Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas XSMA Adiguna Bandar Lampung Melalui ModelPembelajaran Investigasi Kelompok Buang Saryantono
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Kelas XSMA Adiguna Bandar Lampung
Melalui ModelPembelajaran Investigasi Kelompok
Buang Saryantono
STKIP PGRI Bandar Lampung
Jalan Khairil Anwar Nomor 79 Durian Payung Bandar Lampung
Abstrak.Salah satu tujuan mata pelajaran matematika ditingkat satuan pendidikan dasar
dan menengah adalah agar peserta didik memiliki kemampuan memecahkan masalah
yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Untuk mewujudkan tujuan
tersebut guru harus dapat mengubah paradigma pola pembelajaran yang selama ini
berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa. Guru sebagai fasilitator mempunyai
kewajiban membimbing siswa untuk membangun pengetahuannya melalui
pengembangan, menemukan, menyelidiki dan mengungkapkan ide. Untuk itu seorang
guru mata pelajaran matematika diharapkan mampu meningkatkan kemampuan berpikir
dan memecahkan masalah matematika siswa.Namun kenyataannya penguasaan
matematika siswa kelas X di SMA Adiguna Bandar Lampung rata-rata hasil belajar 63,29
dan nilai Kriteria Ketuntasan Maksimum (KKM=68) secara klasikal baru mencapai
25,26%, kurang memahami konsep-konsep matematika, aktivitas belajar belum optimal,
siswa kurang aktif dalam belajar, motivasi belajar siswa rendah. Berkaitan hal-hal
tersebut di atas diperlukan sebuah penelitian untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika. Penelitian pemecahan masalah ini dilakukan melalui model
investigasi kelompok dengan subjek penelitian siswa kelas X SMA Adiguna Bandar
Lampung pada semester ganjil 2012/2013. Teknik pengumpulan dengan menggunakan
tes pemecahan masalah, yang terdiri dari empat bagian, setiap bagian masing-masing
mengukur aspek; pemahaman masalah, perencanaan masalah, pelaksanaan perhitungan,
dan pemeriksaaan kembali hasil perhitungan. Nilai akhir yang diperoleh dari keseluruan
aspek pemecahan masalah,untuk kelas eksperimen, siswa yang telah mencapaian KKM
(KKM yang ditetapkan 68)ada 34 siswa atau sebesar 89,47% dan yang belum mencapai
KKM ada 4 siswa atau 10,53% dengan rata hasil belajar 73,05 . Dari hasil ini
menunjukkan bahwa pada kelas ekperimen telah mencapai ketuntasan belajar secara
klasikal. Sedangkan pada kelas kontrol siswa yang telah mencapai KKM baru ada 26
siswa atau 68,42% dan yang belum mencapai KKM ada 12 siswa atau 31,58% dengan
rata-rata 68,55. Dari hasil ini menunjukkan bahwa pada kelas kontrol belum mencapai
ketuntasan belajar secara klasikal. Untuk pengujian hipotesis, hasil perhitungan t hitung
didapat harga 2,62 dan dengan taraf signifikan 5% didapat t = 1,67. Ini berarti t tabel hitunglebih besar dari t tabel . Berdasarkan kriteria uji hipotesis nul ditolak dan terima hipotesis
alternatif. Dengan demikian model pembelajaran investigasi kelompok berpengaruh
terhadap kemampuan pemecahan masalah, dengan kata lain bahwa model pembelajaran
investigasi kelompok dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.Kata kunci : Pemecahan Masalah, model pembelajaran investigasi kelompok PENDAHULUAN
tingkat pendidikan tingkat atas. Berdasarkan Peraturan Menteri
Matematika merupakan pelajaran yang Pendidikan Nasional Republik Indonesia diajarkan pada setiap jenjang pendidikan No.22 tahun 2006 tentang Standar Isi dari jenjang pendidikan dasar sampai untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Buang Saryantono: Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa Kelas XSMA Adiguna Bandar Lampung Melalui ModelPembelajaran Investigasi
Kelompok
Menengah, ditetapkan salah satu tujuan mata pelajaran matematika agar peserta didik memiliki kemam-puan memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
Dari hasil pengamatan dan wawan-cara langsung dengan guru yang mengajar matematika kelas X di Sekolah Menengah Atas Adiguna Bandar Lampung, terdapat gambaran bahwa pembelajaran matematika sampai saat ini belum seperti yang diharapkan., siswa yang mencapai KKM (KKM=68) baru mencapai 25,26% dengan rata-rata 63,29 dari 150 siswa. Dengan demikian hasil belajar matematika belum tuntas secara klasikal.Ini dikarenakan dalam pembelajaran matematika tidak semua siswa dapat mengerti dan memahami konsep- konsepmate-matika, siswa mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah dalam soal-soal matematika. Persoalan belum tuntasnya belajar secara klasikal ini juga dikarenakan kurang tertariknya siswa terhadap pembela-jaran matematika, pembela-jaran masih bersifat individual, kejenuhan atau kebosanan, ketidakaktifansiswa dalam pembelajaran, motivasi belajar rendah, pembe-lajaran yang monoton dan belum berpusat pada siswa, proses pembelajaran kurang berori- entasi pada keterlibatan siswa secara langsung.
TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan persoalan tersebut diduga bahwa untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa diper-lukan adanya peningkatan kemam-puan siswa dalam pemecahan masa-lah. Sehingga perlu adanya penerap-an model pembelajaran berorientasi pada kemampuan pemecahan masa-lah. Pemilihan model yang memung-kinkan dapat mengatasi dan sesuai dengan persoalan tersebut adalah model pembelajaran investigasi ke- lompok, karena dalam proses pembe- lajaran model investigasi kelompok siswa dapat belajar bersama, saling membantu, dan berdiskusi bersama-sama dalam menemukan, mengeta-hui dan menyelesaikan suatu masa-lah. Dengan demikian rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah siswa yang mendapat pem-belajaran model pembelajaran inves-tigasi kelompok dapat meningkatan kemampuan pemecahan masalah?
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang model pembelajaran investigasi ke-lompok dalam meningkatkan ke-mampuan pemecahan masalah.Penelitian diharapakan dapat keguna-an Bagi Siswa, dapat digunakan sebagai informasi bahwa pembela-jaran investigasi kelompok dapat menunbuhkan minat , motivasi bela-jar matematika dan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika. Bagi Guru, dapat digunakan sebagai informasi atau bahan pertimbangan bagi guru dalam rangka mengoptimalkan kemampuan siswa dalam belajar matematika. Dan bagi Pemerhati Pendidikan, dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan pertimbangan bagi pendidikandalam mengadakan penelitian sejenis.
Menurut Djamramah (2006) menya- takan model pembelajaran adalah sekumpulan macam-macam langkah atau cara yang dipakai guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Winataputra (1994) model pembe-lajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistimatik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan digunakan sebagai pedoman dalam meren-canakan dan melaksanakan pembe-lajaran untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Berdasarkan pendapat terse-but,model pembelajaran merupakan suatu cara mengajar yang disusun secara sistematis
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
sebagai upaya untuk mencapai hasil pembelajaran yang efektif dan efisien.
Pembelajaran matematika, masalah yang dihadapi siswa berupa perta-nyaan- pertanyaan dalam soal. Untuk menyelesaikan masalah tersebut di- perlukan suatu aturan atau urutan yang dilakukan siswa untuk meme-cahkannya.
Menurut Wardhani (2006:16) ke- mampuan pemecahan masalah ada-lah suatu proses kemampuan indi-vidu dalam menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya kedalam situasi baru yang belum dikenal. Menurut Polya ada empat langkah yang harus dilakukan siswa di dalam pemecahan masalah yaitu :
1. Memahami masalah Kegiatan yang dilakukan adalah merumuskan: apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, apakah informasi cukup, kondisi (syarat) apa yang harus dipenuhi, menyatakan kembali masalah asli dalam bentuk yang lebih oprasional (dapat dipecahkan).
2. Merencanakan pemecahannya Kegiatan yang dilakukan ini adalah mencoba mencari atau mengingat masalah yang pernah diselesaikan yang memiliki kemi-ripan dengan sifat yang akan di- pecahkan, mencari pola atau atur-an, menyusun prosedur penyele-saian.
3. Melaksanakan rencana Kegiatan pada langkah ini adalah menjalankan prosedur yang telah di buat pada langkah sebelumnya untuk mendapatkan penyelesaian.
4. Memeriksa kembali prosedur dan hasil penyelesaian Kegiatan pada langkah ini adalah menganalis dan mengevaluasi apakah prosedur yang diterapkan dan hasil yang diperoleh benar, apakah ada prosedur lain yang lebih efektif, dengan memban- dingkan dengan prosedur orang lain, apakah prosedur yang di buat dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah sejenis.Berdasarkan uraian di atas bahwa kemampuan pemecahan masalah me- rupakan suatu proses dimana siswa mampu mengimplementasikan pe- mahaman dan pengetahuan materi yang dimiliki sebelumnya ke dalam suatu pertanyaan yang bersifat masalah dengan langkah yang sis-tematis sehingga didapatkan penye-lesaian akhir sesuai yang diharapkan.Untuk melaksanakan langkah-lang-kah di dalam pemecahan masalah diperlukan sebuah model pembe- lajaran, dalam penelitian dilakukan dengan model pembelajaran Inves-tigasi Kelompok. Menurut Sudjana (1991:50) Investigasi Kelompok me-rupakan pembelajaran yang mene-kankan pengembangan pemecahan masalah dalam suasana yang demo-kratis dimana pengetahuan tidak diajarkan secara langsung kepada peserta didik melainkan diperoleh melalui proses pemecahan masalah soal matematika. Slavin (2009) menyatakan dalam koopratif tipe investigasi kelompok guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 siswa heterogen dengan mempertimbangkan keak-raban dalam minat yang sama dalam pemecahan masalah dalam topik tertentu. Selanjutnya, Sharan (1984) dalam Slavin, rekan-rekan sejawat-nya mendeskripsikan enam langkah yang menjadi karakteristik penggu-naan pembelajaran investigasi bkelompok seagai berikut: a.
Seleksi topik Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya di gambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa selanjutnya di orga- nisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task
oriented groups ) yang beranggotakan 2
hingga 6 orang. Komposisi kelompok hiterogen baik dalam jenis kelamin, etnik, maupun kemam-puan akademik b.
Merencanakan kerja sama Para siswa dan guru merenca-nakan berbagai prosdur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsistens dengan
Buang Saryantono: Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa Kelas XSMA Adiguna Bandar Lampung Melalui ModelPembelajaran Investigasi
Kelompok
METODE PENELITIAN
Subjek penelitian adalah siswa kelas X semester ganjil SMA Adiguna Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.Populasi berjumlah 150 siswa yang tersebar ke dalam 4 kelas. Sampel penelitian diambil dua kelas secara acak, kedua kelas tersebutsatu kelas dijadikan sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol. Pengukuran variabel menggunakan tes dalam bentuk uraian yang terdiri dari 5 item. Tes digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah, tes ini disusun berdasarkan indikator-indikator pada yang di-tuangkan dalam kisi-kisi soal, yang telah diuji validitas dan reliabi- litasnya.Untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah melalui empat tahapan; yaitu tahap memahami masalah, tahap membuat rencana pemecahan masalah, tahap melaku-kan perhitungan, dan tahap meme-riksa kembali. Pemberian skor untuk setiap tahap pada setiap item berpedoman pada langkah-langkah seperti yang ditunjukan pada Tabel.1.
. .
pretes skor ideal skor pretes skor postes skor g . .
diformalisa-sikan dalam bentuk:
normalized gain.Normalized gain (g)
Data hasil tes awal (prestest), dan tes akhir (postest) pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol data dinyatakan normal, dan mempunyai varians yang sama. Dari data tersebut terlebih dahulu ditentukan data
Menurut Slavin enam tahapan yang harus di tempuh dalam penerapan pembelajaran investigasi kelompok, yang diuraikan sebagai berikut: mengidentifikasikan topik dan mengatur murid dalam kelompok, merencanakan tugas yang akan dipelajari, melaksanakan investigasi, menyiapkan laporan akhir, mempre-sentasikan laporan akhir, dan evaluasi.Dalam Model pembelajaran inves-tigasi kelompok siswa akan beker- jasama dan saling membantu, ber-diskusi, saling bertukar pikiran antar anggota kelompok untuk memahami, merencanakan, melaksanakan, me- meriksa kembali prosedur dan hasil penyelesaian. Dengan demikian hipotesis penelitian ini adalah mela-lui model pembelajaran investigasi kelompok diharapkan dapat mening-katkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah 1) diatas.
Evaluasi Guru berserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup setiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.
Penyajian hasil akhir Semua kelompok menyiapkan presentasi yang menarik dari berbagai topikyang telah di pelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan men- capai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presen-tasi kelompok dikoordinir oleh guru f.
Analisis dan Sintesis Parasiswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah 3) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penya-jian yang menarik di depan kelas e.
d.
Pembelajaran harus melibatkan aktivitas dan kete-rampilan dengan varasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diper-luakan.
Implementasi Parasiswa melaksanakan rncana yang telah dirumuskan pada langkah 2).
c.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Tabel 1. Pedoman Penskoran Pemecahan Masalah Memahami Membuat rencana Melakukan Rencana Memeriksa
Skor Masalah Pemecahan Masalah Pemecahan Masalah Kembali Hasil Salah menginter- Tidak ada rencana, Tidak melakukan Tidak ada prestasikan / membuat rencana perhitungan pemerik-saan salah sama yang tidak relevan atau tidak ada sekali keterangan
1 Salah menginter- Membuat rencana Melaksanakan prose- Ada prestasikan seba- perencanaan yang dur yang benar dan pemeriksaan gian soal, meng- tidak dapat mungkin tetapi tidak abaikan kondisi dilaksanakan menghasilkan jawaban tuntas soal benar tetapi salah perhitungan
2 Memahami Membuat rencana Melakukan proses Pemeriksaan masalah soal yang benar tetapi yang benar dan dilaksanakan selengkapnya salah dalam hasil/ mendapat untuk melihat tidak ada hasil kan hasil yang benar kebenaran
3 Membuat rencana
- yang benar tetapi - belum lengkap
4 Membuat rencana sesuai dengan
- prosedur dan - mengarah pada solusi yang benar
Skor 2 Skor 4 Skor 2 Skor 2 DataNormalized gain (g)dinyatakan Kriteria uji adalah terima H o jika normal dan homogen, sehingga untuk t hitung < t tabel tolak H o untuk harga t pengujian hipotesis digunakan rumus lainnya. Sujana (1989;236), Dari hasil tes statistik sebagai berikut: awal (pretest),dan tes akhir (postest) pada 2 2 kelas eksperimen dan kelas kontrol
x x 1
2 2 ( n 1 1 ) s ( n 1 2 1 ) s 2 t
s didapat pada Tabel 2 sedangkan Tabel 3
1 1 n n
2 1 2
menunjukan hasil analisis data tes awal
s
n n (pretes) maupun tes akhir (pretes) didapat.
1
2 Tabel 2. Pencapaian KKM pada Kelas Eksperimen dan Kontrol
Belum Mencapai Persentase Mencapai
Jenis Tes Kelas KKM Ketuntasan
KKM Eksperimen
11 27 28,95 Pretest
Kontrol
8 29 21,62 Eksperimen
34 4 89,47 Postest
Kontrol
26 12 68,42
Buang Saryantono: Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa Kelas XSMA Adiguna Bandar Lampung Melalui ModelPembelajaran Investigasi
Kelompok
Tabel 3. Hasil Analisis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelas Eksperimen (x
1 ) Kelas Kontrol (x 2 )
Hasil Analisis Tes Tes Normalized Tes Tes Normalized Awal Akhir gain (g) Awal Akhir gain (g)
Jumlah siswa (n)
38
38
38
38
38
38 Nilai Rata-rata ( ) 2 x 63,32 73,05 1,08 63,26 68,55 0,48 Varians (s ) 48,28 135,07 5,35 22,36 39,73 0,48 Simpangan Baku (s) 6,95 11,62 2,31 4,73 6,30 0,69 Selisih rata-rata normalized gain kelas eksperimen dan kelas kontrol 0,60 Varians gabungan normalized gain
2,92 Simpangan bakugabungan normalized gain 1,71 t
2,62 t 0,95 1,67
Pada tabel 2, hasil tes awal (pretest), tabel distribusi t pada taraf signifikan persentase ketuntasan pada kelas 5% didapat t =1,67.Ini menunjukkan
,
95
eksperimen sebesar 28,95%, pada kelas bahwa model pembelajaran investigasi kontrol persentrase ketuntasan mencapai kelompok dapat meningkatkan 21,62%. Ini menujukkan bahwa kedua kemampuan pemecahan masalah kelas belum mencapai ketuntasan secara matematika. klasikal.Hasil tes akhir (postest) persentase ketuntasan pada kelas
DAFTAR PUSTAKA
eksperimen sebesar 89,47%, ini menunjukkan bahwa pembelajaran pada Arikunto, S.( 2002). Prosedur Penelitian. kelas eksperimen dinyatakan telah
Jakarta : Renika Cipta mencapai ketun-tasan secara klasikal, Djamarah, S.B., Zain, A (2006). Strategi sedangkan pada kelas kontrol persentrase
Belajar Mengajar . Banjrmasin: Rineka
ketuntasan mencapai 68,42%, ini Cipta menunjukkan pembelajaran pada kelas kontrol dinyatakan belum mencapai Hamadi, A.(2003). Ilmu Pendidikan. ketun-tasan secara klasikal. Pada tabel 3,
Jakara : Renika Cipta didapat harga t = 2,62, dan harga untuk Hendratto.(2009).Penggunaan Model taraf signifikan 5% didapat t = 1,67.
0,95 Pembelajaran Group Investiga-tion Harga thitung lebih besar dari harga t 0,95 .
Untuk Menumbuhkan Sikap Ilmiah
Dengan demikian hipotesis nul ditolak
Sisw
a. http://journal.unnes.ac.id : di- dan terima hipotesis altrnatif. Ini berarti akses pada tanggal 28 Mei 2012 model pembelajaran investigasi kelompok dapat meningkatkan kemampuan
Muslich, M. (2007). KTSP Pembelajaran pemecahan masalah matematika siswa.
Berbasis Kom-petensi Dan
Bandung : Bumi Aksara Konstektual.
KESIMPULAN
Nasution, S. (1995). Berbagai Pendekatan Berdasarkan hasil analisis data dan dalam Proses Belajar dan Mengajar . pembahasan, kemampuan pemecah-an
Bandung : Bumi Aksara masalah matematika siswa dengan Ridwan. (2006). Metode dan Teknik menggunakan model investigasi
Bandung : Alfabeta Menyusun Tesis. kelompok mencapai KKM sebesar
Sagala, S. (2006). Konsep dan Mak-na 89,47%, ini berarti pembelajaran dinyatakan berhasil. Darihasil perhitungan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta didapat tsebesar 2,62,sedangkan dari
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Mengajar Matematika . Jakarta :Universitas Terbuka, Dekdikbud.
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan . Jakarta : Prenada
Tarsito Surakhmad, W. (2007). Strategi
Interaksi Mengajar Belajar . Bandung :
Aksara Surakhmad, W. (1994). Pengantar
Evaluasi Pendidikan . Jakarta : Bumi
Surakhmad, W. (2005). Dasar-dasar
Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Teknik. Bandung : Tarsito
Surakhmad, W. (1994). Pengantar
RajaGrafindo Persada Suherman, E. (1999). Strategi Belajar
Sanjaya, W. (2006). Pembelajaran dalam
Statistik Pendidikan . Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada Sudijono, Anas. (2009). Pengantar
Statistik Pendidikan . Jakarta : PT
: Rineka Cipta Sudijono, Anas. (2006). Pengantar
faktor yang Mempengaruhinya . Jakarta
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-
Learning. Bandung: Nusa Media
Group Slavin, E., Robert. (2009). Coopra-tive
Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Prenada Media
Media Group. .