Pengalaman Kegagalan pada Laki Laki dan
PENGALAMAN KEGAGALAN PADA
LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN
Oleh
Muhammad Nur Syamsu
(m.nur_syamsu@yahoo.com)
Mirra Noor Milla
Fakultas Psikologi UIN Suska Riau
ABSTRAK
Situasi sukses dan kegagalan merupakan reperesentasi keinginan dan tujuan hidup yang
ingin dicapai, perbedaan harapan antara laki-laki dan perempuan akan membuat perbedaan
kegagalan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengalaman kegagalan pada
remaja. Penelitian ini mensurvei 605 (laki-laki: 217, perempuan: 388) orang remaja di tiga
perguruan tinggi berbeda di Pekanbaru, dengan menggunakan questioner (pertanyaan)
terbuka. Subjek diminta untuk menjawab pertanyaan “pengalaman kegagalan apa yang
paling menyakitkan dalam hidup?”, dikembangkan oleh Kim dan Park (2006). Analisis
data menggunakan pendekatan Indigenous psychology, dengan kategorisasi, frekuensi, dan
cross tabulasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa ada lima pengalaman kegagalan pada
remaja, yaitu: akademik (48,1%), harapan (17%), hubungan personal (15,9), kompetisi
(10,4%), manajemen diri (3,1%). Penelitian ini juga menemukan perbedaan pengalaman
kegagalan antara laki-laki dan perempuan, laki-laki lebih merasa gagal dalam harapan
(9,3%) dan kompetisi (6,6%), sedangkan perempuan lebih merasa gagal dalam akademik
(36,4%) dan hubungan personal (10,6%). Penelitian ini memberikan pemahaman bahwa
perbedaan kegagalan antara laki-laki dan perempuan disebabkan oleh adanya perbedaan
peran sosial antara laki-laki dan perempuan.
Kata Kunci: pengalaman kegagalan, akademik, harapan, laki-laki, perempuan.
PENDAHULUAN
dapat
memicu
munculnya
depresi
kondisi
(Santrock, 2007). Situasi konflik emosi
antara yang diharapkan tidak sesuai
tersebut dapat berupa kemarahan dan
dengan apa yang didapatkan, hal ini
kesedihan, hal itu merupakan emosi yang
membuat individu khususnya remaja akan
paling kuat di dalam diri kehidupan
mengalami
remaja
Kegagalan
merupakan
situasi
konflik
emosi.
(Putri,
Prawitasari,
Hakim,
Kesenjangan yang terlalu besar antara diri
Yuniarti, dan Kim Uichol, 2012). Konflik
aktual dan diri ideal “seseorang menjadi
emosional yaitu terjadi akibat adanya
apa” dapat mengakibatkan penghayatan
perasaan marah, tidak percaya, tidak
bahwa dirinya gagal dan kritik diri serta
simpatik, takut dan penolakan, serta
adanya
pertentangan
antar
pribadi
(personality clashes) (Dalimunthe, 2003).
Berkaitan dengan situasi kegagalan
beberapa
Diener,
penelitian
Dweck,
telah
dilakukan.
Bempechat
(dalam
Hwang, 2012) menemukan bahwa ada
perbedaan individu pada pelajar dalam
merespon situasi frustasi yang disebabkan
oleh proses belajar. Beberapa pelajar
menunjukkan
pola
perilaku
learned
helplessness. Mereka terlalu khawatir
dengan hasil kegagalan dan kemudian
merasa frustasi, ragu-ragu, dan enggan
untuk mencoba menantang tugas-tugas,
sebaliknya beberapa pelajar mengadopsi
pola perilaku mastery oriented. Mereka
tidak merasa kalah oleh kegagalan tetapi
berkaitan dengan prestasi akademik dan
harapan dari orang tua. Selanjutnya Pohan
(dalam Afiatin, 1996) melaporkan bahwa
hampir semua responden yang terdiri dari
remaja memiliki masalah yang berkaitan
dengan
prestasi,
akademik.
khususnya
Bahkan
secara
prestasi
statistik
dilaporkan bahwa pada tahun 2013 ini ada
308.000 peserta Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)
yang gagal lolos untuk masuk perguruan
tinggi negeri dari jumlah peserta yang
mendaftar
mencapai
618.804
orang.
(http://nasional.kompas.com/read/308.000
.SNMPTN). Berdasarkan data tersebut
diketahui bahwa isu kegagalan merupakan
isu yang sering berkaitan dengan remaja.
akan menerima tantangan dan mampu
Beberapa hal yang berkaitan dengan
untuk memelihara motivasi yang kuat
kegagalan pada remaja merupakan suatu
untuk belajar.
reperesentasi dari keinginan dan tujuan
Menurut Dweck dan Elliot (dalam
Hwang, 2012) biasanya pelajar dengan
pola
perilaku
cenderung
learned
mengatribusi
helplessness
kegagalan
mereka sebagai sesuatu yang tidak dapat
dikendalikan dan tidak dapat diubah.
Beberapa isu kegagalan pada remaja
beberapa diantaranya adalah berkaitan
hidup yang ingin dicapai oleh remaja
tersebut. Hwang (2012) mengindikasikan
bahwa situasi sukses atau kegagalan
merupakan representasi dari tujuan hidup
yang ingin dicapai oleh pelajar di tingkat
universitas pada budaya individualisme
barat maupun budaya kekeluargaan di
Asia timur.
dengan hal-hal akademik dan harapan
Hal yang perlu diketahui juga
sosial, sebagaimana yang dikatakan oleh
berkaitan dengan isu kegagalan pada
Hwang (2012) bahwa beberapa tujuan
remaja tersebut adalah bahwa persepsi
hidup seorang pelajar diantaranya adalah
mengenai
kegagalan
pada
remaja
memiliki isu yang berbeda antara laki-laki
mengharapkan sesuatu, memiliki status
dan
(2012)
pekerjaan yang baik dan status sosial yang
mengatakan bahwa di Indonesia, streotipe
tinggi, hal ini sekali lagi didasarkan pada
mengenai gender berbasis ekspresi serta
pengaruh budaya yang sangat kuat dalam
peran sosial masih sangat tinggi, streotipe
mempromosikan keterbukaan sosial dan
mengenai ekspresi dan peran sosial ini
optimisme. Pengaruh streotipe mengenai
menyebabkan adanya perbedaan sikap,
peran
harapan dan tujuan antara laki-laki dan
perempuan tersebut menjadi faktor yang
perempuan. Berbagai macam hal seperti
menyebabkan adanya perbedaan sikap,
jenis-jenis
harapan,
perempuan,
Putri
pekerjaan
dkk
dan
harapan
sosial
dan
antara
laki-laki
tujuan
yang
dan
berbeda.
mengenai sesuatu seringkali didasarkan
Berdasarkan
pada tuntutan dan streotipe antara laki-laki
kegagalan dan isu kegagalan tersebut
dan
yang
maka penelitian ini bertujuan untuk
dikatakan oleh Garaigordobil, Maganto,
melihat apa saja pengalaman kegagalan
Perez, dan Sansinenea (dalam Putri dkk,
yang paling menyakitkan bagi seseorang
2012)
dan perbedaan pengalaman kegagalan
perempuan.
jenis
didasarkan
Sebagaimana
pekerjaan
pada
seringkali
streotip
tentang
fenomena
mengenai
antara laki-laki dan perempuan.
bagaimana laki-laki diharapkan lebih kuat
dibandingkan
perempuan,
laki-laki
cenderung untuk lebih agresif, antisosial,
LANDASAN TEORI
Gender
merupakan
perilaku yang eksternal, sedangkan anak
sosiobudaya
perempuan lebih cemas, depresif, dan
keberadaan
internalisasi masalah. Hal ini dipengaruhi
perempuan
oleh orang tua, masyarakat, dan kelompok
gender
sosial.
seperangkat ekspektasi yang menentukan
Streotipe mengenai tuntutan peran
sosial yang diberikan serta tuntutan
budaya
yang
ada
dilingkungan
menyebabkan perbedaan harapan serta
tujuan antara laki-laki dan perempuan.
Putri dkk (2012) mengatakan bahwa lakilaki lebih dituntut lebih optimis dalam
bagaimana
dan
dimensi
psikologis
dari
sebagai
laki-laki
dan
(Santrock,
2007).
(gender
role)
perempuan
Peran
merupakan
dan
laki-laki
sebaiknya berpikir, bertindak, dan merasa
(2007).
Stereotip
gender
(gender
stereotype) adalah kategori luas yang
mencerminkan
berbagai
kesan
dan
keyakinan kita mengenai perempuan dan
laki-laki. Semua stereotip, baik yang
didasarkan
pada
gender,
etnis,
atau
kelompok-kelompok lain, mengandung
dalam
jajaran
gambaran mengenai anggota tipikal dari
organisasi.
tertinggi
dari
suatu
suatu kategori sosial tertentu. (Santrock,
Berbagai macam hal seperti jenis-
2007). William dan Best (dalam Santrock,
jenis pekerjaan dan harapan mengenai
2007)
sesuatu
mengatakan
bahwa
stereotip
seringkali
didasarkan
pada
terhadap perempuan dan laki-laki sudah
tuntutan dan streotipe antara laki-laki dan
cukup menyebar, di berbagai budaya, laki-
perempuan. Sebagaimana yang dikatakan
laki secara luas dianggap sebagai sosok
oleh Garaigordobil, Maganto, Perez, &
yang
Sansinenea (dalam Putri dkk, 2012) jenis
dominan,
mandiri,
agresif,
berorientasi pada prestasi, dan gigih,
pekerjaan
sementara perempuan pada umumnya
stereotip
dianggap sebagai sosok yang mengasuh,
diharapkan
gemar berkumpul, kurang percaya diri,
perempuan, laki-laki cenderung untuk
dan lebih banyak menolong orang lain
lebih agresif, antisosial, perilaku yang
yang sedang berada mengalami kesulitan.
eksternal, sedangkan anak perempuan
Alice
Eagly (dalam Santrock,
2007) mengajukan teori peran sosial
seringkali
tentang
lebih
didasarkan
bagaimana
kuat
pada
laki-laki
dibandingkan
lebih cemas, depresif, dan internalisasi
masalah
(social role theory) yang menyatakan
Pembentukan peran sosial dapat
bahwa perbedaan yang ekstrem antara
dipengaruhi salah satunya oleh orang tua,
perempuan dan laki-laki. Wood (dalam
orang tua melalui tindakannya dapat
Santrock, 2007) mengatakan bahwa di
mempengaruhi
sebagaian
dunia,
anak-anak dan remaja (Maccoby, McHale,
perempuan dianggap memiliki kekuasaan
Crouter, dan Whiteman, 2003). Selama
dan status yang lebih rendah dibandingkan
masa transisi dari masa kanak-kanak
laki-laki, dan perempuan juga memiliki
hingga
kontrol yang lebih kecil terhadap sumber
membiarkan laki-laki untuk bersikap lebih
daya. Dibandingkan laki-laki, perempuan
mandiri dibandingkan perempuan.
lebih
besar
banyak
rumah
budaya
di
melakukan
tangga,
yang
kurang
digaji,
remaja,
gender
orang
tua
tugas-tugas
banyak
menggunakan waktunya untuk melakukan
pekerjaan
masa
perkembangan
METODE
Subjek
dalam
penelitian
ini
memperoleh
berjumlah 605 mahasiswa Universitas di
penghasilan yang lebih rendah, dan
Pekanbaru, berasal dari tiga perguruan
kurang banyak terpilih menjadi wakil
tinggi yang berbeda, yaitu Universitas
Abdurrab, Universitas Riau, dan UIN
Instrumen pengumpulan data dalam
Suska Riau, usia 17-24 tahun, terdiri dari
penelitian ini menggunakan questioner
subjek laki-laki yang berjumlah 217 orang
dengan
pertanyaan
dan subjek perempuan berjumlah 388
seluruh
responden
orang. Teknik pengambilan sampling yang
menjawab pertanyaan tersebut dengan
digunakan adalah teknik non random
bebas, selanjutnya peneliti mengkategori
sampling.
seluruh
respon
jawaban
tersebut,
berikut
persentase
Penelitian
instrumen
ini
berupa
menggunakan
kuesioner
dengan
pertanyaan terbuka yang dikembangkan
oleh
Kim
dan
Park
(2006),
dan
dikembangkan oleh Center for Indigenous
& Cultural Psychology (CICP) Fakultas
Psikologi
Universitas
Gadjah
Mada.
Setiap subjek diminta untuk menjawab
“Dalam
hidup
anda,
pengalaman
kegagalan apa bagi anda yang paling
menyakitkan?
Analisis
pendekatan
data
menggunakan
Indigenous
Psychology,
dengan koding, kategorisasi, frekuensi,
dan tabulasi silang. Dimulai dengan
mengkoding
seluruh
respon
jawaban
subjek, selanjutnya dikategorisasi pada
kategori-kategori jawaban yang sama,
setelah
didapatkan
kategori-kategori
jawaban selanjutnya dicari frekuensi dari
jawaban-jawaban subjek tersebut dan
mengcross-tab dengan bantuan program
SPSS for windows version 18.0
dimana
diminta
untuk
responden
kategori
jawaban responden:
Tabel. 1
Persentase kategori kecil
pengalaman kegagalan
jawaban
Kategori
Jumlah(N) Persen(%)
1. Akademik
Prestasi Akademik
Masuk Perguruan Tinggi
Menyelesaikan
Pendidikan
Masuk Sekolah
yang diinginkan
2. Harapan
Memenuhi Harapan
Karir
Meraih Cita-Cita
Pembuktian Diri
3. Hubungan Personal
Cinta
Keharmonisan Keluarga
Membahagiakan
Orang tua
Mendapatkan
Kepercayaan
Menyesuaikan Diri
dengan Lingkungan
4. Kompetisi
5. Manajemen Diri
Manajemen Diri
Mengambil Keputusan
Menjalankan Agama
6. Lain-Lain
Tidak ada
Blank
Total
291
161
90
(48,1%)
(26,6%)
(14,9%)
21
(3,5%)
19
103
31
48
15
9
96
31
13
(3,1%)
(17,0%)
(5,1%)
(7,9%)
(2,5%)
(1,5%)
(15,9%)
(5,1%)
(2,1%)
32
(5,3%)
6
(1,0%)
14
63
19
10
6
3
33
13
20
605
(2,3%)
(10,4%)
(3,1%)
(1,7%)
(1,0%)
(0,5%)
(5,5%)
(2,1%)
(3,3%)
(100%)
Pada
HASIL
terbuka,
tabel
1
menunjukkan
persentasi kategori jawaban responden
mengenai pengalaman kegagalan dalam
hidup,
dimana
kategori
jawaban
jawaban dari 605 subjek (laki-laki: 217,
pengalaman kegagalan dalam hidup bagi
perempuan: 388) hasil dalam penelitian
remaja adalah gagal dalam akademik yang
ini
berasal dari kategori prestasi akademik,
pengalaman kegagalan bagi remaja, yaitu:
masuk perguruan tinggi, menyelesaikan
(1) Akademik (48,1%), (2) Harapan
pendidikan, dan masuk sekolah yang
(17,0%), (3) Hubungan Personal (15,9%),
diinginkan, kategori jawaban pengalaman
(4) Kompetisi (10,4%), (5) Manajemen
kegagalan yang selanjutnya adalah gagal
diri (3,1%) dan Lain-Lain (5,5%).
menemukan
bahwa
ada
lima
dalam harapan, berasal dari kategori
Pengalaman kegagalan dalam hidup
memenuhi harapan, karir, meraih cita-cita,
bagi remaja pertama adalah kegagalan
dan pembuktian diri, kategori jawaban
akademik, kegagalan dalam akademik
pengalaman
berasal dari kategori-kategori, seperti
kegagalan
ketiga
adalah
gagal dalam hubungan personal, berasal
prestasi
dari
tinggi, menyelesaikan pendidikan, masuk
kategori
keluarga,
cinta,
keharmonisan
membahagiakan
orang
akademik,
masuk
perguruan
tua,
sekolah yang diinginkan. Akademik dalam
mendapatkan kepercayaan, menyesuaikan
kamus ilmiah popular berarti keilmuan,
diri dengan lingkungan, dan menjalankan
tentang pengajaran di perguruan tinggi,
agama, selanjutnya kategori ke empat
bersifat ilmu pengetahuan, berteori, tidak
adalah
praktis
kompetisi, dan terakhir adalah
manajemen
diri,
yang
manajemen
diri
dan
terdiri
dari
mengambil
(Partanto
Konsep
dan
mengenai
Barry,
1994).
kegagalan
dalam
akademik didasarkan pada usia remaja
keputusan.
yang
Tabel. 2
Persentase
kategori
pengalaman kegagalan
pendidikan sehingga harapan dan segala
jawaban
sedang
aktivitas
menempuh
banyak
berkaitan
jenjang
dengan
masalah akademik.
Kategori
Akademik
Harapan
Hubungan
Personal
Kompetisi
Manajemen
diri
Lain-Lain
Total
605
Frekuensi
N
291
103
Persen
(%)
48,1
17,0
Valid
%
48,1
17,0
96
63
15,9
10,4
15,9
10,4
19
33
3,1
3,1
5,5
5,5
100.0% 100.0%
Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa
berdasarkan
seluruh
kategori
respon
Pengalaman kegagalan bagi remaja
yang kedua adalah kegagalan dalam
harapan, kegagalan dalam harapan terdiri
dari
kategori-kategori
kecil,
seperti
memenuhi harapan, karir, mengambil
keputusan, meraih cita-cita, pembuktian
diri.
Harapan
merefleksikan
persepsi
individu terhadap kemampuan mereka
untuk mendefenisikan tujuan yang jelas,
berinisiatif,
dan
Pengalaman kegagalan bagi remaja
mempertahankan
yang keempat adalah kegagalan dalam
motivasi untuk menggunakan berbagai
kompetisi, yang hanya terdiri dari satu
strategi, dan mengembangkan strategi
kategori. Kompetisi dalam kategori ini
yang spesifik untuk mencapai tujuan
merupakan
tersebut (Snyder, 1994).
ataupun pertandingan yang bertujuan
Berbagai
macam
harapan
bagi
suatu
bentuk
persaingan
untuk memperebutkan kemenangan.
remaja yang bertujuan untuk mendapatkan
Pengalaman kegagalan bagi remaja
sesuatu, seperti memenuhi harapan, karir,
yang kelima adalah kategori manajemen
dan cita-cita berkaitan dengan masa
diri, yang terdiri dari manajemen diri dan
remaja dimana masa remaja penuh dengan
mengambil keputusan, manajemen diri
harapan-harapan yang semakin realistis.
dalam
Pengalaman kegagalan bagi remaja
yang ketiga adalah kegagalan dalam
hubungan personal,
kegagalan
kategori
ini
merupakan
pengendalian terhadap diri dari perbuatan
yang tidak baik.
dalam
Penelitian
ini
selanjutnya
hubungan personal terdiri dari kategori-
menemukan
bahwa
kategori kecil, seperti cinta, keharmonisan
pengalaman
kegagalan
keluarga,
kepercayaan,
ditinjau dari jenis kelamin antara laki-laki
menyesuaikan diri dengan lingkungan,
dan perempuan, laki-laki merasa gagal
menjalankan agama, dan membahagiakan
dalam hal harapan (9,3%) dan kompetisi
orang tua.
Hubungan personal dalam
(6,6%), sedangkan wanita lebih merasa
kategori ini merupakan hubungan antara
gagal dalam hal akademik (36,4%) dan
diri individu dengan dirinya sendiri dan
hubungan personal (10,6%).
orang lain dalam kaitan bagaimana ia
dengan orang lain. Hubungan personal
Tabel. 3
Persentase
kategori
jawaban
pengalaman kegagalan ditinjau dari
jenis kelamin
yang dijalani oleh remaja dalam penelitian
Kategori
mendapatkan
berinteraksi dengan dirinya sendiri dan
ini berkaitan dengan hubungan dengan
lawan jenis yaitu cinta yang memang
merupakan hal yang biasa dalam masa
remaja, dan hubungan dengan orang tua,
masa remaja merupakan masa dimana
remaja masih bergantung pada orang tua.
Akademik
Harapan
Hubungan
Personal
Kompetisi
Manajemen diri
Lain-Lain
Total
ada
perbedaan
dalam
hidup
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
71 (11,7%)
220 (36,4%)
56 (9,2%)
47 (7,8%)
32 (5,2%)
40 (6,6%)
6 (1,0%)
12 (2,0%)
217
64 (10,5%)
23 (3,8%)
13 (2,1%)
21 (3,5%)
388 100%
dicapai.
Pada
tabel
persentase
3
menunjukkan
jawaban
pengalaman
kegagalan dalam hidup pada laki-laki dan
perempuan,
dimana
laki-laki
lebih
menganggap kegagalan dalam harapan
dan kompetisi sedangkan wanita lebih
menganggap kegagalan dalam akademik
dan hubungan personal.
menemukan pengalaman kegagalan dalam
remaja
serta
perbedaan
kegagalan pada laki-laki dan perempuan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
remaja merasa kegagalan dalam hidup
adalah
kegagalan
dalam
akademik,
harapan,
kegagalan
dalam hubungan personal,
kegagalan
dalam
kegagalan
kegagalan
dalam
kompetisi,
dan
manajenem diri. Remaja laki-laki lebih
merasa
gagal
dalam
harapan
tersebut tidak tercapai maka akan menjadi
sesuatu yang menimbulkan gejolak emosi
didalam diri remaja dan menjadi suatu hal
yang menyakitkan, dimana ketika self
ideal “seseorang menjadi apa” tidak
sesuai dengan self actual, maka dapat
mengakibatkan
penghayatan
bahwa
dirinya gagal dan kritik diri serta dapat
2007).
Hasil temuan dalam penelitian ini
bagi
ketika
memicu timbulnya depresi (Santrock,
PEMBAHASAN
hidup
Selanjutnya
harapan,
dan
kompetisi sedangkan perempuan lebih
merasa gagal dalam hal akademik dan
hubungan personal.
Beberapa hal yang berkaitan dengan
kegagalan pada remaja merupakan suatu
representasi dari keinginan dan harapan
yang ingin dicapai, sebagaimana yang
dikatakan oleh Hwang (2012) bahwa
situasi sukses dan kegagalan merupakan
representasi dari tujuan hidup yang ingin
Penelitian ini menjelaskan bahwa
kegagalan bagi remaja berkaitan dengan
harapan remaja untuk berhasil dalam
bidang akademik, mencapai harapan,
berhasil
dalam
menjalin
hubungan
personal, berhasil dalam kompetisi, dan
berhasil alam manajemen diri. Berkaitan
dengan hasil ini dapat dilihat bahwa
remaja telah memiliki harapan-harapan
dan tujuan hidup yang lebih jelas dan
beragam, sebagaimana yang dikatakan
oleh Santrock (2007) bahwa masa remaja
merupakan suatu masa perkembangan di
mana
individu
mulai
memfokuskan
perhatiannya pada pilihan pekerjaan dan
gaya hidup.
Berdasarkan hasil dimana kegagalan
dalam akademik adalah berkaitan dengan
masa remaja yang sedang berada pada
tahap menempuh pendidikan, sehingga
harapan dan segala aktivitas banyak
berkaitan
dengan
masalah
akademik.
Selanjutnya kegagalan dalam mencapai
Penelitian
ini
juga
selanjutnya
harapan berkaitan dengan masa remaja
menemukan bahwa adanya perbedaan
yang sedang mempersiapkan diri menuju
pengalaman kegagalan pada laki-laki dan
pencapain identitas diri. Mencari identitas
perempuan.
diri mencakup hal memutuskan apa yang
pengalaman kegagalan dalam mencapai
penting
harapan
dan
patut
dikerjakan
serta
dan
Laki-laki
lebih
kompetisi,
merasa
sedangkan
memformulasikan standar tindakan dalam
perempuan lebih merasa pengalaman
mengevaluasi perilaku dirinya dan juga
kegagalan dalam akademik dan hubungan
perilaku orang lain. Hal ini mencakup
personal. Hal ini menjelaskan bahwa laki-
juga perasaan harga diri dan kompetensi
laki lebih mempunyai tujuan hidup pada
diri (Atkinson, 1983).
harapan mengenai karir, meraih cita-cita,
Kategori
kegagalan
personal
selanjutnya
dalam
menjalin
merupakan
adalah
dan kompetisi, sedangkan perempuan
hubungan
lebih mempunyai harapan pada hal-hal
yang
yang berkaitan dengan akademik dan
berkaitan dengan bagaimana individu
hubungan personal seperti keharmonisan
berhubungan
keluarga, membahagiakan orang tua, cinta
dengan
kegagalan
orang
lain.
Kemampuan membina hubungan ditandai
dan
menyesuaikan
dengan kemampuan mengendalikan dan
lingkungan.
diri
dengan
menangani emosi dengan baik ketika
Perbedaan harapan antara laki-laki
berhubungan dengan orang lain, cermat
dan perempuan ini dapat didasari oleh
membaca situasi dan jaringan sosial,
adanya strereotip gender mengenai peran
berinteraksi dengan lancar, memahami
sosial yang ada di lingkungan masyarakat,
dan bertindak bijaksana dalam hubungan
perbedaan peran sosial ini menyebabkan
antar manusia (Goleman, 2004). Kategori
adanya perbedaan sikap, harapan, dan
berikutnya kegagalan dalam kompetisi
tujuan laki-laki dan perempuan (Putri dkk,
merupakan kegagalan yang berkaitan
2012). Peran pria dan wanita yang
dengan
ingin
dibedakan satu sama lain didasari pada
mencapai suatu kemenangan dalam suatu
pendapat Brannon (1996), bahwa pria
persaingan dan pertandingan. Kategori
diharapkan menunjukkan peran sebagai
yang terakhir adalah kategori kegagalan
sosok tangguh, percaya diri, berorientasi
dalam
pada kesuksesan dan mengejar status,
bagaimana
manajemen
individu
diri,
dimana
manajemen diri merupakan pengendelaian
sedangkan
wanita
diharapkan
diri terhadap perilaku yang tidak baik.
menunjukkan peran lemah lembut, sopan,
patuh, dan
rumah
kultural yang berupa pola pengasuhan
(dalam
anak, peran, stereotip gender, dan ideologi
Brannon, 1996) menyebut peran pria
peran seks yang mengarah pada tindakan
tersebut sebagai peran instrumental dan
pemisahan antara pria dan wanita. Peran
peran bagi wanita disebut sebagai peran
yang dikenakan pada pria dan wanita pada
ekspresif.
akhirnya bisa menjadi sebuah stereotip
tangga.
pandai mengurus
Parsons
dan
Bales
Alice Eagly (dalam Santrock, 2007)
gender,
yaitu
keyakinan
mengajukan teori peran sosial (social role
sekumpulan
theory),
bahwa
dengan laki-laki dan perempuan (Hurlock
perbedaan gender terutama diakibatkan
1997). Stereotip gender (gender stereotip)
oleh perbedaan yang ekstrem antara
juga dapat diartikan sebagai suatu kategori
perempuan dan laki-laki. Eagly (dalam
luas yang mencerminkan berbagai kesan
Santrock,
dan keyakinan kita mengenai perempuan
yang
mengatakan
2007)
juga
mengatakan
dibandingkan laki-laki, perempuan lebih
arti
yang
mengenai
dihubungkan
dan laki-laki (Santrock, 2007)
banyak melakukan tugas rumah tangga,
Stereotip gender bagi pria dan
kurang banyak menggunakan waktunya
wanita
untuk melakukan pekerjaan yang digaji,
berkembang dalam masyarakat menjadi
memperoleh
lebih
acuan bagi individu untuk berperilaku,
rendah, dan kurang banyak yang terpilih
seperti yang dinyatakan Hurlock (1997)
menjadi wakil dalam jajaran tertinggi dari
bahwa stereotip gender mengharapkan
suatu organisasi. Selanjutnya DeZolt dan
setiap
Hull
kenyataan
penghasilan
(dalam
yang
Santrock,
2007)
yang
telah
individu
bahwa
terbentuk
mampu
dan
menerima
mereka
harus
mengemukakan salah satu fakta mengenai
menyesuaikan diri dengan stereotip peran
perbedaan antara laki-laki dan perempuan
gender yang telah disetujui bila ingin
dalam sekolah yaitu ketika siswa sekolah
mendapatkan penerimaan sosial yang
dasar diminta untuk membuat daftar
baik.
mengenai apa yang diinginkan setelah
Di Indonesia, streotipe mengenai
besar nanti, murid laki-laki cenderung
gender berbasis ekspresi serta peran sosial
lebih banyak menyebutkan pilihan karier
masih sangat tinggi (Putri dkk: 2012),
dibandingkan murid perempuan.
streotipe mengenai ekspresi dan peran
Berry
(1999)
juga
mengatakan
sosial ini menyebabkan adanya perbedaan
bahwa perbedaan kategori biologis antara
sikap, harapan dan tujuan antara laki-laki
pria dan wanita juga menghasilkan praktik
dan perempuan. Berbagai macam hal
seperti jenis-jenis pekerjaan dan harapan
yang merupakan mahasiswa lebih hanya
mengenai sesuatu seringkali didasarkan
mempunyai tujuan dan harapan pada issu
pada tuntutan dan streotipe antara laki-laki
akademik yang dihadapi saat ini.
dan
perempuan.
yang
Sue dan Sue (2003) juga selanjutnya
dikatakan oleh Garaigordobil, Maganto,
mencatat bahwa kemampuan individu
Perez, dan Sansinenea (dalam Putri dkk,
untuk beradaptasi sangat dipengaruhi oleh
2012)
seringkali
latar belakang budaya dan pandangan
tentang
dunia. Menurut Sue dan Sue (2003),
bagaimana laki-laki diharapkan lebih kuat
pandangan dunia yang terdiri dari sikap
dibandingkan
kita,
jenis
didasarkan
Sebagaimana
pekerjaan
pada
stereotip
perempuan,
laki-laki
nilai-nilai,
dan
pendapat
cenderung untuk lebih agresif, antisosial,
mempengaruhi bagaimana kita berpikir,
perilaku yang eksternal, sedangkan anak
mendefinisikan
peristiwa,
membuat
perempuan lebih cemas, depresif, dan
keputusan,
berperilaku.
Hal
internalisasi masalah.
mendukung
Williams dan Best (dalam Santrock,
dan
gagasan
bahwa
ini
harapan
seseorang sering berada dan didasarkan
2007) juga mengatakan bahwa di berbagai
pada
budaya, laki-laki secara luas dianggap
Sebagaimana
sebagai sosok yang dominan, mandiri,
Calhoun dan Acocella (dalam Rinaldi,
agresif, berorientasi pada prestasi, dan
2010)
gigih,
pada
mempengaruhi penyesuaian antara laki-
umumnya dianggap sebagai sosok yang
laki dan perempuan. Setiap kelompok
mengasuh, gemar berkumpul, kurang
masyarakat mempunyai pandangan dan
percaya diri, dan lebih banyak menolong
konsep perilaku sendiri-sendiri tentang
orang
perilaku laki-laki dan perempuan dan
sementara
lain
yang
perempuan
sedang
mengalami
kesulitan. Hal ini dipengaruhi oleh orang
tua, masyarakat, dan kelompok sosial.
konteks
budaya
yang
keadaan
tertentu.
dikatakan
sosial
oleh
masyarakat
menanamkan patokan tersebut.
Berdasarkan
beberapa
Beberapa konsep tersebut menunjukkan
mengenai
tingkat harapan yang tinggi pada laki-laki
disebabkan oleh perbedaan peran pria dan
dibandingkan
sehingga
wanita yang dibedakan satu sama lain
menyebabkan laki-laki lebih mempunyai
didasari pada pendapat Brannon (1996),
banyak harapan dan wanita lebih hanya
dan menurut Berry dkk (1999) bahwa
fokus pada hal yang dihadapi nya saat ini,
perbedaan kategori biologis menghasilkan
dimana subjek wanita pada penelitian ini
peran, stereotip gender, dan ideologi peran
wanita,
perbedaan
harapan
konsep
yang
seks
yang
mengarah
tindakan
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
pemisahan antara pria dan wanita, serta
Hal ini merupakan representasi dari
peran yang dikenakan pada pria dan
harapan dan tujuan hidup remaja pada
wanita pada akhirnya bisa menjadi sebuah
penelitian ini, dimana harapan dan tujuan
stereotip
hidup pada laki-laki yaitu pada harapan
gender,
mengenai
pada
yaitu
keyakinan
sekumpulan
arti
yang
seperti karir, cita-cita, dan komeptisi,
dengan
laki-laki
dan
sedangkan wanita lebih pada akademik
dihubungkan
perempuan (Hurlock, 1997), dan stereotip
dan
gender bagi pria dan wanita yang telah
keharmonisan keluarga, membahagiakan
terbentuk
orang tua, dan menyesuaikan diri dengan
dan
berkembang
dalam
masyarakat menjadi acuan bagi individu
hubungan
personal
seperti
lingkungan.
untuk berperilaku, seperti yang dinyatakan
Hurlock (1997) bahwa stereotip gender
PENUTUP
mengharapkan setiap individu mampu
Berdasarkan hasil penelitian ini,
menerima kenyataan bahwa mereka harus
dapat disimpulkan, pertama, beberapa
menyesuaikan diri dengan stereotip peran
pengalaman kegagalan dalam hidup bagi
gender yang telah disetujui bila ingin
remaja adalah gagal dalam akademik,
mendapatkan penerimaan sosial yang
harapan, hubungan personal, kompetisi,
baik.
dan manajemen diri, dengan pengalaman
Sehingga
berdasarkan
konsep-
konsep tersebut dapat mendukung hasil
kegagalan yang paling banyak adalah
kegagalan pada akademik.
penelitian ini yang menemukan bahwa
Kedua, ada perbedaan pengalaman
adanya perbedaan pengalaman kegagalan
kegagalan antara laki-laki dan perempuan,
antara laki-laki dan perempuan, dimana
dimana laki-laki lebih merasa pengalaman
pengalaman kegagalan pada laki-laki
kegagalan
adalah gagal mencapai harapan, seperti
mencapai harapan dan kompetisi, seperti
gagal dalam karir, cita-cita, dan kompetisi
gagal dalam karir, cita-cita, dan gagal
sedangkan
dalam kompetisi, sedangkan perempuan
perempuan
dalam
hal
adalah
lebih
akademik dan hubungan personal, seperti
adalah kegagalan dalam akademik dan
masuk perguruan tinggi, menyelesaikan
hubungan personal, seperti gagal dalam
pendidikan,
prestasi
membahagiakan
orang
keluarga,
tua,
dan
pengalaman
dalam
akademik seperti gagal dalam prestasi
keharmonisan
merasa
kegagalan
akademik,
masuk
kegagalan
perguruan
tinggi menyelesaikan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Berry, J.W. Poortinga, Y.H., Segall, M.H.,
Dasen, P.R. (1999). Psikologi
Lintas Budaya: Riset dan
Aplikasi. Alih Bahasa: Edi
Suhardono. Jakarta: PT.Gramedia
Pustaka Utama.
Brannon,
L.
(1996).
Gender:
Psychological
Perspectives.
Massacussett: Allyn & Bacon.
Harmaini (2012). Mengapa Kegagalan
Menyakitkan.
Laporan
Penelitian Fakultas Psikologi
UIN Suska Riau.
Hurlock,
E.B.
(1997).
Psikologi
Perkembangan:
Suatu
Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan.
Alih
Bahasa:
Istiwidayanti dan Soedjarwo.
Jakarta: Erlangga.
Husni, D, Milla N.M, Fitriyani E. (2012)
Sense of Pride Different Between
Boys and Girls. Laporan
Penelitian Fakultas Psikologi
UIN Suska Riau.
Hwang, K.K . (2012). Foundation of
Chinese Psychology. Taiwan :
Springer
Karnani, H., & Pomm, H., (2006).
Screening
for
adolescent
depression and anxiety in the
primary
care
environment:
Calming the storm within.
Northeast Florida Medicine, 4146.
Oetami, P., Yuniarti, K.W. (2011).
Orientasi Kebahagiaan SMA,
Tinjauan Psikologi Indigenous
pada Siswa Laki-Laki dan
Perempuan. Humanitas, Vol. VIII
No 2. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada.
Papalia, Old, &Feldman. (2008). Human
development. Jakarta : Kencana.
Putri, A.K, Prawitasari, J.E, Hakim, M.A,
Yuniarti, K.W, Kim Uichol
(2012). Sadness as perceived by
Indonesian man and female
adolescent. International Journal
of
Research
Studies
in
Psychology,Vol 1, No 127-136.
Rinaldi
(2010).
Reseliensi
pada
Masyarakat Kota Padang ditinjau
dari Jenis Kelamin. Jurnal
Psikologi Vol. 3,No 2.
Rostiana (1999). Deskripsi dan dinamika
konflik pada Boundary Role
Person, Arkhe, Jurnal Ilmiah
Psikologi. 4, No 7: Jakarta
Fakultas Psikologi Universitas
Tarumanegara.
Santrock, J.W (2003). Adolescence
(Perkembangan
Remaja).
Jakarta : Erlangga
Santrock, John W. (2007) Remaja, edisi
kesebelas. Erlangga.
Sari, R.P, Rejeki T.A & Achmad M.M
(2006).
Pengungkapan
Diri
Mahasiswa
Tahun
Pertama
Universitas Dipenogoro Ditinjau
Dari Jenis Kelamin dan Harga
Diri.
Jurnal
Psikologi
Universitas Diponegoro, Vol
3,No 2.
Sarwono, S. W. (2001). Psikologi remaja.
Jakarta : PT. RajaGrafindo
Persada.
Sue, D. W., & Sue, D. (2003). Counseling
the culturally diverse: Theory
and Practice (4th ed). NY: Wiley
& Son.
http://nasional.kompas.com/read/308.000.
SNMPTN
LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN
Oleh
Muhammad Nur Syamsu
(m.nur_syamsu@yahoo.com)
Mirra Noor Milla
Fakultas Psikologi UIN Suska Riau
ABSTRAK
Situasi sukses dan kegagalan merupakan reperesentasi keinginan dan tujuan hidup yang
ingin dicapai, perbedaan harapan antara laki-laki dan perempuan akan membuat perbedaan
kegagalan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengalaman kegagalan pada
remaja. Penelitian ini mensurvei 605 (laki-laki: 217, perempuan: 388) orang remaja di tiga
perguruan tinggi berbeda di Pekanbaru, dengan menggunakan questioner (pertanyaan)
terbuka. Subjek diminta untuk menjawab pertanyaan “pengalaman kegagalan apa yang
paling menyakitkan dalam hidup?”, dikembangkan oleh Kim dan Park (2006). Analisis
data menggunakan pendekatan Indigenous psychology, dengan kategorisasi, frekuensi, dan
cross tabulasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa ada lima pengalaman kegagalan pada
remaja, yaitu: akademik (48,1%), harapan (17%), hubungan personal (15,9), kompetisi
(10,4%), manajemen diri (3,1%). Penelitian ini juga menemukan perbedaan pengalaman
kegagalan antara laki-laki dan perempuan, laki-laki lebih merasa gagal dalam harapan
(9,3%) dan kompetisi (6,6%), sedangkan perempuan lebih merasa gagal dalam akademik
(36,4%) dan hubungan personal (10,6%). Penelitian ini memberikan pemahaman bahwa
perbedaan kegagalan antara laki-laki dan perempuan disebabkan oleh adanya perbedaan
peran sosial antara laki-laki dan perempuan.
Kata Kunci: pengalaman kegagalan, akademik, harapan, laki-laki, perempuan.
PENDAHULUAN
dapat
memicu
munculnya
depresi
kondisi
(Santrock, 2007). Situasi konflik emosi
antara yang diharapkan tidak sesuai
tersebut dapat berupa kemarahan dan
dengan apa yang didapatkan, hal ini
kesedihan, hal itu merupakan emosi yang
membuat individu khususnya remaja akan
paling kuat di dalam diri kehidupan
mengalami
remaja
Kegagalan
merupakan
situasi
konflik
emosi.
(Putri,
Prawitasari,
Hakim,
Kesenjangan yang terlalu besar antara diri
Yuniarti, dan Kim Uichol, 2012). Konflik
aktual dan diri ideal “seseorang menjadi
emosional yaitu terjadi akibat adanya
apa” dapat mengakibatkan penghayatan
perasaan marah, tidak percaya, tidak
bahwa dirinya gagal dan kritik diri serta
simpatik, takut dan penolakan, serta
adanya
pertentangan
antar
pribadi
(personality clashes) (Dalimunthe, 2003).
Berkaitan dengan situasi kegagalan
beberapa
Diener,
penelitian
Dweck,
telah
dilakukan.
Bempechat
(dalam
Hwang, 2012) menemukan bahwa ada
perbedaan individu pada pelajar dalam
merespon situasi frustasi yang disebabkan
oleh proses belajar. Beberapa pelajar
menunjukkan
pola
perilaku
learned
helplessness. Mereka terlalu khawatir
dengan hasil kegagalan dan kemudian
merasa frustasi, ragu-ragu, dan enggan
untuk mencoba menantang tugas-tugas,
sebaliknya beberapa pelajar mengadopsi
pola perilaku mastery oriented. Mereka
tidak merasa kalah oleh kegagalan tetapi
berkaitan dengan prestasi akademik dan
harapan dari orang tua. Selanjutnya Pohan
(dalam Afiatin, 1996) melaporkan bahwa
hampir semua responden yang terdiri dari
remaja memiliki masalah yang berkaitan
dengan
prestasi,
akademik.
khususnya
Bahkan
secara
prestasi
statistik
dilaporkan bahwa pada tahun 2013 ini ada
308.000 peserta Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)
yang gagal lolos untuk masuk perguruan
tinggi negeri dari jumlah peserta yang
mendaftar
mencapai
618.804
orang.
(http://nasional.kompas.com/read/308.000
.SNMPTN). Berdasarkan data tersebut
diketahui bahwa isu kegagalan merupakan
isu yang sering berkaitan dengan remaja.
akan menerima tantangan dan mampu
Beberapa hal yang berkaitan dengan
untuk memelihara motivasi yang kuat
kegagalan pada remaja merupakan suatu
untuk belajar.
reperesentasi dari keinginan dan tujuan
Menurut Dweck dan Elliot (dalam
Hwang, 2012) biasanya pelajar dengan
pola
perilaku
cenderung
learned
mengatribusi
helplessness
kegagalan
mereka sebagai sesuatu yang tidak dapat
dikendalikan dan tidak dapat diubah.
Beberapa isu kegagalan pada remaja
beberapa diantaranya adalah berkaitan
hidup yang ingin dicapai oleh remaja
tersebut. Hwang (2012) mengindikasikan
bahwa situasi sukses atau kegagalan
merupakan representasi dari tujuan hidup
yang ingin dicapai oleh pelajar di tingkat
universitas pada budaya individualisme
barat maupun budaya kekeluargaan di
Asia timur.
dengan hal-hal akademik dan harapan
Hal yang perlu diketahui juga
sosial, sebagaimana yang dikatakan oleh
berkaitan dengan isu kegagalan pada
Hwang (2012) bahwa beberapa tujuan
remaja tersebut adalah bahwa persepsi
hidup seorang pelajar diantaranya adalah
mengenai
kegagalan
pada
remaja
memiliki isu yang berbeda antara laki-laki
mengharapkan sesuatu, memiliki status
dan
(2012)
pekerjaan yang baik dan status sosial yang
mengatakan bahwa di Indonesia, streotipe
tinggi, hal ini sekali lagi didasarkan pada
mengenai gender berbasis ekspresi serta
pengaruh budaya yang sangat kuat dalam
peran sosial masih sangat tinggi, streotipe
mempromosikan keterbukaan sosial dan
mengenai ekspresi dan peran sosial ini
optimisme. Pengaruh streotipe mengenai
menyebabkan adanya perbedaan sikap,
peran
harapan dan tujuan antara laki-laki dan
perempuan tersebut menjadi faktor yang
perempuan. Berbagai macam hal seperti
menyebabkan adanya perbedaan sikap,
jenis-jenis
harapan,
perempuan,
Putri
pekerjaan
dkk
dan
harapan
sosial
dan
antara
laki-laki
tujuan
yang
dan
berbeda.
mengenai sesuatu seringkali didasarkan
Berdasarkan
pada tuntutan dan streotipe antara laki-laki
kegagalan dan isu kegagalan tersebut
dan
yang
maka penelitian ini bertujuan untuk
dikatakan oleh Garaigordobil, Maganto,
melihat apa saja pengalaman kegagalan
Perez, dan Sansinenea (dalam Putri dkk,
yang paling menyakitkan bagi seseorang
2012)
dan perbedaan pengalaman kegagalan
perempuan.
jenis
didasarkan
Sebagaimana
pekerjaan
pada
seringkali
streotip
tentang
fenomena
mengenai
antara laki-laki dan perempuan.
bagaimana laki-laki diharapkan lebih kuat
dibandingkan
perempuan,
laki-laki
cenderung untuk lebih agresif, antisosial,
LANDASAN TEORI
Gender
merupakan
perilaku yang eksternal, sedangkan anak
sosiobudaya
perempuan lebih cemas, depresif, dan
keberadaan
internalisasi masalah. Hal ini dipengaruhi
perempuan
oleh orang tua, masyarakat, dan kelompok
gender
sosial.
seperangkat ekspektasi yang menentukan
Streotipe mengenai tuntutan peran
sosial yang diberikan serta tuntutan
budaya
yang
ada
dilingkungan
menyebabkan perbedaan harapan serta
tujuan antara laki-laki dan perempuan.
Putri dkk (2012) mengatakan bahwa lakilaki lebih dituntut lebih optimis dalam
bagaimana
dan
dimensi
psikologis
dari
sebagai
laki-laki
dan
(Santrock,
2007).
(gender
role)
perempuan
Peran
merupakan
dan
laki-laki
sebaiknya berpikir, bertindak, dan merasa
(2007).
Stereotip
gender
(gender
stereotype) adalah kategori luas yang
mencerminkan
berbagai
kesan
dan
keyakinan kita mengenai perempuan dan
laki-laki. Semua stereotip, baik yang
didasarkan
pada
gender,
etnis,
atau
kelompok-kelompok lain, mengandung
dalam
jajaran
gambaran mengenai anggota tipikal dari
organisasi.
tertinggi
dari
suatu
suatu kategori sosial tertentu. (Santrock,
Berbagai macam hal seperti jenis-
2007). William dan Best (dalam Santrock,
jenis pekerjaan dan harapan mengenai
2007)
sesuatu
mengatakan
bahwa
stereotip
seringkali
didasarkan
pada
terhadap perempuan dan laki-laki sudah
tuntutan dan streotipe antara laki-laki dan
cukup menyebar, di berbagai budaya, laki-
perempuan. Sebagaimana yang dikatakan
laki secara luas dianggap sebagai sosok
oleh Garaigordobil, Maganto, Perez, &
yang
Sansinenea (dalam Putri dkk, 2012) jenis
dominan,
mandiri,
agresif,
berorientasi pada prestasi, dan gigih,
pekerjaan
sementara perempuan pada umumnya
stereotip
dianggap sebagai sosok yang mengasuh,
diharapkan
gemar berkumpul, kurang percaya diri,
perempuan, laki-laki cenderung untuk
dan lebih banyak menolong orang lain
lebih agresif, antisosial, perilaku yang
yang sedang berada mengalami kesulitan.
eksternal, sedangkan anak perempuan
Alice
Eagly (dalam Santrock,
2007) mengajukan teori peran sosial
seringkali
tentang
lebih
didasarkan
bagaimana
kuat
pada
laki-laki
dibandingkan
lebih cemas, depresif, dan internalisasi
masalah
(social role theory) yang menyatakan
Pembentukan peran sosial dapat
bahwa perbedaan yang ekstrem antara
dipengaruhi salah satunya oleh orang tua,
perempuan dan laki-laki. Wood (dalam
orang tua melalui tindakannya dapat
Santrock, 2007) mengatakan bahwa di
mempengaruhi
sebagaian
dunia,
anak-anak dan remaja (Maccoby, McHale,
perempuan dianggap memiliki kekuasaan
Crouter, dan Whiteman, 2003). Selama
dan status yang lebih rendah dibandingkan
masa transisi dari masa kanak-kanak
laki-laki, dan perempuan juga memiliki
hingga
kontrol yang lebih kecil terhadap sumber
membiarkan laki-laki untuk bersikap lebih
daya. Dibandingkan laki-laki, perempuan
mandiri dibandingkan perempuan.
lebih
besar
banyak
rumah
budaya
di
melakukan
tangga,
yang
kurang
digaji,
remaja,
gender
orang
tua
tugas-tugas
banyak
menggunakan waktunya untuk melakukan
pekerjaan
masa
perkembangan
METODE
Subjek
dalam
penelitian
ini
memperoleh
berjumlah 605 mahasiswa Universitas di
penghasilan yang lebih rendah, dan
Pekanbaru, berasal dari tiga perguruan
kurang banyak terpilih menjadi wakil
tinggi yang berbeda, yaitu Universitas
Abdurrab, Universitas Riau, dan UIN
Instrumen pengumpulan data dalam
Suska Riau, usia 17-24 tahun, terdiri dari
penelitian ini menggunakan questioner
subjek laki-laki yang berjumlah 217 orang
dengan
pertanyaan
dan subjek perempuan berjumlah 388
seluruh
responden
orang. Teknik pengambilan sampling yang
menjawab pertanyaan tersebut dengan
digunakan adalah teknik non random
bebas, selanjutnya peneliti mengkategori
sampling.
seluruh
respon
jawaban
tersebut,
berikut
persentase
Penelitian
instrumen
ini
berupa
menggunakan
kuesioner
dengan
pertanyaan terbuka yang dikembangkan
oleh
Kim
dan
Park
(2006),
dan
dikembangkan oleh Center for Indigenous
& Cultural Psychology (CICP) Fakultas
Psikologi
Universitas
Gadjah
Mada.
Setiap subjek diminta untuk menjawab
“Dalam
hidup
anda,
pengalaman
kegagalan apa bagi anda yang paling
menyakitkan?
Analisis
pendekatan
data
menggunakan
Indigenous
Psychology,
dengan koding, kategorisasi, frekuensi,
dan tabulasi silang. Dimulai dengan
mengkoding
seluruh
respon
jawaban
subjek, selanjutnya dikategorisasi pada
kategori-kategori jawaban yang sama,
setelah
didapatkan
kategori-kategori
jawaban selanjutnya dicari frekuensi dari
jawaban-jawaban subjek tersebut dan
mengcross-tab dengan bantuan program
SPSS for windows version 18.0
dimana
diminta
untuk
responden
kategori
jawaban responden:
Tabel. 1
Persentase kategori kecil
pengalaman kegagalan
jawaban
Kategori
Jumlah(N) Persen(%)
1. Akademik
Prestasi Akademik
Masuk Perguruan Tinggi
Menyelesaikan
Pendidikan
Masuk Sekolah
yang diinginkan
2. Harapan
Memenuhi Harapan
Karir
Meraih Cita-Cita
Pembuktian Diri
3. Hubungan Personal
Cinta
Keharmonisan Keluarga
Membahagiakan
Orang tua
Mendapatkan
Kepercayaan
Menyesuaikan Diri
dengan Lingkungan
4. Kompetisi
5. Manajemen Diri
Manajemen Diri
Mengambil Keputusan
Menjalankan Agama
6. Lain-Lain
Tidak ada
Blank
Total
291
161
90
(48,1%)
(26,6%)
(14,9%)
21
(3,5%)
19
103
31
48
15
9
96
31
13
(3,1%)
(17,0%)
(5,1%)
(7,9%)
(2,5%)
(1,5%)
(15,9%)
(5,1%)
(2,1%)
32
(5,3%)
6
(1,0%)
14
63
19
10
6
3
33
13
20
605
(2,3%)
(10,4%)
(3,1%)
(1,7%)
(1,0%)
(0,5%)
(5,5%)
(2,1%)
(3,3%)
(100%)
Pada
HASIL
terbuka,
tabel
1
menunjukkan
persentasi kategori jawaban responden
mengenai pengalaman kegagalan dalam
hidup,
dimana
kategori
jawaban
jawaban dari 605 subjek (laki-laki: 217,
pengalaman kegagalan dalam hidup bagi
perempuan: 388) hasil dalam penelitian
remaja adalah gagal dalam akademik yang
ini
berasal dari kategori prestasi akademik,
pengalaman kegagalan bagi remaja, yaitu:
masuk perguruan tinggi, menyelesaikan
(1) Akademik (48,1%), (2) Harapan
pendidikan, dan masuk sekolah yang
(17,0%), (3) Hubungan Personal (15,9%),
diinginkan, kategori jawaban pengalaman
(4) Kompetisi (10,4%), (5) Manajemen
kegagalan yang selanjutnya adalah gagal
diri (3,1%) dan Lain-Lain (5,5%).
menemukan
bahwa
ada
lima
dalam harapan, berasal dari kategori
Pengalaman kegagalan dalam hidup
memenuhi harapan, karir, meraih cita-cita,
bagi remaja pertama adalah kegagalan
dan pembuktian diri, kategori jawaban
akademik, kegagalan dalam akademik
pengalaman
berasal dari kategori-kategori, seperti
kegagalan
ketiga
adalah
gagal dalam hubungan personal, berasal
prestasi
dari
tinggi, menyelesaikan pendidikan, masuk
kategori
keluarga,
cinta,
keharmonisan
membahagiakan
orang
akademik,
masuk
perguruan
tua,
sekolah yang diinginkan. Akademik dalam
mendapatkan kepercayaan, menyesuaikan
kamus ilmiah popular berarti keilmuan,
diri dengan lingkungan, dan menjalankan
tentang pengajaran di perguruan tinggi,
agama, selanjutnya kategori ke empat
bersifat ilmu pengetahuan, berteori, tidak
adalah
praktis
kompetisi, dan terakhir adalah
manajemen
diri,
yang
manajemen
diri
dan
terdiri
dari
mengambil
(Partanto
Konsep
dan
mengenai
Barry,
1994).
kegagalan
dalam
akademik didasarkan pada usia remaja
keputusan.
yang
Tabel. 2
Persentase
kategori
pengalaman kegagalan
pendidikan sehingga harapan dan segala
jawaban
sedang
aktivitas
menempuh
banyak
berkaitan
jenjang
dengan
masalah akademik.
Kategori
Akademik
Harapan
Hubungan
Personal
Kompetisi
Manajemen
diri
Lain-Lain
Total
605
Frekuensi
N
291
103
Persen
(%)
48,1
17,0
Valid
%
48,1
17,0
96
63
15,9
10,4
15,9
10,4
19
33
3,1
3,1
5,5
5,5
100.0% 100.0%
Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa
berdasarkan
seluruh
kategori
respon
Pengalaman kegagalan bagi remaja
yang kedua adalah kegagalan dalam
harapan, kegagalan dalam harapan terdiri
dari
kategori-kategori
kecil,
seperti
memenuhi harapan, karir, mengambil
keputusan, meraih cita-cita, pembuktian
diri.
Harapan
merefleksikan
persepsi
individu terhadap kemampuan mereka
untuk mendefenisikan tujuan yang jelas,
berinisiatif,
dan
Pengalaman kegagalan bagi remaja
mempertahankan
yang keempat adalah kegagalan dalam
motivasi untuk menggunakan berbagai
kompetisi, yang hanya terdiri dari satu
strategi, dan mengembangkan strategi
kategori. Kompetisi dalam kategori ini
yang spesifik untuk mencapai tujuan
merupakan
tersebut (Snyder, 1994).
ataupun pertandingan yang bertujuan
Berbagai
macam
harapan
bagi
suatu
bentuk
persaingan
untuk memperebutkan kemenangan.
remaja yang bertujuan untuk mendapatkan
Pengalaman kegagalan bagi remaja
sesuatu, seperti memenuhi harapan, karir,
yang kelima adalah kategori manajemen
dan cita-cita berkaitan dengan masa
diri, yang terdiri dari manajemen diri dan
remaja dimana masa remaja penuh dengan
mengambil keputusan, manajemen diri
harapan-harapan yang semakin realistis.
dalam
Pengalaman kegagalan bagi remaja
yang ketiga adalah kegagalan dalam
hubungan personal,
kegagalan
kategori
ini
merupakan
pengendalian terhadap diri dari perbuatan
yang tidak baik.
dalam
Penelitian
ini
selanjutnya
hubungan personal terdiri dari kategori-
menemukan
bahwa
kategori kecil, seperti cinta, keharmonisan
pengalaman
kegagalan
keluarga,
kepercayaan,
ditinjau dari jenis kelamin antara laki-laki
menyesuaikan diri dengan lingkungan,
dan perempuan, laki-laki merasa gagal
menjalankan agama, dan membahagiakan
dalam hal harapan (9,3%) dan kompetisi
orang tua.
Hubungan personal dalam
(6,6%), sedangkan wanita lebih merasa
kategori ini merupakan hubungan antara
gagal dalam hal akademik (36,4%) dan
diri individu dengan dirinya sendiri dan
hubungan personal (10,6%).
orang lain dalam kaitan bagaimana ia
dengan orang lain. Hubungan personal
Tabel. 3
Persentase
kategori
jawaban
pengalaman kegagalan ditinjau dari
jenis kelamin
yang dijalani oleh remaja dalam penelitian
Kategori
mendapatkan
berinteraksi dengan dirinya sendiri dan
ini berkaitan dengan hubungan dengan
lawan jenis yaitu cinta yang memang
merupakan hal yang biasa dalam masa
remaja, dan hubungan dengan orang tua,
masa remaja merupakan masa dimana
remaja masih bergantung pada orang tua.
Akademik
Harapan
Hubungan
Personal
Kompetisi
Manajemen diri
Lain-Lain
Total
ada
perbedaan
dalam
hidup
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
71 (11,7%)
220 (36,4%)
56 (9,2%)
47 (7,8%)
32 (5,2%)
40 (6,6%)
6 (1,0%)
12 (2,0%)
217
64 (10,5%)
23 (3,8%)
13 (2,1%)
21 (3,5%)
388 100%
dicapai.
Pada
tabel
persentase
3
menunjukkan
jawaban
pengalaman
kegagalan dalam hidup pada laki-laki dan
perempuan,
dimana
laki-laki
lebih
menganggap kegagalan dalam harapan
dan kompetisi sedangkan wanita lebih
menganggap kegagalan dalam akademik
dan hubungan personal.
menemukan pengalaman kegagalan dalam
remaja
serta
perbedaan
kegagalan pada laki-laki dan perempuan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
remaja merasa kegagalan dalam hidup
adalah
kegagalan
dalam
akademik,
harapan,
kegagalan
dalam hubungan personal,
kegagalan
dalam
kegagalan
kegagalan
dalam
kompetisi,
dan
manajenem diri. Remaja laki-laki lebih
merasa
gagal
dalam
harapan
tersebut tidak tercapai maka akan menjadi
sesuatu yang menimbulkan gejolak emosi
didalam diri remaja dan menjadi suatu hal
yang menyakitkan, dimana ketika self
ideal “seseorang menjadi apa” tidak
sesuai dengan self actual, maka dapat
mengakibatkan
penghayatan
bahwa
dirinya gagal dan kritik diri serta dapat
2007).
Hasil temuan dalam penelitian ini
bagi
ketika
memicu timbulnya depresi (Santrock,
PEMBAHASAN
hidup
Selanjutnya
harapan,
dan
kompetisi sedangkan perempuan lebih
merasa gagal dalam hal akademik dan
hubungan personal.
Beberapa hal yang berkaitan dengan
kegagalan pada remaja merupakan suatu
representasi dari keinginan dan harapan
yang ingin dicapai, sebagaimana yang
dikatakan oleh Hwang (2012) bahwa
situasi sukses dan kegagalan merupakan
representasi dari tujuan hidup yang ingin
Penelitian ini menjelaskan bahwa
kegagalan bagi remaja berkaitan dengan
harapan remaja untuk berhasil dalam
bidang akademik, mencapai harapan,
berhasil
dalam
menjalin
hubungan
personal, berhasil dalam kompetisi, dan
berhasil alam manajemen diri. Berkaitan
dengan hasil ini dapat dilihat bahwa
remaja telah memiliki harapan-harapan
dan tujuan hidup yang lebih jelas dan
beragam, sebagaimana yang dikatakan
oleh Santrock (2007) bahwa masa remaja
merupakan suatu masa perkembangan di
mana
individu
mulai
memfokuskan
perhatiannya pada pilihan pekerjaan dan
gaya hidup.
Berdasarkan hasil dimana kegagalan
dalam akademik adalah berkaitan dengan
masa remaja yang sedang berada pada
tahap menempuh pendidikan, sehingga
harapan dan segala aktivitas banyak
berkaitan
dengan
masalah
akademik.
Selanjutnya kegagalan dalam mencapai
Penelitian
ini
juga
selanjutnya
harapan berkaitan dengan masa remaja
menemukan bahwa adanya perbedaan
yang sedang mempersiapkan diri menuju
pengalaman kegagalan pada laki-laki dan
pencapain identitas diri. Mencari identitas
perempuan.
diri mencakup hal memutuskan apa yang
pengalaman kegagalan dalam mencapai
penting
harapan
dan
patut
dikerjakan
serta
dan
Laki-laki
lebih
kompetisi,
merasa
sedangkan
memformulasikan standar tindakan dalam
perempuan lebih merasa pengalaman
mengevaluasi perilaku dirinya dan juga
kegagalan dalam akademik dan hubungan
perilaku orang lain. Hal ini mencakup
personal. Hal ini menjelaskan bahwa laki-
juga perasaan harga diri dan kompetensi
laki lebih mempunyai tujuan hidup pada
diri (Atkinson, 1983).
harapan mengenai karir, meraih cita-cita,
Kategori
kegagalan
personal
selanjutnya
dalam
menjalin
merupakan
adalah
dan kompetisi, sedangkan perempuan
hubungan
lebih mempunyai harapan pada hal-hal
yang
yang berkaitan dengan akademik dan
berkaitan dengan bagaimana individu
hubungan personal seperti keharmonisan
berhubungan
keluarga, membahagiakan orang tua, cinta
dengan
kegagalan
orang
lain.
Kemampuan membina hubungan ditandai
dan
menyesuaikan
dengan kemampuan mengendalikan dan
lingkungan.
diri
dengan
menangani emosi dengan baik ketika
Perbedaan harapan antara laki-laki
berhubungan dengan orang lain, cermat
dan perempuan ini dapat didasari oleh
membaca situasi dan jaringan sosial,
adanya strereotip gender mengenai peran
berinteraksi dengan lancar, memahami
sosial yang ada di lingkungan masyarakat,
dan bertindak bijaksana dalam hubungan
perbedaan peran sosial ini menyebabkan
antar manusia (Goleman, 2004). Kategori
adanya perbedaan sikap, harapan, dan
berikutnya kegagalan dalam kompetisi
tujuan laki-laki dan perempuan (Putri dkk,
merupakan kegagalan yang berkaitan
2012). Peran pria dan wanita yang
dengan
ingin
dibedakan satu sama lain didasari pada
mencapai suatu kemenangan dalam suatu
pendapat Brannon (1996), bahwa pria
persaingan dan pertandingan. Kategori
diharapkan menunjukkan peran sebagai
yang terakhir adalah kategori kegagalan
sosok tangguh, percaya diri, berorientasi
dalam
pada kesuksesan dan mengejar status,
bagaimana
manajemen
individu
diri,
dimana
manajemen diri merupakan pengendelaian
sedangkan
wanita
diharapkan
diri terhadap perilaku yang tidak baik.
menunjukkan peran lemah lembut, sopan,
patuh, dan
rumah
kultural yang berupa pola pengasuhan
(dalam
anak, peran, stereotip gender, dan ideologi
Brannon, 1996) menyebut peran pria
peran seks yang mengarah pada tindakan
tersebut sebagai peran instrumental dan
pemisahan antara pria dan wanita. Peran
peran bagi wanita disebut sebagai peran
yang dikenakan pada pria dan wanita pada
ekspresif.
akhirnya bisa menjadi sebuah stereotip
tangga.
pandai mengurus
Parsons
dan
Bales
Alice Eagly (dalam Santrock, 2007)
gender,
yaitu
keyakinan
mengajukan teori peran sosial (social role
sekumpulan
theory),
bahwa
dengan laki-laki dan perempuan (Hurlock
perbedaan gender terutama diakibatkan
1997). Stereotip gender (gender stereotip)
oleh perbedaan yang ekstrem antara
juga dapat diartikan sebagai suatu kategori
perempuan dan laki-laki. Eagly (dalam
luas yang mencerminkan berbagai kesan
Santrock,
dan keyakinan kita mengenai perempuan
yang
mengatakan
2007)
juga
mengatakan
dibandingkan laki-laki, perempuan lebih
arti
yang
mengenai
dihubungkan
dan laki-laki (Santrock, 2007)
banyak melakukan tugas rumah tangga,
Stereotip gender bagi pria dan
kurang banyak menggunakan waktunya
wanita
untuk melakukan pekerjaan yang digaji,
berkembang dalam masyarakat menjadi
memperoleh
lebih
acuan bagi individu untuk berperilaku,
rendah, dan kurang banyak yang terpilih
seperti yang dinyatakan Hurlock (1997)
menjadi wakil dalam jajaran tertinggi dari
bahwa stereotip gender mengharapkan
suatu organisasi. Selanjutnya DeZolt dan
setiap
Hull
kenyataan
penghasilan
(dalam
yang
Santrock,
2007)
yang
telah
individu
bahwa
terbentuk
mampu
dan
menerima
mereka
harus
mengemukakan salah satu fakta mengenai
menyesuaikan diri dengan stereotip peran
perbedaan antara laki-laki dan perempuan
gender yang telah disetujui bila ingin
dalam sekolah yaitu ketika siswa sekolah
mendapatkan penerimaan sosial yang
dasar diminta untuk membuat daftar
baik.
mengenai apa yang diinginkan setelah
Di Indonesia, streotipe mengenai
besar nanti, murid laki-laki cenderung
gender berbasis ekspresi serta peran sosial
lebih banyak menyebutkan pilihan karier
masih sangat tinggi (Putri dkk: 2012),
dibandingkan murid perempuan.
streotipe mengenai ekspresi dan peran
Berry
(1999)
juga
mengatakan
sosial ini menyebabkan adanya perbedaan
bahwa perbedaan kategori biologis antara
sikap, harapan dan tujuan antara laki-laki
pria dan wanita juga menghasilkan praktik
dan perempuan. Berbagai macam hal
seperti jenis-jenis pekerjaan dan harapan
yang merupakan mahasiswa lebih hanya
mengenai sesuatu seringkali didasarkan
mempunyai tujuan dan harapan pada issu
pada tuntutan dan streotipe antara laki-laki
akademik yang dihadapi saat ini.
dan
perempuan.
yang
Sue dan Sue (2003) juga selanjutnya
dikatakan oleh Garaigordobil, Maganto,
mencatat bahwa kemampuan individu
Perez, dan Sansinenea (dalam Putri dkk,
untuk beradaptasi sangat dipengaruhi oleh
2012)
seringkali
latar belakang budaya dan pandangan
tentang
dunia. Menurut Sue dan Sue (2003),
bagaimana laki-laki diharapkan lebih kuat
pandangan dunia yang terdiri dari sikap
dibandingkan
kita,
jenis
didasarkan
Sebagaimana
pekerjaan
pada
stereotip
perempuan,
laki-laki
nilai-nilai,
dan
pendapat
cenderung untuk lebih agresif, antisosial,
mempengaruhi bagaimana kita berpikir,
perilaku yang eksternal, sedangkan anak
mendefinisikan
peristiwa,
membuat
perempuan lebih cemas, depresif, dan
keputusan,
berperilaku.
Hal
internalisasi masalah.
mendukung
Williams dan Best (dalam Santrock,
dan
gagasan
bahwa
ini
harapan
seseorang sering berada dan didasarkan
2007) juga mengatakan bahwa di berbagai
pada
budaya, laki-laki secara luas dianggap
Sebagaimana
sebagai sosok yang dominan, mandiri,
Calhoun dan Acocella (dalam Rinaldi,
agresif, berorientasi pada prestasi, dan
2010)
gigih,
pada
mempengaruhi penyesuaian antara laki-
umumnya dianggap sebagai sosok yang
laki dan perempuan. Setiap kelompok
mengasuh, gemar berkumpul, kurang
masyarakat mempunyai pandangan dan
percaya diri, dan lebih banyak menolong
konsep perilaku sendiri-sendiri tentang
orang
perilaku laki-laki dan perempuan dan
sementara
lain
yang
perempuan
sedang
mengalami
kesulitan. Hal ini dipengaruhi oleh orang
tua, masyarakat, dan kelompok sosial.
konteks
budaya
yang
keadaan
tertentu.
dikatakan
sosial
oleh
masyarakat
menanamkan patokan tersebut.
Berdasarkan
beberapa
Beberapa konsep tersebut menunjukkan
mengenai
tingkat harapan yang tinggi pada laki-laki
disebabkan oleh perbedaan peran pria dan
dibandingkan
sehingga
wanita yang dibedakan satu sama lain
menyebabkan laki-laki lebih mempunyai
didasari pada pendapat Brannon (1996),
banyak harapan dan wanita lebih hanya
dan menurut Berry dkk (1999) bahwa
fokus pada hal yang dihadapi nya saat ini,
perbedaan kategori biologis menghasilkan
dimana subjek wanita pada penelitian ini
peran, stereotip gender, dan ideologi peran
wanita,
perbedaan
harapan
konsep
yang
seks
yang
mengarah
tindakan
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
pemisahan antara pria dan wanita, serta
Hal ini merupakan representasi dari
peran yang dikenakan pada pria dan
harapan dan tujuan hidup remaja pada
wanita pada akhirnya bisa menjadi sebuah
penelitian ini, dimana harapan dan tujuan
stereotip
hidup pada laki-laki yaitu pada harapan
gender,
mengenai
pada
yaitu
keyakinan
sekumpulan
arti
yang
seperti karir, cita-cita, dan komeptisi,
dengan
laki-laki
dan
sedangkan wanita lebih pada akademik
dihubungkan
perempuan (Hurlock, 1997), dan stereotip
dan
gender bagi pria dan wanita yang telah
keharmonisan keluarga, membahagiakan
terbentuk
orang tua, dan menyesuaikan diri dengan
dan
berkembang
dalam
masyarakat menjadi acuan bagi individu
hubungan
personal
seperti
lingkungan.
untuk berperilaku, seperti yang dinyatakan
Hurlock (1997) bahwa stereotip gender
PENUTUP
mengharapkan setiap individu mampu
Berdasarkan hasil penelitian ini,
menerima kenyataan bahwa mereka harus
dapat disimpulkan, pertama, beberapa
menyesuaikan diri dengan stereotip peran
pengalaman kegagalan dalam hidup bagi
gender yang telah disetujui bila ingin
remaja adalah gagal dalam akademik,
mendapatkan penerimaan sosial yang
harapan, hubungan personal, kompetisi,
baik.
dan manajemen diri, dengan pengalaman
Sehingga
berdasarkan
konsep-
konsep tersebut dapat mendukung hasil
kegagalan yang paling banyak adalah
kegagalan pada akademik.
penelitian ini yang menemukan bahwa
Kedua, ada perbedaan pengalaman
adanya perbedaan pengalaman kegagalan
kegagalan antara laki-laki dan perempuan,
antara laki-laki dan perempuan, dimana
dimana laki-laki lebih merasa pengalaman
pengalaman kegagalan pada laki-laki
kegagalan
adalah gagal mencapai harapan, seperti
mencapai harapan dan kompetisi, seperti
gagal dalam karir, cita-cita, dan kompetisi
gagal dalam karir, cita-cita, dan gagal
sedangkan
dalam kompetisi, sedangkan perempuan
perempuan
dalam
hal
adalah
lebih
akademik dan hubungan personal, seperti
adalah kegagalan dalam akademik dan
masuk perguruan tinggi, menyelesaikan
hubungan personal, seperti gagal dalam
pendidikan,
prestasi
membahagiakan
orang
keluarga,
tua,
dan
pengalaman
dalam
akademik seperti gagal dalam prestasi
keharmonisan
merasa
kegagalan
akademik,
masuk
kegagalan
perguruan
tinggi menyelesaikan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Berry, J.W. Poortinga, Y.H., Segall, M.H.,
Dasen, P.R. (1999). Psikologi
Lintas Budaya: Riset dan
Aplikasi. Alih Bahasa: Edi
Suhardono. Jakarta: PT.Gramedia
Pustaka Utama.
Brannon,
L.
(1996).
Gender:
Psychological
Perspectives.
Massacussett: Allyn & Bacon.
Harmaini (2012). Mengapa Kegagalan
Menyakitkan.
Laporan
Penelitian Fakultas Psikologi
UIN Suska Riau.
Hurlock,
E.B.
(1997).
Psikologi
Perkembangan:
Suatu
Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan.
Alih
Bahasa:
Istiwidayanti dan Soedjarwo.
Jakarta: Erlangga.
Husni, D, Milla N.M, Fitriyani E. (2012)
Sense of Pride Different Between
Boys and Girls. Laporan
Penelitian Fakultas Psikologi
UIN Suska Riau.
Hwang, K.K . (2012). Foundation of
Chinese Psychology. Taiwan :
Springer
Karnani, H., & Pomm, H., (2006).
Screening
for
adolescent
depression and anxiety in the
primary
care
environment:
Calming the storm within.
Northeast Florida Medicine, 4146.
Oetami, P., Yuniarti, K.W. (2011).
Orientasi Kebahagiaan SMA,
Tinjauan Psikologi Indigenous
pada Siswa Laki-Laki dan
Perempuan. Humanitas, Vol. VIII
No 2. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada.
Papalia, Old, &Feldman. (2008). Human
development. Jakarta : Kencana.
Putri, A.K, Prawitasari, J.E, Hakim, M.A,
Yuniarti, K.W, Kim Uichol
(2012). Sadness as perceived by
Indonesian man and female
adolescent. International Journal
of
Research
Studies
in
Psychology,Vol 1, No 127-136.
Rinaldi
(2010).
Reseliensi
pada
Masyarakat Kota Padang ditinjau
dari Jenis Kelamin. Jurnal
Psikologi Vol. 3,No 2.
Rostiana (1999). Deskripsi dan dinamika
konflik pada Boundary Role
Person, Arkhe, Jurnal Ilmiah
Psikologi. 4, No 7: Jakarta
Fakultas Psikologi Universitas
Tarumanegara.
Santrock, J.W (2003). Adolescence
(Perkembangan
Remaja).
Jakarta : Erlangga
Santrock, John W. (2007) Remaja, edisi
kesebelas. Erlangga.
Sari, R.P, Rejeki T.A & Achmad M.M
(2006).
Pengungkapan
Diri
Mahasiswa
Tahun
Pertama
Universitas Dipenogoro Ditinjau
Dari Jenis Kelamin dan Harga
Diri.
Jurnal
Psikologi
Universitas Diponegoro, Vol
3,No 2.
Sarwono, S. W. (2001). Psikologi remaja.
Jakarta : PT. RajaGrafindo
Persada.
Sue, D. W., & Sue, D. (2003). Counseling
the culturally diverse: Theory
and Practice (4th ed). NY: Wiley
& Son.
http://nasional.kompas.com/read/308.000.
SNMPTN