Dampak Perdagangan Bebas regional terhadap

Dampak Perdagangan Bebas (Globalisasi) Terhadap Ekonomi Politik Indonesia Serta
Antisipasinya
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Era globalisasi dewasa ini menjadi kenyataan yang harus dihadapi oleh setiap negara, tidak
terkecuali Indonesia. Proses interaksi dan saling pengaruh-mempengaruhi, bahkan pergesekan
kepentingan antar bangsa terjadi dengan sangat cepat dan menyangkut masalah yang semakin
kompleks. Batas-batas teritorial negara pun sekarang tidak lagi menjadi pembatas bagi
kepentingan masing-masing negara. Di bidang ekonomi dan politik terjadi persaingan seperti
perdagangan bebas yang semakin ketat, sehingga semakin mempersulit posisi negara-negara
miskin.
Sebagai anggota masyarakat dunia, Indonesia pasti tidak dapat dan tidak akan mengasingkan diri
dari pergaulan internasional itu, terutama dalam perdagangan bebas. Andaikata terasingkan pun,
tentunya Indonesia tidak akan mampu memenuhi segala kebutuhannya sendiri. Yang artinya,
bahwa di dalam hubungan internasional itu ada suatu hubungan serta ketergantungan antara satu
negara dengan negara yang lainnya.
Berkaitan dengan hal tersebut, tentunya memberikan tekanan global tersendiri bagi negaranegara berkembang seperti Indonesia khususnya. Yang mana akan memberikan efek ataupun
dampak positif maupun negatif. Dan dari dampak-dampak tersebut diperlukan suatu antisipasi
agar keadaan ekonomi politik Indonesia mengalami stabilitas serta tidak mengalami kemunduran
yang lebih jauh. Maka dari itu, penulis akan membahas dan mengkaji dampak-dampak
perdagangan bebas terhadap bidang ekonomi politik serta bagaimana cara mengantisipasinya,

dimana cara atau upaya antisipasi tersebut ada yang sudah terealisasi untuk diterapkan dan ada
juga yag belum, di dalam makalah yang berjudul “Dampak Perdagangan Bebas terhadap
Ekonomi Politik Indonesia serta Antisipasinya”.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun karena terdapat ketentuan yang membatasi penulisan makalah ini dan adanya
keterbatasan waktu, maka penulis memfokuskan permasalahan makalah ini hanya pada:
1.2.1. Apa sajakah dampak-dampak perdagangan bebas terhadap bidang ekonomi politik
Indonesia?

1.2.2. Bagaimana upaya Indonesia dalam mengantisipasi dampak-dampak perdagangan bebas
terhadap bidang ekonomi politik itu sendiri?
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1. Untuk mengetahui dan memahami apa saja dampak-dampak akibat adanya perdagangan
bebas terhadap bidang ekonomi politik di Indonesia.
1.3.2. Mengetahui bagaimana upaya yang ditempuh Indonesia dalam mengantisipasi dampakdampakeuforia perdagangan bebas agar tidak sampai mengganggu stabilitas ekonomi politik
Indonesia.
1.4. Manfaat Penulisan
1.4.1. Dapat mengetahui dan memahami apa saja dampak-dampak terhadap bidang ekonomi
politik akibat adanya perdagangan bebas di Indonesia.
1.4.2. Memberikan pengetahuan dan pengalaman pada pembaca, tentang upaya apa saja yang

ditempuh Indonesia, baik itu yang sudah terealisasi untuk diterapkan maupun belum dalam
mengatasi dampak-dampak dari perdagangan bebas di bidang ekonomi politik agar tidak sampai
mengganggu stabilitas nasional, sehingga dapat untuk perbaikan Indonesia ke depan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Globalisasi
Perbincangan tentang globalisasi mulai ramai dibicarakan sekitar tahun 1980-an.
Kata globalize danglobalism diperkenalkan oleh sebuah buku kecil yang terbit pada tahun 1944,
sementara kataglobalization masuk ke dalam kamus untuk pertama kalinya pada tahun 1961
(Reiser dan Davies. 1944:212, 219; Webster. 1961; Ikbar. 2006). Banyak definisi dari
globalisasi ini, salah satunya menurutMartin Khor (dalam Ikbar, 2006: 205) mengatakan,
“Globalisasi adalah apa yang oleh kita dari Dunia Ketiga selama beberapa abad dikenal dengan
kolonialisasi.” [1]
Dari definisi tersebut ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh
negara-negara adikuasa. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kolonialisasi atau
kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya pasti akan
mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara berkembang dan tertinggal makin tidak
berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap
perekonomian dunia.
2.2. Perdagangan Bebas


Perdagangan bebas adalah sebuah konsep ekonomi yang mengacu kepada Harmonized
Commodity Description and Coding System (HS) dengan ketentuan dari World Customs
Organization yang berpusat di Brussels, Belgium. penjualan produk antar negara tanpa pajak
ekspor-impor atau hambatan perdagangan lainnya.
Perdagangan bebas dapat juga didefinisikan sebagai tidak adanya hambatan buatan (hambatan
yang diterapkan pemerintah) dalam perdagangan antar individual-individual dan perusahaanperusahaan yang berada di negara yang berbeda.[2]
2.3. Ekonomi Politik
Dalam penggunaannya secara tradisional, istilah ekonomi politik dipakai sebagai sinonim atau
nama lain dari istilah ilmu ekonomi. Fokus dari studi ekonomi politik adalah fenomenafenomena ekonomi secara umum, yang bergulir serta dikaji menjadi lebih spesifik , yaitu
menyoroti interaksi antara faktor-faktor ekonomi dan faktor-faktor politik. Namun, dalam
perkembangan yang berikutnya, istilah ekonomi politik selalu mengacu pada adanya interaksi
antara aspek ekonomi dan aspek politik.[3]Adanya kelemahan instrumental ini menyebabkan
banyak kalangan ilmuwan dari kedua belah pihak-berusaha untuk mempertemukan titik
temunya, sehingga para ilmuwan ini berusaha untuk mencoba mengkaji hal ini dengan
menggunakan pendekatan-pendekatan dalam ekonomi politik.[4] Dalam upaya memaksimalkan
studi mengenai ekonomi politik, juga tidak boleh terlepas dari sistem ekonomi di negara yang
bersangkutan. Terkait dengan hal tersebut, setidaknya dalam berbagai jenis yang ada, terdapat
dua sistem ekonomi besar dunia yang dibagi menjadi dua kategori pokok, yakni sistem ekonomi
yang berorentasi pasar (ekonomi liberal) dengan sistem ekonomi terencana atau yang lebih
dikenal sebagai sistem ekonomi terpusat (sosialis).

BAB III. PEMBAHASAN
3.1. Perdagangan Bebas sebagai Dampak Globalisasi
Di zaman yang serba modern seperti saat ini, perdagangan bebas telah menjadi harga mati yang
tidak bisa ditawar lagi. Hampir seluruh negara di dunia telah dipengaruhi oleh sistem ekonomi
perdagangan bebas, atau yang dikenal dengan free trade ini. Perlu kita ketahui bahwa globalisasi
ini merupakan sebuah sistem yang berani menembus ruas dunia sehingga menghilangkan batasbatas negara. Namun, perlu dicatat pula bahwa globalisasi tidak akan pernah ada jika negara itu
benar-benar tidak ada.
Dalam globalisasi sebenarnya peran negara yang paling utama adalah sebagai ‘alat pengukur’,
yang bisa menyebabkan seseorang tahu globalisasi tengah berperan jika dia tidak sedang
berhubungan dengan temannya yang berada di negara lain atau bisa juga jika dia tidak sedang
menggunakan produk dari negara lain. Maka dari itu, negara mempunyai peran besar yaitu
sebagai pengukur keberadaan sistem globalisasi ini. Di samping itu, peran negara adalah
menjalankan sedikit urusan yang tidak bisa dikerjakan sendiri oleh individu, yaitu

memaksimalkan kesejahteraan individu seperti dengan pembentukan sistem hukum, jaminan
keamanan nasional, dan pembuatan uang.
Pertumbuhan perdagangan dunia pun meningkat secara drastis. Akselerasi trend ini yang
diharapkan terjadi oleh kaum liberal seiring dengan semakin meningkatnya teknologi informasi
dan telekomunikasi. Dengan semakin terintegrasinya perdagangan dunia, maka hubungan
perekonomian negara-negara akan semakin interdependen. Akan tetapi proyeksi ini menyimpan

beberapa permasalahan terutama dengan semakin berkembangnya praktek neomerkantilisme
oleh Amerika Serikat, hegemoni dunia yang sedang menuruni puncak popularitas ekonomi akibat
krisis finansial global yang belum lama ini melanda.
3.2. Perdagangan Bebas di Indonesia
Wacana perdagangan bebas sebagai jalan menuju kesejahteraan masih terus diperdebatkan
khususnya di Indonesia. Di media massa masih sering termuat berbagai retorika politisi maupun
pemain industri dalam negeri yang meneriakkan pentingnya proteksionisme. Kemudian
meskipun telah banyak literatur ilmu ekonomi yang menunjukkan secara meyakinkan bahwa
perdagangan bebas membawa lebih banyak manfaat bagi banyak orang dari pada sebaliknya,
namun tampaknya hal itu saja belum cukup untuk membimbing pembuatan kebijakan publik
yang lebih cenderung tunduk pada kekuatan lobi pro proteksi. Meski demikian, sebagian dari
pengambil kebijakan Indonesia (pemerintah) percaya pada manfaat perdagangan bebas juga,
terbukti dari tarik-ulur yang kadangkala muncul di media massa kita. Perhitungan ekonomi
politik pastilah penyebab tarik-menarik ini. Harus diakui pembuatan kebijakan memang perlu
perencanaan dan perhitungan yang matang.
Seiring dengan munculnya perdagangan bebas itu, nasionalisme dan proteksionisme menjadi
lebih terlihat. Apalagi Indonesia juga akan memasuki era perdagangan bebas wilayah ASEAN
atau ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada tahun 2015.[5] Jadi, isu nasionalisme dalam konteks
perdagangan pun semakin penting. Hal ini bertujuan agar produk Indonesia bisa menjadi tuan
rumah di negeri sendiri. Memang kesepakatan Indonesia dalam perjanjian organisasi

perdagangan bebas yang biasa disebut World Trade Organization(WTO) masih menuai
kontroversi. Karena sebagian kalangan menilai Indonesia belum layak turut serta dalam
perdagangan bebas. Namun, karena Indonesia terlanjur menyetujui perjanjian WTO, maka mau
tidak mau Indonesia harus menyiapkan diri menyongsong perdagangan bebas. Inilah harga yang
harus dibayar akibat menganut sistem ekonomi terbuka. Meskipun dalam prakteknya justru
produk-produk asing terutama produk Cina yang membanjiri pasar Indonesia.
Era globalisasi yang telah dimulai bukan saja berpengaruh pada hubungan luar negeri bangsa ini,
namun lebih dari itu, asumsi dasar perekonomian nasional juga sebenarnya telah semakin
bergeser. Indonesia yang memiliki basis perekonomian kerakyatan, tentunya mengalami
tantangan terhadap paham ekonomi liberal yang berasaskan kompetisi bebas dan bersifat

individu maupun kelompok. Era perdagangan bebas yang menjadi salah satu senjata dari
ekonomi liberal, saat ini telah ada di depan mata, dan Indonesia menjadi salah satu negara yang
meratifikasinya. Harapan kita sekarang hanyalah adanya kesiapan dan kemampuan secara
mental, sistem sosial budaya, politik, serta ekonomi bangsa kita dalam menghadapi ancaman
globalisme-kapitalistik ini. Sehingga tidak memudahkan pengintegrasian perekonomian Negara
Indonesia ke dalam genggaman para pemodal negara-negara kaya.[6]
3.3. Dampak Perdagangan Bebas terhadap Ekonomi Politik Indonesia
Dengan adanya perdagangan bebas, perusahaan-perusahaan transnasional dan pasar modal dunia
membebaskan bisnis dari kekuasaan politik tanpa distorsi oleh intervensi negara. Dikonklusikan

bahwa aktivitas bisnis yang primer dan kekuasaan politik tidak mempunyai peran lain kecuali
perlindungan sistem terhadap perdagangan bebas dunia. Akibatnya, peran negara sebagai alat
untuk mensejahterakan rakyat semakin tereduksi oleh kekuatan pasar yang tidak mempunyai
agenda sosial dan usaha pengentasan kemiskinan. Kondisi ini berimplikasi terhadap relasi sosial
yang selalu diukur dari pendekatan dan solusi pasar, serta prinsip ekonomi pasar yang juga
dijadikan tolok ukur untuk mengevaluasi berbagai kebijakan, yang selanjutnya akan melahirkan
arogansi kekuatan kapital dan negara berperan sebagai ‘tukang stempel’ bagi mereka. Yang mana
dalam hal ini akumulasi modal menjadi prasyarat isi material kelembagaan negara.
Selain itu dengan adanya perjanjian-perjanjian dengan organisasi perdagangan versi WTO dapat
menyebabkan adanya hambatan nontarif yang sangat merugikan, dimana hal ini sengaja
diciptakan seperti yang terjadi saat ini. Kebijakan nontarif impor ini memaksa penghapusan satusatunya bentuk proteksi yang tersisa oleh negara-negara dunia ketiga termasuk Indonesia
terhadap penetrasi pasar dalam negeri oleh kekuatan-kekuatan imperialis. Tetapi negara-negara
imperialis dapat membatasi penetrasi terhadap pasar dalam negeri mereka terhadap ekspor dari
negara-negara dunia ketiga melalui penerapan serangkaian hambatan-hambatan nontarif yang
kokoh.
Sedangkan pada negara dunia ketiga atau Indonesia, dengan adanya hambatan nontarif sudah
tentu akan menyebabkan banjirnya barang impor karena mudahnya barang luar negeri masuk ke
pasar dalam negeri serta adanya peralihan impor dari yang tadinya ilegal menjadi legal. Maka
dengan ini agenda pemberdayaan ekonomi rakyat akan semakin terpuruk akibat desakan kuat
dari komoditas-komoditas asing yang notabene telah mengekspansi secara simultan, dan

benturan antara pemberdayaan ekonomi rakyat dengan pasar bebas pun tidak dapat terelakkan.
Yang semua ini menyebabkan semakin banyaknya angka pengangguran dan akhirnya
melumpuhkan perekonomian nasional. Sebenarnya dibalik semua ini ada kepentingan dari
negara-negara maju, yaitu agenda penaklukan kembali pasar dalam negeri negara-negara dunia
ketiga. Yang mana inilah tujuan mendasar dibalik tekanan kekuatan negara-negara imperialis
terhadap pasar bebas.

Di lain sisi dampak positif yang dapat diambil dari liberalisasi perdagangan versi WTO ini tidak
mempunyai peran signifikan dalam usaha peningkatan sumber daya yang ada maupun produk
yang akan dihasilkan. Selain itu dengan adanya perdagangan bebas hanya akan lebih dinikmati
oleh segelintir orang atau kelompok tertentu saja yang mempunyai kekuatan kapital kuat dan
sebagian besar lainnya lebih dirugikan. Karena mereka dijadikan tidak produktif dan hanya
dijadikan sebagai konsumen yang baik saja.[7]
3.4. Upaya Antisipasi Indonesia dalam Menghadapi Perdagangan Bebas
Melihat dampak yang lebih banyak merugikan tersebut, kiranya perlu dilakukan antisipasi yang
cepat dan menyeluruh. Dalam mengantisi dampak-dampak perdagangan bebas yang cenderung
kurang menguntungkan bagi Indonesia tersebut, ada beberapa upaya yang telah ditempuh
maupun belum ditempuh oleh pemerintah. Beberapa bentuk upaya antisipasi yang belum
maupun sudah ditempuh Indonesia antara lain:
1.


2.
3.
4.
5.
6.
7.

8.

Memberikan pendidikan kepada masyarakat untuk lebih mencintai produk dalam
negeri dengan terus meningkatkan mutu produk-produk dalam negeri agar lebih berkualitas.
Misalnya dengan menggiatkan program Aku Cinta Produk Indonesia (ACI ). [8]
Melakukan negosiasi ulang kesepakatan perdagangan bebas itu atau minimal
menundanya, terutama untuk sektor-sektor yang belum siap.
Melakukan seleksi produk untuk melindungi industri nasional.
Mencabut pungutan retribusi yang memberatkan dunia usaha di daerah, agar industri
lokal menjadi lebih kompetitif.
Pengetatan pemeriksaan barang masuk di pelabuhan harus dilakukan juga, karena
negara lain juga melakukan hal yang sama.

Memberikan kemudahan dalam bentuk pendanaan, dengan cara kredit usaha dengan
bunga yang rendah.
Mengaktifkan rambu-rambu nontarif, seperti pemberlakuan Standar Nasional
Indonesia (SNI), ketentuan label, dan sejumlah peraturan lainnya terkait dengan pengamanan
pasar dalam negeri.[9]
Memperbaiki berbagai kebijakan ekonomi untuk menghadapi perdagangan bebas.
Tetapi secara jangka panjang langkah-langkah tersebut tidak bisa digunakan secara permanen.
Sebagai bagian dari masyarakat dunia, bangsa ini tidak bisa mengelak dari kebijaksanaan global
tersebut. Masyarakat industri harus berjuang dengan keras untuk memenangkan persaingan
global yang semakin mengancam tersebut, maka di sini dibutuhkan suatu kejelian. Oleh karena
itu, negara dunia ketiga harus saling membahu dalam menciptakan tata dunia yang adil dengan
menggalang seluruh kekuatan yang tersedia, baik dalam bentuk kebijakan maupun koalisi untuk
penyusunan skenario ekonomi dunia yang adil agar eksploitasi tidak kembali terjadi.
BAB IV. PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Dari pembahasan dalam bab sebelumnya, dapatlah ditarik suatu kesimpulan seperti di bawah ini:
4.1.1. Dampak positif yang ditimbulkan akibat adanya perdagangan bebas di Indonesia terhadap
bidang ekonomi politik, seperti memperluas pasar dan menambah keuntungan serta adanya
transfer teknologi, ternyata tidak dirasakan secara signifikan oleh segala kalangan. Justru yang

dirasakan adalah pertamaperan negara sebagai alat untuk mensejahterakan rakyat semakin
tereduksi oleh kekuatan pasar yang tidak mempunyai agenda sosial dan usaha pengentasan
kemiskinan. Kedua, Adanya hambatan nontarif yang menyebabkan tingginya tingkat
pengangguran, kemiskinan, ketidakseimbangan, dan lumpuhnya perekonomian nasional.
4.1.2. Beberapa upaya yang telah maupun belum terealisasi ditempuh oleh pemerintah Indonesia
dalam mengatasi dampak-dampak dari perdagangan bebas di bidang ekonomi politik, antara lain
yang paling mendasar dan pokok ialah dengan memperbaiki kebijakan ekonomi politik Indonesia
terkait dengan perdagangan bebas, menanamkan pendidikan cinta produk dalam negeri sejak
dini, serta meningkatkan kualitas produk-produk di dalam negeri.
4.2. Saran
Saran dari penulis yang mungkin dapat memberikan sedikit masukan ialah:
4.2.1. Pemerintah perlu memperhitungkan kembali sistem ekonomi Indonesia yang Bebas Aktif,
serta harus bisa bertindak tegas dan berpedoman pada falsafah Bangsa Indonesia yaitu Pancasila
dalam setiap mengambil kebijakan.
4.2.2. Kemudian upaya antisipasi yang belum terealisasi tersebut hendaknya segera
dilaksanakan apabila dirasa dapat menstabikan ekonomi politik Indonesia.
4.2.3. Serta sebaiknya pengalaman dalam sejarah perkembangan bangsa Indonesia yang telah
lalu dijadikan guru yang terbaik.
DAF TAR PUSTAKA
Ikbar, Yanuar. 2006. EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL- KONSEP DAN TEORI (JILID
1). Bandung: PT Refika Aditama.
Ikbar, Yanuar. 2007. EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL 2- IMPLEMENTASI KONSEP
DAN TEORI .Bandung: PT Refika Aditama.
Indiahono, Dwiyanto. 2006. REFORMASI “BIROKRASI AMPLOP”: MUNGKINKAH?.
Yogyakarta: Gava Media.
Jemadu, Aleksius. 2008. Politik Global dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rachbini, Didick J. 2002. Ekonomi Politik: Paradigma dan Teori Pilihan Publik. Jakarta:
Penerbit Ghalia Indonesia.
Staniland, Martin. Apakah Ekonomi Politik Itu? Sebuah Studi Teori Sosial dan
Kelatarbelakangan. Terjemahan. 2003. Jakarta: Rajawali.
Sukirno, Sadono. 2006. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Wibawa, Samodra. 2005. Reformasi Administrasi. Yogyakarta: Gaya Media.
Arsip Berita. 2010. Pemerintah Pantau Dampak Buruk ACFTA. http://arsipberita.com/
show/pemerintah-pantau-dampak-buruk-acfta-56035.html [27 desember 2010].
Benyamin, Maria. 2010. Hambatan nontarif perlu dioptimalkan. http://www.bsn.go.
id/news_detail.php?news_id=2481 [28 DEsember 2010].
Fajribudi.
2010. Pengaruh
Global
China,
ACFTA,
&
Posisi
Indonesia.http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2010/05/12/pengaruh-global-china-acftaposisi-indonesia/ [27 Desember 2010].
Prayitno, Edy. 2007. “ANALISIS KONDISI EKONOMI POLITIK INDONESIA TAHUN
1945 – 2007″.http://tulisan2.blog.dada.net/post/688123/ANALISIS +KONDISI+EKONOMI+
POLITIK+INDONESIA+TAHUN+1945+-+2007 [28 Desember 2010].
Widodo, Slamet. 2008. Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Politik. http://learningof.slametwidodo.com/2008/02/01/pertumbuhan-ekonomi-dan-pembangunan-politik/ [27
Desember 2010].
http://arsipberita.com/show/pasar-bebas-gagal-atasi-kemiskinan-dunia-10520.html
[27 Desember 2010].
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2010/05/12/pengaruh-global-china-acfta-posisiindonesia/ [27 Desember 2010].
http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_ekonomi_politik [26 Desember 2010].
http://id.wikipedia.org/wiki/Perdagangan_bebas [26 Desember 2010].
http://www.bsn.go.id/news_detail.php?news_id=2481[29 Desember 2010].
http://ditjenpdn.depdag.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=55:daya-saingmeningkat-jangan-lengah-hadapi-pasar-global[2 Januari 2011].

[1] Ikbar, halaman 205. Dalam buku yang berjudul Ekonomi Politik 1: Konsep dan Teori
[2] Dapat diakses di alamat http://id.wikipedia.org/wiki/Perdagangan_bebas
[3] Lihat Didick J. Dalam Ekonomi Politik: Paradigma dan Teori Pilihan Publik.
[4] Lihat Staniland, dalam buku berjudul Apakah Ekonomi Politik Itu? Sebuah Studi Teori
Sosial dan Kelatarbelakangan.
[5] Dikutip
dari http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2010/05/12/pengaruh-global-chinaacfta-posisi-indonesia/

[6] Diambil
dari http://arsipberita.com/show/pasar-bebas-gagal-atasi-kemiskinan-dunia10520.html
[7] Dapat diambil dari http://arsipberita.com/show/pemerintah-pantau-dampak-buruk-acfta56035.html
[8] Diambil
dari http://ditjenpdn.depdag.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=55:daya-saing-meningkat-jangan-lengah-hadapipasar-global
[9] Telah diakses dari http://www.bsn.go.id/news_detail.php?news_id=2481