Macam - macam Teori Belajar

Macam-macam Teori Belajar
Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar, yaitu: teori
belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, dan teori belajar konstruktivisme. Teori
belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran. Teori kognitif
melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak. Dan pandangan
konstruktivisme belajar sebagai sebuah proses di mana pelajar aktif membangun atau
membangun ide-ide baru atau konsep.
1. Teori belajar Behaviorisme
Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran
psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan
dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada
terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang
belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode
pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
2. Teori Belajar kognitivisme
Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori
perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa
para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir,

menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan
pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.
Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga
peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada apsek
pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar.Bruner bekerja pada
pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta
didik memperoleh informasi dari lingkungan.
3. Teori Belajar Konstruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan
Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan
diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman
nyata.
Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea
dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam mebina
pengetahuan baru, mereka akan lebih pahamdan mampu mengapliklasikannya dalam semua
situasi. Selian itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama

semua konsep

PENGERTIAN BELAJAR DAN MACAM-MACAM TEORI BELAJAR
Leave a reply
Dalam kegiatan belajar dan mengajar di sekolah terjadi sebuah proses yaitu interaksi antara guru
dengan siswa, siswa dengan siswa jika terjadi kegiatan belajar kelompok. Dalam interaksi
tersebut akan terjadi sebuah proses pembelajaran, pembelajaran secara umum didefinisikan
sebagai suatu proses yang menyatukan kognitif, emosional, dan lingkungan pengaruh dan
pengalaman untuk memperoleh, meningkatkan, atau membuat perubahan’s pengetahuan satu,
keterampilan, nilai, dan pandangan dunia (Illeris, 2000; Ormorod, 1995).
Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar berlangsung.
Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan teori-teori belajar. Teori belajar adalah upaya
untuk menggambarkan bagaimana orang dan hewan belajar, sehingga membantu kita memahami
proses kompleks inheren pembelajaran. (Wikipedia)
Bertolak dari perubahan yang ditimbulkan oleh perbuatan belajar, para ahli teori belajar berusaha
merumuskan pengertian belajar. Di bawah ini dikutip beberapa batasan belajar, agar dapat
menjadi bahan pemikiran dan renungan mengenai pengertian belajar yang berlangsung di kelas.
Belajar proses perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang
disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan
tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecendrungan respon pembawaan, pemaksaan,

atau kondisi sementara (seperti lelah, mabuk, perangsang dan sebagainya).
Menurut Morgan (Gino, 1988: 5) menyatakan bahwa belajar adalah merupakan salah satu yang
relatif tetap dari tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman. Dengan demikian dapat diketahui
bahwa belajar adalah usaha sadar yang dilakukan manusia melalui pengalaman dan latihan untuk
memperoleh kemampuan baru dan merupakan perubahan tingkah laku yang relatif tetap, sebagai
akibat dari latihan. Menurut Hilgard (Suryabrata, 2001:232) menyatakan belajar merupakan
proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang
keadaannya berbeda dari perbuatan yang ditimbulkan oleh lainnya.
Selanjutnya menurut Gerow (1989:168) mengemukakan bahwa “Learning is demonstrated by a
relatively permanent change in behavior that occurs as the result of practice or experience”.
Belajar adalah ditunjukkan oleh perubahan yang relatif tetap dalam perilaku yang terjadi karena
adanya latihan dan pengalaman-pengalaman.Kemudian menurut Bower (1987: 150) “Learning is
a cognitive process”. Belajar adalah suatu proses kognitif.
Dalam pengertian ini, tidak berarti semua perubahan berarti belajar, tetapi dapat dimasukan
dalam pengertian belajar yaitu, perubahan yang mengandung suatu usaha secara sadar, untuk
mencapai tujuan tertentu.
Berdasarkan pengertian belajar yang dikemukakan di atas dapat diidentifikasi beberapa elemen
penting yang mencirikan pengertian belajar yaitu :
Belajar adalah merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat
mengarah kepada tingkah laku yang baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah

laku yang buruk. Perubahan itu tidak harus segera nampak setelah proses belajar tetapi dapat
nampak di kesempatan yang akan datang.
Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman.
Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya
kecakapan baru, yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.
Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian
baik fisik maupun phisikis.

Teori manapun pada prinsifnya, belajar meliputi segala perubahan baik berpikir, pengetahuan,
informasi, kebiasaan, sikap apresiasi maupun pengertian. Ini berarti kegiatan belajar ditunjukan
oleh adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman. Perubahan akibat proses belajar
adalah karena adanya usaha dari individu dan perubahan tersebut berlangsung lama. Belajar
merupakan kegiatan yang aktif, karena kegiatan belajar dilakukan dengan sengaja, sadar dan
bertujuan.
Agar kegiatan belajar mencapai hasil yang optimal, maka diusahakan faktor penunjang seperti
kondisi peserta didik yang baik, fasilitas dan lingkungan yang mendukung serta proses belajar
mengajar yang tepat.
Macam-macam Teori Belajar
Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar, yaitu: teori belajar
behaviorisme, teori belajar kognitivisme, dan teori belajar konstruktivisme. Teori belajar

behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran. Teori kognitif melihat
melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak. Dan pandangan
konstruktivisme belajar sebagai sebuah proses di mana pelajar aktif membangun atau
membangun ide-ide baru atau konsep.
1. Teori belajar Behaviorisme
Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran
psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan
dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada
terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang
belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode
pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
2. Teori Belajar kognitivisme
Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori
perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa
para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir,
menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan
pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.

Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga
peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada apsek
pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar.Bruner bekerja pada
pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta
didik memperoleh informasi dari lingkungan.
3. Teori Belajar Konstruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan
Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.

Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan
diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman
nyata.
Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea
dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam mebina
pengetahuan baru, mereka akan lebih pahamdan mampu mengapliklasikannya dalam semua
situasi. Selian itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama
semua konsep.

Sumber : http://visiuniversal.blogspot.co.id/2014/03/pengertian-belajar-dan-macam-macam.html

Berbicara tentang sebuah teori banyak sekali yang mengartikan teori itu suatu pemahaman, ideide yang sudah dibuktikan oleh ilmuan dan lain-lain. Bahwasanya Teori adalah seperangkat yang
didalamnya memuat tentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih
dan saling berhubungan satu sama lainnya, teori itu sendiri dapat dipelajari, dianalisis dan diuji
serta dibuktikan kebenarannya.
Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu perubahan
dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi bersikap benar, dari tidak
terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. Belajar tidak hanya saja dilakukan dibangku
Sekolah tetapi belajar dapat dilakukan dimanapun dan kapapun, belajar tidak hanya memberi
informasi atau menyampaikan informasi tetapi dengan adanya belajar diharapkan individu
tersebut memahami informasi yang akan disampaikan begitu juga informasi yang diterimanya.
Aliran teori-teori belajar yang dipakari oleh psikolog, antara lain :
 Teori Belajar Behavioristik : Yang berasal dari Behavior yang artinya tingkah laku.
Semakin seseorang diberikan penguatan dalam belajar, ia akan semakin menunjukkan
tingkah laku yang sesuai dengan informasi yang ia dapatkan. Bila teori behavioristik
inidikaitkan dengan pembelajaran, tingkahlaku ini merupakan wujud capaian atau hasil
belajar. Teori behavioristik mulanya, teori belajar psikologi yang muncul sejak 1940-an
sampai sampai dengan awal 1950 dan John B. Watson dianggap sebagai pelapor.
 Teori Belajar Kognitif : Yang berarti berfikir, arti dari kognitif itu sendiriadalah tindakan

mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Bila teori kognitif ini
dikaitkan dengan pembelajaran, dengan kognitif semua melibatkan pikiran karena dengan
belajar individu tersebut sengan memikirkan sesuatu untuk merubah tingkah laku yang
terjadi, lebih menekankan pada perkembangan berfikir peserta didik. Adapun ciri-ciri
pembelajaran kognitif, antara lain sebagai berikut : Dalam proses pembelajaran lebih
menghendaki pada pengertian dari pada hafalan, hukuman dan ganjaran dan juga dalam
pembelajaran lebih menggunakan insting untuk memecahkan masalah. Teori kognitif
memiliki banyak kelompok aliran yang diplopori oleh para psikolog, diantaranya yaitu
teori belajar Gestalt, teori belajar Cognitive Field dan teori belajar Cognitive
Developmental. Pakar teori Kognitif ini lebih terkenal yaitu John Piaget dan Vigotsky.
 Teori Belajar Humanistik : Human yang berarti manusia, teori ini adalah suatu teori
dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia. Dalam
pembelajaran lebih mengutamakan pengembangan potensi diri peserta didik, dalam teori
ini belajar dianggap berhasil jika peserta didik memahami lingkungannya dan dirinya
sendiri. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang
pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tokoh-tokoh Teori Belajar
Humanistik antara lain : Abraham maslow, Arthur Combs, Carl Ransom Rogers.
 Teori Belajar Kontruktivistik : Kontruktif yang berarti bersifat membangun. Dalam
pembelajaran pada dasarnya pengetahuan atau informasi dibangun oleh peserta didik
sedikit demi sedikit, yang hasilnya akan diperoleh informasi secara utuh atau penuh.

Pengetahuan memberi makna melalui pengalaman-pengalaman yang nyata dan hanya

bisa didaptkan dengan belajar. Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk
menyelesaikan masalah, mencari ide dan membuat keputusan.
 Teori Belajar Gestalt : Teori belajar gestalt merupakan teori belajar kognitif yang
dikemukakan dan dikembangkan oleh Max Wertheimer, seorang psikolog Jerman. Tokoh
lainnya yang berperan penting dalam teori ini Max Wertheimer, mengemukakan lima
hukum dari hasil penelitian yang dilakukannya. Kelima hukum tersebut dapat
diimplementasikan dalam kegiatan belajar mengajar, khususnya untuk pendidikan anak
usia dini, antara lain : Pengalaman, Pembelajaran yang bermakna, Perilaku, Prinsip dan
Transfer dalam belajar.
Sumber : Psikolinguistik (Kajian Teoristik) -- Abdul Chaer

TEORI-TEORI BELAJAR
Dan PEMBELAJARAN

A. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu
perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi bersikap benar, dari
tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. Belajar tidak hanya sekedar memetakan

pengetahuan atau informasi yang disampaikan. Namun bagaimana melibatkan individu secara
aktif membuat atau pun merevisi hasil belajar yang diterimanya menjadi suatu pengalamaan
yang bermanfaat bagi pribadinya.

Pembelajaran merupakan suatu sistim yang membantu

individu belajar dan berinteraksi dengan sumber belajar dan lingkungan.
Teori adalah seperangkat azaz yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu dalam dunia
nyata dinyatakan oleh McKeachie dalam grendel 1991 : 5 (Hamzah Uno, 2006:4).
Sedangkan Hamzah (2003:26) menyatakan bahwa teori merupakan seperangkat preposisi yang
didalamnya memuat tentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih
variable yang saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis dan diuji
serta dibuktikan kebenarannya. Dari dua pendapat diatas Teori adalah seperangkat azaz tentang
kejadian-kejadian yang didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang dapat
dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya. Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya
terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan
metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.
B. Teori-Teori Klasik
1.


Behavioristik
Teori Behavioristik merupakan teori dengan pandangan tetang belajar adalah perubahan
dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Atau dengan kata
lain belajar adalah perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah
laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. (Hamzah Uno, 7:
2006). Para ahli yang banyak berkarya dalam aliran ini adalah Thorndike, Watson, Hull,

Edwin Guthrie dan Skinner. Teori belajar Skinner akan dijelaskan pada bagian yang khusus
yaitu teori belajar proses.

a.

Thorndike
Menurut Thorndike (Hamzah Uno, 7:2006) belajar adalah proses interaksi antara stimulu
dan respon. Menurut Thorndike perubahan tingkah laku bisa berwujud sesuatu yang dapat
diamati atau yang tidak dapat diamati

b.

Watson
Menurut Watson (Hamzah Uno,7:2006) belajar adalah proses interaksi antara stimulus
dan respon . Stimulus dan respon tersebut berbentuk tingkah laku yang bisa diamati. dengan
kata lain Watson mengabaikan berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi dalam belajar
dan menganggapnya sebagai faktor yang tidak perlu diketahui karena faktor-faktor tersebut tidak
bisa menjelaskan apakah proses belajar telah terjadi atau belum.

c.

Clark Hull
Hull berpendapat bahwa tingkah laku seseorang berfungsi untuk menjaga kelangsungan
hidup. Oleh karena itu kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis menempati posisi
sentral.

Menurut Hull kebutuhan dikonsepkan sebagai dorongan, stimulus hampir selalu

dikaitan dengan kebutuhan biologis.
d.

Edwin Guthrie
Guthrie mengemukakan bahwa belajar merupakan kaitan asosiatif antara stimulus dan
respon tertentu. Stimulus dan respon merupakan faktor kritis dalam belajar. Oleh karena itu
diperlukan pemberian stimulus yang sering agar hubungan lebih langgeng. Suatu respon akan
lebih kuat (dan bahkan menjadi kebiasaan) apabila respon tersebut berhubungan dengan berbagai
stimulus.
Guthrie mengemukakan bahwa hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar.
Menurutnya suatu hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu merubah
kebiasaan seseorang. Contoh seorang anak perempuan yang setiap kali pulang sekolah selalu
mencampakkan baju dan topinya dilantai. Ibunya menyuruh agar baju dan topi dipakai kembali
oleh anaknya. Lalu kembali keluar, dan masuk rumah kembali sambil mengantungkan baju dan
topinya di tempat gantungannya. Setelah beberapa kali melakukan hal itu, respon menggantung
topi dan baju menjadi terasosiasi dengan stimulus memasuki rumah.

2.

Pengkondisian klasik

Teori-teori klasik dipelapori oleh seorang ahli sosiologi Rusia bernama Ivan Pavlo pada
awal tahun 1900 an. Untuk menghasilkan teori ini Ivan Pavlov melakukan suatu eksperimen
secara sistimatis dan saintifik, dengan tujuan mengkaji bagaimana pembelajaran berlaku pada
suatu organisme.
Pavlov melakukan suatu eksperimen terhadap anjing. Dia meletakkan secara rutin bubur
daging di depan mulut anjing . Anjing mengeluarkan air liur . air liur yang dikeluarkan oleh
anjing merupakan suatu stimulus yang diasosiasikan dengan makanan. Pavlov juga
menggunakan lonceng sebelum makanan diberikan.
Berdasarkan hasil eksperimen pavlo diperoleh suatu kesimpulan bahwa asosiasi terhadap
penglihatan dan suara dengan makanan ini merupakan tipe pembelajaran yang penting, yang
kemudian dikenal dengan Teori Pengkondisian Klasik.
Pengkondisian klasik adalah tipe pembelajaran dimana suatu organisme belajar untuk
mengaitkan atau mengasosiasikan stimulus. (Santrock, 2010). Dalam pengkondisian klasik
stimulus netral (seperti melihat seseorang) diasosiasikan dengan stimulus yang bermakna (seperti
makanan) dan menimbulkan kapasitas untuk menghasilkan respon yang sama.
Dalam teori pengkondisian klasik ada 2 tipe stimulus dan 2 tipe respon,yang harus dipahami
yaitu Unconditioned Stimulus (US), Unconditoned respon (ER), Conditioned Stimulus (CS),
dan Conditioned Respon (CR).
Unconditioned Stimulus (US) adalah sebuah stimulus yang secara otomatis menghasilkan
respon tanpa ada pembelajaran terlebih dahulu. Dalam eksperimen Pavlov makanan adalah US.
Unconditioned Respon adalah respon yang tidak dipelajari yang secara otomatis dihasilkan oleh
US, dalam eksperimen Pavlov air liur anjing yang merespon makanan adalah UR.
Conditioned Stimulus adalah stimulus yang sebelumnya netral yang akhirnya menghasilkan
conditioned respon setelah diasosiasi dengan US. Dalam espemen Pavlov beberapa penglihatan
dan suara yang terjadi sebelum anjing menyantap makanan. Conditioned Respon adalah respon
yang dipelajari yang muncul setelah terjadi pasangan US – CS. Untuk lebih jelas dapat dilihat
pada skema exsperimen Palvov berikut :
Sebelum Pengkondisian
US (makanan) >>>>>>>>>>>> UR (Keluar air liur)
CS (lonceng) >>>>> tak ada CR (air liur tidak keluar)
Selama Pengkondisian
CS(lonceng) + US (makanan)>>>>> UR (keluar air liur)
Setelah Pengkondisian
CS (lonceng) >>>>>>> CR (keluar air liur)
(M. Asrori, 2008)
Berdasarkan eksperimen yang dilakukan Pavlov diperoleh kesimpulan berkenan dengan
beberapa cara perubahan tingkah laku yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran (M.
Asrori, 8:2008 dan Santrock, 270 : 2010) , yaitu :

a.

Generalization (generalisasi)
Generalization adalah pengaruh dari stimulus yang baru untuk menghasilkan respon yang
sama. Misalnya murid dimarahi karena ujian biologinya buruk. Saat murid untuk ujian kimia
dia juga akan menjadi gugup karena kedua pelajaran tersebut saling berkaitan. Jadi murid
menggeneralisasikan satu ujian mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lain.

b.

Discrimination (diskriminasi)
Descrimination dalam pengkondisian klasik terjadi ketika organisme merespon stimulus
tertentu tetapi tidak merespon stimulus lainnya. Dalam kasus murid yang mengikuti ujian di
kelas, dia begitu gugup saat menempuh ujian pelajaran bahasa Indonesia atau sejarah karena
kedua mata pelajaran tersebut jauh berbeda dengan mata pelajaran kimia dan biologi

c.

Extinction (pelenyapan)
Suatu stimulus yang dikondisikan tidak diikuti dengan stimulus tidak dikondisikan, lama
kelamaan organisme tidak akan merespon. Ini berarti bahwa respon secara bertahap terhapus.
Murid yang gugup mengikuti ujian akan mulai menempuh tes dengan lebih baik,dan
kecemasannya mereda.
Teori pengembangan klasik ini sangat membantu untuk mamahami beberapa aspek pembelajaran
dengan lebih baik dan juga membantu memahami kecemasan dan ketakutan pada murid dalam
proses belajar dan pembelajaran .

3.

Gestalt
Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian
komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi
kesatuan.
Akhmad Sudrajat (Tersedia pada : http://belajarpsikologi.com/teori-belajar-gestalt/, 16
Maret 2011) menguraikan beberapa Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara
lain :

a.

Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku.
Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu
kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.

b.

Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang
terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna
hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam
kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan
alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang
jelas dan logis dengan proses kehidupannya.

c.

Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan
hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan
yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan

yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas
pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
d.

Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan
lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki
keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.

e.

Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran
tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan
melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian
menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Jadi menekankan
pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian
menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila
peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan
generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh
karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip
pokok dari materi yang diajarkannya.

C. Teori – Teori Belajar Proses
1.

Teori Skinner
Teori Skinner disebut juga dengan teori pengkondisian operan. Pelopor teori ini adalah
B.F. Skinner. Inti dari teori ini adalah dimana konsekunsi prilaku akan menyebabkan perubahan
dalam probabilitas prilaku itu akan terjadi (Santrock, 272:2010).
Konsekuensi – imbalan atau hukuman bersifat sementara pada prilaku organisme. Contoh
seorang siswa akan mengemas bukunya secara rapi jika dia tahu bahwa dia akan diberikan
hadiah oleh gurunya.
Menurut Skinner, pengkondisian Operan terdiri dari 2 konsep utama, yaitu : penguatan
(reinforcement), yang terbagi kedalam penguatan positif dan penguatan negative, dan
hukuman (punishment). (M. Asrori, 9 : 2008)
Penguatan positiv (positeve reinforcement) adalah apa saja stimulus yang dapat
meningkatkan sesuatu tingkah laku. Contoh seorang siswa yang mencapai prestasi tinggi
diberikan hadiah maka dia akan mengulangi prestasi itu dengan harapan dapat hadiah lagi.
Penguatan bisa berupa benda, penguatan sosial (pujian, sanjungan) atau token (seperti nilai
ujian).
Penguatan negativ (negative reinforcement) apa saja stimulus yang menyakitkan atau
yang menimbulkan keadaan tidak menyenangkan atau tidak mengenakan perasaan sehingga
dapat mengurangi terjadinya sesuatu tingkah laku. Contoh seorang siswa akan meninggalkan
kebiasaan terlambat mengumpulkan tugas/PR karena tidak tahan selalu dicemooh oleh gurunya.
Hukuman (punishment) adalah apa saja stimulus yang menyebabkan sesuatu respon atau
tingkah laku menjadi berkurang atau bahkan langsung dihapuskan atau ditinggalkan. Contoh

seorang siswa yang tidak mengerjakan PR tidak dibolehkan bermain bersama teman-temannya
saat jam istirahat.
Ada sejumlah teknik-teknik dalam pengkondisian operan yang dapat digunakan untuk
pembentukan tingkah laku dalam pembelajaran (M.Asrori, 10:2008), yaitu :
a.

Pembentukan respon (Shaping Behaviour)
Teknik pembentukan respon ini dilakukan dengan cara menguatkan organisme pada saat
setiap kali ia bertindak kearah yang diinginkan sehingga ia menguasai atau belajar merespon
sampai suatu saat tidak lagi menguatkan respon tersebut. Prosedur pembentukan respon bisa
digunakan untuk melatih tingkah laku siswa dalam proses pembelajaran agar secara bertahap
mampu merespon stimulus dengan baik . Contoh : apabila seorang guru memberikan ceramah,
reaksi siswa sebagai pendengar dapat mempengaruhi bagaimana guru itu bertindak.

Jika

sekelompok siswa mengangguk – angguk kepala mereka, ini dapat menguatkan guru tersebut
untuk berceramah lebih semangat lagi.
b.

Generalisasi,Diskriminasi dan Penghapusan
Generalisasi adalah penguatan yang hampir sama dengan penguatan sebelumnya akan dapat
menghasilkan respon yang sama. Contoh : Seorang siswa akan mengerjakan PR dengan tepat
waktu karena pada minggu lalu mendapat pujian di depan kelas oleh gurunya ketia
menyelesaikan PR tepat waktu.
Diskriminasi adalah respon organisme terhadap sesuatu penguatan, tetapi tidak terhadap
penguatan yang lain. Contoh : seorang siswa mengerjakan PR dengan tepat waktu Karena
mendapat ujian dari gurunya pada mata pelajaran IPA, tetapi tidak begitu halnya ketika
mendapat pujian dari guru IPS. Respon ini bias berbeda karena cara memberikan pujiannya
sudah berbeda
Penghapusan adalah suatu respon terhapus secara bertahap apabila penguatan atau ganjaran
tidak diberikan lagi. Contoh : seorang siswa yang mampu mengerjakan PR dengan tepat waktu
tadi bisa secara bertahap menjadi tidak tepat waktu karena gurunya tidak pernah lagi
memberikan pujian sama sekali.

c.

Jadwal Penguatan (Schedule of reinforcement)
Skinner menyatakan bahwa cara atau waktu pemberian penguatan dapat mempengaruhi
respon.

Penguatan disini dibagi menjadi 2 yaitu penguatan berkelanjutan (Continous

Inforcement) dan penguatan berkala (Variabel Reinforcement).
Penguatan berkelanjutan adalah penguatan yang diberikan pada setiap saat setiap kali
organisme menghasilkan respon. Contoh : setiap kali siswa mampu mengerjakan soal dengan
betul, guru selalu memberikan pujian kepadanya
Penguatan berkala adalah penguatan yang diberikan dalam jangka waktu tertentu.
Penguatan berkala terbagi dua , yaitu : berdasarkan nisbah (rasio) yang disebut penguatan nisbah
dan berdasarkan interval waktu atau disebut juga dengan penguatan waktu.

Penguatan nisbah dibagi menjadi dua, yaitu : Nisbah tetap adalah apabila penguatan
diberikan setelah beberapa respon terjadi. Misalnya ada 10 kali siswa memberikan respon baru
diberikan 1 kali penguatan. Dan nisbah berubah adalah apabila penguatan diberikan setelah
beberapa kali respon muncul, tetapi kadarnya tidak tetap. Misalnya penguatan diberikan kepada
siswa kadang kala setelah 10 kali respon kadang kala setelah 5 respon
Penguatan waktu juga dibagi dua, yaitu : waktu tetap adalah apabila penguatan diberikan
pada akhir waktu yang ditetapkan. Misalnya memberikan pengutan kepada setiap respon yang
muncul setelah 1 menit. Waktu berubah adalah apabila penguatan diberikan pada akhir waktu
yang ditetapkan, tetapi waktu yang ditetapkan itu berbeda berdasarkan respon yang muncul.
d.

Penguatan Positif
Penguatan posistif dilakukan dengan memberikan penguatan sesegera mungkin setelah suatu
tingkah laku muncul. Misalnya seorang siswa yang dapat menjawab pertanyaan guru maka pada
sait itu juga guru segera memberikan pujian.

e.

Penguatan Intermiten
Penguatan intermiten dilakukan dengan memberikan penguatan untuk memelihara
perubahan tingkah laku atau respon positif yang telah dicapai seseorang. Dengan penguatan
seperti ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri individu . Misalnya : seorang siswa yang
tadinya malu untuk membaca puisi di depan kelas, kemudian secara bertahap dia sudah tidak
malu lagi dan mampu membaca puisi di depan kelas. Maka guru memberikan pujian di depan
teman-temannya agar keberanian membaca puisi di depan kelas tersebut dapat terpelihara.

f.

Penghapusan
Penghapusan dilakukan dengan cara tidak melakukan penguatan sama sekali atau tidak
mengirakan respon yang akan muncul pada seseorang. Misalnya siswa yang berbicara lucu
dengan maksud memancing teman-temannya bergurau agar suasana kelas menjadi gaduh, tidak
diberikan sapaan oleh guru bahkan guru tidak menghiraukannya. Denga demikian, siswa yang
bersangkutan akan merasa bahwa apa yang dilakukannya tidak berkenan di hati gurunya
sehingga dia tidak akan melakukannya lagi.

g.

Percontohan (modeling)
Percontohan adalah prilaku atau respon individu yang dilakukan dengan mencontoh tingkah
laku orang lain. Contohnya : seorang siswa berusaha berbicara dengan suara keras, tidak tergesgesa, sistematis, dan mudah dipahami karena dia meniru guru IPA yang selalu menunjukkan
prilaku seperti itu pada saat mengajar. Oleh karena itu seorang guru harus mampu menunjukkan
tutur kata, sikap, kemampuan, kecerdasan dan tingkah laku yang dapat dicontoh oleh siswa.

h.

Token Ekonomi
Adalah memberikan gambaran terhadap sesuatu yang memiliki nilai ekonomi ketika
seseorang telah mampu menunjukkan respon atau tingkah laku yang positif sesuai dengan yang
diharapkan. Misalnya guru member hadiah buku novel yang bagus kepada seorang siswa

2.

Teori Gagne

Robert Gagne lahir tahun 1916 di North Andover, Beliau mendapatkan gelar A.B. pada
Yale tahun 1937 dan pada tahun 1940 mendapat gelar Ph.D. Ada beberapa hal yang melandasi
pandangan Gagne tentang belajar. menurutnya belajar bukan merupakan proses tunggal
melainkan proses luas yang dibentuk oleh pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku, dimana
tingkah laku itu merupakan proses komulatif dari belajar. Artinya banyak keterampilan yang
dipelajari memberikan sumbangan bagi belajar keterampilan yang lebih rumit.
Menurut Gagne belajar memberi kontribusi terhadap adaptasi yang diperlukan untuk
mengembangkan proses yang logis, sehingga perkembangan tingkah laku (behavior) adalah hasil
dari efek belajar yang kumulatif (Gagne, 1968). Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa belajar itu
bukan proses tunggal. Belajar menurut Gagne tidak dapat didefinisikan dengan mudah, karena
belajar bersifat kompleks. Hasil belajar merupakan kapabilitas. Setelah belajar, orang memiliki
keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut berasal dari (1)
stimulasi yang berasal dari lingkungan; dan (2) proses kognitif yang dilakukan siswa. Dengan
demikian, belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan,
melewati pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru. Juga dikemukakan bahwa belajar
merupakan faktor yang luas yang dibentuk oleh pertumbuhan, perkembangan tingkah laku
merupakan hasil dari aspek kumulatif belajar. Berdasarkan pandangan ini

Gagne

mendefinisikan pengertian belajar secara formal bahwa belajar adalah perubahan dalam
disposisi atau kapabilitas manusia yang berlangsung selama satu masa waktu dan tidak sematamata disebabkan oleh proses pertumbuhan. Perubahan itu berbentuk perubahan tingkah laku.
Hal itu dapat diketahui dengan jalan membandingkan tingkah laku sebelum belajar dan tingkah
laku yang diperoleh setelah belajar. Perubahan tingkah laku dapat berbentuk perubahan
kapabilitas jenis kerja atau perubahan sikap, minat atau nilai. Perubahan itu harus dapat
bertahan selama periode waktu dan dapat dibedakan dengan perubahan karena pertumbuhan,
missalnya perubahan tinggi badan atau perkembangan otot dan lain-lain.
Gagne membagi proses belajar berlangsung dalam empat fase utama, yaitu:
·

Fase pengenalan (apprehending phase). Pada fase ini peserta didik memperhatikan stimulus
tertentu kemudian menangkap artinya dan memahami stimulus tersebut untuk kemudian
ditafsirkan sendiri dengan berbagai cara. Ini berarti bahwa belajar adalah suatu proses yang unik
pada tiap siswa, dan sebagai akibatnya setiap siswa bertanggung jawab terhadap belajarnya
karena cara yang unik yang dia terima pada situasi belajar.

·

Fase perolehan (acqusition phase). Pada fase ini peserta didik memperoleh pengetahuan baru
dengan menghubungkan informasi yang diterima dengan pengetahuan sebelumya. Dengan kata
lain pada fase ini siswa membentuk asosiasi-asosiasi antara informasi baru dan informasi lama.

·

Fase penyimpanan (storage phase). Fase storage/retensi adalah fase penyimpanan informasi,
ada informasi yang disimpan dalam jangka pendek ada yang dalam jangka panjang, melalui
pengulangan informasi dalam memori jangka pendek dapat dipindahkan ke memori jangka
panjang.

·

Fase pemanggilan (retrieval phase). Fase Retrieval/Recall, adalah fase mengingat kembali
atau memanggil kembali informasi yang ada dalam memori. Kadang-kadang dapat saja informasi
itu hilang dalam memori atau kehilangan hubungan dengan memori jangka panjang. Untuk lebih
daya ingat maka perlu informasi yang baru dan yang lama disusun secara terorganisasi, diatur
dengan baik atas pengelompokan-pengelompokan menjadi katagori, konsep sehingga lebih
mudah dipanggil.
Kemudian ada fase-fase lain yang dianggap tidak utama, yaitu :

·

Fase motivasi
sebelum pelajaran dimulai guru memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar.

·

Fase generalisasi
adalah fase transer informasi pada situasi-situasi baru, agar lebih meningkatkan daya ingat, siswa
dapat diminta mengaplikasikan sesuatu dengan informasi baru tersebut.

·

Fase penampilan
adalah fase dimana siswa harus memperlihatkan sesuatu penampilan yang nampak setelah
mempelajari sesuatu.

·

Fase umpan balik, siswa harus diberikan umpan balik dari apa yang telah ditampilkan
(reinforcement).

D. Teori – Teori Kognitif
1.

Pemrosesan informasi
Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar yang menjelaskan
pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak (Slavin, 2000: 175).
Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat
dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu menerapkan suatu strategi belajar tertentu
yang dapat memudahkan semua informasi diproses di dalam otak melalui beberapa indera.
Pemerosesan informasi menyatakan bahwa murid mengolah informasi, memonitiringnya,
dan menyusun strategi berkenaaan dengan informasi tersebut. Inti dari pendekatan ini adalah
proses memori dan berfikir (thinking). (Santrock, 310:2010).

Anak secara bertahap

mengembangkan kapasitas untuk mengembangkan untuk memproses informasi, dan secara
bertahap pula mereka biasa mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang kompleks.
Pemerosesan informasi pada awalnya menggunakan sistem komputer sebagai analog.
Penggunaan sistem komputer sebagai analog cara manusia memproses, menyimpan dan
mengingat kembali informasi sesungguhnya kurang tepat karena terlalu menyederhanakan
manusia. Cara manusia memproses informasi sesungguhnya lebih kompleks dibandingkan
dengan komputer. (M.Asrori, 13:2008)
Roobert Siegler (1998) mendeskripsikan tiga karateristik utama dari pendekatan
pemrosesan informasi , yaitu : Proses pikiran, mekanisme pengubahan dan modifikasi diri.
(Santrock, 310 :2010).

Pemikiran menurut pendapat Siegler (2002), berfikir adalah pemerosesan informasi.
Ketika anak merasakan, malakukan, mempresentasikan dan menyimpan informasi dari dunia
sekelilingnya, mereka sedang melakukan proses berfikir. Pikiran adalah sesuatu yang sangat
fleksibel, yang menyebabkan individu bias beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan perubahan
dalam lingkungan, tugas dan tujuan. (Santrock, 311 : 2010).
Mekanisme pengubahan menurut Siegler (2002) dalam pemerosesan informasi focus
utamnya adalah pada peran mekanisme pengubah dalam perkembangan. Ada empat mekanisme
yang bekerjasama menciptakan perubahan dalam keterampilan kognitif anak, yaitu : Ecoding
(penyandian), Otomatisasi, konstruksi strategis dan generalisasi.
Ecoding adalah proses memasukkan informasi kedalam memori.

Aspek utama dari

pemecahan problem adalah menyandikan informasi dan relevan dan mengabaikan informasi
yang tidak relevan.
Otomatisitas adalah kemampuan untuk memproses informasi dengan sedikit atau tanpa
usaha. Seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman, pemerosesan informasi menjadi
makin otomatis, dan anak bisa mendeteksi hubungan – hubungan baru antara ide dan kejadian.
(Kail, 2002 dalam Santrock, 311 : 2010).
Konstruksi Strategi yaitu penemuan prosedur baru untuk memproses informasi. Anak perlu
menyandikan informasi kunci untuk suatu problem dan mengoordinasikan informasi tersebut
dengan pengetahun sebelumnya yang relevan untuk memecahkan masalah.
Agar dapat manfaat penuh dari strategi baru diperlukan generalisasi. Anak perlu melakukan
generalisasi, atau mengaplikasikan strategi pada problem lain.
Modifikasi diri. Anak memainkan peran aktif dalam perkembangan mereka. Mereka
menggunakan pengetahuan dan strategi yang telah mereka pelajari untuk menyesuaikan respon
pada situasi pembelajaran yang baru. Anak membangun respon baru dan lebih canggih
berdasarkan pengetahuan dan strategi sebelumnya.
2.

Metakognisi
Metakognisi adalah suatu kemampuan individu berdiri di luar kepalanya dan berusaha
merenungkan cara dia berfikir atau merenungkan proses kognitif yang dilakukan. (M.Asrori,
20:2008). Pengetahuan metakognisi melibatkan usaha monitoring dan refleksi pada pikiran
seseorang pada saat sekarang.

Aktivitas metakognisi terjadi pada saat murid secara sadar

menyesuaikan dan mengelola strategi pemikiran mereka pada saat memecahkan masalah dan
memikirkan sesuatu tujuan. (Santrock, 340:2010).
Orang yang pertama memperkenalkan istilah metakognisi adalah John Flavell. Ia membagi
metakognisi keempat variable yang penting, yaitu :
a.

Variabel Individu
Variabel individu mengandung makna bahwa manusia itu adalah organism kognitif atau
pemikir. Segala tindak – tanduk kita adalah akibat dari cara kita berfikir. Variabel individu
dibagi menjadi tiga, yaitu :

·

Variabel Intra Individu
Variabel intra individu adalah apa saja yang terjadi di dalam diri seseorang. Misalnya :
seseorang yang mengetahui dirinya lebih pandai dalam mata pelajaran matematika dibandingkan
dengan mata pelajaran sejarah.

·

Variabel antra individu
Variabel antra individu adalah kemampuan individu membandingkan dan membedakan
kemampuan kognitif dirinya dengan orang lain. Misalnya : seorang siswa mengetahui bahwa
dirinya pandai pada mata pelajaran IPA dibandingkan dengan teman yang duduk dengan dia di
kelasnya.

b.

Variabel Universal
Variabel universal adalah pengetahun yang diperoleh dari unsur-unsur yang ada didalam sistem
budaya sendiri. Misalnya : mengetahui bahwa sebagai manusia kita lupa. Sebenarnya kita
paham terhadap apa yang kita lupakan, tetapi lama kelamaan kita sadar bahwa kita tidak paham

c.

Variabel Tugas
Variabel tugas adalah kesanggupan individu untuk mengetahui kesan-kesan, pentingnya dan
hambatan sesuatu tugas kognitif. Contoh : seandainya informasi yang disampaikan oleh guru
adalah sesuatu yang sulit dan siswa tahu bahwa guru tersebut tidak akan mengulangi, maka para
siswa tentu akan memberikan perhatian yang lebih serius dan mendengarkan serta memproses
informasi itu dengan lebih teliti.

d.

Variabel Strategi
Variabel strategi adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu atau mengatasi
kesulitan yang timbul.

3.

Sibernetik
Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi. (Hamzah Uno, 17 : 2006).
Dalam teori sibernetik yang lebih penting adalah sistem informasi yang diproses, karena
informasi ini yang akan menentukan proses.
Kelebihan Teori Sibernetik

·

Cara berfikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol.

·

Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis.

·

Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap.

·

Adanya keterarahan seluruh kegiatan kepada tujuan yang ingin dicapai.

·

Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya.

·

Kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing-masing individu

·

Balikan informativ memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang
telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.
Kelemahan teori sibernetik adalah teori ini dikritik karena lebih menekankan
informasi yang dipelajari, dan kurang memperhatikan bagaimana proses belajar.
BAB III

pada sistem

PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan
belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan
dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas. Namun teori belajar ini tidak-lah semudah yang
dikira, dalam prosesnya teori belajar ini membutuhkan berbagai sumber sarana yang dapat
menunjang, seperti : lingkungan siswa, kondisi psikologi siswa, perbedaan tingkat kecerdasan
siswa. Semua unsure ini dapat dijadikan bahan acuan untuk menciptakan suatu model teori
belajar yang dianggap cocok, tidak perlu terpaku dengan kurikulum yang ada asalkan tujuan dari
teori belajar ini sama dengan tujuan pendidikan.
Makalah ini sudah cukup banyak membahas tetang teori-teori pembelajaran. Teori – teori
pembelajaran tersebut menjelaskan apa itu belajar dan bagaimana mana belajar itu terjadi. Teori
Behavioristik merupakan teori yang menyatakan bahwa belajar adalah perubahan dalam tingkah
laku sebagai akibat dari interaksi antar stimulus dan respon.

Teori Pengkondisian Klasik

menyatakan bahwa belajar merupakan suatu usaha dari organisme untuk mengaitkan atau
mengasosiasikan stimulus yang pada akhirnya menghasilkan sustu respon. Teori Gestalt lebih
menekankan

belajar

adalah

kecenderungan

mempersepsikan

apa

yang

terlihat

dari

lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh. Inti dari Teori Skinner adalah dimana konsekunsi
prilaku akan menyebabkan perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan terjadi . Teori Gane
menyatakan bahwa belajar bukan merupakan proses tunggal melainkan proses luas yang
dibentuk oleh pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku. Teori Pemerosesan Informasi
menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam
waktu yang cukup lama. Metakognisi adalah suatu kemampuan individu diluar kepalanya dan
berusaha merenungkan cara dia berfikir atau merenungkan proses kognitif yang dilakukan.
Sedangkan Sibernetik mengatakan bahwa belajar adalah pengolahan informasi .
Jadi masing-masing teori menjelaskan belajar dan pembelajaran dalam pengertian yang berbedabeda.
B. Saran
Perkembengan dunia pendidikan terus berlangsung sejalan dengan tuntutan hidup manusia untuk
menjawab perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin hari semakin maju dan
kompleks. Dunia pendidikan juga dituntut untuk peka terhadap perubahan dan perkembangan
sekecil apa pun dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam konteks ini peran guru
tidaklah kecil. Guru sebagai ujung tombak pelaksana pendidikan terdepan dituntut untuk terus
mengembangkan pengetahuan, kemampuan serta keterampilannya. Oleh karena itu disaran
kepada semua yang berhubungan dengan dunia pendidikan dan khususnya guru dapat membaca
dan memahami Teori-teori pembelajaran.