Sehingga aliran pemikiran tersebut diimplementasikan kepada tindakan
ekstrimis yang mengakibatkan runtuhnya tatanan perdamaian yang ada
di sebagiaan negeri di dunia seperti di antaranya konflik yang terjadi di

11

Nawir Yuslem, Metodologi dan Pendekatan dalam Pengkajian Islam,
(Bandung: Cita Pustaka Media, 2013), h. 119.
12
Tim Aswaja NU,khazanah.,h. 333.
13
Syamsul Rijal, “Radikalisme Islam Klasik dan Kontemporer: Membanding
Khawarij dan Hizbut Tahrir”, dalam Al-Fikr, Vol. 14, h. 219.

Makalah ini masih dalam proses Diskusi.......

8

Syam, (Suriah), Iraq, dan negara Timur Tengah yang saat ini menjadi
perhatian masyarakat internasional.
Jika ditelusuri kelompok ini terdiri dari para sahabat Nabi yang
utama, yang kemuliaan dan kehormatan mereka sandang sebagai
generasi-generasi terbaik setelah periode kehidupan rasul saw. Mereka
para kelompok khawarij ini dikenal dengan namaal-qurra (para
pembaca dan penghafal al-Quran) diberi nama dan gelar kehormatan
kepada mereka dikarenakan mereka merupakan ahli dan penghafal
alquran.14
3. Murji’ah
Aliran ini muncul bersamaan dengan aliran Syiah dan Kharwarij.
Aliran ini bersikap netral tidak memihak kepada Ali maupun
Muawiyyah, sehingga di dalam ajaran teologisnya, aliran ini
mempercayai bahwa para sahabat yang bertentangan merupakan orangorang yang dapat dipercaya dan tidak keluar dari ajaran Islam, karena
itu mereka tidak mengeluarkan pendapat siapa yang sebenarnya
bersalah dan memilih menunda (arja’a) sehingga mereka menganggap
segala persoalan diserahkan kepada Allah swt. yang akan mengadili di
hari kemudian.15
Murji’ah tidak memberikan judgement apapun terhadap pelaku
dosa besar, urusan hukuman tersebut hanyalah Allah swt. yang berhak
mengadilinya. Tentang keyakinan, kaun Murji’ah beranggapan bahwa
iman itu adalah sekedar pengetahuan akan keesan Allah swt. iman itu
statis, tidak dapat bertambah dan berkurang, dan sama sekali tidak ada
sedikitpun hubungannya dengan amalan seseorang.16
Hal ini tentunya berbeda dengan faham mayoritas umat Islam,
ketika itu dan sampai saat ini bahwa iman seorang mengalami fluktuasi
dan dapat diukur dari amalan seseorang hamba tersebut. Hal ini
berdasarkan firman Allah swt. di dalam alquran:
14

Ahmad Zaini, “Mengurai Sejarah Timbulnya Pemikiran kalam dalam Islam,”
dalam Esoterik: Jurnal Akhlak dan Tasawuf, vol. 1, h. 78.
15
Nawir Yuslem, metodologi, h. 120.
16
Amal Fathullah Zarkasyi, “Benarkah Kita Murji’ah: Catatan Atas Artikel
Prof. Dr. Fauzan Saleh,” dalam Jurnal Tsaqafah, vol. 10, h. 420.

Makalah ini masih dalam proses Diskusi.......

9

           
       

Artinya:. “Dan apabila diturunkan suatu surat, Maka di antara
mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata:
"Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya
dengan (turannya) surat ini?" Adapun orang-orang
yang beriman, Maka surat ini menambah imannya,
dan mereka merasa gembira.”17
Sebagaimana Khawarij, Murji’ah ini juga terbagi kepada
beberapa sekte. Para penulis sejarah kalam biasa membaginya di dalam
dua kelompok besar. Murji’ah Ekstrim dan Moderat. Para tokoh
terkemuka aliran ini antara lain Hasan bin Muhammad bin Ali bin Abi
Thalib, Abu hanifah, Abu Yusuf dan sejumlah ulama hadis lainnya.18
Dari penjelasan di atas jelas bahwa secara teologis murji’ah
merupakan aliran yang menganggap bahwa Allah yang berhak untuk
menghukum hambaNya kelak di hari kiamat dan implikasinya, aliran
ini menganggap perbuatan dosa besar maupun kecil tidak berdampak
apapun bagi keimanan seseorang sehingga pada gilirannya akan
menyepelekan tindakan-tindakan kemaksiatan yang mereka lakukan di
dunia.
4. Qadariyyah
Pelopor dari aliran ini adalah Ma’bad al-Juhani (w. 700 M) dan
dikembangkan secara aktif oleh Gailan al-Dimasyqi (w. Abad 8 M).
Yang paling menonjol dari ajaran ini adalah bahwa manusia memiliki
kekuasaan penuh dalam melaksanakan perbuatannya.19
Ignas Goldziher, yang dikutip Kartanegara menjelaskan bahwa
khalifah Bani Umayyah sering mengklaim bahwa mereka memegang
kekuasaan sekarang ini sesuai dengan ketentuan atau takdir, dan orang
yang menantang ketentuan ini dianggap mereka para pemberontak dan
17

Lihat Qs. At –taubah/9: 124
Dja’far, Jejak, h. 17.
19
Ibid, h. 18

18

Makalah ini masih dalam proses Diskusi.......

10

kafir, dari sinilah kemudian apa yang disebut dengan kaum Qadariyah
muncul. Adapun ide dari ajaran mereka adalah bahwa manusia
mempunyai pilihan, dan bahwa dari Tuhan akan muncul kebaikan,
sedangkan kejahatan timbul dari manusia atau setan.20
Dengan kata lain, manusia tidak dipaksa dan bebas melakukan
perbuatannya sendiri, tidak ada kekuatan terhadap segala perbuatannya
kecuali atas keinginan dan kehendak manusia itu sendiri. Cukup dengan
pernyataan secara lisan, manusia sudah dapat dikatakan beriman kepada
Allah dan rasulNya tanpa ada keterkaitan dengan amalan sehari-hari.21
Jika dicermati, ada kesamaan paham ini dengan murji’ah dari segi
amaliyah yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan naik
turunnya keimanan seseorang, namun dari segi keyakinan, terdapat
perbedaan mendasar yang terdapat di dalam aliran ini dibanding dengan
aliran-aliran yang lainnya. Terdapat dominasi manusia yang signifikan
terhadap ketentuan dan tindakannya di dunia tanpa adanya intervensi
Tuhan.
5. Jabariyah
Aliran ini didirikan oleh Ja’ad bin dirham (w. 742 M) dan
dikembangkan pengikutnya seperti Jahm bin Sofyan (w. 749 M) yang
memuat pemahaman penting tentang keterpaksaan manusia akan
dominasi perbuatan Allah di dalam kehidupannya. Dalam hal ini,
manusia tidak mempunyai kemampuan dan daya upaya di dalam
melakukan seluruh tindakan di dalam aktifitasnya.22
Aliran ini terpecah menjadi tiga aliran kecil, yakini Jahmiyah,
yang dipimpin oleh Jaham sendiri, Jajjariyah yang dipimpin oleh Husin
bin Muhammad an- Najjar dan Dlirariyah yang dipimpin oleh Diral bin
Umar.23
Harun Nasution yang dikutip oleh Arsyad menetapkan beberapa
ciri paham Jabbariyah antara lain:
20

Mulyadhi Kartanegara, Mozaik Khazanah Islam: Bunga Rampai dari
Chicago (Jakarta: Paramadina, 2000), h. 174.
21
Nawir, Metodologi, h. 120
22
Dja’far, Jejak, h. 17
23
Nawir,Metodologi, h. 123.

Makalah ini masih dalam proses Diskusi.......

11

a. Kedudukan akal rendah
b. Ketidakbiasaan manusia dalam kemauan dan perbuatan
c. Kebebasan berfikir yang diikat oleh dogma
d. Ketidakpercayaan kepada Sunatullah dan dogma
e. Terikat pada tekstual alquran dan hadis
f. Statis dalam sikap dan perbuatan. 24
Berdasarkan kriteria di atas dapat dipahami bahwa Jabbariyah
menitik beratkan kepada sikap kepasrahan total kepada Allah swt. di
dalam menilai takdir dan segala aktifitas manusia dan makhluk hidup di
alam semesta ini merupakan otoritas kemutlakan di Tuhan.
6. Mu’tazilah
Aliran ini didirikan oleh Washil bin Atha’ (w. 699-748 M).25
Kelompok ini meneruskan ide-ide Qadariyah yang terkenal sebagai
kaum rasionalis Islam. Washil bin ‘Atha’ menghadiri majelis Hasan alBasri dan terjadi diskusi mengenai pelaku dosa besar, suatu yang ramai
dibicarakan ketika itu dan ia berbeda pendapat dari Hasan al-basri
kemudian memisahkan diri (i’tazala).26 Kemudian dia membuat majelis
lain di mesjid.
Ada lima dasar ajaran utama (al-Khusulul al-Khamsah) ajaran
Mu’tazilah, yaitu:
a. Prinsip Tauhid
Mereka tidak mempercayai sifat-sifat Allah swt. sebab dengan
menetapkannya dianggap perbuatan musyrik karena sifat Allah
merupakan qadim bagaimana mungkin sifat dan dzatnya memiliki sifat
yang Qadim secara bersamaan.
b. Al-‘Adl
Dalam pandangan Mu’tazilah, Allah swt. tidak menyukai
kerusakan, dan tidak menciptakan perbuatan hamba (af’alul ‘Ibad),

24

Arsyad AT, “Pendidikan Islam Perspektif Teologi,” dalam Jurnal AlHikmah,vol. XIV, h. 218.
25
Dja’far, Jejak, h. 18.
26
Tim Aswaja NU, Khazanah, h. 334.

Makalah ini masih dalam proses Diskusi.......

12

namun mereka melakukan dan meninggalkan apa yang mereka
laksanakan menurut kehendak mereka sendiri.
c. Al-Wa’d wa al- ‘Wa’id
Janji dan siksa allah swt. pasti akan datang sesuai dengan yang
dijanjikannya. Orang yang berbuat dosa besar tidak dapat diampuni
kecuali dengan bertaubat. Pendapat ini membantah prinsip Murji’ah
yang menyatakan

maksiat tidak

berbahaya

selagi

ada iman,

sebagaimana ketaatan tidak bermamfaat bila disertai kekufuran.
d. Al-Manzilah bain al-Manzilatain
Orang fasik yang berboat dosa besar tidak dapat dikatakan
sebagai mukmin dan tidak pula disebut sebagai kafir dan mereka
diyakini bahwa akan berada pada tempat di antara kedua tempat.
e. Amr Ma’ruf Nahi Munkar
Prinsip ini berfungsi untuk menyebarkan Islam dan memberi
pencerahan bagi orang-orang yang tersesat, juga untuk menangkal
serangan orang-orang yang berusaha mencampuradukkan (talbis) antara
yang benar dan salah. 27
Kaum Mu’tazilah percaya bahwa Tuhan mengatur alam semata
melalui Sunatullah yang sering ditafsirkan hukum alam dan sekali
diciptakan dengan kadar/sifat-sifat tertentu yang bersifat universal yang
pada akhirnya tidak bisa diubah oleh Tuhan sehingga konsekuensinya
membatasi kekuasaan Tuhan itu sendiri.28
7. Asy ‘ariyyah
Mazhab al-Asy’ari dinisbatkan kepada pendirinya, al-Imam Abu alHasan al-‘Asy’ari yang diikuti mayoritas kaum Muslimin Ahlusunnah
wal jama’ah dari dahulu hingga saat ini. Menurut Subki dan az-Zabidi,
Ahlu Sunnah Wal Jama’ah itu terdiri dari tiga kelompok, yaitu Ahl al-

Hadits (yang mendasarkan argumentasi keagamaannya pada dalil
Alquran as-Sunnah dan al-‘Ijma’), Ahl an- Nazar al-Aqly (kalangan
rasionalis) dan as-Sufiyah (ahli tasawuf). Menurut as-Safaraini dari
27
28

Tim Aswaja NU, Khazanah, h. 333-337.
Mulyadhi, Mozaik, h. 175

Makalah ini masih dalam proses Diskusi.......

13

kalangan mazhab Hambali ketiga kelompok itu adalah al-Atsariyyah,

al-‘Asy’ariyyah dan al-Maturidiyyah.29
Imam Abu al-Hasan al- ‘Asy’ari hidup pada paruh kedua abad
ketiga dan paruh pertama abad keempat Hijriyah. Periode tersebut
menyaksikan beragam peristiwa penting dalam bidang pemikiran yang
memiliki pengaruh dominan dalam dinamika ilmu kalam (teologi)
secara spesifik. 30
Menurut Subhi, pada mulanya al-‘Asy’ari termasuk pengikut
paham Mu’tazilah sampai beliau berumur 40 tahun.31 Ada dua hal yang
melatarbelakangi

perpindahan

al-‘Asy’ari

dari

Mu’tazilah

ke

Ahlussunah wal Jama’ah. Pertama, ketidakpuasan al-‘Asy’ari terhadap
ideologi Mu’tazilah yang selalu mendahulukan akal tetapi tidak jarang
menemukan jalan buntu dan mudah dipatahkan dengan argumentasi
akal yang sama.
Kedua, beliau bermimpi bertemu Nabi Muhammad saw. suatu
saat pada permulaan ramadhan, dan beliau berkata: Wahai Ali,
tolonglah pendapat-pendapat yang diriwayatkan dariku, karena itu
yang benar.”Setelah terbangun, al-‘Asy’ari merasakan mimpi itu sangat
berat dalam pikirannya. Pada pertengahan Ramadhan ia bermimpi
kembali dan rasul saw. berkata: “Apa yang kamu lakukan dengan
perintahku dulu?” Al-‘Asy’ari menjawab: “Aku telah memberikan
pengertian yang benar terhadap pendapat-pendapat yang diriwayatkan
darimu.”Nabi saw. berkata: “Tolonglah pendapat-pendapat yang
diriwayatkan dariku, karena itul yang benar.” Setelah terbangun, alAsy’ari merasa sangat etrbebani dan bermaksud hendak meninggalkan
ilmu kalam namun pada 27 Ramadhan ia bermimpi kembali dan rasul
saw. berkata: “Apa yang kau lakukan dengan perintahku dulu?” al‘Asy’ari menjawab bahwa dia telah meninggalkan ilmu kalam dan
konsentrasi di dalam mengajar Alquran dan hadis, lalu Nabi
29

Tim Aswaja, Khazanah, h. 16.
Ibid, h. 19
31
Muhammad Syarif Hasyim, “Al-‘Asy’ariyah: Studi tentang Pemikiran alBaqillani, al-Juwaini, al-Ghazali,” dalam Jurnal Hunafa, vol. II, h. 2.
30

Makalah ini masih dalam proses Diskusi.......

14

berkata:”Aku tidak menyuruhmu meninggalkan ilmu kalam, tapi aku
hanya

memerintahkanku

menolong

pendapat-pendapat

yang

diriwayatkan dariku, karena itu yang benar.” Ia menjawab: “Wahai
Rasulullah, bagaimana aku mampu meninggalkan mazhab yang telah
aku ketahui masalah-masalah dan dalil-dalilnya sejak tiga puluh tahun
yang lalu hanya karena mimpi?” Nabi berkata: “Andaikan aku tidak
tahun bahwa Allah swt. akan menolongmu dengan pertolonganNya,
tentu aku akan menjelaskan kepadamu semua jawaban masalahmasalah (ajaran Mu’tazilah) itu. Bersungguh-sungguhlah kamu dalam
masalah ini, Allah akan menolongmu dengan pertolonganNya”. Setelah
bangun dari tidurnya al-‘Asy’ari berkata: “selain kebenaran pasti
hanya kesesatan.” lalu ia mulai membela hadis yang berkaitan dengan
ru’yah (melihat Allah di akhirat), syafaat dan lain-lain.32
8. Maturidiyyah
Nama aliran ini diambil dari nama pendirinya yaitu Abu Mansur
Muhammad bin Muhammad al- Maturidi, ia lahir di Samarkand pada
pertengahan ke-2 abad ke 9 Masehi dan meninggal pada 944 M dan
merupakan pengikut Abu Hanifah dan sistem teologi yang dianut
mereka termasuk golongan ahlu sunnah wal jamaah dan dikenal dengan
nama Al-maturidiyah.33
Al-Maturidi hidup Pada abad ke-3 dan ke-4 (abad ke-9 dan ke10), pada masa kekhalifahan al-Ma’mun (198-218/813-833). Pada masa
itu gerakan intelektual berkembang sangat signifikan, pengaruh filsafat
Yunani mengalami titik perkembagan tertinggi pada pemerintahan ini.
Al-Ma’mun dikenal sebagai khalifah yang mengirim utusan hingga ke
Konstatinopel, langsung kepada Raja Leo dari Armenia untuk mencari
karya-karya Yunani.34

32

Tim Aswaja, khazanah, h. 29-30.
Abu Zar,”Pemikiran al-Maturidiyah dalam Pemikiran Islam”, dalam Jurnal
Adabiyah, vol.XIV, h. 151.
34
Philip K. Hitti, History of The Arab: From the Earliest Times to the Present,
terj. Cecep Lukman Yasin dan Qamaruddin SF (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta,
2005) ,h. 385-386.
33

Makalah ini masih dalam proses Diskusi.......

15

Ada beberapa faktor yang menjadi latar belakang berdirinya
aliran al-Maturidi ini, yaitu:
a. Ketidakpuasan terhadap konsep teologi Mu‟tazilah yang terlalu
berlebihan dalam memberikan otoritas pada akal. Hal ini dapat
dilihat dari beberapa judul tulisannya yang secara eksplisit
menggambarkan penolakannya terhadap Mu‟tazilah, seperti Kitab

Radd Awa‟il al-Adillah li al-Ka‟bi, Kitab Radd Tahdhib al-Jadal li
al-Ka‟bi dan Kitab Bayan Wahm al-Mu‟tazilah (Al-Syahrastani,
t.th.,: 76-77). Dan pada saat yang sama al-Maturidi juga tidak puas
atas konsep teologi ulama salaf yang mengabaikan penggunaan
akal.
b. Kekhawatiran atas meluasnya

ajaran Syi‟ah

terutama aliran

Qaramithah yang dengan keras menentang ulama-ulama salaf.
Khusus pada wilayah Asia tengah aliran ini banyak dipengaruhi oleh
paham Mazdakism, sebuah aliran komunis yang dicetuskan oleh
mazdak bin Bambadh seorang reformis abad ke-5 M.35
Berangkat dari dua faktor tersebut, al-Maturidi mendirikan aliran
ini sebagai jalan tengah aliran rasional Mu’tazilah dan aliran
Tradisional, bersama-sama dengan aliran Asy’ari dengan metodologi
yang hampir sama, namun jika diteliti, terdapat perbedaan di antara
mereka.
Al-Maturidi mengembangkan aliran teologinya memberikan
otoritas yang cukup besar kepada akal, misalnya baik dan buruk dapat
diketahui oleh akal walaupun tidak ada wahyu, karena baik dan buruk
dinilai berdasarkan substansinya, sedangkan baik dan buruk menurut
‘Asy’ari dinilai menurut syara’.
Pemahaman al-Maturidi dilatarbelakangi oleh: pertama, alMaturidi bermazhab Hanafi, aliran yang dikenal sebagi Rasionalis di
dalam bidang fiqih. Kemudian latar belakang pendidikan al-Maturidi
juga berguru kepada empat ulama besar penganut Hanafi, maka
pemahamannya kental dengan pendapat Imam Hanafi. Kedua, situasi
35

Hamka, “Maturidiyah: Kelahiran dan Perkembangannya”, dalam Jurnal
Hunafa, vol. 4, h. 261.

Makalah ini masih dalam proses Diskusi.......

16

kondisi dikediaman al-Marturidi Asia Tengah (Samarqand) cukup
heterogen dari berbagai jenis agama dan aliran teologi lainnya.36
Kedua perbedaan itu menjadikan karakteristik yang khas bagi
masing-masing ajarannya, namun pada prakteknya, hingga saat ini
Asy’ariyah dan Maturidiyah selalu menjadi sebuah alternatif yang
saling mendukung.
B. Tokoh dan Karya Monumental
Sejak awal jazirah Arab, dengan Makkah dan Madinah memiliki
posisi yang khas dalam sejarah peradaban Islam sebagai kota perjuangan
Rasul, pusat kegiatan ibadah haji, Makkah dan Madinah memiliki nilai
spiritual yang tinggi dan tidak dimiliki oleh kota manapun.37
Hal ini menjadikan kedua kota tersebut sebagai poros kemajuan
peradaban ilmu pengetahuan. Peran Kosmopolit kedua kota ini secara
simultan menghasilkan banyak kalangan ulama dan intelektual dari
berbagai belahan dunia yang pada kemudian nantinya menyebar dan
berkhitmad terhadap ilmu-ilmu yang didapatnya di daerah asal mereka.
Hal tersebut membuka ruang seluas-luas terhadap kemajuan ilmu
pengetahuan pada masa tersebut dengan ditandai gerakan intelektual
membangun keilmuwan dalam rangka meraih dan membangun kesadaran
akan pentingnya ilmu sebagai instrumen di dalam meraih kebahagiaan
dunia dan akhirat.
Sehingga pada gilirannya umat Islam pernah menjadi poros
peradaban yang diperhitungkan dalam kancah peradaban dunia ketika itu.
Hal ini dipengaruhi oleh semangat intelektualisme dan modernisme
Muslim klasik ketika itu. Sikap modernisme ditandai dengan menerima
segala sesuatu yang baik untuk kemajuan diri dan kepentingan orang
banyak baik itu berupa ilmu, informasi yang berkembang dan
sebagainya. Moderen juga identik dengan pembaharuan. Pembaharuan

36

Hamka, Maturidiyah, h. 262.
Hasan Asari, Modernisasi Islam: Tokoh, Gagasan, dan Gerakan (Bandung:
Citapustaka Media, 2002), h. 46.
37

Makalah ini masih dalam proses Diskusi.......

17

berarti upaya memperbaharui pemahaman agama Islam dari pemahaman
lama kepada pemahaman baru yang diinginkan.38
Setidaknya menurut Hasan, ada beberapa aspek yang menjadi
penting mengapa gerakan intelektualisme zaman klasik ketika itu pernah
mencapai puncak kejayaannya. Aspek itu antara lain ialah:
1. Sikap terhadap ilmu pengetahuan
Secara umum Islam adalah agama yang berlandaskan iman dan
pengetahuan sehingga semakin baik dan tinggi keilmuwan seseorang
akan semakin tinggi pula keimanannya karena memahami dengan
baik keyakinan yang ia miliki dengan keilmuannya.
2. Akal dan dorongan penggunaannya
Di dalam teks Alquran, memberikan penekanan tersendiri akan
pentingnya menggunakan akal untuk memahami alam maupun
dirinya sendiri.
3. Ijtihad
Ijtihad

adalah

upaya

intelektual

bersungguh-sungguh

untuk

mencapai suatu pandangan tertentu tentang agama. Penekanan pada
penggunaan akal seseorang adalah salah satu bagian dari metode
ijtihad.
4. Kebebasan akademis dan kelapangan hati menerima perbedaan
merupakan ciri-ciri dari sikap muslim klasik di masa tersebut,
misalnya pada imam mazhab yang empat, menganut pandangan yang
berbeda-beda dalam banyak hal namun mereka tidak saling
memusuhi antara satu dengan lainnya.
5. Munazarah
Salah wujud dari kebebasan tersebut adalah debat terbuka
(Munazarah). Kegiatan ini menjadi semacam keriteria kualitas
keilmuan seseorang. Ia juga berfungsi sebagai arena penajaman
pandangan dan pembuktian kekuatan dalil yang dimiliki seorang
ilmuwan dalam mendukung pandangannya.

38

Hasan Asari, Modernisasi, h. 1.

Makalah ini masih dalam proses Diskusi.......

18

6. Mobilitas intelektual

Rihlah ilmiah (perjalanan ilmiah) adalah konsep intelektualisme
muslim klasik yang mewakili aspek mobilitas ini. Seorang ilmuwan
ketika itu memiliki tingkat mobilitas keilmuwan yang cukup tinggi.39
Keenam aspek di atas merupakan ciri khas yang menjadikan era
Muslim klasik ketika itu sangat diperhitungan di dunia Internasional.
Namun fase demi fase berlalu, kemerosotan intelektualisme muslim
klasik semakin membesar disusul dengan bangkitnya gerakan revolusi
Industri dan Revolusi Prancis yang merupakan simbol atas peralihan
masyarakat Eropa dari Agrikultural menjadi masyarakat industri.
Revolusi ini membangkitkan kekuatan ekonomi Eropa sehingga
secara signifikan orang Eropa mempunyai kekuatan ekonomi dan
perlahan-lahan melingkari wilayah dunia Islam. Gerakan kolonialisme
yang dilakukan Eropa secara praktis menjadikan bangsa Muslim terjajah
dalam waktu yang cukup lama.40
Deskripsi singkat tersebut menghantarkan kepada sebuah
pemahaman bahwa, dengan mempelajari tokoh dan karyanya yang
pernah mendapatkan

tempat yang khusus

di dalam kemajuan

inteletualisme dunia, akan ditemukan sebuah tawaran yang pada
gilirannya akan menjadi sebuah praksis di dalam membebaskan belenggu
perkembangan peradaban Muslim saat ini dalam skala internasional
maupun lokal.
1). Imam al-Ghazali
Terdapat karya tulis yang menuliskan tentang biografi Imam alGhazali dalam jumlah yang besar mengingat dia adalah seorang ulama
yang sangat termasyhur di dunia Internasional dan terutama di Indonesia.
Nama lengkapnya adalah Abu Hamid bin At-Thusi al-Ghazali, lahir di
Thus pada tahun 450 H (1059). Thus adalah sebuah kota kecil di Iran.

39

Hasan Asari, Menguak Sejarah Mencari Ibrah: Risalah Sejarah-Sosial
Intelektual Muslim Klasik (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2013), h. 149-150.
40
Hasan Asari, Modernisasi, h. 27

Makalah ini masih dalam proses Diskusi.......

19

Ayahnya pengikut tasawuf yang menitipkan al-Ghazali kepada
seorang ahli sufi untuk mendapatkan pendidikan dan pemeliharaan di
dalam hidupnya.41
Beberapa karyanya yang relevan di dalam bidang pendidikan
Islam adalah sebagai seperti Ihya Ulumuddin, Ma’arij al-Quds fi Madarij

Ma’rifat al-Nafs, Miyar al-‘Ilm. Al-Mustashfa fi ‘ilm al-Ushul, Mizan
al-‘a\A’mal, Al-risalah al-Laduniyah, Misykat al-Anwar,dan sebagainya.
2). Al-Khatib al-Bagdadi
Nama lengkapnya adalah Ahmad Ibn Ali ibn Tsabit ibn Ahmad ib
Mahdy, dilahirkan di Ghaziyyah di Bagdad pada Jumadil Akhir 392 H
dan wafat di Bagdad pada 463 H.42
Jika dilihat dari aktifitas keilmuwan dan keyakinannya di bidang
Ushul (kalam) dan fiqh, ia menganut paham Asy’ariyah dan Syafi’iyyah.
Ia termasuk ulama yang produktif tidak ada yang dapat memastikan
berapa kitab yang ditulisnya diperkirakan ia menulis sebanyak 156 kitab.
Yang paling terkenal dan monumental adalah Tarikh Bagdad. Adapun
karyanya di bidang pendidikan antara lain:
a) Iqtidha Al-‘Ilm Al-‘Amal,
b) Al-Jami’li Akhlaq Ar-Rawi wa Adab As-Sami’
c) Syaraf Ahl Al-Hadits,
d) Nasihat Ahl Al-Hadits
e) Taqyiid Al-‘Ilm
f) Ar-Rihlah fi Thalab Al-Hadits
g) Al-Faqih wa- Al-Mutafaqqih.43
3). Ibnu Miskawaih
Ibnu Maskawaih dikenal dengan julukan Al-Khazin, digelari juga
guru ketiga setelah Aristoteles dan Al-Farabi. Ia lahir di teheran tahun
320 H/932 H dan wafat tahun 421 H/1030 M. Tidak ditemukan
karayanya khusus membahas tentang pendidikan, namun ada beberapa

243.

41

Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h.

42

Ibid, h. 221
Ibid, h. 225.

43

Makalah ini masih dalam proses Diskusi.......

20

buku yang pembahasannya dinilai banyak berkaitan tentang pendidikan.
Sperti pada karyanya Tahzib. Memuat tentang penjelasan konsep
manusia, setruktur diri dan jiwa manusia. Menurut Maskawaih jiwa yang
terdapat pada diri manusia yang merupakan Substansi yang tidak dapat
diindra terdiri atas jiwa rasional (an-natiqoh) apetitif (asy-syabu’iyah)
dan syahwat (al-bahimiyah).44
4). Ibnu Taimiyyah
Nama lengkapnya adalah Ahmad Ibn Abd-Halim Ibn. Abd. AsSalam Ibn Taimiyyah. Ia dilahirkan di Harran, Siria, pada hari Senin 10
Rabi’ Al-Awwal 661 H/1263 M. Keluarga besarnya merupakan keluarga
yang amat terpelajar. Ia dinyatakan sebagai Mujtahid Mutlak yang salah
satu kitabnya Muntaqa Al-Akhbar, disyarahkan Asy-Syaukani dalam

Nail-Al-Authar. Ayahnya, Syihab Ad-Din Abd Halim Ibn Abd As-Salam
(627-685) adalah seorang ulama besar yang disamping sebagai khatib
dan Imam besar serta guru tafsir dan hadis di masjid raya Damaskus.45
Adapun karya-karya beliau antara lain:
a) Bidang Tasawuf


Al-Fatawa fi ‘Ilmi As-Suluk



Iqtida As-Shirat Al-Mustaqim



Qaidah fi Ash-Shabri



Ash-Shufiyah wa al-Fuqara



Qaidah fi Ar-Raddi ‘ala Al-Ghazali fi Mas’alati At-Tawakkul.

b) Bidang Logika


Al-Fatawa fi Kitab Al-Mantiq



Dar At-Tarud al-‘aql wa an-Naql.

c) Bidang Logika
 Al-Fatawa fi Kitab al-Mantiq
 Dar at-Tarud al-‘Aql wa an-Naql
d) Bidang Alquran

44
45

Ibid, h. 289.
Ibid, h. 292.

Makalah ini masih dalam proses Diskusi.......

21



Ar-risalah

al-‘Ubudiyah

ila

Tafsir

Qawlihi

Ta’ala

Ya

Ayyuhannas U’budu Rabbaka


Dar at-Tarud al-‘Aql wa an-Naql

5). Syed Muhammad an-Naquib al-Attas
Lahir di Bogor, Jawa Jawa Barat 5 September 1931, seorang
sejarawan, ahli filsafat dan seniman berkebangsaan Malaysia. Dalam
dunia akedemis, ia dikenal sebagai sejarawan yang mengkhususkan diri
pada sejarah Islam melayu. Merupakan pendiri The International Institute
of Islamic Thougth and Civilization (ISTAC), Kuala Lumpur.
Nenek moyangnya berasal dari Hadramaut, ibunya keturunan
bangsawan Sunda. Naquib sering dikaitkan dengan gagasan Islamisasi
ilmu. Ilmu, menurutnya merupakan sumber dari segala masalah yang ada
di dunia ini.46
Beliau merupakan pemikir Muslim pada era modern yang
merupakan rujukan bagi dunia pendidikan. Adapun karya-karyanya
antara lain seperti, Preliminary Statement On a General Theory of The
Islam, (1969) Some Aspects of sufims as Undrstood and Practised Among
the Malay (1963), Aims and Objecktives of islamic Educations (1979),
the Nature of man and The Fhilosofy of Science (1989), Islam and
Philosohy of Sciences (1989), On Quiddity and Essence-An Outline Of
The Basic Structure of Reality in Islamic Metaphysics (1990), The
Intuition of Existence- A Fundamental basis of Islamic Metahysics
(1990).47
6). Said Husin Nasr
Ia dilahirkan di Teheran, Iran (1933), anak dari seorang ulama
yang menonjol dan mengirimnya belajar kepada sejumlah ulama besar
Iran, termasuk kepada Ayatullah Muhammad Husin Tabataba’i (1310
H/1892 M-1401 H/ 1981 M).
Bersama Ayatullah Murtada Muttahari (1919-1979) dan Ali
Syari’ati ( 1933-1977) dan beberapa tokoh lain pada akhir 1965
46

Dewan Redaksi, Hasan Muarif et.al.,Suplemen Ensiklopedi Islam, ed. Abdul
Aziz Dahlan (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2001), h. 79.
47
Ibid,. h. 80.

Makalah ini masih dalam proses Diskusi.......

22

mendirikan Husyaimiah

Irsyad, lembaga

yang bertujuan untuk

mengembangkan ideoligi Islam berdasarkan perspektif syiah, yang
merupakan pusat kaderisasi pemuda militan revolusioner.
Kemudian ia bersertu dengan Ali dan keluar di lembaga tersebut
mengecam tindakan Ali Syari’ati yang lebih menekankan Islam
revolusioner dan meninggalkan aspek spiritualitasnya.
Menjelang revolusi Iran, ia berada di Amerika dan mengajar di
berbagai universitas seperti Temple University, Philadelphia, dan George
Wasingthon University. Ia menulis banyak buku di antaranya: Three
Sage Moslem, Ideals and Realities in Islam, An Introduction to Islamic
Cosmological Doctrines, Sciences and Civilization in Islam Sufi Essays,
An Anotated Bibliography of Islamic Sciences.48
Keenam tokoh di atas merupakan pemikir Islam

yang

berpengaruh dan kerap kali dijadikan sebagai sumber referensi terhadap
kajian pemikiran terutama pendidikan yang ada di dunia Internasional
dan Indonesia.
Masih banyak tokoh pemikir yang lain belum disebutkan pada
makalah ini, namun keenam tokoh di atas merupakan tokoh-tokoh besar
yang sangat berpengaruh dan mewakili di setiap zamannya, mulai dari
zaman klasik seperti: Imam al-Ghazali, al-Khatib al-Bagdadi, Ibnu
Maskawaih, Ibnu Taimiyah, sampai kepada zaman Moderen kontemporer
seperti di antaranya, Husin Nasr dan naquib al-‘Attas.
C. Jejak Teologi dalam Pemikiran Pendidikan Islam
Pemikiran pendidikan merupakan kajian pemikiran para ahli yang
berupa upaya mereka (ijtihad) dalam proses kerja akal dan kalbu di
dalam melihat fenomena dan berusaha mencari solusi di dalam bidang
pendidikan.
Pemikiran tersebut tentu menjadi sebuah konsep dan gagasan
yang dapat diketahui melalui karya tulis mereka. Tulisan ini membatasi
gagasan pemikiran tersebut kepada beberapa tokoh yang telah dibahas
pada bagian terdahulu.
48

Ibid

Makalah ini masih dalam proses Diskusi.......

23

1). Konsep Ilmu pengetahuan al-Ghazali
Dalam menjelaskan konsep ilmu pengetahuan, Hasan dengan
deksriptif menjelaskan bagaimana al-Ghazali membagi ‘aql, Qalbu dan

nafs. Al-Ghazali mengartikan ‘aql sebuah kualitas (washf) yang
membedakan manusia dari hewan dan yang memungkinkannya
memahami ilmu-ilmu spekulatif dan menyadari operasi mental
psikologis yang terjadi di dalam dirinya.

Qalb, mempunyai dua pengertian, fisik diartikan sebagai
segumpal daging dan non fisik bahwa qalb adalah esensi yang paling
mendasar dari manusia yang dapat menalar dan mengetahui informasi.

Nafs, berarti dua secara materi dan immateri. Secara materi
adalah sumber dari sifat-sifat negatif manusia , seperti marah dengki
dan sebagainya. Kedua immaterial adalah esensi manusia sebagai
tempat penyimpanan pemahaman-pemahaman dan pengetahuan .49
2). Manusia dan Pendidikan menurut Ibnu Taimiyah
Menurut beliau, pendidikan sebagai sesuatu yang dialami manusia
dan Alquran sebagai dasar rujukan serta kajian dalam pendidikan dan
pengajaran. Pendidikan juga merupakan industri atau mata pencaharian
untuk memperoleh penghidupan dan merupakan realitas manusia
sebagai khalifah di muka bumi.50
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa pendidikan
merupakan sebuah industri, jika dilihat dari proses belajarnya karena
indutri yang dimaksud akan menghasilkan sesuatu. Dalam konteks ini
industri tersebut menghasilkan produk yang berupa ilmu.
3). Bapak Psikologi Pendidikan Muslim, Ibnu Maskawaih
Beliau disebut bapak psikologi muslim dan sebagai “guru ketiga”
setelah Aristoteles dan al-Farabi, karena beberapa buku pembahasannya
mengenai psikologi seperti tentang kejiwaan, akal dan etika.

49

Hasan Asari, Nukilan Pemikiran Islam Klasik: Gagasan Pendidikan Abu
Hamid al-Ghazali (Medan: IAIN Press, 2012), h. 64.
50
Mahmud, Pemikiran, h. 298.

Makalah ini masih dalam proses Diskusi.......

24

Menurut beliau, hakikat dan fungsi pendidikan dalam membentuk
kepribadian diri manusia sehingga terbentuk manusia yang memiliki
karakter terpuji.51
Hingga saat ini dalam psikologi Islam, filsafat Islam, ilmu
pendidikan Islam, karangan beliau merupakan rujukan dasar dalam
memahami struktur kejiwaan dan kondisi psikologis seseorang.
4). Pendidikan Menurut Al-khatib Al-Bagdadi
Menurutnya, corak pemikiran pendidikan akan selalu bertumpu
kepada masalah besar filsafat, yaitu mengenai Tuhan, manusia, Alam
semesta dan masyarakat.

Mengenai konsep Tuhan, al-Khatib

mengusung paham Asy’ariah, alam semesta dan masyarakat merupakan
tujuan pendidikan yang harus dialami manusia untuk mencapai dunia
akhirat.52
Jejak pemikiran beliau masih dikaji dan dibahas hingga saat ini.
Dalam bidang sejarah dunia intelektual mengenal Tarikh Bagdad yang
menjadi rujukan primer para sejarawan di dunia baik kalangan muslim
maupun orientalis jika menkaji tentang sejarah peradaban Bagdad yang
pernah menjadi titik episentrum kemajuan peradaban dunia Islam.
5) Islamisasi Ilmu Naquib al-‘Attas
Menurut ‘Attas, paham Islam perlu dan harus memberi arah pada
kehidupan sehari-hari yang mencakup bidang ilmu, kebudayaan,
pendidikan, dan sains untuk mengelakkan umat dari pemikiran Barat
dan Orientalis yang menyesatkan.
Gagasan-gagasan tersebut dapat dilihat dari buku-buku dan karya
tulis yang beliau hasilkan seperti, islamisasi ilmu pengetahuan,
epistimologi Islam, pandangan dunia Islam, konsep Pendidikan Islam
dan lain-lain dalam Pemikiran Islam Kontemporer.53

51

Ibid, h. 288
Ibid, h. 241
53
Ibid, h. 208
52

Makalah ini masih dalam proses Diskusi.......

25

BAB III
KESIMPULAN
Pergolakan kondisi sosial politik dan ekonomi dalam sebuah
konteks dan setting kehidupan mempengaruhi corak pemikiran
seseorang, begitu juga tumbuh dan berkembangnya sebuah teologi.
Hal tersebut dapat dilihat dari perkembangan beberapa aliran
pemikiran seperti, syi’ah, Kahawarij, Murji’ah, jabbariyah, Qadariyah,
Mu’tazilah dan lain sebagainya nyaris muncul serta tumbuh
berkembang ketika kondisi politik sedang bergejolak ketika itu.
Ia menjadi sebuah praksis sebagai tanda perlawanan terhadap
kondisi sosial yang tidak sesuai dengan apa yang dicita-citakan oleh
mereka.
Pada akhirnya pengaruh aliran-aliran teologi tersebut berimbas
kepada dunia Pendidikan dan Islam khususnya hingga kemudian ia
terlembaga menjadi disiplin-disiplin ilmu baik itu ilmu klasik, sosial
dan Humaniora.
Tumbuh dan berkembangnya aliran-aliran ini akan ditentukan
dengan nilai-nilai doktrinitas ajaran itu sendiri, apakah ia berkesesuaian
dengan fitrah kehidupan atau malah bertentangan dengan fitrah
kehidupan tersebut. Jika ajaran doktrinal tersebut bertentangan dengan
fitrah manusia, maka akan terjadi penolakan-penolakan sehingga
kemudian

ajaran

tersebut

perlahan-lahan

ditinggalkan

para

penganutnya.

25
Makalah ini masih dalam proses Diskusi.......

26

DAFTAR PUSTAKA
Alquranul Karim
Asari, Hasan, Modernisasi Islam: Tokoh, Gagasan, dan Gerakan Bandung:
Citapustaka Media, 2002.
-----------------, Menguak Sejarah Mencari Ibrah: Risalah Sejarah-Sosial
Intelektual Muslim Klasik, Bandung: Citapustaka Media
Perintis, 2013.
-----------------, Nukilan Pemikiran Islam Klasik: Gagasan Pendidikan Abu
Hamid al-Ghazali, Medan: IAIN Press, 2012.
AT, Arsyad, “Pendidikan Islam Perspektif Teologi,” Jurnal Al-Hikmah,vol.
XIV.2016.
Dewan Redaksi, Hasan Muarif et.al.,Suplemen Ensiklopedi Islam, ed. Abdul
Aziz Dahlan, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2001.
Fouda, Farag, Kebenaran yang Hilang: Sisi Kelam Praktik Politik dan
Kekuasaan dalam Sejarah Kaum Muslimin,terj. Novriantoni,
Jakarta: Yayasan Waqaf Paramadina: 2008.
Hasyim, Muhammad Syarif, “Al-‘Asy’ariyah: Studi tentang Pemikiran alBaqillani, al-Juwaini, al-Ghazali,” Jurnal Hunafa, vol. II.
2010.
Hamka, “Maturidiyah: Kelahiran dan Perkembangannya”, Jurnal Hunafa,
vol. 4. 2016.
Hitti, Philip K., History of The Arab: From the Earliest Times to the
Present, terj. Cecep Lukman Yasin dan Qamaruddin SF
Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2005.
Kartanegara, Mulyadhi, Mozaik Khazanah Islam: Bunga Rampai dari
Chicago, Jakarta: Paramadina, 2000.
Majelis Ulama Indonesia, Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan
Syi’ah di Indonesia, cet.2, Jakarta: insanyah, 2013.
Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2011.
Rijal, Syamsul, “Radikalisme Islam Klasik dan Kontemporer: Membanding
Khawarij dan Hizbut Tahrir”, Al-Fikr, Vol. 14, 2009.
Siddik, Dja’far dan Ja’far, Jejak Langkah Intelektual Islam: Epistimologi,
Tokoh dan Karya Medan: IAIN Press, 2010.

Makalah ini masih dalam proses Diskusi.......

27

Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur, Khazanah Aswaja:
Memahami, Mengamalkan dan Mendakwahkan Ahlussunnah
Wal Jama’ah Surabaya: Aswaja NU Center PWNU Jawa
Timur, 2016.
Yuslem,Nawir, Metodologi dan Pendekatan dalam Pengkajian Islam,
Bandung: Cita Pustaka Media, 2013.
Zaini, Ahmad, “Mengurai Sejarah Timbulnya Pemikiran kalam dalam
Islam,” Esoterik: Jurnal Akhlak dan Tasawuf, vol. 1, 2008.
Zarkasyi, Amal Fathullah, “Benarkah Kita Murji’ah: Catatan Atas Artikel
Prof. Dr. Fauzan Saleh,” Jurnal Tsaqafah, vol. 10, 2015.
Zar, Abu,”Pemikiran al-Maturidiyah dalam Pemikiran Islam”, Jurnal
Adabiyah, vol.XIV. 2009.

Makalah ini masih dalam proses Diskusi.......