Perusahaan bukan badan hukum badan hukum perdata

Perusahaan bukan badan hukum
Merupakan perusahaan swasta yang didirikan dan dimiliki oleh beberapa orang
pengusaha secara kerja sama, jenis perusahaan ini dapat menjalankan usaha di bidang
perekonomian (perindustrian, perdagangan, dan perjasaan). Contohnya : Persekutuan perdata,
Firma, CV.
Beberapa penjelasan singkat mengenai Perusahan Bukan Badan Hukum.
1. Subjek hukumnya adalah orang-orang yang menjadi pengurusnya, jadi bukan badan
hukum itu sendiri karena ia bukanlah hukum sehingga tidak dapat menjadi subjek
hukum.
2. Pada

perusahaan

bukan badan

hukum,

yang

bertindak


sebagai subjek

hukum adalah orang-orangnya dan bukan perkumpulannya sehingga yang dituntut
adalah orang-orangnya oleh pihak ketiga
3. Harta

kekayaan

dalam

perusahaan

yang

tidak

berbadan

hukum


adalah dicampur, artinya bila terjadi kerugian/penuntutan yang berujung pembayaran
ganti rugi /pelunasan utang maka harta kekayaan pribadi dapat menjadi jaminannya.
Dengan kata lain, pertanggung jawabannya pribadi untuk keseluruhan
4. Harta perusahan bersatu dengan harta pribadi para pengurus/anggotanya. Akibatnya
kalau perusahaannya pailit, maka harta pengurus/anggotanya ikut tersita juga.
5. Badan usaha yang bukan badan hukum adalah Perusahaan Perseorangan, Firma, CV.
Persekutuan Perdata
Perjanjian antara dua orang atau lebih yang mengikatkan diri untuk memasukkan
sesuatu (inbreng) ke dalam persekutuan dengan maksud membagi keuntungan yang diperoleh
karenanya (Pasal 1618 KUHPerdata). Suatu perjanjian diantara dua orang atau lebih untuk
memasukkan uang tenaga kerja, dan keahlian ke dalam suatu perusahaan untuk mendapatkan
keuntungan yang dibagi bersama sesuai dengan bagian atau proporsi yang telah disepakati
bersama.
Inbreng adalah keadaan dimana masing-masing sekutu diwajibkan untuk memberikan
pemasukkan ke dalam persekutuan (Pasal 1619 KUHPerdata). Pemasukkan tersebut dapat
berupa uang, benda-benda yang layak sebagai pemasukkan (kendaraan bermotor, alat
perlengkapan kantor, dll), tenaga kerja baik secara fisik maupun pikiran.

Bentuk-bentuk persekutuan perdata



Persekutuan perdata yang terjadi antara pribadi-pribadi yang melakukan suatu
pekerjaan bebas (profesi) dan tidak menggunakan nama bersama misalnya :




pengacara, dokter, arsitek, akuntan, dsb.
Persekutuan perdata yang secara nyata menjalankan perusahaan
Suatu perjanjian kerja sama dari suatu transaksi, tetapi tidak menggunakan nama
bersama dan tidak bersifat terus-menerus (tidak tampak unsur menjalankan
perusahaan)

Jenis-jenis Persekutuan perdata


Persekutuan Perdata Umum/ Penuh : Persekutuan dimana para sekutu memasukkan
seluruh hartanyaatau bagian yang sepadan dengan-nya tanpa adanya suatu perincian
apapun. Persekutuan yang demikian dilarang undang-undang, kecuali diperjanjikan
masing-masing




sekutu

akan

mencrahkan

segala

kekuatan

kerjanya

untuk

mendapatkan laba yang bisa dibagi antara para sekutu.
Persekutuan Perdata Khusus : Presekutuan perdata dimana para sekutu menjanjikan
pemasukkanbenda-benda tertentu atau sebagian tenaga kerja-nya.


Pengurusan Persekutuan Perdata
Pembebanan kepengurusan persekutuan perdata dilakukan dengan cara



:

Diatur sekaligus bersama dengan akta pendirian persekutuan perdata: sekutu statuer
(gerant statutaire)
Diatur dengan akta tersendiri sesudah pendirian : sekutu mandater (gerant mandater)

Berakhir nya persekutuan perdata
Persekutuan perdata dapat berakhir karena (pasal 1646-1651 KUHPerdata)
1.
2.
3.
4.
5.


Lewatnya waktuuntuk mana persekutuan telah diadakan
Musnahnya barang atau diselesaikanya perbuatan yang menjadi pokok persekutuan
Kehendak semata-mata dari beberapa atau seorang sekutu
Pengakhiran berdasarkan alasan yang sah
Salah seorang sekutu meninggal, diletakkandibawah pengapungan, atau dinyatakan
pailit.

Firma

Perseroan Firma adalah suatu perseroan yang didirikan untuk melakukan suatu usaha
di bawah satu nama bersama.
Nama bersama di dalam firma berarti

:

a. Nama Seorang Sekutu
b. Nama seorang sekutu dengan tambahan yang menunjukkan anggota keluarga
c. Himpunan nama para sekutu atau sebagian sekutu
d. Nama lain yang bukan nama sekutu atau keluarga
e. Nama bidang usaha perusahaan

Perseroan yang terbentuk dengan cara meminjamkan uang atau disebut juga perseroan
komanditer, didirikan antara seseorang atau antara beberapa orang persero yang bertanggung
jawab secara tanggung-renteng untuk keseluruhannya, dan satu orang atau lebih sebagai
pemberi pinjaman uang. Dalam perseroan firma tiap-tiap persero bertanggung jawab secara
tanggung renteng untuk seluruhnya atas perikatan-perikatan perseroannya. Suatu perseroan
dapat sekaligus berwujud perseroan firma terhadap persero-persero firma di dalamnya dan
perseroan komanditer terhadap pemberi pinjaman uang.
Pendirian Firma
Perseroan-perseroan firma harus didirikan dengan akta otentik, tanpa adanya
kemungkinan untuk disangkalkan terhadap pihak ketiga, bila akta itu tidak ada. Para persero
firma diwajibkan untuk mendaftarkan akta itu dalam register yang disediakan untuk itu pada
kepaniteraan raad van justitie (pengadilan negeri) daerah hukum tempat kedudukan perseroan
itu. Akan tetapi para persero firma diperkenankan untuk hanya mendaftarkan petikannya saja
dari akta itu dalam bentuk otentik. Setiap orang dapat memeriksa akta atau petikannya yang
terdaftar, dan dapat memperoleh salinannya atas biaya sendiri.
Akta Pembuatan Firma terdiri atas :
1. nama, nama kecil, pekerjaan dan tempat tinggal para persero firma;
2. pernyataan firmanya dengan menunjukkan apakah perseroan itu umum, ataukah
terbatas pada suatu cabang khusus dari perusahaan tertentu, dan dalam hal terakhir,
dengan menunjukkan cabang khusus itu; (KUHD 17.)

3. penunjukan para persero, yang tidak diperkenankan bertandatangan atas nama firma;
4. saat mulai berlakunya perseroan dan saat berakhirnya;
5. dan selanjutnya, pada umumnya, bagian-bagian dari perjanjiannya yang harus dipakai
untuk menentukan hak-hak pihak ketiga terhadap para persero. (KUHD 27 dst.)

Pendaftarannya harus diberi tanggal dari hari pada waktu akta atau petikannya itu dibawa
kepada panitera.
Di samping itu para persero wajib untuk mengumumkan petikan aktanya dalam surat kabar
resmi sesuai dengan ketentuan pasal 26. Selama pendaftaran dan pengumuman belum terjadi,
maka perseroan firma itu terhadap pihak ketiga dianggap sebagai perseroan umum untuk
segala urusan, dianggap didirikan untuk waktu yang tidak ditentukan dan dianggap tiada
seorang persero pun yang dilarang melakukan hak untuk bertindak dan bertanda tangan untuk
firma itu. Dalam hal adanya perbedaan antara yang didaftarkan dan yang diumumkan, maka
terhadap pihak ketiga berlaku ketentuan-ketentuan yang berkenaan dengan pasal yang lalu
yang dicantumkan dalam surat kabar resmi.
Sekutu Firma bertanggung jawab secara

:

a. Intern

Tanggung jawab yang seimbang dengan inbreng
b. Ekstern
Tanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan atas semua perikatan
persekutuan
Pembubaran Firma
Firma dari suatu perseroan yang telah dibubarkan dapat dilanjutkan oleh seorang atau
lebih, baik atas kekuatan perjanjian pendiriannya maupun bila diizinkan dengan tegas oleh
bekas persero yang namanya disebut di situ, atau bila dalam hal adanya kematian, para ahli
warisnya tidak menentangnya, dan dalam hal itu untuk membuktikannya harus dibuat akta,
dan mendaftarkannya dan mengumumkannya dalam surat kabar resmi atas dasar dan dengan
cara yang ditentukan dalam pasal 23 dan berikutnya, serta dengan ancaman hukuman yang
tercantum dalam pasal 29.
Pembubaran sebuah perseroan firma sebelum waktu yang ditentukan dalam
perjanjian, atau terjadi karena pelepasan diri atau penghentian, perpanjangan waktu setelah
habis waktu yang ditentukan, demikian pula segala perubahan yang diadakan dalam
perjanjian yang asli yang berhubungan dengan pihak ketiga, diadakan juga dengan akta
otentik, dan terhadap ini berlaku ketentuan-ketentuan pendaftaran dan pengumuman dalam
surat kabar resmi seperti telah disebut. Kelalaian dalam hal itu mengakibatkan, bahwa
pembubaran, pelepasan diri, penghentian atau perubahan itu tidak berlaku terhadap pihak
ketiga. Terhadap kelalaian mendaftarkan dan mengumumkan dalam hal perpanjangan waktu

perseroan, berlaku ketentuan-ketentuan pasal 29.

Persekutuan Komanditer / Commanditaire Vennootschap (CV)
Persekutuan komanditer itu ialah persekutuan firma yang mempunyai satu atau
beberapa orang sekutu komanditer. Sekutu komanditer adalah sekutu yang hanya
menyerahkan uang, barang atau tenaga sebagai pemasukan pada persekutuan, sedangkan dia
tidak turut campur dalam pengurusan atau penguasaan dalam persekutuan. Status seorang
sekutu komanditer itu dapat disamakan dengan seorang yang menitipkan modal pada suatu
perusahaan, yang hanya menantikan hasil keuntungan dari uang, benda atau tenaga
pemasukannya itu saja, sedangkan dia sama sekali lepas tangan dari pengurusan perusahaan.
Pengaturan mengenai persekutuan firma diatur dalam Pasal 16 s/d 35 KUHD. Tiga di
antara pasal-pasal itu, yakni Pasal 19, 20 dan 21 adalah aturan untuk persekutuan komanditer.
Pasal 19 ayat (1) KUHD menyebutkan bahwa perseroan yang terbentuk dengan cara
meminjamkan uang atau disebut juga perseroan komanditer, didirikan antara seseorang atau
antara beberapa orang persero yang bertanggung jawab secara tanggung-renteng untuk
keseluruhannya, dan satu orang atau lebih sebagai pemberi pinjaman uang.
Pengaturan tentang persekutuan komanditer dalam KUHD berada di tengah-tengah
aturan mengenai persekutuan firma, yaitu Pasal 19, 20 dan 21. Letak aturan persekutuan
komanditer di tengah-tengah pasal-pasal yang mengatur persekutuan firma itu sudah
sepatutnya, karena persekutuan komanditer itu juga disebut persekutuan firma dengan bentuk

khusus. Kekhususannya itu terletak pada adanya sekutu komanditer, yang pada persekutuan
firma tidak ada. Pada persekutuan firma hanya ada sekutu kerja atau firmant, sedangkan
dalam persektuan komanditer, kecuali sekutu kerja, juga ada sekutu komanditer, yakni sekutu
yang tidak kerja, sekutu yang hanya memberikan pemasukannya saja, tidak turut mengurus
perusahaan.
Jeni Sekutu pada Persekutuan Komanditer
Persekutuan komanditer itu mempunyai dua macam sekutu, yaitu sekutu kerja (sekutu
komplementer) dan sekutu komanditer. Adapun perbedaan kedua sekutu itu adalah sebagai
berikut:
a. Sekutu komanditer wajib menyerahkan uang, benda, atau tenaga kepada persekutuan
sebagai yang telah disanggupkan dan berhak menerima keuntungan dari persekutuan.
Tanggung jawab sekutu komanditer terbatas pada jumlah pemasukan yang telah
disanggupkan untuk disetor. Sekutu komanditer tidak boleh mencampuri tugas sekutu
kerja (komplementer), yaitu pengurusan persekutuan (Pasal 20 KUHD). Bila larangan ini

dilanggar, maka Pasal 21 KUHD memperluas tangung jawabnya sekutu komanditer sama
dengan tanggung jawab sekutu kerja (komplementer), yaitu tangung jawab secara pribadi
untuk keseluruhan (Pasal 18 KUHD).
b. Sekutu kerja berhak memasukkan modal ke dalam persekutuan, bertugas mengurus
persekutuan dan bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan. Bila sekutu kerja
lebih dari seorang, harus ditegaskan apakah di antara mereka ada yang dilarang bertindak
keluar (Pasal 17 KUHD). Meskipun sekutu tersebut tidak berhak bertindak keluar, tetapi
tanggung jawabnya tetap sebagai yang ditetapkan dalam Pasal 18 KUHD.
Pendirian Persekutuan Komanditer
Dalam KUH Dagang tidak ada aturan tentang pendirian, pendaftaran, maupun
pengumumannya, sehingga dalam prosedur pendirian persekutuan komanditer sama dengan
pendirian persekutuan firma. Sehingga pasal 22 s/d 28 KUHD juga berlaku untuk prosedur
mendirikan persekutuan komanditer.
Jenis Persekutuan Komanditer
Persekutuan komanditer itu ada tiga macam, yaitu
a. Persekutuan komanditer diam-diam, yaitu persekutuan komanditer yang belum
menyatakan dirinya dengan terang-terangan kepada pihak ketiga sebagai persekutuan
komanditer. Keluar, persekutuan itu masih menyatakan dirinya sebagai persekutuan firma,
tetapi ke dalam persekutuan itu sudah menjadi persekutuan komanditer, karena salah
seorang atau beberapa orang sekutu sudah menjadi sekutu komanditer.
b. Persekutuan komanditer terang-terangan, yaitu persekutuan komanditer yang dengan
terang-terangan menyatakan dirinya sebagai persekutuan komanditer kepada pihak ketiga.
Misalkan papan nama di muka kantomya, reklame-reklame yang diumumkan, dan segala
tindakan-tindakan hukum bagi kepentingan persekutuan, baik ke dalam maupun ke luar,
para pengurus selalu menyatakan atas nama persekutuan komanditer. Jadi, istilah "terangterangan" itu tertuju pada pemyataan diri sebagai persekutuan komanditer kepada pihak
ketiga.
c. Persekutuan komanditer dengan saham, adalah persekutuan komanditer terang-terangan,
yang modalnya terdiri dari saham-saham. Persekutuan bentuk ini sama sekali tidak diatur
dalam KUHD. Pada hakekatnya persekutuan bentuk ini adalah sama saja dengan
persekutuan komanditer biasa (terang-terangan), perbedaan dengan persekutuan
komanditer biasa terletak pada pembentukan modal, yaitu dengan cara mengeluarkan

saham-saham. Hal pembentukan dan cara mendapatkan modal semacam ini dimungkinkan
oleh Pasal 1338 ayat (1), Pasal 1337 KUHPER bersama dengan Pasal 1 KUHD. Dan
karena itu persekutuan ini adalah juga semacam persekutuan komanditer biasa, maka
ketentuan-ketentuan dalam KUHD berlaku juga ada persekutuan jenis ini.
Hubungan Hukum Antarsekutu
Hubungan intern antarsekutu ialah hubungan hukum antara sekutu kerja dengan
sekutu komanditer. Hubungan ini tidak bisa dilihat dari Pasal 19, 20 dan 21 KUHD. Dengan
melalui Pasal 16 KUHD, di mana persekutuan firma, dalam hal ini sebagai persekutuan
komanditer dinyatakan persekutuan perdata yang didirikan untuk menjalankan perusahaan
dengan nama bersama (firma), maka hubungan intern antarsekutu kita bisa melihat bagian
kedua, bab VIII, Buku II, KUHPER, mulai Pasal 1624 s/d 1641. Hubungan ini mengenai:
a. Pemasukan modal diatur dalam Pasal 1625 dan selanjutnya. Benda pemasukan dapat
berupa benda fisik, uang dan tenaga manusia (fisik dan/atau pikiran);
b. Pembagian untung rugi. Hal ini diatur dalam Pasal 1633 dan 1634 KUHPER. Biasanya
mengenai dua hal ini diatur dalam perjanjian pendirian persekutuan. Kalau dalam
perjanjian pendirian persekutuan tidak diatur, barulah aturan tersebut di atas berlaku.
Bila ada untung, maka sekutu komanditer mendapat bagian sebesar sebagai yang
diatur dalam perjanjian pendirian. Tetapi kalau dalam perjanjian tidak ada aturannya, maka
Pasal 1633 KUHPER memberi pedoman. Begitu pula kalau persekutuan menderita rugi,
sekutu komanditer dibebani juga membayar kerugian itu, tetapi beban itu tidak boleh
melebihi jumlah pemasukannya. Bagi sekutu kerja, beban kerugian itu tidak terbatas,
sehingga bila perlu, harta kekayaan sendiri disentuh sebagai jaminan bagi seluruh kerugian
persekutuan (Pasal 18 KUHD bsd. Pasal 1131 dan 1132 KUHPER).
Jadi, kedudukan sekutu komanditer mengenai untung rugi persekutuan, sama dengan
kedudukan pesero atau pemegang saham pada sebuah PT (Pasal 40 ayat (2) KUHD), yang
tidak boleh dibebani lebih dari jumlah nominal sahamnya. Dan dia pun tidak boleh dituntut
untuk menambah pemasukannya dan tidak dapat diminta untuk mengembalikan keuntungan
yang telah pernah diterimanya (Pasal 1625 KUHPER bsd Pasal 20 ayat (3) KUHD).
Pengurusan Persekutuan Komanditer
Menurut Pasal 20 ayat (2) KUHD sekutu komanditer dilarang melakukan pengurusan
(beheren), meskipun dengan kekuatan surat kuasa. Tetapi dia boleh mengawasi pengurusan
itu, bila ditetapkan demikian dalam perjanjian pendirian. Meskipun begitu pengawasan ini

harus bersifat intern, yang tidak boleh berarti bahwa tindakan pengawasan sekutu komanditer
itu dapat menimbulkan kesan seolah-olah dia juga pengurus persekutuan. Dalam perjanjian
pendirian juga dapat ditentukan bahwa mengenai beberapa tindakan pengurusan tertentu
sekutu kerja harus minta izin terlebih dulu kepada sekutu komanditer/pengawas persekutuan,
bila akan melakukannya. Jadi, kecuali tindakan pengawasan dan pemberian izin pada
perbuatan pengurusan tertentu, yang diperkenankan oleh perjanjian pendirian, sekutu
komanditer dilarang mencampuri persoalan pengurusan. Bila larangan ini dilanggar, maka
sekutu komanditer yang bersangkutan kena sanksi sebagai tersebut dalam Pasal 21 KUHD,
yaitu tanggung jawabnya diperluas sama dengan tanggung jawab sekutu kerja, yaitu pribadi
untuk keseluruhan.
Berakhirnya Persekutuan Komanditer
Karena persekutuan komanditer itu pada hakekatnya adalah persekutuan firma, (Pasal
19 KUHD), dan persekutuan firma adalah persekutuan perdata (Pasal 16 KUHD), yang
didirikan untuk melakukan perusahaan dengan nama bersama (firma), maka aturan tentang
berakhimya persekutuan juga dikuasai oleh Pasal 1646 s/d 1652 KUHPER ditambah dengan
Pasal 21 s/d 35 KUHD.