Analisa Pengaruh Faktor Penyebab Kemiski

Analisa Faktor Penyebab Kemiskinan terhadap Upaya Penanggulangan
Kemiskinan di Surabaya
Oleh:
Oliandes Sondakh1
(Business School – Universitas Pelita Harapan Surabaya)
Williem2
(Business School – Universitas Pelita Harapan Surabaya)
Tulisan ini telah dipublikasikan pada
Simposium Riset Ekonomi V “Memacu Pertumbuhan Ekonomi Menuju
Kemandirian Bangsa”
Abstrak
Poverty is a serious problem that is often discussed by many groups.
Based on data collected by Biro Pusat Statistik (BPS), the poverty rate in
Indonesia in 2010 was 13.3%, this shows a decrease from the year 2009, but the
decrease is still not sufficient enough to reach the target of poverty reduction to
12.5%.
Poverty alleviation efforts have been carried out by many institutions, such
as government, business institution and the society, since the monetary crisis in
Indonesia in 1997, Indonesia government launched P2KP (Program Pengentasan
Kemiskinan di Perkotaan) program in helping poverty alleviation. With this
strategy, society is expected to act independently in an effort to reduce poverty,

including young people, as future generation.
As a young generation, students have a different perspective with previous
generations of the factors that cause poverty. Therefore it is necessary to study
about the dominant factors that cause poverty from the perspective of students,
and thus decision-makers can make suitable and appropriate programs in
promoting active participation of students as part of the router and the mover of
the nation.
Key words: Poverty, Society, Environment
Latar Belakang Masalah
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra), Agung
Laksono, mengungkapkan bahwa pemerintah menargetkan angka kemiskinan
harus turun pada tahun 2011 sebesar 1% atau lebih dari angka kemiskinan tahun
2010 sebesar 13,3% (http://www.menkokesra.go.id). Hal ini karena sejak
terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan pada tahun 1998, jumlah
masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan bertambah banyak, meningkat
dari 17.5% di tahun 1996 menjadi 24.2% di tahun 1998.

1|10

Berdasarkan data yang dirilis oleh Biro Pusat Statistik mengenai

persentase penduduk miskin, semenjak tahun 1999 hingga 2010 persentase
penduduk miskin menurun, kecuali pada tahun 2006 terjadi kenaikan yang
diakibatkan oleh kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Pada tahun 2010,
persentase penduduk miskin mencapai 13.3% (http://www.bps.go.id). Kepala
Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan mengatakan, walaupun terjadi
penurunan angka kemiskinan dari tahun 2007 hingga 2009, namun perubahannya
tidaklah banyak (http://bisniskeuangan.kompas.com).
Prasetijono Widjojo, Direktur Bidang Ekonomi Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasioan (PPN)/Bappenas, mengatakan bahwa status kemiskinan di
Indonesia pada tahun 2010 adalah waspada. Karena target pemerintah adalah
menjaga kemiskinan pada angkat 12,5% sampai 13,5%. Seharusnya angka
kemiskinan itu bisa ditekan setidaknya mendekati plafon minimun yakni 12,5%
(http://m.jpnn.com).
Salah satu konsep perhitungan kemiskinan yang diaplikasikan di banyak
negara termasuk Indonesia adalah konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar
(basic needs approach). Dengan konsep ini, kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan
dan bukan makanan. Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran/pendapatan
per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan disebut penduduk miskin
(http://www.bps.go.id)

Menurut Gunawan Sumodiningrat (2003) kebijakan pengentasan atau
penanggulangan kemiskinan dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu kebijakan
tidak langsung, dan kebijakan yang langsung. Kebijakan tidak langsung meliputi
(1)upaya menciptakan ketentraman dan kestabilan situasi ekonomi, sosial dan
politik; (2)mengendalikan jumlah penduduk; (3)melestarikan lingkungan hidup
dan (4)menyiapkan kelompok masyarakat miskin melalui kegiatan pelatihan.
Sedangkan kebijakan langsung mencakup: (1)pengembangan data dasar (base
data) dalam penentuan kelompok sasaran (targeting); (2)penyediaan kebutuhan
dasar (pangan, sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan); (3)penciptaan
kesempatan kerja; (4)program pembangunan wilayah; dan (5)pelayanan
perkreditan.
Semenjak krisis moneter yang terjadi pada tahun 1999 pemerintah
meluncurkan P2KP (Proyek Pengentasan Kemiskinan di Perkotaan), yaitu suatu
upaya pemerintah untuk mempercepat upaya penanggulangan kemiskinan, yang
tidak hanya bersifat reaktif terhadap keadaan darurat akibat krisis ekonomi tetapi
juga bersifat strategis, karena dalam kegiatan ini disiapkan landasan berupa
institusi masyarakat yang menguat bagi perkembangan modal sosial masyarakat
di masa mendatang (www.p2kp.org). Diharapkan dengan strategi tersebut,
masyarakat dapat bertindak mandiri dalam upaya untuk penanggulangan
kemiskinan, termasuk di dalamnya mahasiswa, sebagai generasi penerus bangsa.

Sebagai generasi muda, para mahasiswa mempunyai sudut pandang yang
berbeda dengan generasi sebelumnya mengenai faktor-faktor yang menyebabkan
kemiskinan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor

2|10

dominan yang menyebabkan kemiskinan dilihat dari sudut pandang mahasiswa,
dan dengan demikian para pengambil keputusan dapat membuat program yang
sesuai dan tepat dalam menggalakkan peran serta aktif mahasiswa sebagai bagian
dari penerus dan penggerak bangsa.
Tinjauan Pustaka
Definisi Kemiskinan
Kemiskinan adalah konsep yang abstrak yang dapat dijelaskan secara
berbeda tergantung dari pengalaman, perspektif, sudut pandang atau ideologi yang
dianut (Darwin, 2005), oleh karena itu dibutuhkan definisi dari para ahli yang
memiliki fokus kajian dengan perspektif masing-masing.
Maxwell (2007) menggunakan istilah kemiskinan untuk menggambarkan
keterbatasan pendapatan dan konsumsi, keterbelakangan derajat dan martabat
manusia, ketersingkiran sosial, keadaan yang menderita karena sakit, kurangnya
kemampuan dan ketidakberfungsian fisik untuk bekerja, kerentanan (dalam

menghadapi perubahan politik dan ekonomi), tiadanya keberlanjutan sumber
kehidupan, tidak terpenuhinya kebutuhan dasar, dan adanya perampasan relatif
(relative deprivation).
Poli
(1993)
menggambarkan
kemiskinan
sebagai
keadaan;
ketidakterjaminan pendapatan, kurangnya kualitas kebutuhan dasar, rendahnya
kualitas perumahan dan aset-aset produktif; ketidakmampuan memelihara
kesehatan yang baik, ketergantungan dan ketiadaan bantuan, adanya perilaku
antisocial (anti-social behavior), kurangnya dukungan jaringan untuk
mendapatkan kehidupan yang baik, kurangnya infrastruktur dan keterpencilan,
serta ketidakmampuan dan keterpisahan.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional/Bapennas dalam dokumen
Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan juga mendefinisikan masalah
kemiskinan bukan hanya diukur dari pendapatan, tetapi juga masalah kerentanan
dan kerawanan orang atau sekelompok orang, baik laki-laki maupun perempuan
untuk menjadi miskin.

Masalah kemiskinan juga menyangkut tidak terpenuhinya hak-hak dasar
masyarakat miskin untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan
bermartabat. Pemecahan masalah kemiskinan perlu didasarkan pada pemahaman
suara masyarakat miskin, dan adanya penghormatan, perlindungan dan
pemenuhan hak-hak mereka, yaitu hak sosial, budaya, ekonomi dan politik. Oleh
karena itu, strategi dan kebijakan yang dirumuskan dalam strategi nasional
pengentasan kemiskinan didasarkan atas pendekatan berbasis hak
(http://www.bps.go.id).
Kemiskinan adalah ketidakcukupan penerimaan pendapatan dan pemilikan
kekayaan materi, tanpa mengabaikan standar atau ukuran-ukuran fisiologi,
psikologi dan sosial (Sallatang, 1986). Kemiskinan ekonomi sebagai keterbatasan
sumber-sumber ekonomi untuk mempertahankan kehidupan yang layak.
Fenomena kemiskinan umumnya dikaitkan dengan kekurangan pendapatan untuk
3|10

memenuhi kebutuhan hidup yang layak (Esmara, 1986). Kemiskinan pada
dasarnya mengacu pada keadaan serba kekurangan dalam pemenuhan sejumlah
kebutuhan, seperti sandang, pangan, papan, pekerjaan, pendidikan, pengetahuan,
dan lain sebagainya (Basri, 1995).
Grafik 2.1 Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin 1996 – 2010


Sumber: (http://www.bps.go.id)
Dari grafik bisa dilihat bahwa terjadi peningkatan angka kemiskinan yang
signifikan dari tahun 1996 ke 1998.
Indikator Kemiskinan
Berdasarkan data yang dilansir dari Biro Pusat Statistik, maka disebutkan
bahwa indikator-indikator kemiskinan adalah (http://www.bps.go.id):
1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang, pangan
dan papan).
2. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan,
pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi).
3. Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk
pendidikan dan keluarga).
4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massa.
5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya sumber daya
alam.
6. Kurangnya apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat.
7. Tidak adanya akses dalam lapangan kerja dan mata pencaharian yang
berkesinambungan.
8. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.

9. Ketidakmampuan dan ketidaktergantungan sosial (anak-anak terlantar,
wanita korban kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marginal
dan terpencil).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan
Menurut Kartasasmita (1996) ada 4 faktor penyebab kemiskinan antara
lain:
1. Rendahnya taraf pendidikan
Taraf pendidikan yang rendah mengakibatkan kemampuan pengembangan
diri terbatas dan meyebabkan sempitnya lapangan kerja yang dapat
dimasuki. Taraf pendidikan yang rendah juga membatasi kemampuan
seseorang untuk mencari dan memanfaatkan peluang.

4|10

2. Rendahnya derajat kesehatan.
Taraf kesehatan dan gizi yang rendah menyebabkan rendahnya daya tahan
fisik, daya pikir dan prakarsa.
3. Terbatasnya lapangan kerja
Selain kondisi kemiskinan dan kesehatan yang rendah, kemiskinan juga
diperberat oleh terbatasnya lapangan pekerjaan. Selama ada lapangan kerja

atau kegiatan usaha, selama itu pula ada harapan untuk memutuskan
lingkaran kemiskinan.
4. Kondisi keterisolasian
Banyak penduduk miskin secara ekonomi tidak berdaya karena terpencil
dan terisolasi. Mereka hidup terpencil sehingga sulit atau tidak dapat
terjangkau oleh pelayanan pendidikan, kesehatan dan gerak kemajuan
yang dinikmati masyarakat lainnya.
Hubungan antara Pendidikan dan Kemiskinan
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
(http://www.inherent-dikti.net) tentang Sistem Pendidikan, pendidikan adalah:
usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Pendidikan diyakini merupakan suatu investasi dalam modal manusia
(human capital), yaitu istilah yang sering digunakan oleh para ekonom untuk
pendidikan, kesehatan, dan kapasitas manusia yang lain yang dapat meningkatkan
produktivitas jika hal-hal tersebut ditingkatkan. Pendidikan memainkan kunci
dalam membentuk kemampuan sebuah negara untuk menyerap teknologi modern

dan untuk mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta
pembangunan yang berkelanjutan (Todaro, 2004).
Hubungan antara Pemukiman dan Kemiskinan
Di dalam rencana tata ruang kawasan perkotaan, diatur alokasi
pemanfaatan ruang untuk berbagai penggunaan (perumahan, perkantoran,
perdagangan, ruang terbuka hijau, industri, sempadan sungai, dsb) berdasarkan
prinsip-prinsip keadilan, keseimbangan, keserasian, keterbukaan (transparansi)
dan efisiensi, agar tercipta pemukiman yang layak huni.
Pembangunan perumahan secara informal lambat laun membentuk
permukiman yang kumuh, tidak terencana dan dilengkapi prasarana dan sarana
yang memadai. Jenis pemukiman inilah yang mengarah ke indikator kemiskinan
(dinatropika.wordpress.com).
Hubungan antara Lingkungan Usaha dan Kemiskinan
Pemerintah dalam program pembangunannya telah menjadikan
kemiskinan sebagai salah satu fokus utamanya. Program umum Presiden RI yang
sering disebut dengan triple track mencakup pro poor, pro growth dan pro
employment atau program pembangunan yang berfokus pada pengentasan
5|10

kemiskinan, peningkatan pertumbuhan ekonomi dan perluasan lapangan kerja.

Hal ini terkait dengan pemikiran bahwa lingkungan usaha yang memadai dapat
mendorong ketersediaan lapangan kerja sehingga dengan sendirinya akan
mengentaskan masalah kemiskinan (Afit; 2009). Dalam kondisi ideal, maka
peningkatan pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh lingkungan usaha yang
bagus akan mendorong perluasan lapangan kerja dan pengurangan kemiskinan..
Hubungan antara Kesehatan dan Kemiskinan
Menurut Jeffrey Sachs (2005) bahwa banyak hal yang menyebabkan
seseorang akan semakin terperangkap dalam “jebakan kemiskinan”. Salah satunya
adalah tiadanya human capital di mana salah satu variabelnya adalah dalam wujud
akses kesehatan yang memadai dan terjangkau.
Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara yang masih harus dibuktikan
kebenarannya. Sesuai dengan rumusan tinjauan di atas maka dapat ditarik
hipotesis sebagai berikut:
1. Pendidikan, Pemukiman, Lingkungan Usaha, dan Kesehatan secara
keseluruhan mempunyai pengaruh terhadap pengentasan kemiskinan
2. Pendidikan mempunyai pengaruh positif terhadap pengentasan
kemiskinan
3. Pemukiman mempunyai pengaruh positif terhadap pengentasan
kemiskinan
4. Lingkungan usaha mempunyai pengaruh positif terhadap pengentasan
kemiskinan
5. Kesehatan mempunyai pengaruh positif terhadap pengentasan
kemiskinan
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan survey, yaitu teknik pengumpulan
data dengan mengambil data dari responden. Adapun ruang lingkup penelitian
yang dilakukan merupakan studi statistik maupun deskriptif dan inferensial, yang
menekankan pada keluasan analisis ukuran-ukuran sampel.
Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini, penulis membataskan penelitian pada populasi
mahasiswa sebuah universitas swasta di Surabaya. Hal ini karena profil
mahasiswa di universtias tersebut terdiri dari berbagai macam latar belakang,
sehingga diasumsikan telah mewakili profil mahasiswa pada umumnya.
Adapun teknik pengambilan sampel yang dipergunakan adalah Purposive
Random Sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak dari responden. Jumlah
sampel yang diambil adalah sebanyak 100 responden. Hal ini didasarkan atas

6|10

pengambilan sampel menurut Sutrisno Hadi (1984; p. 221), yang berbunyi:
sebenarnya tidak ada suatu ketetapan mutlak akan berapa persen sampel yang
harus diambil dari populasi.
Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang dipakai adalah analisis statistik induktif
(Inferensial), yaitu suatu model analisis yang bertujuan untuk mengambil
kesimpulan atas keseluruhan anggota populasi atau menguraikan populasi yang
sedang dipelajari, yang didasarkan dari hasil penelitian sebagaian populasi atau
sampel.
Adapun analisis yang dipergunakan, yaitu analisis regresi (Regression
Analysis) yang merupakan analisis yang dipergunakan untuk menguji pengaruh
dari variabel bebas terhadap variabel terikat dengan skala pengukuran interval
atau rasio dalam suatu persamaan linier.
Analisa Data
Dari 120 kuisioner yang disebar, hanya 100 kuisioner yang dapat
digunakan untuk analisa data. Profil responden dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1. Profil Responden
Profil Responden
Jenis Kelamin

Usia

Pria

Wanita

17 tahun

1 orang

1 orang

18 tahun

3 orang

3 orang

19 tahun

17 orang

9 orang

20 tahun

7 orang

26 orang

21 tahun

9 orang

18 orang

22 tahun

1 orang

1 orang

> 22 tahun

2 orang

2 orang

40 orang

60 orang

Jumlah
Sumber: hasil pengolahan data

Dari hasil perhitungan R Square, diperoleh hasil bahwa nilai dari
R2=20,2%, hal ini menunjukkan bahwa pengaruh keseluruhan variabel bebas
terhadap variable terikat, yaitu pengentasan kemiskinan sebesar 20,2%. Sehingga
dengan demikian hipotesis pertama diterima.

7|10

Tabel 2. R Square

Sumber: hasil pengolahan data
Dari hasil perhitungan ANOVAb, diperoleh hasil Sig=0.000a, hal ini
berarti bahwa data yang diperoleh signifikan dan dapat digunakan dalam
penelitian.
Tabel 3. ANOVAb

Sumber: hasil pengolahan data
Berdasarkan hasil perhitungan uji t diperoleh kesimpulan bahwa secara
parsial, dari keempat variabel bebas yang diajukan, hanya variabel kesehatan yang
terbukti mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap upaya pengentasan
kemiskinan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Ruger et al
(2001), yang menyatakan bahwa, kesehatan berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi dan sosial suatu negara. Terganggunya kesehatan dapat berdampak pada
pengurangan penghasilan keluarga. Jika sektor kesehatan terganggu, maka akan
mengakibatkan terganggunya tingkat pendapatan suatu rumah tangga sehingga
mereka bisa menjadi miskin. Hal ini berarti hipotesis kelima diterima.
Tabel 3. Uji t

Sumber: hasil pengolahan data
Untuk variable pendidikan, pemukiman dan lingkungan usaha, tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap upaya pengentasan kemiskinan,
hal ini karena penelitian ini diadakan untuk melihat upaya apa yang dapat
dilakukan oleh masyakarat secara mandiri untuk mengentaskan kemiskinan. Hal
ini berarti hipotesis kedua, ketiga dan keempat ditolak.

8|10

Pendidikan merupakan sektor yang bersifat formal, dan harus dijalankan
sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan, yang secara yuridis
diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Untuk sektor pemukiman,
penyediaan fasilitas umum sosial secara mandiri oleh masyarakat dianggap
membutuhkan upaya yang besar, dan harus didukung oleh ketersediaan lahan
kosong untuk pembangunannya.
Variabel lingkungan usaha memiliki pengaruh yang berbanding terbalik
dengan upaya pengentasan kemiskinan, hal ini karena secara implisit, konsep
ekonomi mengandung arti menegakkan demokrasi ekonomi. Demokrasi ekonomi
secara harfiah berarti kedaulatan rakyat di bidang ekonomi, dan kegiatan ekonomi
yang berlangsung adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Konsep ini
menyangkut masalah penguasaan teknologi pemilikan modal, akses ke pasar dan
ke dalam sumber-sumber informasi, serta ketrampilan manajemen (Harahap;
2010).
Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa untuk memberdayakan
masyarakat di bidang ekonomi, memerlukan daya dan upaya yang sangat besar,
sehingga apabila masyarakat terlalu fokus ke sektor tersebut dikuatirkan sektor
lainnya akan terbengkalai dan pada akhirnya justru akan memperlambat upaya
pengentasan kemiskinan. Namun, dari pengolahan data yang dilakukan, variabel
lingkungan usaha tidak mempunyai pengaruh yang signifikan, sehingga
disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan.
Batasan dan Penelitian Lanjutan
Beberapa batasan dalam penelitian ini adalah penelitian ini tidak
mengikut-sertakan intervening variable, dan sampel yang digunakan hanya
terbatas pada satu universitas swasta di Surabaya. Untuk penelitian selanjutnya,
diharapkan dapat menggunakan populasi dan sampel yang lebih luas, sehingga
hasilnya dapat lebih tergeneralisasi, selain itu dapat pula digunakan intervening
variable untuk lebih memperkuat penelitian, dan terakhir dapat
mempertimbangkan isu-isu sosial lainnya sebagai variable tambahan untuk
mempercepat upaya pengentasan kemiskinan.
Daftar Pustaka
Basri, Faisal. 1995. Profil dan penanggulangan kemiskinan di Indonesia.
Surabaya: Erlangga.
Darwin, M.M. 2005. Memanusiakan rakyat. Penanggulangan kemiskinan sebagai
arus utama pembangunan. Yogyakarta: Penerbit Benang Merah
Esmara, Hendra. 1986. Perencanaan dan pembangunan Indonesia. Jakarta:
Gramedia
Hadi, Sutrisno. 1984. Statistik. Yogyakarta: Univ. Gajah Mada

9|10

Kartasasmita, Ginandjar. 1996. Pembangunan untuk rakyat: memadukan
pertumbuhan dan pemerataan. Jakarta: Cides.
Maxwell, John. 2007. 25 Ways to win with people. Jakarta: Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama
Poli, W.I.M. 1993. Kemiskinan gejala dan akar suatu pandangan tentang
kemiskinan. Pengantar Diskusi ISEI Cabang Ujung Pandang
Sallatang. 1986. Nelayan dan kemiskinan di Sulawesi Selatan. Makalah
dipresentasikan pada Seminar Nasional Kemiskinan, Ujung Pandang.
Sumodiningrat, Gunawan. 2003. Peran lembaga keuangan mikro dalam
menanggulangi kemiskinan terkait dengan kebijakan otonomi daerah. Jurnal
Ekonomi Rakyat, Artikel - Th. II - No. 1 - Maret 2003.
Todaro, M. 1989. Pembangunan ekonomi di dunia ketiga. Jakarta: Erlangga
Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia
Ketiga, Edisi kedelapan. Erlangga: Jakarta
---, Angka Kemiskinan Naik, Pemerintah Waspada. Diakses 29 Maret 2011
http://m.jpnn.com/news.php?id=79439
---, BPS: Angka.Kemiskinan.2010.Berkisar.14..15.Persen. Diakses 28 Maret 2011
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2009/12/08/01363633/
---, Draft strategi nasional penanggulangan kemiskinan (SNPK) 13 Juni 2005.
Diakses 28 Maret 2011 http://rekrutmen.bappenas.go.id/node/89/467/draftstrategi-nasional-penanggulangan-kemiskinan-snpk-13-juni-2005/
---,

Jenis
Pemukiman.
Diakses
http://dinatropika.wordpress.com/sosial/

pada

28

Maret

2011

---, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Diakses pada 01 Juli 2011
http://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_Tingkat_Satuan_Pendidikan
---,

Penjelasan
Data
Kemiskinan.
Diakses
28
Maret
http://www.bps.go.id/brs_file/Penjelasan_Data_Kemiskinan.pdf

2011

---,

Penjelasan
Data
Kemiskinan.
Diakses
http://www.bps.go.id/index.php?news=821

2011

28

Maret

---, Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin. Diakses 28 Maret
2011
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=23&
notab=4
---,

PKP
dan
Kemiskinan.
Diakses
01
Juli
http://pkh.depsos.go.id/index.php/pedoman-kesehatan/pendahuluankesehatan/101-11-pkh-dan-kemiskinan

2011

---,

Politik Kesehatan dan Kemiskinan. Diakses
http://desentralisasi.net/aktualita/politik-kesehatan-dankemiskinan_20100406

2011

01

Juli

10 | 1 0

---, Program Pengentasan Kemiskinan. Diakses 28 Maret 2011 http://www.p2kpurbanpoverty.blogspot.com/
---,

Refleksi
Akhir
Tahun
2010.
Diakses
28
Maret
http://www.menkokesra.go.id/content/refleksi-akhir-tahun-2010

2011

---, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Diakses 28
Maret 2011 http://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf
Afit Kurniawan. 2009. Makalah Perekonomian Indonesia tentang Kemiskinan.
Diakses 30 Juni 2011 http://crongeanz.blogspot.com/2009/06/makalahperekonomian-indonesia-tentang.html

11 | 1 0