Makalah B dan di Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanda baca adalah tanda yang dipakai dalam sistem ejaan (seperti titik, koma, titik dua).1
Tanda baca berguna bagi pembaca untuk membantu memahami setiap bacaan. Tanpa tanda baca,
pembaca akan sulit mengerti maksud dari penulis melalui bacaan itu. Bayangkan saja apabila
tidak ada tanda baca, misalnya saja tanda titik (.), tentu para pembaca kebingungan menentukan
antarhubungan kalimat dan maksud dari kalimat itu karena semuanya tersambung tanpa jeda.
Dengan demikian, tanda baca sangat dibutuhkan dalam sebuah penulisan artikel sebagai kunci
atas apa yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca.2
Namun sayangnya, masih banyak orang yang sudah mengerti tanda baca, tetapi belum
memahami dan menggunakan tanda baca dengan baik dan benar, terutama masalah kurang atau
salah meletakkan tanda titik (.) dan tanda koma (,). Kesalahan yang sering terjadi, misalnya
kurangnya tanda titik (.) pada suatu singkatan. Contoh, singkatan “St” pada “SMAK St Louis 1
Surabaya”, yang seharusnya disingkat “St.” dengan tanda titik (.) setelahnya.
Tak hanya itu, masih banyak kesalahan lain, seperti salah memberi atau meletakkan tanda dan
kelebihan memberi tanda. Kesalahan tersebut disebabkan oleh beberapa memberi, salah satunya
kesalahan yang banyak dibuat oleh para penulis artikel, terutama di artikel-artikel internet dan
makalah, yang secara tak langsung ditiru oleh para pembaca. Kesalahan bisa juga disebabkan
oleh pengaruh dari bahasa lain, misalnya bahasa Inggris, karena memang peraturan penggunaan
tanda baca antrabahasa bisa berbeda. Namun, masyarakat Indonesia wajib menggunakan apa

yang sesuai dengan peraturan penggunaan tanda baca di Indonesia.
Oleh karena itu, penelitian ini ditujukan untuk memberikan pemahaman mengenai tanda baca,
terutama tanda titik (.) dan tanda koma (,), dan beberapa macam kesalahan yang sering terjadi
beserta pemecahan masalahnya. Makalah ini juga diharapkan dapat membantu masyarakat dan
pembaca sekalian dalam memahami tanda baca sehingga dapat menggunakannya dengan baik
dan benar sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah-masalah yang akan diteliti adalah:
1.

Di mana sajakah sering terjadinya kesalahan penggunaan tanda titik (.)?

2.

Di mana sajakah sering terjadinya kesalahan penggunaan tanda koma (,)?

1

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi IV, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2008).

2
Menurut Gorys Keraf (1984:14).

1

3.

Bagaimana penggunaan tanda titik (.) yang baik dan benar?

4.

Bagaimana penggunaan tanda koma (,) yang baik dan benar?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1.

Menunjukan tipe-tipe kesalahan penggunaan tanda titik (.) dalam kalimat

2.


Menunjukan tipe-tipe kesalahan penggunaan tanda koma (,) dalam kalimat

3.

Mendeskripsikan cara penggunaaan tanda titik (.) yang baik dan benar

4.

Mendeskripsikan cara penggunaaan tanda koma (,) yang baik dan benar

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat agar:
1.

Siswa dapat memahami fungsi dari tanda titik (.) dan tanda koma (,)

2.

Siswa dapat menggunakan tanda titik (.) dan tanda koma (,) dengan benar


3.

Siswa dapat mengenal kesalahan-kesalahan dalam penggunaan tanda titik (.) dan tanda
koma (,)

4.

Siswa dapat menulis karya tulis dengan penggunaan tanda baca yang tepat

1

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi IV (KBBI), tanda baca adalah tanda yang
dipakai dalam memberi ejaan (seperti titik, koma, titik dua).
B. Fungsi Tanda Titik (.)
Menurut Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan, tanda titik (.) memiliki beberapa
fungsi1, yaitu:

1.

dipakai pada akhir kalimat yang bukan pernyataan atau seruan

2.

dipakai di belakang angkaatau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar

3.

dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan waktu

4.

dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan jangka waktu

5.

dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau
tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka


6.

dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya

Tanda titik tidak dipakai:
1.

di belakang angka atau huruf dalam suatu bagian atau ikhtisar jika angka atau huruf itu
merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf

2.

untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah

3.

pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan
sebagainya


4.

di belakang (1) alamat pengiriman dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima
surat

C. Fungsi Tanda Koma (,)
Menurut Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan, tanda koma (,) memiliki beberapa
fungsi2, yaitu:
1.

1

2

dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, (Yogyakarta: Indonesia Tera, 2007), hlm. 42-44.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, (Yogyakarta: Indonesia Tera, 2007), hlm. 44-48.


1

2.

dipakai untuk memisahkan suatu kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya
yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.

3.

dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu
mendahului induk kalimat

4.

dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat pada
awal kalimat

5.


dipakai untuk memisahkan kata seperti oh, ya, wah, aduh, kasihan, dari kata lain yang
terdapat di dalam kalimat

6.

dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat

7.

dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal,
dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan

8.

dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka

9.

dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki


10. dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga
11. dipakai di muka angka persepuluh atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan
angka
12. dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi
13. dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal
kalimat
Tanda koma tidak dipakai:
1.

untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk
kalimatnya

2.

untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat
jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru

1


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian berjenis penelitian pustaka. Penelitian merupakan
kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis
dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk
mengembangkan prinsip-prinsip umum.1 Pustaka merupakan kitab atau buku.2 Jadi, penelitian
pustaka merupakan kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian secara teratur
untuk menguji objek pustaka (kitab atau buku) untuk menghasilkan wawasan ilmiah.
B. Sumber Data
1.

Populasi
Populasi yang diteliti adalah makalah-makalah dari hasil studi budaya siswa-siswi kelas

XI-IS3 tahun ajaran 2010-2011 SMAK St. Louis 1 Surabaya ke Desa Wisata Pentingsari
(Dewi Peri), Yogyakarta.
2.

Sampel
Ada lima sampel penelitian yang digunakan yang merupakan makalah-makalah dari hasil

studi budaya siswa-siswi kelas XI-IS3 tahun ajaran 2010-2011 SMAK St. Louis 1 Surabaya.
Makalah-makalah itu, ialah:
a.

Makalah

“KEGIATAN

STUDI

SOSIAL

BUDAYA

DI

DESA

WISATA

PENTINGSARI (DEWI PERI)” karya Agnesia Angelina, dkk.
b.

Makalah

“STUDI

SOSIAL

BUDAYA

YOGYAKARTA

KEHIDUPAN

MASYARAKAT DI DESA WISATA PENTINGSARI (DEWI PERI)” karya Aprillia
Listiani, dkk.
c.

Makalah “PERKEMBANGAN MASYRAKAT DESA PENTINGSARI” karya
Benedictus Julius, dkk.

d.

Makalah “STUDI BUDAYA YOGYAKARTA-KEHIDUPAN MASYARAKAT DI
DESA WISATA PENTINGSARI (DEWI PERI)” karya Marizka Paramahayu, dkk.

1

2

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi IV, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2008).
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi IV, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2008).

1

e.

Makalah “STUDI BUDAYA YOGYAKARTA-KEHIDUPAN MASYARAKAT DI
DESA WISATA PENTINGSARI (DEWI PERI)” karya Vincent Hartanto, dkk.

C. Metode
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian analisis kesalahan bahasa.
Metode analisis kesalahan bahasa merupakan sebuah proses yang didasarkan pada analisis
kesalahan orang yang sedang belajar dengan objek, yaitu bahasa (seperti bahasa nasional), yang
sudah ditargetkan.1
D. Langkah-Langkah
Langkah-langkah yang perlu dilakukan2, ialah:
1.

Mengumpulkan sampel

2.

Mengidentifikasi kesalahan

3.

Menjelaskan kesalahan

4.

Mengklasifikasikan kesalahan

5.

Mengevaluasi kesalahan

E. Hipotesis
Berdasarkan hasil survei awal yang telah dilakukan, dugaan sementara ialah terdapat beberapa
kesalahan yang cukup sering dibuat oleh siswa dan mayoritas untuk penggunaan tanda koma (,),
antara lain:
1.

Kesalahan mengenai penggunaan tanda titik (.) yang benar pada singkatan suatu nama
orang, gelar, lembaga, atau lainnya

2.

Kesalahan mengenai konjungsi apa saja yang perlu diberi tanda koma (,)

3.

Kesalahan mengenai perlunya tanda koma (,) sebelum kata yang menjelaskan perincian
(misalnya, seperti, yaitu, yakni, antara lain, dll.)

4.

1
2

Kesalahan memberi tanda koma (,) sebelum kata karena dan sehingga

Nanik Setyawat, Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2010), hlm. 18.
Menurut Ellis (dalam Tarigan & Tarigan, 1998).

1

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Kesalahan Penggunaan Tanda Titik (.)

Ada beberapa kesalahan penggunaan tanda titik (.) yang ditemukan pada objek penelitian,
yang sesuai dengan teori pada buku Analisis Kesalahan Bahasa Indonesia (Teori dan Praktik)
dan buku Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan (2007).
1.

Penghilangan tanda titik (.) pada akhir singkatan nama orang.
Contoh:
a.

Drs. AG. Budi Santosa (Aprillia Listiani, dkk., hal. v)

b.

MM. Sri Listianingsih, S.Pd. (Benedictus Julius, dkk., hal.10)

c.

J.P Kardja, S.Pd. selaku guru bidang studi agama yang dengan segenap hati
meluangkan waktu memberikan bimbingan dalam penulisan laporan (Marizka
Paramahayu, dkk., hal. v)

2.

Penghilangan tanda titik (.) pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Contoh:
a.

Thomas Heribertus Binata, S.Pd (Agnesia Angelina, dkk. hal. ii)

b.

Bapak Gregorius Budyanto Nugroho, S.Sos, M.Si. selaku guru bidang studi sosiologi,
wali kelas XI-IS4 (Agnesia Angelina, dkk., hal.v)

c.
3.

Gregorius B.N., S.Sos., M.Si (Benedictus Julius, dkk., hal. ii)

Pemakaian tanda titik (.) yang kurang atau berlebihan pada singkatan kata, singkatan kata
yang terdiri dari huruf-huruf awal kata atau suku kata, ungkapan, dan akronim.
Contoh:
a.

4.

SMAK. St Louis 1 Surabaya (Marizka Paramahayu, dkk., hal iv)

Penghilangan tanda titik (.) pada angka yang menyatakan jumlah untuk memisahkan
ribuan, jutaan, dan seterusnya.
Contoh:
a.

Peternakan terbanyak adalah ternak sapi potong yaitu 2456 ekor, kemudian kambing
dan domba (Aprillia Listiani, dkk., hal 5)

b.

Penghasilan tetap: Rp 2000000 (Aprillia Listiani, dkk., hal 31)

c.

Letaknya cukup dekat dengan Kota Yogyakarta dan masih terdapat desa-desa di
lerengnya sampai ketinggian 1700 meter (Benedictus Julius, dkk., hal 5)
1

d.

Letusannya di tahun 1930 menghancurkan 13 desa dan menewaskan 1400 orang
(Benedictus Julius, dkk., hal 5)

B. Kesalahan Penggunaan Tanda Koma (,)
Ada beberapa kesalahan penggunaan tanda koma (,) yang ditemukan pada objek penelitian,
yang sesuai dengan teori pada buku Analisis Kesalahan Bahasa Indonesia (Teori dan Praktik)
dan buku Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan (2007).
1.

Penghilangan tanda koma (,) di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilang.
Contoh:
a.

Kebudayaan merupakan hasil karya, rasa dan cipta masyarakat (Aprillia Listiani,
dkk., hal. 8)

b.

Lukisan-lukisan, asap api, bunyi gendang atau tong-tong dan sebagainya (Marizka
Parahamayu, dkk., hal. 15)

c.

Kepercayaan animisme mempercayai bahwa setiap benda di bumi ini, (seperti
kawasan tertentu, gua pokok atau batu besar), mempunyai jiwa (Vincent Hartanto,
dkk., hal. 37)

2.

Penghilangan tanda koma (,) di antara dua klausa dalam kalimat majemuk setara (yang
didahulukan oleh konjungsi tetapi, melainkan, dan sedangkan).
Contoh:
a.

Meskipun masyarakat Desa Pentingsari merupakan masyarakat Jawa tetapi
kebudayaan Jawanya sudah tidak terlalu kental dalam pelaksanaan upacara-upacara
adat karena sudah terkena pengaruh agama Islam dan Katolik (Benedictus Julius,
dkk., hal. 122)

b.

Batu ini berasal dari letusan Gunung Merapi juga tetapi bentuknya menyerupai
seekor gajah (Marizka Parahamayu, dkk., hal. 19)

3.

Pemisahan anak kalimat dari induk kalimat yang tidak menggunakan tanda koma (,) (yang
anak kalimat mendahului induk kalimat).
Contoh:
a.

Jika permintaan akan buah salak meningkat dan ketersediaan akan buah salak tidak
mencukupi kebutuhan konsumen di pasar harga satu kilogram salak dapat dihargai
sekitar Rp 7.000 sampai Rp 8.000 (Agnesia Angelina, dkk., hal. 25)

b.

Contoh lain adalah saat hari Jumat setan paling ramai keluar karena banyak warga
yang salat Jumat untuk mengusir setan-setan tersebut (Vincent Hartanto, dkk., hal.
37)
1

4.

Penghilangan tanda koma (,) di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat
yang terdapat di awal kalimat.
Contoh:
a.

Oleh karena itu sisa jurusan ilmu sosial melakukan praktik nyata berupa studi sosial
budaya (Agnesia Angelina, dkk., hal. 1)

b.

Selain itu dusun ini memiliki areal untuk kemah atau camping seluas 5 hektar yang
terletak di sebelah selatan dusun dan cukup aman untuk melakukan segala kegiatan
yang berhubungan dengan alam (Aprillia Listiani, dkk., hal. 2)

c.

Jadi kesenian ini seharusnya lebih mudah untuk kita lestarikan sebagai salah satu
kekayaan bangsa (Aprillia Listiani, dkk., hal. 46)

d.

Akhir kata penulis mohon maaf atas segala kekurangan dalam laporan ini dan penulis
dengan senang hati menerima saran dan kritik yang membangun (Marizka
Parahamayu, dkk., hal. vii)

5.

Penghilangan tanda koma (,) sebelum kata yang menjelaskan perincian (misalnya, seperti,
yaitu, yakni, antara lain, dll.).
Contoh:
a.

Kompleks percandian Prambanan ini termasuk kedalam dua wilayah yakni kompleks
bagian barat masuk wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan bagian timur termasuk
wilayah Provinsi Jawa Tengah (Benedictus Julius, dkk., hal. 7)

6.

Penambahan tanda koma (,) sebelum kata sehingga.
Contoh:
a.

Hal tersebut dikarenakan tanah di daerah Pentingsari sangat subur karena berdekatan
dengan Gunung Merapi, sehingga sangat berpotensi untuk melakukan pertanian
(Marizka Paramahayu, dkk., hal. 11)

b.

Kelompok kami menggunakan metode studi pustaka ini dengan tujuan melengkapi
informasi yang telah kami terima, sehingga kelompok kami memiliki landasan teori
yang akurat dan pasti kebenarannya (Marizka Paramahayu, dkk., hal. 13)

C. Penggunaan Tanda Titik (.) yang Baik dan Benar
Pada bagian A, telah disebutkan beberapa kesalahan penggunaan tanda titik (.) yang telah
berhasil ditemukan dalam makalah-makalah hasil karya siswa yang diteliti. Penggunaan tanda
titik (.) yang kurang tepat dapat mengganggu pemahaman para pembaca, misalnya saja dalam
penggunaan tanda titik (.) untuk menandai singkatan nama orang. Meski terlihat sepele, itu tetap
merupakan hal yang vital karena menyangkut data kehidupan seseorang. Pastinya, seseorang
akan merasa tidak senang apabila nama yang merupakan identitas utama dirinya salah tertulis
atau susah dipahami karena kesalahan penggunaan tanda baca. Berikut akan dijabarkan
1

bagaimana bentuk baku dan penggunaan tanda titik (.) yang baik dan benar sesuai kesalahan yang
telah ditemukan.
1.

Tanda titik (.) dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Contoh:
a.

Drs. AG. Budi Santosa (Aprillia Listiani, dkk., hal. v)
Dalam hal ini, terdapat dua bentuk baku, yaitu:
1) Drs. A.G. Budi Santosa
Di mana “AG” merupakan dua nama yang disingkat, misalnya “Agustinus
Gunawan”.
2) Drs. A. Budi Santosa
Di mana “AG” merupakan sebuah nama baptis (dalam agama Kristen) yang terdiri
dari satu kata, misalnya “Agustinus”, tetapi oleh pemilik disingkat “AG” agar
pembaca mengetahui nama baptisnya ialah “Agustinus”, bukan nama baptis yang
berawalan huruf A lainnya.

b. MM. Sri Listianingsih, S.Pd. (Benedictus Julius, dkk., hal.10)
Bentuk baku:
M.M. Sri Listianingsih, S.Pd.
Jika dilihat, memang sama dengan kasus pertama. Namun, Bentuk bakunya hanya
satu karena meskipun “MM” merupakan dua nama yang disingkat, misalnya “Maria
Mustika” ataupun sebagai nama baptis, seperti “Maria Magdalena”, tetap harus ditulis
“M.M.” karena terdiri dari dua kata.
c.

J.P Kardja, S.Pd. selaku guru bidang studi agama yang dengan segenap hati
meluangkan waktu memberikan bimbingan dalam penulisan laporan (Marizka
Paramahayu, dkk., hal. v)
Bentuk baku:
J.P. Kardja, S.Pd.
Penjelasan sama dengan kasus-kasus sebelumnya.

2.

Tanda titik (.) dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Contoh:
a.

Thomas Heribertus Binata, S.Pd (Agnesia Angelina, dkk. hal. ii)
Bentuk baku:
Thomas Heribertus Binata, S.Pd.

b. Bapak Gregorius Budyanto Nugroho, S.Sos, M.Si. selaku guru bidang studi sosiologi,
wali kelas XI-IS4 (Agnesia Angelina, dkk., hal.v)
Bentuk baku:
Bapak Gregorius Budyanto Nugroho, S.Sos., M.Si.
Apabila kata Bapak disingkat “Bpk”, harus ditulis “Bpk.” karena merupakan
singkatan dari kata sapaan.

1

c.

Gregorius B.N., S.Sos., M.Si (Benedictus Julius, dkk., hal. ii)
Bentuk baku:
Gregorius B.N., S.Sos., M.Si.

3.

Tanda titik (.) tidak dipakai pada singkatan kata, singkatan kata yang terdiri dari hurufhuruf awal kata atau suku kata, ungkapan, dan akronim.
Contoh:
a.

SMAK. St Louis 1 Surabaya (Marizka Paramahayu, dkk., hal iv)
Bentuk baku:
SMAK St. Louis 1 Surabaya

4.

Tanda titik (.) dipakai pada angka yang menyatakan jumlah untuk memisahkan ribuan,
jutaan, dan seterusnya.
Contoh:
a.

Peternakan terbanyak adalah ternak sapi potong yaitu 2456 ekor, kemudian kambing
dan domba (Aprillia Listiani, dkk., hal 5)
Bentuk baku:
2.456 ekor

b. Penghasilan tetap: Rp 2000000 (Aprillia Listiani, dkk., hal 31)
Bentuk baku:
Rp 2.000.000,00
c.

Letaknya cukup dekat dengan Kota Yogyakarta dan masih terdapat desa-desa di
lerengnya sampai ketinggian 1700 meter (Benedictus Julius, dkk., hal 5)
Bentuk baku:
1.700 meter

d. Letusannya di tahun 1930 menghancurkan 13 desa dan menewaskan 1400 orang
(Benedictus Julius, dkk., hal 5)
Bentuk baku:
1.400 orang
D. Penggunaan Tanda Koma (,) yang Baik dan Benar

Seperti pada penggunaan tanda titik (.), penggunaan tanda koma (,) yang kurang tepat dapat
mengganggu pemahaman para pembaca, misalnya saja dalam penggunaan tanda koma (,) untuk
menandai perbedaan tingkatan kalimat yang dipisahkan oleh konjungsi (anak kalimat, induk
kalimat, atau setara). Berikut akan dijabarkan bagaimana bentuk baku dan penggunaan tanda
koma (,) yang baik dan benar sesuai kesalahan yang telah ditemukan.
1.

Tanda koma (,) dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilang.
Contoh:

1

a.

Kebudayaan merupakan hasil karya, rasa dan cipta masyarakat (Aprillia Listiani,
dkk., hal. 8)
Bentuk baku:
Kebudayaan merupakan hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat

b.

Lukisan-lukisan, asap api, bunyi gendang atau tong-tong dan sebagainya (Marizka
Parahamayu, dkk., hal. 15)
Bentuk baku:
Lukisan-lukisan, asap api, bunyi gendang atau tong-tong, dan sebagainya

c.

Kepercayaan animisme mempercayai bahwa setiap benda di bumi ini, (seperti
kawasan tertentu, gua pokok atau batu besar), mempunyai jiwa (Vincent Hartanto,
dkk., hal. 37)
Bentuk baku:
Kepercayaan animisme mempercayai bahwa setiap benda di bumi ini (seperti
kawasan tertentu, gua pokok, atau batu besar) mempunyai jiwa

2.

Tanda koma (,) dipakai di antara dua klausa dalam kalimat majemuk setara (yang
didahulukan oleh konjungsi tetapi, melainkan, dan sedangkan).
Contoh:
a.

Meskipun masyarakat Desa Pentingsari merupakan masyarakat Jawa tetapi
kebudayaan Jawanya sudah tidak terlalu kental dalam pelaksanaan upacara-upacara
adat karena sudah terkena pengaruh agama Islam dan Katolik (Benedictus Julius,
dkk., hal. 122)
Bentuk baku:
Meskipun masyarakat Desa Pentingsari merupakan masyarakat Jawa, tetapi
kebudayaan Jawanya sudah tidak terlalu kental dalam pelaksanaan upacaraupacara adat karena sudah terkena pengaruh agama Islam dan Katolik

b. Batu ini berasal dari letusan Gunung Merapi juga tetapi bentuknya menyerupai
seekor gajah (Marizka Parahamayu, dkk., hal. 19)
Bentuk baku:
Batu ini berasal dari letusan Gunung Merapi juga, tetapi bentuknya menyerupai
seekor gajah
3.

Tanda koma (,) dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat (yang anak
kalimat mendahului induk kalimat).
Contoh:
a.

Jika permintaan akan buah salak meningkat dan ketersediaan akan buah salak tidak
mencukupi kebutuhan konsumen di pasar harga satu kilogram salak dapat dihargai
sekitar Rp 7.000 sampai Rp 8.000 (Agnesia Angelina, dkk., hal. 25)
Bentuk baku:
1

Jika permintaan akan buah salak meningkat dan ketersediaan akan buah salak tidak
mencukupi kebutuhan konsumen di pasar, harga satu kilogram salak dapat dihargai
sekitar Rp 7.000 sampai Rp 8.000
b.

Contoh lain adalah saat hari Jumat setan paling ramai keluar karena banyak warga
yang salat Jumat untuk mengusir setan-setan tersebut (Vincent Hartanto, dkk., hal.
37)
Bentuk baku:
Contoh lain adalah saat hari Jumat, setan paling ramai keluar karena banyak warga
yang salat Jumat untuk mengusir setan-setan tersebut

4.

Tanda koma (,) dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang
terdapat di awal kalimat.
Contoh:
a.

Oleh karena itu sisa jurusan ilmu sosial melakukan praktik nyata berupa studi sosial
budaya (Agnesia Angelina, dkk., hal. 1)
Bentuk baku:
Oleh karena itu, sisa jurusan ilmu sosial melakukan praktik nyata berupa studi sosial
budaya

b. Selain itu dusun ini memiliki areal untuk kemah atau camping seluas 5 hektar yang
terletak di sebelah selatan dusun dan cukup aman untuk melakukan segala kegiatan
yang berhubungan dengan alam (Aprillia Listiani, dkk., hal. 2)
Bentuk baku:
Selain itu, dusun ini memiliki areal untuk kemah atau camping seluas 5 hektar yang
terletak di sebelah selatan dusun dan cukup aman untuk melakukan segala kegiatan
yang berhubungan dengan alam
c.

Jadi kesenian ini seharusnya lebih mudah untuk kita lestarikan sebagai salah satu
kekayaan bangsa (Aprillia Listiani, dkk., hal. 46)
Bentuk baku:
Jadi, kesenian ini seharusnya lebih mudah untuk kita lestarikan sebagai salah satu
kekayaan bangsa

d. Akhir kata penulis mohon maaf atas segala kekurangan dalam laporan ini dan penulis
dengan senang hati menerima saran dan kritik yang membangun (Marizka
Parahamayu, dkk., hal. vii)
Bentuk baku:
Akhir kata, penulis mohon maaf atas segala kekurangan dalam laporan ini dan
penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik yang membangun
5.

Tanda koma (,) dipakai sebelum kata yang menjelaskan perincian (misalnya, seperti,
yaitu, yakni, antara lain, dll.).

1

Contoh:
a.

Kompleks percandian Prambanan ini termasuk kedalam dua wilayah yakni kompleks
bagian barat masuk wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan bagian timur termasuk
wilayah Provinsi Jawa Tengah (Benedictus Julius, dkk., hal. 7)
Bentuk baku:
Kompleks percandian Prambanan ini termasuk kedalam dua wilayah, yakni
kompleks bagian barat masuk wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan bagian
timur termasuk wilayah Provinsi Jawa Tengah

6.

Penambahan tanda koma (,) sebelum kata sehingga.
Contoh:
a.

Hal tersebut dikarenakan tanah di daerah Pentingsari sangat subur karena berdekatan
dengan Gunung Merapi, sehingga sangat berpotensi untuk melakukan pertanian
(Marizka Paramahayu, dkk., hal. 11)
Bentuk baku:
Hal tersebut dikarenakan tanah di daerah Pentingsari sangat subur karena
berdekatan dengan Gunung Merapi sehingga sangat berpotensi untuk melakukan
pertanian

b.

Kelompok kami menggunakan metode studi pustaka ini dengan tujuan melengkapi
informasi yang telah kami terima, sehingga kelompok kami memiliki landasan teori
yang akurat dan pasti kebenarannya (Marizka Paramahayu, dkk., hal. 13)
Bentuk baku:
Kelompok kami menggunakan metode studi pustaka ini dengan tujuan melengkapi
informasi yang telah kami terima sehingga kelompok kami memiliki landasan teori
yang akurat dan pasti kebenarannya

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1

Tanda baca dapat memengaruhi pembacaan suatu kalimat dan arti dari kalimat tersebut.
Dalam menerapkan tanda baca, kita harus mengikuti aturan-aturan yang berlaku untuk
meminimal kesalahan-kesalahan yang akan terjadi.
Para penulis sering tidak menghiraukan aturan-aturan yang ada sehingga banyak kesalahan
yang tidak diketahui. Kesalahan-kesalahan tersebut, pada akhirnya, akan ditiru oleh orang-orang
yang akan menggunakan makalah tersebut sebagai referensi. Hal itu tentunya akan menyebabkan
suatu kekacauan bagi tata bahasa Indonesia karena semakin banyak orang yang meniru
kesalahan-kesalahan tersebut. Banyak generasi mendatang yang tidak mengetahui cara
penggunaan tanda baca yang benar. Maka dari itu, pembelajaran dan pemahaman mengenai tanda
baca sangatlah penting karena sangat berpengaruh bagi masyarakat.
B. Saran
Kesalahan tanda baca yang disebabkan oleh penulis disebabkan kurangnya pengetahuan
tentang tanda baca. Maka dari itu, sebagai pelajar yang baik, sebaiknya mempelajari dan
mendalami cara-cara penggunaan tanda baca yang baik dan benar. Misalnya, dengan membaca
buku mengenai EYD.
Mempelajari tanda baca harus dimulai sejak dini agar kelak dapat menggunakan tanda baca
dengan baik dan benar. Dengan penerapan sejak dini, nantinya akan terbiasa menggunakan tanda
baca yang benar. Meskipun kelak kita tidak bekerja di bidang sastra Indonesia, tanda baca tetap
akan dipakai dalam penulisan-penulisan skripsi, buku-buku, dan sebagainya sehingga masyarakat
dapat dengan mudah memahaminya dengan benar.

1

DAFTAR PUSTAKA
Angelina, Agnesia, dkk. 2010. “KEGIATAN STUDI SOSIAL BUDAYA DI DESA
PENTINGSARI (DEWI PERI)”.
Hartanto,

Vincent,

dkk.

2010.

“STUDI

BUDAYA

YOGYAKARTA-KEHIDUPAN

MASYARAKAT DI DESA WISATA PENTINGSARI (DEWI PERI)”.
Julius, Benedictus, dkk. 2010. “PERKEMBANGAN MASYARAKAT DESA PENTINGSARI”.
Listiani, Aprillia, dkk. 2010. “STUDI SOSIAL BUDAYA YOGYAKARTA KEHIDUPAN
MASYARAKAT DI DESA WISATA PENTINGSARI (DEWI PERI)”
Paramahayu, Marizka, dkk. 2010. “STUDI BUDAYA YOGYAKARTA-KEHIDUPAN
MASYARAKAT DI DESA WISATA PENTINGSARI (DEWI PERI)”.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik
Indonesia. 2007. Pedoman Umum Ejaan Bahasa yang Disempurnakan. Jakarta: Indonesia
Tera.
Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Bahasa Indonesia (Teori dan Praktik). Surakarta:
Yuma Pustaka.

1

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24