Pengalaman Kegagalan pada Laki Laki dan

PENGALAMAN KEGAGALAN PADA
LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN
Oleh
Muhammad Nur Syamsu
(m.nur_syamsu@yahoo.com)
Mirra Noor Milla
Fakultas Psikologi UIN Suska Riau
ABSTRAK

Situasi sukses dan kegagalan merupakan reperesentasi keinginan dan tujuan hidup yang
ingin dicapai, perbedaan harapan antara laki-laki dan perempuan akan membuat perbedaan
kegagalan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengalaman kegagalan pada
remaja. Penelitian ini mensurvei 605 (laki-laki: 217, perempuan: 388) orang remaja di tiga
perguruan tinggi berbeda di Pekanbaru, dengan menggunakan questioner (pertanyaan)
terbuka. Subjek diminta untuk menjawab pertanyaan “pengalaman kegagalan apa yang
paling menyakitkan dalam hidup?”, dikembangkan oleh Kim dan Park (2006). Analisis
data menggunakan pendekatan Indigenous psychology, dengan kategorisasi, frekuensi, dan
cross tabulasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa ada lima pengalaman kegagalan pada
remaja, yaitu: akademik (48,1%), harapan (17%), hubungan personal (15,9), kompetisi
(10,4%), manajemen diri (3,1%). Penelitian ini juga menemukan perbedaan pengalaman
kegagalan antara laki-laki dan perempuan, laki-laki lebih merasa gagal dalam harapan

(9,3%) dan kompetisi (6,6%), sedangkan perempuan lebih merasa gagal dalam akademik
(36,4%) dan hubungan personal (10,6%). Penelitian ini memberikan pemahaman bahwa
perbedaan kegagalan antara laki-laki dan perempuan disebabkan oleh adanya perbedaan
peran sosial antara laki-laki dan perempuan.
Kata Kunci: pengalaman kegagalan, akademik, harapan, laki-laki, perempuan.

PENDAHULUAN

dapat

memicu

munculnya

depresi

kondisi

(Santrock, 2007). Situasi konflik emosi


antara yang diharapkan tidak sesuai

tersebut dapat berupa kemarahan dan

dengan apa yang didapatkan, hal ini

kesedihan, hal itu merupakan emosi yang

membuat individu khususnya remaja akan

paling kuat di dalam diri kehidupan

mengalami

remaja

Kegagalan

merupakan


situasi

konflik

emosi.

(Putri,

Prawitasari,

Hakim,

Kesenjangan yang terlalu besar antara diri

Yuniarti, dan Kim Uichol, 2012). Konflik

aktual dan diri ideal “seseorang menjadi

emosional yaitu terjadi akibat adanya


apa” dapat mengakibatkan penghayatan

perasaan marah, tidak percaya, tidak

bahwa dirinya gagal dan kritik diri serta

simpatik, takut dan penolakan, serta

adanya

pertentangan

antar

pribadi

(personality clashes) (Dalimunthe, 2003).
Berkaitan dengan situasi kegagalan
beberapa
Diener,


penelitian
Dweck,

telah

dilakukan.

Bempechat

(dalam

Hwang, 2012) menemukan bahwa ada
perbedaan individu pada pelajar dalam
merespon situasi frustasi yang disebabkan
oleh proses belajar. Beberapa pelajar
menunjukkan

pola


perilaku

learned

helplessness. Mereka terlalu khawatir
dengan hasil kegagalan dan kemudian
merasa frustasi, ragu-ragu, dan enggan
untuk mencoba menantang tugas-tugas,
sebaliknya beberapa pelajar mengadopsi
pola perilaku mastery oriented. Mereka
tidak merasa kalah oleh kegagalan tetapi

berkaitan dengan prestasi akademik dan
harapan dari orang tua. Selanjutnya Pohan
(dalam Afiatin, 1996) melaporkan bahwa
hampir semua responden yang terdiri dari
remaja memiliki masalah yang berkaitan
dengan

prestasi,


akademik.

khususnya

Bahkan

secara

prestasi
statistik

dilaporkan bahwa pada tahun 2013 ini ada
308.000 peserta Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)
yang gagal lolos untuk masuk perguruan
tinggi negeri dari jumlah peserta yang
mendaftar

mencapai


618.804

orang.

(http://nasional.kompas.com/read/308.000
.SNMPTN). Berdasarkan data tersebut
diketahui bahwa isu kegagalan merupakan
isu yang sering berkaitan dengan remaja.

akan menerima tantangan dan mampu

Beberapa hal yang berkaitan dengan

untuk memelihara motivasi yang kuat

kegagalan pada remaja merupakan suatu

untuk belajar.


reperesentasi dari keinginan dan tujuan

Menurut Dweck dan Elliot (dalam
Hwang, 2012) biasanya pelajar dengan
pola

perilaku

cenderung

learned

mengatribusi

helplessness
kegagalan

mereka sebagai sesuatu yang tidak dapat
dikendalikan dan tidak dapat diubah.
Beberapa isu kegagalan pada remaja

beberapa diantaranya adalah berkaitan

hidup yang ingin dicapai oleh remaja
tersebut. Hwang (2012) mengindikasikan
bahwa situasi sukses atau kegagalan
merupakan representasi dari tujuan hidup
yang ingin dicapai oleh pelajar di tingkat
universitas pada budaya individualisme
barat maupun budaya kekeluargaan di
Asia timur.

dengan hal-hal akademik dan harapan

Hal yang perlu diketahui juga

sosial, sebagaimana yang dikatakan oleh

berkaitan dengan isu kegagalan pada

Hwang (2012) bahwa beberapa tujuan


remaja tersebut adalah bahwa persepsi

hidup seorang pelajar diantaranya adalah

mengenai

kegagalan

pada

remaja

memiliki isu yang berbeda antara laki-laki

mengharapkan sesuatu, memiliki status

dan

(2012)

pekerjaan yang baik dan status sosial yang

mengatakan bahwa di Indonesia, streotipe

tinggi, hal ini sekali lagi didasarkan pada

mengenai gender berbasis ekspresi serta

pengaruh budaya yang sangat kuat dalam

peran sosial masih sangat tinggi, streotipe

mempromosikan keterbukaan sosial dan

mengenai ekspresi dan peran sosial ini

optimisme. Pengaruh streotipe mengenai

menyebabkan adanya perbedaan sikap,

peran

harapan dan tujuan antara laki-laki dan

perempuan tersebut menjadi faktor yang

perempuan. Berbagai macam hal seperti

menyebabkan adanya perbedaan sikap,

jenis-jenis

harapan,

perempuan,

Putri

pekerjaan

dkk

dan

harapan

sosial

dan

antara

laki-laki

tujuan

yang

dan

berbeda.

mengenai sesuatu seringkali didasarkan

Berdasarkan

pada tuntutan dan streotipe antara laki-laki

kegagalan dan isu kegagalan tersebut

dan

yang

maka penelitian ini bertujuan untuk

dikatakan oleh Garaigordobil, Maganto,

melihat apa saja pengalaman kegagalan

Perez, dan Sansinenea (dalam Putri dkk,

yang paling menyakitkan bagi seseorang

2012)

dan perbedaan pengalaman kegagalan

perempuan.

jenis

didasarkan

Sebagaimana

pekerjaan
pada

seringkali

streotip

tentang

fenomena

mengenai

antara laki-laki dan perempuan.

bagaimana laki-laki diharapkan lebih kuat
dibandingkan

perempuan,

laki-laki

cenderung untuk lebih agresif, antisosial,

LANDASAN TEORI
Gender

merupakan

perilaku yang eksternal, sedangkan anak

sosiobudaya

perempuan lebih cemas, depresif, dan

keberadaan

internalisasi masalah. Hal ini dipengaruhi

perempuan

oleh orang tua, masyarakat, dan kelompok

gender

sosial.

seperangkat ekspektasi yang menentukan

Streotipe mengenai tuntutan peran
sosial yang diberikan serta tuntutan
budaya

yang

ada

dilingkungan

menyebabkan perbedaan harapan serta
tujuan antara laki-laki dan perempuan.
Putri dkk (2012) mengatakan bahwa lakilaki lebih dituntut lebih optimis dalam

bagaimana

dan

dimensi

psikologis

dari

sebagai

laki-laki

dan

(Santrock,

2007).

(gender

role)

perempuan

Peran

merupakan
dan

laki-laki

sebaiknya berpikir, bertindak, dan merasa
(2007).

Stereotip

gender

(gender

stereotype) adalah kategori luas yang
mencerminkan

berbagai

kesan

dan

keyakinan kita mengenai perempuan dan
laki-laki. Semua stereotip, baik yang
didasarkan

pada

gender,

etnis,

atau

kelompok-kelompok lain, mengandung

dalam

jajaran

gambaran mengenai anggota tipikal dari

organisasi.

tertinggi

dari

suatu

suatu kategori sosial tertentu. (Santrock,

Berbagai macam hal seperti jenis-

2007). William dan Best (dalam Santrock,

jenis pekerjaan dan harapan mengenai

2007)

sesuatu

mengatakan

bahwa

stereotip

seringkali

didasarkan

pada

terhadap perempuan dan laki-laki sudah

tuntutan dan streotipe antara laki-laki dan

cukup menyebar, di berbagai budaya, laki-

perempuan. Sebagaimana yang dikatakan

laki secara luas dianggap sebagai sosok

oleh Garaigordobil, Maganto, Perez, &

yang

Sansinenea (dalam Putri dkk, 2012) jenis

dominan,

mandiri,

agresif,

berorientasi pada prestasi, dan gigih,

pekerjaan

sementara perempuan pada umumnya

stereotip

dianggap sebagai sosok yang mengasuh,

diharapkan

gemar berkumpul, kurang percaya diri,

perempuan, laki-laki cenderung untuk

dan lebih banyak menolong orang lain

lebih agresif, antisosial, perilaku yang

yang sedang berada mengalami kesulitan.

eksternal, sedangkan anak perempuan

Alice

Eagly (dalam Santrock,

2007) mengajukan teori peran sosial

seringkali
tentang
lebih

didasarkan

bagaimana
kuat

pada

laki-laki

dibandingkan

lebih cemas, depresif, dan internalisasi
masalah

(social role theory) yang menyatakan

Pembentukan peran sosial dapat

bahwa perbedaan yang ekstrem antara

dipengaruhi salah satunya oleh orang tua,

perempuan dan laki-laki. Wood (dalam

orang tua melalui tindakannya dapat

Santrock, 2007) mengatakan bahwa di

mempengaruhi

sebagaian

dunia,

anak-anak dan remaja (Maccoby, McHale,

perempuan dianggap memiliki kekuasaan

Crouter, dan Whiteman, 2003). Selama

dan status yang lebih rendah dibandingkan

masa transisi dari masa kanak-kanak

laki-laki, dan perempuan juga memiliki

hingga

kontrol yang lebih kecil terhadap sumber

membiarkan laki-laki untuk bersikap lebih

daya. Dibandingkan laki-laki, perempuan

mandiri dibandingkan perempuan.

lebih

besar

banyak

rumah

budaya

di

melakukan

tangga,
yang

kurang
digaji,

remaja,

gender

orang

tua

tugas-tugas
banyak

menggunakan waktunya untuk melakukan
pekerjaan

masa

perkembangan

METODE
Subjek

dalam

penelitian

ini

memperoleh

berjumlah 605 mahasiswa Universitas di

penghasilan yang lebih rendah, dan

Pekanbaru, berasal dari tiga perguruan

kurang banyak terpilih menjadi wakil

tinggi yang berbeda, yaitu Universitas

Abdurrab, Universitas Riau, dan UIN

Instrumen pengumpulan data dalam

Suska Riau, usia 17-24 tahun, terdiri dari

penelitian ini menggunakan questioner

subjek laki-laki yang berjumlah 217 orang

dengan

pertanyaan

dan subjek perempuan berjumlah 388

seluruh

responden

orang. Teknik pengambilan sampling yang

menjawab pertanyaan tersebut dengan

digunakan adalah teknik non random

bebas, selanjutnya peneliti mengkategori

sampling.

seluruh

respon

jawaban

tersebut,

berikut

persentase

Penelitian
instrumen

ini

berupa

menggunakan

kuesioner

dengan

pertanyaan terbuka yang dikembangkan
oleh

Kim

dan

Park

(2006),

dan

dikembangkan oleh Center for Indigenous
& Cultural Psychology (CICP) Fakultas
Psikologi

Universitas

Gadjah

Mada.

Setiap subjek diminta untuk menjawab
“Dalam

hidup

anda,

pengalaman

kegagalan apa bagi anda yang paling
menyakitkan?
Analisis
pendekatan

data

menggunakan

Indigenous

Psychology,

dengan koding, kategorisasi, frekuensi,
dan tabulasi silang. Dimulai dengan
mengkoding

seluruh

respon

jawaban

subjek, selanjutnya dikategorisasi pada
kategori-kategori jawaban yang sama,
setelah

didapatkan

kategori-kategori

jawaban selanjutnya dicari frekuensi dari
jawaban-jawaban subjek tersebut dan
mengcross-tab dengan bantuan program
SPSS for windows version 18.0

dimana

diminta

untuk

responden
kategori

jawaban responden:
Tabel. 1
Persentase kategori kecil
pengalaman kegagalan

jawaban

Kategori

Jumlah(N) Persen(%)

1. Akademik
Prestasi Akademik
Masuk Perguruan Tinggi
Menyelesaikan
Pendidikan
Masuk Sekolah
yang diinginkan
2. Harapan
Memenuhi Harapan
Karir
Meraih Cita-Cita
Pembuktian Diri
3. Hubungan Personal
Cinta
Keharmonisan Keluarga
Membahagiakan
Orang tua
Mendapatkan
Kepercayaan
Menyesuaikan Diri
dengan Lingkungan
4. Kompetisi
5. Manajemen Diri
Manajemen Diri
Mengambil Keputusan
Menjalankan Agama
6. Lain-Lain
Tidak ada
Blank
Total

291
161
90

(48,1%)
(26,6%)
(14,9%)

21

(3,5%)

19
103
31
48
15
9
96
31
13

(3,1%)
(17,0%)
(5,1%)
(7,9%)
(2,5%)
(1,5%)
(15,9%)
(5,1%)
(2,1%)

32

(5,3%)

6

(1,0%)

14
63
19
10
6
3
33
13
20
605

(2,3%)
(10,4%)
(3,1%)
(1,7%)
(1,0%)
(0,5%)
(5,5%)
(2,1%)
(3,3%)
(100%)

Pada
HASIL

terbuka,

tabel

1

menunjukkan

persentasi kategori jawaban responden
mengenai pengalaman kegagalan dalam

hidup,

dimana

kategori

jawaban

jawaban dari 605 subjek (laki-laki: 217,

pengalaman kegagalan dalam hidup bagi

perempuan: 388) hasil dalam penelitian

remaja adalah gagal dalam akademik yang

ini

berasal dari kategori prestasi akademik,

pengalaman kegagalan bagi remaja, yaitu:

masuk perguruan tinggi, menyelesaikan

(1) Akademik (48,1%), (2) Harapan

pendidikan, dan masuk sekolah yang

(17,0%), (3) Hubungan Personal (15,9%),

diinginkan, kategori jawaban pengalaman

(4) Kompetisi (10,4%), (5) Manajemen

kegagalan yang selanjutnya adalah gagal

diri (3,1%) dan Lain-Lain (5,5%).

menemukan

bahwa

ada

lima

dalam harapan, berasal dari kategori

Pengalaman kegagalan dalam hidup

memenuhi harapan, karir, meraih cita-cita,

bagi remaja pertama adalah kegagalan

dan pembuktian diri, kategori jawaban

akademik, kegagalan dalam akademik

pengalaman

berasal dari kategori-kategori, seperti

kegagalan

ketiga

adalah

gagal dalam hubungan personal, berasal

prestasi

dari

tinggi, menyelesaikan pendidikan, masuk

kategori

keluarga,

cinta,

keharmonisan

membahagiakan

orang

akademik,

masuk

perguruan

tua,

sekolah yang diinginkan. Akademik dalam

mendapatkan kepercayaan, menyesuaikan

kamus ilmiah popular berarti keilmuan,

diri dengan lingkungan, dan menjalankan

tentang pengajaran di perguruan tinggi,

agama, selanjutnya kategori ke empat

bersifat ilmu pengetahuan, berteori, tidak

adalah

praktis

kompetisi, dan terakhir adalah

manajemen

diri,

yang

manajemen

diri

dan

terdiri

dari

mengambil

(Partanto

Konsep

dan

mengenai

Barry,

1994).

kegagalan

dalam

akademik didasarkan pada usia remaja

keputusan.

yang

Tabel. 2
Persentase
kategori
pengalaman kegagalan

pendidikan sehingga harapan dan segala
jawaban

sedang

aktivitas

menempuh

banyak

berkaitan

jenjang
dengan

masalah akademik.
Kategori
Akademik
Harapan
Hubungan
Personal
Kompetisi
Manajemen
diri
Lain-Lain
Total
605

Frekuensi
N
291
103

Persen
(%)
48,1
17,0

Valid
%
48,1
17,0

96
63

15,9
10,4

15,9
10,4

19
33

3,1
3,1
5,5
5,5
100.0% 100.0%

Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa
berdasarkan

seluruh

kategori

respon

Pengalaman kegagalan bagi remaja
yang kedua adalah kegagalan dalam
harapan, kegagalan dalam harapan terdiri
dari

kategori-kategori

kecil,

seperti

memenuhi harapan, karir, mengambil
keputusan, meraih cita-cita, pembuktian
diri.

Harapan

merefleksikan

persepsi

individu terhadap kemampuan mereka

untuk mendefenisikan tujuan yang jelas,
berinisiatif,

dan

Pengalaman kegagalan bagi remaja

mempertahankan

yang keempat adalah kegagalan dalam

motivasi untuk menggunakan berbagai

kompetisi, yang hanya terdiri dari satu

strategi, dan mengembangkan strategi

kategori. Kompetisi dalam kategori ini

yang spesifik untuk mencapai tujuan

merupakan

tersebut (Snyder, 1994).

ataupun pertandingan yang bertujuan

Berbagai

macam

harapan

bagi

suatu

bentuk

persaingan

untuk memperebutkan kemenangan.

remaja yang bertujuan untuk mendapatkan

Pengalaman kegagalan bagi remaja

sesuatu, seperti memenuhi harapan, karir,

yang kelima adalah kategori manajemen

dan cita-cita berkaitan dengan masa

diri, yang terdiri dari manajemen diri dan

remaja dimana masa remaja penuh dengan

mengambil keputusan, manajemen diri

harapan-harapan yang semakin realistis.

dalam

Pengalaman kegagalan bagi remaja
yang ketiga adalah kegagalan dalam
hubungan personal,

kegagalan

kategori

ini

merupakan

pengendalian terhadap diri dari perbuatan
yang tidak baik.

dalam

Penelitian

ini

selanjutnya

hubungan personal terdiri dari kategori-

menemukan

bahwa

kategori kecil, seperti cinta, keharmonisan

pengalaman

kegagalan

keluarga,

kepercayaan,

ditinjau dari jenis kelamin antara laki-laki

menyesuaikan diri dengan lingkungan,

dan perempuan, laki-laki merasa gagal

menjalankan agama, dan membahagiakan

dalam hal harapan (9,3%) dan kompetisi

orang tua.

Hubungan personal dalam

(6,6%), sedangkan wanita lebih merasa

kategori ini merupakan hubungan antara

gagal dalam hal akademik (36,4%) dan

diri individu dengan dirinya sendiri dan

hubungan personal (10,6%).

orang lain dalam kaitan bagaimana ia
dengan orang lain. Hubungan personal

Tabel. 3
Persentase
kategori
jawaban
pengalaman kegagalan ditinjau dari
jenis kelamin

yang dijalani oleh remaja dalam penelitian

Kategori

mendapatkan

berinteraksi dengan dirinya sendiri dan

ini berkaitan dengan hubungan dengan
lawan jenis yaitu cinta yang memang
merupakan hal yang biasa dalam masa
remaja, dan hubungan dengan orang tua,
masa remaja merupakan masa dimana
remaja masih bergantung pada orang tua.

Akademik
Harapan
Hubungan
Personal
Kompetisi
Manajemen diri
Lain-Lain
Total

ada

perbedaan

dalam

hidup

Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
71 (11,7%)
220 (36,4%)
56 (9,2%)
47 (7,8%)
32 (5,2%)
40 (6,6%)
6 (1,0%)
12 (2,0%)
217

64 (10,5%)
23 (3,8%)
13 (2,1%)
21 (3,5%)
388 100%

dicapai.
Pada

tabel

persentase

3

menunjukkan

jawaban

pengalaman

kegagalan dalam hidup pada laki-laki dan
perempuan,

dimana

laki-laki

lebih

menganggap kegagalan dalam harapan
dan kompetisi sedangkan wanita lebih
menganggap kegagalan dalam akademik
dan hubungan personal.

menemukan pengalaman kegagalan dalam
remaja

serta

perbedaan

kegagalan pada laki-laki dan perempuan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
remaja merasa kegagalan dalam hidup
adalah

kegagalan

dalam

akademik,

harapan,

kegagalan

dalam hubungan personal,

kegagalan

dalam

kegagalan

kegagalan

dalam
kompetisi,

dan

manajenem diri. Remaja laki-laki lebih
merasa

gagal

dalam

harapan

tersebut tidak tercapai maka akan menjadi
sesuatu yang menimbulkan gejolak emosi
didalam diri remaja dan menjadi suatu hal
yang menyakitkan, dimana ketika self
ideal “seseorang menjadi apa” tidak
sesuai dengan self actual, maka dapat
mengakibatkan

penghayatan

bahwa

dirinya gagal dan kritik diri serta dapat
2007).

Hasil temuan dalam penelitian ini
bagi

ketika

memicu timbulnya depresi (Santrock,

PEMBAHASAN

hidup

Selanjutnya

harapan,

dan

kompetisi sedangkan perempuan lebih
merasa gagal dalam hal akademik dan
hubungan personal.
Beberapa hal yang berkaitan dengan
kegagalan pada remaja merupakan suatu
representasi dari keinginan dan harapan
yang ingin dicapai, sebagaimana yang
dikatakan oleh Hwang (2012) bahwa
situasi sukses dan kegagalan merupakan
representasi dari tujuan hidup yang ingin

Penelitian ini menjelaskan bahwa
kegagalan bagi remaja berkaitan dengan
harapan remaja untuk berhasil dalam
bidang akademik, mencapai harapan,
berhasil

dalam

menjalin

hubungan

personal, berhasil dalam kompetisi, dan
berhasil alam manajemen diri. Berkaitan
dengan hasil ini dapat dilihat bahwa
remaja telah memiliki harapan-harapan
dan tujuan hidup yang lebih jelas dan
beragam, sebagaimana yang dikatakan
oleh Santrock (2007) bahwa masa remaja
merupakan suatu masa perkembangan di
mana

individu

mulai

memfokuskan

perhatiannya pada pilihan pekerjaan dan
gaya hidup.
Berdasarkan hasil dimana kegagalan
dalam akademik adalah berkaitan dengan
masa remaja yang sedang berada pada
tahap menempuh pendidikan, sehingga
harapan dan segala aktivitas banyak
berkaitan

dengan

masalah

akademik.

Selanjutnya kegagalan dalam mencapai

Penelitian

ini

juga

selanjutnya

harapan berkaitan dengan masa remaja

menemukan bahwa adanya perbedaan

yang sedang mempersiapkan diri menuju

pengalaman kegagalan pada laki-laki dan

pencapain identitas diri. Mencari identitas

perempuan.

diri mencakup hal memutuskan apa yang

pengalaman kegagalan dalam mencapai

penting

harapan

dan

patut

dikerjakan

serta

dan

Laki-laki

lebih

kompetisi,

merasa

sedangkan

memformulasikan standar tindakan dalam

perempuan lebih merasa pengalaman

mengevaluasi perilaku dirinya dan juga

kegagalan dalam akademik dan hubungan

perilaku orang lain. Hal ini mencakup

personal. Hal ini menjelaskan bahwa laki-

juga perasaan harga diri dan kompetensi

laki lebih mempunyai tujuan hidup pada

diri (Atkinson, 1983).

harapan mengenai karir, meraih cita-cita,

Kategori
kegagalan
personal

selanjutnya

dalam

menjalin

merupakan

adalah

dan kompetisi, sedangkan perempuan

hubungan

lebih mempunyai harapan pada hal-hal

yang

yang berkaitan dengan akademik dan

berkaitan dengan bagaimana individu

hubungan personal seperti keharmonisan

berhubungan

keluarga, membahagiakan orang tua, cinta

dengan

kegagalan
orang

lain.

Kemampuan membina hubungan ditandai

dan

menyesuaikan

dengan kemampuan mengendalikan dan

lingkungan.

diri

dengan

menangani emosi dengan baik ketika

Perbedaan harapan antara laki-laki

berhubungan dengan orang lain, cermat

dan perempuan ini dapat didasari oleh

membaca situasi dan jaringan sosial,

adanya strereotip gender mengenai peran

berinteraksi dengan lancar, memahami

sosial yang ada di lingkungan masyarakat,

dan bertindak bijaksana dalam hubungan

perbedaan peran sosial ini menyebabkan

antar manusia (Goleman, 2004). Kategori

adanya perbedaan sikap, harapan, dan

berikutnya kegagalan dalam kompetisi

tujuan laki-laki dan perempuan (Putri dkk,

merupakan kegagalan yang berkaitan

2012). Peran pria dan wanita yang

dengan

ingin

dibedakan satu sama lain didasari pada

mencapai suatu kemenangan dalam suatu

pendapat Brannon (1996), bahwa pria

persaingan dan pertandingan. Kategori

diharapkan menunjukkan peran sebagai

yang terakhir adalah kategori kegagalan

sosok tangguh, percaya diri, berorientasi

dalam

pada kesuksesan dan mengejar status,

bagaimana

manajemen

individu

diri,

dimana

manajemen diri merupakan pengendelaian

sedangkan

wanita

diharapkan

diri terhadap perilaku yang tidak baik.

menunjukkan peran lemah lembut, sopan,

patuh, dan

rumah

kultural yang berupa pola pengasuhan

(dalam

anak, peran, stereotip gender, dan ideologi

Brannon, 1996) menyebut peran pria

peran seks yang mengarah pada tindakan

tersebut sebagai peran instrumental dan

pemisahan antara pria dan wanita. Peran

peran bagi wanita disebut sebagai peran

yang dikenakan pada pria dan wanita pada

ekspresif.

akhirnya bisa menjadi sebuah stereotip

tangga.

pandai mengurus

Parsons

dan

Bales

Alice Eagly (dalam Santrock, 2007)

gender,

yaitu

keyakinan

mengajukan teori peran sosial (social role

sekumpulan

theory),

bahwa

dengan laki-laki dan perempuan (Hurlock

perbedaan gender terutama diakibatkan

1997). Stereotip gender (gender stereotip)

oleh perbedaan yang ekstrem antara

juga dapat diartikan sebagai suatu kategori

perempuan dan laki-laki. Eagly (dalam

luas yang mencerminkan berbagai kesan

Santrock,

dan keyakinan kita mengenai perempuan

yang

mengatakan

2007)

juga

mengatakan

dibandingkan laki-laki, perempuan lebih

arti

yang

mengenai
dihubungkan

dan laki-laki (Santrock, 2007)

banyak melakukan tugas rumah tangga,

Stereotip gender bagi pria dan

kurang banyak menggunakan waktunya

wanita

untuk melakukan pekerjaan yang digaji,

berkembang dalam masyarakat menjadi

memperoleh

lebih

acuan bagi individu untuk berperilaku,

rendah, dan kurang banyak yang terpilih

seperti yang dinyatakan Hurlock (1997)

menjadi wakil dalam jajaran tertinggi dari

bahwa stereotip gender mengharapkan

suatu organisasi. Selanjutnya DeZolt dan

setiap

Hull

kenyataan

penghasilan

(dalam

yang

Santrock,

2007)

yang

telah

individu
bahwa

terbentuk

mampu

dan

menerima

mereka

harus

mengemukakan salah satu fakta mengenai

menyesuaikan diri dengan stereotip peran

perbedaan antara laki-laki dan perempuan

gender yang telah disetujui bila ingin

dalam sekolah yaitu ketika siswa sekolah

mendapatkan penerimaan sosial yang

dasar diminta untuk membuat daftar

baik.

mengenai apa yang diinginkan setelah

Di Indonesia, streotipe mengenai

besar nanti, murid laki-laki cenderung

gender berbasis ekspresi serta peran sosial

lebih banyak menyebutkan pilihan karier

masih sangat tinggi (Putri dkk: 2012),

dibandingkan murid perempuan.

streotipe mengenai ekspresi dan peran

Berry

(1999)

juga

mengatakan

sosial ini menyebabkan adanya perbedaan

bahwa perbedaan kategori biologis antara

sikap, harapan dan tujuan antara laki-laki

pria dan wanita juga menghasilkan praktik

dan perempuan. Berbagai macam hal

seperti jenis-jenis pekerjaan dan harapan

yang merupakan mahasiswa lebih hanya

mengenai sesuatu seringkali didasarkan

mempunyai tujuan dan harapan pada issu

pada tuntutan dan streotipe antara laki-laki

akademik yang dihadapi saat ini.

dan

perempuan.

yang

Sue dan Sue (2003) juga selanjutnya

dikatakan oleh Garaigordobil, Maganto,

mencatat bahwa kemampuan individu

Perez, dan Sansinenea (dalam Putri dkk,

untuk beradaptasi sangat dipengaruhi oleh

2012)

seringkali

latar belakang budaya dan pandangan

tentang

dunia. Menurut Sue dan Sue (2003),

bagaimana laki-laki diharapkan lebih kuat

pandangan dunia yang terdiri dari sikap

dibandingkan

kita,

jenis

didasarkan

Sebagaimana

pekerjaan

pada

stereotip

perempuan,

laki-laki

nilai-nilai,

dan

pendapat

cenderung untuk lebih agresif, antisosial,

mempengaruhi bagaimana kita berpikir,

perilaku yang eksternal, sedangkan anak

mendefinisikan

peristiwa,

membuat

perempuan lebih cemas, depresif, dan

keputusan,

berperilaku.

Hal

internalisasi masalah.

mendukung

Williams dan Best (dalam Santrock,

dan

gagasan

bahwa

ini

harapan

seseorang sering berada dan didasarkan

2007) juga mengatakan bahwa di berbagai

pada

budaya, laki-laki secara luas dianggap

Sebagaimana

sebagai sosok yang dominan, mandiri,

Calhoun dan Acocella (dalam Rinaldi,

agresif, berorientasi pada prestasi, dan

2010)

gigih,

pada

mempengaruhi penyesuaian antara laki-

umumnya dianggap sebagai sosok yang

laki dan perempuan. Setiap kelompok

mengasuh, gemar berkumpul, kurang

masyarakat mempunyai pandangan dan

percaya diri, dan lebih banyak menolong

konsep perilaku sendiri-sendiri tentang

orang

perilaku laki-laki dan perempuan dan

sementara

lain

yang

perempuan

sedang

mengalami

kesulitan. Hal ini dipengaruhi oleh orang
tua, masyarakat, dan kelompok sosial.

konteks

budaya

yang

keadaan

tertentu.

dikatakan
sosial

oleh

masyarakat

menanamkan patokan tersebut.
Berdasarkan

beberapa

Beberapa konsep tersebut menunjukkan

mengenai

tingkat harapan yang tinggi pada laki-laki

disebabkan oleh perbedaan peran pria dan

dibandingkan

sehingga

wanita yang dibedakan satu sama lain

menyebabkan laki-laki lebih mempunyai

didasari pada pendapat Brannon (1996),

banyak harapan dan wanita lebih hanya

dan menurut Berry dkk (1999) bahwa

fokus pada hal yang dihadapi nya saat ini,

perbedaan kategori biologis menghasilkan

dimana subjek wanita pada penelitian ini

peran, stereotip gender, dan ideologi peran

wanita,

perbedaan

harapan

konsep
yang

seks

yang

mengarah

tindakan

menyesuaikan diri dengan lingkungan.

pemisahan antara pria dan wanita, serta

Hal ini merupakan representasi dari

peran yang dikenakan pada pria dan

harapan dan tujuan hidup remaja pada

wanita pada akhirnya bisa menjadi sebuah

penelitian ini, dimana harapan dan tujuan

stereotip

hidup pada laki-laki yaitu pada harapan

gender,

mengenai

pada

yaitu

keyakinan

sekumpulan

arti

yang

seperti karir, cita-cita, dan komeptisi,

dengan

laki-laki

dan

sedangkan wanita lebih pada akademik

dihubungkan

perempuan (Hurlock, 1997), dan stereotip

dan

gender bagi pria dan wanita yang telah

keharmonisan keluarga, membahagiakan

terbentuk

orang tua, dan menyesuaikan diri dengan

dan

berkembang

dalam

masyarakat menjadi acuan bagi individu

hubungan

personal

seperti

lingkungan.

untuk berperilaku, seperti yang dinyatakan
Hurlock (1997) bahwa stereotip gender

PENUTUP

mengharapkan setiap individu mampu

Berdasarkan hasil penelitian ini,

menerima kenyataan bahwa mereka harus

dapat disimpulkan, pertama, beberapa

menyesuaikan diri dengan stereotip peran

pengalaman kegagalan dalam hidup bagi

gender yang telah disetujui bila ingin

remaja adalah gagal dalam akademik,

mendapatkan penerimaan sosial yang

harapan, hubungan personal, kompetisi,

baik.

dan manajemen diri, dengan pengalaman
Sehingga

berdasarkan

konsep-

konsep tersebut dapat mendukung hasil

kegagalan yang paling banyak adalah
kegagalan pada akademik.

penelitian ini yang menemukan bahwa

Kedua, ada perbedaan pengalaman

adanya perbedaan pengalaman kegagalan

kegagalan antara laki-laki dan perempuan,

antara laki-laki dan perempuan, dimana

dimana laki-laki lebih merasa pengalaman

pengalaman kegagalan pada laki-laki

kegagalan

adalah gagal mencapai harapan, seperti

mencapai harapan dan kompetisi, seperti

gagal dalam karir, cita-cita, dan kompetisi

gagal dalam karir, cita-cita, dan gagal

sedangkan

dalam kompetisi, sedangkan perempuan

perempuan

dalam

hal

adalah

lebih

akademik dan hubungan personal, seperti

adalah kegagalan dalam akademik dan

masuk perguruan tinggi, menyelesaikan

hubungan personal, seperti gagal dalam

pendidikan,

prestasi

membahagiakan

orang

keluarga,
tua,

dan

pengalaman

dalam

akademik seperti gagal dalam prestasi

keharmonisan

merasa

kegagalan

akademik,

masuk

kegagalan

perguruan

tinggi menyelesaikan pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA
Berry, J.W. Poortinga, Y.H., Segall, M.H.,
Dasen, P.R. (1999). Psikologi
Lintas Budaya: Riset dan
Aplikasi. Alih Bahasa: Edi
Suhardono. Jakarta: PT.Gramedia
Pustaka Utama.
Brannon,
L.
(1996).
Gender:
Psychological
Perspectives.
Massacussett: Allyn & Bacon.
Harmaini (2012). Mengapa Kegagalan
Menyakitkan.
Laporan
Penelitian Fakultas Psikologi
UIN Suska Riau.
Hurlock,
E.B.
(1997).
Psikologi
Perkembangan:
Suatu
Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan.
Alih
Bahasa:
Istiwidayanti dan Soedjarwo.
Jakarta: Erlangga.
Husni, D, Milla N.M, Fitriyani E. (2012)
Sense of Pride Different Between
Boys and Girls. Laporan
Penelitian Fakultas Psikologi
UIN Suska Riau.
Hwang, K.K . (2012). Foundation of
Chinese Psychology. Taiwan :
Springer
Karnani, H., & Pomm, H., (2006).
Screening
for
adolescent
depression and anxiety in the
primary
care
environment:
Calming the storm within.
Northeast Florida Medicine, 4146.
Oetami, P., Yuniarti, K.W. (2011).
Orientasi Kebahagiaan SMA,
Tinjauan Psikologi Indigenous
pada Siswa Laki-Laki dan
Perempuan. Humanitas, Vol. VIII
No 2. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada.
Papalia, Old, &Feldman. (2008). Human
development. Jakarta : Kencana.
Putri, A.K, Prawitasari, J.E, Hakim, M.A,
Yuniarti, K.W, Kim Uichol
(2012). Sadness as perceived by
Indonesian man and female
adolescent. International Journal

of
Research
Studies
in
Psychology,Vol 1, No 127-136.
Rinaldi
(2010).
Reseliensi
pada
Masyarakat Kota Padang ditinjau
dari Jenis Kelamin. Jurnal
Psikologi Vol. 3,No 2.
Rostiana (1999). Deskripsi dan dinamika
konflik pada Boundary Role
Person, Arkhe, Jurnal Ilmiah
Psikologi. 4, No 7: Jakarta
Fakultas Psikologi Universitas
Tarumanegara.
Santrock, J.W (2003). Adolescence
(Perkembangan
Remaja).
Jakarta : Erlangga
Santrock, John W. (2007) Remaja, edisi
kesebelas. Erlangga.
Sari, R.P, Rejeki T.A & Achmad M.M
(2006).
Pengungkapan
Diri
Mahasiswa
Tahun
Pertama
Universitas Dipenogoro Ditinjau
Dari Jenis Kelamin dan Harga
Diri.
Jurnal
Psikologi
Universitas Diponegoro, Vol
3,No 2.
Sarwono, S. W. (2001). Psikologi remaja.
Jakarta : PT. RajaGrafindo
Persada.
Sue, D. W., & Sue, D. (2003). Counseling
the culturally diverse: Theory
and Practice (4th ed). NY: Wiley
& Son.
http://nasional.kompas.com/read/308.000.
SNMPTN

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24